Laporan ini menganalisis kesuburan tanah di area Blok 4 Kampus Universitas Brawijaya yang ditanami tanaman sawit. Analisis dilakukan dengan mengukur tinggi dan umur tanaman, menganalisis gejala defisiensi dan toksisitas, serta serangan hama penyakit tanaman. Hasilnya menunjukkan hubungan antara umur dan tinggi tanaman, persentase tanaman yang mengalami defisiensi hara tertentu, serta sedikitnya serangan hama yang diamati.
1. LAPORAN PRAKTIKUM
MANAJEMEN KESUBURAN TANAH
Evaluasi Kesuburan Lahan di Area Kampus Universitas Brawijaya ( Blok 4 Tanaman Sawit )
MUHAMMAD GURUH ARIF ZULFAHMI
105040201111091
Kelas : H
Asisten : Mbak Firda
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
2. I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesuburan tanah merupakan hal yang utama untuk mendukung produktivitas tanaman
.Indikator kesuburan dapat dilihat dari tinggi dan umur tanaman , adanya gejala defisiensi atau
toksisitas , dan juga serangan HPT , karena pentingya kesuburan maka dilakukan praktikum
untuk evaluasi kesuburan di area kampus dengan menganalisis indikator – indikator tersebut.
Dalam praktikum ini yang menjadi objek pengamatan kesuburan adalah dengan
menggunakan tanaman sawit yang tersebar pada blok 4 .Pengamatan dilakukan dengan
pengukuran tinggi dan umur tanaman dengan metode – metode pengukuran yang praktis untuk
selanjutnya dilihat apakah terjadi pertumbuhan yang tidak normal , defisiensi dan toksisitas juga
dianalisis dengan menganalsis terlebih dahulu gejala yang terjadi di lapangan dan selanjutnya
disimpulkan.Analisis serangan HPT juga dilakukan dengan melihat gejala yang terjadi.
Mengingat pentingnya kesuburan dalam produktivitas tanaman sawit dan karena tanaman
sawit juga merupakan komoditas yang cukup menjajikan secara ekonomi , maka praktikum tentan
evaluasi kesuburan lahan kampus sudah tepat untuk sebagai bekal ke depannya.
1.2. Tujuan dan maksud
-
Untuk mengetahui hubungan antara umur dengan tinggi tanaman sawit yang kaitannya
dengan kesuburan lahan
-
Untuk mengetahui defisiensi dan toksisitas kaitannya dengan kesuburan lahan
-
Untuk mengetahui perbedaan antara serangan HPT dengan gangguan kesuburan
3. II
METODE
2.1. Lokasi
Lokasi pengamatan berada pada Blok 4 ; Kampus Universitas Brawijaya yang mencakup area
Jalan Utama Depan Fakultas Kedokteran, depan JPC (Job Placement Centre), Depan Rektorat
Universitas Brawijaya, GKB (Gedung Kuliah Bersama), Fakultas Ilmu Budaya dan Halaman
Parkir Perpustakaan Pusat Univeristas Brawijaya yang menjadi lahan tanaman sawit.
