SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Filsafat pendidikan adalah aplikasi dari filsafat umum dalam pendidikan. Berbeda
dengan Filsafat Umum yang objeknya adalah kenyataan keseluruhan segala sesuatu. Filsafat
Khusus /terapan mempunyai objek kenyataan salah satu aspek kehidupan manusia yang
dalam hal ini adalah pendidikan. Filsafat pendidikan menyelidiki hakikat pelaksanaan
pendidikan yang bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang cara dan hasilnya serta
hakikat ilmu pendidikan yang bersangkut paut terhadap struktur kegunaannya.
Seperti halnya filsafat yang lain, filsafat pendidikan pun bersifat spekulatif, preskriptif dan
analitik. Spekulatif artinya filsafat pendidikan membangun teori-teori tentang hakikat
pendidikan manusia, hakikat masyarakat dan hakikat dunia. Preskriptif artinya filsafat
pendidikan menentukan tujuan pendidikan yang harus diikuti dan dicapai. Analitik artinya
filsafat pendidikan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang spekulatif dan perspektif.
Filsafat ilmu pendidikan dapat dibataskan sebagai salah satu bentuk teori pendidikan
yang dihasilkan melaui riset baik kualitatif maupun kuantitatif. Filsafat pendidikan ini perlu
dipedomani para perencana pendidikan tentang tujuan, isi, kurikulum yang merumuskan
tujuan-tujuan pengubahan perilaku yang bersifat personal, sosial dan ekonomi.
Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat umum maka filsafat pendidikan
pun terdiri beberapa aliran seperti filsafat pendidikan idealisme, realisme, esensialisme dan
pragmatisme.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang
akan dibahas adalah sebagai berikut :
A. Apa pengertian filsafat tersebut?
B. Apa saja cabang-cabang filsafat?
C. Apa saja aliran-aliran dalam filsafat?

ii
3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan sebagai berikut:
A. Untuk mengetahui pengertian filsafat tersebut.
B. Untuk mengetahui apa saja cabang-cabang filsafat.
C. Untuk mengetahui apa saja aliran-aliran dalam filsafat.

4. Manfaat
Manfaat yang didapat dari makalah ini adalah sebagai berikut:
A. Sebagai bahan masukan bagi pembaca untuk menambah pengetahuan tentang
pengertian filsafat tersebut.
B. Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi mahasiswa untuk bisa mengetahui
cabang-cabang filsafat dan aliran-aliran dalam filsafat.

ii
BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Filsafat

Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep
dasarmengenai kehidupan yang dicita-citakan.
Filsafat juga diartikan sebagai suatu sifat seseorang yang sadar dan dewasa dalam
memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan
menyeluruh dengan segala hubungan.

2.2

Filsafat Pendidikan

Ilmu filsafat memiliki obyek material dan obyek formal. Obyek material adalah apa yang
dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan, yaitu gejala "manusia di dunia
yang mengembara menuju akhirat". Dalam gejala ini jelas ada tiga hal menonjol, yaitu
manusia, dunia, dan akhirat. Maka ada filsafat tentang manusia (antropologi), filsafat tentang
alam (kosmologi), dan filsafat tentang akhirat (teologi - filsafat ketuhanan; kata "akhirat"
dalam konteks hidup beriman dapat dengan mudah diganti dengan kata Tuhan). Antropologi,
kosmologi dan teologi, sekalipun kelihatan terpisah, saling berkaitan juga, sebab pembicaraan
tentang yang satu pastilah tidak dapat dilepaskan dari yang lain. Juga pembicaraan filsafat
tentang akhirat atau Tuhan hanya sejauh yang dikenal manusia dalam dunianya.
Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang sedemikian
khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara
pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat.
Filsafat berangkat dari pengalaman konkret manusia dalam dunianya. Pengalaman manusia
yang sungguh kaya dengan segala sesuatu yang tersirat ingin dinyatakan secara tersurat.
Dalam proses itu intuisi (merupakan hal yang ada dalam setiap pengalaman) menjadi basis
bagi proses abstraksi, sehingga yang tersirat dapat diungkapkan menjadi tersurat.
Dalam filsafat, ada filsafat pengetahuan. "Segala manusia ingin mengetahui", itu kalimat
pertama Aristoteles dalam Metaphysica. Obyek materialnya adalah gejala "manusia tahu".
Tugas filsafat ini adalah menyoroti gejala itu berdasarkan sebab-musabab pertamanya.
Filsafat menggali "kebenaran" (versus "kepalsuan"), "kepastian" (versus "ketidakpastian"),
"obyektivitas" (versus "subyektivitas"), "abstraksi", "intuisi", dari mana asal pengetahuan dan
kemana arah pengetahuan. Pada gilirannya gejala ilmu-ilmu pengetahuan menjadi obyek
material juga, dan kegiatan berfikir itu (sejauh dilakukan menurut sebab-musabab pertama)
ii
menghasilkan filsafat ilmu pengetahuan. Kekhususan gejala ilmu pengetahuan terhadap
gejala pengetahuan dicermati dengan teliti. Kekhususan itu terletak dalam cara kerja atau
metode yang terdapat dalam ilmu-ilmu pengetahuan.

