SlideShare a Scribd company logo
Askep Pada Klien Dengan
Gangguan Pada Hidung
(Karsinoma nasofaring)
Kelompok 11
Nova yuninda. G
Nely eviana
Debri krisnanda
Definisi
Karsinoma nasofaring
merupakan tumor ganas
yang tumbuh di daerah
nasofaring, di rongga
belakang hidung dan
belakang langit-langit
rongga mulut.
Etiologi
• Kerentanan Genetik
Gen HLA (human leukocyte
antigen) dan gen pengode enzim
sitokrom p4502E (CYP2E1) memiliki
kerentanan terhadap
karsinoma nasofaring
• Faktor Lingkungan
- Hidrokarbon aromatik (debu asap).
- Golongan nitrosamin (pengawet ikan
asin).
• Virus Eipstein-Barr
(virus herpes)
Konsumsi ikan asin yang berlebih serta pemaparan zat-
zat karsinogen dapat mengaktifkan Virus Epstein Barr (
EBV). Ini akan menyebabkan terjadinya stimulasi
pembelahan sel abnormal yang tidak terkontrol, sehingga
terjadi differensiasi dan proliferasi protein laten (EBNA-1).
Hal inilah yang memicu pertumbuhan sel kanker pada
nasofaring.
Manifestasi Klinis
• Gejala nasofaring
Epiktasis (mimisan),
Hidung tersumbat.
• Gangguan telinga
Tinitus dan pendengaran
menurun.
• Gangguan mata dan syaraf
Sefalgia (nyeri kepala),
Rudapaksa (trauma) saraf
kranial.
TUMOR SIZE (T)
T0 Tidak tampak tumor
T1 Tumor terbatas pada satu lokasi saja
T2 Tumor dterdapat pada dua lokalisasi atau lebih
tetapi masih terbatas pada rongga nasofaring
T3 Tumor telah keluar dari rongga nasofaring
T4 Tumor teah keluar dari nasofaring dan telah
kmerusak tulang tengkorak atau saraf-saraf otak
PENENTUAN STADIUM
REGIONAL LIMFE NODES (N)
N0 Tidak ada pembesaran
N1 Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih bisa
digerakkan
N2 Terdapat pembesaran kontralateral/ bilateral dan masih dapat
digerakkan
N3 Terdapat pembesaran, baik homolateral, kontralateral
maupun bilateral yang sudah melekat pada jaringan sekitar
METASTASE JAUH (M)
M0 Tidak ada metastase jauh
M1 Metastase jauh
Stadium I (T1,No, dan Mo).
Sel kanker menyebar di bagian nasopharing
Stadium II (T2, No, dan Mo).
Sel kanker sudah menyebar pada lebih dari nasopharing ke rongga hidung.
Atau dapat pula sudah menyebar di kelenjar getah bening pada salah satu
sisi leher.
Stadium III (T1/T2/T3, N1, dan Mo)
Kanker sudah menyerang pada kelenjar getah bening di semua sisi leher
Stadium IV (T1/T2/T3/T4, No/N1/N3/N4, dan M1)
kanker sudah menyebar di saraf dan tulang sekitar wajah.
Penatalaksanaan medis
• Radioterapi
• Kemoterapi
• Pengobatan tambahan yang berupa
Diseksi leher
Pemberian tetrasiklin (obat antimikroba yang
menghambat sistesis protein mikroba)
Pengkajian
a. Data Biografi
Nama :
Tanggal Masuk :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Alamat :
Pekerjaan :
No. NR :
Penanggung Jawab :
b. Riwayat Kesehatan
• Keluhan utama
• Riwayat kesehatan
saat ini
• Riwayat kesehatan
lalu
• Riwayat kesehatan
keluarga
c. Pemeriksaan fisik
d. Pemeriksaan
penunjang
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Nyeri b/d metastase sel kanker.
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia.
• Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan sekunder
imunosupresi.
Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
Nyeri Setelah dilakukan
tindakan keperawatan,
nyeri yang dirasakan
pasien berkurang atau
hilang, dengan kriteria
hasil:
· Pasien mampu
mengontrol nyeri (tahu
penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri)
· Pasien melaporkan
bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan
manajemen nyeri
· TTV normal
· Skala nyeri berkurang
dengan skala 0-2 dari
rentang 0-10.
1. Kaji nyeri (skala,
lokasi, durasi,
frekuensi, kualitas
dan faktor
presipitasi).
2. Berikan tindakan
kenyamanan dasar
(reposisi).
3. Ajarkan teknik
relaksasi (nafas
dalam).
4. Ajarkan teknik
distraksi (TV,
majalah, koran).
5. Berikan kompres
hangat pada lokasi
nyeri.
