Makalah ini membahas tentang penjabaran laporan keuangan entitas asing ke dalam mata uang fungsional perusahaan induk di Indonesia. Beberapa poin penting yang dijelaskan adalah perbedaan prinsip akuntansi antar negara, penentuan mata uang fungsional, dan langkah-langkah penjabaran laporan keuangan termasuk penggunaan kurs.
1. i
MAKALAH
Akuntansi Multinasional
“Penjabaran Laporan Keuangan Entitas Asing”
DOSEN PENGAMPU :
Hairul Anam
MATA KULIAH:
Akuntansi Keuangan Lanjutan II
DISUSUN OLEH :
Dewi Ratu Fortuna (184022440)
Nurhalisah. S (184022449)
Radika Nurul Aini (184022481)
Muhammad Nur fadillah (184022463)
UNIVERSITAS BALIKPAPAN
FAKULTAS EKONOMI
AKUNTANSI
2020
2. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat, karunia
terutama kesempatan yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini dengan baik. Tanpa adanya kesempatan, mustahil penulis
dapat menyelesaikan penulisan makalah ini secara tuntas. Tugas kelompok ini
memuat tentang Akuntansi Multinasional “Penjabaran Laporan Keuangan Entitas
Asing”dan sebagai tugas kelompok guna menambah nilai.
Kami pun menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki tugas kami.
Kami berharap semoga tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan II
ini bisa bermanfaat bagi pembaca.
Balikpapan, 24 Maret 2021
Penyusun
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ..................ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... ..................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. ..................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. ..................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................... ..................2
2.1 Pengertian Kebijakan Fiskal dan Macam-Macam Kebijakan Fiskal. ..................2
2.2 Tujuan dan Fungsi Kebijkan Fiskal................................................... ..................4
2.3 Peran Kebijakan Fiskal...................................................................... ..................7
2.4 Hubungan Kebijakan Fiskal dan APBN........................................... ..................9
2.5 Pengertian dan Tujuan Kebijakan Moneter....................................... ..................11
2.6 Instrumen dan Peran Kebijakan Moneter .......................................... ..................12
2.7 Hubungan Kebijakan Fiskal dan Moneter......................................... ..................19
BAB III PENUTUP ............................................................................ ..................22
A. Kesimpulan ........................................................................................ ..................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. ..................23
4. 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
AKUNTANSI MULTINASIONAL : PENJABARAN LAPORAN
KEUANGAN ENTITAS ASING
Pada saat perusahaan multinasional Indonesia menyusun laporan keuangan untuk
pelaporan kepada pemegang sahamnya, perusahaan harus memasukkan operasi
yang berbasis di luar negeri yang diukur dalam mata uang rupiah dan dilaporkan
dengan menggunakan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) di Indonesia.
Pada saat penyusunan laporan keuangan, akuntan harus
mempertimbangkan perbedaan dalam prinsip-prinsip akuntansi dan perbedaan
dalam mata uang yang digunakan untuk mengukur operasi entitas luar negeri.
Sebagai contoh : Entitas anak Indonesia di Inggris memberikan laporan keuangan
ke entitas induk yang diukur dalam poundsterling, menggunakan sistem akuntansi
Inggris yang berbeda dengan metode akuntansi dan pengukuran di Indonesia.
Entitas induk di Indonesia secara umum harus melakukan langkah-langkah
berikut dalam penjabaran dan konsolidasi entitas anak di Inggris tersebut.
1. Menerima laporan keuangan entitas anak Inggris yang dilaporkan dalam
poundsterling.
2. Menyajikan kembali laporan keuangan tersebut agar sesuai dengan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Indonesia.
3. Menjabarkan laporan keuangan yang diukur dalam poundsterling ke dalam nilai
setara rupiah. Setiap saldo akun entitas asing harus dijabarkan secara individual ke
dalam setara rupiahnya, sebagai berikut.
Akun yang diukur dalam Nilai tukar yang Akun yang diukur
unit mata uang asing sesuai dalam nilai setara
rupiah.
4. Mengonsolidasi akun-akun entitas anak yang telah dijabarkan, yang kini diukur
dalam rupiah, dengan akun-akun entitas anak.
5. 4
PERBREDAAN DALAM PRINSIP AKUNTANSI
Kondisi perekonomian suatu negara, masalah hukum, pendidikan dan sistem
politik, perkembangan teknologi, budaya, dan tradis, serta berbagai faktor-faktor
sosail ekonomi lainny, merupakan faktor yang memengaruhi perkembangan
standar akuntansi dan profesi akuntan di suatu negara. Perbedaan ini akan
menyebabkan adanya perbedaan yang signifkan antara standar-standar akuntansi
diberbagai negara. Ketidakseragaman standar akuntansi di berbagai negara akan
menimbulkan berbagai masalah bagi perusahaan, pihak penyusun dan pengguna
laporan keuangan. Beberapa negara mengembangkan prinsip akuntansinya
berdasarkan kebutuhan informasi dari otoritas pajak. Negara lain mempunyai
prinsip akuntansi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan dari pemerintah
pusat sebagai perencana ekonomi. Standar akuntansi Indonesia berfokus pada
kebutuhan informasi pemegang saham biasa atau pihak pemberi kredit (kreditor).
Model pelaporan keuangan utama sedang dalam proses pengembangan
oleh International Accounting Standards Board (IASB). IASB mempunyai mandat
untuk menyusun seperangkat standar laporan keuangan internasional dan
mendorong seluruh pihak untuk menyusun seperangkat standar laporan keuangan
internasional dan mendorong seluruh pihak untuk mengadopsi standar secara
global. IASB mempunyai 14 anggota.
IASB mengumumkan standar pelaporan yang disebut dengan Standar
Pelaporan Keuangan Internasional (International Financial Reporting Standards -
IFRS). Sebelum pembentukan IASB, International Accounting Standards
Committe telah menerbitkan International Accounting Standartd (IAS). IAS
diterbitkan antara tahun 1973 hingga tahun 2001. IASB mengadopsi IAS secara
keseluruhan dan sekaligus mengembangkannya, yang disebut standar baru IFRS.
IFRS digunakan diberbagai negara di seluruh dunia termasuk Singapura, Hong
Kong, Rusia, Australia, dan Afrika Selatan.
IFRS sekarang relatif telah digunakan secara luas, termasuk telah diadopsi
oleh negara Uni Eropa dan lainnya. Model pelaporan keuangan utama lainnya
adalah US GAAP, jika diukur berdasarkan kapitalisasi pasar, US GAAP telah
diugnakan lebih dari separuh perusahaan di dunia ini.
Untuk perusahaan multinasional dengan entitas anak dan kantor cabang di
luar Indonesia, perlu untuk mempersiapkan laporan keuangan menggunakan
standar pelaporan keuangan dimana setiap unit bisnis tersebut beralokasi dan
kemudia menjabarkannya agar sesuai dengan PSAK Indonesia untuk
memudahkan penyusunan laporan keuangan konsolidasian.
6. 5
FASB terus bekerja sama dengan IASB untuk meningkatkan kualitas
standar pelaporan dan untuk "mengonvergensikan" kedua set standar tersebut.
Pada bulan September 2002, FASB menerbitkan "The Norwalk Agreement"
dimana baik FASB dan IASB sepakat bekerja sama dalam rangka untuk
meningkatkan kualitas standar pelaporan keuangan dan mengonvergensikan
standar dengan bekerja untuk meminimalkan perbedaan diantara mereka. Usaha
konvergensi ini berfokus pada evaluasi standar yang telah ada dan pedoman untuk
mengimplementasikan standar saat ini dan standar baru seperti yang
dikembangkannya.
Beberapa negara lain telah melakukan konvergensi standar akuntansinya
pada IFRS. Sebagai contoh adalah Jepang, di mana Nippon Keidanren (Federasi
Bisnis Jepang), sebuah organisasi ekonomi yang komprehensif dibentuk pada
bulan Mei 2002 oleh penggabungan dari Keidanren (Jepang Federasi Organisasi
Ekonomi) dengan Nikkeiren (Jepang Federasi Asosiasi Pengusaha) yang memiliki
anggota 1.306 anggota perusahaan, termasuk 91 kepemilikan asing, 129
organisasi industri, dan 47 asosiasi pengusaha regional, mendukung upaya Jepang
untuk mempercepat konvergensi standar akuntansi dan mencari pengakuan timbal
balik (mutual recognition) standar di Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.
PENENTUAN MATA UANG FUNGSIONAL
Ada dua permasalahan utama yang harus diatasi ketika laporan keuangan yang
dijabarkan dari mata uang asing ke rupiah Indonesia, yaitu :
1. Kurs manakah yang harus digunakan untuk menjabarkan saldo mata uang
asing ke mata uang lokal?
2. Bagaimanakah seharusnya perlakuan atas keuntungan atau kerugian
penjabaran tersebut?
Apakah keuntungan atau kerugian tersebut harus dimasukkan dalam laba
rugi?
Ada tiga kemungkinan kurs yang dapat digunakan untuk mengonversikan
nilai mata uang asing menjadi rupiah. Kurs kini (Current rate) merupakan kurs
pada akhir hari perdagangan tanggal laporan posisi keuangan. Kurs historis
(Historical rate) merupakan kurs yang sudah ada pada saat transaksi awal
berlangsung, seperti kurs pada tanggal aset diperoleh atau liabilitas yang timbul.
Kurs rata-rata (avarge rate) untuk periode berjalan biasanya rata-rata sederhana
untuk jangka waktu dan biasanya kurs yang digunakan untuk mengukur
penghasilan dan beban. Metode penjabaran dapat menggunakan kurs tunggal atau
multikurs. Penyesuaian penjabaran yang terjadi karena penerapan kurs ini juga
7. 6
harus tercermin dalam laporan keuangan, baik sebagai komponen dari laba bersih
maupun komponen laba rugi komprehensif.
