Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
- Penelitian ini memiliki desain yang baik dengan dilakukan secara randomisasi dan terkontrol dengan baik
- Semua subjek diikutsertakan dan dianalisis sesuai dengan alokasi awalnya
- Kelompok perlakuan sebanding pada awalnya dan menerima perlakuan yang sama selain intervensi
- Hasil yang diukur jelas dan menunjukkan efektivitas natamycin lebih baik d
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Singapura
Klorheksidin 0.2% topikal vs Natamisin 5% untuk Keratitis Fungal di Nepal.pptx
1. Jeremy J. Hoffman, FRCOphth, Reena Yadav, MD, Sandip D. Sanyam, BSc, Pankaj Chaudhary,
MSc, Abhishek Roshan, MSc, Sanjay K. Singh, MD, Sailesh K. Mishra, MSc, Simon Arunga,
PhD, Victor H. Hu, PhD, David Macleod, PhD, Astrid Leck, PhD, Matthew J. Burton, PhD
Dibacakan oleh : Ardelia Emily
Pembimbing : dr. Wenang Matoka, Sp.M
2. • Keratitis Mikrobial (MK) adalah infeksi yang berat dan
seringkali menyebabkan kebutaan.
• Di area tropis, keratitis fungal (FK) terjadi lebih dari setengah
MK, estimasi insidensi tahunan global sekitar 1 juta kasus.
• Insidensi lebih tinggi pada negara berpenghasilan rendah
dan menengah, khususnya pada pekerjaan pertanian.
• Di daerah beriklim sedang, meskipun jarang terjadi keratitis
bakterial, kasus FK meningkat, dengan infeksi yang terkait
penggunaan lensa kontak.
3. • Keratitis Fungal menantang untuk diobati. Adanya keterbatasan
dalam mengakses pengobatan menyebabkan hasil yang buruk.
• Hal ini diperberat oleh penggunaan steroid topikal dan pengobatan
mata tradisional.
• Terapi pilihan untuk FK adalah Natamicin 5% topikal sesuai hasil dari
Mycotic Ulcer Treatment Trials (MUTT), uji klnis, dan sistematik
review membandingkan natamicin dengan voriconazole.
• Namun, pada sekitar seperempat pasien dengan terapi Natamicin,
ada yang berlanjut menjadi perforasi kornea, kebutaan, atau
eviserasi / enukleasi.
4. • Meskipun Natamycin ditetapkan sebagai obat esensial oleh WHO,
namun di beberapa negara di Sub-Sahara Africa, dan beberapa
negara di Asia dan Eropa.
• Pembuatannya mahal dan sulit diformulasi, sehingga dibutuhkan
pengobatan alternatif dengan harga terjangkau.
• Chlorhexidine merupakan biosidal antiseptik, spektrum luas yang
dapat membunuh mikroorganisme melalui membran sel,
• Sudah digunakan >30tahun, termasuk sebagai pengawet obat tetes
mata, untuk mensterilkan lensa kontak, terapi keratitis fungal dan
Acanthamoeba
5. • Pada awal tahun 1900an, Chlorhexidine 0.2% dilaporkan efektif
untuk membunuh isolat fungi pada kasus di India.
• Pada 2 studi Uji Kontrol Acak, menunjukkan Chlorhexidine
dibandingkan natamicin dapat menyembuhkan dalam 21 hari tidak
signifikan. (relative risk 0.7; 95% confidence interval, 0.45-1.09)
• Chlorhexidine memiliki keuntungan harga tidak mahal, mudah
diformulasikan, dapat ditoleransi baik.
• Pada penelitian ini, dihipotesiskan chlorhexidine mungkin tidak lebih
dibawah (non inferior) dari natamycin untuk terapi FK.
6. Penelitian ini adalah penelitian two-arm, single-masked Randomized
Controlled Trial.
Populasi : Pasien dewasa dengan keratitis Fungal yang berobat di
Tempat Penelitian : Rumah sakit Mata Sagarmatha Choudhary, Lahan,
Nepal.
Asesmen dasar : riwayat, pemeriksaan, fotografi, in vivo confocal
microscopy, scrape kornea untuk mikrobiologi
Pasien diacak kedalam pengobatan topikal antifungal Topikal
klorheksidin 0.2% dan natamisin 5% 1:1
Pasien diperiksa pada hari ke 2, 7 (rekultur), 14,21, 60, 90.
7. - BSCVA diperiksa pada hari pertama dan hari ke 90.
- Ukuran skar / Infiltrat diukur pada hari-1, 7,21, dan 90.
- Waktu penyembuhan epitel : dihitung dari hari -1 pada pasien dengan defek
epitel sampai defek epitel <0.5mm atau menghilang.