6. Kolaborasi dalam
pemberian
analgesik sesuai
indikasi misalnya
Ibuprofen,
paracetamol, dll)
1. Informasi memberikan data
dasar untuk mengevaluasi
kebutuhan/keefektivan
intervensi.
2. Meningkatkan relaksasi dan
membantu memfokuskan
kembali perhatian.
3. Membantu pasien
mengurangi rasa nyeri yang
dialami.
4. Membantu pasien dalam
mengalihkan perhatian dari
nyeri.
5. Membantu menurunkan
nyeri pada lokasi yang di
rasakan.
6. Nyeri adalah komplikasi
sering dari kanker,
meskipun respon individual
berbeda. Saat perubahan
penyakit atau pengobatan
terjadi, penilaian dosis dan
pemberian akan diperlukan.
1. Mengkaji nyeri
(skala, lokasi,
durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor
presipitasi).
2. Memberikan
tindakan reposisi
3. Mengajarkan
teknik relaksasi
nafas dalam.
4. Mengajarkan
teknik distraksi
berupa pemberian
TV,majalah, koran.
5. Memberikan
kompres hangat
pada lokasi nyeri.
6. Memberikan obat
analgesik sesuai
indikasi misalnya
Ibuprofen,
paracetamol, dll)
S: pasien mengatakan
“nyeri berkurang”.
O: TTV normal, Skala
nyeri berkurang
A: Masalah teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi
2, 5, dan 6.
Diagnosa Tujuan dan
kriteria hasil
Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
Ketidak
seimbangan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam,
nutrisi kurang
teratasi dengan
kriteria hasil:
• Tidak ada tanda-
tanda
hiperglikemia/
hipoglikemia.
• Berat badan dan
tinggi badan ideal.
1. Kaji status
nutrisi dan
kebiasaan
makan.
2. Timbang berat
badan setiap
seminggu sekali.
3. Sajikan
makanan pada
pasien selagi
hangat.
4. Identifikasi
perubahan pola
makan.
5. Kolaborasi
dengan ahli gizi
dalam
pemberian diet
makanan lunak
pada pasien.
1. Untuk mengetahui
tentang keadaan dan
kebutuhan nutrisi pasien
sehingga dapat diberikan
tindakan dan pengaturan
diet yang adekuat.
2. Mengetahui
perkembangan berat
badan pasien (berat badan
merupakan salah satu
indikasi untuk menentukan
diet).
3. Meningkatkan selera
makan pasien.
4. Mengetahui apakah
pasien telah melaksanakan
program diet yang
ditetapkan.
5. Pemberian diet yang
sesuai dapat mencegah
komplikasi terjadinya
hipoglikemia/
hiperglikemia
1. Mengkaji status
nutrisi dan kebiasaan
makan.
2. Menimbang berat
badan pasien setiap
seminggu sekali.
3. Menyajikan makanan
pada pasien selagi
hangat.
4. Mengidentifikasi
perubahan pola
makan pasien.
5. Memberikan terapi
diet makanan lunak
pada pasien.
S: pasien
mengatakan
“mual dan
muntah
berkurang”.
O: BB pasien ideal
A: masalah teratasi
sebagian
P: lanjutkan
intervensi 2, 3,
dan 5.
Diagnosa Tujuan dan
kriteria hasil
Intervensi Implementasi Evaluasi
Resiko
infeksi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam, pasien tidak mengalami
infeksi dengan kriteria hasil:
• Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi.
• Menunjukkan kemampuan
untuk mencegah timbulnya
infeksi.
• Suhu tubuh pasien dalam
batas normal (36,5 - 37,5˚C).
1. Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal.
2. Kaji suhu badan pada
pasien setiap 4 jam.
3. Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.
4. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas.
5. Anjurkan pasien agar
banyak istirahat
6. Ajarkan pasien dan
keluarga tentang tanda
dan gejala infeksi.
1. Memonitor tanda dan
gejala infeksi sistemik dan
lokasi.
2. Mengkaji suhu badan
pasien setiap 4 jam.
3. Mencuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.
4. Menginpeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas.
5. Menganjurkan pasien
agar banyak beristirahat.
6. Mengajarkan pasien dan
keluarga tentang tanda
dan gejala infeksi.
S: Pasien
mengatakan
“tidak ada tanda
dan gejala
infeksi”.
O: Suhu tubuh
pasien normal
(36,5-37,5˚C).
A: Masalah teratasi
sebagian.
P: Lanjutkan
intervensi
1,2,3,4, dan 5.
TERIMA
KASIH