2.3 Epistimologi dan Ontologi
Epistimologi
Yang dimaksud dengan epistimologi ialah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendapatkan pengetahuan ialah :
1. Batasan kajian ilmu : secara ontologis ilmu membatasi pada Pengkajian objek yang berada
dalam lingkup manusia tidak dapat mengkaji daerah yang bersifat transcendental.
2. Cara menyusun pengetahuan : untuk mendapatkan pengetahuan menjadi ilmu diperlukan
cara untuk menyusunnya yaitu dengan cara menggunakan metode ilmiah.
3. Diperlukan landasan yang sesuai dengan ontologis dan aksiologis ilmu itu sendiri
4. Penjelasan diarahkan pada deskripsi mengenai hubungan berbagai faktor yang terikat
dalam suatu konstelasi penyebab timbulnya suatu gejala dan proses terjadinya.
5. Metode ilmiah harus bersifat sistematik dan eksplisit
6. Metode ilmiah tidak dapat diterapkan kepada pengetahuan yang tidak tergolong pada
kelompok ilmu tersebut.
7. Ilmu mencoba mencari penjelasan mengenai alam dan menjadikan kesimpulan yang
bersifat umum dan impersonal.
8. Karakteristik yang menonjol kerangka pemikiran teoritis :
a. Ilmu eksakta : deduktif, rasio, kuantitatif
b. Ilmu sosial : induktif, empiris, kualitatif
Ontologi
Ontologi ialah hakikat apa yang dikaji atau ilmunya itu sendiri. Seorang filosof yang bernama
Democritus menerangkan prinsip-prinsip materialisme mengatakan sebagai berikut :
Hanya berdasarkan kebiasaan saja maka manis itu manis, panas itu panas, dingin itu dingin,
warna itu warna. Artinya, objek penginderaan sering kita anggap nyata, padahal tidak
demikian. Hanya atom dan kehampaan itulah yang bersifat nyata.
Jadi istilah “manis, panas dan dingin” itu hanyalah merupakan terminology yang kita berikan
kepada gejala yang ditangkap dengan pancaindera.
Ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam semesta ini seperti adanya,
oleh karena itu manusia dalam menggali ilmu tidak dapat terlepas dari gejala-gejala yang
berada didalamnya.
ii
Dan sifat ilmu pengetahuan yang berfungsi membantu manusia dalam mememecahkan
masalah tidak perlu memiliki kemutlakan seperti agama yang memberikan pedoman terhadap
hal-hal yang paling hakiki dari kehidupan ini. Sekalipun demikian sampai tahap tertentu ilmu
perlu memiliki keabsahan dalam melakukan generalisasi. Sebagai contoh, bagaimana kita
mendefinisikan manusia, maka berbagai penegertianpun akan muncul pula.
Sedang ilmu politik akan menjawab bahwa manusia ialah political animal dan dunia
pendidikan akan mengatakan manusia ialah homo educandum.

2.4 Beberapa Aliran Filsafat Pendidikan
A. Aliran Progressivisme
Aliran progresivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas progesivisme dalam
sebuah realita kehidupan, agar manusia bisa survive menghadapi semua tantangan hidup.
Dinamakan instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi
manusia sebagai alat untuk hidup, untuk kesejahteraan dan untuk mengembangkan
kepribadiaan manusia. Dinamakan eksperimentalisme, karena aliran ini menyadari dan
mempraktikkan asas eksperimen untuk menguji kebenaran suatu teori. Dan dinamakan
environmentalisme, karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu memengaruhi
pembinaan kepribadiaan (Muhammad Noor Syam, 1987: 228-229)
Adapun tokoh-tokoh aliran progresivisme ini, antara lain, adalah William James, John
Dewey, Hans Vaihinger, Ferdinant Schiller, dan Georges Santayana.
Aliran progesivisme telah memberikan sumbangan yang besar di dunia pendidikan saat ini.
Aliran ini telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak
didik diberikan kebaikan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat
dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat
oleh orang lain (Ali, 1990: 146). Oleh karena itu, filsafat progesivisme tidak menyetujui
pendidikan yang otoriter.
John Dewey memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan sosialisasi (Suwarno, 1992:
62-63). Maksudnya sebagai proses pertumbuhan anak didik dapat mengambil kejadiankejadian dari pengalaman lingkungan sekitarnya. Maka dari itu, dinding pemisah antara
sekolah dan masyarakat perlu dihapuskan, sebab belajar yang baik tidak cukup di sekolah
saja.
Dengan demikian, sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi
dengan lingkungan sekitar. Karena sekolah adalah bagian dari masyarakat. Dan untuk itu,
sekolah harus dapat mengupayakan pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan
ii
sekolah sekitar atau daerah di mana sekolah itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha ini,
sekolah harus menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada
anak didik tentang apa yang menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu. Untuk itulah,
fisafat progesivisme menghendaki sis pendidikan dengan bentuk belajar “sekolah sambil
berbuat” atau learning by doing (Zuhairini, 1991: 24).
Dengan kata lain akal dan kecerdasan anak didik harus dikembangkan dengan baik. Perlu
diketahui pula bahwa sekolah tidak hanya berfungsi sebagai pemindahan pengetahuan
(transfer of knowledge), melainkan juga berfungsi sebagai pemindahan nilai-nilai (transfer of
value), sehingga anak menjadi terampildan berintelektual baik secara fisik maupun psikis.
Untuk itulah sekat antara sekolah dengan masyarakat harus dihilangkan.