PSAK 10 "Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing" memberikan
pedoman khusus untuk menjabarkan mata uang asing ke dalam rupiah untuk
memungkinkan penyusunan laporan keuangan konsolidasian yang diukur atau
didenominasikan dalam rupiah. Tujuan dari PSAK 10 adalah menjelaskan cara
memasukkan transaksi dalam mata uang asing dan kegiatan usaha luar negeri dan
kegiatan usaha luar negeri ke dalam laporan keuangan entitas. PSAK 10 juga
menjelaskan tentang penjabaran laporan keuangan ke dalam mata uang penyajian.
Sebagai contoh, jika margin bruto pada penjualan adalah positif ketika diukur
dalam mata uang asing, maka harus tetap positif ketika penjualan dan pokok
penjualan dijabarkan ke dalam rupiah. PSAK 10 mengadopsi konsep mata uang
fungsional (functional currency), yang didefinisikan sebagai "mata uang pada
lingkungan ekonomi utama di mana entitas beroperasi", biasanya mata uang dari
lingkungan entitas tersebut utamanya menghasilkan dan mengeluarkan kas.
Berikut ini terdapat hierkaki indikator dalam menentukan mata uang fungsional,
yaitu :
a. Pertama, (1) Mata uang yang paling memengaruhi harga jual barang dan
jasa, dan mata uang dari negara yang mempunyai kekuatan persaingan dan
peraturannya yang sebagian besar menentukan harga jual barang dan jasa
entitas ; (2) Mata uang yang paling memengaruhi biaya tenaga kerja,
bahan baku, dan biaya lain dari pengadaan barang atau jasa.
b. Kedua. (1) Mata uang yang dananya dihasilkan dari aktivitas pendanaan
(antara lain penerbitan instrumen utang dan instrumen ekuitas ; (2) Mata
uang yang diterima dari aktivitas operasi yang pada umunya ditahan.
c. Jika indikator-indikator dalam penentuan mata uang fungsional bercampur
dan mata uang fungsional tidak jelas, maka manajemen dapat
menggunakan pertimbangan profesionalnya untuk menentukan mata uang
fungsional.
FIGUR 12-1
Indikator-Indikator Mata Uang Fungsional
Indikator Faktor yang
Mengindikasi Mata
Uang Asing (Mata Uang
Lokal) Sebagai Mata
Uang Fungsional
Faktor yang
Mengindikasi Rupiah
(Mata Uang Entitas
Induk) Sebagai Mata
Uang Fungsional
Arus Kas Didominasi oleh mata Secara langsung
8. 7
Figur 12-1 menyajikan tiga indikator yang harus dinilai untuk menentukan mata
uang fungsional suatu entitas, yaitu : arus kas, harga jual, dan beban. Jika afisilasi
asing menggunakan mata uang lokal sebagai mata uang fungsional untuk sebagian
besar transaksinya dan jika kas yang dihasilkan tidak secara rutin disetorkan pada
entitas induk di Indonesia, maka mata uang negara tempat atau entitas tersebut
beroperasi umumnya digunakan. Afisilasi asing umumnya juga mempunyai pasar
penjualan aktif di negaranya sendiri dan memperoleh pendanaan dari sumber
lokal.
Namun, beberapa entitas berbasis asing menggunakan mata uang
fungsional yang berbeda dengan mata uang lokalnya.
uang asing dan tidak
memengaruhi arus kas
entitas induk.
berpengaruh pada arus
aks entitas induk saat ini
dan telah tersedia bagi
entitas induk.
Harga Jual Sangat ditentukan oleh
persaingan lokal atau
peraturan pemerintah
lokal, tidak secara umum
responsif terhadap
perubahan kurs.
Responsif terhadap
perubahan kurs jangka
pendek dan juga
persaingan global.
Pasar Penjualan Pasar penjualan lokal
sangat aktif untuk produk
perusahaan, jumlah yang
mungkin cukup besar
untuk ekspor.
Pasar penjualan
kebanyakan ada di negara
entitas induk atau kontrak
penjualan dengan
menggunakan mata uang
entitas induk.
Beban Tenaga kerja, bahan baku,
dan biaya lain terutrama
biaya lokal.
Komponen produksi pada
umumnya di dapat dari
negara entitas induk.
Pendanaan Terutama didapat dari,
dan menggunakan unit
mata uang lokal, operasi
entitas yang
menghasilkan dana yang
cukup untuk memenuhi
kebutuhan pendanaan.
Terutama berasal dari
entitas induk, atau
pendanaaan dengan mata
uang selain rupiah.
Transaksi Antar
Perusahaan dan
Pengaturan
Ada sedikit transaksi
antar perusahaan dengan
entitas induk.
Sering ada transaksi antar
perusahaan dengan entitas
induk, atau entitas asing
yang merupakan investasi
atau pendanaan bagi
entitas induk.
9. 8
DSAK telah mengadopsi pendekatan mata uang fungsional setelah
mempertimbangkan tujuan dari proses penjabaran sebagai berikut :
a) Memberikan informasi yang secara umum sesuai dengan pengaruh
ekonomi yang diharapkan dari perubahan kurs terhadap arus kas dan
ekuitas perusahaan.
b) Mencerminkan dalam laporan keuangan konsolidasian hasil dan hubungan
antara masing-masing entitas konsolidasian seperti yang diukur dalam
mata uang fungsional mereka yang sesuai dengan Prinsip Akuntansi
Berterima Umum di Indonesia.
Pendekatan mata uang fungsional mengahruskan entitas asing untuk
menjabarkan seluruh transaksinya ke dalam mata uang fungsional. Jika suatu
entitas mempunyai transaksi yang didenominasikan dalam mata uang selain mata
uang fungsional, maka transaksi asing harus disesuaikan dengan nilai setara mata
uang fungsional sebelum perusahaan menyusun laporan keuangan.
PENENTUAN MATA UANG FUNGSIONAL DALAM EKONOMI
HIPERINFLASI
Pengecualian atas kriteria pemilihan mata uang fungsional ditentukan saat entitas
asing berlokasi negara seperti Argentina dan Peru, yang mengalami inflasi yang
parah. Inflasi yang parah didefinisikan sebagai inflasi yang melebihi 100% selama
3 tahun. PSAK memutuskan bahwa volatilitas dalam mata uang asing dengan
hiperinflasi mendistorsi laporan keuangan jika mata uang lokal dipergunakan
sebagai mata uang fungsional entitas asing. Pengecualian ini mencegah nilai aset
dan perubahan laporan laba rugi yang tidak realistis jika ekonomi hiperinflasi
tersebut diabaikan dan prosedur penjabaran normal yang digunakan. Sebagai
contoh, asumsikan bahwa entitas anak diluar negeri membangun gedung dengan
biaya 1.000.000 peso pada saat kurs adalah Rp. 500 = 1 peso. Kemudian
diasumsikan bahwa karena adanya hiperinflasi di negara entitas anak di luar
negeri tersebut, maka kurs menjadi Rp. 0,05 = 1 peso. Nilai gedung yang
dijabarkan pada saat dibangun dan setelah hiperinflasi adalah sebagai berikut :
Jumlah Tanggal Konstruksi Setelah Hiperinflasi
(peso) Kurs Jumlah yang Nilai Tukar Jumlah yang
dijabarkan dijabarkan
1.000.000 Rp.500 Rp.500.000.000 Rp.0,05 Rp. 50.000
Jumlah yang dijabarkan setelah hiperinflasi tidak mencerminkan nilai
pasar atau biaya historis dari gedung tersebut. Oleh karena itu, PSAK
10. 9
mengharuskan penggunaan rupiah sebagai mata uang fungsional dalam kasus
hiperinflasi untuk memberikan stabilitas dalam laporan keuangan.
Setelah mata uang fungsional afiliasi asing telah dipilih, maka mata uang
tersebut harus digunakan secara konsisten. Namun, jika perubahan dalam kondisi
ekonomi mengharuskan perubahan dalam penentuan mata uang fungsional afiliasi
asing, maka perubahan akuntansi tersebut harus diperlakukan sebagai perubahan
estimasi : hanya perlakua saat ini dan prospektif, tidak diperlukan penyajian
kembali laporan dari periode sebelumnya.
PENJABARAN VERSUS PENGUKURAN KEMBALI LAPORAN
KEUANGAN ASING
Terdapat dua metode yang berbeda untuk menyajikan kembali laporan keuangan
entitas asing ke dalam rupiah :
(1) Penjabaran (translation) laporan mata uang fungsional entitas asing ke dalam
rupiah.
(2) Pengukuran Kembali (remeasurement) laporan mata uang entitas asing ke
mata uang fungsional entitas tersebut.
Setelah pengukuran kembali, laporan keuangan tersebut kemudian harus
diajabarkan jika mata uang fungsionalnya bukan rupiah. Jika mata uang
fungsionalnya adalah rupiah maka tidak diperlukan penjabaran lagi.
Penjabaran adalah metode yang paling umum digunakan dan diterapkan
jika mata uang lokal adalah mata uang fungsional entitas asing. Sebagai contoh,
entitas anak Indonesia di Prancis menggunakan euro untuk pencatatan dan mata
uang fungsionalnya. Laporan keuangan entitas anak harus dijabarkan dari euro ke
rupiah. Untuk menajabarkan laporan keuangan perusahaan akan menggunakan
kurs kini, yang merupakan kurs pada tanggal laporan posisi keuangan, untuk
mengonversikan mata uang lokal dari saldo akun pada laporan posisi keuangan ke
dalam rupiah. Setiap penyesuaian penjabaran yang terjadi akan dimasukkan
sebagai komponen laporan laba rugi komprehnsif. Dikarenakan penghasilan dan
beban diasumsikan terjadi secara seragam selama periode yang bersangkutan,
maka penghasilan dan beban pada laporan laba rugi dijabarkan dengan
menggunakan kurs rata-rata selama periode pelaporan. Metode penjabaran ini
disebut dengan Metode Kurs Kini (current rate methods).
Pengukuran kembali adalah penyajian kembali dari laporan keuangan
entitas asing dari mata uang lokal yang digunakan entitas ke mata uang fungsional
entitas asing. Pengukuran kembali hanya diperlukan jika mata uang fungsional
11. 10
berbeda dengan mata uang yang digunakan untuk pembukuan dan pencatatan
entitas asing.