More Related Content

What's hot

Cbd abses peritonsiler
Cbd  abses peritonsilerCbd  abses peritonsiler
Cbd abses peritonsiler
astritkasandra
 
Rupture uteri
Rupture uteriRupture uteri
Rupture uteri
Rahayu Pratiwi
 
Fimosis
FimosisFimosis
Fimosis
Meri Fitri
 
MENINGOKEL DAN ENSEPHALOKELKelompok 9
MENINGOKEL DAN ENSEPHALOKELKelompok 9MENINGOKEL DAN ENSEPHALOKELKelompok 9
MENINGOKEL DAN ENSEPHALOKELKelompok 9
sri wahyuni
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
Kharima SD
 
Plasenta Previa
Plasenta PreviaPlasenta Previa
Plasenta Previa
Phil Adit R
 
Preeklampsia
PreeklampsiaPreeklampsia
Preeklampsia
iinintansari99
 
222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahit
222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahit222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahit
222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahit
Dafid Rozi
 
11c perdarahan pascapersalinan
11c perdarahan pascapersalinan11c perdarahan pascapersalinan
11c perdarahan pascapersalinanJoni Iswanto
 
Abortus
AbortusAbortus
Abortus
Dokter Tekno
 
Skdi tahun-2012
Skdi tahun-2012Skdi tahun-2012
Skdi tahun-2012
Linda Wijayanti
 
USG dasar dalam kehamilan
USG dasar dalam kehamilanUSG dasar dalam kehamilan
USG dasar dalam kehamilan
Hendrik Sutopo
 
Rumus Johnson Toshack Converted
Rumus Johnson Toshack ConvertedRumus Johnson Toshack Converted
Rumus Johnson Toshack Converted
dr. Bobby Ahmad
 
Anatomi hidung
Anatomi hidungAnatomi hidung
Anatomi hidung
fikri asyura
 
Keracunan jengkol pada anak
Keracunan jengkol pada anakKeracunan jengkol pada anak
Keracunan jengkol pada anak
Shabrina Shabrina
 
Hepatitis B dalam kehamilan
Hepatitis B dalam kehamilan   Hepatitis B dalam kehamilan
Hepatitis B dalam kehamilan
Muhammad Ilham Aldika Akbar
 

What's hot (20)

Cbd abses peritonsiler
Cbd  abses peritonsilerCbd  abses peritonsiler
Cbd abses peritonsiler
 
Gawat janin
Gawat janinGawat janin
Gawat janin
 
Rupture uteri
Rupture uteriRupture uteri
Rupture uteri
 
Fimosis
FimosisFimosis
Fimosis
 
5 perdarahan antepartum
5 perdarahan antepartum5 perdarahan antepartum
5 perdarahan antepartum
 
MENINGOKEL DAN ENSEPHALOKELKelompok 9
MENINGOKEL DAN ENSEPHALOKELKelompok 9MENINGOKEL DAN ENSEPHALOKELKelompok 9
MENINGOKEL DAN ENSEPHALOKELKelompok 9
 