B. Aliran Esensialisme
Aliran esensialisme merupakan aliran pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai
kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada
zaman Renaisance dengan cirri-cirinya yang berbeda dengan progesivisme. Dasar pijakan
aliran ini lebih fleksibel dan terbuka untuk perubahan, toleran, dan tidak ada keterkaitan
dengan doktrin tertentu. Esensiliasme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada
nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, yang meberikan kestabilan dan nilai-nilai
terpilih yang mempunyai tata yang jelas (Zuhairini, 1991: 21).
Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan
menitikberatkan pada aku. Menurut idealisme, pada tarap permulaan seseorang belajar
memahami akunya sendiri, kemudian ke luar untuk memahami dunia objektif. Dari
mikrokosmos menuju ke makrokosmos. Menurut Immanuel Kant, segala pengetahuan yang
dicapai manusia melalui indera memerlukan unsure apriori, yang tidak didahului oleh
pengalaman lebih dahulu.
Bila orang berhadapan dengan benda-benda, bukan berarti semua itu sudah mempunayi
bentuk, ruang, dan ikatan waktu. Bentuk, ruang, dan waktu sudah ada pada budi manusia
sebelum ada pengalaman atu pengamatan. Jadi, apriori yang terarah bukanlah budi pada
benda, tetapi benda-benda itu yang terarah pada budi. Budi membentuk dan mengatur dalam
ruang dan waktu. Dengan mengambil landasan pikir tersebut, belajar dapat didefinisikan
sebagai substansi spiritual yang membina dan menciptakan diri sendiri (Poedjawijatna, 1983:
120-121).
Roose L. finney, seorang ahli sosiologi dan filosof , menerangkan tentang hakikat social dari
hidup mental. Dikatakan bahwa mental adalah keadaan ruhani yang pasif, hal ini berarti
ii
bahwa manusia pada umumnya menerima apa saja yang telah ditentukan dan diatur oleh alam
social. Jadi, belajar adalah menerima dan mengenal secara sungguh-sungguh nilai-nilai social
angkatan baru yang timbul untuk ditambah, dikurangi dan diteruskan pada angkatan
berikutnya.
C. Aliran Perenialisme
Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan
keadaan sekarang. Perenialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori
maupun praktik bagi kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang (Muhammad Noor Syam,
1986: 154). Dari pendapat ini diketahui bahwa perenialisme merupakan hasil pemikiran yang
memberikan kemungkinan bagi sseorang untukk bersikap tegas dan lurus. Karena itulah,
perenialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan arah arsah tujuan yang jelas
merupakan tugas yang utama dari filsafat, khususnya filsafat pendidikan.
Menurut perenialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi, karena dengan
ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif. Jadi, dengan berpikir maka
kebenaran itu akan dapat dihasilkan. Penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip
pertama adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan.
Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal dan
memahami factor-faktor dan problema yang perlu diselesaikan dan berusaha mengadakan
penyelesaian masalahnya.
Diharapkan anak didik mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi
landasan pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran besar pada
masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol seperti
bahasa, sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan
lain-lainnya, yang telah banyak memberikan sumbangan kepadaperkembangan zaman dulu.
Tugas utama pendidiakn adalah mempersiapkan anak didik ke arah kematangan. Matang
dalam arti hidup akalnya. Jadi, akal inilah yang perlu mendapat tuntunan kea rah kematangan
tersebut. Sekolah rendah memberikan pendidikan dan pengetahuan serba dasar. Dengan
pengetahuan yang tradisional seperti membaca, menulis, dan berhitung, anak didik
memperoleh dasar penting bagi pengetahuan-pengetahuan yang lain.
Sekolah, sebagai tempat utama dalam pendidikan, mempesiapkan anak didik ke arah
kematangan akal dengan memberikan pengetahuan. Sedangkan tugas utama guru adalah
memberikan pendidikan dan pengajaran (pengetahuan) kepada anak didik. Dengan kata lain,
keberhasilan anak dalam nidang akalnya sangat tergantung kepada guru, dalam arti orang
yang telah mendidik dan mengajarkan.
ii
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan
alam, dengan sesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur
dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan
pribadi dirinya dan masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam
hubungannya

dengan

Sang

Maha

Pencipta

sebagai

tujuan

akhir.

Pendidikan mutlak harus ada pada manusia, karena pendidikan merupakan hakikat hidup dan
kehidupan. Pendidikan berguna untuk membina kepribadian manusia. Dengan pendidikan
maka terbentuklah pribadi yang baik sehingga di dalam pergaulan dengan manusia lain,
individu dapat hidup dengan tenang. Pendidikan membantu agar tiap individu mampu
menjadi anggota kesatuan sosial manusia tanpa kehilangan pribadinya masing-masing.
Pada hakikatnya pendidikan menjadi tanggung jawab bersama, yakni keluarga, masyarakat,
dan sekolah/ lembaga pendidikan. Keluarga sebagai lembaga pertama dan utama pendidikan,
masyarakat sebagai tempat berkembangnya pendidikan, dan sekolah sebagai lembaga formal
dalam pendidikan. Pendidikan keluarga sebagai peletak dasar pembentukan kepribadian anak.