Metode yang digunakan untuk mengukur kembali laporan keuangan dari
mata uang lokal ke mata uang fungsionalnya disebut metode temporal (temporal
methods). Berdasarkan metode temporal, kurs kini biasanya digunakan untuk
menjabarkan aset moneter ke mata uang fungsionalnya. Pos nonmoneter meliputi
aset tetap, investasi jangka panjang, dan persediaan.
Penerapan dari metode temporal mengonversikan sebuah mata uanga asing
menjadi mata uang fungsional. Jika mata uang fungsional adalah rupiah, maka
tidak diperlukan penyesuaian tambahan. Jika mata uang fungsional adalah mata
uang selain rupiah, maka digunakan metode kurs kini untuk menyajikan kembali
informasi keuangan dalam mata uang rupiah.
Tabel berikut ini menyajikan sebuah gambaran mengenai metode yang
dapat digunakan perusahaan Indonesia untuk menyatakan kembali laporan
keuangan afiliasi asing dalam rupiah.
Alasan konseptual dari dua metode yang berbeda tersebut penjabaran dan
pengukuran kembali berasal dari pertimbangan atas tujuan utama dari proses
penjabaran untuk memberikan informasi yang menunjukan pengaruh yang
diharapkan dari perubahan kurs pada arus kas dan ekuitas perusahaan Indonesia.
Afiliasi asing dikategorikan menjadi dua kelompok. Afiliasi pada kelompok
pertama adalah afiliasi yang relatif merupakan entitas yang berdiri sendiri yang
menghasilkan dan membelanjakan unit mata uang lokal. Mata uang lokal
merupakan mata uang fungsional dari kelompok entitas tersebut.
Kelompok kedua dari afiliasi asing terdiri dari entitas yang merupakan
perpanjangan dari perusahaan Indonesia. Afiliasi ini beroperasi di negara asing,
tetapi secara langsung dipengaruhi oleh perubahan kurs karena mereka bergantung
pada perekonomian Indonesia untuk pasar penjualan, komponen produksi, atau
pendanaan. Untuk kelompok ini, rupiah adalah mata uang fungsional.
PENJABARAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG FUNGSIONAL
MENJADI MATA UANG PELAPORAN PERUSAHAAN INDONESIA
Sebagian besar entitas bisnis melakukan transaksi dan mencatatn aktivitas
bisnisnya dalam mata uang lokal. Oleh karena itu, mata uang lokal dari entitas
asing merupakan mata uang fungsionalnya.
DSAK menyakini bahwa hubungan ekonomi yang mendasari disajikan
dalam laporan keuangan entitas asing tidak boleh didistorsi atau diubah selama
12. 11
proses penjabaran dari mata uang fungsional entitas asing menjadi mata uang
entitas induk. Sebagai contoh, jika laporan mata uang fungsional entitas asing
melaporkan rasio lancar sebesar 2:1 dan margin bruto sebesar 60% dari penjualan,
maka hubungan ini harus melewati proses penjabaran menjadi mata uang
pelaporan entitas induk di Indonesia. Ini merupakan hal yang penting untuk dapat
mengevaluasi kinerja dari manajemen entitas asing dengan ukuran ekonomi yang
sama dengan yang digunakan dalam operasi entitas asing. Untuk mempertahankan
hubungan ekonomi dalam laporan mata uang fungsional, saldo akan harus
dijabarkan dengan kurs yang sebanding.
Penajabaran dilakukan dengan menggunakan kurs kini untuk semua aset
dan liabilitas. Kurs ini merupakan spot rate pada tanggal laporan posisi keuangan.
Akun ekuitas pemegang saham, selain saldo laba, akan dijabarkan dengan
kurs historis. Kurs historis yang sesuai adalah kurs yang terakhir dari tanggal
akuisisi investasi entitas induk pada entitas asing atau tanggal transaksi ekuitas
pemegang saham pada entitas anak.
Penjabaran laporan keuangan entitas asing dari mata uang fungsionalnya
menjadi mata uang pelaporan perusahaan Indonesia adalah sebagai berikut.
Akun laporan laba rugi :
Pemghasilan dan beban Umumnya, kurs rata-rata untuk periode yang
tercakup dalam laporan.
Akun laporan posisi keuangan :
Aset dan liabilitas Kurs kini pada tanggal laporan posisi keuangan
Ekuitas pemegang saham Kurs historis
Oleh karena kurs yang digunakan untuk menjabarkan masing-masing akun entitas
asing berbeda-beda, debit dan kredit dalam neraca saldo setelah penjabaran
biasanya tidak sama. Pos yang menyeimbangkan sisi debit sama dengan sisi kredit
pada neraca saldo yang dijabarkan disebut penyesuaian penjabaran (translation
adjutsment)
13. 12
Penyajian Laporan Keuangan dari Penyesuaian Penjabaran
Penyesuaian penjabaran akibat dari proses penjabaran adalah bagian dari laba rugi
komprehensif untuk periode bersangkutan. Laba rugi komprehensif termasuk
semua perubahan ekuitas selama periode yang bersangkutan kecuali perubahan
yang diakibatkan dari ivestasi oleh pemiliknya dan distribusi ke pemiliknya. Laba
rugi komprehensif (comprehensive income) termasuk laba neto dan item
“penghasilan komprehensif lain (other comprehensive income)” yang
merupakan bagian dari perubahan asset neto pada perusahaan bisnis dari sumber
nonpemilik (misalnya bukan investasi modal tambahan dan deviden selama
periode bersangkutan. PSAK mengharuskan pelaporan laba rugi komprehensif
sebagai bagian dari laporan keuangan utama suatu entitas. Pos utama yang terdiri
dari item penghasilan komprehensif lain adalah perubahan selama periode berjalan
pada penyesuaian penjabaran mata uang asing, keuntungan atau kerugian yang
belum direalisasi dari efek yang tersedia untuk dijual, revaluasi/penilaian kembali
lindung nilai atas arus kas, dan penyesuaian dalam item liabilitas pension
minimum.
Ada beberapa alternatif format penyajian untuk laba rugi komprehensif. Laporan
bentuk tunggal, pendekatan laba rugi gabungan yang pertama menyajikan item-
item yang menyusun laba neto dan kemudian mempunyai bagian yang menyajikan
item-item penghasilan komprehensif lain. Sebuah alternatif, penyajian dua laporan
yang pertama menyajikan perhitungan laba neto dalam satu laporan dan kemudian
laporan terkait yang dimulai dengan laba neto dan merekonsiliasikan ke laba rugi
komprehensif dengan melaporkan item penghasilan komprehensif lain secara
terpisah. Alternatif ketiga, digunakan oleh banyak perusahaan, adalah hanya
menyajikan item-item yang merupakan bagian dari penghasilan komprehensif lain
14. 13
dalam skedul akumulasi penghasilan komprehensif lain di dalam laporan
keuangan konsolidasian ekuitas pemegang saham. Suatu entitas dapat menyajikan
komponen dari item penghasilan komprehensif lain setelah dikurangi pajak atau
dapat menunjukkan pengaruh agregat pajak terkait dengan total penghasilan
komprehensif lain dalam satu jumlah.
Setiap periode penghasilan komprehensif lain (other comprehensive income-OCI)
ditutup ke akumulasi penghasilan komprehensif lain (accumulated other
comprehensive income-AOCI), yang mana ditampilkan secara terpisah dari item
ekuitas pemegang saham lainnya (misalnya modal saham share-premium biasa,
dan saldo laba). Akun, seperti “Akumulasi Penghasilan Komprehensif Lain”
digunakan untuk menggambarkan item ekuitas pemegang saham tersebut.
Laporan perubahan ekuitas pemegang saham dibuka dengan akumulasi saldo
penghasilan komprehensif lain pada awal periode, kemudian ditambah dengan
perubahan penyesuaian penjabaran dan tambahan item penghasilan komprehensif
lain selama periode bersangkutan yang dimasukkan dalam laba rugi komprehensif
pada periode tersebut, dan diperoleh saldo akhir periode. Saldo akhir dari item
akumulasi penghasilan komprehensif lain kemudian dilaporkan dalam laporan
posisi keuangan sebagai bagian dari ekuitas pemegang saham, biasanya setelah
saldo laba. Pembahassan mengenai ketentuan pengungkapan disajikan nanti
dalam bab ini untuk menunjukkan laporan keuangan PT Induk yang merupakan
contoh yang disajikan pada bab ini.
FIGUR 12-2
Akun Laporan Posisi Keuangan untuk Kedua Perusahaan pada 1 Januari
20X1 (Sesaat Sebelum Mengakuisisi 100% Saham German Company PT.
Induk, Perusahaan Indonesia)
15. 14
Ilustrasi Penjabaran dan Konsolidasi Entitas Anak di Luar Negeri
Untuk mengetahui konsolidasi entitas anak di luar negeri, asumsikan fakta-fakta
berikut.
1. Pada tanggal 1 Januari 20X1, PT Induk, perusahaan membeli 100% saham
beredar dari German Company, sebuah perusahaan yang berlokasi di Berlin,
seharga Rp660.000.000. Harga yersebut lebih tinggi Rp60.000.0000 dari nilai
buku. (Perhitungan yang menunjukkan digerensial akan ditampilkan pada
akhir bagian). Selisih lebih biaya perolehan di atas nilai buku dialokasikan ke
paten yang diamortisasi selama 10 tahun. Akun laporan posisi keuangan
dalam format neraca saldo untuk kedua perusahaan sesuai sebelum akuisisi di
figur 12-2.
FIGUR 12-3
16. 15
Kertas Kerja untuk Menjabarkan Entitas Anak di Luar Negeri pada 1
Januari 20X1 (Tanggal Akuisisi) Mata Uang Fungsional adalah Euro Eropa
2. Mata uang lokal untuk German Company adalah euro (€) yang juga
merupakan mata uang fungsionalnya.
