1. DISAMPAIKAN PADA PERKULIAHAN
PROGRAM PASCASARJANA
MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM
AT-THAHIRIYAH JAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
OLEH:
DR. H. KURNALI SOBANDI, M.M.
FILSAFAT ILMU
2. APA ITU FILSAFAT?
Arti Semantik Filsafat
Filsafat = mater scientiarum
(induk segala ilmu)
Filsafat (Ina) = Falsafah (Arab) = Philosophy
(Ing) = Philosophia (Latin) = Philosophie
(Jerman, Belanda, Prancis), Philosophia
(Yunani)
Filsafat itu:
1. Ilmu tertua yang masih tetap eksis hingga sekarang
2. Materi ilmu filsafat ini sangat sulit, dengan
pernyataan yang sering terlontar seperti ini:
Bukanlah ilmu filsafat jika tidak terjadi kebingungan
saat belajar.
3. PADAHAL FILSAFAT ITU……
Filsafat sebenarnya telah hadir di sela-sela kehidupan
kita,
Namun banyak orang tidak menyadari hal itu.
Contohnya:
1. Kita pernah berfikir secara radikal mempertanyakan
dan menggugat segala sesuatu yang telah
dikonsepsikan.
2. Kita melontarkan pertanyaan yang dimunculkan
secara radikal untuk mengetahui secara mendalam
suatu objek pengamatan/ pembahasan.
“Karena filsafat tidak pernah tuntas/final karena
selalu ada kritik terhadap ilmu-ilmu yang telah ada.”
4. BERFILSAFAT ITU TERGANTUNG KEPADA
KUALITAS PERSONAL:
A. MOTIVASI
1. Apakah latar belakang ia mempelajari filsafat?
2. Apa tujuan individu mempelajari filsafat? Apakah untuk
peningkatan kapasitas intelektual tentang filsafat, untuk
gagah-gagahan sebagai bentuk kesombongan akan
kehebatannya berfilsafat,
3. Apa dorongan yang membuatnya belajar filsafat?
“Kendati beragamnya latar belakang di atas namun yang
harus diingat bahwa pada hakikatnya jika seseorang
mempelajari filsafat dengan baik maka akan terlihat dalam
akhlak moralitasnya sebagai orang yang makin bijaksana
dalam dinamika kehidupan”
5. HAKIKAT TUJUAN FILSAFAT
Hal ini senada dengan terminologi filsafat
yang
cinta akan kebenaran, cinta akan
kebijaksanaan,
cinta akan kecintaan.
6. ARTI SEMANTIK FILSAFATPhilosophia :
philein (mencintai) + sophos (bijaksana)
philos (teman) + sophia
(kebijaksanaan)
• Pythagoras (572-497
SM)“philosophos”
(lover of wisdom)
• Filosof bukan orang yang sudah
mencapai & memiliki kebenaran, tetapi
selalumengejar & mencintai kebenaran
7. TUJUAN IDEAL SEORANG FILOSUF MODERN
Harus ada tujuan untuk menjadi filsuf-filsuf
modern yang senantiasa menjadi pencinta
sejati (cinta kepada Tuhan, sesama manusia
dan alam semesta), menjadi orang bijak di
tengah hiruk-pikuk keduniaan di zaman yang
serba canggih ini.
8. MOTIVASI BERFILSAFAT
Motivasi Berfilsafat terbagi menjadi 2 bagian:
1. Motivasi diri (internal). Secara internal kita
perlu menyadari kapasitas dan bakat bawaan
kita sebagai manusia yang bisa mempelajari
apa pun ilmu di dunia ini. Mempelajari filsafat
juga adalah mempelajari diri sendiri dengan
demikian kita bisa memahami Tuhan sebagai
penguasa jagat raya sesuai pepatah arab
“barang siapa mengenal dirinya maka ia
mengenal Tuhannya”.
9. MOTIVASI EKSTERNAL
2. Motivasi lingkungan (eksternal). Secara eksternal kita perlu:
a. bergaul dengan orang-orang yang dekat dengan filsafat dan
punya
pengetahuan lebih tentang filsafat.
b. mengamati gejala alam sebagai realitas dan objek kajian
filsafat
yang memberikan suasana menakjubkan bagi manusia.
c. membaca sebanyak-banyaknya biografi para filsuf ternama
untuk
meningkatkan motivasi diri agar bisa mencontohi para filsfuf
yang
luar biasa itu.
d. menggunakan metode apa pun yang terpenting bisa efektif,
efisien dan enjoy dalam membangun semangat berfilsafat baik
secara teoritis maupun tindakan, baik secara kognitif, afektif
maupun psikomotorik.
