SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
Download to read offline
MAKALAH
TASAWUF IRFANI
Dosen Pengampu:
Dr. H. Didik Heriadi, S. Ag,M. Pd.
Disusun Oleh:
Husen Baharu
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI'AH
FAKULTAS EKONOMI SYARI'AH
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN
GENGGONG KRAKSAAN PROBOLINGGO
2023
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan taufik dan hidayahnya.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada suri teladan kita,
Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya yang membawa kebenaran
bagi kita semua.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yakni bapak
Dr. H. Didik Heriadi, S. Ag,M. Pd. yang telah membimbing serta mengajarkan
kami, dan mendukung kami sehingga terselesaikan makalah yang berjudul
“Tasawuf Irfani” dan juga terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan
kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga terselesaikan makalah
ini.
Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan, sebagai wujud rasa syukur
dengan tersusunnya makalah ini kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
selama penyusunan makalah ini, yang telah dengan tulus ikhlas membantu baik
secara moril maupun materiil, terutama kepada Dosen Pembina dan teman-teman
sekalian.
Kraksaan, 22 Februari 2023
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang .........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan Masalah........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Tasawuf Irfani........................................................................3
B. Karakteristik Tasawuf Irfani....................................................................4
C. Tokoh-Tokoh Tasawuf Irfani...................................................................8
D. Ajaran Tokoh-Tokoh Tasawuf Irfani.....................................................11
BAB III PENUTUP..............................................................................................17
A. Kesimpulan ............................................................................................17
B. Saran.......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tasawuf adalah membersihkan hati dan apa yang mengganggu makhluk,
berjuang meninggalkan pengaruh budi yang asal kita memadamkan sifat-sifat
yang merupakan kelemahan kita, menjauhkan diri dari seruan hawa nafsu,
mendekati sifat-sifat kerohanian, bergantung pada ilmu-ilmu hakikat, memakai
barang yang penting dan terlebih kekal.
Salah satu ajaran yang terdapat dalam tasawuf yaitu tasawuf irfani.
Tasawuf irfani tidak hanya membahas soal keikhlasan dalam hubungan
antarmanusia. Tasawuf irfani membahas mengenai apa yang kita lakukan
sesungguhnya tidak pernah kita lakukan. Hal tersebut merupakan tingkatan
ikhlas yang paling tinggi karena semuanya hanya untuk Allah SWT. Sehingga
tidak ingin dipuji, atau jika dipuji tidak pernah berubah karena pujian tersebut.
Tasawuf bukan ilmu yang stagnan ditempat. Walaupun nama tasawuf
baru terdengar mulai awal-awal abad II hijriyah, tetapi dalam perjalanannnya
mengalami pekembangan yang cukup signifikan. Hadirnya berbagai tokoh
tasawuf memperkarya cara pandang ilmu tasawuf. Salah satu pemikiran tasawuf
yaitu adalah tasawuf irfani. Aliran ini terkenal dengan cara pandang tokohnya
yang susah untuk dipahami oleh orang awam.
Dalam tasawuf irfani terdapat beberapa tokoh sufi yang terkenal. Tokoh-
tokoh tersebut memiliki pemikiran dan konsep mengenai ajaran-ajaran yang
berkaitan dengan tasawuf irfani. Ajaran ini juga dikenal dengan cara pandang
tokohnya yang sulit dipahami oleh orang awam. Oleh karena itu, ada sufi yang
ditangkap dan dipenjarakan karena pemikiran dan ucapannya yang
membingungkan bagi orang-orang awam.
2
B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui apa itu pengertian tasawuf irfani?
2. Mengetahui karakteristik tasawuf irfani?
3. Mengetahui siapa saja tokoh-tokoh tasawuf irfani?
4. Mengetahui konsep ajaran tokoh-tokoh tasawuf irfani?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu pengertian tasawuf irfani
2. Untuk mengetahui karakteristik tasawuf irfani
3. Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh tasawuf irfani
4. Untuk mengetahui konsep Ajaran tokoh-tokoh tasawuf irfani
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tasawuf Irfani
Secara etimologis, kata ‘irfan merupakan kata jadian (mashdar) dari
kata ‘arafa’(mengenal/pengenalan). Adapun secara
terminologis, ‘irfan diidentikkan dengan makrifat sufistik. Orang yang
irfani/makrifat kepada allah adalah orang benar-benar mengenal allah melalui
dzauq dan kasyf (ketersingkapan). Ahli irfan adalah orang yang bermagrifat
kepada Allah. Terkadang kata itu diidentikkan dengan sifat-sifat inheren
tertentu yang tampak pada diri seorang ‘arif (yang bermakrifat kepada allah),
dan menjadi hal baginya. Dalam konteks ini, Ibn ‘Arabi berkata ‘Arif adalah
seorang yang memperoleh penampakan Tuhan sehingga pada dirinya tampak
kondisi-kondisi hati tertentu (ahwal). ‘Irfan diperoleh seseorang melalui jalan
al-idrak al-mubasyir al-wujdani (penangkapan langsung secara emosional),
bukan penangkapan langsung secara rasional. Pembicaraan tentang ‘irfan atau
makrifat dikalangan sufi dimulai sekitar abad III dan IV H. tokoh sufi yang
sangat menonjol membicarakannya adalah Dzu An-nun Al- Mishri (w.
245h/859 M). sementara Al- Ghazali diposisikan sebagai tokoh sufi yang
pertama kali mendalaminya secara intens. 1
Tasawuf irfani adalah tasawuf yang berusaha menyingkap hakikat
kebenaran atau makrifat diperoleh dengan tidak melalui logika, pembelajaran
atau pemikiran, tetapi melalui pemberian Tuhan (mauhibah). Ilmu ini diperoleh
karena manusia yang melakukan tasawuf berupaya melakukan tasfiyat al-
qalb. Dengan hati yang suci seseorang dapat berdialog secara batin dengan
Tuhan sehingga pengetahuan atau makrifat dimasukkan Allah SWT ke dalam
hatinya, hakikat kebenaran tersingkap lewat ilham (intuisi).2
1
Muhammad Sholihin Dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, ( Bandung: CV Pustaka Setia,
2008), hlm. 145
2
Ahmad Bangun Nasution Dan Rayani Hanum Siregar, Akhlak Tasawuf: Pengenalan,
Pemahaman, Dan Pengaplikasiannya Disertai Biografi Dan Tokoh-Tokoh Sufi, (Jakarta: Amzah,
2013), hlm. 27
4
Aliran irfani berpandangan bahwa apapun yang ada didunia alam
semesta ini adalah masifestasi-manifestasi ilahi. Yang tidak mungkin ada tanpa
adanya tuhan, sang wujud sejati. Segala sesuatu yang ada dialam semesta ini
adalah ciptaan allah yang dibuat agar kita bisa berfikir betapa besar kekuasaan
allah, dan betapa belaskasihnya kepada manusia, sehingga itu semua manusia
dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya dialam ini.
Tasawuf irfani tidak hanya membahas soal keiklasan dalam hubungan
manusia, tetapi lebih jauh menetapkan bahwa apa yang kita lakukan
sesungguhnya tidak pernah kita lakukan. Ini tingkatan ikhlas yang paling tinggi,
kita tidak ingin dipuji, atau jika dipuji tidak pernah berubah, dan apabila dicaci
maki juga tidak pernah berubah. Semuanya adalah hanya untuk allah semata.
Inti dari tasawuf irfani adalah pendekatan yang intens seorang hamba
dengan Tuhan dengan sedekat-dekatnya dan menutup ruang hatinya untuk
selain-Nya. Dengan demikian, yang dimaksud dengan tasawuf irfani adalah
tasawuf yang mendasarkan pedomannya kepada makrifat atau pengetahuan
terhadap Tuhan sebagai dasar atau inti dari landasan tasawufnya.3
B. Karakteristik Tasawuf Irfani
Dalam arti lain pembedaan nalar „irfani dengan nalar yang lain dalam
proses dan metodenya bisa dilihat bahwa, nalar 'irfani berkaitan dengan hati
(qalb) karena wilayah bekerjanya pada dimensi batin. Nalar „irfani dapat
menangkap objeknya secara langsung. Adapun objek yang ditangkap nalar
„irfani bersifat lebih abstrak; seperti rasa cinta, benci, kecewa, dan bahagia
(Kartanegara, 2003:59).
Pengetahuan „irfani tidak didasarkan atas teks seperti bayani, tetapi pada
kasyf, di mana dialaminya suatu pengalaman ketersingkapan rahasia-rahasia
realitas oleh Tuhan (Oesman Bakar, 1998). Sumber dari nalar „irfani adalah
realitas pengalaman (experience) yang ditemukan langsung oleh sang arif atau
sufi sebagai kelompok pendukung keilmuan dalam sistem nalar ini. Karena itu,
pengetahuan „irfani tidak diperoleh berdasarkan analisis teks dan pembuktian
empiris, tetapi dengan olah ruhani (Abdullah, 2005:208) di mana dengan
3
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2015), hlm. 241
5
kesucian hati, diharapkan Tuhan akan melimpahkan (faidh) pengetahuan
langsung kepadanya.
Dengan demikian, telah jelas bahwa kekhasan nalar „irfani ini terletak
pada sifatnya yang langsung. Mengenai karakter dari sifat langsung ‟irfani
dalam menangkap objeknya ini kemudian dapat dianalisis ke dalam beberapa
hal;
Pertama, pengetahuan „irfani bisa dicapai melalui pengalaman, yaitu
dengan mengalami atau merasakan sendiri objeknya. Oleh karena itu, nalar
„irfani dilihat dari sudut ini, disebut dzauqi (rasa), dan bukan melalui penalaran,
seperti yang dilakukan oleh nalar burhani. MisaInya, kita tidak akan mengetahui
atau memahami "cinta" semata dengan membaca literatur tentang cinta, tetapi
kita mengenal cinta tersebut dengan mengalaminya. Tanpa pengalaman
tersebut, kita tidak akan pernah mengerti dan memahami apa dan bagaimana
hakikat sebuah cinta. Cinta tak bisa dipahami lewat akal, tetapi lewat hati
(intuisi). Maka tidak heran kadang-kadang kita tidak mampu mengungkapkan
rasa cinta itu dengan kata-kata atau secara diskursif karena ia bukan lah wilayah
akal. Namun berbeda halnya dengan hati yang bisa memahami hakikat cinta
lewat pengalaman, bukan lewat kata-kata atau definisi.
Dengan demikian, kita pada dasarnya tidak akan bisa mengerti
bagaimana keadaan cinta seorang sufi terhadap Tuhannya, tanpa kita sendiri
berupaya membangun hubungan untuk bisa jatuh cinta kepada-Nya (Oesman
Bakar, 1998).4
Konsep cinta seorang hamba terhadap Khaliq-nya itulah yang di
dalam disiplin sufistik banyak dikemukakan dan dirumuskan oleh berbagai
macam aliran dan tarekat.
Kedua, sifat langsung pengetahuan „irfani bisa diliihat dari apa yang
sering disebut sebagai 'ilmu hudhuri. Pengetahuan „irfani ditandai oleh hadirnya
(hudhur) objek di dalam diri si subjek. Barangkali karena itu, pengetahuan ini
disebut "presensial". Berbeda dengan pengenalan rasional yang memahami
objekobjeknya lewat simbol-simbol/kata-kata, kalimat, atau rumus-rumus.
4
Osman Bakar, Hierarki Ilmu: Membangun Rangka Pikir Islamisasi Ilmu, alih bahasa
Purwanto, (Bandung: Mizan, 1998). hlm 56-58
6
Pengenalan „irfani melampaui segala bentuk simbol dan menembus sampai ke
dalam jantung objeknya.
Ketiga, sifat kelangsungan nalar „irfani ini dapat dilihat dari apa yang
disebut sebagai pengalaman "eksistensial". Akal dan metode rasionalnya
menurut Muhammad Iqbal dan Henry Bergson, cenderung meruang-ruangkan
(spatilize) objeknya dan mengukurnya dengan ukuran-ukuran atau standar yang
homogen. Kecenderungan akal untuk menghomogenkan objek-objeknya ini
membuat akal sering melakukan generalisasi sehingga sering mengabaikan
partikularisasi objek-objeknya yang unik dan berdimensi variatif.
Selain itu, kita tahu dari pembahasan tentang „irfani bahwa pengenalan
rasional atau burhani dilakukan melalui kategori-kategori, seperti kategori
ruang, waktu, dan kausalitas. Maka tidak mengherankan, oleh sebab itu, akal
cenderung menggeneralisasi-dengan mengkategorikan-objek-objeknya.
Sementara itu, kita tahu bahwa setiap pengkategorian atau pengklasifikasian
selalu mengabaikan yang partikular, yang khusus, dan yang unik.
Berbeda dengan kecenderungan akal di atas, nalar „irfani mengenal
objeknya bukan melalui kategorisasi, melainkan mengenalnya secara intim
