Pamelo (Citrus maxima (Burm.) Merr) merupakan salah satu buah eksotis tropika Indonesia yang sudah lama dikenal oleh masyarakat, selain buahnya berukuran besar, jeruk pamelo memiliki rasa segar dan daya simpan lama. Kesuksesan perbanyakan jeruk pamelo dengan teknik cangkok, dipengaruhi faktor perakaran dan ketersediaan hormon tanaman. Praktikum ini bertujuan untuk mengamati pengaruh zat pengatur tumbuh (ZPT) Root-Up terhadap pertumbuhan akar cangkok pada jeruk pamelo (Citrus maxima Burm.).
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa) dan MANGGA (Mangifera indica) di AREAL PERSAWAHAN BALAI BENIH PALUR, DESA SONOBIJO, KEC. MOJOLABAN, KAB. SUKOHARJO, SURAKARTA”
1. Bagaimana struktur benih Kedelai (Glycine max), Jagung (Zea mays), Kacang Tanah (Arachis hypogaea), dan Padi (Oryza sativa)?
2. Apa saja tipe perkecambahan benih Kedelai (Glycine max), Jagung (Zea mays), Kacang Tanah (Arachis hypogaea), dan Padi (Oryza sativa)?
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...UNESA
1. Ada 145 botol media steril yang dihasilkan dari praktikum pembutan media MS (Murashige & Skoog), yaitu media A sejumlah 47 botol, media B sejumlah 50 botol, dan media C sejumlah 48 botol, dan tidak ada yang mengalami kontaminasi.
2. Pada eksplan embrio Kacang Tanah (Arachis hypogaea) yang ditanam pada botol media MS (Murashige & Skoog) ada 3 eksplan dan semuanya mengalami kontaminasi bakteri yang dapat dilihat dari warna akar dan tunas kacang tanah yang berwarna jingga.
3. Faktor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur jaringan pada praktikum ini adalah:
- Organisme kecil yang masuk ke dalam media berupa bakteri
- Botol kultur atau alat-alat tanam yang kurang steril
- Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor
- Kecerobohan dalam pelaksanaan
Tanaman katuk dapat diperbanyak dengan stek dari batang yang sudah berkayu. Kendala perbanyakan stek katuk, lamanya muncul akar dan tunas, oleh karena itu untuk memacu pertumbuhan akar dan tunas perlu diberi zat pengatur tumbuh
Puring (Codiaeum variegatum (Lam.) Blume.) atau disebut juga croton termasuk keluarga Euphorbiaceae. Selain dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias, tanaman puring juga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Salah satu cara memperbanyak tanaman ini adalah dengan cara perbanyakan vegetatif, menggunakan teknik penyambungan atau enten (grafting).
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa) dan MANGGA (Mangifera indica) di AREAL PERSAWAHAN BALAI BENIH PALUR, DESA SONOBIJO, KEC. MOJOLABAN, KAB. SUKOHARJO, SURAKARTA”
1. Bagaimana struktur benih Kedelai (Glycine max), Jagung (Zea mays), Kacang Tanah (Arachis hypogaea), dan Padi (Oryza sativa)?
2. Apa saja tipe perkecambahan benih Kedelai (Glycine max), Jagung (Zea mays), Kacang Tanah (Arachis hypogaea), dan Padi (Oryza sativa)?
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...UNESA
1. Ada 145 botol media steril yang dihasilkan dari praktikum pembutan media MS (Murashige & Skoog), yaitu media A sejumlah 47 botol, media B sejumlah 50 botol, dan media C sejumlah 48 botol, dan tidak ada yang mengalami kontaminasi.
2. Pada eksplan embrio Kacang Tanah (Arachis hypogaea) yang ditanam pada botol media MS (Murashige & Skoog) ada 3 eksplan dan semuanya mengalami kontaminasi bakteri yang dapat dilihat dari warna akar dan tunas kacang tanah yang berwarna jingga.
3. Faktor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur jaringan pada praktikum ini adalah:
- Organisme kecil yang masuk ke dalam media berupa bakteri
- Botol kultur atau alat-alat tanam yang kurang steril
- Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor
- Kecerobohan dalam pelaksanaan
Tanaman katuk dapat diperbanyak dengan stek dari batang yang sudah berkayu. Kendala perbanyakan stek katuk, lamanya muncul akar dan tunas, oleh karena itu untuk memacu pertumbuhan akar dan tunas perlu diberi zat pengatur tumbuh
Puring (Codiaeum variegatum (Lam.) Blume.) atau disebut juga croton termasuk keluarga Euphorbiaceae. Selain dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias, tanaman puring juga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Salah satu cara memperbanyak tanaman ini adalah dengan cara perbanyakan vegetatif, menggunakan teknik penyambungan atau enten (grafting).