3. Pada tanggal 1 Oktober 20X1, entitas anak mengumumkan dan membayar
dividen sebesar €6250
4. Entitas anak menerima Rp42.000.000 dari transaksi dengan perusahaan
Indonesia pada saat kurs adalah El - Rp12.000. Entitas anak masih memiliki
mata uang asing tersebut pada tanggal 31 Desember 20X1.
5. Kurs spot langsung yang relevan (Rp/61) adalah:
Tanggal Kurs
1Januari 20X1 Rp12.000
1 Oktober 20X1 13.000
31 Desember 20X1 14.000
Rata-rata 20X1 13.000
Tanggal Akuisisi Kertas Kerja Penjabaran
17. 16
Figur 12-3 menyajikan penjabaran neraca di German Company pada tanggal 1
Januari 20X1.Ilustrasi ini mengasumsikan bahwa pembukuan dan pencatatan
entitas anak dalam euro Eropa, mata uang fungsional entitas anak.
Penjabaran neraca saldo entitas anak dari mata uang fungsional ke rupiah yang
merupakan mata uang pelaporan entitas induk di Indonesia dilakukan
menggunakan metode kurs kini. Dalam akuntansi pembelian, akun ekuitas
pemegang saham entitas anak dijabarkan menggunakan kurs kini pada tanggal
pembelian saham entitas anak oleh entitas induk.
Ayat jurnal yang dibuat oleh PT Induk untuk mencatat perbelian 10 sahan German
Company adalah sebagai berikat
1. Januar 20X1
(1) Investasi pada saham German Company 000.000.000
Kas 000.000.000
Pembelian saham German Company
Tanggal Akuisisi Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian
Kertas kerja laporan posisi keuangan konsolidasian untuk PT Induk dan entitas
anak di German Company pada tanggal 1 Januari 20X1, disajikan pada Figur 12-
4. Proses konsolidasi identik dengan konsolidasi pada tanggal akuisisi yang
disajikan pada Bab 4. Ayat jurnal eliminasi adalah sebagai berikut.
18. 17
Setelah Tanggal Akuisisi
Akuntansi setelah tanggal akuisisi sangat mirip dengan akuntansi yang digunakan
untuk entitas anak domestik. Perbedaan utama akibat pengaruh dari perubahan
kurs mata uang asing.
Penjabaran Neraca Saldo Setelah Akuisisi pada Entitas Anak di Luar Negeri
Figur 12-5 mengilustrasikan penjabaran neraca saldo German Company pada
tanggal 31 Desember 20X1.
FIGUR 12-4
1 Januari 20XT, Kertas Kerja untuk Laporan Posisi Keuangan
konsolidasian, Tanggal Akuisisi 100% Pembelian pada Harga di Atas Nilai
Buku
Perhatikan bahwa akun unit mata uang asing dalam neraca saldo dari entitas anak
di Jerman, Akun ini mencerminkan rupiah sebesar Rp42.000.000 yang dimiliki
oleh entitas anak. Oleh karena akun ini didenominasikan dalam mata uang selain
mata uang pelaporan entitas anak, maka German Company membuat ayat jurnal
penyesuaian untuk merevaluasi akun dari jumlah awal yang dicatat menggunakan
19. 18
kurs pada tanggal perusahaan menerima mata uang yang nilai kursnya setara
dengan jumlah tersebut pada akhir tahun.
Entitas anak membuat ayat jurnal berikut dalam pembukuannya pada saat ia
menerima rupiah.
(4) Unit Mata Uang Asing (Rp) €3.500
Penjualan €3.500
Mencatat penjualan dan penerimaan Rp42.000.000 pada kurs
spot pada tanggal penerimaan:
€3.500 = Rp42.000.000/kurs Rp 2.000
Pada akhir periode, entitas anak menyesuaikan unit mata uang asing (rupiah) ke
kurs kini (Rp14.000= €1) dengan membuat ayat jurnal berikut.
(5) Kerugian Transaksi Mata Uang Asing €500
Unit Mata Uang Asing (Rp) €500
Menyesuaikan akun yang didenominasi dalam unit mata uang
asing ke kurs kini:
Rp42.000.000/Rp14.000 € 3.000
Dikurangi: Saldo sebelum disesuaikan (3.500)
Kerugian transaksi mata uang asing €500
Kerugian transaksi mata uang asing adalah komponen dari laba neto entitas anak,
dan akun unit mata uang asing diklasifikasikan sebagai aset lancar pada laporan
posisi keuangan entitas anak. Laba neto entitas anak terdiri dari elemen-elemen
sebagai berikut.
FIGUR 12-5
20. 19
31 Desember 20X1, Penjabaran Neraca Saldo Entitas Anak di Luar Negeri
Euro Eropa adalah Mata Uang Fungsional
Oleh karena euro Eropa adalah mata uang fungsional entitas asing, maka laporan
keuangan entitas anak harus dijabarkan ke dalam rupiah dengan menggunakan
metode kurs kini. Aset diliabilitas dijabarkan menggunakan kurs kini pada tanggal
laporan posisi keuangan (Rp14.000) akun laporan laba rugi dijabarkan
menggunakan kurs rata-rata selama periode berjalan (Rp13.000) dan akun ekuitas
pemegang saham dijabarkan menggunakan kurs historis yang sesuai (Rp12.000)
dan Rp13.600). Dividen dijabarkan pada kurs tanggal 1 Oktober (Rp13.600), yang
merupakan kurs pada tanggal pengumuman dividen. Contoh ini mengasumsikan
dividen dibayarkan pada tanggal 1 Oktober, hari yang sama dengan tanggal
pengumuman. Jika dividen belum dibayarkan sampai akhir tahun.Maka utang
liabilitas dividen akan dijabarkan dengan kurs kini sebesar Rp14.000 = €1.
21. 20
Salah satu fitur analitis yang disediakan oleh metode kurs kini adalah banyaknya
rasio yang digunakan manajemen untuk mengelola entitas anak di luar negeri
adalah sama dengan rupiah maupun dengan unit mata uang asing. Hubungan ini
berlaku untuk aset dan liabilitas dalam laporan posisi keuangan, penghasilan, dan
beban dalam laporan laba rugi karena penjabaran untuk akun-akun ini
menggunakan kurs yang sama-kurs kini untuk aset dan liabilitas, dan kurs rata-
rata akun laporan laba rugi. Oleh karena itu, skala untuk akun-akun tersebut telah
berubah, tetapi jumlah relatif masing-masing laporan keuangan tidak berubah.
Akan tetapi, hubungan ini tidak berlaku saat
FIGUR 12-6
Pembuktian Penyesuaian Penjabaran per 31 Desember 20X1 Euro Eropa
adalah Mata Uang Fungsional
22. 21
rasio memasukkan angka dari laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan atau
saat akun ekuitas pemegang saham dimasukkan dengan aset dan liabilitas. Tabel
berikut mengilustrasikan hubungan relatif dalam laporan keuangan menggunakan
data di FIGUR 12-5.
Penyesuaian penjabaran dalam Figur 12-5 timbul karena aset dan liabilitas
investee dijabarkan menggunakan kurs kini, sedangkan untuk menjabarkan
ekuitas pemegang saham dan saldo akun laporan laba rugi menggunakan kurs
yang berbeda. Walaupun penyesuaian penjabaran mungkin akan dianggap sebagai
item penyeimbang untuk membuat debit neraca saldo sama dengan kreditnya,
pengaruh perubahan kurs selama periode berjalan harus dihitung untuk
membuktikan akurasi proses Penjabaran. Pembuktian untuk tahun 20X1. tahun
akusisi, disajikan di Figur 12-6.
Pembuktian dimulai dengan menentukan pengaruh dari perubahan kurs pada
investasi awal dan elemen yang mengubah investasi awal. Perhatikan bahwa
hanya kejadian yang memengaruhi akun ekuitas pemegang saham yang akan
mengubah investasi aset neto. Dalam contoh ini, perubahan dalam akun investasi
terjadi dari laba sebesar €12.500 dan dividen sebesar €6.250. Tidak ada perubahan
yang terjadi dalam saham yang beredar selama tahun berjalan. Investasi neto awal
dijabarkan menggunakan kurs awal tahun. Laba rugi dan dividen dijabarkan
menggunakan kurs pada tanggal terjadinya transaksi. Laba rugi diperoleh secara
merata selama setahun, sehingga kurs rata-rata selama periode berjalan digunakan
untuk menjabarkan laba rugi. Posisi aset neto akhir dijabarkan menggunakan kurs
23. 22
pada akhir tahun. Penyesuaian penjabaran kumulatif pada awal tahun adalah nol
dalam contoh ini karena entitas anak diakuisisi pada tanggal 1 januari 20X1.
Akun akumulasi penghasilan komprehensif lain---Penyesuaian penjabaran
mempunyai saldo kredit karena kurs spor pada akhir periode pertama kepemilikan
lebih tinggi dari kurs pada awal periode atau kurs rata-rata periode tersebut. Jika
kurs mengalami penurunan selama periode berjalan, maka penyesuaian
penjabaran akan mempunyai saldo debit. Cara lain untuk menentukan apakah
akumulasi penyesuaian penjabaran mempunyai saldo debit atau kredit adalah
dengan menggunakan logika laporan posisi keuangan. Sebagai contoh, laporan
posisi keuangan entitas anak yang dijabarkan pada awal tahun akan menjadi:
Laporan Posisi Keuangan Penjabaran, 1/1/X1
Perhatikan bahwa Rp 110.000.000 adalah saldo kredit dalam rangka untuk
membuat laporan posisi keuangan "seimbang."
Ayat Jurnal pada Pembukuan Entitas Induk Ayat jurnal pada pembukuan entitas
induk dibuat untuk mengakui nilai setara rupiah dari bagian entitas induk atas laba
entitas anak, amortisasi selisih biaya perolehan dengan nilai buku, penyesuaian
penjabaran kumulatif untuk diferensial entitas induk dan dividen yang diterima
dari entitas anak di luar negeri. Selain itu, entitas induk harus mengakui bagiannya
atas penyesuaian penjabaran yang timbul dari penjabaran laporan keuangan entitas
anak. Perubahan periodik dalam penyesuaian penjabaran entitas induk dari
24. 23
investasi asing dilaporkan sebagai komponen penghasilan komprehensif lain
entitas induk.