kasus per kasus. Pengenalan intuisi seperti ini membuat pengenalan „irfani lebih
akurat dan langsung menyentuh objek-objek partikular dengan segala
karakteristik dan keunikannya. Ambillah sebuah contoh, menurut kategori akal
satu jam di mana pun akan sama saja kualitasnya. Demikian juga satu meter di
sini akan sama saja dengan satu meter di mana pun juga seseorang berada di
muka bumi ini. Pengenalan kategori akal akan mengabaikan kenyataan bahwa
satu jam bagi yang ditunggu tidak akan sama bagi yang menunggu. Sebab bagi
pihak yang ditunggu satu jam akan terasa berlalu begitu cepat, sedangkan bagi
pihak yang menunggu akan terasa bergerak lamban sekali bahkan terkesan
membosankan.
Sebaliknya, „irfani yang beroperasi secara langsung pada objek-objek
partikular akan mengerti keunikan-keunikan setiap ruang atau peristiwa dalam
pengalaman eksistensial. Dengan metode yang sama, „irfani mengerti mengapa
bagi orang orang tertentu (khususnya orang orang yang beragama) mengenal
dan percaya ada tempat-tempat yang sakral, suci, atau tempat yang dianggap
7
keramat, sebagaimana juga ada waktu-waktu (hari, bulan, dan tahun) yang suci
atau magis.
Oleh karena itu, untuk mengembangkan kecakapan nalar „irfani, seperti
yang diamalkan pada sebuah tarekat, seorang murid tidak diajak berdiskusi atau
disuruh membaca setumpuk buku. Bagi para sufi, tasawuf tidak bisa hanya
dipahami lewat buku/kitab, tetapi dengan melakukan praktik langsung
(suluk/riyadhah).
Untuk menggambarkan pernyataan di atas, ada baiknya diperhatikan
suatu ungkapan sufistik dari Imam Jalaluddin ar-Rumi, sebagaimana dikutip
oleh Mulyadhi Kartanegara, di mana Rumi pernah berkata, ”Kalau Anda ingin
mengetahui api secara „irfani, panggang diri Anda di atas api” (Kartanegara,
1987: 35). Artinya adalah, mengetahui suatu keadaan faktual atau eksistensial
tentang panasnya api, bukan dengan membaca literatur tentang api. Demikian
juga ditamsilkan, kalau Anda ingin mengenal apa itu manis, tak usah membaca
keterangannya lewat buku, tetapi reguklah secangkir teh atau minuman yang
manis, maka Anda akan mengerti manis secara langsung tanpa membutuhkan
definisi. Kalau Anda ingin mengerti cinta, berusahalah jatuh cinta, begitu
seterusnya dengan berbagai perumpamaan-perumpamaan semisal lainnya.
Secara umum, seorang murid biasanya diajak berzikir dalam bentuk
mengulang-ulang nama-nama tertentu Tuhan. Zikir ini dilakukan sebagai cara
mendekatkan diri kepada Tuhan karena dengan berzikir yang intensif, tulus, dan
berulang-ulang, akan terjadi hubungan timbal-balik antara sang hamba dengan
Khalik-nya. Karena menurut keyakinan para sufi, setiap pengucapan nama
Tuhan akan mendapat balasan yang lebih intens dari Tuhan. Akibat yang
diharapkan dari hubungan ini adalah terjadinya cinta timbal-balik di antara
keduanya.
Selain melalui praktik langsung di lapangan dalam menggali
pengalaman lebih bayak lagi, kecakapan nalar „irfani perlu dibina melalui
pembersihan jiwa atau dikenal dengan tazkiyah an-nafs. Karena sistem nalar
„irfani adalah rekonstruksi aspek kebersihan batiniah, maka proses
pencapaiannya melalui metode yang dijalani adalah melalui proses maqamat3
dan ahwal4 dalam terminologi tasawuf.
8
Masih berkaitan dengan upaya tazkiyah an-nafs sebagai awal dari proses
pendekatan diri kepada Tuhan, maka tepat melukiskannya dengan meminjam
ungkapan Rumi lagi, sebagaimana dikutip kembali oleh Mulyadhi Kartanegara,
bahwa "Kalau Anda ingin melintasi simbol dan huruf (dalam capaian ilmu dan
makrifat), bersihkan dulu diri Anda dari segala debu ke-egoisan. Anda akan
memperoleh pengetahuan para nabi, tanpa buku, tanpa guru."
Tugas manusia menurut para sufi adalah membersihkan jendela kaca
hatinya. Selanjytnya, menunggu saat yang tepat untuk datangnya cahaya (nur)
kebenaran memberkas di atasnya, dan diharapkan Tuhan sudi kiranya
memberikan cahaya ke dalam hati sang hamba secara langsung tanpa perantara
(bila wasithah).
Dengan demikian, akan diperoleh pengetahuan yang benar dan
meyakinkan. Dengan cara seperti itulah para sufi atau wali, dan bahkan nabi di
puncaknya memperoleh pengetahuan langsung dari Sang Kebenaran (AI-Haqq)
itu sendiri tanpa perantara apa pun. Dengan alasan ini, pengenalan langsung ini
disebut 'ilmu ladunni (Asy‟ari, 1999: 68).5
C. Tokoh-Tokoh Tasawuf Irfani
1. Rabi’ah Al-Adawiyah (95-185 H)
Nama lengkap Rabi’ah adalah Rabi’ah Al-Adawiyah Al-Bashriyah
Al-Qaisiyah. Ia diperkirakan lahir pada tahun 95 H/713 M atau pada tahun
99 H/717 M di suatu perkampungan dekat Kota Bashrah (Irak) dan wafat di
kota itu pada tahun 185 H/801 M. Ia di lahirkan sebagai putri keempat dari
keluarga yg sangat miskin. Karena ia putri keempat, orang tuanya
menamakannya Rabi’ah.
Kedua orangtuanya meninggal ketika ia masih kecil. Konon pada
saat terjadinya bencana perang di Bashrah, ia dilarikan penjahat dan dijual
kepada keluarga atik dari Suku Qais Banu Adwah. Dari sini ia dikenal
dengan Al-Qaisiyah atau Al-Adawiyah. Pada keluarga ini pulalah, ia
bekerja keras, tetapi akhirnya dibebaskan lantaran tuannya melihat cahaya
5
Musa Asy‟ari, Filsafat Islam Sunnah Nabi dalam Berpikir, (Yogyakarta: LESFI, 1999), h. 68-79
9
yang memancar di atas kepala Rabi’ah dan menerangi seluruh ruangan
rumah pada saat ia beribadah.
Setelah dimerdekakan tuannya, Rabi’ah hidup menyendiri menjalani
kehidupan sebagai seorang zahidah dan sufiah. Ia menjalani sisa hidupnya
hanya dengan ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT
sebagai kekasihnya. Ia memperbanyak tobat dan menjauhi kehidupan
duniawi. Ia hidup dalam kemiskinan dan menolak segala bantuan materi yg
diberikan orang kepadanya. Bahkan dalam doanya, ia tidak meminta hal-hal
yg bersifat materi dari Tuhan.
2. Dzu An-Nun Al-Mishri (180-246 H)
Dzu An-Nun Al-Misri adalah nama julukan bagi seorang sufi yang
tinggal di sekitar pertengahan abad ketiga Hijriyah. Nama lengkapnya Abu
Al-Faidh Tsauban bin Ibrahim. Ia dilahirkan di Ikhmim, dataran tinggi
Mesir, pada tahun 180 H/796 M dan meninggal pada tahun 246 H/856 M.
Julukan Dzu An-Nun diberikan kepadanya sehubungan dengan berbagai
kekeramatan yang di berikan Allah SWT kepadanya. Di antaranya, ia
pernah mengeluarkan seorang anak dari perut buaya dalam keadaan selamat
di Sungai Nil atas permintaan ibu dari anak tersebut.
Asal mula Al-Misri tidak banyak di ketahui, tetapi riwayatnya
sebagai seorang sufi banyak di utarakan. Al-Misri dalam perjalanan
hidupnya berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain. Ia pernah
menjelajahi berbagai daerah di Mesir, mengunjungi Bait Al-Maqdis,
Baghdad, Mekah, Hijaz, Siria, Pegunungan Lebanon, Anthokiah, dan
Lembah Kan’an. Hal ini menyebakan ia memperoleh pengalaman yang
banyak dan mendalam. Gurunya dalam bidang tasawuf adalah Syaqran Al-
‘Abd atau Israfil Al-Maghribiy. Ini memungkinkan baginya untuk menjadi
seorang yang alim, baik dalam ilmu syari’at maupun tasawuf.6
3. Abu Yazid Al-Bustami (874-947 M)
Nama lengkapnya adalah Abu Yazid Thaifur bin ‘Isa bin Surusyan
Al-Bustami, lahir di daerah Bustam (Persia) tahun 874-947 M. Nama
6
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), hlm. 253-257
10
kecilnya adalah Taifur. Kakeknya bernama Surusyan, seorang penganut
agama Zoroaster, kemudian masuk dan menjadi pemeluk Islam di Bustam.
Keluarga Abu Yazid termasuk keluarga yang berada di daerahnya, tetapi ia
lebih memilih hidup sederhana. Sejak dalam kandungan ibunya, Abu Yazid
telah mempunyai keajaiban. Kata ibunya, bayinya yang dalam
kandungannya akan memberontak sampai muntah kalau sang ibu memakan
makanan yang diragukan kehalalannya.
Perjalanan Abu Yazid untuk menjadi seorang sufi memerlukan
waktu puluhan tahun. Sebelum membuktikan dirinya sebagai seorang sufi,
ia terlebih dahulu telah menjadi seorang faqih dari madzhab Hanafi. Salah
seorang gurunya yang terkenal adalah Abu Ali As-Sindi. Ia mengajarkan
kepada Abu Yazid ilmu tauhid, ilmu hakikat, dan ilmu lainnya. Hanya
ajaran sufi Abu Yazid tidak ditemukan dalam bentuk buku.
4. Abu Manshur Al-Hallaj (855-922 M)
Nama lengkap Al-Hallaj adalah Abu Al-Mughist Al-Husain bin
Manshur bin Muhammad Al-Baidhawi, lahir di Baida, sebuah kota kecil di
wilayah Persia, pada tahun 244 H/855 M. Ia tumbuh dewasa di Kota Wasith,
dekat Bahgdad. Pada usia 16 tahun, ia belajar pada seorang sufi terkenal saat
itu, yaitu Sahl bin ‘Abdullah At-Tusturi di Ahwaz. Dua tahun kemudian, ia
pergi ke Basrah dan berguru pada ‘Amr Al-Makki yang juga seorang sufi,
dan pada tahun 878 M, ia masuk ke Kota Bahgdad dan belajar kepada Al-
Junaid. Setelah itu, ia pergi mengembara dari suatu negeri ke negeri yang
lain, menambah pengetahuan dan pengalaman dalam ilmu tasawuf. Ia diberi
gelar Al-Hallaj karna penghidupannya yang diperoleh dari memintal Wol.
Dalam semua perjalanan dan pengembaraannya ke berbagai
kawasan Islam, seperti Khurasan, Ahwaz, India, Turkistan dan Mekkah, Al-
Hallaj banyak memperoleh pengikut. Ia kemudian kembali ke Baghdad
pada tahun 296 H/909 M. Di Baghdad, pengikutnya semakin bertambah
banyak karena kecaman-kecamannya terhadap kebobrokan Pemerintah
yang berkuasa pada waktu itu. Secara kebetulan, ia bersahabat dengan
kepala rumah tangga istana, Nashr Al-Qusyairi, yang mengingatkan sistem
tata usaha yang baik,pemerintahan yang bersih. Al-Hallaj wafat pada tahun
11
922 M. Kematian tragis Al-Hallaj yang tampak seperti dongeng tidak
membuat gentar para pengikutnya. Ajarannya masih tetap berkembang.7
D. Ajaran Tokoh-Tokoh Tasawuf Irfani
1. Ajaran Rabi’ah Al-Adawiyah Yaitu Tasawuf Mahabbah (Cinta)
Dalam perkembangan mistisisme dalam islam, Rabi’ah AL-
‘Adawiyah tercatat sebagai peletak dasar tasawuf berdasarkan cinta kepada
allah. Sementara generasi sebelumnya merintis aliran asketisme dalam
islam berdasarkan rasa takut dan pengharapan kepada Allah. Rabi’ah pula
yang pertama-tama mengajukan pengertian rasa tulus iklas dengan cinta
yang berdasarkan permintaan ganti dari Allah.
Sikap dan pandangan Rabi’ah Al-‘Adawiyah tentang cinta dipahami
dari kata-katanya, baik ysng langsung maupun yang disandarkan
kepadanya. Al-Qusyairi meriwayatkan bahwa ketika bermunajat, Rabi’ah
berdoa, ‘Tuhanku, akankah kau bakar kalbu yang mencinta-Mu oleh api
neraka”? Tiba-tiba terdengar suara, “kami tidak akan melakukan itu.
Janganlah engkau berburuk sangka kepada kami.”
Diantara sya’ir cinta Rabi’ah yang paling masyhur adalah:
“Aku mencintai-Mu dengan dua cinta,
Cinta karena diriku dan karena diri-Mu.
Cinta karena diriku adalah keadaan senantiasa mengikatkan-Mu,
Cinta karena diri-Mu
adalah keadaanku mengungkapkan tabir sehingga engkau kulihat.
Baik ini maupun untuk itu, pujian bukanlah bagiku
Bagi-Mu pujian untuk kesemuanya.
Al-Ghazali memberikan ulasan tentang sya’ir Rabi’ah sebagai
berikut,“Mungkin yang Rabi’ah maksudkan dengan cinta karena dirinya
adalah cinta kepada Allah SWT karena kebaikan dan karunia-Nya di dunia
ini, sedangkan cinta kepada-Nya adalah karena ia layak dicintai keindahan
dan keagungan-Nya yang tersingkap kepadanya. Cinta yang kedua
merupakan cinta yang paling luhur dan mendalam serta merupakan
7
Ibid. hlm 265-267
12
kelezatan melihat keindahan Tuhan. Hal ini seperti disabdakan dalam hadis
Qudsi, “Bagi hamba-hamba-Ku yang saleh, Aku menyiapkan apa yang
tidak terlihat mata, tidak terdengar telinga, dan tidak terbesit di kalbu
manusia.”8
Kecintaan kepada Allah SWT akan mendapatkan ketenangan dan
kedamaian dalam hati manusia, dan hal ini merupakan nikmat yang terbesar
dalam kehidupan seseorang. Manusia yang mecintai Allah SWT maka Allah
SWT pun juga mencintainya, orang itu akan mendapatkan kasih sayang-
Nya, baik di dunia maupun di akhirat.9
2. Ajaran Dzu An-Nun Al-Misri
a. Makrifat
Al-Misri adalah pelopor paham makrifat. Berikut ini beberapa
pandangannya tentang hakikat makrifat:
1) Sesungguhnya makrifat yang hakiki bukanlah ilmu tentang keesaan