- Microbiological cure rate : waktu sampai kultur menjadi negative.
- Keladaman ulkus, tinggi hipopion diukur pada hari 7 dan 21.
- Perforasi, TPK, dan efek samping pada hari ke 90.
- Reepitelialisasi didefinsikan sebagai tidak adanya defek epitel saat
pemeriksaan fluorescein.
- Kedalaman ulkus dibagi menjadi 4 kategori : 0-25%, >25% - 50%, >50% -
75%, dan >75%
- Slit-lamp biomikroskop digunakan untuk mengevaluasi ukuran
skar/infiltrate, ketinggian hipopion, efek samping.
8. Kriteria Inklusi :
• Pasien dewasa dengan Keratitis microbial akut (ulserasi epitel
kornea >1mm, inflitrat stroma kornea, dan tanda inflamasi akut)
dengan bukti infeksi fungal filamentous.
• Pasien yang memberikan persetujuan
Kriteria Eksklusi :
• Pasien <18 tahun
• Pasien yang tidak memberikan persetujuan
• Kehamilan, menyusui
• Pengobatan antifungal sebelumnya
• Visus NLP pada mata yang terkena, dan <6/60 pada mata
sebelahnya
9. Prosedur
Jadwal pemberian obat kedua kelompok sama :
1 tetes setiap 1 jam selama 48 jam, dilanjutkan 1 tetes setiap jam
selama bangun selama 5 hari, dan setiap 2 jam selama bangun
sampai 3 minggu.
Jika ulkus membaik <1mm, infiltrate membaik dengan atau tanpa
skar kornea pengobatan stop
Jika ulkus membaik, infiltrasi >1mm tapi <5mm pengobatan
diturunkan 4 kali sehari.
Jika infiltrasi stroma atau hipopion sembuh, tapi defek epitel >5mm
terapi diturunkan 6 kali sehari.
10. Prosedur
Pada pasien dengan FK progresif selama 7 hari atau lebih
pengobatan tambahan perlu dipertimbangkan.
Infiltrat >75% ketebalan kornea ditambahkan ketokonazol 2x200
mg
Jika setelah 7 hari semakin progresif dipertimbangkan untuk
dilakukan therapeutic penetrating keratoplasty (TPK)
11. • 3 Juni 2019 - 9 November 2020
• 178 Klorheksidin & 176 Natamicin
• Tidak ditemukan bukti bahwa klorheksidin non inferior
dibandingkan natamicin, pasien yang diterapi dengan natamicin
memiliki hasil BSCVA yang lebih baik secara signifikan dalam 3
bulan dibandingkan pasien yang diterapi klorheksidin.
• Lebih banyak kasus perforasi dan graft kornea emergency pada
grup klorheksidin (24/175, 13.7%) dibandingkan grup natamisin
(10/173, 5.8%; P=0.018).
• Pasien yang diobati dengan Natamicin lebih sedikit yang menjadi
perforasi atau membutuhkan graft kornea emergensi, setelah
mengukur kedalaman ulkus (odds ratio, 0.34; 95% CI, 0.15-0.79;
P=0.013)
12.
13.
14.
15. - BSCVA dasar pada
kelompok klorheksidin
logMar 0.61 dan pada
kelompok natamycin
logMar 0.64.
- Pada hari ke 90, BSCVA
pada kelompok
klorheksidin logMar 0.64
dan pada kelompok
Natamicin Logmar 0.26.
Tidak ada bukti bahwa
klorheksidin noninferior
dibandingkan natamycin
(P<0.001)
17. • Penelitian ini menguji hipotesis bahwa klorheksidin 0.2% non inferior
dibandingkan nata misin 5% untuk mengobatan FK. Ketajaman visual secara
signifikan lebih baik pada hari ke-90 pada pasien dengan natamisin daripada
klorheksidin.
• Pasien dengan Natamisin cenderung tidak mengalami perforasi atau
membutuhkan TPK.
• Natamisin reepithelialisasi lebih cepat, bekas luka sedikit lebih kecil.
• Tujuan utama dari terapi FK mempertahankan kondisi mata
• Pasien dengan kasus ringan (visus baik dan ukuran infiltrate kecil),
menunjukkan bahwa klorheksidin bisa menjadi pengobatan yang efektif untuk
pasien yang datang pada awal perkembangan penyakitnya.
18. • Terapi dengan Natamicin memiliki hasil visus yang lebih baik
secara signifikan, dengan lebih sedikit efek samping,
dibandingkan klorheksidin.
• Natamisin masih menjadi terapi lini pertama untuk kasus
keratitis fungal filamen.
19.
