Age-related macular degeneration (AMD) adalah gangguan degeneratif pada makula yang disebabkan oleh interaksi antara proses penuaan, genetik, dan lingkungan. AMD dibagi menjadi dry AMD dan wet AMD, dan didiagnosis berdasarkan pemeriksaan mata serta imaging. Terapi untuk AMD meliputi gaya hidup sehat, obat anti-VEGF, laser photodynamic therapy, transplantasi sel RPE, serta terapi gen dan stem cell.
Multiple sclerosis adalah penyakit autoimun dimana sistem kekebalan tubuh menyerang lapisan pelindung saraf (myelin), menyebabkan gangguan fungsi saraf. Gejalanya bervariasi dan dapat meliputi gangguan penglihatan, kelemahan otot, dan gangguan kognitif. Diagnosa didasarkan pada temuan klinis dan tes seperti MRI. Pengobatannya fokus pada interferon untuk memoderasi sistem kekebalan.
Dokumen tersebut membahas beberapa topik penyakit genetik seperti neurofibromatosis, polip kolon, retinoblastoma, tumor Wilms, xeroderma pigmentosum dan leukemia mieloid akut. Disebutkan pula gejala, diagnosis, faktor risiko dan pengobatan untuk setiap penyakit.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang penyakit retinoblastoma pada anak, termasuk definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, klasifikasi stadium, dan penatalaksanaan retinoblastoma.
2. Asuhan keperawatan yang tepat untuk pasien retinoblastoma juga dibahas, seperti observasi gejala, manajemen komplikasi, dan edukasi kepada pasien dan keluarga.
3. Tu
Retinoblastoma adalah kanker mata pada anak yang dapat menyebabkan kebutaan dan kematian. Dokumen ini membahas tentang definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, klasifikasi stadium, dan penatalaksanaan retinoblastoma termasuk pembedahan, radioterapi, kryoterapi, dan kemoterapi. Tujuannya adalah memberikan pemahaman mengenai penyakit dan asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien retinoblastoma.
1. Sindrom Stevens-Johnson dan nekrolisis epidermal toksik adalah penyakit kulit darurat yang ditandai dengan lesi kulit dan mukosa.
2. Sindrom Stevens-Johnson lebih ringan dari nekrolisis epidermal toksik, dengan angka kematian 5-15%. Nekrolisis epidermal toksik memiliki angka kematian lebih tinggi dan sering menyebabkan kematian.
3. Pengobatan harus cepat dan tepat dengan kortikosteroid, antibiotika, dan
semoga membantu teman teman sekalian dalam memahami katarak senilis imatur.. sangat terbuka untuk kritik dan saran karena saya hanyalah manusia biasa tempatnya salah :) semangat semua, keep healty, semoga teman teman semua selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin
Retinitis pigmentosa (RP) adalah jenis kebutaan yang disebabkan oleh kelainan sel-sel fotoreseptor. Diagnosis RP ditegakan berdasarkan riwayat keluarga, pemeriksaan fundus mata, dan elektroretinogram. Sayangnya, belum ada pengobatan yang efektif untuk RP.
Multiple sclerosis adalah penyakit autoimun dimana sistem kekebalan tubuh menyerang lapisan pelindung saraf (myelin), menyebabkan gangguan fungsi saraf. Gejalanya bervariasi dan dapat meliputi gangguan penglihatan, kelemahan otot, dan gangguan kognitif. Diagnosa didasarkan pada temuan klinis dan tes seperti MRI. Pengobatannya fokus pada interferon untuk memoderasi sistem kekebalan.
Dokumen tersebut membahas beberapa topik penyakit genetik seperti neurofibromatosis, polip kolon, retinoblastoma, tumor Wilms, xeroderma pigmentosum dan leukemia mieloid akut. Disebutkan pula gejala, diagnosis, faktor risiko dan pengobatan untuk setiap penyakit.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang penyakit retinoblastoma pada anak, termasuk definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, klasifikasi stadium, dan penatalaksanaan retinoblastoma.
2. Asuhan keperawatan yang tepat untuk pasien retinoblastoma juga dibahas, seperti observasi gejala, manajemen komplikasi, dan edukasi kepada pasien dan keluarga.
3. Tu
Retinoblastoma adalah kanker mata pada anak yang dapat menyebabkan kebutaan dan kematian. Dokumen ini membahas tentang definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, klasifikasi stadium, dan penatalaksanaan retinoblastoma termasuk pembedahan, radioterapi, kryoterapi, dan kemoterapi. Tujuannya adalah memberikan pemahaman mengenai penyakit dan asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien retinoblastoma.