10. B. MELUASKAN PARADIGMA
Paradigma merupakan contoh; pedoman; teladan;
yang dipakai untuk menunjukkan gugusan sistem
pemikiran; bentuk
kasusdan pola pemecahannya. (Maulana dkk, 2011).
Paradigma menyangkut kerangka berfikir, sistem berfikir,
cara berfikir, metode berfikir yang kesemuanya
menyangkut pandangan manusia terhadap segala
sesuatu.
Jika kita mempelajari filsafat maka kita harus memiliki
landasan yang kokoh. Di antaranya adalah luasnya
wacana intelektual kita tentang segala ilmu baik ilmu
alam, bahasa, agama, maupun ilmu sosial lainnya.
11. FILSAFAT ADALAH INDUK SEGALA ILMU
1. Filsafat menjadi induk ilmu pengetahuan bahkan
pendamping ilmu pengetahuan.
2. Kerangka filsafat juga dipakai dalam menelaah ilmu
pengetahuan.
Dengan demikian secara konkrit kita wajib mendalami ilmu-ilmu
alam seperti matematika, kimia, fisika, biologi, kosmologi dan
sebagainya, ilmu sosial seperti ekonomi, antropologi, estetika,
etika, geografi, sejarah, agama serta ilmu bahasa dan sastra, di
lain sisi kita perlu mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan
kerangka epistimologi seperti logika, analogi, silogisme, teori
kebenaran, mazhab berfikir, kerangka berfikir, metode ilimiah
dan sebagainya sehingga menambah wawasan kita dan
menjadi bekal dalam mempelajari filsafat.
12. C. MEMUNCULKAN INSPIRASI
Inspirasi diartikan sebagai intuisi; ilham;
pengaruh (dari dalam yang
membangkitkan kreatif; penarikan napas
ke
dalam). (Maulana dkk, 2011).
Banyak cara yang dilakukan manusia dalam menggapai
inspirasi maksimal, ada yang mengambil jalan meditasi,
memandang pemandangan indah alam semesta,
saat hendak tidur malam hingga terbawa dalam
mimpi, memandang orang yang dicintai,
13. CONTOH INSPIRASI
Dalam kaitannya dengan filsafat kita dapat
mencontohi Abraham/Ibrahim AS dalam
mencari tahu Tuhannya, Abraham
terinspirasi lewat alam dan memadukan
antara inspirasi dan penasaran serta
mengambil kesimpulan dari sesuatu
yang membingungkan, mencengangkan
dan menakjubkan.
15. Pola pikir manusia dari mitosentris menjadi
logosentris.
Setelah adanya filsafat: masyarakat Yunani
menjadi rasional dalam memandang fenomena
alam tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa
Adanya filsafat: manusia Yunani yang awalnya
pasif dalam menghadapi fenomena alam
menjadi lebih proaktif dan kreatif.
Dengan Filsafat ilmu menjadi berkembang.
ZAMAN YUNANI
16. Thales (624-546 SM) adalah filosuf pertama,
yang mula-mula bertanya: “Apa sebenarnya
asal usul alam semesta?” ia mengatakan
bahwa asal usul alam berasal dari air.
Anaximandros (610-540 SM) berbeda dengan
Thales, bahwa substansi pertama itu bersifat
kekal, tidak terbatas, dan meliputi segalanya.
Asal alam bukan berasal dari unsur-unsur yang
ada seperti air dan tanah.
Heraklitos (540-480 SM), mengatakan bahwa
alam bisa berubah-rubah.
FILOSUF-FILOSUF YUNANI KLASIK (DISEBUT
FILOSUF ALAM)
17. Paramenides (515-440 SM): gerak dan
perubahan tidak mungkin terjadi.
Pythagoras (580-500 SM): mengembalikan
segala sesuatu kepada bilangan (kuantitas),
semua realitas dapat diukur dengan
bilangan. Dari sini lahirlah ilmu pasti dan ilmu
alam.