B. SARAN
Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penyusun tentunya mengalami banyak
kekeliruan dan kesalahan-kesalahan baik dala ejaan, pilihan kata, sistematika penulisan
maupun penggunaan bahasa yang kurang di pahami. Untuk itu kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya, di karenakan kami masih dalam tahap pembelajaran.

ii
DAFTAR PUSTAKA

1. Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1999
2. Usiono. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan, Medan: Perdana Publishing, 2006.
3. Suparlan Suhartono. Filsafat Pendidikan 2007. Yogyakarta: Kelompok Penerbit
Ar Ruzz Media.

ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil „Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini, Namun penulis menyadari makalah ini belum dapat dikatakan
sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga
selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW,
kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku
umatnya.
Makalah ini penulis membahas mengenai “Filsafat Pendidikan”, dengan makalah ini
penulis mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran. Penulis ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya.

Raha, Juli 2013

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB

I

PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................2
D. Manfaat...........................................................................................................2
BAB

II

PEMBAHASAN ................................................................................. 3

2.1

Pengertian Filsafat ........................................................................................3

2.2

Filsafat Pendidikan .......................................................................................3

2.3

Esitimologi dan Ontologi ..............................................................................4

2.4

Beberapa Aliran Filsafat Pendidikan ............................................................5

BAB

III

PENUTUP ............................................................................................8

A. Kesimpulan......................................................................................................8
B. Saran................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................9

ii
MAKALAH
FILSAFAT PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH :
NAMA

: ZAMRIA

JURUSAN

: GEOGRAFI

SEMESTER

: II

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
KELAS RAHA
2013

ii

More Related Content

What's hot

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN DITINJAU DARI ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN A...
ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN DITINJAU DARI ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN A...ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN DITINJAU DARI ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN A...
ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN DITINJAU DARI ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN A...Rostina Tina
 
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...DIANTO IRAWAN
 
Makalah filsafat pendidikan yeni
Makalah filsafat pendidikan yeni Makalah filsafat pendidikan yeni
Makalah filsafat pendidikan yeni Yeni Purwati
 
Implikasi dan implementasi Filsafat Ilmu
Implikasi dan implementasi Filsafat IlmuImplikasi dan implementasi Filsafat Ilmu
Implikasi dan implementasi Filsafat Ilmusayid bukhari
 
Fp_Rangkuman Materi Filsafat Pendidikan
Fp_Rangkuman Materi Filsafat PendidikanFp_Rangkuman Materi Filsafat Pendidikan
Fp_Rangkuman Materi Filsafat PendidikanMuhammad Hafizh Annur
 
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusiaPengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusiaRisa Octaviani
 
Filsafat Materialisme
Filsafat MaterialismeFilsafat Materialisme
Filsafat Materialismedianacitra
 
Mata kuliah-filsafat-ilmu1 (1)
Mata kuliah-filsafat-ilmu1 (1)Mata kuliah-filsafat-ilmu1 (1)
Mata kuliah-filsafat-ilmu1 (1)NENENGFITRIA
 
Aliran aliran filsafat pendidikan
Aliran aliran filsafat pendidikanAliran aliran filsafat pendidikan
Aliran aliran filsafat pendidikanReni Nazta
 
Filsafat materialisme untuk materi kuliah
Filsafat materialisme untuk materi kuliahFilsafat materialisme untuk materi kuliah
Filsafat materialisme untuk materi kuliahMeylinLagi
 
Filsafat dan Teori Pendidikan
Filsafat dan Teori PendidikanFilsafat dan Teori Pendidikan
Filsafat dan Teori PendidikanMuhamad Masud
 
Aliran realisme dalam filsafat pendidikan
Aliran  realisme dalam filsafat pendidikanAliran  realisme dalam filsafat pendidikan
Aliran realisme dalam filsafat pendidikanFauzan Wildan
 
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu PengetahuanMakalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu PengetahuanSerenity 101
 

What's hot (16)

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN DITINJAU DARI ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN A...
ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN DITINJAU DARI ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN A...ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN DITINJAU DARI ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN A...
ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN DITINJAU DARI ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN A...
 
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...
 
Makalah filsafat pendidikan yeni
Makalah filsafat pendidikan yeni Makalah filsafat pendidikan yeni
Makalah filsafat pendidikan yeni
 
Implikasi dan implementasi Filsafat Ilmu
Implikasi dan implementasi Filsafat IlmuImplikasi dan implementasi Filsafat Ilmu
Implikasi dan implementasi Filsafat Ilmu
 
Fp_Rangkuman Materi Filsafat Pendidikan
Fp_Rangkuman Materi Filsafat PendidikanFp_Rangkuman Materi Filsafat Pendidikan
Fp_Rangkuman Materi Filsafat Pendidikan
 
Makalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikanMakalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikan
 
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusiaPengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
 
Filsafat Materialisme
Filsafat MaterialismeFilsafat Materialisme
Filsafat Materialisme
 
Mata kuliah-filsafat-ilmu1 (1)
Mata kuliah-filsafat-ilmu1 (1)Mata kuliah-filsafat-ilmu1 (1)
Mata kuliah-filsafat-ilmu1 (1)
 
Jawaban mid
Jawaban midJawaban mid
Jawaban mid
 
Aliran aliran filsafat pendidikan
Aliran aliran filsafat pendidikanAliran aliran filsafat pendidikan
Aliran aliran filsafat pendidikan
 