Solusio placenta
Solusio placentaSolusio placenta
Solusio placenta
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
 
Plasenta Previa
Plasenta PreviaPlasenta Previa
Plasenta Previa
 
Preeklampsia
PreeklampsiaPreeklampsia
Preeklampsia
 
222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahit
222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahit222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahit
222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahit
 
11c perdarahan pascapersalinan
11c perdarahan pascapersalinan11c perdarahan pascapersalinan
11c perdarahan pascapersalinan
 
Abortus
AbortusAbortus
Abortus
 
Skdi tahun-2012
Skdi tahun-2012Skdi tahun-2012
Skdi tahun-2012
 
USG dasar dalam kehamilan
USG dasar dalam kehamilanUSG dasar dalam kehamilan
USG dasar dalam kehamilan
 
Rumus Johnson Toshack Converted
Rumus Johnson Toshack ConvertedRumus Johnson Toshack Converted
Rumus Johnson Toshack Converted
 
Anatomi hidung
Anatomi hidungAnatomi hidung
Anatomi hidung
 
Keracunan jengkol pada anak
Keracunan jengkol pada anakKeracunan jengkol pada anak
Keracunan jengkol pada anak
 
06 partograf
06 partograf06 partograf
06 partograf
 
Hepatitis B dalam kehamilan
Hepatitis B dalam kehamilan   Hepatitis B dalam kehamilan
Hepatitis B dalam kehamilan
 

Similar to ASKEP Ca nasofaring-fix

Kanker-Payudarleher-penyuluhanRahim.pptx
Kanker-Payudarleher-penyuluhanRahim.pptxKanker-Payudarleher-penyuluhanRahim.pptx
Kanker-Payudarleher-penyuluhanRahim.pptx
ZullaiqahNurhali2
 
Terapki Kanker Payudara | www.terapikankerindonesia.com
Terapki Kanker Payudara | www.terapikankerindonesia.comTerapki Kanker Payudara | www.terapikankerindonesia.com
Terapki Kanker Payudara | www.terapikankerindonesia.com
Tahitian Noni Indonesia | PT.Morinda Independen
 
ASKEP KANKER new.pdf
ASKEP KANKER new.pdfASKEP KANKER new.pdf
ASKEP KANKER new.pdf
BayuIlhamRelinKh
 
Asuhan keperawatan pada ca servik
Asuhan keperawatan pada ca servikAsuhan keperawatan pada ca servik
Asuhan keperawatan pada ca servikMarles Okta
 
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ganggu System Pencernaan Akibat Keganasan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ganggu System Pencernaan Akibat Keganasan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ganggu System Pencernaan Akibat Keganasan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ganggu System Pencernaan Akibat Keganasan
pjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ganggu System Pencernaan Akibat Keganasan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ganggu System Pencernaan Akibat Keganasan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ganggu System Pencernaan Akibat Keganasan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ganggu System Pencernaan Akibat Keganasan
pjj_kemenkes
 
Askep cista ovarium
Askep cista ovariumAskep cista ovarium
Askep cista ovarium
aminoyeng
 
96-167-1-SM.pdf
96-167-1-SM.pdf96-167-1-SM.pdf
96-167-1-SM.pdf
TomiSuranta
 
Case report dr hilya jaehee
Case report dr hilya jaeheeCase report dr hilya jaehee
Case report dr hilya jaehee
Hilya Hilya
 
Askep thalasemia
Askep thalasemiaAskep thalasemia
Askep thalasemia
May Dwi Yuri Santoso
 
Asuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_dengan_TB.pptx
Asuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_dengan_TB.pptxAsuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_dengan_TB.pptx
Asuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_dengan_TB.pptx
Thoriqfahranulsafiah
 
Laporan pendahuluan dispepsia
Laporan pendahuluan dispepsiaLaporan pendahuluan dispepsia
Laporan pendahuluan dispepsia
Is Muhar
 
pengantar epidemilogi
pengantar epidemilogipengantar epidemilogi
pengantar epidemilogi
Rai Syifa
 