2.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan :
-
Penggaris : untuk alat ukur tinggi tanaman
-
Tali rafia : untuk alat ukur tinggi tanaman
-
Kamera : untuk alat dokumentasi pengamatan
-
Alat tulis dan catatan : untuk mencatat data
2.3 Cara Kerja
a) Menentukan tinggi tanaman kelapa sawit
Hitung pelepah dari atas atau ujung kelapa sawit sampai 33 pelepah
Pada pelepah ke34 dijadikan patokan untuk mengukur tinggi tanaman. Dari
pelepah 34 sampai kebawah menuju permukaan tanah
Bidik pelepah dengan busur modifikasi untuk mengetahui sudut dalam
perhitungan tinggi tanaman
Masukkan ke dalam rumus T = Tan α X Jarak pengamat dari pohon + tinggi
pengamat
Dari hasil perhitungan diperoleh tinggi tanaman sawit
4. Catat hasilnya
Dokumentasi
b) Menentukan umur tanaman sawit
Perhatikan buku – buku yang ada pada batang tanaman
Perhatikan buku – buku yang terletak diantara kedua buku – buku yang lain
Kemudian hitung buku – buku yang berada diantara kedua buku-buku yang lain
dari pangkal hingga ke ujung batang
Untuk 2 Rotasi Buku-buku Kelapa Sawit menunjukkna umur 1 Tahun, dan hitung
sampai bawah atau dasar batang kelapa sawti diatas permukaan tanah
Dari jumlah buku – buku tersebut maka dapat diketahui umur dari tanaman sawit
tersebut
Catat hasilnya
Dokumentasi
5. c) Menentukan gejala defisiensi, gejala toksisitas, dan serangan HPT
Amati pohon sawit
Lihat daun, batang dan akar pada tanaman sawit
Apabila ada tanda – tanda tanaman sawit yang abnormal maka lakukan
identifikasi
Tentukan tanaman sawit termasuk dalam gejala defisiensi/gejala
toksisitas/terdapat serangan HPT
Catat hasilnya
Dokumentasi
8. 3.1.2. Defisiensi dan Toksisitas
Defisiensi
N
P
K
Toksisitas
Ca
Gejala
N : Daun menguning (klorosis)
Mg
mulai dari ujung anak daun.
Daun tua berwarna hijau pucat
30,5 %
18,3 %
39,02 %
3,65 %
kekuning-kuningan.
40,24%
Ukuran
anak daun dan tulang daun
(tangkai
pelepah)
mengecil.
semakin
Anak
daun
menggulung kearah lidi yang
Tidak didapati gejala
akhirnya berwarna kuning
toksisitas yang ada pada blok
P
pengamatan
meruncing dan pelepah yang
:
Gejala
batang
yang
berwarna kemerahan
K : bagian tepi anak daun
mengering (nekrosis)
Bercak-bercak orange pada
anak daun merupakan gejala
defisiensi kalium pada
tanaman kelapa sawit.
Mg : terjadi klorosis pada
daerah sekitar tulang daun
sedangkan bagian helaian
daunnya masih hijau
Persentase tanaman kekurangan unsur N :
25 X 100% = 0,305 X 100% = 30,5 %
82
Persentase tanaman kekurangan unsur P :
15 X 100% = 0,183 X 100% = 18,3 %
82
Persentase tanaman kekurangan unsur K :
32 X 100% = 0,3902 X 100% = 39,02 %
82
9. Persentase tanaman kekurangan unsur Ca :
3 X 100% = 0,0365 X 100% = 3,65 %
82
Persentase tanaman kekurangan unsur Mg :
33 X 100% = 0,402 X 100% = 40,24 %
82
Persentase tanaman terdefisiensi :
82 X 100% = 0,667 X 100% = 66,7 %
123
3.1.4. Serangan HPT
Serangan HPT
Gejala
0.8 %
Hama ulat api yang membuat daun
berlubang dan menjadi rusak bekas
gigitan ulat
3.2. Pembahasan
3.2.1. Hubungan Umur dan Tinggi Tanaman
Dari hasil pengamatan didapat jika tanaman yang terdapat pada blok 4 yang umurnya berkisar
antara 3 samapi 10,5 tahun .Umur ini berhubungan dengan tinggi pohon kelapa sawit , seharusnya
semakin tua umur tanaman sawit maka tinggi tanaman juga turut bertambah tinggi.
Dapat kita lihat dari tabel jika pada rentang umur 3-5 tahun tinggi tanaman yang didapat berkisar
dari 1 – 1.76 m hal ini mengindikasikan tanaman yang berada pada rentang umur tersebut dapat
dikatakan mengalami pertumbuhan yang baik. Untuk tanaman yang rentang umur berada antara 5.5 –
6.5 tahun tinggi tanaman berkisar 1.82 – 3.04 m. Sedangkan tanaman yang berada pada rentang 7 –
8.5 tahun memiliki kisaran tinggi 3.38 – 4.16 m. Dan pada kisaran tinggi 9 - 10.5 memiliki tinggi
tanaman 4.65 - 9.9 m.
