Makalah ini membahas tentang kultur jaringan, yaitu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan mengisolasi bagian tanaman seperti protoplasma, sel, atau organ dan menumbuhkannya dalam kondisi aseptik. Prinsip utamanya adalah isolasi bagian tanaman, memelihara bagian tersebut dalam lingkungan yang sesuai, dan memelihara dalam kondisi aseptik. Kultur jaringan memungkinkan perbanyakan tanaman dalam j
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Ciri-ciri makhluk hidup salah satunya adalah mampu bereproduksi sehingga
menghasilkan keturunan yang akan melestarikan jenisnya di masa depan. Setiap
makhluk hidup melakukan reproduksi dengan berbagai cara. Dapat dengan cara
seksual yaitu melibatkan dua tipe sel kelamin yang berbeda sehingga terjadilah
fertilisasi membentuk zigot, dan zigot selanjutnya akan tumbuh menjadi keturunan
yang fertil. Selain itu terdapat pula cara reproduksi aseksual yaitu tidak melibatkan sel
kelamin.
Reproduksi aseksual atau vegetatif ini kebanyakan dilakukan oleh tanaman dan
oleh beberapa hewan primitif (masih sederhana) tapi tidak termasuk manusia.
Reproduksi aseksual pada tumbuhan merupakan proses perbanyakan vegetatif dengan
meggunakan organ vegetatif.
Pada bidang pertanian, perbanyakan tumbuhan atau perbanyakan bibit
tumbuhan secara besar-besaran kadang–kadang sangat diperlukan. Namun
perbanyakan tumbuhan dengan teknik konvensional seringkali menghadapi kendala
teknis, lingkungan maupun waktu. Sebagai contoh perbanyakan tanaman dengan
menggunakan biji memerlukan waktu yang relatif lama dan seringkali hasilnya tidak
seperti tanaman induknya. Kendala lain yang juga sering muncul adalah gangguan
alam, baik yang disebabkan oleh jasad hidup, misalnya hama dan penyakit maupun
cekaman lingkungan yang dapat menggangu keberhasilan perbanyakan tanaman di
lapangan. Sejalan dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan terutama bidang
teknologi, kendala-kendala tersebut dapat diatasi antara lain melalui teknik kultur
jaringan.
Kultur Jaringan adalah teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi
bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut
dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam
wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak
diri & bergenerasi menjadi tanaman lengkap.
Kultur jaringan bila diartikan ke dalam bahasa Jerman disebut Gewebe kultur
atau tissue culture (Inggris) atau weefsel kweek atau weefsel cultuur (Belanda). Kultur
jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari
tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba steril, ditumbuhkan
pada media buatan yang steril, dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi yang
aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbayak diri dan beregenerasi
menjadi tanaman yang lengkap.
Dasar teori yang digunakan adalah teori totipotensi yang ditulis oleh
SCHLEIDEN dan SCHWANN (Suryowinoto dan Suryowinoto, 1977) yang
menyatakan bahwa teori totipotensi adalah bagian tanaman yang hidup mempunyai
totipotensi, kalau dibudidayakan di dalam media yang sesuai, akan dapat tumbuh dan
berkembang menjadi tanaman yang sempurna, artinya dapat bereproduksi, berkembang
biak secara normal melalui biji atau spora. Teknik kultur jaringan menuntut syarat-
syarat tertentu yang harus dipenuhi dalam pelaksanaannya. Syarat pokok pelaksanaan
kultur jaringan adalah laboratorium dengan segala fasilitasnya. Laboratorium harus
menyediakan alat-alat kerja, sarana pendukung terciptanya kondisi aseptik terkendali
dan fasilitas dasar seperti, air listrik dan bahan bakar. Pelaksanaan kultur jaringan
memerlukan juga perangkat lunak yang memenuhi syarat. Dalam melakukan
pelaksanaan kultur jaringan, pelaksana harus mempunyai latar belakang ilmu-ilmu
dasar tertentu yaitu botani, fisiologi tumbuhan ZPT, kimia dan fisika yang memadai.