1. Sindrom Stevens-Johnson dan nekrolisis epidermal toksik adalah penyakit kulit darurat yang ditandai dengan lesi kulit dan mukosa.
2. Sindrom Stevens-Johnson lebih ringan dari nekrolisis epidermal toksik, dengan angka kematian 5-15%. Nekrolisis epidermal toksik memiliki angka kematian lebih tinggi dan sering menyebabkan kematian.
3. Pengobatan harus cepat dan tepat dengan kortikosteroid, antibiotika, dan
semoga membantu teman teman sekalian dalam memahami katarak senilis imatur.. sangat terbuka untuk kritik dan saran karena saya hanyalah manusia biasa tempatnya salah :) semangat semua, keep healty, semoga teman teman semua selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin
Retinitis pigmentosa (RP) adalah jenis kebutaan yang disebabkan oleh kelainan sel-sel fotoreseptor. Diagnosis RP ditegakan berdasarkan riwayat keluarga, pemeriksaan fundus mata, dan elektroretinogram. Sayangnya, belum ada pengobatan yang efektif untuk RP.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai sindrom Down, yaitu kelainan genetik yang disebabkan oleh adanya tambahan kromosom 21. Sindrom Down dapat dikenali dari gejala fisik khas seperti kepala kecil, hidung datar, dan jari tangan pendek. Pemeriksaan kromosom dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa, namun sindrom Down tidak dapat dicegah karena disebabkan oleh faktor genetik. Penderita perlu mendap
MRI serebrum menunjukkan atrofi hemisfer otak kiri dengan pembesaran ventrikel lateral kiri dan edema perifokal, yang mendukung diagnosis Rasmussen ensefalitis. Terlihat pula pembesaran ventrikel lateral kiri yang mendesak hipofisis kiri.
Makalah ini membahas konsep medis dan keperawatan retinoblastoma, tumor ganas pada retina yang umumnya diderita anak-anak. Secara medis dijelaskan definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan, komplikasi, dan penatalaksanaan retinoblastoma. Sedangkan secara keperawatan dijelaskan pengkajian keperawatan, diagnosa, intervensi, dan evaluasi untuk perawatan anak dengan retinoblastoma."
Sindrom nefrotik adalah kondisi klinis yang ditandai dengan proteinuria berlebih, hipoalbuminemia, edema, dan hiperkolesterolemia. Jika tidak ditangani, akan menyebabkan penurunan laju filtrasi ginjal dan gagal ginjal. Secara etiologi dibedakan menjadi kongenital, primer, dan sekunder. Secara klinis dibagi berdasarkan respons terhadap steroid menjadi responsif, relaps jarang, relaps sering tergantung steroid, serta resisten
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan hingga kebutaan. Katarak dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan penyebabnya seperti kongenital, senile, juvenil, dan komplikata. Pengobatan utama katarak adalah melalui operasi bedah untuk mengeluarkan lensa keruh dan menggantikannya dengan lensa buatan.
Dokumen tersebut membahas beberapa jenis malformasi genetik yang dapat menyerang mata dan organ tubuh lainnya, seperti neurofibromatosis, von hippel-lindau disease, sturge-weber syndrome, wyburn-mason syndrome, ataxia telangiectasia, dan tuberous sclerosis. Dokumen ini juga menjelaskan gejala, ciri khas, diagnosis, dan penanganan dari masing-masing kondisi tersebut."
Sistemic lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit autoimun sistemik kronik yang ditandai dengan terbentuknya berbagai antibodi yang menimbulkan kerusakan organ melalui reaksi inflamasi. Gejala SLE sangat bervariasi mulai dari ringan hingga berat yang menyerang organ vital seperti ginjal, otak, dan paru. Diagnosis SLE mengacu pada kriteria ACR 1997 dengan keharusan memenuhi minimal 4 dari 11 kriteria klinis dan labor
Dokumen tersebut membahas tentang komplikasi diabetes melitus, khususnya retinopati diabetik dan nefropati diabetik. Retinopati diabetik adalah kerusakan pada retina yang dapat menyebabkan kebutaan, sedangkan nefropati diabetik adalah gangguan ginjal akibat diabetes yang ditandai dengan proteinuria. Kedua komplikasi ini disebabkan oleh hiperglikemia yang mengaktifkan berbagai jalur biokimia seperti jalur poliol dan glikasi protein.
