Ginjal memiliki fungsi mengeluarkan sampah dan racun dalam darah. Kista ginjal dapat muncul di ginjal dan bervariasi bentuknya, antara lain polikistik, multikistik, dan soliter. Gejala kista ginjal tidak selalu nampak, namun dapat menyebabkan sakit pinggang atau kencing darah. Penanganan kista ginjal meliputi tindakan seperti pungsi, patri, atau operasi jika kista bersifat ganas, dengan
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
Kista ginjal
1. Ginjal merupakan salah satu organ tubuh penting yang berfungsi mengeluarkan sampah dan racun dalam darah. Namun, tidak jarang fungsi ginjal terganggu karena beberapa jenis penyakit, salah satunya adalah kista ginjal.
Bersama dengan bertambahnya usia, kista bisa timbul pada ginjal seseorang. Kista merupakan suatu kantung berisi cairan yang terdapat dalam rongga dan atau organ tubuh manusia, salah satunya ginjal. Pada umumnya, kista ginjal dikatakan tidak berbahaya, selama jenisnya simple dan jinak. Hanya saja, akan mengganggu jika mulai ada keluhan atau gejala muncul. Namun, kista ginjal juga dapat menjadi berbahaya jika jenisnya kompleks. Untuk itu dikatakannya, kista pada ginjal harus diketahui jenisnya.
Meskipun Ganas, bukan penyebab utama kematian
Kista ginjal dapat tunggal ataupun multiple (banyak), baik di satu ginjal maupun kedua ginjal. Kista ginjal dibedakan beberapa bentuk, yaitu ginjal multikistik, polikistik, maupun soliter (tunggal). Pertama, ginjal polikistik merupakan kelainan herediter (keturunan) yaitu karena adanya mutasi gen. pada bentuk ini, terdapat banyak kista pada ginjal dan berkembang secara progresif menuju kerusakan pada ginjal/gagal ginjal. Proses penyakit ini dimulai sejak kecil dan bisa diturunkan pada generasi berikutnya. Kedua, ginjal multikistik. Biasanya, kista terdapat pada satu ginjal dengan jumlah lebih dari satu. Ketiga, kista ginjal soliter (tunggal), mucul karena faktor usia. Banyak dijumpai pada usia di atas 50 tahun. Pada bentuk ini, terdapat dua jenis kista yaitu simple dan komplek. Kista ginjal simple merupakan jenis kista yang tidak berbahaya dan jinak sehingga tidak harus mendapatkan penanganan khusus. Sementara, kista ginjal komplek adalah bentuk kista ginjal ganas yang berujung pada kanker ginjal. Kista ini dipastikan harus diatasi dengan cara operasi sebelum menyebar ke semua jaringan.oleh karenanya, perlu dilakukan pemeriksaan yang lebih lengkap, yaitu dengan USG, CT scan atau MRI.
Keluhannya tidak Nampak
Sayangnya, kista jarang sekali diketahui karena gejalanya yang tidak nampak. Biasanya, kista baru diketahui saat orang tersebut menjalani pemeriksaan USG. Awalnya, pemeriksaan USG itu untuk melihat keluhan lain, tapi malah terlihat adanya kista ginjal. Bahkan banyak orang yang sampai tua tidak sadar jika dalam ginjalnya terdapat kista. Kalaupun ada gejala yang nampak adalah gangguan karena desakan kista pada saluran kemih. Biasanya orang akan mengeluh pinggangnya sakit. Bahkan, kadang bisa juga sampai timbul kencing darah.
2. Tidak selalu operasi
Lantas, bagaimana jika sudah diketahui adanya kista ginjal? Jangan terburu khawatir, asalkan kista itu tidak mengganggu fungsi ginjal, maka tidak perlu pengobatan khusus ataupun operasi. Seperti pada halnya pada jenis kista ginjal simpel, tidak perlu penanganan khusus selama kista tidak mengalami pembesaran. Namun, jika mengalami pembesaran dan mengganggu baik dalam ukuran besar atau kecil, maka perlu dilakukan tindakan, yaitu :
√ Tindakan awal yang sering dilakukan adalah dengan menyedot (pungsi) cairan dalam kista.
√ Dipatri atau sklerosing, agar tidak muncul lagi
√ Operasi, dilakukan jika kista ginjal bersifat ganas
Kista bisa timbul lagi setelah penanganan
Meski penanganan kista ginjal sudah dilakukan, bukan tidak mungkin lagi kista kembali tumbuh. Oleh sebab itu, disarankan agar tetap melakukan pemeriksaan ulang tiap 6 bulan sekali sampai setahun sekali. Fungsinya untuk melihat perkembangan dari kista tersebut. Namun, bila sudah mulai timbul keluhan, segera periksakan kembali ke dokter. Tidak perlu menunggu 6 bulan berikutnya. Kista ginjal bisa saja muncul kembali setelah penanganan. Oleh karena itu harus tetap dilakukan pemantauan.