Terhambatnya pertumbuhan tersebut dikarenakan karena lingkungan kampus yang tidak
mendukung tanaman sawit untuk tumbuh dengan optimal. Sehingga dibutuhkan lahan tertentu untuk
tanaman sawit agar pertumbuhan dan perkembangannya bisa optimal. Otomatis dengan pertumbuhan
yang baik maka tidak akan mempengaruhi hasil produksi dari tanaman sawit itu sendiri.
10. 3.2.2. Hubungan Defisiensi dan Toksisitas dengan Pertumbuhan
Analisis defisiensi unsur dilakukan dengan menganalisis gejala – gejala yang terlihat pada
tanaman. Dari hasil pengamatan pada tanaman blok 4 masih terdapat tanaman yang terkena defisiensi
unsur hara , yaitu unsur N sebanyak 25 tanaman dengan persentase 30,5 %, P sebanyak 15 tanaman
dengan persentase 18,3 %, K sebanyak 32 tanaman dengan persentase 39,02 %, Ca sebanyak 3
tanaman dengan persentase 3,65 %, Mg sebanyak 33 tanaman dengan persentase 40,24 % dari seluruh
tanaman sawit yang berjumlah 123 batang, sehingga total tanaman yang teekena defisiensi adalah
sekitar 82 tanaman (dengan persentase 66,7%) dari total pohon. Mengingat cukup banyak yang
terkena defisiensi maka perlu dilakukan pemupukan dan perawatan terhadap tanaman. Tidak terdapat
tanaman yang terkena toksisitas pada blok 4.
Untuk hubungan antara defisiensi dan toksisitas adalah pada unsur yang memiliki fungsi vital pada
tanaman sehingga jika terjadi defisiensi atau toksisitas maka jelas dapat menghambat pertumbuhan
tanaman sawit. Karena tiap tanaman membutuhkan unsur hara yang cukup untuk proses metabolisme
bagi tanaman itu sendiri. Unsur hara yang dibutuhkan itu terdiri dari unsur hara makro dan unsur hara
mikro. Dan itupun harus secara tepat tersedia tidak boleh kekurangan maupun tidak boleh berlebih.
Seandainya jika sampai kekurangan maka akan terjadi defisisendi seperti yang telah terjadi pada
tanaman sawit di lingkungan universitas brawijaya, namun jika sampai terjadi kelebihan unsur hara
maka akan terjadi gejala keracunan (toksisitas yang bisa di alami oleh tanaman sawit tersebut.
Fungsi N sebagai memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman dan pembentukan protein jika
terjadi defisiensi N maka akan terjadi kerdil pada tanaman , daun menguning dan gugur dan
pertumbuhan akar terbatas.Unsur P berperan dalam pembelahan sel , pembentukan bunga , buah , dan
biji , memperkuat batang , dan ketahanan penyakit , sehingga jika tanaman kekurangan unsur ini maka
akan dapat mengakibatkan pertumbuhan kerdil , daun menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung daun
.Unsur K pada pertumbuhan tanaman berperan dalam pembentukan pati , mempengaruhi penyerapan
unsur – unsur lain , dan mempertinggi daya tahan terhadap kekeringan jika kekurangan unsur K
menyebabkan pinggir – pinggir daun berwarna coklat mulai daun tua karena daun muda yang lebih
aktif menyedot K dari daun tua tersebut.Unsur Mg sebagai pembentuk klorofil , jika kekurangan
unsur ini maka mengakibatkan kuning pada daun karena pembentukan klorofil terhambat dan adanya
lendir pada daun baru.( Hardjowigeno , 1995)
Menurut Pahan (2008) Ciri-ciri tanaman kelapa sawit yang mengalami defisiensi
unsur N adalah daun menguning (klorosis) mulai dari ujung anak daun. Defisiensi K bagian
tepi anak daun mengering (nekrosis). Defisiensi P anak daun dan pelepah menjadi kemerahmerahan.
