Konseling gizi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang gizi dan penyakit, serta meningkatkan status gizi pasien. Tahapannya meliputi membangun hubungan, mengidentifikasi masalah gizi, menegakkan diagnosis, merencanakan intervensi, memperoleh komitmen pasien, dan memantau hasilnya.
2. Konseling Gizi
1. Maksud pemberian konseling gizi adalah
untuk meningkatkan pengetahuan tentang
penyakit, meningkatkan pengetahuan
penderita dan keluarga tentang asupan gizi
yang diperlukan untuk mempercepat
penyembuhan penyakit yang diderita.
2. Konseling Gizi juga dimaksudkan untuk
meningkatkan status gizi penderita melalui
bimbingan penyusunan menu makanan dan
melakukan evaluasi terhadap peningkatan
status gizi melalui pemantauan kenaikan
berat badan.
3. TAHAPAN KONSELING
1. Membangun dasar-dasar
konseling
2. Menggali permasalahan
3. Memilih solusi dengan menegakkan
diagnosis
4. Memilih rencana/merencanakan
intervensi
5. Memperoleh komitmen
6. Monitoring dan evaluasi.
4. Tahap 1 : Membangun Dasar-dasar Konseling
• Merupakan langkah awal terutama dalam
menciptakan hubungan yang baik.
• Hubungan baik ini berdasarkan hubungan
rasa saling percaya,terbuka, kejujuran.
• Konselor dapat menunjukkan diri sebagai
profesional dan kompeten dalam
melakukan konseling gizi.
5. Pada umumnya klien datang ke pelayanan
konseling gizi karena membutuhkan dukungan gizi
untuk upaya penyembuhan penyakitnya.
a) Gunakan ketrampilan komunikasi, sambutlah
klien dengan baik dan ramah, berdiri serta
berikan salam kepada klien.
b) Persilahkan klien untuk duduk dan buat klien
merasa nyaman.
c) Perkenalkan diri sebagai konselor
Teknik Membangun Dasar-dasar
Konseling
6. d) Beri waktu klien untuk menceritakan
identitiasnya, catat bila belum ada dalam
status (nama, umur, alamat, pekerjaan, dll).
e) Ciptakan hubungan yang positif,
berdasarkan rasa percaya, keterbukaan dan
kejujuran berekspresi, konselor harus
menunjukkan dirinya dapat dipercaya dan
kompeten dalam memberikan konseling gizi.
f) Setelah tercipta hubungan yang baik antara
konselor dan klien, maka konselor harus
menjelaskan tujuan dari konseling gizi yang
akan diberikan.
8. Tahap 2 : Menggali Permasalahan
1. Langkah ini bertujuan untuk mengali
permasalahan yang dihadapi klien
Pada langkah ini dilakukan pengumpulan
data yang bisa dilakukan dengan
wawancara atau mencatat dokumen yang
dibawa klien.
2. Tujuan utama pengumpulan data adalah
mengidentifikasi masalah gizi dan faktor-
faktor yang menyebabkan masalah
tersebut
9. Teknik Menggali Permasalahan
a) Pada tahap ini terdapat kegiatan pengumpulan, verifikasi, dan
interpretasi data yang sistematis dalam upaya mengidentifikasi
masalah gizi dan penyebabnya. Pada tahap ini juga bisa dilakukan
pengkajian data ulang serta menganalisis intervensi gizi yang telah
diberikan sebelumnya
b) Data pokok yang harus dikumpulkan adalah data antropometri,
data biokimia, data fisik klinis, data riwayat makan dan data
riwayat personal.
c) Data yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan standar
baku/nilai normal, sehingga dapat dikaji dan diidentifikasi seberapa
besar masalahnya
d) Kegiatan ini merupakan landasan dasar untuk dapat memberikan
konsultasi gizi yang optimal kepada klien. Oleh karena itu data-
data yang dikumpulkan untuk dilakukan pengkajian sampai
ditemukan adanya permasalahan harus benar-benar tepat.
10. Tahap 3 : Menegakkan Diagnosis
1. Menegakkan diagnosis gizi klien
dilakukan berdasarkan pengkajian masalah yang
dilakukan pada tahap 2.
2. Tujuan dari langkah ini adalah menentukan masalah
gizi yang dihadapi klien (problem), menentukan etiologi
(penyebab masalah), menentukan tanda dan gejala
masalah tersebut. Hal tersebut sering dikenal dengan
PES. Dalam menetapkan diagnosis gizi ada tiga
domain yang harus diperhatikan oleh konselor. Ketiga
domain tersebut meliputi domain asupan zat gizi,
domain klinik dan domain perilaku
11. Teknik Menegakkan Diagnosis
a) Menegakkan diagnosis Berdasarkan data pada
Menggali permasalahan mengacu pada masalah,
penyebab dan tanda/gejala berdasarkan data
antropometri, biokimia,
fisik/klinis, riwayat makan, riwayat personal
b) Libatkan klien untuk memahami masalah yang dialami
12. Tahap 4 : Memilih Rencana Intervensi
Gizi
Setelah menetapkan diagnosis masalah klien
berdasarkan domain asupan, domain klinik
dan domain perilaku, maka langkah selanjutnya
adalah menentukan rencana intervensi yang
akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah yang
dialami klien
13. Teknik Memilih Rencana Intervensi
Gizi
1. Pada langkah ini konselor harus mulai melibatkan klien dalam
perencanaan.