Tuhan, sebagaimana yang dipercayai orang-orang mukmin, bukan
pula ilmu-ilmu burhan dan nazhar milik para hakim, mutakalimin,
dan ahli balaghah, tetapi makrifat terhadap keesaan Tuhan yang
khusus dimiliki para wali Allah SWT. Sebab, mereka adalah orang
yang menyaksikan Allah SWT dengan hatinya, sehingga terbukalah
baginya apa yang tidak dibukakan untuk hamba-hamba-Nya yang
lain.
2) Makrifat yang sebenarnya adalah bahwa Allah SWT menyinari
hatimu dengan cahaya makrifat yang murni seperti matahari tak
dapat dilihat, kecuali dengan cahayanya. Senantiasa salah seorang
hamba mendekat kepada Allah SWT sehingga terasa hilang dirinya,
lebur dalam kekuasaan-Nya, mereka merasa berbicara dengan ilmu
yang telah diletakkan Allah SWT pada lidah mereka, mereka
melihat dengan penglihatan Allah SWT, mereka berbuat dengan
perbuatan Allah SWT.
8
Muhammad Solihin,. Ilmu Tasawuf. (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008) hlm. 148
9
Mohammad Muchlis Solichin, Akhlak & Tasawuf dalam Wacana Kontemporer Upaya
Sang Sufi Menuju Allah, (Surabaya: Pena Salsabila, 2014), hlm. 158.
13
Kedua pandangan Al-Misri di atas menjelaskan bahwa makrifat
kepada Allah SWT tidak dapat ditempuh melalui pendekatan akal dan
pembuktian-pembuktian, tetapi dengan jalan makrifat batin, yakni
Tuhan menyinari hati manusia dan menjaganya dari ketercemasan,
sehingga semua yang ada di dunia ini tidak mempunyai arti lagi. Al-
Misri membagi pengetahuan tentang Tuhan (makrifat) menjadi tiga
macam, yaitu pengetahuan untuk seluruh muslim, pengetahuan khusus
untuk para filosof dan ulama, dan pengetahuan khusus untuk para wali
Allah SWT.
b. Maqamat dan Ahwal
Pandangan Al-Misri tentang maqamat dikemukakan pada
beberapa hal saja, yaitu at-taubah, ash-shabr, at-tawakkal, dan ar-ridha.
Mengenai maqam at-taubah, menurut Al-Misri ada dua macam tobat,
yaitu tobat awam dan tobat khawas. Lebih lanjut, Al-Misri membagi
tobat menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1) Orang yang bertobat dari dosa dan keburukannya.
2) Orang yang bertobat dari kelalaian dan kealfaan mengingat Tuhan.
3) Orang yang bertobat karena memandang kebaikan dan ketaatannya.
Keterangan Al-Misri tentang maqam ash-shabr dikemukakan
dalam bentuk kepingan dialog dari sebuah riwayat. Suatu ketika ia
menjenguk orang yang sedang sakit. Ketika orang sakit itu merintih, Al-
Misri berkata, “Tidak termasuk cinta yang benar orang yang tidak sabar
dalam menghadapi cobaan Tuhan.” Orang sakit itu kemudian
menimpali,“Tidak benar pula cintanya orang yang merasakan
kenikmatan dari suatu cobaan.” Menurut Al-Misri, sabar artinya
menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Allah
SWT, demikian juga tenang ketika mendapatkan cobaan dari-Nya,
menampakkan sifat yang berkecukupan sekalipun hidup dalam
kekurangan.10
10
Muhammad Solihin,. Ilmu Tasawuf. (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008) hlm. 153-160
14
Berkenaan dengan maqamat-tawakkal, Al-Misri
mendefinisikannya sebagai berhenti memikirkan diri sendiri dan merasa
memiliki daya dan kekuatan. Intinya adalah penyerahan diri sepenuhnya
kepada Allah SWT disertai perasaan tidak memiliki kekuatan.
Ketika ditanya tentang maqam ar-ridha, Al-Misri menjawab
bahwaar-ridha adalah kegembiraan hati menyambut ketentuan Tuhan
baginya. Pendapat ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Al-
Qannad, yakni ar-ridha adalah ketenangan hati dengan berlakunya
ketentuan Tuhan.
Mengenai ahwal, Al-Misri menjadikan mahabbah (cinta kepada
Tuhan) sebagai urutan pertama dari empat ruang lingkup pembahasan
tentang tasawuf. Sebab, tanda-tanda orang-orang yang mencintai Allah
SWT adalah mengikuti kekasih-Nya, yakni Nabi Muhammad SAW
dalam hal akhlak, perbuatan, segala perintah, dan sunnahnya. Artinya,
orang-orang yang mencintai Allah SWT senantiasa mengikuti sunnah
rasul, tidak mengabaikan syariat.
Dalam salah satu doanya, Al-Misri berkata, “Ya Allah,
sesungguhnya rahmat-Mu yang luas lebih kami dambakan daripada
amal yang kami lakukan, dan kami lebih mengharapkan ampunan-Mu
daripada siksa-Mu.”
3. Ajaran Abu Yazid Al-Bustami
a. Fana’ dan Baqa’
Ajaran tasawuf terpenting Abu Yazid adalah fana’ dan baqa’. Dari
segi bahasa, fana’ berasal dari kata faniya yang berarti musnah atau
lenyap. Dalam istilah tasawuf, fana’ adakalanya diartikan sebagai
keadaan moral yang luhur. Pencapaian Abu Yazid ke tahap fana’ terjadi
setelah meninggalkan segala keinginan selain keinginan kepada Allah
SWT.
Jalan menuju fana’ menurut Abu Yazid dikisahkan dalam mimpinya
menatap Tuhan. Ia bertanya, “Bagaimana caranya agar aku sampai
kepada-Mu?” Tuhan menjawab, “Tinggalkan diri (nafsu)mu dan
kemarilah.”
15
Adapun baqa’ berasal dari kata baqiya, dari segi bahasa adalah
tetap, sedangkan berdasarkan istilah tasawuf berarti mendirikan sifat-
sifat terpuji kepada Allah. Paham baqa’ tidak dapat dipisahkan dengan
pahamfana’. Keduanya merupakan paham yang berpasangan. Jika
seorang sufi sedang mengalami fana’ ketika itu juga ia sedang
menjalani baqa’.
b. Ittihad
Ittihad adalah tahapan selanjutnya yang dialami seorang sufi
setelah melalui tahapan fana’ dan baqa’. Dalam tahapan ittihad,seorang
sufi bersatu dengan Tuhan. Antara yang mencintai dan yang dicintai
menyatu, baik substansi maupun perbuatannya.11
Dengan fana’-nya, Abu Yazid meninggalkan dirinya dan pergi ke
hadirat Tuhan. Bahwa ia telah berada dekat pada Tuhan dapat dilihat
darisyatahat yang diucapkannya. Syatahat adalah ucapan-ucapan yang
dikeluarkan seorang sufi ketika ia mulai berada di pintu gerbang ittihad.
Ucapan-ucapan yang demikian belum pernah didengar dari sufi sebelum
Abu Yazid, umpamanya:
ٌ‫ْر‬‫ي‬ِ‫ق‬َ‫ف‬ ٌ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫أ‬َ‫ف‬ َ‫ك‬َ‫ل‬ ْ‫ي‬ِ‫ب‬ُ‫ح‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫َّب‬‫ج‬َ‫ع‬َ‫ت‬َ‫أ‬ ُ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ل‬
ٌ‫ْر‬‫ي‬ِ‫د‬َ‫ق‬ ٌ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫م‬ َ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬ ْ‫ي‬ِ‫ل‬ َ‫ك‬ِ‫ب‬ُ‫ح‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫َّب‬‫ج‬َ‫ع‬َ‫ت‬َ‫أ‬ ْ‫ي‬ِ‫ن‬ِ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫و‬
Artinya: “Aku tidak heran terhadap cintaku pada-Mu, karena aku
hanyalah hamba yang hina, tetapi aku heran terhadap cinta-Nya padaku
Karena Engkau adalah Raja Mahakuasa.”
Tatkala berada dalam tahapan ittihad, Abu Yazid berkata:
َ‫خ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬ُ‫ك‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫د‬ْ‫ي‬ ِ
‫ز‬َ‫ي‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬ : َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬
َ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫أ‬ َ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫أ‬َ‫ف‬ :ُ‫ت‬ْ‫ل‬ُ‫ق‬َ‫ف‬ َ‫ك‬َ‫ْر‬‫ي‬َ‫غ‬ ْ‫ي‬ِ‫ق‬ْ‫ل‬
Artinya: “Tuhan berkata, “Semua mereka kecuali engkau adalah
makhluk.” Aku pun berkata, “Engkau adalah aku dan aku adalah
Engkau.”
Suatu ketika seseorang melewati rumah Abu Yazid dan mengetuk
pintu. Abu Yazid bertanya, “Siapa yang engkau cari?” Orang itu
menjawab, “Abu Yazid” Abu Yazid berkata, “Pergilah, di rumah ini tidak
ada Abu Yazid, kecuali Allah Yang Mahakuasa dan Mahatinggi.”
11
Ibid. hlm 161-163
16
4. Ajaran Abu Manshur Al-Hallaj (Hulul dan Wahdat Asy-Syuhud)
Diantara ajaran tasawuf Al-Hallaj yang paling terkenal adalah al-
hululdan wahdat asy-syuhud yang kemudian melahirkan paham wihdat al-
wujud(kesatuan wujud) yang dikembangkan Ibn ‘Arabi. Al-Hallaj memang
pernah mengaku bersatu dengan Tuhan (hulul).
Kata al-hulul berdasarkan pengertian bahasa, berarti menempati
suatu tempat. Adapun menurut istilah tasawuf, al-hulul berarti paham yang
mengatakan bahwa Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk
mengambil tempat di dalamnya setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada
dalam tubuh itu dilenyapkan.
Berikut ini salah satu sya’ir Al-Hallaj:
“Mahasuci Dzat yang sifat kemanusiaan_Nya membuka rahasia
ketuhanan-Nya yang gemilang. Kemudian kelihatan bagi makhluk-Nya
dengan nyata. dalam bentuk manusia yang makan dan minum.”
Melalui sya’ir diatas, Al-Hallaj memperlihatkan bahwa Tuhan
mempunyai dua sifat dasar, sifat ketuhanan-Nya sendiri (lahut) dan sifat
kemanusiaan (nasut). Dengan demikian, Al-Hallaj sebenarnya tidak
mengakui dirinya Tuhan dan juga tidak sama dengan Tuhan, seperti terlihat
dalam sya’irnya:
“Aku adalah rahasia yang Mahabenar dan bukanlah yang Mahabesar itu
aku, aku hanya satu dari yang benar maka bedakanlah antara kami.”
Dapat ditarik kesimpulan bahwa hulul yang terjadi pada Al-Hallaj
tidaklah sesungguhnya karena member pengertian secara jelas adanya
perbedaan antar hamba dan Tuhan.12
12
Ibid. hlm 166-171
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tasawuf irfani adalah pendekatan yang intens seorang hamba dengan
Tuhan dengan sedekat-dekatnya dan menutup ruang hatinya untuk selain-Nya.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan tasawuf irfani adalah tasawuf yang
mendasarkan pedomannya kepada makrifat atau pengetahuan terhadap Tuhan
sebagai dasar atau inti dari landasan tasawufnya.
Orang yang ‘irfan/makrifat kepada Allah SWT adalah yang benar-benar
mengenal Allah SWT melalui dzauq dan kasyf (ketersingkapan). ‘Irfan terbagi
menjadi dua bagian, yaitu ‘irfan ilmi dan ‘irfan amali. ‘Irfan ilmi bersifat
teoretis, sementara ‘irfan amali bersifat praktis.
Karakteristik tasawuf irfani Dengan demikian, telah jelas bahwa
kekhasan nalar „irfani ini terletak pada sifatnya yang langsung. Mengenai
karakter dari sifat langsung ‟irfani dalam menangkap objeknya ini kemudian
dapat dianalisis ke dalam beberapa hal; Pertama, pengetahuan „irfani bisa
dicapai melalui pengalaman. Kedua, sifat langsung pengetahuan „irfani bisa
diliihat dari apa yang sering disebut sebagai 'ilmu hudhuri. Ketiga, sifat
kelangsungan nalar „irfani ini dapat dilihat dari apa yang disebut sebagai
pengalaman "eksistensial".
Terdapat beberapa tokoh yang termasuk tokoh tasawuf irfani.
Diantaranya Rabi’ah Al-Adawiyah yang tercatat pada
perkembangan mistisme sebagai peletak dasar tasawuf berdasarkan
cinta (muhabbah) kepada Allah SWT. Dzun An-Nun Al-Misri yang terkenal
sebagai pelopor paham makrifat. Abu Yazid Al-Bustami dengan ajaran tasawuf
terpentingnya adalah fana’ dan baqa’. Abu Manshur Al-Hallaj dengan ajaran
tasawufnya yang paling terkenal adalah al-hulul dan wahdat asy-syuhud yang
kemudian melahirkan paham wihdat al-wujud (kesatuan wujud) yang
dikembangkan Ibn ‘Arabi.
18
B. Saran
Setelah kita mengetahui dan memahami tentang tasawuf irfani,
karakteristiknya dan tokoh-tokoh tasawuf irfani serta konsep ajarannya,
sepatutnya kita mengambil nilai positif dari hal-hal tersebut. Melakukan
pendekatan hanya semata-mata ingin mendapat ridha Allah SWT dan
melaksanakan sesuatu hanya berlandaskan hukum-hukum Allah SWT.
Sehingga kita bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan tidak
terlalaikan oleh kenikmatan dunia. Semoga makalah ini bermanfaat.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Bangun Nasution Dan Rayani Hanum Siregar. 2013. Akhlak Tasawuf:
Pengenalan, Pemahaman, Dan Pengaplikasiannya Disertai Biografi Dan
Tokoh-Tokoh Sufi, Jakarta: Amzah
Mohammad Muchlis Solichin,2014. Akhlak & Tasawuf dalam Wacana
Kontemporer Upaya Sang Sufi Menuju Allah, Surabaya: Pena Salsabila
Muhammad Sholihin Dan Rosihon Anwar. 2008. Ilmu Tasawuf, Bandung: CV
Pustaka Setia
Muhammad Solihin, 2008. Ilmu Tasawuf. Bandung: CV. Pustaka Setia
Musa Asy‟ari, 1999. Filsafat Islam Sunnah Nabi dalam Berpikir, Yogyakarta:
LESFI
Osman Bakar, 1998. Hierarki Ilmu: Membangun Rangka Pikir Islamisasi Ilmu, alih
bahasa Purwanto, Bandung: Mizan
Rosihon Anwar, 2010. Akhlak Tasawuf, Bandung: CV. Pustaka Setia
Samsul Munir Amin. 2015. Ilmu Tasawuf, Jakarta: Amzah