11. Mengingat pentingnya unsur bagi tanaman maka harus dijaga agar tidak terjadi kekurangan (
defisiensi ) atau kelebihan ( toksisitas ) karena tidak baik bagi tanaman. Kekurangan unsur hara ini,
disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu Pengendalian gulma yang kurang optimal
sehingga menyebabkan tanaman bersaing dengan gulma dan akhirnya mengalami gejala
kekurangan hara. Selain itu juga masih adanya kondisi tanaman dengan jarak tanam yang
rapat. Hal ini disebabkan kerena setiap unsur memiliki fungsi tersendiri dalam proses
metabolism tanaman, maka apabila salah satu fungsi tidak terpenuhi maka semua proses
metabolisme tanaman akan terganggu. (Sutarta, 2003)
3.2.3. Hubungan Serangan HPT dengan Pertumbuhan
Serangan HPT yang ditemukan pada area blok 4 sebesar 0,08 % yang terserang , dengan
berbagai gejala yang terjadi .HPT yang ditemukan adalah banyaknya daun dari kelapa sawit yang
berlubang-lubang Dari hasil identifikasi ditemukan adanya hama berupa ulat dengan gejala
serangan daun menjadi berlubang-lubang dan selanjutnya hanya tersisa tulangnya daunnya
saja. Belalang(Valanga nigricornis, Gastrimargus marmoratus) dan Ulat Api dengan gejala
awal bagian tepian daun yang terserang terdapat bekas gigitan. Hubungan serangan HPT dengan
pertumbuhan tanaman jelas sangat erat , apabila terjadi serangan HPT maka akan terjadi kerusakan
pada organ tanaman sawit sehingga mengakibatkan pertumbuhan terhambat. Dengan terhambatnya
pertumbuhan maka akan terhambat pula proses produksi dan proses perkembangbiakan tanaman
sawit. Seperti banyak tanda lubang pada tanaman sawit berdasarkan oengamatan maka ini akan
mengganggu proses metabolism tanaman itu sendiri yakni proses fotosintesis. Yang notabenenya
proses ini sangat vital pada segala mavcam tanaman, termasuk tanaman kelapa sawit.
12. IV
KESIMPULAN
Tanaman yang terdapat pada blok 4 berjumlah 123 tanaman . Untuk tinggi tanaman dan umur
masih terdapat ukuran pohon yang kerdil meskipun umurnya telah tua , hal ini menandakan jika ada
suatu masalah di lahan tersebut . Dapat diambil kesimpulan jika tanaman sawit yang berada pada area
blok 4 cukup banyak yang mengalami defisiensi unsur hara sebanyak 82 tanaman ata 66,7 % dari total
seluruh tanamanyang diamati, Dari hasil pengamatan pada tanaman blok 4 masih terdapat tanaman
yang terkena defisiensi unsur hara , yaitu unsur N sebanyak 25 tanaman dengan persentase 30,5 %, P
sebanyak 15 tanaman dengan persentase 18,3 %, K sebanyak 32 tanaman dengan persentase 39,02 %,
Ca sebanyak 3 tanaman dengan persentase 3,65 %, Mg sebanyak 33 tanaman dengan persentase 40,24
% dari seluruh tanaman sawit yang berjumlah 123 batang, sehingga total tanaman yang teekena
defisiensi adalah sekitar 82 tanaman (dengan persentase 66,7%) dari total pohon. sehingga dapat
dikatakan dari evaluasi ini lahan yang dipakai untuk penanaman tanaman sawit kurang subur,
sehingga perlu dilakukan pemupukan untuk mengembalikan kesuburan.Serangan HPT yang terjadi
terjadi dalam jumlah kecil dan tidak terlalu berpengaruh ke pohon yang lain.
Saran : dilakukan pemupukan untuk kesuburan lahan sawit.
13. DAFTAR PUSTAKA
Hardjowigeno , Sarwono.1995. Ilmu Tanah.Penerbit Akademika Pressindo:Jakarta
Pahan, I. 2008. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Penebar
Swadaya. Jakarta. 412 hal.
Sutarta, E. S, S. Rahutomo, W. Darmosarkoro dan Winarna. 2003. Peranan unsur hara dan
sumber hara pada pemupukan tanaman kelapa sawit, hal. 81. Dalam W. Darmosarkoro,
E. S. Sutarta dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit. Medan.