Demokritus bapak politik: konsep Demokrasi
(dari/oleh.untuk rakyat
TO BE CONTINUED
18. Kaum Sofis ukuran kebenaran bukan pada alam tetapi
ukuran kebenaran ada pada manusia, tokohnya yaitu:
Protagoras (481-411 SM) disebut masa transisi, ia
mengatakan bahwa manusia adalah ukuran kebenaran.
Tidak la Pernyataan ini merupakan cikal bakalnya
humanisme.
Gorgias (483-375 SM), menurutnya: ada tiga proposisi: 1.
tidak ada yang ada, maksudnya realitas itu sebenarnya
tidak ada. 2. bila sesuatu itu ada ia tidak akan dapat
diketahui. 3. sekalipun realitas itu dapat diketahui ia tidak
akan dapat kita beritahukan kepada orang lain.
ZAMAN YUNANI:
MASA TRANSISI (DISEBUT KAUM SOFIS ATAU
KAUM RELATIVISME)
19. Socrates (470-399 SM): pengetahuan yang sangat
berharga adalah pengetahuan tentang diri sendiri. Ia
berkata: “Kenalilah dirimu sendiri”
Plato (429-347 SM), menurutnya esensi itu
mempunyai realitas dan realitas yang ada di alam
idea dan bersifat universal.
Aristoteles ((385-322 SM) filsafat disatukan menjadi
satu sistem: logika, matematika, fisika, dan
metafisika.
Logika Aristoteles berdasarkan pada analisis bahasa
yang disebut silogisme. Disebut juga logika deduktif
ZAMAN KEEMASAN YUNANI
20. Pada dasarnya silogisme terdiri dari tiga
premis:
1. Semua Manusia akan mati (premis
mayor)
2. Fulan seorang Manusia ( premis
minor)
3. Fulan akan mati (konklusi/kesimpulan)
TO BE CONTINUED
21. BELAJAR DARI METODOLOGI FILSAFAT
Metodologi mempelajari filsafat
terbagi menjadi 3 bagian besar
yakni ontologi, epistimologi dan
aksiologi.
22. ONTOLOGI
Berasal dari bahasa Yunani: On= Being, dan
Logos=Logic, Ontologi The Theory of Being
qua Being, teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan.
Ontologi adalah membahas apa yang ingin
kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu
atau suatu pengkajian mengenai teori
tentang “ada”
23. PERTANYAAN DALAM ONTOLOGI
Pemahaman merupakan langkah awal untuk
membuka makna sesuatu dan pemahaman bagian
aspek ontologis terpenting untuk mengkaji suatu
ilmu, tanpa pemahaman terlebih dahulu dalam
mengkaji ilmu maka akan menjadi hampa. Hanya
untuk paham suatu ilmu tidak sekedar pemahaman
pasif tapi diperlukan pemahaman yang kreatif,
radikal, dan murni agar menjadi jelas makna di
balik ilmu itu sendiri.
24. DALAM KITAB KLASIK
Shaekh al-Zarnuji, pengarang
kitab Ta’lim al-Mutallim, bahwa
awal dari segala ilmu adalah
pemahaman dan pemahaman
lebih baik dari hafalan.
25. LANJUTAN..
Pemahaman yang murni didorong oleh fakta dan
begitu banyak asumsi yang beredar tentang
sesuatu hal didasari sering kali bukan atas dasar
pemahaman yang sungguh-sungguh atas hal
tersebut, melainkan sekedar merupakan
pengulangan atas pemahaman yang telah ada.
Sebagai akibatnya, asumsi tentang sesuatu lebih
berupa asumsi tentang sesuatu sebagaimana
dikatakan orang tentangnya, dan bukan sesuatu
sebagai sesuatu itu sendiri.
26. LANJUTAN..
Kunci untuk mencapai essensi dari suatu ilmu
yang diharapkan oleh para pencarinya
adalah dengan membuat pertanyaan
sistematis kualitas pemahaman akan
sesuatu sangat ditentukan sejauh mana
model pertanyaan yang diajukan dalam
rangka mendapatkan hakikat sesuatu itu
27. ONTIS DAN ONTOLOGIS
Dari sini ada dua jenis pertanyaan bahwa
kesadaran seseorang terhadap sesuatu melalui
dua pertanyaan, yaitu pertanyaan ontis dan
pertanyaan ontologis.