Asuhan keperawatan neuromaakustik
Asuhan keperawatan neuromaakustikAsuhan keperawatan neuromaakustik
Asuhan keperawatan neuromaakustik
INDONESIAN CHRISTIAN UNIVERSITY MALUKU
 
Tuberkulosis Pkm Sempu.pptx
Tuberkulosis Pkm Sempu.pptxTuberkulosis Pkm Sempu.pptx
Tuberkulosis Pkm Sempu.pptx
EvanYoung38
 
Farmakoterapi_TBC.pptx
Farmakoterapi_TBC.pptxFarmakoterapi_TBC.pptx
Farmakoterapi_TBC.pptx
DALISAPARI2021
 

Similar to ASKEP Ca nasofaring-fix (20)

Kanker-Payudarleher-penyuluhanRahim.pptx
Kanker-Payudarleher-penyuluhanRahim.pptxKanker-Payudarleher-penyuluhanRahim.pptx
Kanker-Payudarleher-penyuluhanRahim.pptx
 
ASKEP ca hepar
ASKEP ca heparASKEP ca hepar
ASKEP ca hepar
 
Terapki Kanker Payudara | www.terapikankerindonesia.com
Terapki Kanker Payudara | www.terapikankerindonesia.comTerapki Kanker Payudara | www.terapikankerindonesia.com
Terapki Kanker Payudara | www.terapikankerindonesia.com
 
ASKEP KANKER new.pdf
ASKEP KANKER new.pdfASKEP KANKER new.pdf
ASKEP KANKER new.pdf
 
Asuhan keperawatan pada ca servik
Asuhan keperawatan pada ca servikAsuhan keperawatan pada ca servik
Asuhan keperawatan pada ca servik
 
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ganggu System Pencernaan Akibat Keganasan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ganggu System Pencernaan Akibat Keganasan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ganggu System Pencernaan Akibat Keganasan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ganggu System Pencernaan Akibat Keganasan
 
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ganggu System Pencernaan Akibat Keganasan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ganggu System Pencernaan Akibat Keganasan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ganggu System Pencernaan Akibat Keganasan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ganggu System Pencernaan Akibat Keganasan
 
Askep cista ovarium
Askep cista ovariumAskep cista ovarium
Askep cista ovarium
 
Case kecamatan
Case kecamatanCase kecamatan
Case kecamatan
 
Asuhan keperawatan klien dengan tb paru
Asuhan keperawatan klien dengan  tb paruAsuhan keperawatan klien dengan  tb paru
Asuhan keperawatan klien dengan tb paru
 
96-167-1-SM.pdf
96-167-1-SM.pdf96-167-1-SM.pdf
96-167-1-SM.pdf
 
Case report dr hilya jaehee
Case report dr hilya jaeheeCase report dr hilya jaehee
Case report dr hilya jaehee
 
Askep thalasemia
Askep thalasemiaAskep thalasemia
Askep thalasemia
 
Asuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_dengan_TB.pptx
Asuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_dengan_TB.pptxAsuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_dengan_TB.pptx
Asuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_dengan_TB.pptx
 
Laporan pendahuluan dispepsia
Laporan pendahuluan dispepsiaLaporan pendahuluan dispepsia
Laporan pendahuluan dispepsia
 
pengantar epidemilogi
pengantar epidemilogipengantar epidemilogi
pengantar epidemilogi
 
Asuhan keperawatan neuromaakustik
Asuhan keperawatan neuromaakustikAsuhan keperawatan neuromaakustik
Asuhan keperawatan neuromaakustik
 
Tuberkulosis Pkm Sempu.pptx
Tuberkulosis Pkm Sempu.pptxTuberkulosis Pkm Sempu.pptx
Tuberkulosis Pkm Sempu.pptx
 
ANC Berkualitas
ANC BerkualitasANC Berkualitas
ANC Berkualitas
 
Farmakoterapi_TBC.pptx
Farmakoterapi_TBC.pptxFarmakoterapi_TBC.pptx
Farmakoterapi_TBC.pptx
 