Berikut ini ayat jurnal yang dibuat oleh PT Induk untuk mencatat investasinya di
German Company. PT Induk menerima dividen pada tanggal 1 Oktober 20X1 dan
langsung mengonversinya ke rupiah sebagai berikut.
1 Oktober 20X1
(6) Kas 85.000
Investasi pada Saham German Company 85.000
Dividen yang diterima dari entitas anak di luar negeri:
€6.250 x Rp13.600 kurs
31 Desember 20X1
(7) Investasi pada Saham German Company 162.500.000
Laba Rugi dari Entitas Anak 162.500.000
Ekuitas dalam laba neto entitas anak di luar negeri:
€12.500 x Rp13.000 kurs rata-rata
(8) Iventasi pada Saham German Company 110.000.000
Penghasilan komprehensif lain 110.000.000
Bagian entitas induk atas perubahan dalam
penyesuaian penjabaran dari penjabaran akun entitas anak:
Rp110.000.000 X 1,00
Jika ada tenggang waktu antara tanggal pengumuman dan tanggal pembayaran
divide, entitas induk akan mencatat piutang dividen dari entitas anak di luar negeri
pada tanggal pengumuman. Akun ini akan didenominasikan dalam mata uang
asing dan akan disesuaikan dengan kurs kini pada tanggal laporan posisi keuangan
dan tanggal pembayaran, sama seperti akun lain yang didenominasikan dalam
mata uang asing. Setiap keuntungan atau kerugian transaksi mata uang asing
akibat dari prosedur penyesuaian akan dimasukkan dalam laba rugi entitas induk
pada periode tersebut.
25. 24
Diferensial. Alokasi dan amortisasi dari selisih biaya perolehan di atas nilai baku
memerlukan perhatian khusus dalam penjabaran laporan keuangan entitas asing,
Diferensial tidak ada pada pembukuan entitas anak di luar negeri; ini adalah
bagian dari akun investasi entitas induk. Namun, nilai buku yang dijabarkan dari
entitas anak di luar negeri merupakan komponen utama dari akun investasi dalam
pembukuan entitas induk dan berkaitan langsung dengan aset berbasis asing.
PSAK 10 mengharuskan bahwa alokasi dan amortisasi dari selisih antara investasi
dengan nilai bukunya dilakukan dari segi mata uang fungsional entitas anak di
luar negeri dan jumlah tersebut kemudian dijabarkan dengan kurs penutup.
Amortisasi periodik memengaruhi laporan laba rugi dan karenanya diukur dengan
kurs rata-rata yang digunakan untuk menjabarkan akun laporan labu rugi. Di sisi
lain, sisa saldo yang belum diamortisasi dari diferensial dilaporkan dalam laporan
posisi keuangan dan dijabarkan dengan kun kini yang digunakan untuk akun
laporan posisi keuangan. Pengaruh dari perbedaan kurs tersebut diselesaikan
dalam penyesuaian perjabaran entitas induk sebagai revisi dari bagian investasi
awal entitas induk ke entitas anak.
PT Induk mengamortisasi paten dara periode 10 tahun. Amortisasi praten adalah
sebagai berikut.
Cara lain untuk melihat penyesuaian diferensial sebesar Rp9.500.000 adalah
bahwa diferensial tersebut menyesuaikan diferensial entitas induk, yang
merupakan bagian dari akun investasi, menjadi jumlah yang diperlukan untuk
mempersiapkan laporan posisi keuangan konsolidasian. Pada contoh ini, jika tidak
26. 25
dibuat penyesuaian diferensial, maka saldo puten dalam laporan posisi keuangan
konsolidasi akan tidak tepat, yaitu menjadi sebesar Rp53.500.000. Oleh karena
laporan posisi keuangan harus melaporkan paten yang dijabarkan pada kurs akhir
periode sebesar Rp63.000.000, maka penyesuaian diferensial dilakukan untuk
melaporkan secara benar jumlah dalam laporan posisi keuangan konsolidasi.
Dengan demikian, penyesuaian mungkin akan dipikirkan sebagai penyesuaian
yang diperlukan agar mendapatkan jumlah diferensial yang benar untuk
mempersiapkan laporan posisi keuangan konsolidasian. Penyesuaian diferensial
dapat mempunyai saldo debit atau kredit bergantung pada arah perubahan kurs.
Dalam kasus ini, diferensial harus dapat dinaikkan dari Rp53.500.000 menjadi
Rp.63.000.000 yang mengharuskan adanya debit sebesar Rp9.500.000 ke akun
ivestasi dan kredit ke akun penghasilan komprehensif lain-penyesuaian
penjabaran.
Ayat jurnal (9) mengakui amortisasi paten untuk periode berjalan Ayat jurnal (10)
mencatat bagian dari penyesuaian penjabaran atas kenaikan diferensial untuk
investasi pada entitas anak di luar negeri.
(9) Laba Fugi dan Entitas Anak 6.500.000
Investasi pada saham German Company 6.500.000
Amortisasi paten:
Rp6.500.000 = €500 x Rp13.000 kurs rata-rata
(10) Investasi pada Saham German Company 9.500.000
Penghasilan Komprehensif Lain-Penyesuaian Penjabaran 9.500.000
Mengakui penyesuaian penjabaran atas kenaikan diferensial
Penting untuk dicatat bahwa penyesuaian penjabaran sebesar Rp9.500.000 dari
diferensial dialokasikan hanya ke entitas induk. Kepentingan nonpengendali tidak
ditetapkan sebagai bagian dari penyesuaian penjabaran tersebut. Penyesuaian
27. 26
penjabaran sebesar Rp9.500.000 tersebut dialokasikan ke selisih biaya perolehan
yang dibayarkan di atas nilai buku aset dan oleh karena ditambahkan ke
diferensial, yang merupakan komponen investasi pada entitas anak di luar negeri
sehingga menghasilkan debit ke akun investasi pada pembukuan entitas induk.
Saldo investasi pada saham German Company tanggal 31 Desember 20X1 adalah
Rp850.500.000 sebagaimana ditunjukkan dalam akun T berikut. Angka dalam
tanda kurung menunjukkan nomer ayat jurnal dari teks tersebut.
Perhatikan bahwa akun penghasilan komprehensif lain-penyesuaian penjabaran
Rp119.500.000 dalam pembukuan entitas induk terdiri dari bagian akun tersebut
atas penyesuaian penjabaran dari menjabarkan neraca saldo entitas anak
(Rp110.000.000) ditambah penyesuaian entitas induk (Rp9.500.000) karena
diferensial dibayar untuk investasi tersebut.
Selama proses ayat jurnal penutup entitas induk, dua ayat jurnal berikut akan
dimasukkan secara berpisah untuk menutup laba neto dari entitas anak dan
penghasilan komprehensif lain yang timbul dari avestasi pada entitas anak.
(11) Laba Rugi dari Entitas Anak 156.000.000
Saldo Laba 156.000.000
Untuk menutup laba neto dari entitas anak:
Rp156.000.000 = Rp162.500.000 - Rp6.500.000
28. 27
FIGUR 12-7
31 Desember 20X1, Kertas Kerja Konsolidasi, Disusun Setelah Penjabaran
Laporan Keuangan Asing
(12) Penghasilan komprehensif Lain-Penyesuaian Penjabaran 119.500.000
Akumulasi Penghasilan komprehensif Lain-Penyesunian Penjabaran
119.500.000
Untuk menutup penghasilan komprehensif lain yang dihasikan dari
Investasi pada entitas anak di Jerman:
29. 28
Rp119.500.000 = Rp110.000.000 + Rp9.500.000
Kertas Kerja Konsolidasi Selanjutnya. Kertas kerja konsolidasi disusun setelah
proses penjabaran selesai. Proses konsolidasi ini sama seperti untuk entitas anak
domestik, kecuali untuk dua perbedaan utama: (a) Entitas induk akan mencatat
bagian dari penyesuaian penjabaran yang timbul dari penjabaran akun entitas anak
di luar negeri; sebagaimana disajikan dalam ayat jurnal (8) dalam contoh ini,
entitas induk yang memiliki 100% entitas anak, tetapi dalam kasus entitas anak
tidak dimiliki seluruhnya, maka kepentingan nonpengendali akan ditetapkan
sebesar bagian persentasenya atas penyesuaian penjabaran dan (b) sebagaimana
ditunjukkan sebelumnya, amortisasi paten untuk periode berjalan dijabarkan ayat
pada saat kurs laporan laba rugi (kurs rata-rata untuk periode berjalan), sedangkan
saldo akhir paten dijabarkan pada saat kurs laporan posisi keuangan (kurs kini).
Sebagaimana ditunjukkan dalam jurnal (10), penyesuaian penjabaran harus
dihitung pada diferensial dan ditetapkan sebagai bagian dari investasi entitas
induk ke dalam entitas anak di luar negeri.
30. 29
Kertas kerja ini disajikan di Figur 12-7. Neraca saldo untuk German Company
diperoleh dari jumlah penjabaran yang dihitung sebelumnya di Figur 12-5.
Berikut adalah ayat jurnal kertas kerja dalam bentuk ayat jurnal. Ayat jurnal
tersebut tidak dibuat pada pembukuan kedua perusahaan, ayat jurnal tersebut
hanya dibuat dalam kolom eliminasi kertas kerja.
Pada saat entitas induk menggunakan metode ekuitas dan tidak terdapat transaksi
pendapatan antar perusahaan, maka laba neto dan saldo laba entitas induk sama
dengan laba neto dan saldo laba konsolidasian. Hal ini memungkinkan untuk
memverlokasi jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan konsolidasian.