Diabetes melitus (DM) atau kencing manis adalah penyakit yang dapat menyebabkan komplikasi serius pada mata seperti retinopati diabetik (RD). RD merupakan salah satu penyebab utama kebutaan pada usia produktif. Kontrol gula darah dan tekanan darah serta fungsi ginjal yang baik dapat mencegah progresi RD. Pengobatan laser dan operasi dapat mengobati RD secara efektif.
Diabetes melitus (DM) atau kencing manis adalah penyakit yang dapat menyebabkan komplikasi serius pada mata seperti retinopati diabetik (RD). RD merupakan salah satu penyebab utama kebutaan pada usia produktif. Kontrol gula darah dan tekanan darah serta fungsi ginjal yang baik dapat mencegah progresi RD. Pengobatan laser dan operasi dapat mengobati RD secara efektif.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai sindrom Down, yaitu kelainan genetik yang disebabkan oleh adanya tambahan kromosom 21. Sindrom Down dapat dikenali dari gejala fisik khas seperti kepala kecil, hidung datar, dan jari tangan pendek. Pemeriksaan kromosom dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa, namun sindrom Down tidak dapat dicegah karena disebabkan oleh faktor genetik. Penderita perlu mendap
MRI serebrum menunjukkan atrofi hemisfer otak kiri dengan pembesaran ventrikel lateral kiri dan edema perifokal, yang mendukung diagnosis Rasmussen ensefalitis. Terlihat pula pembesaran ventrikel lateral kiri yang mendesak hipofisis kiri.
Makalah ini membahas konsep medis dan keperawatan retinoblastoma, tumor ganas pada retina yang umumnya diderita anak-anak. Secara medis dijelaskan definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan, komplikasi, dan penatalaksanaan retinoblastoma. Sedangkan secara keperawatan dijelaskan pengkajian keperawatan, diagnosa, intervensi, dan evaluasi untuk perawatan anak dengan retinoblastoma."
Sindrom nefrotik adalah kondisi klinis yang ditandai dengan proteinuria berlebih, hipoalbuminemia, edema, dan hiperkolesterolemia. Jika tidak ditangani, akan menyebabkan penurunan laju filtrasi ginjal dan gagal ginjal. Secara etiologi dibedakan menjadi kongenital, primer, dan sekunder. Secara klinis dibagi berdasarkan respons terhadap steroid menjadi responsif, relaps jarang, relaps sering tergantung steroid, serta resisten
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan hingga kebutaan. Katarak dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan penyebabnya seperti kongenital, senile, juvenil, dan komplikata. Pengobatan utama katarak adalah melalui operasi bedah untuk mengeluarkan lensa keruh dan menggantikannya dengan lensa buatan.
Dokumen tersebut membahas beberapa jenis malformasi genetik yang dapat menyerang mata dan organ tubuh lainnya, seperti neurofibromatosis, von hippel-lindau disease, sturge-weber syndrome, wyburn-mason syndrome, ataxia telangiectasia, dan tuberous sclerosis. Dokumen ini juga menjelaskan gejala, ciri khas, diagnosis, dan penanganan dari masing-masing kondisi tersebut."
Sistemic lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit autoimun sistemik kronik yang ditandai dengan terbentuknya berbagai antibodi yang menimbulkan kerusakan organ melalui reaksi inflamasi. Gejala SLE sangat bervariasi mulai dari ringan hingga berat yang menyerang organ vital seperti ginjal, otak, dan paru. Diagnosis SLE mengacu pada kriteria ACR 1997 dengan keharusan memenuhi minimal 4 dari 11 kriteria klinis dan labor
Dokumen tersebut membahas tentang komplikasi diabetes melitus, khususnya retinopati diabetik dan nefropati diabetik. Retinopati diabetik adalah kerusakan pada retina yang dapat menyebabkan kebutaan, sedangkan nefropati diabetik adalah gangguan ginjal akibat diabetes yang ditandai dengan proteinuria. Kedua komplikasi ini disebabkan oleh hiperglikemia yang mengaktifkan berbagai jalur biokimia seperti jalur poliol dan glikasi protein.