More Related Content

Similar to Makalah Tasawuf Irfani UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf

Makalah tasawuf
Makalah tasawufMakalah tasawuf
Makalah tasawufudajamil
 
Mistik Jawa dalam Islam Kebatinan
Mistik Jawa dalam Islam KebatinanMistik Jawa dalam Islam Kebatinan
Mistik Jawa dalam Islam KebatinanFAJAR MENTARI
 
Hubungan tasawuf dengan ilmu kalam
Hubungan tasawuf dengan ilmu kalamHubungan tasawuf dengan ilmu kalam
Hubungan tasawuf dengan ilmu kalamJum Sardie
 
Tasawuf akhlaki, amaly dan falsafi
Tasawuf akhlaki, amaly dan falsafiTasawuf akhlaki, amaly dan falsafi
Tasawuf akhlaki, amaly dan falsafiHalimatus Sa'diyah
 
Urgensi Dasar, Dasar, dan Sejarah Perkembangan Ilmu Tasawuf
Urgensi Dasar, Dasar, dan Sejarah Perkembangan Ilmu TasawufUrgensi Dasar, Dasar, dan Sejarah Perkembangan Ilmu Tasawuf
Urgensi Dasar, Dasar, dan Sejarah Perkembangan Ilmu TasawufThufailah Mujahidah
 
PENDIDIKAN SPIRITUAL TASAWUF IAIC ,.pptx
PENDIDIKAN SPIRITUAL TASAWUF IAIC ,.pptxPENDIDIKAN SPIRITUAL TASAWUF IAIC ,.pptx
PENDIDIKAN SPIRITUAL TASAWUF IAIC ,.pptxFebrianRizki3
 
Tauhid, Al-Qur’an&Hadits, Generasi Terbaik dan Salafussalih, Berbagi, Keadila...
Tauhid, Al-Qur’an&Hadits, Generasi Terbaik dan Salafussalih, Berbagi, Keadila...Tauhid, Al-Qur’an&Hadits, Generasi Terbaik dan Salafussalih, Berbagi, Keadila...
Tauhid, Al-Qur’an&Hadits, Generasi Terbaik dan Salafussalih, Berbagi, Keadila...DitiTriAriputry
 
Aliran-Aliran Tassawuf.docx
Aliran-Aliran Tassawuf.docxAliran-Aliran Tassawuf.docx
Aliran-Aliran Tassawuf.docxZukét Printing
 
Aliran-Aliran Tassawuf.pdf
Aliran-Aliran Tassawuf.pdfAliran-Aliran Tassawuf.pdf
Aliran-Aliran Tassawuf.pdfZukét Printing
 
Tasawuf amali dan falsafi
Tasawuf amali dan falsafiTasawuf amali dan falsafi
Tasawuf amali dan falsafiAbdul Fauzan
 
Pengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.docx
Pengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.docxPengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.docx
Pengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.docxZukét Printing
 
Pengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.pdf
Pengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.pdfPengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.pdf
Pengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.pdfZukét Printing
 
Epistemologi irfani
Epistemologi irfaniEpistemologi irfani
Epistemologi irfaniAs Faizin
 
Komunikasi spiritual dalam islam
Komunikasi spiritual dalam islamKomunikasi spiritual dalam islam
Komunikasi spiritual dalam islamIlham Surahmin
 
Hubungan ilmu kalam dengan filsafat islam
Hubungan ilmu kalam dengan filsafat islamHubungan ilmu kalam dengan filsafat islam
Hubungan ilmu kalam dengan filsafat islamYandra Helira
 

Similar to Makalah Tasawuf Irfani UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf (20)

Makalah tasawuf
Makalah tasawufMakalah tasawuf
Makalah tasawuf
 
Mistik Jawa dalam Islam Kebatinan
Mistik Jawa dalam Islam KebatinanMistik Jawa dalam Islam Kebatinan
Mistik Jawa dalam Islam Kebatinan
 
Hubungan tasawuf dengan ilmu kalam
Hubungan tasawuf dengan ilmu kalamHubungan tasawuf dengan ilmu kalam
Hubungan tasawuf dengan ilmu kalam
 
TASAWUF
TASAWUFTASAWUF
TASAWUF
 
Tasawuf akhlaki, amaly dan falsafi
Tasawuf akhlaki, amaly dan falsafiTasawuf akhlaki, amaly dan falsafi
Tasawuf akhlaki, amaly dan falsafi
 
Urgensi Dasar, Dasar, dan Sejarah Perkembangan Ilmu Tasawuf
Urgensi Dasar, Dasar, dan Sejarah Perkembangan Ilmu TasawufUrgensi Dasar, Dasar, dan Sejarah Perkembangan Ilmu Tasawuf
Urgensi Dasar, Dasar, dan Sejarah Perkembangan Ilmu Tasawuf
 
PENDIDIKAN SPIRITUAL TASAWUF IAIC ,.pptx
PENDIDIKAN SPIRITUAL TASAWUF IAIC ,.pptxPENDIDIKAN SPIRITUAL TASAWUF IAIC ,.pptx
PENDIDIKAN SPIRITUAL TASAWUF IAIC ,.pptx
 
Tauhid, Al-Qur’an&Hadits, Generasi Terbaik dan Salafussalih, Berbagi, Keadila...
Tauhid, Al-Qur’an&Hadits, Generasi Terbaik dan Salafussalih, Berbagi, Keadila...Tauhid, Al-Qur’an&Hadits, Generasi Terbaik dan Salafussalih, Berbagi, Keadila...
Tauhid, Al-Qur’an&Hadits, Generasi Terbaik dan Salafussalih, Berbagi, Keadila...
 