Kepentingan Nonpengendali pada Entitas Anak di Luar Negeri
31. 30
Sebagian besar perusahaan Indonesia lebih suka untuk memiliki 100% entitas
anak di luar negerinya. Dengan demikian akan memungkinkan manajemen yang
lebih efisien atas entitas anak dan tidak ada persyaratan untuk menyusun laporan
keuangan tersendiri dari entitas anak untuk kepentingan nonpengendali. Akan
tetapi jika entitas anak di luar negeri tidak dimiliki sepenuhnya, maka kepentingan
nonpengendali harus dihitung dan diperlakukan sebagaimana yang dijelaskan
pada Bab 4. Satu-satunya perbedaan adalah alokasi dari penyesuaian penjabaran
yang timbul dari penjabaran akun neraca saldo entitas anak di luar negeri. Oleh
karena itu, sebagai contoh, jika PT Induk memiliki 80% kepemilikan saham di
German Company dan investor lain memiliki 20% kepentingan nonpengendali,
maka kepentingan nonpengendali akan dialokasikan sebesar persentase bagiannya
dari penyesuaian penjabaran melalui proses ayat jurnal eliminasi. Kepentingan
nonpengendali pada laporan posisi keuangan konsolidasian akhir tahun akan
dimasukkan sebesar bagiannya atas akumulasi penghasilan komprehensif lain dari
penyesuaian penjabaran sebagai berikut.
PENGUKURAN KEMBALI PEMBUKUAN KE DALAM MATA UANG
FUNGSIONAL
Metode kedua untuk menyajikan kembali laporan keuangan afiliasi asing dalam
rupiah adalah pengukuran kembali. Walaupun pengukuran kembali tidak umum
sebagaimana penjabaran, ada beberapa situasi di mana mata uang fungsional dari
afiliasi asing yang bukan mata uang lokal. Pengukuran kembali sama dengan
penjabaran yang tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai setara rupiah dari
32. 31
akun-akun afiliasi asing schingga dapat dikombinasikan atau dikonsolidasikan
dengan laporan keuangan perusahaan Indonesia. Akan tetapi, kurs yang
digunakan untuk pengukuran kembali berbeda dengan kurs yang digunakan untuk
penjabaran, yang mengakibatkan nilai rupiah yang berbeda untuk akun-akun
afiliasi asing.
Dalam sebagian besar kasus, afiliasi asing mungkin dapat dianggap sebagai alat
produksi atau penjualan langsung dari perusahaan Indonesia, tetapi menggunakan
mata uang lokal untuk mencatat dan melaporkan hasil operasinya. Selain itu,
entitas asing yang berlokasi di negara dengan ekonomi sangat inflasi, yang
didefinisikan sebagai negara dengan tingkat inflasi selama tiga tahun kumulatif
melebihi 100%, harus menggunakan rupiah sebagai mata uang fungsional dan
laporan keuangannnya diukur kembali menjadi rupiah. Sebagian besar negara
Amerika Selatan mengalami hiperinflasi, dengan beberapa negara yang
mempunyai tingkat inflasi tahunan melebihi 100%. Jika afiliasi asing.
FIGUR 12-8
Akun-Akun yang Diukur Kembali Menggunakan Kurs Historis
Akun Laporan Posisi Keuangan:
Efek yang dicatat sebesar biaya perolehannya
Persediaan yang dicatat sebesar biaya perolehannya
Biaya dibayar di muka seperti asuransi, iklan, dan sewa
Aset Tetap
Paten, merek dagang lisensi dan formula
Goodwill
Aset tak berwujud lainnya
Biaya dan kredit tangguhan, kecuali biaya perolahan kebijakan untuk perusahaan
asuransi jiwa
Penghasilan tangguhan
Model saham biasa
Saham preferent yang dicatat sebesar harga penerbitan
33. 32
Akun Laporan Laba Rugi:
Penghasilan dan beban yang berkaitan dengan aset dan liabilitas nonmoneter
Beban pokok penjualan
Penyusutan aset tetap
Amortisasi takberwujud
Amortisasi biaya tangguhan
menggunakan rupiah sebagai mata uang fungsional dan mata uang pelaporannya,
tidak diperlukan pengukuran kembali karena hasil operasi sudah dilaporkan dalam
rupiah.
Proses ngukuran kembali harus memberikan hasil akhir yang sama seperti ketika
transaksi entitas asing sejak awal telah dicatat dalam rupiah. Untuk alasan ini,
beberapa transaksi dan saldo akun tertentu disajikan kembali ke nilai setara rupiah
dengan menggunakan kurs historis, yaitu kurs spot pada saat transaksi awal
terjadi. Proses pengukuran kembali membagi laporan posisi keuangan ke dalam
akun moneter dan nonmoneter. Aset dan liabilitas moneter, seperti kas, piutang
jangka pendek dan jangka panjang, serta utang jangka pendek dan jangka panjang,
mempunyai jumlah tetap dalam unit mata uang. Akun-akun ini dapat mengalami
keuntungan atau kerugian dari perubahan kurs. Aset nonmoneter adalah akun
seperti persediaan dan aset tetap, yang nilainya tidak tetap dalam unit moneter.
Akun moneter akan diukur kembali dengan menggunakan kurs kini. Kurs historis
yang disesuaikan digunakan untuk mengukur kembali saldo akun laporan posisi
keuangan nonmoneter dan saldo akun yang terkait dengan penghasilan, beban,
keuntungan dan kerugian. Daftar akun harus diukur kembali dengan kurs historis
yang disesuaikan seperti ditampilkan dalam Figur 12-8.
Oleh karena digunakan berbagai kurs untuk mengukur kembali neraca saldo mata
uang asing maka debit dan kredit dari neraca saldo setara rupiah mungkin tidak
sama. Dalam kasus ini, item penyeimbang adalah keuntungan atau kerugian
pengukuran kembali (remeasurement gain or loss) yang dimasukkan dalam
laporan laba rugi periode berjalan.
34. 33
Penyajian Laporan Keuangan dari Keuntungan atau kerugian Pengukuran
Kembali
Setiap keuntungan atau kerugian yang timbul dari proses pengukuran kembali
dimasukkan dalam laporan laba rugi periode berjalan, biasanya dalam "laba rugi
lain. Berbagai nama akun yang digunakan, seperti keuntungan (kerugian) selisih
kurs, keuntungan (kerugian) mata uang, keuntungan (kerugian) kurs, atau
keuntungan (kerugian) pengukuran kembali. Akun keuntungan (kerugian
pengukuran kembali digunakan karena nama ini yang paling deskriptif dari
sumber pos tersebut. Keuntungan atau kerugian pengukuran kembali dimasukkan
dalam laba rugi periode berjalan karena jika transaksi sejak awal dicatat dalam
rupiah, maka keuntungan atau kerugian kurs akan diakui dalam periode ini
sebagai bagian penyesuaian yang diperlukan untuk penilaian transaksi luar negeri
yang didenominasikan dalam mata uang asing. Setelah menyelesaikan proses
pengukuran kembali,laporan keuangan entitas asing akan disajikan saat rupiah
telah digunakan untuk mencatat transaksi dalam mata uang lokal pada saat
terjadinya.
Ilustrasi Pengukuran Kembali Entitas Anak di Luar Negeri
Untuk menyajikan pengukuran kembali laporan keuangan, akan digunakan
kembali contoh German Company. Satu-satunya perbedaan antara contoh
penjabaran sebelumnya dan contoh sekarang adalah bahwa mata uang fungsional
entitas anak di luar negeri sekarang diasumsikan ke rupiah bukan euro Eropa.
German Company mengelola pembukuan dan pencatatannya menggunakan euro
untuk menyediakan laporan yang diperlukan untuk pemerintah Jerman. Oleh
karena rupiah adalah mata uang fungsional, maka laporan keuangan German
Company akan diukur kembali dalam rupiah. Setelah laporan keuangan afiliasi
asing diukur kembali, maka proses konsolidasi akan sama dengan entitas anak
domestik.
Pengukuran Kembali Neraca Saldo Entitas Anak di Luar Negeri Setelah
Akuisisi
35. 34
Neraca saldo pada entitas anak harus diukur kembali dari euro Eropa menjadi
rupiah sebagaimana ditampilkan di Figur 12-9. Kurs kini yang digunakan untuk
mengukur kembali akun moneter, dan kurs historis yang sesuai digunakan untuk
setiap akun nonmoneter.
Tiga pos memerlukan perhatian khusus. Pertama, aset tetap diukur kembali
menggunakan kurs historis pada tanggal entitas induk mengakuisisi entitas anak di
luar negeri. Jika entitas anak membeli aset tetap tambahan setelah entitas induk
mengakuisisi saham entitas anak, maka tambahan aset tetap tersebut akan diukur
kembali menggunakan kurs pada tanggal pembelian aset tetap tambahan tersebut.
Hal yang sama berlaku untuk pos nonmoneter lainnya. Penting untuk mempunyai
catatan perolehan atau pelepasan aset nonmoneter dan ekuitas setelah akuisisi
saham entitas anak di luar negeri untuk menjamin penggunaan kurs yang sesuai
untuk mengukur kembali pos-pos tersebut. Ingat kembali bahwa kombinasi bisnis
dicatat sebagai pembelian, karena itu, kurs historis yang sesuai adalah kurs spot
pada tanggal entitas induk membeli saham entitas anak di luar negeri. Jika
kombinasi bisnis dicatat sebagai penyatuan kepemilikan, maka kurs historis yang
sesuai adalah kurs pada tanggal entitas anak mengeluarkan saham awal dan
memperoleh aset nonmoneter, bukan pada tanggal entitas induk mengakuisisi
saham entitas anak.
Kedua, beban pokok penjualan terdiri dari transaksi yang terjadi pada berbagai
kurs. Persediaan awal diperoleh pada saat kurs Rp12.000 = €1. Pembelian
persediaan dilakukan pada beberapa waktu selama setahun, sehingga kurs rata-
rata Rp13.000 = €1 digunakan sebagai kurs pengukuran kembali. Untuk tujuan
ilustrasi, contoh ini mengasumsikan persediaan akhir dibeli pada saat kurs
langsung adalah Rp13.800 = €1 dan digunakan metode persediaan FIFO.