Produksi benih merupakan suatu proses kegiatan memperbanyak benih
dengan jumlah dan mutu tertentu. Produksi benih secara komersial memiliki 3
komponen yaitu: benih, lingkungan tumbuh atau lapangan produksi, dan
pengelolaan atau tektik budidaya. Komponen lapangan produksi mencakup
substrat, iklim, dan biologis. Komponen teknik budidaya mencakup prinsip
genetis dan agronomis. Prinsip genetis, teknik budidaya diarahkan untuk
menghasilkan benih bermutu genetik tinggi, yakni benih yang sesuai dengan
2
deskripsi varietasnya. Prinsip agronomis, teknik budidaya tanaman diarahkan
untuk menghasilkan benih yang bermutu fisiologis dan mutu fisik yang tinggi,
selain hasilnya juga tinggi (Mugnisjah dan Setiawan, 2004).
Berdasarkan argumentasi diatas maka perlu dilakukan praktikum simulasi
budidaya untuk tujuan produksi benih, agar produksi kacang panjang ke depan
dapat ditingkatkan.
makalah ini dibuat oleh saya sendiri khalifah adriani putri untuk memenuhi tugas mata kuliah PBHP (PENGETAHUAN BAHAN HASIL PERTANIAN) nahh agar lebih bermanfaat lagi untuk orang banyak saya menberkan tugas ini atau mempostingnya agar dapat dilihat dan menjadi bahan bacaan untuk teman-teman. sekiaann
Sansevieria merupakan tanaman yang populer dikenal masyarakat sebagai tanaman penghias ruangan dan taman obat. Tanaman ini dijuluki tanaman sukulen, karena memiliki daun yang banyak mengandung air untuk bertahan hidup dan dapat tumbuh pada media yang tingkat kesuburannya rendah, serta tahan dengan media kering, dan hidup di banyak kondisi suhu udara. Sansevieria dapat diperbanyak secara vegetatif dengan pemisahan anakan, stek daun, menumbuhkan tunas rimpang, serta dengan kultur jaringan.
Pengaruh Kerapatan Tanaman terhadap Jumlah Hasil Produksi Padi (Oryza sativa ...Moh Masnur
Jarak tanam berpengaruh terhadap produksi pertanian khususnya tanaman padi karena berkaitan dengan ketersediaan unsur hara, cahaya matahari serta ruang bagi tanaman. Sehingga, salah satu upaya untuk meningkatkan produksi padi antara lain adalah melalui pengaturan jarak tanam. Sistem jajar legowo merupakan salah satu penataan terhadap jarak tanam yang di dalamnya banyak terdapat tipe tanam jajar legowo. Tipe tanam jajar legowo meliputi tipe 2:1 (dua baris tanaman diselingi satu legowo), tipe 3:1 (tiga baris tanaman diselingi satu legowo), tipe 4:1 (empat baris tanaman diselingi satu legowo), tipe 5:1 (lima baris tanaman diselingi satu legowo), tipe 6:1 (enam baris tanaman diselingi satu legowo) dan tipe 7:1 (tujuh baris tanaman diselingi satu legowo). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe tanam jajar legowo 2:1 adalah terbaik bagi pertumbuhan dan hasil padi sawah. Pertanaman jajar legowo 2:1 dengan jarak tanam (25x12,5x50) cm mampu meningkatkan hasil dibanding model tegel ataupun model tanam tanpa jajar legowo. Fenomena ini terjadi karena tipe tanam jajar legowo 2:1 lebih banyak menyediakan ruang kosong bagi tanaman sehingga dapat memberikan sirkulasi udara, pemasukan cahaya dan juga aliran air serta penyebaran unsur hara yang lebih merata sehingga memberi efek pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik. Maka, untuk mendapatkan hasil yang optimal disarankan menggunakan sistem tanam secara jajar legowo.
Pemasaran merupakan salah satu subsistem penting dari sistem agribisnis. Kegiatan pemasaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terjadi dalam proses mengalirkan barang dan jasa dari sentra produksi ke sentra konsumsi guna memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan bagi konsumen serta memberikan keuntungan bagi produsen.