Aliran-Aliran Tassawuf.docx
Aliran-Aliran Tassawuf.docxAliran-Aliran Tassawuf.docx
Aliran-Aliran Tassawuf.docx
 
Aliran-Aliran Tassawuf.pdf
Aliran-Aliran Tassawuf.pdfAliran-Aliran Tassawuf.pdf
Aliran-Aliran Tassawuf.pdf
 
Tasawuf
TasawufTasawuf
Tasawuf
 
Tasawuf amali dan falsafi
Tasawuf amali dan falsafiTasawuf amali dan falsafi
Tasawuf amali dan falsafi
 
91465917 makalah
91465917 makalah91465917 makalah
91465917 makalah
 
TASAWUF
TASAWUFTASAWUF
TASAWUF
 
Pengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.docx
Pengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.docxPengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.docx
Pengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.docx
 
Pengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.pdf
Pengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.pdfPengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.pdf
Pengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.pdf
 
Ahlaq tasawuf
Ahlaq tasawufAhlaq tasawuf
Ahlaq tasawuf
 
Epistemologi irfani
Epistemologi irfaniEpistemologi irfani
Epistemologi irfani
 
Komunikasi spiritual dalam islam
Komunikasi spiritual dalam islamKomunikasi spiritual dalam islam
Komunikasi spiritual dalam islam
 
Hubungan ilmu kalam dengan filsafat islam
Hubungan ilmu kalam dengan filsafat islamHubungan ilmu kalam dengan filsafat islam
Hubungan ilmu kalam dengan filsafat islam
 

More from Zukét Printing

ASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptxASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptxZukét Printing
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdfPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdfZukét Printing
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docxPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docxZukét Printing
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdfMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdfZukét Printing
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docxMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docxZukét Printing
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdfManajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdfZukét Printing
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docxManajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docxZukét Printing
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdfHukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdfZukét Printing
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docxHukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docxZukét Printing
 
Gejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdfGejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdfZukét Printing
 
Gejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docxGejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docxZukét Printing
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfZukét Printing
 

More from Zukét Printing (20)

ASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptxASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
 
Fiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdfFiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdf
 
Fiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.docFiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.doc
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdfPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docxPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdfMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docxMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdfManajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docxManajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docx
 
Fiqih Muamalah.pdf
Fiqih Muamalah.pdfFiqih Muamalah.pdf
Fiqih Muamalah.pdf
 
Fiqih Muamalah.docx
Fiqih Muamalah.docxFiqih Muamalah.docx
Fiqih Muamalah.docx
 
Fiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdfFiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdf
 
Fiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.docFiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.doc
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdfHukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docxHukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docx
 
Integral.docx
Integral.docxIntegral.docx
Integral.docx
 
Integral.pdf
Integral.pdfIntegral.pdf
Integral.pdf
 
Gejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdfGejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdf
 
Gejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docxGejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docx
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
 

Recently uploaded

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 

Recently uploaded (20)