Ketiga, beban operasi juga terjadi pada kurs yang berbeda. Beban penyusutan
diukur kembali pada kurs Rp12.000 = €1 karena terkait dengan akun nonmoneter,
aset tetap diukur kembali dengan kurs historis Rp12.000 = €1. Kurs rata-rata
digunakan untuk mengukur kembali beban operasi lainnya karena diasumsikan
terjadi merata selama periode tersebut.
36. 35
Keuntungan pengukuran kembali diakui dalam laporan laba rugi periode berjalan.
Keuntungan kurs pengukuran kembali adalah sebagai item penyeimbang untuk
membuat total debit sama dengan
FIGUR 12-9
31 Desember 20X1, Pengukuran Kembali Neraca Saldo Entitas Anak di Luar
Negeri
Mata Uang Fungsional adalah Rupiah
37. 36
total kredit, tetapi dapat dibuktikan dengan menganalisis perubahan pos moneter
selama peroide berjalan. Kertas kerja konsolidasi selanjutnya dan pembuktian
keuntungan kurs pengukuran kembali disajikan dalam bagian “Pertimbangan
Tambahan” pada akhir bab ini.
FIGUR 12-10
Ikhtisar Penjabaran versus Pengukuran Kembali
38. 37
INVESTASI ASING DAN ENTITAS ANAK YANG TIDAK DI
KONSOLIDASIKAN
Sebagian besar perusahaan mengkonsolidaskan entitas anak diluar negeri sesuai
dengan PSAK 65 “Laporan Keuangan Konsolidasian”. Umumnya entitas induk
menkonsolidasikan entitas anak di luar negeri , kecuali jika slah satu kondisi
berikut sangat berat sehingga perusahaan Indonesia yang memiliki perusahaan di
luar negeri tidak dapat melaksanakan tingkat pengendalian ekonomi atas sumber
daya dan operasi keunagan entitas anak di ljuar negeri yang merupakan syarat
konsolidasi, seperti berikut.
1. Pembatasan valuta asing di negara asing.
2. Pembatasan transfer properti di negara asing.
3. Ketidakapastian lain yang diterapkan oleh perintah.
Entitas anak di luar negeri yang tidak di konsolidasi dilaporkan sebagai
investasi dalam laporan posisi keuangan entitas induk indonesia. Perusahaan
investor Indonesia harus menggunakan metode ekuitas jika perusahaan
mempunyai kemampuan untuk melaksanakan “pengaruh signifikan” atas
kebijakan keuangan dan operasional investee. Jika metode ekuitas tidak dapat
diterapkan, maka digunakan metode biaya untuk mencatat investasi asing,
mengakui laba rugi hanya dari dividen yang diterima.
39. 38
Jika metode ekuitas digunakan untuk entitas anak di luar negeri yang tidak
dikonsolidasi, maka laporan keuangan investee diukur kembali atau dijabarkan,
bergantung pada penentuan mata uang fungsional. Jika digunakan untuk
pengukuran kembali , maka laporan keuangan entitas asing akan diukur dalam
rupiah dan investor mencatat persentase nya dari laba rugi investee dan membuat
amortisasi atau penurunan nilai yang diperlukan dari setiap diferensial. Terdapat
pendekatan jalan pintas (shortcut) untul penjabaran: kalikan laba neto afiliasi
asing yang diukur dalam unit mata uang asing dengan kurs rata-rata selama
periode berjala, dan kemudian mengakui persentase saham entitas induk atas laba
neto yang dijabarkan tersebut. Selain itu, investor harus mengakui saham nya atas
penyesuaian penjabaran yang timbul dari penjabaran laporan keuangan entitas
asing. Saham investor dan penyesuaian penjabaran dari investee asing dilaporkan
pada laporan posisi keuanagan investor sebagai komponen terpisah dari ekuitas
pemegang saham dan sebagai penyesuaian atas jumlah tercata dari akun investasi .
Ayat jurnal pada pembukuan investor sama untuk metode ekuitas , baik entitas
anak konsolidasian atau dilaporkan sebagai investasi yang tidak dikonsolidasikan.
Likuidasi Investasi Asing
Akun penyesuaian penjabaran terkait langsung dengan investasi perusahaan pada
entitas asing.Jika investor menjual sebagian besar dari investasi sahamnya, PSAK
10 mengharuskan porsi prorata dari akun akumulasi penyesuaian penjabaran yang
dialokasikan ke investasi dimasukkan dalam penghitungan keuntungan atau
kerugian atas pelepasan investasi. Sebagao contoh, jika entitas induk menjual 30%
dari investasi pada entitas anak, 30% terkait penyesuaian penjabaran kumulatif
yang akan dihapus dari akun peyesuaian penjabaran dan dimasukkan dalam
penentuan keuntungan atau kerugian dari pelepasan investasi asing tersebut.
LINDUNG NILAI ATAS INVESTASI NETO PADA ENTITAS ANAK DI
LUAR NEGERI
PSAK 55 memperbolehkan lindung nilai investasi neto pada entitas anak di luar
negeri. PSAK 55 menyatakan bahwa keuntungan atau kerugian terkait bagian
efektif lindung nilai atas investasi neto dimasukkan dalam penghasilan
komprehensif lain sebagai bagian dari penyesuain penjabaran. Namun, jumlah
40. 39
saling hapus untuk laba rugi komprehensif dibatasi sebesar penyesuaian
penjabaran untuk investasi neto.
Sebagai contoh, pada tanggal 1 januari 20X1, PT Induk memutuskan untuk
melakukan lindung nilai bagian investasi nya yang baru saja dilakukan di German
Company yang terkait dengan nilai buku aset German Company. PT Induk tidak
yakin apakah kurs langsung euro akan meningkat atau menurun untuk tahun
tersebut dan ingin melakukan lindung nilai investasi aset netonya. Pada tanggal 1
januari 20X1, kepemilikan saham 100% PT Induk atas set neto German
Company, dan pokok sama dengan €50.000 (€40.000 modal saham ditambah
€10.000 saldo laba). PT Induk meminjam €50.000, padaa tingkat bunga 5% untuk
lindung nilai investasi ekuitasnya di German Company, dan pokok pinjaman serta
bunga akan jatuh tempo dan dibayar tanggak 1 januari 20X1.
Ayat jurnal pada pembukuan PT Induk untuk mencatat lindung nilai atas
investasi neto adalah sebagai berikut.
1 Januari 20X1
(19) Kas 600.000.000
Uang Pinjaman (€)
600.000.000
Meminjam utang yang didenominasi dalam euro untuk lindung
nilai
Atas investasi neto pada entitas anak di German:
Rp.600.000.000 = €50.000 x 12.000 kurs spot
31 Desember 20X1
(20) Penghasilan Komprehensif Lain
100.000.000
Utang Pinjaman (€)
100.000.000
Merevaluasi utang yang didenominasi dalam mata uang asing ke
kurs spot akhir periode:
41. 40
Rp.100.000.000 = €50.000 x (Rp.14.000-Rp.12.000)
(21) Beban Bunga 32.500.000
Kerugian Transaksi Mata Uang Asing
2.500.000
Utang Bunga (€)
35.000.000
Mengakrual beban dan utang bunga atas pinjaman dalam Euro:
Rp.32.500.000 = €50.000 x 0,05 bunga x 13.000 kurs rata-rata
Rp.35.000.000 = €50.000 x 0,05 bunga x 14.000 kurs spot akhir
periode
(22) Akumulasi penghsilan Komprehensif Lain-Penyesuaian Penjabaran
100.000.000
Ikhtisar Laba Rugi (atau Saldo Laba)
2.500.000
Kerugian Transaksi Mata Uang Asing
2.500.000
Penghasilan Komprehensif Lain
100.000.000
Menutup akun nominal terkait dengan lindung nilai atas investasi
neto pada entitas anak diluar negeri.
Kemudian, pada saat pokok pinjaman dan bunga dibayar pada tanggal 1 januari
20X1, dinuat ayat jurnal sebegao berikut:
1 Januari 20X2
(2) Utang Bunga (€)
35.000.000
Utang Pinjaman (€) 700.000.000
42. 41
Kas
735.000.000
Membayar pokok pinjaman dan bunga yang jatuh tempo pada
lindung nilai yang didenominasi dalam euro:
Rp.700.000.000 = Rp.600.000.000 + Rp.100.000.000
FIGUR 12-11
Pendekatan Dua Laporan untuk Menampilkan Laba Rugi Komprehensif
FIGUR 12-12
Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasian
43. 42
PERSYARATAN PENGUNGKAPAN
PSAK 10 Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing mensyaratkan keuntungan
atau kerugian transaksi mata uang agregat dalam laba rugi yang akan diungkapkan
secara terpisah dalam laporan laba rugi atau dalam catatan yang menyertainya. Ini
meliputi keuntungan atau kerugian yang diakui dari transaksi mata uang asing,
forward exchange contract, dan setiap keuntungan atau kerugian pengukuran
kembali. Jika tidak diungkapkan sebagai pos satu baris pada laporan laba rugi,
pengungkapan ini biasanya merupakan satu kalimat catatan kaki yang meringkas
operasi asing suatu perusahaan.
Dalam metode penjabaran, perubahan berkala dalam penyesuaian
penjabaran dilaporkan sebagai elemen penghasilan komprehensif
lain,sebagaimana yang disyaratkan oleh PSAK 10. Figur 12-11 menyajikan
pendekatan dua laporan keuangan untuk menampilkan laba rugi komprehensif.
Laporan laba rugi komprehensif konsolidasian menyajikan perincian penghasilan
komprehensif lain entitas induk sebesar Rp.19.500.000. Figur 12-12 menyajikan
laporan perubahan ekuitas yang merekonsiliasi semua elemen ekuitas pemegang
saham. Laporan posisi keuangan akan menampilkan modal saham,
FIGUR 12-13
31 Desember 20X1, Kertas Kerja Konsolidasi , Disiapkan Setelah
Pengukuran Kembali Laporan Asing
44. 43
Saldo laba, dan akumulasi penghasilan lain dalam bagian ekuitas pemegang
saham. Selain itu, PSAK 10 mensyaratkan pengungkapan catatan kaki dari
perubahan kurs yang terjadi setelah tanggal laporan posisi keuangan dan
pengaruhnya terhadap transaksi mata uang asing yang belum diselesaikan, jika
signifikan.