Diabetes melitus (DM) atau kencing manis adalah penyakit yang dapat menyebabkan komplikasi serius pada mata seperti retinopati diabetik (RD). RD merupakan salah satu penyebab utama kebutaan pada usia produktif. Kontrol gula darah dan tekanan darah serta fungsi ginjal yang baik dapat mencegah progresi RD. Pengobatan laser dan operasi dapat mengobati RD secara efektif.
Diabetes melitus (DM) atau kencing manis adalah penyakit yang dapat menyebabkan komplikasi serius pada mata seperti retinopati diabetik (RD). RD merupakan salah satu penyebab utama kebutaan pada usia produktif. Kontrol gula darah dan tekanan darah serta fungsi ginjal yang baik dapat mencegah progresi RD. Pengobatan laser dan operasi dapat mengobati RD secara efektif.
Klorheksidin 0.2% topikal vs Natamisin 5% untuk Keratitis Fungal di Nepal.pptxArdeliaEmily2
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
- Penelitian ini memiliki desain yang baik dengan dilakukan secara randomisasi dan terkontrol dengan baik
- Semua subjek diikutsertakan dan dianalisis sesuai dengan alokasi awalnya
- Kelompok perlakuan sebanding pada awalnya dan menerima perlakuan yang sama selain intervensi
- Hasil yang diukur jelas dan menunjukkan efektivitas natamycin lebih baik d
Tugas Divisi IIM_AAO 8 chapter 1_Ardelia.pptxArdeliaEmily2
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Mata bagian luar dan kornea memiliki mekanisme pertahanan anatomis dan imunologis untuk melindungi mata dari infeksi.
2. Kornea terdiri dari 5 lapisan dan transparan karena organisasi jaringan di stroma kornea.
3. Lacrimal Functional Unit terdiri dari kelenjar air mata, permukaan mata, dan kelopak mata serta saraf yang berperan menjaga kesehatan film air mata dan perm
Studi ini membandingkan efektivitas dilatasi pupil menggunakan injeksi lidokain intracameral dan midriatik topikal pada pasien yang menjalani operasi katarak. Kedua metode memberikan hasil dilatasi pupil yang serupa tanpa perbedaan signifikan dalam ukuran pupil, durasi operasi, atau kebutuhan midriatik tambahan. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
1. Current Knowledge on Age-related
Macular Degeneration
Presentan : dr. Anugrah H. Masloman
Pembimbing : Dr. dr. Vera Sumual, Sp.M(K)
Moderator : dr. Dyana T. Watania, Sp.M(K)
2. PENDAHULUAN
Gangguan multifaktorial yang disebabkan oleh interaksi
kompleks antara proses penuaan, kerentanan genetik dan
faktor risiko lingkungan.
Age-related macular degeneration (AMD)
gangguan degeneratif pada makula, ditandai dengan
adanya drusen dan perubahan RPE.
3. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Age-related macular degeneration (AMD) :
● Gangguan degeneratif makula
● Usia > 50 tahun
● Penyebab tersering kebutaan di Amerika Serikat
● Ditandai dengan adanya drusen dan perubahan retinal
pigment epithelium (RPE)
5. • Kedua bentuk AMD memiliki keluhan
kehilangan pengelihatan sentral.
• Dry AMD asimptomatik, adanya drusen di
makula. Pada kasus yang lebih berat, drusen
lebih besar serta adanya geografi atrofi
pada lapisan RPE.
• Dry AMD menjadi wet AMD kehilangan
pengelihatan berat tiba-tiba atau adanya
distorsi visual onset baru (metamorfopsia).
6. Hard drusen:
• Ukuran < 63 μm
• Deposit kekuningan, berbatas tegas
Soft drusen:
• Ukuran > 63 μm
• Deposit kekuningan, batas tidak tegas,
sering menyatu
Drusen merupakan gambaran klinis khas dari AMD, terjadi akibat penuaan.
Deposit putih kekuningan dari material ekstrasel pada RPE dan zona kolagen dalam dari
membrane Bruch’s.
Tampak sebagai titik-titik berwarna putih hingga kuning, terkadang seperti kristal dan berkilauan.
8. • Early dan intermediate AMD adanya deposisi debris ekstrasel,
seperti drusen atau deposit linear basal dan deposit drusenoid
subretinal, disertai perubahan patologi pada RPE.
• Late AMD invasi neovaskularisasi makula ke retina luar, ruang sub-
RPE
9. Multifaktorial, interaksi kompleks antara penuaan,
genetik, lingkungan.
Drusen lipid, protein, dan mineral. Faktor risiko
intraokular terhadap hilangnya penglihatan terkait
AMD.