Recently uploaded

04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
zirmajulianda1
 
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOMCDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
LinaJuwairiyah1
 
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdfKonsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
roomahmentari
 
Kebutuhan khusus pada permasalahan psikologis.pptx
Kebutuhan khusus  pada permasalahan psikologis.pptxKebutuhan khusus  pada permasalahan psikologis.pptx
Kebutuhan khusus pada permasalahan psikologis.pptx
royalbalidigitalprin
 
342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
serdangahmad
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPIPERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
nirmalaamir3
 

Recently uploaded (7)

04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
 
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
 
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOMCDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
 
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdfKonsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
 
Kebutuhan khusus pada permasalahan psikologis.pptx
Kebutuhan khusus  pada permasalahan psikologis.pptxKebutuhan khusus  pada permasalahan psikologis.pptx
Kebutuhan khusus pada permasalahan psikologis.pptx
 
342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPIPERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
 

ASKEP Ca nasofaring-fix

  • 1. Askep Pada Klien Dengan Gangguan Pada Hidung (Karsinoma nasofaring) Kelompok 11 Nova yuninda. G Nely eviana Debri krisnanda
  • 2. Definisi Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring, di rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut.
  • 3. Etiologi • Kerentanan Genetik Gen HLA (human leukocyte antigen) dan gen pengode enzim sitokrom p4502E (CYP2E1) memiliki kerentanan terhadap karsinoma nasofaring • Faktor Lingkungan - Hidrokarbon aromatik (debu asap). - Golongan nitrosamin (pengawet ikan asin). • Virus Eipstein-Barr (virus herpes)
  • 4. Konsumsi ikan asin yang berlebih serta pemaparan zat- zat karsinogen dapat mengaktifkan Virus Epstein Barr ( EBV). Ini akan menyebabkan terjadinya stimulasi pembelahan sel abnormal yang tidak terkontrol, sehingga terjadi differensiasi dan proliferasi protein laten (EBNA-1). Hal inilah yang memicu pertumbuhan sel kanker pada nasofaring.
  • 5. Manifestasi Klinis • Gejala nasofaring Epiktasis (mimisan), Hidung tersumbat. • Gangguan telinga Tinitus dan pendengaran menurun. • Gangguan mata dan syaraf Sefalgia (nyeri kepala), Rudapaksa (trauma) saraf kranial.
  • 6. TUMOR SIZE (T) T0 Tidak tampak tumor T1 Tumor terbatas pada satu lokasi saja T2 Tumor dterdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas pada rongga nasofaring T3 Tumor telah keluar dari rongga nasofaring T4 Tumor teah keluar dari nasofaring dan telah kmerusak tulang tengkorak atau saraf-saraf otak PENENTUAN STADIUM REGIONAL LIMFE NODES (N) N0 Tidak ada pembesaran N1 Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih bisa digerakkan N2 Terdapat pembesaran kontralateral/ bilateral dan masih dapat digerakkan N3 Terdapat pembesaran, baik homolateral, kontralateral maupun bilateral yang sudah melekat pada jaringan sekitar METASTASE JAUH (M) M0 Tidak ada metastase jauh M1 Metastase jauh
  • 7. Stadium I (T1,No, dan Mo). Sel kanker menyebar di bagian nasopharing Stadium II (T2, No, dan Mo). Sel kanker sudah menyebar pada lebih dari nasopharing ke rongga hidung. Atau dapat pula sudah menyebar di kelenjar getah bening pada salah satu sisi leher. Stadium III (T1/T2/T3, N1, dan Mo) Kanker sudah menyerang pada kelenjar getah bening di semua sisi leher Stadium IV (T1/T2/T3/T4, No/N1/N3/N4, dan M1) kanker sudah menyebar di saraf dan tulang sekitar wajah.
  • 8. Penatalaksanaan medis • Radioterapi • Kemoterapi • Pengobatan tambahan yang berupa Diseksi leher Pemberian tetrasiklin (obat antimikroba yang menghambat sistesis protein mikroba)
  • 9. Pengkajian a. Data Biografi Nama : Tanggal Masuk : Umur : Jenis Kelamin : Agama : Alamat : Pekerjaan : No. NR : Penanggung Jawab : b. Riwayat Kesehatan • Keluhan utama • Riwayat kesehatan saat ini • Riwayat kesehatan lalu • Riwayat kesehatan keluarga c. Pemeriksaan fisik d. Pemeriksaan penunjang