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 

Makalah Tasawuf Irfani UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf

  • 1. MAKALAH TASAWUF IRFANI Dosen Pengampu: Dr. H. Didik Heriadi, S. Ag,M. Pd. Disusun Oleh: Husen Baharu PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI'AH FAKULTAS EKONOMI SYARI'AH UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG KRAKSAAN PROBOLINGGO 2023
  • 2. i KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan taufik dan hidayahnya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada suri teladan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya yang membawa kebenaran bagi kita semua. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yakni bapak Dr. H. Didik Heriadi, S. Ag,M. Pd. yang telah membimbing serta mengajarkan kami, dan mendukung kami sehingga terselesaikan makalah yang berjudul “Tasawuf Irfani” dan juga terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga terselesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan, sebagai wujud rasa syukur dengan tersusunnya makalah ini kepada semua pihak yang telah berpartisipasi selama penyusunan makalah ini, yang telah dengan tulus ikhlas membantu baik secara moril maupun materiil, terutama kepada Dosen Pembina dan teman-teman sekalian. Kraksaan, 22 Februari 2023 Penyusun
  • 3. ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.............................................................................................i DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1 A. Latar Belakang .........................................................................................1 B. Rumusan Masalah....................................................................................2 C. Tujuan Masalah........................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3 A. Pengertian Tasawuf Irfani........................................................................3 B. Karakteristik Tasawuf Irfani....................................................................4 C. Tokoh-Tokoh Tasawuf Irfani...................................................................8 D. Ajaran Tokoh-Tokoh Tasawuf Irfani.....................................................11 BAB III PENUTUP..............................................................................................17 A. Kesimpulan ............................................................................................17 B. Saran.......................................................................................................18 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tasawuf adalah membersihkan hati dan apa yang mengganggu makhluk, berjuang meninggalkan pengaruh budi yang asal kita memadamkan sifat-sifat yang merupakan kelemahan kita, menjauhkan diri dari seruan hawa nafsu, mendekati sifat-sifat kerohanian, bergantung pada ilmu-ilmu hakikat, memakai barang yang penting dan terlebih kekal. Salah satu ajaran yang terdapat dalam tasawuf yaitu tasawuf irfani. Tasawuf irfani tidak hanya membahas soal keikhlasan dalam hubungan antarmanusia. Tasawuf irfani membahas mengenai apa yang kita lakukan sesungguhnya tidak pernah kita lakukan. Hal tersebut merupakan tingkatan ikhlas yang paling tinggi karena semuanya hanya untuk Allah SWT. Sehingga tidak ingin dipuji, atau jika dipuji tidak pernah berubah karena pujian tersebut. Tasawuf bukan ilmu yang stagnan ditempat. Walaupun nama tasawuf baru terdengar mulai awal-awal abad II hijriyah, tetapi dalam perjalanannnya mengalami pekembangan yang cukup signifikan. Hadirnya berbagai tokoh tasawuf memperkarya cara pandang ilmu tasawuf. Salah satu pemikiran tasawuf yaitu adalah tasawuf irfani. Aliran ini terkenal dengan cara pandang tokohnya yang susah untuk dipahami oleh orang awam. Dalam tasawuf irfani terdapat beberapa tokoh sufi yang terkenal. Tokoh- tokoh tersebut memiliki pemikiran dan konsep mengenai ajaran-ajaran yang berkaitan dengan tasawuf irfani. Ajaran ini juga dikenal dengan cara pandang tokohnya yang sulit dipahami oleh orang awam. Oleh karena itu, ada sufi yang ditangkap dan dipenjarakan karena pemikiran dan ucapannya yang membingungkan bagi orang-orang awam.
  • 5. 2 B. Rumusan Masalah 1. Mengetahui apa itu pengertian tasawuf irfani? 2. Mengetahui karakteristik tasawuf irfani? 3. Mengetahui siapa saja tokoh-tokoh tasawuf irfani? 4. Mengetahui konsep ajaran tokoh-tokoh tasawuf irfani? C. Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui apa itu pengertian tasawuf irfani 2. Untuk mengetahui karakteristik tasawuf irfani 3. Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh tasawuf irfani 4. Untuk mengetahui konsep Ajaran tokoh-tokoh tasawuf irfani
  • 6. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Tasawuf Irfani Secara etimologis, kata ‘irfan merupakan kata jadian (mashdar) dari kata ‘arafa’(mengenal/pengenalan). Adapun secara terminologis, ‘irfan diidentikkan dengan makrifat sufistik. Orang yang irfani/makrifat kepada allah adalah orang benar-benar mengenal allah melalui dzauq dan kasyf (ketersingkapan). Ahli irfan adalah orang yang bermagrifat kepada Allah. Terkadang kata itu diidentikkan dengan sifat-sifat inheren tertentu yang tampak pada diri seorang ‘arif (yang bermakrifat kepada allah), dan menjadi hal baginya. Dalam konteks ini, Ibn ‘Arabi berkata ‘Arif adalah seorang yang memperoleh penampakan Tuhan sehingga pada dirinya tampak kondisi-kondisi hati tertentu (ahwal). ‘Irfan diperoleh seseorang melalui jalan al-idrak al-mubasyir al-wujdani (penangkapan langsung secara emosional), bukan penangkapan langsung secara rasional. Pembicaraan tentang ‘irfan atau makrifat dikalangan sufi dimulai sekitar abad III dan IV H. tokoh sufi yang sangat menonjol membicarakannya adalah Dzu An-nun Al- Mishri (w. 245h/859 M). sementara Al- Ghazali diposisikan sebagai tokoh sufi yang pertama kali mendalaminya secara intens. 1 Tasawuf irfani adalah tasawuf yang berusaha menyingkap hakikat kebenaran atau makrifat diperoleh dengan tidak melalui logika, pembelajaran atau pemikiran, tetapi melalui pemberian Tuhan (mauhibah). Ilmu ini diperoleh karena manusia yang melakukan tasawuf berupaya melakukan tasfiyat al- qalb. Dengan hati yang suci seseorang dapat berdialog secara batin dengan Tuhan sehingga pengetahuan atau makrifat dimasukkan Allah SWT ke dalam hatinya, hakikat kebenaran tersingkap lewat ilham (intuisi).2 1 Muhammad Sholihin Dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), hlm. 145 2 Ahmad Bangun Nasution Dan Rayani Hanum Siregar, Akhlak Tasawuf: Pengenalan, Pemahaman, Dan Pengaplikasiannya Disertai Biografi Dan Tokoh-Tokoh Sufi, (Jakarta: Amzah, 2013), hlm. 27
  • 7. 4 Aliran irfani berpandangan bahwa apapun yang ada didunia alam semesta ini adalah masifestasi-manifestasi ilahi. Yang tidak mungkin ada tanpa adanya tuhan, sang wujud sejati. Segala sesuatu yang ada dialam semesta ini adalah ciptaan allah yang dibuat agar kita bisa berfikir betapa besar kekuasaan allah, dan betapa belaskasihnya kepada manusia, sehingga itu semua manusia dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya dialam ini. Tasawuf irfani tidak hanya membahas soal keiklasan dalam hubungan manusia, tetapi lebih jauh menetapkan bahwa apa yang kita lakukan sesungguhnya tidak pernah kita lakukan. Ini tingkatan ikhlas yang paling tinggi, kita tidak ingin dipuji, atau jika dipuji tidak pernah berubah, dan apabila dicaci maki juga tidak pernah berubah. Semuanya adalah hanya untuk allah semata. Inti dari tasawuf irfani adalah pendekatan yang intens seorang hamba dengan Tuhan dengan sedekat-dekatnya dan menutup ruang hatinya untuk selain-Nya. Dengan demikian, yang dimaksud dengan tasawuf irfani adalah tasawuf yang mendasarkan pedomannya kepada makrifat atau pengetahuan terhadap Tuhan sebagai dasar atau inti dari landasan tasawufnya.3 B. Karakteristik Tasawuf Irfani Dalam arti lain pembedaan nalar „irfani dengan nalar yang lain dalam proses dan metodenya bisa dilihat bahwa, nalar 'irfani berkaitan dengan hati (qalb) karena wilayah bekerjanya pada dimensi batin. Nalar „irfani dapat menangkap objeknya secara langsung. Adapun objek yang ditangkap nalar „irfani bersifat lebih abstrak; seperti rasa cinta, benci, kecewa, dan bahagia (Kartanegara, 2003:59). Pengetahuan „irfani tidak didasarkan atas teks seperti bayani, tetapi pada kasyf, di mana dialaminya suatu pengalaman ketersingkapan rahasia-rahasia realitas oleh Tuhan (Oesman Bakar, 1998). Sumber dari nalar „irfani adalah realitas pengalaman (experience) yang ditemukan langsung oleh sang arif atau sufi sebagai kelompok pendukung keilmuan dalam sistem nalar ini. Karena itu, pengetahuan „irfani tidak diperoleh berdasarkan analisis teks dan pembuktian empiris, tetapi dengan olah ruhani (Abdullah, 2005:208) di mana dengan 3 Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2015), hlm. 241
  • 8. 5 kesucian hati, diharapkan Tuhan akan melimpahkan (faidh) pengetahuan langsung kepadanya. Dengan demikian, telah jelas bahwa kekhasan nalar „irfani ini terletak pada sifatnya yang langsung. Mengenai karakter dari sifat langsung ‟irfani dalam menangkap objeknya ini kemudian dapat dianalisis ke dalam beberapa hal; Pertama, pengetahuan „irfani bisa dicapai melalui pengalaman, yaitu dengan mengalami atau merasakan sendiri objeknya. Oleh karena itu, nalar „irfani dilihat dari sudut ini, disebut dzauqi (rasa), dan bukan melalui penalaran, seperti yang dilakukan oleh nalar burhani. MisaInya, kita tidak akan mengetahui atau memahami "cinta" semata dengan membaca literatur tentang cinta, tetapi kita mengenal cinta tersebut dengan mengalaminya. Tanpa pengalaman tersebut, kita tidak akan pernah mengerti dan memahami apa dan bagaimana hakikat sebuah cinta. Cinta tak bisa dipahami lewat akal, tetapi lewat hati (intuisi). Maka tidak heran kadang-kadang kita tidak mampu mengungkapkan rasa cinta itu dengan kata-kata atau secara diskursif karena ia bukan lah wilayah akal. Namun berbeda halnya dengan hati yang bisa memahami hakikat cinta lewat pengalaman, bukan lewat kata-kata atau definisi. Dengan demikian, kita pada dasarnya tidak akan bisa mengerti bagaimana keadaan cinta seorang sufi terhadap Tuhannya, tanpa kita sendiri berupaya membangun hubungan untuk bisa jatuh cinta kepada-Nya (Oesman Bakar, 1998).4 Konsep cinta seorang hamba terhadap Khaliq-nya itulah yang di dalam disiplin sufistik banyak dikemukakan dan dirumuskan oleh berbagai macam aliran dan tarekat. Kedua, sifat langsung pengetahuan „irfani bisa diliihat dari apa yang sering disebut sebagai 'ilmu hudhuri. Pengetahuan „irfani ditandai oleh hadirnya (hudhur) objek di dalam diri si subjek. Barangkali karena itu, pengetahuan ini disebut "presensial". Berbeda dengan pengenalan rasional yang memahami objekobjeknya lewat simbol-simbol/kata-kata, kalimat, atau rumus-rumus. 4 Osman Bakar, Hierarki Ilmu: Membangun Rangka Pikir Islamisasi Ilmu, alih bahasa Purwanto, (Bandung: Mizan, 1998). hlm 56-58
