Makalah ini membahas tentang teknik kultur jaringan tunas pada tanaman kentang. Teknik ini meliputi beberapa tahap yaitu pemilihan tanaman induk, inisiasi kultur, sterilisasi, multiplikasi, dan pemanjangan tunas serta induksi akar. Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan mengisolasi bagian tanaman seperti tunas dan menumbuhkannya di media steril.
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
kultur jaringan kentang
1. MAKALAH BOTEKNOLOGI TANAMAN
“Teknik Kultur Jaringan Tunas pada Kentang”
Disusun Oleh:
Kelas F
Kelompok 1
1. Rio (105040)
2. Farid Fabibi (125040200111011)
3. Eva Oktavia Dewi (125040200111085)
4. Fauzia Hidyati (125040200111024)
5. Erlita (125040200)
6. Endah (125040200111)
7. Fajar Yudha Pratama (125040200111134)
Dosen Pembimbing:
Prof. Ir Lita Soetopo, PH.D
Progam Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya
Malang
2013
2. DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Tujuan 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kultur Jaringn
2.2 Macam- Macam Kultur Jaringan 6
2.3 Tahap- Tahap Kultur Tunas pada tanaman Kentang 8
2.4 Manfaat teknik Kultur Tunas pada tanaman Kentang
2.5 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
pada kultur jaringan
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 11
DAFTAR PUSTAKA 12
3. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pemenuhan suatu komoditi khususnya komoditi pangan merupakan hal ter
besar yang harus dilakukan oleh mahasiswa – mahasiswi Pertanian. Oleh sebab itu, para
lulusan Pertanian memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam pemenuhan bahan bahan
pangan yang diperlukan oleh setiap manusia. Disamping itu, bahan- bahan pangan yang
tersedia dibumi sudah mulai habis, sehingga diperlukanya suatu teknologi maupunkegiatan
tertentu demi menunjang pemenuhan sumber daya pangan tersebut.
Seperti halnya tanaman kentang yang merupakan suatu bahan yang dapat digunakan
sebagi pengganti beras , dimana beras sudah mulai habis. Kentang yang memiliki
karakteristik bentuk besar, bebas dari hama, memiliki produksi tinggi, memiliki rasa enak,
masa panen yang pendek , gurih, dll. Sehingga, diperlukan inovasi teknik penanaman misal
Teknik Kultur Jaringan. Kultur jaringan terdiri dari kultur anter, kultur tunas, kultur embrio,
kultur kalus dll. Untuk tanaman kentang dapat di kulturkan dengan kultur tunas. Kultur tunas
adalah membudidayakan suatu jaringan khususnya tunas menjadi tanaman kecil yang
mempunyai sifat seperti induknya.
1.2 Tujuan
a. Mengetahui pegertian kultur jaringan
b. Mengetahui macam- macam kultur jaringan
c. Mengetahui tahap- tahap kultur jaringan tunas pada kentang
d. Mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
kultur jaringan
4. BAB II
TINJAUNAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kultur Jaringan
Kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture. Kultur adalah
budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama.
Jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil
yang mempunyai sifat seperti induknya. Kultur jaringan akan lebih besar presentase
keberhasilannya bila menggunakan jaringan meristem. Jaringan meristem adalah jaringan
muda, yaitu jaringan yang terdiri dari sel-sel yang selalu membelah, dinding tipis, plasmanya
penuh dan vakuolanya kecil-kecil. Kebanyakan orang menggunakan jaringan ini untuk tissue
culture. Sebab, jaringan meristem keadaannya selalu membelah,sehingga diperkirakan
mempunyai zat hormon yang mengatur pembelahan.
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif.
Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian
tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media
buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang
tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi
tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman
dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan
di tempat steril.
Teknik kultur jaringan sebenarnya sangat sederhana, yaitu suatu sel atau irisan
jaringan tanaman yang sering disebut eksplan secara aseptik diletakkan dan dipelihara dalam
medium pada atau cair yang cocok dan dalam keadaan steril. dengan cara demikian sebaian
sel pada permukaan irisan tersebut akan mengalami proliferasi dan membentuk kalus. Apabila
kalus yang terbentuk dipindahkan kedlam medium diferensiasi yang cocok, maka akan
terbentuk tanaman kecil yang lengkap dan disebut planlet. Dengan teknik kultur jaringan ini
hanya dari satu irisan kecil suatu jaringan tanaman dapat dihasilkan kalus yang dapat menjadi
planlet dlama jumlah yang besar. Pelaksanaan teknik kultur jaringan tanaman ini berdasarkan
teori sel sperti yang dikemukakan oleh Schleiden, yaitu bahwa sel mempunyai kemampuan
autonom, bahkan mempunyai kemampuan totipotensi. Totipotensi adalah kemampuan setiap
sel, dari mana saja sel tersebut diambil, apabila diletakkan dilingkungan yang sesuai akan
tumbuh menjadi tanaman yang sempurna.