Pelaksana akan berkecimpung dalam pekerjaan yang berhubungan erat dengan ilmu-
ilmu dasar tersebut. Pelaksana akan banyak berhubungan dengan berbagai macam
bahan kimia, proses fisiologi tanaman (biokimia dan fisika) dan berbagai macam
pekerjaan analitik. Pelaksana juga dituntut dalam hal ketrampilan kerja, ketekunan dan
2. 2
kesabaran yang tinggi serta harus bekerja intensif. Pekerjaan kultur jaringan meliputi:
persiapan media, isolasi bahan tanam (eksplan), sterilisasi eksplan, inokulasi eksplan,
aklimatisasi dan usaha pemindahan tanaman hasil kultur jaringan ke lapang.
1.2 Pembatasan Masalah
Agar tidak menyimpang dari permasalahan dan dapat mencapai sasaran yang
diharapkan, maka penulis membatasi permasalahan pada pengenalan dasar pada
kultur jaringan.
Makalah ini hanya akan menelusuri salah satu contoh dari bioteknologi
modern yaitu kultur jaringan, yang akan di bahas disini hanya mencakup maksud dari
kultur jaringan itu sendiri dan hal-hal yang berkaitan dengan kultur jaringan.
1.3 Perumusan Masalah
1.3.1 Apa yang dimaksud dengan kultur jaringan?
1.3.2 Apa prinsip dalam teknik kultur jaringan?
1.3.3 Apa sajakah macam – macam kultur jaringan?
1.3.4 Bagaimana prosedur kultur jaringan?
1.3.5 Apa saja dampak positif dan negatif dari penanaman kultur
jaringan?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas praktek akhir sekolah mata
pelajaran Biologi dan bertujuan untuk berbagi pengetahuan yang di dapat dari
pembuatan makalah ini tentang kultur jaringan terhadap pembaca.
Tentunya karya tulis ini memiliki manfaat baik bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut :
1. Penulis bisa lebih memahami apa yang dimaksud dengan kultur jaringan beserta
hal lainnya menenai kultur jaringan.
2. Makalah ini dapat menjadi bahan referensi bagi pembaca agar bertambah
wawasan dan pengetahuaannya.
3. Pembaca juga bisa mengetahui lebih dekat mengenai kultur jaringan.
1.5 Metode Penulisan
Metode yang di pakai dalam karya tulis ini adalah Metode Study Referensi
yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari
pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun informasi di
internet. Dalam metode yang penulis lakukan, penulis mengumpulkan berbagai
referensi yang tepat dengan permasalahan yang terkait, sumbernya di dapat dari
buku-buku dan sebagian informasi dari internet.
3. 3
BAB II
LANDASAN TEORITIS
Kultur jaringan merupakan salah satu cara untuk memperbanyak tanaman secara
vegetatif buatan dengan mengisolasi bagian tanaman seperti protoplama, sel jaringan, atau
organ, serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik untuk keperluan yang ada kaitannya
dengan agrobisnis dan upaya konservasi tumbuhan langka (Susi Laelawati, 2008). Dengan
kultur jaringan dapat menghasilkan bibit tumbuhan yang banyak dan memiliki
keseragaman tinggi dalam waktu yang bersamaan. Lihat Gambar 1.1
Teori yang mendasari kultur jaringan adalah teori totipotensi. Menurut teori ini,
setiap sel tumbuhan memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi individu baru apabila
ditempatkan pada lingkungan yang sesuai (Rohana Kusumawati, dkk. 2012). Totipotensi
tumbuhan membuat sel tumbuhan dalam proses kultur jaringan dapat berkembang menjadi
tumbuhan lengkap jika ditumbuhkan pada kondisi yang tepat.
Kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, misalnya laboratorium
khusus kultur jaringan (D.A. Pratiwi, Sri Maryanti, Srikini, Suharno, Bambang S, 2007).
Selain tempat, alat, dan bahan, orang yang akan melakukan kultur jaringanpun harus steril
untuk memperbesar keberhasilan kultur jaringan.
Berbagai bagian tanaman dapat di gunakan sebagai eksplan dalam kultur jaringan
(D.A. Pratiwi, Sri Maryanti, Srikini, Suharno, Bambang S, 2007). Banyak bagian
tumbuhan yang dapat dikultur jaringan misalnya ujung akar, tunas dan daun muda.
Prosedur kultur jaringan ada 4 yaitu persiapan, pengambilan dan perawatan
eksplan, pengocokan, dan media (D.A. Pratiwi, Sri Maryanti, Srikini, Suharno, Bambang
S, 2007).