Filsafat materialisme untuk materi kuliah
Filsafat materialisme untuk materi kuliahFilsafat materialisme untuk materi kuliah
Filsafat materialisme untuk materi kuliah
 
Filsafat dan Teori Pendidikan
Filsafat dan Teori PendidikanFilsafat dan Teori Pendidikan
Filsafat dan Teori Pendidikan
 
Aliran realisme dalam filsafat pendidikan
Aliran  realisme dalam filsafat pendidikanAliran  realisme dalam filsafat pendidikan
Aliran realisme dalam filsafat pendidikan
 
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu PengetahuanMakalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
 
Aliran realisme
Aliran realismeAliran realisme
Aliran realisme
 

Similar to Filsafat Pendidikan

M. Abu Siri, Dr. Mohammad Hori, M.Ag FILSAFAT KURIKULUM.pptx
M. Abu Siri, Dr. Mohammad Hori, M.Ag FILSAFAT KURIKULUM.pptxM. Abu Siri, Dr. Mohammad Hori, M.Ag FILSAFAT KURIKULUM.pptx
M. Abu Siri, Dr. Mohammad Hori, M.Ag FILSAFAT KURIKULUM.pptxabuzaf
 
Tantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmuTantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmuayu Naoman
 
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxFILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxLisdaPuspaawaliaj1
 
Artikel ilmiah Wanda hamidah
Artikel ilmiah Wanda hamidahArtikel ilmiah Wanda hamidah
Artikel ilmiah Wanda hamidahWandaWanda37
 
Cabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat PendidikanCabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat PendidikanAnnisa Fauzia
 
Filsafat pendidikan
Filsafat pendidikanFilsafat pendidikan
Filsafat pendidikanhennyrahmadi
 
Resume Filsafat Pendidikan Kel1.pdf
Resume Filsafat Pendidikan Kel1.pdfResume Filsafat Pendidikan Kel1.pdf
Resume Filsafat Pendidikan Kel1.pdfDhindaVadyaizmi
 
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat IlmuMakalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat Ilmusayid bukhari
 
Makalah filsafat
Makalah filsafat Makalah filsafat
Makalah filsafat AnggiChaca
 
Tugas Filsafat Ilmu
Tugas Filsafat IlmuTugas Filsafat Ilmu
Tugas Filsafat IlmuKristinaMala
 
Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidi...
Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidi...Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidi...
Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidi...Ndya2
 
Landasan dan asas pendidikan
Landasan dan asas pendidikanLandasan dan asas pendidikan
Landasan dan asas pendidikanSiwi Danar
 
Kumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawabKumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawabAlmayszaroh
 
Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan.pptx
Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan.pptxPengetahuan dan Ilmu Pengetahuan.pptx
Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan.pptxChindyCahyanti
 

Similar to Filsafat Pendidikan (20)

Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
M. Abu Siri, Dr. Mohammad Hori, M.Ag FILSAFAT KURIKULUM.pptx
M. Abu Siri, Dr. Mohammad Hori, M.Ag FILSAFAT KURIKULUM.pptxM. Abu Siri, Dr. Mohammad Hori, M.Ag FILSAFAT KURIKULUM.pptx
M. Abu Siri, Dr. Mohammad Hori, M.Ag FILSAFAT KURIKULUM.pptx
 
Tantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmuTantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmu
 
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxFILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
 
Artikel ilmiah Wanda hamidah
Artikel ilmiah Wanda hamidahArtikel ilmiah Wanda hamidah
Artikel ilmiah Wanda hamidah
 
Cabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat PendidikanCabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat Pendidikan
 
Cabang
CabangCabang
Cabang
 
Filsafat pendidikan
Filsafat pendidikanFilsafat pendidikan
Filsafat pendidikan
 
Filsafat pendidikan
Filsafat pendidikanFilsafat pendidikan
Filsafat pendidikan
 
Resume Filsafat Pendidikan Kel1.pdf
Resume Filsafat Pendidikan Kel1.pdfResume Filsafat Pendidikan Kel1.pdf
Resume Filsafat Pendidikan Kel1.pdf
 
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat IlmuMakalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
 
Mazhab filsafat pendidikan
Mazhab filsafat pendidikanMazhab filsafat pendidikan
Mazhab filsafat pendidikan
 
Makalah filsafat
Makalah filsafat Makalah filsafat
Makalah filsafat
 
Tugas Filsafat Ilmu
Tugas Filsafat IlmuTugas Filsafat Ilmu
Tugas Filsafat Ilmu
 
Mazhab filsafat pendidikan
Mazhab filsafat pendidikanMazhab filsafat pendidikan
Mazhab filsafat pendidikan
 
Revisi pid klmpk 11
Revisi pid klmpk 11Revisi pid klmpk 11
Revisi pid klmpk 11
 
Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidi...
Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidi...Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidi...
Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidi...
 