2. Konselor perlu mempertimbangkan antara lain identifikasi strategi
pemecahan masalah dengan mempertimbangkan masukan dari klien.
3. Langkah awal dalam pemecahan masalah adalah
menentukan kebutuhan energi dan zat gizi lainnya serta menetapkan
preskripsi dietnya.
4. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah membuat alternatif
pemecahan masalah. Dalam membuat alternatif pemecahan masalah
perlu memperhatikan potensi kekuatan yang dimiliki klien dan
faktor yang menghambat program intervensi
5. Menurut Persagi (2010) ada tiga langkah dalam
melakukan intervensi gizi yaitu menghitung kebutuhan energi dan zat
gizii menetapkan preskripsi diet dan melakukan konseling gizi..
14. INTERVENSI DIET
1. Preskripsi diit atau disebut dengan batasan pengaturan makanan yang
meliputi kebutuhan energi dan zat-gizi serta zat makanan lainnya yang
disusun berdasarkan hasil diagnosis gizi dan penyakit yang dapat dibuat
oleh dokter atau dietisien.
2. Tujuan
preskripsi diet adalah memberi petunjuk atau arahan khusus kepada klien
untuk mengubah perilaku makan yang meliputi.
1) Jenis diet, misalnya diet rendah garam, rendah purin atau diabetes
mellitus dan lain-lain.
2) Bentuk makanan disesuaikan dengan kondisi klien seperti makanan cair,
lumat, lunak, biasa.
3) Makanan apa yang boleh dan makanan apa yang tidak boleh dimakan.
4) Jumlah yang dikonsumsi dan kandungan zat makro dan zat gizi mikro
disesuaikan dengan kebutuhan gizi dan penyakitnya
15. INTERVENSI KONSELING
1. Dalam melakukan konseling, konselor dan klien saling berdialog.
2. Konselor menjelaskan hasil diagnosis seperti status gizi klien, hasil
pemeriksaan biokimia, data klinis klien, kebiasaan makan, asupan
energi dan zat gizi lain. Klien diharapkan memahami
permasalahan berdasarkan data atau diagnosis tersebut. Setelah
klien memahami masalahnya, konselor kemudian menjelaskan
tujuan diet, prinsip diet yang akan dilaksanakan.
3. Yang penting didiskusikan dengan klien adalah beberapa hal di
bawah ini:
1) Perubahan pola makan.
2) Makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan.
3) Hambatan-hambatan yang mungkin terjadi dan alternatif
pemecahannya.
4) Perubahan perilaku yang berkaitan dengan aktivitas, gaya hidup.
5) Catatan medis dan konseling gizi lainnya
16. Tahap 5 : Memperoleh Komitmen
1. Komitmen merupakan kunci dari keberhasilan proses
konseling.
2. Tujuan dari langkah ini adalah memperoleh
kesepakatan antara konselor dengan klien.
3. Kesepakatan tersebut dipakai sebagai komitmen dalam
melaksanakan presekripsi diet dan aturan lainnya.
17. Teknik Memperoleh Komitmen
1. Berikan pemahaman, dukungan, motivasi dan
bangun rasa percaya diri klien untuk melakukan
perubahan diet yang sesuai anjuran dan
disepakati bersama.
2. Tekankan bahwa perubahan yang dilakukan
adalah semata-mata untuk kebaikan kondisi
klien.
3. Informasikan untuk kunjungan konseling
berikutnya untuk melihat perkembangan
perubahan diet yang dilakukan.
18. Tahap 6 : Monitoring dan Evaluasi
1. Monitoring dan evaluasi adalah langkah
terakhir dari suatu proses konseling.
2. Tujuan dari monitoring dan evaluasi
konseling adalah mengetahui
pelaksanaan intervensi sesuai
komitmen dan mengetahui tingkat
keberhasilan konseling.
19. Teknik Monitoring Evaluasi
1. Konselor bisa melakukan diskusi dan
menanyakan tentang pelaksaan intervensi
meliputi keberhasilan
konseling, faktor penghambat dan faktor
pendorong dalam melaksanakan diet yang
dianjurkan.
2. Empat hal yang dilakukan: (1) monitoring
perkembangan (2) mengukur hasil (3) evaluasi
hasil dan (4) dokumentasi monitoring dan
evaluasi.
20. Alur Konseling
1. Pasien/Klien datang ke ruang konseling gizi dengan membawa
surat rujukan dokter dari poliklinik yang ada di rumah sakit atau dari
luar rumah sakit.
2. Melakukan pencatatan data Pasien/Klien dalam buku registrasi.
3. Melakukan asesmen gizi dimulai dengan pengukuran antropometri
pada Pasien/Klien yang belum ada data TB, BB.
4. Melanjutkan asesmen/pengkajian gizi berupa anamnesa riwayat
makan, riwayat personal, membaca hasil pemeriksaan lab dan fisik
klinis ( bila ada). Kemudian menganalisa semua data asesmen gizi.
5. Memberikan intervensi gizi berupa edukasi dan konseling
6. Menganjurkan Pasien/Klien untuk kunjungan ulang, untuk
mengetahui keberhasilan intervensi (monev) dilakukan monitoring
dan evaluasi gizi
7. Pencatatan hasil konseling gizi