Aplikasi kultur jaringan dibidang pertanian antara lain meliputi produksi tanaman
bebas patogen, produksi bahan-bahan farmasi, pelestarian plasma nutfah, pelestarian
tanaman dan rekayasa genetika, serta perbanyakan (mikro propagasi) klonal tanaman
dengan cepat(Tetty Setiowati, Deswita Furqonita, 2007).
Manfaat yang diperoleh dari kultur jaringan adalah diperolehnya keturunan dalam
jumlah yang sangat banyak dalam waktu yang relatif singkat dan memiliki sifat yang sama
dengan induknya (Susi Laelawati, 2008). Biasanya produk kultur jaringan memiliki
keseragaman bentuk dan tinggi serta masa panen yang sama, sehingga lebih
menguntungkan bagi para petani yang memanfaatkan kultur jaringan. Selain bermanfaat,
bioteknologi juga dapat berdampak negative terhadap lingkungan, social ekonomi maupun
kesehatan.
4. 4
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pengertian Kultur Jaringan
Kultur jaringan bila diartikan ke dalam Bahasa Jerman disebut Gewebe
Kultur, dalam Bahasa Inggris disebut Tissue Culture, dalam Bahasa Belanda disebut
weefsel kweek atau weefsel cultuur.
Kultur jaringan tumbuhan merupakan teknik perbanyakan tanaman secara
vegetatif buatan yang di dasarkan pada sifat totipotensi tumbuhan. Totipotensi adalah
kemampuan sel atau jaringan organisme untuk tumbuh menjadi individu baru.
Totipotensi tumbuhan membuat sel tumbuhan dalam proses kultur jaringan dapat
berkembang menjadi tumbuhan lengkap jika ditumbuhkanpada kondisi yang
memungkinkan. Dengan kultur jaringan, dalam waktu yang bersamaan dapat
diperoleh bibit tanaman dalam jumlah banyak.
Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi
bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atauorgan yang serba steril,
dalam botolkultur yang sterildan dalam kondisi yang aseptic, sehingga bagian-bagian
tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap.
Usaha memperoleh suatu individu baru dari satu sel atau jaringan dikenal
sebagai kultur sel atau kultur jaringan. Menurut Suryowinoto (1991), kultur jaringan
dalam bahasa asing disebut tissue culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan
adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Jadi, kultur
jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil
yang memiliki sifat seperti induknya.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak
tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generative.
Kultur jaringan termasuk jenis perkembangbiakan vegetatif yang prinsip dasarnya
sama dengan menyetek. Bagian tanaman yang akan dikultur (eksplan) dapat diambil
dari akar, pucuk, bunga, meristem, serbuk sari.
Teori dasar dari Kultur Jaringan yang diusulan oleh Gottlieb Haberlandt dari
German Academy of Science pada tahun 1902 dengan eksperimen yang dilakukan
dengan “Kultur Sel Tunggal” pada tanaman anggrek yang di isolasi dari sel
vegetative hingga penelitian berhasil. Hingga sekarang beliau di sebut sebagai Bapak
Kultur Jaringan ( Father Of Plant Tissue Culture).
3.2. Prinsip Dalam Kultur Jaringan
Menurut Thorpe (1981), ada 3 prinsip utama dalam kultur jaringan:
1. Isolasi bagian tanaman dari tanaman utuh (organ, akar, daun dll)
2. Memelihara bagian tanaman tadi dalam lingkungan yang sesuai dan kondisi kultur
yang tepat
3. Pemeliharaan dalam kondisi aseptik.
Untuk memperbesar keberhasilan kultur jaringan, tanaman yang akan
dikulturkan sebaiknya berupa jaringan muda yang sedang tumbuh, misalnya ujung
akar, tunas, dan daun muda. Jaringan yang diambil dan ditumbuhkan disebut eksplan.
Sejak diambil dari tumbuhan induk sampai dengan dikulturkan, eksplan harus dalam
kesdaan steril. Persiapan eksplan sampai penanaman dalam medium buatan harus
dilakukan didalam entkas atau laminar air flo.