Landasan dan asas pendidikan
Landasan dan asas pendidikanLandasan dan asas pendidikan
Landasan dan asas pendidikan
 
Kumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawabKumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawab
 
Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan.pptx
Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan.pptxPengetahuan dan Ilmu Pengetahuan.pptx
Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan.pptx
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Filsafat Pendidikan

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Filsafat pendidikan adalah aplikasi dari filsafat umum dalam pendidikan. Berbeda dengan Filsafat Umum yang objeknya adalah kenyataan keseluruhan segala sesuatu. Filsafat Khusus /terapan mempunyai objek kenyataan salah satu aspek kehidupan manusia yang dalam hal ini adalah pendidikan. Filsafat pendidikan menyelidiki hakikat pelaksanaan pendidikan yang bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang cara dan hasilnya serta hakikat ilmu pendidikan yang bersangkut paut terhadap struktur kegunaannya. Seperti halnya filsafat yang lain, filsafat pendidikan pun bersifat spekulatif, preskriptif dan analitik. Spekulatif artinya filsafat pendidikan membangun teori-teori tentang hakikat pendidikan manusia, hakikat masyarakat dan hakikat dunia. Preskriptif artinya filsafat pendidikan menentukan tujuan pendidikan yang harus diikuti dan dicapai. Analitik artinya filsafat pendidikan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang spekulatif dan perspektif. Filsafat ilmu pendidikan dapat dibataskan sebagai salah satu bentuk teori pendidikan yang dihasilkan melaui riset baik kualitatif maupun kuantitatif. Filsafat pendidikan ini perlu dipedomani para perencana pendidikan tentang tujuan, isi, kurikulum yang merumuskan tujuan-tujuan pengubahan perilaku yang bersifat personal, sosial dan ekonomi. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat umum maka filsafat pendidikan pun terdiri beberapa aliran seperti filsafat pendidikan idealisme, realisme, esensialisme dan pragmatisme. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut : A. Apa pengertian filsafat tersebut? B. Apa saja cabang-cabang filsafat? C. Apa saja aliran-aliran dalam filsafat? ii
  • 2. 3. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan sebagai berikut: A. Untuk mengetahui pengertian filsafat tersebut. B. Untuk mengetahui apa saja cabang-cabang filsafat. C. Untuk mengetahui apa saja aliran-aliran dalam filsafat. 4. Manfaat Manfaat yang didapat dari makalah ini adalah sebagai berikut: A. Sebagai bahan masukan bagi pembaca untuk menambah pengetahuan tentang pengertian filsafat tersebut. B. Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi mahasiswa untuk bisa mengetahui cabang-cabang filsafat dan aliran-aliran dalam filsafat. ii
  • 3. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Filsafat Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasarmengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sifat seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. 2.2 Filsafat Pendidikan Ilmu filsafat memiliki obyek material dan obyek formal. Obyek material adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan, yaitu gejala "manusia di dunia yang mengembara menuju akhirat". Dalam gejala ini jelas ada tiga hal menonjol, yaitu manusia, dunia, dan akhirat. Maka ada filsafat tentang manusia (antropologi), filsafat tentang alam (kosmologi), dan filsafat tentang akhirat (teologi - filsafat ketuhanan; kata "akhirat" dalam konteks hidup beriman dapat dengan mudah diganti dengan kata Tuhan). Antropologi, kosmologi dan teologi, sekalipun kelihatan terpisah, saling berkaitan juga, sebab pembicaraan tentang yang satu pastilah tidak dapat dilepaskan dari yang lain. Juga pembicaraan filsafat tentang akhirat atau Tuhan hanya sejauh yang dikenal manusia dalam dunianya. Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat. Filsafat berangkat dari pengalaman konkret manusia dalam dunianya. Pengalaman manusia yang sungguh kaya dengan segala sesuatu yang tersirat ingin dinyatakan secara tersurat. Dalam proses itu intuisi (merupakan hal yang ada dalam setiap pengalaman) menjadi basis bagi proses abstraksi, sehingga yang tersirat dapat diungkapkan menjadi tersurat. Dalam filsafat, ada filsafat pengetahuan. "Segala manusia ingin mengetahui", itu kalimat pertama Aristoteles dalam Metaphysica. Obyek materialnya adalah gejala "manusia tahu". Tugas filsafat ini adalah menyoroti gejala itu berdasarkan sebab-musabab pertamanya. Filsafat menggali "kebenaran" (versus "kepalsuan"), "kepastian" (versus "ketidakpastian"), "obyektivitas" (versus "subyektivitas"), "abstraksi", "intuisi", dari mana asal pengetahuan dan kemana arah pengetahuan. Pada gilirannya gejala ilmu-ilmu pengetahuan menjadi obyek material juga, dan kegiatan berfikir itu (sejauh dilakukan menurut sebab-musabab pertama) ii
  • 4. menghasilkan filsafat ilmu pengetahuan. Kekhususan gejala ilmu pengetahuan terhadap gejala pengetahuan dicermati dengan teliti. Kekhususan itu terletak dalam cara kerja atau metode yang terdapat dalam ilmu-ilmu pengetahuan. 2.3 Epistimologi dan Ontologi Epistimologi Yang dimaksud dengan epistimologi ialah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendapatkan pengetahuan ialah : 1. Batasan kajian ilmu : secara ontologis ilmu membatasi pada Pengkajian objek yang berada dalam lingkup manusia tidak dapat mengkaji daerah yang bersifat transcendental. 2. Cara menyusun pengetahuan : untuk mendapatkan pengetahuan menjadi ilmu diperlukan cara untuk menyusunnya yaitu dengan cara menggunakan metode ilmiah. 3. Diperlukan landasan yang sesuai dengan ontologis dan aksiologis ilmu itu sendiri 4. Penjelasan diarahkan pada deskripsi mengenai hubungan berbagai faktor yang terikat dalam suatu konstelasi penyebab timbulnya suatu gejala dan proses terjadinya. 