Teknik kultur jaringan akan berhasil dengan baik apabila syarat-syarat yang
diperlukan terpenuhi.Syarat-syarat tersebut meliputi pemilihan eksplan sebagai bahan dasar
untuk pembentukkan kalus, penggunaan medium yang cocok, keadaan yang aseptik dan
pengaturan udara yang baik terutama untuk kultur cair. Meskipun pada prinsipnya semua jenis
sel dapat ditumbuhkan, tetapi sebaiknya dipilih bagian tanaman yang masih muda dan mudah
tumbuh yaitu bagian meristem, seperti: daun muda, ujung akar, ujung batang, keping biji dan
sebagainya. Bila menggunakan embrio bagian bji-biji yang lain sebagai eksplan, yang perlu
diperhatikan adalah kemasakan embrio, waktu imbibisi, temperatur dan dormansi.
(Wattimena, G.A. 2011)
5. 2.2 Macam- macam Kultur Jaringan
a. Kultur tunas, menggunakan jaringan (akar, batang, daun) yang muda atau
meristematik
b. Kultur anter, menggunakan kepala sari sebagai eksplan
c. Kultur embrio, menggunakan embrio. Misalnya pada embrio kelapa kopyor yang
sulit dikembangbiakan secara alamiah
d. Kultur protoplas, menggunakan sel jaringan hidup sehingga eksplan tanpa dinding
e. Kultur kloroplas, menggunakan kloroplas. Kultur ini biasanya untuk memperbaiki
atau membuat varietas baru
f. Kultur polen, menggunakan serbuk sari sebagai eksplannya.
2.3 Tahap - Tahap Kultur Jaringan Tunas pada Kentang
a. Pemilihan dan Penyiapan Tanaman Induk Sumber Eksplan
Sebelum melakukan kultur jaringan pada suatu tanaman kentang, kegiatan yang
pertama harus dilakukan adalah memilih bahan induk yang akan diperbanyak. Tanaman
kentang tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan bebas dari
hama dan penyakit. Tanaman kentang indukan sumber eksplan tersebut harus dikondisikan
dan dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau greenhouse agar eksplan yang akan
dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari sumber kontaminan pada waktu
dikulturkan secara in-vitro.
Lingkungan tanaman induk kentang yang lebih higienis dan bersih dapat
meningkatkan kualitas eksplan.Pemeliharaan rutin yang harus dilakukan meliputi:
pemangkasan, pemupukan, dan penyemprotan dengan pestisida (fungisida, bakterisida, dan
insektisida), sehingga tunas baru yang tumbuh menjadi lebih sehat dan dan bersih dari
kontaminan. Selain itu pengubahan status fisiologi tanaman induk kentang sebagai sumber
eksplan kadang-kadang perlu dilakukan seperti memanipulasi parameter cahaya, suhu, dan zat
pengatur tumbuh. Manipulasi tersebut bisa dilakukan dengan mengondisikan tanaman induk
dengan fotoperiodisitas dan temperatur tertentu untuk mengatasi dormansi serta penambahan
ZPT seperti sitokinin untuk merangsang tumbuhnya mata tunas baru dan untuk meningkatkan
reaktivitas eksplan pada tahap inisiasi kultur
Syarat-syarat eksplan yang baik :
a. Berasal dari induk yang sehat dan subur.
b. Berasal dari induk yang diketahui jenisnya.
c. Tempat tumbuh pada lingkungan yang baik.
d. Ukuran tunas optimal sekitar 5 cm tingginya ( biasanya ukuran tunas yang bisa dipakai
sebagai eksplan adalah tunas yang berukuran antara 5 – 10 cm),bukan tunas yang baru
tumbuh atau yang sudah kelewat besar.
b. Inisiasi Kultur
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan.
Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan pada tanaman kentang
adalah bagian tunas. Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap ini adalah pembuatan
kultur dari eksplan yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru , tahap ini
6. mengusahakan kultur yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari mikroorganisme
maupun penyakit, sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak
diinginkan. Dalam tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan
menginisiasi pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya pemilihan
bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat,untuk perbanyakan (multiplikasi) pada kultur
tahap selanjutnya . Masalah yang sering dihadapi pada kultur tahap ini adalah terjadinya
pencokelatan atau penghitaman bagian eksplan (browning). Hal ini disebabkan oleh senyawa
fenol yang timbul akibat stress mekanik yang timbul akibat pelukaan pada waktu proses
isolasi eksplan dari tanaman induk. Senyawa fenol tersebut bersifat toksik, menghambat
pertumbuhan atau bahkan dapat mematikan jaringan eksplan.
c. Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang
steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga
dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata
pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.