Eksplan yang steril dikultur dalam botol yang berisi medim cair. Medium cair
terdiri dari zat nutrisi dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Supaya nutrisi dapat meresap
kedalam eksplan, media kultur harus disimpan diatas pengocok atau shaker. Dari
eksplan akan tumbuh jaringan seperti kalus berwarna putih yang disebut protocorm
like body (PLB). PLB dapat dipecah-pecah dan ditumbuhkan lagi menjadi banyak
PLB. PLB kemudian disubkultur dalam media padat yang terdiri dari larutan nutrisi,
zat pengatur tumbuh, dan agar. Factor-faktor lingkungan diluar nutrisi, seperti
cahaya, temperature, kelembapan, dan PH, juga harus dikondisikan agar sesuai untuk
5. 5
kelangsungan hidup PLB tersebut.
PLB akan berkembang menjadi tanaman kecil yang disebut plantlet. Plantlet
dipisah-pisahkan dan dikultur lagi dalam media padat sampai cukup besar dan siap
dipindahkan ke dalam pot kelompok. Satu pot berisi banyak plantlet. Setelah plantlet
membentuk tanaman yang sempurna, populasi dalam pot dapat dikurangi. Akhirnya,
satu tanaman dipindahkan kedalam satu plastic hitam (polybag) dan dipelihara
sampai tanaman siap ditanam dilahan. Lihat Gambar 1.2 Perawatan plantlet dalam
pot kelompok atau pot individu dilakukan dirumah kaca.
3.3. Macam–macam Kultur Jaringan
Berbagai bagian tanaman dapat digunakan sebagai eksplan dalam kultur
jaringan.
1. Kultur meristem, menggunakan jaringan (akar, batang, daun) yang
muda/meristematik.
2. Kultur anter, menggunakan kepala sari sebagai eksplan.
3. Kultur embrio, menggunakan embrio. Misalnya pada embrio kepala kopyor yang
sulit dikembangbiakkan secar alamiah.
4. Kultur protoplas, menggunakan sel jaringan hidup sebagai eksplan tanpa dinding.
5. Kultur kloroplas, menggunakan kloroplas. Kultur ini biasanya untuk memperbaiki
atau membuat varietas baru.
6. Koltur polen, menggunakan serbuk sari sebagai
7. eksplannya.
3.4. Prosedur Kultur Jaringan
Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam prosedur kultur jaringan, yaitu :
1. Persiapan
Media yang digunakan berupa media cair dan padat. Kedua media ini
disiapkan dalam botol Erlenmeyer yang ditutup dengan kain kasa steril dan
alumunium foil. Botol yang berisi media disterilkan dengan memanaskannya
dalam autoklaf yang bersuhu 120˚C dan tekanan 1.5 kg/m2 selama
20 menit. Setelah disterilkan, media kultur disimpan dalam tempat steril
atau kulkas. Ruangan dan peralatan harus disterilkan dengan larutan antiseptic
(alcohol atau sodium hipoklorit). Lampu UV dalam ruangan entkas atau laminar
air flow dinyalakan satu jam sebelum digunakan.
2. Pengambilan dan Perawatan Eksplan
Eksplan dapat diambil dari tunas pucuk, ketiak daun, ujung akar, atau
daun muda. Bahan eksplan disterilakan dengan cara merendamnya dalam larutan
kalsium hipoklorit 5% selama 5 menit. Setelah itu, eksplan dibilas beberapa kali
menggunakan akuades steril. Bahan eksplan yang sudah steril dan botol
Erlenmeyer berisi media cair dimasukkan kedalam entkas. Bagian luar eksplan
berukuran 1 – 1,5 mm. setelah eksplan siap ditanam, tutup botol Erlenmeyer
dibuka dan eksplan diambil memakai pinset, lalu dimasukkan ke dalam media
cair. Botol yang sudah ditanami eksplan ditutup kembali dengan kain steril dan
alumunium foil.
3. Pengocokan
Botol yang sudah ditanami eksplan diletakkan diatas meja pengocok
(shaker) yang sudah dinyalakan dengan frekuensi pengocokan sekitar 60 – 70 kali
per menit. Pengocokan dilakukan 6 jam sehari selama 1,5 – 2 bulan. Tujuan
pengocokan sebagai berikut :
1) Menggiatkan kontak antara permukaan eksplan dengan larutan media
2) Memudahkan peresapan larutan nutrisi kedalam jaringan eksplan
3) Melancarkan sirkulasi udara, sehingga udara dapat masuk ke dalam media
4) Menjaga homogenitas atau keseragaman larutan nutrisi dalam media
6. 6
5) Merangsang terpisahnya PLB yang terbentuk.