Kasus Pengukuran Kembali: Kertas Kerja Konsolidasi Selanjutnya
Kertas kerja konsolidasi untuk kasus pengukuran kembali disajikan pada figur 12-
13. Akun-akun untuk German Company diperoleh dari akun pengukuran kembali
yang dihitung pada figur 12-9. Keuntungan pengukuran kembali dimasukkan
dalam laporan neraca saldo entitas anak di jerman karen sumber dari akun tersebut
adalah pengukuran kembali terhadap akun entitas anak.
Akun laba rugi dari entitas anak dapat dibuktikan sebagai berikut.
45. 44
Dalam laporan laba rugi konsolidasian, akun keuntungan pengukuran kembali
umumny adalah penggantian kerugian terhadap akun kerugian transaksi mata
uang asing, dalam contoh ini, mengahasilkan keuntungan neto sebesar
Rp3.500.000 (Rp10.000.000 – Rp6.500.000). Keuntungan ini dilaporkan dalam
bagian laba rugi lain dari laporan laba rugi.
Proses konsolidasi yang tersisa identik dengan proses untuk entitas anak
domestik. Catat bahwa paten sebesar Rp54.000.000 yang ditampilakan pada
laporan posisi keuangan konsolidasian adalah bagian yang belum diamortasi dari
jumlah awal Rp60.000.000 (54.000.000 = Rp60.000.000). Tidak ada penyesuaian
khusus yang diperlukan untuk paten tersebut pada saat menggunakan proses
pengukuran kembali.
Perbandingan pada figur 12-7 dan 12-13 menunjukkan bahwa entitas anak
di luar negeri melaporkan laba rugi yang berbeda antara penjabaran dan
pengukuran kembali. Alasan utama mengapa laba rugi entitas anak lebih tinggi
sekitar 15% pada saat rupiah adalah mata uang fungsional (Rp186.500.000
dibandingkan Rp162.500.000 dalam penjabaran) adalah bahwa rupiah melemah
terhadap euro Eropa selama tahun berjalan. Hal ini mengakibatkan keuntungan
pengukuran kembali untuk entitas anak karena ia melakukan transaksi dalam mata
Amortisasi paten
($60.000.000/tahun)
6.00
0.000
Bagian entitas induk atas
laba rugi entitas anak:
($18.650 x 1,00) 186.500.000
Saldo, 31/12X1
186.500.000
Laba Rugi dari Entitas Anak
46. 45
uang yang menguat (euro) selama periode berjalan. Selain itu, beban pokok
penjualan dan beban pokok penjualan dan beban operasi entitas anak diukur
kembali menggunakan kurs yang lebih rendah, yang mengakibatkan laba yang
lebih tinggi.
Pembuktian Keuntungan Selisih Kurs Pengukuran Kembali
Penyajian dalam bab ini mengenai proses pengukuran kembali untuk entitas anak
di German yang ditunjukkan pada Figur 12-9 memperlihatkan keuntungan
pengukuran kembali sebesar Rp10.000.000 sebagai pos penyeimbangan yang
diperlukan untuk mencapai neraca saldo yang setara. Pos penyeimbang ini dapat
dibuktikan, dan pembuktiannya ditunjukkan di Figur 12-14. Kenaikan atau
penurunan aset moneter neto hasil dari pengukuran kembali akan diakuin sebagai
keuntungan atau kerugian selisih kurs pada periode berjalan.
Skedul 1 menyajikan posisi moneter neto pada awal dan akhir periode.
Perubahan dalam posisi moneter neto sebesar €11.250 adalah perubahan dari
saldo awal liabilitas neto sebesar €2.500 menjadi saldo akhir aset moneter neto
sebesar €8.750. Skedul 2 menyajikan pengaruh terperinci dari perubahan kurs atas
posisi moneter neto dari entitas asing selama periode berjalan. Kemudian semua
kenaikan dan penurunan dalam akun moneter neto akan ditambah atau dikurangi
menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi.
Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan penghubung antara dua laporan posisi keungan.
Perusahaan secara individual mempunyai kebebasan dan fleksibelitas dalam
penyusunan laporan arus kas. Aturan umum adalah bahwa akun-akun yang
dilaporkan dalam laporasn arus kas harus disajikan kembali dalam rupiah
menggunakan kurs yang sama dengan yang digunakan untuk tujuan laporan posisi
keuangan dan laporan laba rugi. Oleh karena itu kurs rata-rata digunakan untuk
tujuan laporan laba rugi dan kurs spot akhir (kurs kini), maka muncul pos
penyeimbang untuk perbedaan kurs dalam laporan arus kas.
Penilaian Persedian Nilai yang Lebih Rendah antara Biaya Perolehan
dengan Nilai Realisasi Neto dalam Pengukuran Kembali
47. 46
Penerapan aturan antara biaya terndah dengan nilai relisasi neto untuk persedian
memerlukan perlakuan khusus ketika mata uang pencatatan bukan merupakan
mata uang fungsional. Oleh karena itu, laporan keuangan entitas asing harus
diukur kembali ke dalam mata uang fungsional. Isitilah nilai realisasi neto(net
ralizable value-NRV) mengacu pada jumlah neto yang perusahaan berharap untuk
mewujudkan dari penjualan persediaan. Nilai realisasi neto adalah estimasi harga
jual dalam kegiatan usaha normal dikurangi estimasi biaya untuk menyelesaikan
dan estimasi biaya untuk membuat penjualan, seperti pengemasan ulang,
perancangan ulang, dan lain-lain.
Transaksi Antarperusahaan
Sebuah entitas induk atau kantor pusat indonesia dapat mempunyai berbagai
transaksi penjualan atau pembelian antarperusahaan dengan afilasi asing yang
menyebabkan piutang atau utang antarperusahaan. Sebagai contoh, asumsikan
bahwa perusahaan indonesia mempunyai piutang yang didenominasi dalam mata
uang asing dari entitas anka di luar negeri.
Jika transaksi mata uang asing antarperusahaan tidak akan diselesaikan di
masa mendatang maka transaksi antarperusahaan tersebut dapat dianggap bagian
dari investigasi neto pada entitas asing. Penyesuaian penjabaran dari piutang atau
utang jangka panjang ditangguhkan dan diakumulasikan sebagai bagian dari akun
penjabaran kumulatif. Dalam metode penjabaran, akun utang pinjaman yang
didenominasi dalam rupiah dari entitas anak terlebih dahulu akan disesuaikan
untuk pengaruh setiap perubahan kurs yang berkaitan dengan transaksi
antarperusahaan harus diklasifikasikan sebagai bagian dari akun penyesuaian
penjabaran kumulatif dalam ekuitas pemegang saham, bukan dalam laba neto
entitas anak untuk periode tersebut.
Salah satu masalah menarik yang timbul adalah pada saat terjadi
keuntungan yang belum direalisasikan dari transaksi antara entitas induk dan anak
di luar negeri. Masalahnya adalah bagaiman mengeliminasi laba lintas mata uang
yang nilainya relatif berubah dengan mata uang lainnya.
48. 47
Pajak Penghasilan
Alokasi pajak penghasilan antar periode diwajibkan setiap kali ada perbedaan
temporer dalam pengakuan penghasilan dan beban untuk tujuan laba rugi dan
untuk tujuan pajak. Keuntungan atau kerugian selisih kurs dari transaksi mata
uang asing mengharuskan adanya pajak tangguhan jika dimasukkan dalam laba
rugi, tetapi tidak diakui untuk tujuan pajak dalam periode yang sama.
Penjabaran Ketika Mata Uang Ketiga adalah Mata Uang Fungsional
1. Mengukur kembali laporan keuangan entitas anak ke dalam mata uang
fungsional. Sebagai contoh, laporan keuangan yang dinyatakan dalam euro
akan diukur kembali ke dalam euro. Proses pengukuran kembali akan
sama dengan yang diulustrasikan sebelumnaya dalam bab ini. Laporan
keuangan tersebut sekarang sudah dinyatakan dalam mata uang fungsional
entitas, yaitu euro.
2. Laporan keuangan yang dinyatakan dalam euro kemudian dijabarkan ke
dalam rupiah menggunakan proses penjabaran yang diilustrasikan dalam
bab ini.
Ikhtisar Konsep Penting
Penyajian kembali laporan keuangan afilasi asing dalam rupiah dapat dilakukan
dengan mengguakan metode penjabaran atau pengukuran kembali, bergantung
pada mata uang fungsional entitas asing. Sebagian besar laporan keuangan afilasi
asing dengan menggunakan metode kurs kini karena unit mata uang lokal
biasanya adalah mata uang fungsional. Jika rupiah adalah mata uang fingsional,
maka digunakan pengukuran kembali untuk mengubah laporan keungan entitas
asing dari mata uang lokal ke rupiah.
Oleh karena penjabaran atau pengukuran kembali dilakukan dengan
menerapkan kurs yang berbeda untuk akun laporan posisi keuangan dan lapora
laba rugi, maka dalam proses tersebut muncul pos penyeimbang yang di sebut
“penyesuaian penjabaran” atau “keuntungan atau kerugian pengukuran kembali”.
Penyesuaian penjabaran dibagi secara proporsional antara entitas induk dan
49. 48
kepentingan nonpengendali. Bagian entitas induk, disesuaikan dengan pengaruh
diferensial yang dibayrakan untuk investasi, dilaporkan sebagai komponen
penghasilan komprehensif lain dan kemudian diakumulasikan dalam bagian
ekuitas pemegang saham pada laporan posisi keungan konsolidasian. Bagian
kepentingan nonpengendali ini merupakan sebuah penyesuaian langsung terhadap
kepentingan nonpengendali yang dilaporkan dalam laporan posisi keuangan
konsolidasian. Keuntungan atau kerugian pengukuran kembali dilaporkan dalam
laporan laba rugi konsolidasian.