  • 9. 6 Pengenalan „irfani melampaui segala bentuk simbol dan menembus sampai ke dalam jantung objeknya. Ketiga, sifat kelangsungan nalar „irfani ini dapat dilihat dari apa yang disebut sebagai pengalaman "eksistensial". Akal dan metode rasionalnya menurut Muhammad Iqbal dan Henry Bergson, cenderung meruang-ruangkan (spatilize) objeknya dan mengukurnya dengan ukuran-ukuran atau standar yang homogen. Kecenderungan akal untuk menghomogenkan objek-objeknya ini membuat akal sering melakukan generalisasi sehingga sering mengabaikan partikularisasi objek-objeknya yang unik dan berdimensi variatif. Selain itu, kita tahu dari pembahasan tentang „irfani bahwa pengenalan rasional atau burhani dilakukan melalui kategori-kategori, seperti kategori ruang, waktu, dan kausalitas. Maka tidak mengherankan, oleh sebab itu, akal cenderung menggeneralisasi-dengan mengkategorikan-objek-objeknya. Sementara itu, kita tahu bahwa setiap pengkategorian atau pengklasifikasian selalu mengabaikan yang partikular, yang khusus, dan yang unik. Berbeda dengan kecenderungan akal di atas, nalar „irfani mengenal objeknya bukan melalui kategorisasi, melainkan mengenalnya secara intim kasus per kasus. Pengenalan intuisi seperti ini membuat pengenalan „irfani lebih akurat dan langsung menyentuh objek-objek partikular dengan segala karakteristik dan keunikannya. Ambillah sebuah contoh, menurut kategori akal satu jam di mana pun akan sama saja kualitasnya. Demikian juga satu meter di sini akan sama saja dengan satu meter di mana pun juga seseorang berada di muka bumi ini. Pengenalan kategori akal akan mengabaikan kenyataan bahwa satu jam bagi yang ditunggu tidak akan sama bagi yang menunggu. Sebab bagi pihak yang ditunggu satu jam akan terasa berlalu begitu cepat, sedangkan bagi pihak yang menunggu akan terasa bergerak lamban sekali bahkan terkesan membosankan. Sebaliknya, „irfani yang beroperasi secara langsung pada objek-objek partikular akan mengerti keunikan-keunikan setiap ruang atau peristiwa dalam pengalaman eksistensial. Dengan metode yang sama, „irfani mengerti mengapa bagi orang orang tertentu (khususnya orang orang yang beragama) mengenal dan percaya ada tempat-tempat yang sakral, suci, atau tempat yang dianggap
  • 10. 7 keramat, sebagaimana juga ada waktu-waktu (hari, bulan, dan tahun) yang suci atau magis. Oleh karena itu, untuk mengembangkan kecakapan nalar „irfani, seperti yang diamalkan pada sebuah tarekat, seorang murid tidak diajak berdiskusi atau disuruh membaca setumpuk buku. Bagi para sufi, tasawuf tidak bisa hanya dipahami lewat buku/kitab, tetapi dengan melakukan praktik langsung (suluk/riyadhah). Untuk menggambarkan pernyataan di atas, ada baiknya diperhatikan suatu ungkapan sufistik dari Imam Jalaluddin ar-Rumi, sebagaimana dikutip oleh Mulyadhi Kartanegara, di mana Rumi pernah berkata, ”Kalau Anda ingin mengetahui api secara „irfani, panggang diri Anda di atas api” (Kartanegara, 1987: 35). Artinya adalah, mengetahui suatu keadaan faktual atau eksistensial tentang panasnya api, bukan dengan membaca literatur tentang api. Demikian juga ditamsilkan, kalau Anda ingin mengenal apa itu manis, tak usah membaca keterangannya lewat buku, tetapi reguklah secangkir teh atau minuman yang manis, maka Anda akan mengerti manis secara langsung tanpa membutuhkan definisi. Kalau Anda ingin mengerti cinta, berusahalah jatuh cinta, begitu seterusnya dengan berbagai perumpamaan-perumpamaan semisal lainnya. Secara umum, seorang murid biasanya diajak berzikir dalam bentuk mengulang-ulang nama-nama tertentu Tuhan. Zikir ini dilakukan sebagai cara mendekatkan diri kepada Tuhan karena dengan berzikir yang intensif, tulus, dan berulang-ulang, akan terjadi hubungan timbal-balik antara sang hamba dengan Khalik-nya. Karena menurut keyakinan para sufi, setiap pengucapan nama Tuhan akan mendapat balasan yang lebih intens dari Tuhan. Akibat yang diharapkan dari hubungan ini adalah terjadinya cinta timbal-balik di antara keduanya. Selain melalui praktik langsung di lapangan dalam menggali pengalaman lebih bayak lagi, kecakapan nalar „irfani perlu dibina melalui pembersihan jiwa atau dikenal dengan tazkiyah an-nafs. Karena sistem nalar „irfani adalah rekonstruksi aspek kebersihan batiniah, maka proses pencapaiannya melalui metode yang dijalani adalah melalui proses maqamat3 dan ahwal4 dalam terminologi tasawuf.
  • 11. 8 Masih berkaitan dengan upaya tazkiyah an-nafs sebagai awal dari proses pendekatan diri kepada Tuhan, maka tepat melukiskannya dengan meminjam ungkapan Rumi lagi, sebagaimana dikutip kembali oleh Mulyadhi Kartanegara, bahwa "Kalau Anda ingin melintasi simbol dan huruf (dalam capaian ilmu dan makrifat), bersihkan dulu diri Anda dari segala debu ke-egoisan. Anda akan memperoleh pengetahuan para nabi, tanpa buku, tanpa guru." Tugas manusia menurut para sufi adalah membersihkan jendela kaca hatinya. Selanjytnya, menunggu saat yang tepat untuk datangnya cahaya (nur) kebenaran memberkas di atasnya, dan diharapkan Tuhan sudi kiranya memberikan cahaya ke dalam hati sang hamba secara langsung tanpa perantara (bila wasithah). Dengan demikian, akan diperoleh pengetahuan yang benar dan meyakinkan. Dengan cara seperti itulah para sufi atau wali, dan bahkan nabi di puncaknya memperoleh pengetahuan langsung dari Sang Kebenaran (AI-Haqq) itu sendiri tanpa perantara apa pun. Dengan alasan ini, pengenalan langsung ini disebut 'ilmu ladunni (Asy‟ari, 1999: 68).5 C. Tokoh-Tokoh Tasawuf Irfani 1. Rabi’ah Al-Adawiyah (95-185 H) Nama lengkap Rabi’ah adalah Rabi’ah Al-Adawiyah Al-Bashriyah Al-Qaisiyah. Ia diperkirakan lahir pada tahun 95 H/713 M atau pada tahun 99 H/717 M di suatu perkampungan dekat Kota Bashrah (Irak) dan wafat di kota itu pada tahun 185 H/801 M. Ia di lahirkan sebagai putri keempat dari keluarga yg sangat miskin. Karena ia putri keempat, orang tuanya menamakannya Rabi’ah. Kedua orangtuanya meninggal ketika ia masih kecil. Konon pada saat terjadinya bencana perang di Bashrah, ia dilarikan penjahat dan dijual kepada keluarga atik dari Suku Qais Banu Adwah. Dari sini ia dikenal dengan Al-Qaisiyah atau Al-Adawiyah. Pada keluarga ini pulalah, ia bekerja keras, tetapi akhirnya dibebaskan lantaran tuannya melihat cahaya 5 Musa Asy‟ari, Filsafat Islam Sunnah Nabi dalam Berpikir, (Yogyakarta: LESFI, 1999), h. 68-79
  • 12. 9 yang memancar di atas kepala Rabi’ah dan menerangi seluruh ruangan rumah pada saat ia beribadah. Setelah dimerdekakan tuannya, Rabi’ah hidup menyendiri menjalani kehidupan sebagai seorang zahidah dan sufiah. Ia menjalani sisa hidupnya hanya dengan ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai kekasihnya. Ia memperbanyak tobat dan menjauhi kehidupan duniawi. Ia hidup dalam kemiskinan dan menolak segala bantuan materi yg diberikan orang kepadanya. Bahkan dalam doanya, ia tidak meminta hal-hal yg bersifat materi dari Tuhan. 2. Dzu An-Nun Al-Mishri (180-246 H) Dzu An-Nun Al-Misri adalah nama julukan bagi seorang sufi yang tinggal di sekitar pertengahan abad ketiga Hijriyah. Nama lengkapnya Abu Al-Faidh Tsauban bin Ibrahim. Ia dilahirkan di Ikhmim, dataran tinggi Mesir, pada tahun 180 H/796 M dan meninggal pada tahun 246 H/856 M. Julukan Dzu An-Nun diberikan kepadanya sehubungan dengan berbagai kekeramatan yang di berikan Allah SWT kepadanya. Di antaranya, ia pernah mengeluarkan seorang anak dari perut buaya dalam keadaan selamat di Sungai Nil atas permintaan ibu dari anak tersebut. Asal mula Al-Misri tidak banyak di ketahui, tetapi riwayatnya sebagai seorang sufi banyak di utarakan. Al-Misri dalam perjalanan hidupnya berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain. Ia pernah menjelajahi berbagai daerah di Mesir, mengunjungi Bait Al-Maqdis, Baghdad, Mekah, Hijaz, Siria, Pegunungan Lebanon, Anthokiah, dan Lembah Kan’an. Hal ini menyebakan ia memperoleh pengalaman yang banyak dan mendalam. Gurunya dalam bidang tasawuf adalah Syaqran Al- ‘Abd atau Israfil Al-Maghribiy. Ini memungkinkan baginya untuk menjadi seorang yang alim, baik dalam ilmu syari’at maupun tasawuf.6 3. Abu Yazid Al-Bustami (874-947 M) Nama lengkapnya adalah Abu Yazid Thaifur bin ‘Isa bin Surusyan Al-Bustami, lahir di daerah Bustam (Persia) tahun 874-947 M. Nama 6 Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), hlm. 253-257
  • 13. 10 kecilnya adalah Taifur. Kakeknya bernama Surusyan, seorang penganut agama Zoroaster, kemudian masuk dan menjadi pemeluk Islam di Bustam. Keluarga Abu Yazid termasuk keluarga yang berada di daerahnya, tetapi ia lebih memilih hidup sederhana. Sejak dalam kandungan ibunya, Abu Yazid telah mempunyai keajaiban. Kata ibunya, bayinya yang dalam kandungannya akan memberontak sampai muntah kalau sang ibu memakan makanan yang diragukan kehalalannya. Perjalanan Abu Yazid untuk menjadi seorang sufi memerlukan waktu puluhan tahun. Sebelum membuktikan dirinya sebagai seorang sufi, ia terlebih dahulu telah menjadi seorang faqih dari madzhab Hanafi. Salah seorang gurunya yang terkenal adalah Abu Ali As-Sindi. Ia mengajarkan kepada Abu Yazid ilmu tauhid, ilmu hakikat, dan ilmu lainnya. Hanya ajaran sufi Abu Yazid tidak ditemukan dalam bentuk buku. 4. Abu Manshur Al-Hallaj (855-922 M) Nama lengkap Al-Hallaj adalah Abu Al-Mughist Al-Husain bin Manshur bin Muhammad Al-Baidhawi, lahir di Baida, sebuah kota kecil di wilayah Persia, pada tahun 244 H/855 M. Ia tumbuh dewasa di Kota Wasith, dekat Bahgdad. Pada usia 16 tahun, ia belajar pada seorang sufi terkenal saat itu, yaitu Sahl bin ‘Abdullah At-Tusturi di Ahwaz. Dua tahun kemudian, ia pergi ke Basrah dan berguru pada ‘Amr Al-Makki yang juga seorang sufi, dan pada tahun 878 M, ia masuk ke Kota Bahgdad dan belajar kepada Al- Junaid. Setelah itu, ia pergi mengembara dari suatu negeri ke negeri yang lain, menambah pengetahuan dan pengalaman dalam ilmu tasawuf. Ia diberi gelar Al-Hallaj karna penghidupannya yang diperoleh dari memintal Wol. Dalam semua perjalanan dan pengembaraannya ke berbagai kawasan Islam, seperti Khurasan, Ahwaz, India, Turkistan dan Mekkah, Al- Hallaj banyak memperoleh pengikut. Ia kemudian kembali ke Baghdad pada tahun 296 H/909 M. Di Baghdad, pengikutnya semakin bertambah banyak karena kecaman-kecamannya terhadap kebobrokan Pemerintah yang berkuasa pada waktu itu. Secara kebetulan, ia bersahabat dengan kepala rumah tangga istana, Nashr Al-Qusyairi, yang mengingatkan sistem tata usaha yang baik,pemerintahan yang bersih. Al-Hallaj wafat pada tahun
  • 14. 11 922 M. Kematian tragis Al-Hallaj yang tampak seperti dongeng tidak membuat gentar para pengikutnya. Ajarannya masih tetap berkembang.7 D. Ajaran Tokoh-Tokoh Tasawuf Irfani 1. Ajaran Rabi’ah Al-Adawiyah Yaitu Tasawuf Mahabbah (Cinta) Dalam perkembangan mistisisme dalam islam, Rabi’ah AL- ‘Adawiyah tercatat sebagai peletak dasar tasawuf berdasarkan cinta kepada allah. Sementara generasi sebelumnya merintis aliran asketisme dalam islam berdasarkan rasa takut dan pengharapan kepada Allah. Rabi’ah pula yang pertama-tama mengajukan pengertian rasa tulus iklas dengan cinta yang berdasarkan permintaan ganti dari Allah. Sikap dan pandangan Rabi’ah Al-‘Adawiyah tentang cinta dipahami dari kata-katanya, baik ysng langsung maupun yang disandarkan kepadanya. Al-Qusyairi meriwayatkan bahwa ketika bermunajat, Rabi’ah berdoa, ‘Tuhanku, akankah kau bakar kalbu yang mencinta-Mu oleh api neraka”? Tiba-tiba terdengar suara, “kami tidak akan melakukan itu. Janganlah engkau berburuk sangka kepada kami.” Diantara sya’ir cinta Rabi’ah yang paling masyhur adalah: “Aku mencintai-Mu dengan dua cinta, Cinta karena diriku dan karena diri-Mu. Cinta karena diriku adalah keadaan senantiasa mengikatkan-Mu, Cinta karena diri-Mu adalah keadaanku mengungkapkan tabir sehingga engkau kulihat. Baik ini maupun untuk itu, pujian bukanlah bagiku Bagi-Mu pujian untuk kesemuanya. Al-Ghazali memberikan ulasan tentang sya’ir Rabi’ah sebagai berikut,“Mungkin yang Rabi’ah maksudkan dengan cinta karena dirinya adalah cinta kepada Allah SWT karena kebaikan dan karunia-Nya di dunia ini, sedangkan cinta kepada-Nya adalah karena ia layak dicintai keindahan dan keagungan-Nya yang tersingkap kepadanya. Cinta yang kedua merupakan cinta yang paling luhur dan mendalam serta merupakan 7 Ibid. hlm 265-267