Dalam media cair, dari eksplan akan tumbuh PLB dan lama-kelamaan
PLB akan lepas dari eksplan. PLB yang terbentuk dapat dipisah-pisahkan dan
dapt dipindahkan ke dalam botol lain sehingga dihasilkan banyak PLB. PLB yang
terbentuk dapat dipindahkan kedalam media padat dan dikulturkan dalam ruangan
yang steril. Suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya ruangan harus diatur. Dalam
media, PLB akan tumbuh menjadi plantlet. Setelah menghasilkan daun atau
membentuk tanaman sempurna, plantlet harus dipindahkan kedalam botol lain
yang berisi media padat. Populasi plantlet dikurangi sesuai dengan tingkat
pertumbuhannya. Akhirnya, plantlet dipindahkan kedalam pot kelompok yang
terdiri dari campuran tanah dan kompos atau pupuk kandang, dan diletakkan
dalam rumah kaca. Setelah pertumbuhannya sempurna, Plantlet dipindah kedalam
pot. Satu pot berisi satu tanaman baru. Lihat Gambar 1.3.
4. Media
Media tanaman terdiri dari dua jenis, yaitu media cair dan media padat.
Media cair digunakkan untuk menumbuhkan eksplan sampai terbentuk PLB.
Media padat digunakan untuk menumbuhkan PLB sampai terbentuk plantlet.
Media padat dibuat dengan melarutkan nutrisi dan agar ke dalam akuades
yang disterilkan. Media kultur harus mengandung nutrisi lengkap yang terdiri dari
unsure makro, unsure mikro, vitamin, gula, dan ZPT (zat pengatur tumbuh
tanaman seperti auksin, sitokinin, giberelin).
Zat pengatur tumbuh yang akan digunakan dapat dipilih dari bahan-bahan
dibawah ini :
1) IAA (indoleasetic acid / asam indolasetat)
2) IAAId (indoleacetaldehyde / indol asetal dehida)
3) IAN (indoleacetonitrile / indol asetonitril)
4) IAEt (ethylendoleacetate / etilendol asetat)
5) IpyA (indolepyruvic acid / asam indol piruvat)
Ada banyak media kultur jaringan yang penanamannya diambil
dari nama penemunya, antara lain :
1) Murashige and Skoog (1962), dapat digunakan hampir untuk semua jenis
kultur, terutama untuk tanaman herba. Contoh Media Kultur Murashige and
Skoog (pH 5,7).
7. 7
2) White (1934), sangat cocok untuk kultur tanaman tomat.
3) Vacin and Went, dapat digunakan untuk kultur jaringan anggrek.
4) Nitsch and Nitsch, biasanya digunakan dalam kultur serbuk sari dan kultur
sel.
5) Scenk and Haberlandt (1972), cocok untuk kultur jaringan tanaman
monokotil.
3.5. Dampak Positif dan Negatif dari Kultur Jaringan
Kultur jaringan memiliki manfaat sebagai berikut :
1. Melestarikan sifat tanaman induk
2. Menghasilkan tanaman yang memiliki sifat seragam
3. Menghasilkan tanaman baru dalam jumlah besar
4. Dapat menghasilkan tanaman yang bebas virus
5. Dapat dijadikan sarana untuk melestarikan plasma nutfah
6. Untuk menciptakan varietas baru melalui rekayasa genetika. Sel yang telah
direkayasa dikembangkan melalui kultur sel sehingga menjadi tanaman baru
secara lengkap.
Adapun kekurangan dari kultur jaringan adalah sebagai berikut :
1. Bagi orang tertentu, cara kultur jaringan dinilai mahal dan sulit
2. Membutuhkan modal investasi awal yang tinggi untuk bangunan (laboratorium
khusus)
3. Peralatan dan perlengkapan yang canggih
4. Diperlukan persiapan SDM yang handal untuk mengerjakan perbanyakan kultur
jaringan agar dapat memperoleh hasil yang memuaskan
5. Produk kultur jaringan pada akarnya kurang kokoh.
8. 8
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Pada dasarnya, Kultur jaringan tumbuhan merupakan teknik perbanyakan
tanaman secara vegetatif buatan yang di dasarkan pada sifat totipotensi tumbuhan.