Karakter agronomi berbagai aksesi tanaman katuk (Ekal Kurniawan
Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) termasuk ke dalam famili Euphorbiaceae yang telah banyak diusahakan dan dikonsumsi sejak zaman dahulu.
Menurut Soetiarso (2010) katuk termasuk sayuran indigenous yang dapat beradaptasi baik dalam kondisi lingkungan yang relatif beragam.
Akuntan sering dihadapkan pada berbagai masalah yang menyangkut transaksi yang memerlukan interpretasi atau analisa khusus seperti analisis ekonomi, social, hukum, statistic, dan politik. Misalnya,dalam akuntansi terdapat karakteristik kualitatif dan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, yaitu obyektif. Namun demikian, tidak ada ukuran yang pasti terhadap kualitas tersebut. Karena memang akuntansi bukan bersifat matematis yang memiliki obyektifitas mutlak.
Nutrisi hidroponik ini ialah pupuk hidroponik lengkap yang mengadung semua unsur hara makro dan mikro yang diperlukan tanaman hidroponik. Pupuk tersebut diformulasi secara khusus sesuai dengan jenis dan fase pertumbuhan tanaman. Pupuk yang dapat digunakan untuk larutan nutrisi Hidroponik diantaranya:
Segala kegiatan yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik barang–barang hasil pertanian dari tangan produsen ke tangan konsumen termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan. Kegiatan pemasaran yang dilakukan secara terpadu, Elemen-elemen yang ada dalam bauran pemasaran adalah produk, harga, tempat, promosi, SDM, process dan customer service, sehingga secara keseluruhan terdapat tujuh komponen.Elemen-elemen yang ada dalam bauran pemasaran adalah produk, harga, tempat, promosi, SDM, process dan customer service, sehingga secara keseluruhan terdapat tujuh komponen.
Hydrophonic merupakan budidaya kultur air. Belajar hidroponik dengan tekun akan menjadikan diri kita lebih dekat dengan tanaman. NFT, DFT, Week System, Irrigationt system.
Pengaruh pengapuran terhadap pertumbuhan kacang tanahEkal Kurniawan
Kapur sebagai bahan penyedia kalsium diambil dari tanah sebagai kation Ca+. Pemberian kapur tidak saja menambah Ca itu sendiri, namun mengakibatkan pula unsur lain menjadi lebih tersedia, baik pada lapisan ginofor maupun pada daerah akar tanaman. Tersedianya Ca dan unsur lainnya menyebabkan pertumbuhan generatif menjadi lebih baik, sehingga pengisian polong lebih sempurna dan mengakibatkan hasil menjadi lebih tinggi. Pada Budidaya Kacang tanah ini dilakukan pemberian kapur dolomit yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh kapur dolomit terhadap pertumbuhan dan daya hasil kacang tanah.
Hukum mendel merupakan hukum yang sangat penting dalam pola-pola hereditas. Pola-pola hereditas yaitu cara pewarisan sifat atau karakter induk yang diturunkan kepada keturunannya melalui sel-sel gamet dengan mengikuti aturan-aturan tertentu. Aturan tersebut diatur oleh hukum mendel. Hukum mendel merupakan hukum tentang pewarisan sifat.
Mendel melakukan persilangan monohibrid atau persilangan satu sifat beda, dengan tujuan mengetahui pola pewarisan sifat dari tetua kepada generasi berikutnya. Persilangan ini untuk membuktikan hukum Mendel I yang menyatakanbahwa pasangan alel pada proses pembentukkan sel gamet dapat memisah secara bebas. Hukum Mendel I disebut juga dengan hukum segregasi.
Ekal Kurniawan
Blas (pyricularia oryzae) merupakan penyakit yang sering menyerang tanaman padi sehingga menyebabkan kerusakan dan menimbulkan kerugian yang parah. penyakit blas dapat dikendalikan dengan menggunakan pestisida nabati.
Budidaya tanaman kale (brasicca oleraceae var. acephala)Ekal Kurniawan
Kale atau borecole (Brasicca oleraceae var. Acephala) merupakan jenis sayur kelas dunia yang mengandung nilai nutrisi tinggi. Kale berasal dari golongan Brasicca, layaknya kubis, brokoli dan kailan. Tanaman kale juga dapat dibudidayakan tanpa menggunakan tanah sebagai media pertumbuhan, yaitu dapat dibudidayakan dalam hidroponik.