5. Metode ilmiah harus bersifat sistematik dan eksplisit 6. Metode ilmiah tidak dapat diterapkan kepada pengetahuan yang tidak tergolong pada kelompok ilmu tersebut. 7. Ilmu mencoba mencari penjelasan mengenai alam dan menjadikan kesimpulan yang bersifat umum dan impersonal. 8. Karakteristik yang menonjol kerangka pemikiran teoritis : a. Ilmu eksakta : deduktif, rasio, kuantitatif b. Ilmu sosial : induktif, empiris, kualitatif Ontologi Ontologi ialah hakikat apa yang dikaji atau ilmunya itu sendiri. Seorang filosof yang bernama Democritus menerangkan prinsip-prinsip materialisme mengatakan sebagai berikut : Hanya berdasarkan kebiasaan saja maka manis itu manis, panas itu panas, dingin itu dingin, warna itu warna. Artinya, objek penginderaan sering kita anggap nyata, padahal tidak demikian. Hanya atom dan kehampaan itulah yang bersifat nyata. Jadi istilah “manis, panas dan dingin” itu hanyalah merupakan terminology yang kita berikan kepada gejala yang ditangkap dengan pancaindera. Ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam semesta ini seperti adanya, oleh karena itu manusia dalam menggali ilmu tidak dapat terlepas dari gejala-gejala yang berada didalamnya. ii
  • 5. Dan sifat ilmu pengetahuan yang berfungsi membantu manusia dalam mememecahkan masalah tidak perlu memiliki kemutlakan seperti agama yang memberikan pedoman terhadap hal-hal yang paling hakiki dari kehidupan ini. Sekalipun demikian sampai tahap tertentu ilmu perlu memiliki keabsahan dalam melakukan generalisasi. Sebagai contoh, bagaimana kita mendefinisikan manusia, maka berbagai penegertianpun akan muncul pula. Sedang ilmu politik akan menjawab bahwa manusia ialah political animal dan dunia pendidikan akan mengatakan manusia ialah homo educandum. 2.4 Beberapa Aliran Filsafat Pendidikan A. Aliran Progressivisme Aliran progresivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas progesivisme dalam sebuah realita kehidupan, agar manusia bisa survive menghadapi semua tantangan hidup. Dinamakan instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk kesejahteraan dan untuk mengembangkan kepribadiaan manusia. Dinamakan eksperimentalisme, karena aliran ini menyadari dan mempraktikkan asas eksperimen untuk menguji kebenaran suatu teori. Dan dinamakan environmentalisme, karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu memengaruhi pembinaan kepribadiaan (Muhammad Noor Syam, 1987: 228-229) Adapun tokoh-tokoh aliran progresivisme ini, antara lain, adalah William James, John Dewey, Hans Vaihinger, Ferdinant Schiller, dan Georges Santayana. Aliran progesivisme telah memberikan sumbangan yang besar di dunia pendidikan saat ini. Aliran ini telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebaikan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain (Ali, 1990: 146). Oleh karena itu, filsafat progesivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. John Dewey memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan sosialisasi (Suwarno, 1992: 62-63). Maksudnya sebagai proses pertumbuhan anak didik dapat mengambil kejadiankejadian dari pengalaman lingkungan sekitarnya. Maka dari itu, dinding pemisah antara sekolah dan masyarakat perlu dihapuskan, sebab belajar yang baik tidak cukup di sekolah saja. Dengan demikian, sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar. Karena sekolah adalah bagian dari masyarakat. Dan untuk itu, sekolah harus dapat mengupayakan pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan ii
  • 6. sekolah sekitar atau daerah di mana sekolah itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha ini, sekolah harus menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik tentang apa yang menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu. Untuk itulah, fisafat progesivisme menghendaki sis pendidikan dengan bentuk belajar “sekolah sambil berbuat” atau learning by doing (Zuhairini, 1991: 24). Dengan kata lain akal dan kecerdasan anak didik harus dikembangkan dengan baik. Perlu diketahui pula bahwa sekolah tidak hanya berfungsi sebagai pemindahan pengetahuan (transfer of knowledge), melainkan juga berfungsi sebagai pemindahan nilai-nilai (transfer of value), sehingga anak menjadi terampildan berintelektual baik secara fisik maupun psikis. Untuk itulah sekat antara sekolah dengan masyarakat harus dihilangkan. B. Aliran Esensialisme Aliran esensialisme merupakan aliran pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaisance dengan cirri-cirinya yang berbeda dengan progesivisme. Dasar pijakan aliran ini lebih fleksibel dan terbuka untuk perubahan, toleran, dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensiliasme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, yang meberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas (Zuhairini, 1991: 21). Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan menitikberatkan pada aku. Menurut idealisme, pada tarap permulaan seseorang belajar memahami akunya sendiri, kemudian ke luar untuk memahami dunia objektif. Dari mikrokosmos menuju ke makrokosmos. Menurut Immanuel Kant, segala pengetahuan yang dicapai manusia melalui indera memerlukan unsure apriori, yang tidak didahului oleh pengalaman lebih dahulu. Bila orang berhadapan dengan benda-benda, bukan berarti semua itu sudah mempunayi bentuk, ruang, dan ikatan waktu. Bentuk, ruang, dan waktu sudah ada pada budi manusia sebelum ada pengalaman atu pengamatan. Jadi, apriori yang terarah bukanlah budi pada benda, tetapi benda-benda itu yang terarah pada budi. Budi membentuk dan mengatur dalam ruang dan waktu. Dengan mengambil landasan pikir tersebut, belajar dapat didefinisikan sebagai substansi spiritual yang membina dan menciptakan diri sendiri (Poedjawijatna, 1983: 120-121). Roose L. finney, seorang ahli sosiologi dan filosof , menerangkan tentang hakikat social dari hidup mental. Dikatakan bahwa mental adalah keadaan ruhani yang pasif, hal ini berarti ii