20. • Judul
Klorheksidin topikal 0.2% versus natamisin
topikal 5% untuk terapi keratitis fungal di
Nepal
• Kutipan
Topical Chlorhexidine 0.2% versus Topical
Natamycin 5% for the Treatment of Fungal
Keratitis in Nepal
• Peneliti Utama
Jeremy J. Hoffman
• Pertanyaan penelitian
Apakah klorheksidin 0.2% topikal non-
inferior dibandingkan Natamicin 5% topikal
untuk terapi keratitis fungal?
• Metode
Two-arm, single-masked Randomized
Controlled Trial.
21. Person Pasien dewasa dengan keratitis Fungal yang
berobat di Rumah sakit mata tersier di Nepal
Intervensi Pemberian klorheksidin topical dan natamisin
topikal
Komparasi Pemberian klorheksidin topical dan natamisin
topikal
Outcome Pasien yang diterapi dengan natamicin
memiliki hasil BCSVA yang lebih baik secara
signifikan dibandingkan pasien yang diterapi
klorheksidin.
22. A. Apakah hasil dari penelitian ini valid?
1. Apakah studi ini membahas fokus
masalah yang jelas ?
a) Populasi yang diteliti
b) Intervensi yang diberikan
c) Kelompok pembanding
Yes ( √ ) Can’t tell ( ) No ( )
a)Populasi adalah pasien dewasa dengan keratitis microbial
akut di Rumah Sakit Mata Sagarmatha Choudhary, Lahan,
Nepal selama 17 bulan. Sebanyak 354 pasien yang ikutserta
dalam penelitian.
b)Intervensi yang diberikan yaitu diberikan Klorheksidin 0.2%
topical atau Natamycin 5% topical.
c)Pasien dibagi kedalam 2 kelompok yang diteliti yaitu yang
diberikan Klorheksidin 0.2% topical dan Natamycin 5%
topical..
2. Apakah dilakukan randomisasi?
Yes (√) Can’t tell ( ) No ( )
Penelitian ini merupakan penelitian prospektif, single-
masked Randomized Controlled Trial.
23. A. Apakah hasil dari penelitian ini valid?
3. Apakah seluruh subyek yang ikut dalam penelitian
dihitung dalam kesimpulan akhir sesuai dengan alokasi
awalnya?
a) Apakah pemantauan lengkap?
b) Apakah pasien dianalisis dalam kelompok yang
diacak?
Yes (√) Can’t tell () No ( )
Pada bagian hasil dijelaskan bahwa seluruh subjek yang memenuhi kriteria inklusi
diperhitungkan. Penelitian ini melibatkan 354 pasien yang memenuhi kriteria inklusi
penelitian:
a)Semua subjek menerima follow up secara lengkap
b) Setelah mendapat persetujuan dari seluruh pasien, sebanyak 354 pasien
dimasukkan ke dalam 2 kelompok secara acak dan diteliti selama 90 hari. Pada
penelitian terdapat 178 pasien termasuk pada kelompok pemberian klorheksidin
0/2% topical dan 176 pasien termasuk pada kelompok pemberian Natamicin 5%
topical.
Data dianalis menggunakan software Stata 16.
4. Apakah pasien, petugas kesehatan, tidak mengetahui
siapa yang menerima perlakuan dan siapa yang
menjadi kontrol (ketersamaran)?
a) Pasien?
b) Petugas kesehatan?
c) Peneliti?
Yes (√ ) Can’t tell ( ) No ( )
Penelitian ini merupakan ini merupakan penelitian prospektif Single-maskedas
randomized clinical trial.
Proses pengalokasian pasien tidak diketahui oleh:
a)Pasien
24. 5. Apakah kelompok subyek
sebanding pada awal
percobaan?
Yes (√) Can’t tell () No ()
Semua pasien dinilai secara sebanding pada awal percobaan. Seluruh
informasi dari tiap pasien seperti usia, jenis kelamin, literasi, status,
pekerjaan, Riwayat trauma, Best Spectacle Corrected Visual Acuity (BSCVA),
contrast sensitivity, ukuran infiltrate, kedalaman ulkus, hipopion dan
tingginya, waktu dari gejala sampai kunjungan, waktu dari trauma sampai
kunjungan, Riwayat penyakit sebelumnya dicatat. Kemudian pasien dibagi
menjadi 2 kelompok (klorheksidin dan natamycin), dilakukan follow up pada
hari ke 2, 7, 14, 21, 60, dan 90.
6. Selain intervensi eksperimental,
apakah kelompok diperlakukan
sama?