Siklus biogeokimia atau siklus organik anorganik, Carbon C, Oksigen (O), Hidrogen (H), Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Belerang (S), proses fiksasi nitrogen, proses ini dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang akan bersimbiosis dengan bakteri Azotobacter, Clostridium, dan polong-polongan. Ganggang hijau juga memiliki kemampuan yang sama seperti memfiksasi nitrogen.
Pengertian Modal Secara umum, rumus BEP, Menurut Prof. Bakker, biaya produksi, Analisis Titik Impas Dalam Unit, Analisis Titik Impas Dalam Rupiah, Analisis Titik Impas Dalam Rupiah
“Pengaruh pemberian pupuk hayati dengan berbagai perlakuan terhadap budidaya ...Ekal Kurniawan
Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Tanam Cabai Merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Kebutuhan cabai terus meningkat setiap tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri yang membutuhkan bahan baku cabai. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk hayati dengan berbagai perlakuan terhadap budidaya cabai merah (Capsicum Annum L).
Indonesia merupakan negara dengan tingkat biodiversitas tertinggi kedua di dunia setelah Brazil. Pertanian Berkelanjutan (Sustainable Agriculture). Paradigma pembangunan berkelanjutan sebagai bagian integral dari
pembangunan ekonomi suatu bangsa atau masyarakat bangsa-bangsa dunia.
Kampung Keluarga Berkualitas merupakan salah satu wadah yang sangat strategis untuk mengimplementasikan kegiatan-kegiatan prioritas Program Bangga Kencana secara utuh di lini
lapangan dalam rangka menyelaraskan pelaksanaan program-program yang dilaksanakan Desa
1. LAPORAN PRAKTIKUM
PERBANYAKAN VEGETATIF TANAMAN
Oleh:
EKAL KURNIAWAN
A.1411129
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR
BOGOR
2018
2. KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul
“Perbanyakan Tanaman Jeruk Pamelo (Citrus maxima (Burm.) Merr)”. Laporan
praktikum ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perbanyakan
Vegetatif Tanaman.
Laporan ini disusun agar pembaca dapat mengetahui secara mendalam
tentang perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan berbagai sumber referensi.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada Ibu Arifah Rahayu selaku dosen mata
kuliah Perbanyakan Vegetatif Tanaman. Serta pihak-pihak terkait yang membantu
dalam menyelesaikan laporan praktikum ini.
Penyusun mengakui masih banyak kekurangan dalam laporan praktikum ini
karena keterbatasan ilmu, pengetahuan dan pengalaman. Semoga dengan laporan
praktikum ini dapat memberikan manfaat kepada penyusun khususnya dan
kepada setiap pembaca umumnya.
Bogor, Maret 2018
Penyusun
3. I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pamelo (Citrus maxima (Burm.) Merr) merupakan salah satu buah eksotis
tropika Indonesia yang sudah lama dikenal oleh masyarakat, selain buahnya
berukuran besar, jeruk pamelo memiliki rasa segar dan daya simpan lama (Isaskar
et al. 2011). Di samping itu, Indonesia memiliki plasma nutfah pamelo dengan
morfologi buah yang beragam (Susanto et al. 2011). Tetapi hanya beberapa
kultivar pamelo yang dibudidayakan secara luas dan intensif oleh petani, hal ini
menyebabkan relatif rendahnya produktifitas jeruk pamelo (Tyas et al. 2012).
Susanto et al. (2010) menyatakan, salah satu kunci meningkatan
produktifitas jeruk pamelo adalah ketersediaan bibit bermutu. Oleh sebab itu
pengembangan bibit yang berkualitas perlu diusahakan. Salah satu usaha
mendapatkan bibit yang bermutu adalah dengan melakukan perbanyakan tanaman
dengan teknik pencangkokkan.
Pencangkokkan tanaman dibuat untuk membentuk tanaman baru yang
mempunyai sifat yang sama dengan induknya (Dewi et al. 2016). Sifat-sifat yang
ingin dipertahankan adalah hasil tinggi, mutu baik dan tahan terhadap penyakit
(Santoso 2013). Kesuksesan perbanyakan jeruk pamelo dengan teknik cangkok,
dipengaruhi faktor perakaran dan ketersediaan hormon tanaman (Hasanah dan
Setiari 2007). Menurut Fahmi (2014), respon positif tanaman terhadap aplikasi zat
pengatur tumbuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya jenis tanaman,
fase tumbuh tanaman, jenis zat pengatur tumbuh, konsentrasi dan cara aplikasi zat
pengatur tumbuh.