Pertanyaan ontis adalah jenis pertanyaan untuk
menanyakan sesuatu apa adanya dan cukup
dengan pertanyaan apa itu? Pertanyaan ontis
tidak sampai kepada implikasi bagaimana
kelanjutan pertanyaan itu cukup dengan
sekederanya sama seperti pertanyaan dalam
kehidupan sehari-hari.
28. LANJUTAN..
Pertanyaan ontis kelihatanya sederhana dalam
bentuk pertanyaan dan jawaban pertanyaan namun
tetap urgen untuk membuka pemahaman awal,
karena dengan pertanyaan ini kita dapat mengetahui
fakta sesuatu. Sedangkan pertanyaan ontologis
adalah jenis pertanyaan yang lebih dari pertanyaan
ontis, kalau pertnyaan ontis lebih pada pertanyaan
luar, sedang pertanyaan ontologis adalah cara untuk
mengetahui hakikat sesuatu dengan jernih dan
radikal. Pertanyaan ini tidak sekedar bertanya, tetapi
mempertanyakan, tidak sekedar mengajukan
pertanyaan, tetapi memperkaya pertanyaan.
29. EPISTEMOLOGI
Epistemologi sebagai ilmu yang
membahas sumber struktur, metode
dan validitas pengetahuan.
Ilmu yang membahas tentang keaslian,
pengertian, struktur, metode dan
validitas ilmu pengetahuan.
30. LANJUTAN..
Epistemologi intinya adalah mengkaji
pengertian secara mendasar dan
komprehensip baik substansi pengetahuan
maupun metode serta strukturnya sehingga
mendapatkan teori pengetahuan yang utuh
Ruang lingkup epistemologi meliputi hakikat,
sumber dan validitas pengetahuan.
31. AKSIOLOGI
Aksiologi merupakan golnya
pengetahuan
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani
Axios yang berarti nilai dan logos berarti
teori. Aksiologi adalah teori tentang nilai
32. LANJUTAN…
Aksiologi teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh
Aksiologi ada tiga bagian. Pertama, moral
conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini
melahirkan disiplin khusus, yakni etika.
Kedua, esthetic expression, yaitu ekspresi
keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan.
Ketiga, sosio-political life, yaitu kehidupan
sosial politik, yang akan melahirkan filsafat
sosio-politik.
34. AKSIOLOGI ILMU DALAM TASAWUF
Dengan Ilmu seseorang agar taat dalam beragama
Ilmu menjadi syarat penting sebagai dasar bagi
lahirnya amal yang benar
Ilmu merupakan syarat bagi perbuatan untuk menjadi
benar
Ilmu tanpa aksiologi (nilai/akhlaq), maka ilmu akan
menjadikannya sebagai sumber kehinaan bagi
pemiliknya.
Ilmu sebagai cermin perbuatan seseorang (perbuatan
seseorang adalah buah dari ilmunya).
Tidak bisa memisahkan ilmu dan perbuatan
35. PROBLEM ILMU??
Seyogyanya Ilmu (baca: pendidikan) harus
mensupport posisi manusia agar makin dekat
dengan Tuhannya. Karena kepada Tuhan lah
manusia akan berakhir. Selain hal demikian,
manusia juga diberi amanat kekhalifahan.
Setidaknya ada dua tugas kekhalifahan tersebut
yakni untuk menjaga agama (hirasat ad-din) dan
mengelola dunia seisinya (siyasat ad-dunya).
Pendidikan-sekali lagi-seyogyanya memperteguh
peran manusia sebagai khalifah di muka bumi.
36. LANJUTAN
Perhatikan bagaimana negara secara jor joran
mempromosikan pembukaan lembaga pendidikan
yang membekali peserta didik dengan kompetensi
vokasi, dan selama prosesnya mengabaikan
kompetensi penjagaan atas ajaran agama. Efek
kemanusiaannya sungguh luar biasa. Wajar jika
ketika mereka bekerja, pelanggaran norma agama
marak terjadi seperti korupsi, tidak disiplin, dan
sejenisnya. betapa indahnya jika motivasi
kerja,kemajuan sains dan teknologi dewasa ini lahir
dari spirit hirasat ad-din wa ‘Alam wa Insan