3. Pelayanan gizi yang diberikan oleh tenaga
gizi memberikan upaya untuk memperbaiki
atau meningkatkan, makanan, dietetik
masyarakat, kelompok, individu atau klien
yang merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang meliputi pengumpulan, pengolahan,
analisis, simpulan, anjuran, implementasi
dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik
dalam rangka mencapai status kesehatan
optimal dalam kondisi sehat atau sakit.
4. Pelayanan asuhan gizi dan diitetik
meliputi: penapisan, pengkajian,
penetapan masalah/diagnosis gizi,
penyusunan rencana diit (orang sehat, sakit
tanpa dan dengan komplikasi), koordinasi
tim medis, impllementasi diit, konseling gizi,
monitoring dan evaluasi, penyusunan
laporan dan rencana tindak lanjut.
5. Sedangkan penyelenggaraan makanan banyak
(food service) meliputi:
a. Penyusunan standar terkait pelayanan makanan,
b. Pengecekan alur penerimaan bahan makanan,
c. Pengawasan dalam penyimpanan bahan makanan,
d. Pengendalian distribusi dan mutu makanan,
e. Pengawasan pemorsian dan penyajian makanan, survey
kepuasan klien, penilaian keamanan pangan,
f. Pengembangan produk makanan, monitoring dan
evaluasi,
g. Mengelola sumber daya terkait penyelenggaraan
makanan,
h. Pemantauan dan pengendalian hygiene dan sanitasi
makanan.
6. Peran asuhan gizi sangat penting, dalam
pelaksanaannya, diperlukan keterlibatan
dan kerjasama yang erat antar berbagai
profesi terkait yang tergabung dalam tim
asuhan gizi
7. ETIKA DALAM MEMBERIKAN ASUHAN
GIZI DALAM PELAYANAN GIZI
TERHADAP KLIEN
1. Ahli Gizi sepanjang waktu senantiasa berusaha
memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik
dalam lingkup institusi pelayanan gizi atau di
masyarakat umum.
2. Ahli Gizi senantiasa menjaga kerahasiaan klien
atau masyarakat yang dilayaninya baik pada saat
klien masih atau sudah tidak dalam pelayanannya,
bahkan juga setelah klien meninggal dunia kecuali
bila diperlukan untuk keperluan kesaksian hukum.
8. 3. Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya
senantiasa menghormati dan menghargai
kebutuhan unik setiap klien yang dilayani dan
peka terhadap perbedaan budaya, dan tidak
melakukan diskriminasi dalam hal suku,
agama, ras, status sosial, jenis kelamin, usia
dan tidak menunjukkan pelecehan seksual.
4. Ahli Gizi senantiasa memberikan pelayanan
gizi prima, cepat, dan akurat.
9. 5. Ahli Gizi memberikan informasi kepada
klien dengan tepat dan jelas, sehingga
memungkinkan klien mengerti dan mau
memutuskan sendiri berdasarkan informasi
tersebut.
6. Ahli Gizi dalam melakukan tugasnya,
apabila mengalami keraguan dalam
memberikan pelayanan senantiasa
berkonsultasi dan merujuk kepada ahli gizi
lain yang mempunyai keahlian.
10. TERHADAP MASYARAKAT
1. Ahli Gizi melindungi masyarakat umum khususnya
tentang penyalahgunaan pelayanan, informasi yang
salah dan praktek yang tidak etis berkaitan dengan gizi,
pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet. ahli gizi
hendaknya senantiasa memberikan pelayanannya
sesuai dengan informasi faktual, akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
2. Ahli Gizi senantiasa melakukan kegiatan pengawasan
pangan dan gizi sehingga dapat mencegah masalah gizi
di masyarakat.
3. Ahli Gizi senantiasa peka terhadap status gizi
masyarakat untuk mencegah terjadinya masalah gizi
dan meningkatkan status gizi masyarakat.
11. 4. Ahli Gizi memberi contoh hidup sehat dengan pola
makan dan aktifitas fisik yang seimbang sesuai dengan
nilai paktek gizi individu yang baik.
5. Dalam bekerja sama dengan profesional lain di
masyarakat, Ahli Gizi hendaknya senantiasa berusaha
memberikan dorongan, dukungan, inisiatif, dan bantuan
lain dengan sungguh-sungguh demi tercapainya status
gizi dan kesehatan optimal di masyarakat.
6. Ahli Gizi dalam mempromosikan atau mengesahkan
produk makanan tertentu senantiasa tidak dengan cara
yang salah atau, menyebabkan salah interpretasi atau
menyesatkan masyarakat
12. SOAL
1. Berikan contoh etika yang baik dalam
memberikan asuhan gizi sebagai proses
pelayanan gizi pada klien
2. Bagaimana meberikan asuhan gizi yang
benar terhadap klien