2.2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati pengaruh zat pengatur tumbuh
(ZPT) Root-Up terhadap pertumbuhan akar cangkok pada jeruk pamelo (Citrus
maxima Burm.).
4. II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Pamelo
Jeruk Pamelo (Citrus maxima (Burm.) Merr.) merupakan tanaman buah
asli kawasan Asia Tenggara. Sebagian besar habitat dan sebaran pamelo tumbuh
di daerah India, Cina, Jepang, Filipina, Indonesia, Amerika dan Thailand
(Vijaylakshmi dan Radha 2015). Sentra produksi terbesar jeruk pamelo di
Indonesia berada di Kabupaten Magetan tepatnya di wilayah Kecamatan Betasuka
(Bendo, Takeran, Sukomoro, Kawedanan) (Valentinawati 2010).
Menurut Vijaylakshmi dan Radha (2015), dalam taksonomi tumbuhan
jeruk pamelo diklasifikasikan dalam, kingdom: Plantae, filum: Tracheophyta,
divisi: Magnoliophyta, kelas: Magnoliopsida, ordo: Sapindales, famili: Rutacea,
sub famili: Aurantioideae, genus: Citrus, spesies: Citrus maxima Burm.
Jeruk Pamelo memiliki batang berbentuk pohon seperti payung,
percabangan menjorong ke atas, tinggi 5-15 m, diameter 10-30 cm, cabang
rendah, tidak teratur, menyebar dan permukaan pucuk berbulu (Singh dan
Navneet 2017). Daun bertipe majemuk, warna bagian atas hijau tua dan bagian
bawah hijau muda, bentuk oval hingga elips, panjang 5-20 cm, lebar 2-12 cm
(Orwa et al. 2009).
Pembungaan jeruk pamelo dimulai pada bulan Maret atau Oktober
(Sedeek et al. 2017). Menurut Sukarmin dan Ihsan (2008) dalam Dewi et al.
(2015) pamelo miliki struktur bunga yang tergolong lengkap terdiri atas ovarium,
putik, benang sari, mahkota, kelopak dan tangkai bunga pada satu individu bunga.
Jeruk pamelo memiliki keragaman morfologi buah, bentuk buah bulat
sampai bulat gepeng, diameter 19-23 cm, tinggi 15-20 cm, bobot buah rata-rata 2-
3 kg, ketebalan kulit buah 1,2-2,5 cm (Sedeek et al. 2017). Daging buah
berwarna putih, kekuningan atau merah muda sampai merah (Vijaylakshmi dan
Radha 2015).
Menurut Niyomdham (1992) dalam Tyas (2012), dalam 100 g bahan dapat
dimakan dari jeruk ini terkandung 89 g air, 0,5 g protein, 0,4 g lemak, 9,3 g
5. karbohidrat, 49 IU vitamin A, 0.07 mg vitamin B1, 0,02 mg vitamin B2, 0,4 mg
Niacin dan 44-105 mg vitamin C.
2.2. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman
Dalam dunia pertanian, penggunaan hormon tumbuhan atau dikenal juga
dengan istilah ZPT (zat pengatur tumbuh), merupakan faktor pendukung yang
dapat memberikan kontribusi besar dalam keberhasilan usaha budidaya. Namun,
penggunaan hormon tumbuhan (ZPT) ini harus dilakukan dengat tepat.
Pemahaman mengenai fungsi dan peran hormon terhadap laju pertumbuhan
maupun perkembangan tananan sangat penting. Zat pengatur tumbuh digunakan
untuk memacu pertumbuhan tanaman. Namun, disamping dapat memacu, zat ini
pun dapat menghambat pertumbuhan tanaman yang tidak dikehendaki.
Zat Pengatur Tumbuh (regulator) adalah zat pengatur yang mempengaruhi
proses fisioligi tanaman, baik senyawa asli maupun senyawa kimia buatan. Secara
sederhana ZPT dapat diartikan sebagai senyawa yang mempengaruhi proses
fisiologi tanaman, pengaruhnya dapat mendorong dan menghambat proses
fisiologi tanaman.