Siklus perkembangan drusen disertai dengan
perubahan patologi pada RPE, meliputi pelepasan
dari membran basal dan migrasi ke retina
neurosensorik.
Selain drusen, dapat ditemukan deposit drusenoid
subretinal (SDD) pada pasien dengan AMD.
ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
10.
11. Usia faktor risiko terkuat terjadinya AMD. Hilangnya
koriokapilaris adalah efek dari penuaan pada kompleks
retina-RPE-Bruch’s membran koroid.
ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
Proses penuaan melibatkan akumulasi stress oksidatif dan
peningkatan ekspresi protein atau lemak yang teroksidasi.
Peningkatan stress dan/atau adanya cedera terus menerus
kematian sel (senescence) sekresi sitokin dan
kemokin pro-inflamasi.
Adanya varian gen CFH dan ARMS2/HTRA1 kombinasi
dengan diet tidak sehat dan merokok diketahui dapat
menyebabkan early AMD.
12. DIAGNOSIS
Tanda-tanda perubahan fungsi
visual dini pada fase awal AMD
akan mempengaruhi aktivitas
pada kondisi cahaya redup.
Kesulitan melihat pada kondisi
perubahan cahaya atau cahaya
redup.
Distorsi visual, pandangan kabur
dan/atau defek lapang pandang
sentral.
13. DIAGNOSIS
Pemeriksaan objektif:
Best corrected visual acuity (BCVA) pada kontras tinggi dan pencahayaan terang.
Pemeriksaan fungsional yang menstimulasi kondisi pasien AMD early dan intermediate
pemeriksaan ketajaman penglihatan pada kondisi cahaya redup, sensitivitas kontras dan adaptasi
gelap.
Fundus-controlled perimetry (FCP) dapat memeriksa sensitiviras retina pada berbagai lokasi di
makula.
14. DIAGNOSIS
Pasien berusia > 55 tahun tanpa faktor risiko pemeriksaan mata komprehensif setiap 1 atau 2
tahun.
Pasien dengan gangguan awal atau dengan riwayat keluarga follow-up dengan durasi lebih
singkat.
Pemantauan mandiri dengan Amsler grid penting dilakukan untuk membantu mendeteksi
perkembangan penyakit.
15. DIAGNOSIS
Diagnosis utama didasarkan dari oftalmoskop atau
funduskopi.
Dapat menunjukkan perubahan patologis terkait AMD, seperti
drusen, perubahan pigmen RPE, dan atrofi RPE serta
gambaran klinis neovaskularisasi makula (MNV), perdarahan
dan fibrosis.
Mikroperimetri pemeriksaan fungsi visual non-invasif untuk
analisis fiksasi dan defek lapang pandang sentral.
Dibandingkan standard automated perimetry (SAP),
mikroperimetri memiliki keuntungan pencitraan yang real time
dan eye tracking.
17. Gaya hidup sehat, berhenti merokok, diet sehat
dan meningkatkan aktivitas fisik.
Konseling dan Edukasi
Diberikan pada pasien early AMD, pasien dengan
drusen atau CNV unilateral untuk mencegah
perkembangan menjadi AMD lanjut.
Terapi Profilaksis
TERAPI
18. TERAPI
Menggunakan verteporfin intravena
dikombinasi dengan laser untuk
merusak pembuluh darah
abnormal. Menunjukkan efikasi
pada AMD neovascular dan PCV.
Photodynamic therapy (PDT)
Terapi utama untuk wet AMD.
Dapat diberikan berulang (interval
antara 4 dan 16 minggu). Obat
yang dapat digunakan pegaptanib,
ranibizumab, bevacizumab,
aflibercept dan conbercept.
Anti-VEGF
Meliputi translokasi makular,
transplantasi koroid-RPE autolog,
dan injeksi suspensi sel RPE.
Stabilitas visual jangka panjang,
dapat terjadi atrofi sehingga rentan
terhadap komplikasi.
Transplantasi RPE
Metode baru untuk tatalaksana dry
AMD. Pada tahun 2012, telah
dilakukan transplantasi sel RPE dari
human embryonic stem cells (hESC).
Terapi Stem Cell
Pembawa AAV2 dengan protein
pengikat VEGF digunakan untuk
menghambat angiogenesis. Studi
menunjukkan terapi yang dimediasi
AAV2 aman dan efektif, serta
berjangka panjang.