Tunas hidup di atas tanah sering banyak tanah yang melekat perlu dibersihkan hal ini karena
pada eksplan tunas khususnya pada kentang mengandung jamur seperti fusarium.
d. Multiplikasi atau Perbanyakan Propagul
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan
pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi
yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan pada kentang. Tabung reaksi yang telah
ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu
kamar. Tahap ini bertujuan untuk menggandakan propagul atau bahan tanaman yang
diperbanyak seperti tunas atau embrio, serta memeliharanya dalam keadaan tertentu sehingga
sewaktu-waktu bisa dilanjutkan untuk tahap berikutnya. Pada tahap ini, perbanyakan dapat
dilakukan dengan cara merangsang terjadinya pertumbuhan tunas cabang dan percabangan
aksiler atau merangsang terbentuknya tunas pucuk tanaman secara adventif, baik secara
langsung maupun melalui induksi kalus terlebih dahulu. Seperti halnya dalam kultur fase
inisiasi, di dalam media harus terkandung mineral, gula, vitamin, dan hormon dengan
perbandingan yang dibutuhkan secara tepat . Hormon yang digunakan untuk merangsang
pembentukan tunas tersebut berasal dari golongan sitokinin seperti BAP, 2-iP, kinetin, atau
thidiadzuron (TDZ). Kemampuan memperbanyak diri yang sesungguhnya dari suatu
perbanyakan secara in-vitro terletak pada mudah tidaknya suatu materi ditanam ulang selama
multiplikasi . Eksplan tanaman kentang dalam kondisi bagus dan tidak terkontaminasi dari
tahap inisiasi kultur dipindahkan atau disubkulturkan ke media yang mengandung sitokinin.
Subkultur dapat dilakukan berulang-ulang kali sampai jumlah tunas yang kita harapkan,
namun subkultur yang terlalu banyak dapat menurunkan mutu dari tunas yang dihasilkan,
seperti terjadinya penyimpangan genetik (aberasi), menimbulkan suatu gejala ketidak
normalan (vitrifikasi) dan frekuensi terjadinya tanaman off-type sangat besar.
f. Pemanjangan Tunas, Induksi, dan Perkembangan Akar
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar
yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik.
Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta
untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi
akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk
(disebabkan bakteri). Tujuan dari tahap ini adalah untuk membentuk akar dan pucuk tanaman
7. yang cukup kuat untuk dapat bertahan hidup sampai saat dipindahkan dari lingkungan in-vitro
ke lingkungan luar. Dalam tahap ini, kultur tanaman akan memperoleh ketahanannya terhadap
pengaruh lingkungan, sehingga siap untuk diaklimatisasikan . Tunas-tunas yang dihasilkan
pada tahap multiplikasi di pindahkan ke media lain untuk pemanjangan tunas. Media untuk
pemanjangan tunas mengandung sitokinin sangat rendah atau tanpa sitokinin. Tunas tersebut
dapat dipindahkan secara individu atau berkelompok. Pemanjangan tunas secara berkelompok
lebih ekonomis daripada secara individu. Setelah tumbuh cukup panjang, tunas tersebut dapat
diakarkan. Pemanjangan tunas dan pengakarannya dapat dilakukan sekaligus atau secara
bertahap, yaitu setelah dipanjangkan baru diakarkan. Pengakaran tunas in-vitro dapat
dilakukan dengan memindahkan tunas ke media pengakaran yang umumnya memerlukan
auksin seperti NAA atau IBA. Keberhasilan tahap ini tergantung pada tingginya mutu tunas
yang dihasilkan pada tahap sebelumnya.
g. Aklimatisasi
Dalam proses perbanyakan tanaman kentang secara kultur jaringan, tahap aklimatisasi
planlet merupakan salah satu tahap kritis yang sering menjadi kendala dalam produksi bibit
secara masal. Pada tahap ini, planlet atau tunas mikro dipindahkan ke lingkungan di luar botol
seperti rumah kaca , rumah plastik, atau screen house (rumah kaca kedap serangga). Proses ini
disebut aklimatisasi. Aklimatisasi adalah proses pengkondisian planlet atau tunas mikro (jika
pengakaran dilakukan secara ex-vitro) di lingkungan baru yang aseptik di luar botol, dengan
media tanah, atau pakis sehingga planlet dapat bertahan dan terus menjadi bibit yang siap
ditanam di lapangan. Prosedur pembiakan dengan kultur jaringan baru bisa dikatakan berhasil
jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi. Tahap
ini merupakan tahap kritis karena kondisi iklim mikro di rumah kaca, rumah plastik, rumah
bibit, dan lapangan sangatlah jauh berbeda dengan kondisi iklim mikro di dalam botol.
