Teks tersebut membahas tentang bahasa Arab Fushha dan 'Amiyah. Bahasa Arab Fushha adalah bahasa standar yang digunakan dalam Al-Quran dan hadis, sedangkan Bahasa 'Amiyah adalah bahasa sehari-hari yang digunakan oleh masyarakat. Teks ini menjelaskan perbedaan bunyi antara kedua bahasa tersebut.
Makalah ini membahas tentang An-Naht (Akronim) dalam bahasa Arab. An-Naht didefinisikan sebagai formulasi dua kata atau lebih menjadi satu ungkapan baru yang menunjukkan makna aslinya. Makalah ini menjelaskan pengertian An-Naht secara bahasa dan istilah, perkembangan An-Naht dalam bahasa modern, serta bagaimana An-Naht dibagi menjadi beberapa bagian.
Dokumen ini membahas definisi Al-Quran secara etimologi dan istilah, sejarah turunnya Al-Quran secara bertahap, hikmah turunnya secara berangsur-angsur, pengumpulan dan penulisan Al-Quran pada masa Nabi Muhammad SAW, Khulafaur Rasyidin, dan setelahnya.
Dokumen tersebut membahas tentang ilmu tajwid yang mencakup pengertian, tempat keluarnya huruf, sifat-sifat huruf, hukum mad, nun mati dan tanwin, idghom, tafkhim dan tarqiq, serta hukum-hukum tertentu terkait bacaan Al-Quran.
Makalah ini membahas tentang antonim atau lawan kata (al-Tadhad) dalam bahasa Arab. Terdapat beberapa poin pembahasan utama yaitu: (1) pengertian al-Tadhad, (2) macam-macamnya yang terdiri dari perlawanan biner, bertingkat, timbal balik, dan berkaitan dengan arah, (3) pendapat ulama yang pro dan kontra, (4) sebab-sebab munculnya lafadz al-Tadhad, dan (
Makalah ini membahas tentang An-Naht (Akronim) dalam bahasa Arab. An-Naht didefinisikan sebagai formulasi dua kata atau lebih menjadi satu ungkapan baru yang menunjukkan makna aslinya. Makalah ini menjelaskan pengertian An-Naht secara bahasa dan istilah, perkembangan An-Naht dalam bahasa modern, serta bagaimana An-Naht dibagi menjadi beberapa bagian.
Dokumen ini membahas definisi Al-Quran secara etimologi dan istilah, sejarah turunnya Al-Quran secara bertahap, hikmah turunnya secara berangsur-angsur, pengumpulan dan penulisan Al-Quran pada masa Nabi Muhammad SAW, Khulafaur Rasyidin, dan setelahnya.
Dokumen tersebut membahas tentang ilmu tajwid yang mencakup pengertian, tempat keluarnya huruf, sifat-sifat huruf, hukum mad, nun mati dan tanwin, idghom, tafkhim dan tarqiq, serta hukum-hukum tertentu terkait bacaan Al-Quran.
Makalah ini membahas tentang antonim atau lawan kata (al-Tadhad) dalam bahasa Arab. Terdapat beberapa poin pembahasan utama yaitu: (1) pengertian al-Tadhad, (2) macam-macamnya yang terdiri dari perlawanan biner, bertingkat, timbal balik, dan berkaitan dengan arah, (3) pendapat ulama yang pro dan kontra, (4) sebab-sebab munculnya lafadz al-Tadhad, dan (
The document discusses eight important Islamic holy days:
1) Eid ul Fitr marks the end of Ramadan and is celebrated with special prayers, new clothes, and festive meals.
2) Ashura commemorates the martyrdom of Hussein and is observed somberly by Shi'a Muslims.
3) Al-Hijra celebrates the Islamic New Year and the Prophet Muhammad's migration from Mecca to Medina in 622 AD.
4) Lailat al Qadr marks the night the Quran was revealed to the Prophet and is spent in prayer and recitation.
Makalah ini membahas tentang dialek (lahjah) dalam bahasa, termasuk definisi dialek, faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan dialek, dan contoh dialek regional dan sosial. Makalah ini juga menjelaskan asal usul dan perkembangan dialek serta faktor-faktor penyatuan bahasa."
Dokumen tersebut membahas tentang Makhorijul Huruf, yaitu tempat keluarnya huruf-huruf hijaiyah dalam membaca Al-Quran. Terdapat 5 tempat makhraj huruf utama yakni mulut, tenggorokan, lidah, bibir, dan hidung. Pengetahuan akan makhraj huruf penting agar pelafalan huruf dalam membaca Al-Quran tepat sesuai dengan aturan tajwid untuk menghindari kesalahan makna.