Terapi Gen
19. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari
drusen. Drusen muncul pada
dekade kedua atau ketiga
kehidupan.
Terlihat pada usia muda.
Nodul kecil kekuningan (25-
75 μm) berkelompok dan
bertambah banyak.
Pada pemeriksaan FA
ditemukan gambaran “starry
sky”. Kondisi berhubungan
dengan varian gen CFH.
Gangguan ginjal kronis pada
anak dan dewasa. Drusen
difus dan bilateral. Gen CFH
diimplikasikan pada kasus ini.
Doyne honeycomb retinal
dystrophy
Cuticular drusen/basal
laminar drusen
Glomerulonefritis
membranoproliferative
tipe 2
20.
21. DIAGNOSIS BANDING
Menyebabkan perubahan
pada RPE dan PED.
Penebalan koroid yang
terkena, berbeda dengan
gambaran penipisan koroid
pada AMD.
Lesi subretinal kekuningan
unilateral atau bilateral. Pada
SD-OCT, lesi sentral
berbentuk kubah dan
hiperreflektif antara lapisan
fotoreseptor dan RPE.
Hiperpigmentasi reticular
berbentuk seperti kupu-kupu
pada makula kedua mata,
yang sering simetris.
Central serous
chorioretinopathy (CSC)
Adult-onset foveomacular
vitelliform dystrophy
Pattern dystrophies Ocular histoplasmosis
syndrome
Infeksi H. capsulatum.
Jaringan parut pada
korioretina menyebabkan
gejala visual beberapa tahun
kemudian.
Polypoidal choroidal
vasculopathy (PCV)
Perkembangan pembuluh
darah abnormal yang tumbuh
di bawah makula dan
membentuk benjolan kecil
berwarna ungu kemerahan
yang disebut polip.
22. KESIMPULAN
Age-related macular degeneration (AMD) merupakan gangguan
degeneratif pada makula dan berkaitan dengan proses penuaan.
Secara umum, AMD dibagi menjadi dua yaitu dry AMD dan wet
AMD.
Terdapat klasifikasi klinis AREDS meliputi early AMD, intermediate
AMD, late AMD, perubahan penuaan normal (normal ageing
changes) dan tidak ada perubahan penuaan (no apparent ageing
changes).
Diagnosis dasar dari AMD dapat dilakukan dengan pemeriksaan
oftalmoskop.
Konseling dan edukasi pasien mengenai pentingnya gaya hidup
sehat. Terapi lain yang dapat diberikan pada AMD meliputi terapi
laser, terapi anti-VEFG, transplantasi RPE, terapi stem cell dan
terapi gen.
Dry: non eksudatif, non-neovascular
Wet: eksudatif, neovaskular
Schematic illustration of basal laminar deposits and basal linear deposits that result in a thickened inner collagenous layer of Bruch membrane. RPE = retinal pigment epithelium.
Pigmentary abnormalities: any definite hyper- or hypopigmentary abnormalities associated with medium or large drusen but not due to other known disease.
Drupelets: a newly proposed term for small drusen (<63 μm).The size of drusen can be estimated by comparison with the approximately
125 μm diameter of a retinal vein at the optic disc margin.
Gejala tersering yang memicu pasien AMD untuk mencari bantuan medis adalah distorsi visual, pandangan kabur dan/atau defek lapang pandang sentral. Kebutaan sentral pada umumnya berhubungan dengan AMD stadium lanjut karena adanya kehilangan fotoreseptor. Seiring dengan meluasnya area fotoreseptor yang hilang, pasien akan mengalami penurunan kemampuan untuk membaca dan mengenali wajah
Pada AMD lanjut, aktivitas penyakit dipantau dengan analisis kualitatif dan kuantitatif dari cairan seperti cairan kistik intraluminal, cairan subretinal, dan PED dengan menggunakan OCT. Gambaran yang dapat ditemukan pada pasien early AMD dengan pemeriksaan OCT adalah penipisan lapisan retina dengan dropout koriokapilaris submakular. Pada OCT, ketebalan koroid dari AMD basah lebih tinggi dibandingkan normal, sedangkan pada AMD kering, ketebalan koroid kurang dari normal.
Drusen kutikuler (A) pencitraan fundus warna menunjukkan drusen dan perubahan pigmen, (B) angiogram fluoresen fundus dengan gambaran "starry sky", (C) AF gelombang pendek dengan gambaran hipo- dan hiper-autofluoresen, (D) OCT scan horizontal7