  • 15. 12 kelezatan melihat keindahan Tuhan. Hal ini seperti disabdakan dalam hadis Qudsi, “Bagi hamba-hamba-Ku yang saleh, Aku menyiapkan apa yang tidak terlihat mata, tidak terdengar telinga, dan tidak terbesit di kalbu manusia.”8 Kecintaan kepada Allah SWT akan mendapatkan ketenangan dan kedamaian dalam hati manusia, dan hal ini merupakan nikmat yang terbesar dalam kehidupan seseorang. Manusia yang mecintai Allah SWT maka Allah SWT pun juga mencintainya, orang itu akan mendapatkan kasih sayang- Nya, baik di dunia maupun di akhirat.9 2. Ajaran Dzu An-Nun Al-Misri a. Makrifat Al-Misri adalah pelopor paham makrifat. Berikut ini beberapa pandangannya tentang hakikat makrifat: 1) Sesungguhnya makrifat yang hakiki bukanlah ilmu tentang keesaan Tuhan, sebagaimana yang dipercayai orang-orang mukmin, bukan pula ilmu-ilmu burhan dan nazhar milik para hakim, mutakalimin, dan ahli balaghah, tetapi makrifat terhadap keesaan Tuhan yang khusus dimiliki para wali Allah SWT. Sebab, mereka adalah orang yang menyaksikan Allah SWT dengan hatinya, sehingga terbukalah baginya apa yang tidak dibukakan untuk hamba-hamba-Nya yang lain. 2) Makrifat yang sebenarnya adalah bahwa Allah SWT menyinari hatimu dengan cahaya makrifat yang murni seperti matahari tak dapat dilihat, kecuali dengan cahayanya. Senantiasa salah seorang hamba mendekat kepada Allah SWT sehingga terasa hilang dirinya, lebur dalam kekuasaan-Nya, mereka merasa berbicara dengan ilmu yang telah diletakkan Allah SWT pada lidah mereka, mereka melihat dengan penglihatan Allah SWT, mereka berbuat dengan perbuatan Allah SWT. 8 Muhammad Solihin,. Ilmu Tasawuf. (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008) hlm. 148 9 Mohammad Muchlis Solichin, Akhlak & Tasawuf dalam Wacana Kontemporer Upaya Sang Sufi Menuju Allah, (Surabaya: Pena Salsabila, 2014), hlm. 158.
  • 16. 13 Kedua pandangan Al-Misri di atas menjelaskan bahwa makrifat kepada Allah SWT tidak dapat ditempuh melalui pendekatan akal dan pembuktian-pembuktian, tetapi dengan jalan makrifat batin, yakni Tuhan menyinari hati manusia dan menjaganya dari ketercemasan, sehingga semua yang ada di dunia ini tidak mempunyai arti lagi. Al- Misri membagi pengetahuan tentang Tuhan (makrifat) menjadi tiga macam, yaitu pengetahuan untuk seluruh muslim, pengetahuan khusus untuk para filosof dan ulama, dan pengetahuan khusus untuk para wali Allah SWT. b. Maqamat dan Ahwal Pandangan Al-Misri tentang maqamat dikemukakan pada beberapa hal saja, yaitu at-taubah, ash-shabr, at-tawakkal, dan ar-ridha. Mengenai maqam at-taubah, menurut Al-Misri ada dua macam tobat, yaitu tobat awam dan tobat khawas. Lebih lanjut, Al-Misri membagi tobat menjadi tiga tingkatan, yaitu: 1) Orang yang bertobat dari dosa dan keburukannya. 2) Orang yang bertobat dari kelalaian dan kealfaan mengingat Tuhan. 3) Orang yang bertobat karena memandang kebaikan dan ketaatannya. Keterangan Al-Misri tentang maqam ash-shabr dikemukakan dalam bentuk kepingan dialog dari sebuah riwayat. Suatu ketika ia menjenguk orang yang sedang sakit. Ketika orang sakit itu merintih, Al- Misri berkata, “Tidak termasuk cinta yang benar orang yang tidak sabar dalam menghadapi cobaan Tuhan.” Orang sakit itu kemudian menimpali,“Tidak benar pula cintanya orang yang merasakan kenikmatan dari suatu cobaan.” Menurut Al-Misri, sabar artinya menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Allah SWT, demikian juga tenang ketika mendapatkan cobaan dari-Nya, menampakkan sifat yang berkecukupan sekalipun hidup dalam kekurangan.10 10 Muhammad Solihin,. Ilmu Tasawuf. (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008) hlm. 153-160
  • 17. 14 Berkenaan dengan maqamat-tawakkal, Al-Misri mendefinisikannya sebagai berhenti memikirkan diri sendiri dan merasa memiliki daya dan kekuatan. Intinya adalah penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT disertai perasaan tidak memiliki kekuatan. Ketika ditanya tentang maqam ar-ridha, Al-Misri menjawab bahwaar-ridha adalah kegembiraan hati menyambut ketentuan Tuhan baginya. Pendapat ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Al- Qannad, yakni ar-ridha adalah ketenangan hati dengan berlakunya ketentuan Tuhan. Mengenai ahwal, Al-Misri menjadikan mahabbah (cinta kepada Tuhan) sebagai urutan pertama dari empat ruang lingkup pembahasan tentang tasawuf. Sebab, tanda-tanda orang-orang yang mencintai Allah SWT adalah mengikuti kekasih-Nya, yakni Nabi Muhammad SAW dalam hal akhlak, perbuatan, segala perintah, dan sunnahnya. Artinya, orang-orang yang mencintai Allah SWT senantiasa mengikuti sunnah rasul, tidak mengabaikan syariat. Dalam salah satu doanya, Al-Misri berkata, “Ya Allah, sesungguhnya rahmat-Mu yang luas lebih kami dambakan daripada amal yang kami lakukan, dan kami lebih mengharapkan ampunan-Mu daripada siksa-Mu.” 3. Ajaran Abu Yazid Al-Bustami a. Fana’ dan Baqa’ Ajaran tasawuf terpenting Abu Yazid adalah fana’ dan baqa’. Dari segi bahasa, fana’ berasal dari kata faniya yang berarti musnah atau lenyap. Dalam istilah tasawuf, fana’ adakalanya diartikan sebagai keadaan moral yang luhur. Pencapaian Abu Yazid ke tahap fana’ terjadi setelah meninggalkan segala keinginan selain keinginan kepada Allah SWT. Jalan menuju fana’ menurut Abu Yazid dikisahkan dalam mimpinya menatap Tuhan. Ia bertanya, “Bagaimana caranya agar aku sampai kepada-Mu?” Tuhan menjawab, “Tinggalkan diri (nafsu)mu dan kemarilah.”
  • 18. 15 Adapun baqa’ berasal dari kata baqiya, dari segi bahasa adalah tetap, sedangkan berdasarkan istilah tasawuf berarti mendirikan sifat- sifat terpuji kepada Allah. Paham baqa’ tidak dapat dipisahkan dengan pahamfana’. Keduanya merupakan paham yang berpasangan. Jika seorang sufi sedang mengalami fana’ ketika itu juga ia sedang menjalani baqa’. b. Ittihad Ittihad adalah tahapan selanjutnya yang dialami seorang sufi setelah melalui tahapan fana’ dan baqa’. Dalam tahapan ittihad,seorang sufi bersatu dengan Tuhan. Antara yang mencintai dan yang dicintai menyatu, baik substansi maupun perbuatannya.11 Dengan fana’-nya, Abu Yazid meninggalkan dirinya dan pergi ke hadirat Tuhan. Bahwa ia telah berada dekat pada Tuhan dapat dilihat darisyatahat yang diucapkannya. Syatahat adalah ucapan-ucapan yang dikeluarkan seorang sufi ketika ia mulai berada di pintu gerbang ittihad. Ucapan-ucapan yang demikian belum pernah didengar dari sufi sebelum Abu Yazid, umpamanya: ٌ‫ْر‬‫ي‬ِ‫ق‬َ‫ف‬ ٌ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫أ‬َ‫ف‬ َ‫ك‬َ‫ل‬ ْ‫ي‬ِ‫ب‬ُ‫ح‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫َّب‬‫ج‬َ‫ع‬َ‫ت‬َ‫أ‬ ُ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ل‬ ٌ‫ْر‬‫ي‬ِ‫د‬َ‫ق‬ ٌ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫م‬ َ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬ ْ‫ي‬ِ‫ل‬ َ‫ك‬ِ‫ب‬ُ‫ح‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫َّب‬‫ج‬َ‫ع‬َ‫ت‬َ‫أ‬ ْ‫ي‬ِ‫ن‬ِ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫و‬ Artinya: “Aku tidak heran terhadap cintaku pada-Mu, karena aku hanyalah hamba yang hina, tetapi aku heran terhadap cinta-Nya padaku Karena Engkau adalah Raja Mahakuasa.” Tatkala berada dalam tahapan ittihad, Abu Yazid berkata: َ‫خ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬ُ‫ك‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫د‬ْ‫ي‬ ِ ‫ز‬َ‫ي‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬ : َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ َ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫أ‬ َ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫أ‬َ‫ف‬ :ُ‫ت‬ْ‫ل‬ُ‫ق‬َ‫ف‬ َ‫ك‬َ‫ْر‬‫ي‬َ‫غ‬ ْ‫ي‬ِ‫ق‬ْ‫ل‬ Artinya: “Tuhan berkata, “Semua mereka kecuali engkau adalah makhluk.” Aku pun berkata, “Engkau adalah aku dan aku adalah Engkau.” Suatu ketika seseorang melewati rumah Abu Yazid dan mengetuk pintu. Abu Yazid bertanya, “Siapa yang engkau cari?” Orang itu menjawab, “Abu Yazid” Abu Yazid berkata, “Pergilah, di rumah ini tidak ada Abu Yazid, kecuali Allah Yang Mahakuasa dan Mahatinggi.” 11 Ibid. hlm 161-163
  • 19. 16 4. Ajaran Abu Manshur Al-Hallaj (Hulul dan Wahdat Asy-Syuhud) Diantara ajaran tasawuf Al-Hallaj yang paling terkenal adalah al- hululdan wahdat asy-syuhud yang kemudian melahirkan paham wihdat al- wujud(kesatuan wujud) yang dikembangkan Ibn ‘Arabi. Al-Hallaj memang pernah mengaku bersatu dengan Tuhan (hulul). Kata al-hulul berdasarkan pengertian bahasa, berarti menempati suatu tempat. Adapun menurut istilah tasawuf, al-hulul berarti paham yang mengatakan bahwa Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat di dalamnya setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada dalam tubuh itu dilenyapkan. Berikut ini salah satu sya’ir Al-Hallaj: “Mahasuci Dzat yang sifat kemanusiaan_Nya membuka rahasia ketuhanan-Nya yang gemilang. Kemudian kelihatan bagi makhluk-Nya dengan nyata. dalam bentuk manusia yang makan dan minum.” Melalui sya’ir diatas, Al-Hallaj memperlihatkan bahwa Tuhan mempunyai dua sifat dasar, sifat ketuhanan-Nya sendiri (lahut) dan sifat kemanusiaan (nasut). Dengan demikian, Al-Hallaj sebenarnya tidak mengakui dirinya Tuhan dan juga tidak sama dengan Tuhan, seperti terlihat dalam sya’irnya: “Aku adalah rahasia yang Mahabenar dan bukanlah yang Mahabesar itu aku, aku hanya satu dari yang benar maka bedakanlah antara kami.” Dapat ditarik kesimpulan bahwa hulul yang terjadi pada Al-Hallaj tidaklah sesungguhnya karena member pengertian secara jelas adanya perbedaan antar hamba dan Tuhan.12 12 Ibid. hlm 166-171
  • 20. 17 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Tasawuf irfani adalah pendekatan yang intens seorang hamba dengan Tuhan dengan sedekat-dekatnya dan menutup ruang hatinya untuk selain-Nya. Dengan demikian, yang dimaksud dengan tasawuf irfani adalah tasawuf yang mendasarkan pedomannya kepada makrifat atau pengetahuan terhadap Tuhan sebagai dasar atau inti dari landasan tasawufnya. Orang yang ‘irfan/makrifat kepada Allah SWT adalah yang benar-benar mengenal Allah SWT melalui dzauq dan kasyf (ketersingkapan). ‘Irfan terbagi menjadi dua bagian, yaitu ‘irfan ilmi dan ‘irfan amali. ‘Irfan ilmi bersifat teoretis, sementara ‘irfan amali bersifat praktis. Karakteristik tasawuf irfani Dengan demikian, telah jelas bahwa kekhasan nalar „irfani ini terletak pada sifatnya yang langsung. Mengenai karakter dari sifat langsung ‟irfani dalam menangkap objeknya ini kemudian dapat dianalisis ke dalam beberapa hal; Pertama, pengetahuan „irfani bisa dicapai melalui pengalaman. Kedua, sifat langsung pengetahuan „irfani bisa diliihat dari apa yang sering disebut sebagai 'ilmu hudhuri. Ketiga, sifat kelangsungan nalar „irfani ini dapat dilihat dari apa yang disebut sebagai pengalaman "eksistensial". Terdapat beberapa tokoh yang termasuk tokoh tasawuf irfani. Diantaranya Rabi’ah Al-Adawiyah yang tercatat pada perkembangan mistisme sebagai peletak dasar tasawuf berdasarkan cinta (muhabbah) kepada Allah SWT. Dzun An-Nun Al-Misri yang terkenal sebagai pelopor paham makrifat. Abu Yazid Al-Bustami dengan ajaran tasawuf terpentingnya adalah fana’ dan baqa’. Abu Manshur Al-Hallaj dengan ajaran tasawufnya yang paling terkenal adalah al-hulul dan wahdat asy-syuhud yang kemudian melahirkan paham wihdat al-wujud (kesatuan wujud) yang dikembangkan Ibn ‘Arabi.
  • 21. 18 B. Saran Setelah kita mengetahui dan memahami tentang tasawuf irfani, karakteristiknya dan tokoh-tokoh tasawuf irfani serta konsep ajarannya, sepatutnya kita mengambil nilai positif dari hal-hal tersebut. Melakukan pendekatan hanya semata-mata ingin mendapat ridha Allah SWT dan melaksanakan sesuatu hanya berlandaskan hukum-hukum Allah SWT. Sehingga kita bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan tidak terlalaikan oleh kenikmatan dunia. Semoga makalah ini bermanfaat.
  • 22. 19 DAFTAR PUSTAKA Ahmad Bangun Nasution Dan Rayani Hanum Siregar. 2013. Akhlak Tasawuf: Pengenalan, Pemahaman, Dan Pengaplikasiannya Disertai Biografi Dan Tokoh-Tokoh Sufi, Jakarta: Amzah Mohammad Muchlis Solichin,2014. Akhlak & Tasawuf dalam Wacana Kontemporer Upaya Sang Sufi Menuju Allah, Surabaya: Pena Salsabila Muhammad Sholihin Dan Rosihon Anwar. 2008. Ilmu Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia Muhammad Solihin, 2008. Ilmu Tasawuf. Bandung: CV. Pustaka Setia Musa Asy‟ari, 1999. Filsafat Islam Sunnah Nabi dalam Berpikir, Yogyakarta: LESFI Osman Bakar, 1998. Hierarki Ilmu: Membangun Rangka Pikir Islamisasi Ilmu, alih bahasa Purwanto, Bandung: Mizan Rosihon Anwar, 2010. Akhlak Tasawuf, Bandung: CV. Pustaka Setia Samsul Munir Amin. 2015. Ilmu Tasawuf, Jakarta: Amzah