Totipotensi adalah kemampuan sel atau jaringan organisme untuk tumbuh menjadi
individu baru. Totipotensi tumbuhan membuat sel tumbuhan dalam proses kultur
jaringan dapat berkembang menjadi tumbuhan lengkap jika ditumbuhkanpada kondisi
yang memungkinkan. Dengan kultur jaringan, dalam waktu yang bersamaan dapat
diperoleh bibit tanaman dalam jumlah banyak.
Menurut Thorpe (1981), ada 3 prinsip utama dalam kultur jaringan:
1. Isolasi bagian tanaman dari tanaman utuh (organ, akar, daun dll)
2. Memelihara bagian tanaman tadi dalam lingkungan yang sesuai dan kondisi kultur
yang tepat
3. Pemeliharaan dalam kondisi aseptik.
Berbagai bagian tanaman dapat digunakan sebagai eksplan dalam kultur
jaringan, seperti :
1. Kultur meristem
2. Kultur anter
3. Kultur embrio
4. Kultur protoplas
5. Kultur kloroplas
6. Koltur polen.
Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam prosedur kultur
jaringan, yaitu :
1. Persiapan
2. Pengambilan dan Perawatan Eksplan
3. Pengocokan
4. Media
Keuntungan pemanfaatan kultur jaringan sebagai berikut :
1. Melestarikan sifat tanaman induk
2. Menghasilkan tanaman yang memiliki sifat seragam
3. Menghasilkan tanaman baru dalam jumlah besar
4. Dapat menghasilkan tanaman yang bebas virus
5. Dapat dijadikan sarana untuk melestarikan plasma nutfah
6. Untuk menciptakan varietas baru melalui rekayasa genetika. Sel yang telah
direkayasa dikembangkan melalui kultur sel sehingga menjadi tanaman baru secara
lengkap.
Adapun kekurangan dari kultur jaringan adalah sebagai berikut :
1. Bagi orang tertentu, cara kultur jaringan dinilai mahal dan sulit
2. Membutuhkan modal investasi awal yang tinggi untuk bangunan (laboratorium
khusus)
3. Diperlukan persiapan SDM yang handal untuk mengerjakan perbanyakan kultur
jaringan agar dapat memperoleh hasil yang memuaskan
4. Produk kultur jaringan pada akarnya kurang kokoh.
9. 9
4.2 Saran
Dalam kegiatan kultur jaringan, tidak sedikit masalah-masalah yang muncul
sebagai pengganggu dan bahkan menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan kegiatan
kultur yang dilakukan. Gangguan kultur secara umum dapat muncul dari bahan yang
ditanam, dari lingkungan kultur, maupun dari manusianya.
Permasalahan dalam kultur ada yang dapat diprediksi sebelumnya
dan ada pula yang sulit diprediksi kejadiannya.. Untuk itu saya sarankan agar mencoba
hal – hal berikut ini dalam kultur jaringan :
1. Pemilihan eksplan sebagaibahan dasar untuk pembentukkan kalus
2. Penggunaan medium yang cocok
3. Keadaan yang aseptik dan pengaturan udara yang baik terutama untuk kultur cair.
Meskipun pada prinsipnya semua jenis sel dapat ditumbuhkan, tetapi
sebaiknya dipilih bagian tanaman yang masih muda dan mudah tumbuh yaitu bagian
meristem, seperti: daun muda, ujung akar, ujung batang, keping biji dan sebagainya.
Bila menggunakan embrio bagian bji-biji yang lain sebagai eksplan, yang perlu
diperhatikan adalah kemasakan embrio, waktu imbibisi, temperatur dan dormansi.
10. 10
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi, D. A., Maryanti, Sri., Srikini., Suharno., S. Bambang. 2007. BIOLOGI untuk
SMA Kelas XII, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Laelawati, Susi. 2008. Bioteknologi, Jakarta : Penerbit Nobel Edumedia.
Kusumawati, Rohana., dkk. 2012. Detik Detik UJIAN NASIONAL BIOLOGI, Klaten: PT
Intan Pariwara.
Setiwati, Tetty., Furqonita, Deswanti. 2007. BIOLOGI Interaktif, Jakarta
Timur: Penerbit Azka Press.