Yes (√) Can’t tell () No ()
Semua pasien dinilai secara sebanding pada awal percobaan. Pemeriksaan
Best Spectacle Corrected Visual Acuity (BSCVA), contrast sensitivity, ukuran
infiltrate, kedalaman ulkus, hipopion dan tingginya. BSCVA diperiksa pada
awal dan hari ke-90, ukuran infiltrate pada hari 7,21, dan 90, tinggi hipopion
pada hari ke 7 dan 21, perforasi dan komplikasi mata pada hari 90.
25. B. Apa hasil penelitian?
7. Seberapa besar efek
pengobatannya?
Hasil apa yang
diukur?
Yes (√ ) Can’t tell ( ) No ( )
3 bulan setelah terapi, diukur BSCVA, ukuran infiltrate/skar, waktu
reepitelialisasi, kedalaman ulkus, tinggi hipopion.
kelompok natamycin lebih baik daripada klorheksidin. Pada kelompok
klorheksidin lebih banyak yang berlanjut menjadi perforasi.
8.Seberapa tepat
perkiraan efek
pengobatan?
Yes (√ ) Can’t tell ( ) No ( )
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa klorheksidin dan natamycin efektif
dalam kasus ringan, dengan bukti hasil yang baik pada seluruh partisipan
dengan visus baik dan ukuran infiltrate sangat kecil. Perbedaan tampak pada
pasien dengan gejala berat, terapi dengan Natamicin secara signifikan lebih
baik untuk BSCVA, dengan efek samping lebih sedikit dibandingkan pada
kelompok terapi klorheksidin.
26. C. Apakah hasilnya akan membantu secara lokal?
9. Apakah hasilnya dapat diterapkan
pada penduduk lokal? Apakah menurut
Anda pasien yang dicakup oleh uji
coba ini cukup mirip dengan populasi
Anda?
Yes (√ ) Can’t tell ( ) No ( )
Hasil dari penelitian ini dapat diterapkan pada populasi lokal, karena
pasien lokal dapat memenuhi kriteria pada penelitian ini, baik kriteria
inklusi maupun eksklusi dengan relevansi yang baik di negara
berkembang.
10.Apakah semua hasil klinis
penting dipertimbangkan? Jika
tidak, apakah ini mempengaruhi
keputusan?
Yes (√ ) No ( )
Penting untuk mempertimbangkan semua hasil klinis karena
berkaitan satu sama lain dan dapat menunjang signifikansi
penelitian
11. Apakah manfaatnya sebanding
dengan kerugian dan biayanya?
Ini mungkin tidak dibahas
dalam studi. Tapi apa yang
Anda pikirkan?
Yes (√ ) No ( )
Sponsor atau pembiayaan penelitian ini tidak ikut berperan
dalam desain penelitian, data, analisis, interpretasi, dan
penulisan penelitian ini.
KESIMPULAN: Jurnal ini valid, penting, dapat diterapkan
27. Judul:
Jelas dan menggambarkan isi utama penelitian
Pengarang dan Institusi:
Nama sudah tertulis dengan jelas. Nama institusi asal penulis pada
jurnal sudah disbutkan dengan jelas
Abstrak:
Mencakup tujuan, metode, hasil dan kesimpulan secara singkat, padat
dan jelas
Pendahuluan:
Terdiri dari tiga paragraf yang berisi latar belakang masalah dilengkapi
data-data yang mendukung besarnya masalah serta alasan peneliti
tertarik melakukan penelitian tersebut.
28. Metode:
Desain Penelitian: Penelitian prospektif single masked randomized clinical trial
Tempat Penelitian: Rumah sakit Mata Sagarmatha Choudhary, Lahan, Nepal.
Waktu Pengumpulan Data: 3 Juni 2019 – 9 November 2020.
Sampel Peneletian:
Terdiri dari 354 yang dibagi menjadi 178 pasien diterapi dengan klorheksidin dan 176
pasien diterapi dengan natamycin.
Hasil:
Hasil utama penelitian ditampilkan dalam tabel dan grafik dan dijelaskan dalam
bentuk narasi dengan singkat dan jelas, yang berupa perbandingan antara kelompok
yang diteliti (klorheksidin dan natamycin)
29. Diskusi:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa klorheksidin dan natamycin efektif
dalam kasus ringan, dengan bukti hasil yang baik pada seluruh partisipan
dengan visus baik dan ukuran infiltrate sangat kecil. Perbedaan tampak
pada pasien dengan gejala berat, terapi dengan Natamicin secara
signifikan lebih baik untuk BSCVA, dengan efek samping lebih sedikit
dibandingkan pada kelompok terapi klorheksidin. Natamicin masih tetap
menjadi pilihan terapi lini pertama pada keratitis fungal.
Daftar Pustaka:
Penulisan dilakukan dengan cermat sesuai dengan metode Vancouver.
Editor's Notes
Stage 1 : pasien dengan suspek microbial keratitis --.