Kondisi di luar botol bekelembaban nisbi jauh lebih rendah, tidak aseptik, dan tingkat
intensitas cahayanya jauh lebih tinggi daripada kondisi dalam botol. Planlet atau tunas mikro
lebih bersifat heterotrofik karena sudah terbiasa tumbuh dalam kondisi berkelembaban sangat
tinggi, aseptik, serta suplai hara mineral dan sumber energi berkecukupan. Disamping itu
tanaman kentang tersebut memperlihatkan beberapa gejala ketidak normalan, seperti bersifat
sukulen, lapisan kutikula tipis, dan jaringan vaskulernya tidak berkembang sempurna,
morfologi daun abnormal dengan tidak berfungsinya stomata sebagai mana mestinya. Strutur
mesofil berubah, dan aktifitas fotosintesis sangat rendah. Dengan karakteristik seperti itu,
palanlet atau tunas mikro mudah menjadi layu atau kering jika dipindahkan ke kondisi
eksternl secara tiba-tiba. Karena itu, planlet atau tunas mikro tersebut diadaptasikan ke
kondisi lngkungan yang baru yang lebih keras. Dengan kata lain planlet atau tunas mikro
perlu diaklimatisasikan.
(Hartanto, 2009)
2.4 Manfaat Teknik Kultur Tunas pada tanaman Kentang
Manfaat dari kultur jaringan pada tanaman kentang tersebut yaitu :
a. Bibit (hasil) yang di dapat berjumlah banyak dan dalam waktu yang singkat
b. Sifat identik dengan induk
c. Dapat diperoleh sifat-sifat yang dikehendaki
d. Metabolit sekunder tanaman segera didapat tanpa perlu menunggu tanaman
dewasa
e. Perbanyakan cepat dari klon
f. Keseragaman genetik
g. Kondisi aseptic
8. h. Seleksi tanaman
i. Stok mikro
j. Lingkungan terkontrol
k. Konservasi genetik
l. Teknik kultur jaringan dapat digunakan untuk menyelamatkan hibrida dari spesies
yang tidak kompatible melalui kultur embrio atau kultur ovule
m. Tanaman haploid dapat diperoleh melalui kultur anther
n. Produksi tanaman sepanjang tahun
o. Perbanyakan vegetatif untuk spesies yang sulit diperbanyak secara normal dapat
dilakukan melalui kultur jaringan.
(Yandi, 2013)
2.5 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada kultur jaringan
a. Bentuk Regenerasi dalam Kultur In Vitro: pucuk aksilar, pucuk adventif, embrio
somatik, pembentukan protocorm like bodies, dll
b. Eksplan
Merupakan bagian tanaman yang dipergunakan sebagai bahan awal untuk
perbanyakan tanaman. Faktor eksplan yang penting adalah genotipe/varietas, umur
eksplan, letak pada cabang, dan seks (jantan/betina). Bagian tanaman yang dapat
digunakan sebagieksplan adalah pucuk muda, batang muda, daun muda, kotiledon,
hipokotil, endosperm, ovari muda, anther, embrio, dan lain-lain.
c.Media Tumbuh
Di dalam media tumbuh mengandung komposisi garam anorganik, zat
pengatur tumbuh, dan bentuk fisik media. Terdapat 13 komposisi media dalam kultur
jaringan, antara lain: Murashige dan Skoog (MS), Woody Plant Medium (WPM),
Knop, Knudson-C, Anderson dll. Media yang sering digunakan secara luas adalah
MS.
d. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman
Faktor yang perlu diperhatikan dalam penggunaan ZPT adalah konsentrasi,
urutan penggunaan dan periode masa induksi dalam kultur tertentu. Jenis yang sering
digunakan adalah golongan Auksin seperti Indole Aceti Acid(IAA), Napthalene
Acetic Acid (NAA), 2,4-D, CPA dan Indole Acetic Acid (IBA). Golongan Sitokinin
seperti Kinetin, Benziladenin (BA), 2I-P, Zeatin, Thidiazuron, dan PBA. Golongan
Gibberelin seperti GA3. Golongan zat penghambat tumbuh seperti Ancymidol,
Paclobutrazol, TIBA, dan CCC.
e. Lingkungan Tumbuh
Lingkungan tumbuh yang dapat mempengruhi regenerasi tanaman meliputi
temperatur, panjang penyinaran, intensitas penyinaran, kualitas sinar, dan ukuran
wadah kultur.