  • 7. bahwa manusia pada umumnya menerima apa saja yang telah ditentukan dan diatur oleh alam social. Jadi, belajar adalah menerima dan mengenal secara sungguh-sungguh nilai-nilai social angkatan baru yang timbul untuk ditambah, dikurangi dan diteruskan pada angkatan berikutnya. C. Aliran Perenialisme Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktik bagi kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang (Muhammad Noor Syam, 1986: 154). Dari pendapat ini diketahui bahwa perenialisme merupakan hasil pemikiran yang memberikan kemungkinan bagi sseorang untukk bersikap tegas dan lurus. Karena itulah, perenialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan arah arsah tujuan yang jelas merupakan tugas yang utama dari filsafat, khususnya filsafat pendidikan. Menurut perenialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif. Jadi, dengan berpikir maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan. Penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal dan memahami factor-faktor dan problema yang perlu diselesaikan dan berusaha mengadakan penyelesaian masalahnya. Diharapkan anak didik mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran besar pada masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lainnya, yang telah banyak memberikan sumbangan kepadaperkembangan zaman dulu. Tugas utama pendidiakn adalah mempersiapkan anak didik ke arah kematangan. Matang dalam arti hidup akalnya. Jadi, akal inilah yang perlu mendapat tuntunan kea rah kematangan tersebut. Sekolah rendah memberikan pendidikan dan pengetahuan serba dasar. Dengan pengetahuan yang tradisional seperti membaca, menulis, dan berhitung, anak didik memperoleh dasar penting bagi pengetahuan-pengetahuan yang lain. Sekolah, sebagai tempat utama dalam pendidikan, mempesiapkan anak didik ke arah kematangan akal dengan memberikan pengetahuan. Sedangkan tugas utama guru adalah memberikan pendidikan dan pengajaran (pengetahuan) kepada anak didik. Dengan kata lain, keberhasilan anak dalam nidang akalnya sangat tergantung kepada guru, dalam arti orang yang telah mendidik dan mengajarkan. ii
  • 8. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan alam, dengan sesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan Sang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir. Pendidikan mutlak harus ada pada manusia, karena pendidikan merupakan hakikat hidup dan kehidupan. Pendidikan berguna untuk membina kepribadian manusia. Dengan pendidikan maka terbentuklah pribadi yang baik sehingga di dalam pergaulan dengan manusia lain, individu dapat hidup dengan tenang. Pendidikan membantu agar tiap individu mampu menjadi anggota kesatuan sosial manusia tanpa kehilangan pribadinya masing-masing. Pada hakikatnya pendidikan menjadi tanggung jawab bersama, yakni keluarga, masyarakat, dan sekolah/ lembaga pendidikan. Keluarga sebagai lembaga pertama dan utama pendidikan, masyarakat sebagai tempat berkembangnya pendidikan, dan sekolah sebagai lembaga formal dalam pendidikan. Pendidikan keluarga sebagai peletak dasar pembentukan kepribadian anak. B. SARAN Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penyusun tentunya mengalami banyak kekeliruan dan kesalahan-kesalahan baik dala ejaan, pilihan kata, sistematika penulisan maupun penggunaan bahasa yang kurang di pahami. Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, di karenakan kami masih dalam tahap pembelajaran. ii
  • 9. DAFTAR PUSTAKA 1. Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999 2. Usiono. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan, Medan: Perdana Publishing, 2006. 3. Suparlan Suhartono. Filsafat Pendidikan 2007. Yogyakarta: Kelompok Penerbit Ar Ruzz Media. ii
  • 10. KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil „Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, Namun penulis menyadari makalah ini belum dapat dikatakan sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya. Makalah ini penulis membahas mengenai “Filsafat Pendidikan”, dengan makalah ini penulis mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran. Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya. Raha, Juli 2013 Penyusun ii
  • 11. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................... i DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang.................................................................................................1 B. Rumusan Masalah............................................................................................1 C. Tujuan..............................................................................................................2 D. Manfaat...........................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3 2.1 Pengertian Filsafat ........................................................................................3 2.2 Filsafat Pendidikan .......................................................................................3 2.3 Esitimologi dan Ontologi ..............................................................................4 2.4 Beberapa Aliran Filsafat Pendidikan ............................................................5 BAB III PENUTUP ............................................................................................8 A. Kesimpulan......................................................................................................8 B. Saran................................................................................................................8 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................9 ii
  • 12. MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN DISUSUN OLEH : NAMA : ZAMRIA JURUSAN : GEOGRAFI SEMESTER : II UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI KELAS RAHA 2013 ii