Zat pengatur tumbuh pada tanaman adalah senyawa organik bukan hara,
yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan merubah proses
fisiologi tumbuhan. Zat pengatur tumbuh dalam tanaman terdiri dari lima
kelompok yaitu auksin, giberelin, sitokinin, etilen dan inhibitor dengan ciri khas
serta pengaruh yang berlainan terhadap proses fisiologis. Zat pengatur tumbuh
sangat diperlukan sebagai komponen medium bagi pertumbuhan dan diferensiasi.
Tanpa penambahan zat pengatur tumbuh dalam medium, pertumbuhan sangat
terhambat bahkan tidak mungkin tidak tumbuh sama sekali.
Zat pengatur tumbuh memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan akar. Faktor yang perlu mendapat perhatian dalam penggunaan zat
pengatur tumbuh antara lain jenis yang akan digunakan, konsentrasi, urutan
penggunaan dan periode masa induksi akar.
6. III. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum vegetatif tanaman mengenai cangkok pada jeruk pamelo (Citrus
maxima Burm.) dengan zat pengatur tumbuh sintetik Root-Up dimulai pada
tanggal Oktober sampai Desember 2017, yang bertempat di kebun Prodi
Agroteknologi Universitas Djuanda Bogor.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu cangkul, sekop kecil,
meteran, gunting stek, plastik tali rafia dan alat tulis. Bahan yang digunakan yaitu
batang pohon jeruk pamelo (Citrus maxima Burm.) tanah, arang sekam, dan zat
pengatur tumbuh Root-Up.
3.3. Pelaksanaan Praktikum
Bahan cangkok yang digunakan yaitu dua jenis batang pohon jeruk
pamelo. Kriteria batang untuk cangkok sebaiknya tidak batang utama, tidak
bercabang dan tidak terlalu muda/tua. Kulit batang dikupas memutar dengan
panjang ± 3 cm. Setelah kulit terkupas, kerik bagian kambium agar mempermudah
tanaman untuk cepat berakar. Bagian batang yang sudah di kerik kemudian diolesi
oleh zat pengatur tumbuh Root-Up lalu ditutup dengan plastik yang berisi media
tanam, media tanam untuk cangkok jeruk pamelo adalah tanah dan arang sekam
dengan perbandingan 1:1.
7. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum
Praktikum berlangsung dari bulan Oktober sampai Desember 2017 di
lahan percobaan Program Studi Agroteknologi Universitas Djuanda Bogor. Lahan
percobaan Program Studi Agroteknologi berlokasi di Kecamatan Ciawi.
Bahan cangkok yang dipilih bukan batang utama, tidak bercabang, dan
tidak terlalu muda. Kondisi lingkungan di sekitar tempat percobaan ditumbuhi
oleh berbagai jenis gulma, namun tidak mempengaruhi tanaman jeruk pamelo.
Curah hujan yang tinggi menyebabkan bahan cangkokkan selalu lembab dan
mengurangi tenaga dalam penyiraman.
4.2. Hasil dan Pembahasan
Parameter yang diamati berupa jumlah jumlah dan panjang akar cangkok
pamelo. Tanaman yang dijadikan sebagai bahan cangkok dipilih sesuai dengan
kematangan batang (Gambar 1).
Tabel 1. Hasil pengamatan cangkok pamelo pada berbagai perlakuan
Peubah
Perlakuan
ZPT Kontrol
Jumlah akar 19 37
Panjang akar (cm) 9 8
Hasil pengamatan terhadap cangkok pamelo menunjukkan bahwa
pengaruh pemberian ZPT tidak menunjukkan adanya interaksi nyata terhadap
jumlah akar dan panjang akar. Perlakuan kontrol (tanpa ZPT) menghasilkan
jumlah dan panjang akar lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan ZPT.
Tabel 2. Presentase keberhasilan cangkok pada pamelo
Jumlah tanaman yang di
cangkok
Perlakuan
Berhasil Tidak berhasil
22 16 6
Hasil presentase keberhasilan cangko dari semua percobaan menunjukkan
terdapat dua cangkokkan yang tidak berhasil. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Prastowo et al. (2006), ketidak berhasilan dalam mencangkok dapat diperkirakan
8. bagian kambium yang seperti lendir tidak terbuang dengan bersih sehingga
memungkinkan tanaman memperbaiki diri seperti semula dan tidak tumbuh akar.