(Kusumaningrum, 2007)
9. BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Ringkasan Jurnal
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pertumbuhan dan perkembangan eksplan
tunas kentang yang dipengaruhi oleh berbagai periode gelap (0, 4, 7 dan 10 hari) pada inisiasi
kultur, diikuti oleh pengkulturan ke media MS padat ditambah dengan 0,5 µM IAA ditambah
kinetin pada berbagai konsentrasi (0.1, 1.0, 2.0, 10 dan 20 µM). Eksplan yang diperoleh dari
tunas adventif pada sekitar 5 cm diambil dari umbi kentang cv. Granola diperoleh dari Balai
Benih Induk Kentang, Desa Batang Sangir, Kabupaten Kerinci, Jambi. Kultur dipertahankan
pada 25 ± 1 o
C dengan intensitas cahaya dari 50 µmol m-2
s-1
dan penyinaran 16 jam, kecuali
mereka yang diperlakukan dengan periode.. gelap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
inkubasi kultur pada keseluruhan kondisi gelap selama 7 hari dihasilkan tunas dan
pertumbuhan akaryang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya. Pada inkubasi 10 hari,
semua eksplan berbudaya meninggal. Selain itu, 0,5 µM IAA + 0,5 µM kinetin menghasilkan
tunas terbaik dan pertumbuhan akar selama sub-kultur. Semua eksplan meninggal ketika
dikulturkan pada medium dengan penambahan 0,5 µM IAA ditambah kinetin pada 2,0 µM
atau lebih.
3.2 Pembahasan Jurnal
Penelitihan yang dilakukan menggunakan teknik mikropropagasi pada kentang ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh periode gelap pada tahap inisiasi. Hal ini ditunjukkan
dengan 4 perlakuan dan percobaan tersebut menunjukkan bahwa respon tertinggi dicapai
pada periode gelap 7 hari dan terendah pada perlakuan periode gelap 0 hari. Oleh sebab itu,
periode gelap pada masa inisiasi sangat penting dikarenakan kerja zat pengatur tumbuh seperti
auksin akan aktif pada kondisi tanpa cahaya. Namun, aktifitas senyawa fenol pun akan
dikeluarkan pada permukaan jaringan yang luka sehingga mengurangi pengaruh meracuni.
Dengan demikian, inkubasi kultur pada tahap inisiasi akan memberikan kesempatan pada
jaringan untuk tumbuh dan berkembang secara lebih baik. Namun, periode gelap ini tidak
boleh diberikan melebihi 7 hari karena akan mengakibatkan gangguan pada sistem fisiologis
jaringan hingga mengakibatkan kematian pada jaringan yang dikulturkan.
Pengaruh zat kinetin pada kegiatan kultur jaringan ini bahwa ketika konsentrasi
kinetin ini diberikan terlalu tinggi maka semua eksplan akan mati. Hal ini dikarenakan zat
pengatur tumbuh seperti auksin dan sitokinin sangat nyata pengaruhnya pada mikropropagasi
sehingga pengaruh kedua zat ini tidak bisa diabaikan. Dari hasil penelitihan ini menunjukkan
bahwa pembentukan tunas dan akar yang terbaik diperoleh pada konsentrasi IAA dan kinetin
yang seimbang yaitu 0,5 µM IAA + 0,5 µM kinetin. Berdasarkan komposisi konsentrasi IAA
dan kinetin tersebut cenderung untuk menekan diferensiasi pucuk dan akar sehingga
pembentukan tunas akan semakin cepat pula.
10. DAFTAR PUSTAKA
Yandi, Triandri. 2013. Kultur Jaringan Kentang. (online)
http://bond jhony.blogspot.com/2013/04/kultur-jaringan-kentang.html
Hartanto, D. 2009. Induksi Umbi Mikro Tanaman Daun Dewa (Gynura pseudochina
(Lour.)DC) Secara In Vitro Pada Beberapa Konsentrasi Sukrosa dan Retardan.
Skripsi. Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Kusumaningrum, I.S. 2007. Evaluasi Pertumbuhan In Vitro dan Produksi Umbi Mikro
Beberapa Klon Kentang (Solanumtuberosum L.) Hasil Persilangan Kultivar Atlantik
dan Granola. Skripsi. Program Studi Hortikultura Fakultas Pertanian Bogor
Wattimena, G.A. 2011. Bioteknologi dalam Pemuliaan Tanaman. Bogor. IPB Press