  • 10. DIAGNOSA KEPERAWATAN • Nyeri b/d metastase sel kanker. • Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia. • Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan sekunder imunosupresi.
  • 11. Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi Nyeri Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nyeri yang dirasakan pasien berkurang atau hilang, dengan kriteria hasil: · Pasien mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri) · Pasien melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri · TTV normal · Skala nyeri berkurang dengan skala 0-2 dari rentang 0-10. 1. Kaji nyeri (skala, lokasi, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi). 2. Berikan tindakan kenyamanan dasar (reposisi). 3. Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam). 4. Ajarkan teknik distraksi (TV, majalah, koran). 5. Berikan kompres hangat pada lokasi nyeri. 6. Kolaborasi dalam pemberian analgesik sesuai indikasi misalnya Ibuprofen, paracetamol, dll) 1. Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektivan intervensi. 2. Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian. 3. Membantu pasien mengurangi rasa nyeri yang dialami. 4. Membantu pasien dalam mengalihkan perhatian dari nyeri. 5. Membantu menurunkan nyeri pada lokasi yang di rasakan. 6. Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker, meskipun respon individual berbeda. Saat perubahan penyakit atau pengobatan terjadi, penilaian dosis dan pemberian akan diperlukan. 1. Mengkaji nyeri (skala, lokasi, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi). 2. Memberikan tindakan reposisi 3. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam. 4. Mengajarkan teknik distraksi berupa pemberian TV,majalah, koran. 5. Memberikan kompres hangat pada lokasi nyeri. 6. Memberikan obat analgesik sesuai indikasi misalnya Ibuprofen, paracetamol, dll) S: pasien mengatakan “nyeri berkurang”. O: TTV normal, Skala nyeri berkurang A: Masalah teratasi sebagian P: lanjutkan intervensi 2, 5, dan 6.
  • 12. Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nutrisi kurang teratasi dengan kriteria hasil: • Tidak ada tanda- tanda hiperglikemia/ hipoglikemia. • Berat badan dan tinggi badan ideal. 1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan. 2. Timbang berat badan setiap seminggu sekali. 3. Sajikan makanan pada pasien selagi hangat. 4. Identifikasi perubahan pola makan. 5. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet makanan lunak pada pasien. 1. Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat. 2. Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet). 3. Meningkatkan selera makan pasien. 4. Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan. 5. Pemberian diet yang sesuai dapat mencegah komplikasi terjadinya hipoglikemia/ hiperglikemia 1. Mengkaji status nutrisi dan kebiasaan makan. 2. Menimbang berat badan pasien setiap seminggu sekali. 3. Menyajikan makanan pada pasien selagi hangat. 4. Mengidentifikasi perubahan pola makan pasien. 5. Memberikan terapi diet makanan lunak pada pasien. S: pasien mengatakan “mual dan muntah berkurang”. O: BB pasien ideal A: masalah teratasi sebagian P: lanjutkan intervensi 2, 3, dan 5.
  • 13. Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Implementasi Evaluasi Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil: • Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi. • Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi. • Suhu tubuh pasien dalam batas normal (36,5 - 37,5˚C). 1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal. 2. Kaji suhu badan pada pasien setiap 4 jam. 3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan. 4. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas. 5. Anjurkan pasien agar banyak istirahat 6. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi. 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokasi. 2. Mengkaji suhu badan pasien setiap 4 jam. 3. Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan. 4. Menginpeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas. 5. Menganjurkan pasien agar banyak beristirahat. 6. Mengajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi. S: Pasien mengatakan “tidak ada tanda dan gejala infeksi”. O: Suhu tubuh pasien normal (36,5-37,5˚C). A: Masalah teratasi sebagian. P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4, dan 5.