Sedangkan menurut Priyono (2010), keberhasilan cangkok pada umumnya
dipengaruhi oleh faktor dalam dari bahan tersebut seperti kematangan atau umur
batang dan faktor luar seperti media tumbuh, kelembaban udara dan suhu dari
lingkungan percobaan.
Gambar 1. Cangkokkan Pamelo, A) cangkokkan berhasil, B) cangkokkan
tidak berhasil
ZPTKONTROL
9. V. KESIMPULAN
Pengaruh perlakuan zat pengatur tumbuh tidak menunjukkan hasil yang
nyata dan hasil jumlah akar yang baik ditunjukkan bahan cangkok pamelo tanpa
perlakuan. Keberhasilan mencangkok dipengaruhi oleh keterampilan praktikan
dalam teknik pencangkokkan.
10. DAFTAR PUSTAKA
Dewi E S, Handayani S, dan Rosnina. 2016. Teknologi Perbanyakan Tanaman.
Aceh Utara: Universitas Malikussaleh.
Dewi S P, Rahayu A, dan Rochman N. 2015. “Morfologi bunga dan viabilitas
serbuk sari berbagai aksesi pamelo {Citrus maxima (Burm.) Merr.”
Jurnal Agronida 1: 37-45.
Fahmi Z I. 2014. Kajian pengaruh auksin terhadap perkecambahan benih dan
pertumbuhan tanaman. Direktorat Jenderal Pertanian [Internet]. [diakses
2018 Januari 28]; Tersedia pada: http://ditjenbun.pertanian.go.id.
Hasanah F N, dan Setiari N. 2007. “Pembentukan akar pada stek batang nilam
(Pogostemon cablin Benth.) setelah direndam IBA (Indol Butyric Acid)
pada konsentrasi berbeda.” Buletin Anatomi dan Fisiologi 17: 1-6.
Isaskar R, Syafrial, dan Tanda N. 2011. “Efisiensi pemasaran jeruk pamelo dalam
wilayah magetan (Citrus grandis L. Osbek).” Habitat 22: 60-70.
Orwa C, Jamnadass R H, Kindt R, Mutua A, Simons A. 2009. Agroforestree
database: a tree species reference and selection guide version 4.0. World
Agroforestry Center [Internet]. [downloaded 2018 Februari 02];
Available on: http://www.worldagroforestry.org/publication/
agroforestree-database-tree-species-reference-and-selection-guide-
version-40
Priyono S H. 2010. “Perbanyakan vegetatif secara cangkok Piper Miniatum BL.”
Jurnal Teknik Lingkungan 11(1): 53-59.
Santoso B B. 2013. Pembiakan Vegetatif Cangkok (Layering). Lombok:
Universitas Mataram.
Sedeek M S, Farid N, dan Kirollos. 2017. “Botanical and genetic characterization
of Citrus Maxima (Burm.) Merrill. F. Rutaceae.” International Journal of
Pharmacy and Pharmaceutical Sciences 9(1): 260-272.
Singh, A, dan Navneet. 2017. “Citrus maxima (Burm.)Merr. a traditional
medicine: its antimicrobial potential and pharmacological update for
commercial exploitation in herbal drugs – a review.” International
Journal of ChemTech Research 10: 642-651.
Susanto S, Rahayu A, Sukma D, dan Dewi I S. 2011. “Karakter morfologi dan
kimia 18 kultivar pamelo (Citrus maxima (Burm.) Merr.) berbiji dan
tanpa biji.” Ilmu Pertanian Indonesia 16: 43-48.
________, Sugeru H, dan Minten S. 2010. “Pertumbuhan vegetatif dan generatif
batang atas jeruk pamelo „nambangan‟ pada empat jenis interstok.” J.
Hort. Indonesia 1: 53-58.
11. Tyas K N, Susanto S, dan Dewi I S. 2012. “Konservasi pamelo {Citrus maxima
(Burm.) Merr.} dengan penurunan konsentrasi medium dan sukrosa.”
Buletin Kebun Raya 15(2): 102-115.
Valentinawati R F. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penerapan
teknologi budidaya jeruk pamelo (Citrus grandis L. Osbeck) di
Kecamatan Sukomoro Kabupaten Magetan. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
Vijaylakshmi P, dan Radha R. 2015. “Citrus maxima.” Phytopharmacology 4:
263-267 .