Dokumen tersebut membahas tentang persiapan umat Islam dalam menyambut bulan Ramadhan, termasuk menghayati hikmah puasa, memahami fiqih puasa, dan menghias Ramadhan dengan shalat tarawih dan membaca Al-Quran.
Khulafaurrasyidin adalah empat khalifah yang memimpin umat Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, yaitu Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Mereka memimpin dengan penuh kebijaksanaan dan keteladanan serta memperluas wilayah dakwah Islam.
Bahan ajar pendidikan bahasa arab di miAmsori Saari
Dokumen tersebut membahas tentang pendidikan bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah (MI), meliputi hakekat dan fungsi bahasa, karakteristik bahasa Arab, pembelajaran tarakib (struktur bahasa) dan mufradat (kosakata), strategi pembelajaran bahasa Arab, dan tantangan yang dihadapi.
Salat Tarawih dan Witir adalah salat sunah pada bulan Ramadhan. Salat Tarawih dilakukan setelah Isya berjumlah 8-36 rakaat, sedangkan Witir dilakukan setelah Isya dengan jumlah rakaat ganjil 1-13 rakaat. Kedua salat ini memiliki keutamaan besar.
Dokumen tersebut membahas tentang sejarah dan perkembangan kajian bahasa secara ilmiah. Kajian bahasa sebagai ilmu baru yang berkembang seiring kemajuan peradaban manusia, meskipun bahasa telah ada dan dipraktikkan sejak ribuan tahun yang lalu. Kajian bahasa mencakup aspek sosial bahasa sebagai sistem komunikasi antarmanusia dan karakteristik bahasa sebagai sistem lambang yang kompleks."
Dokumen tersebut membahas tentang rumus menyambung huruf hijaiyyah pada kelompok 1. Terdapat 28 huruf hijaiyyah yang terdiri dari huruf-huruf konsonan dan beberapa huruf vokal seperti alif, waw, dan ya. Beberapa huruf dapat disambung dan menyambung, sementara yang lain hanya dapat disambung saja. Dokumen ini juga menjelaskan tentang berbagai tanda harakat seperti fathah, kasrah, dhummah
Dokumen tersebut membahas tentang hukum bacaan mad dalam Al-Quran. Terdapat empat jenis hukum bacaan mad yaitu mad lazim mukhoffaf kilmi, mutsaqqal kilmi, mukhoffaf harfi, dan mutsaqqal harfi. Dokumen menjelaskan pengertian, contoh, dan perbedaan keempat jenis hukum bacaan mad tersebut.
The document discusses eight important Islamic holy days:
1) Eid ul Fitr marks the end of Ramadan and is celebrated with special prayers, new clothes, and festive meals.
2) Ashura commemorates the martyrdom of Hussein and is observed somberly by Shi'a Muslims.
3) Al-Hijra celebrates the Islamic New Year and the Prophet Muhammad's migration from Mecca to Medina in 622 AD.
4) Lailat al Qadr marks the night the Quran was revealed to the Prophet and is spent in prayer and recitation.
Makalah ini membahas tentang dialek (lahjah) dalam bahasa, termasuk definisi dialek, faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan dialek, dan contoh dialek regional dan sosial. Makalah ini juga menjelaskan asal usul dan perkembangan dialek serta faktor-faktor penyatuan bahasa."
Dokumen tersebut membahas tentang Makhorijul Huruf, yaitu tempat keluarnya huruf-huruf hijaiyah dalam membaca Al-Quran. Terdapat 5 tempat makhraj huruf utama yakni mulut, tenggorokan, lidah, bibir, dan hidung. Pengetahuan akan makhraj huruf penting agar pelafalan huruf dalam membaca Al-Quran tepat sesuai dengan aturan tajwid untuk menghindari kesalahan makna.
Dokumen tersebut membahas tentang persiapan umat Islam dalam menyambut bulan Ramadhan, termasuk menghayati hikmah puasa, memahami fiqih puasa, dan menghias Ramadhan dengan shalat tarawih dan membaca Al-Quran.
Khulafaurrasyidin adalah empat khalifah yang memimpin umat Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, yaitu Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Mereka memimpin dengan penuh kebijaksanaan dan keteladanan serta memperluas wilayah dakwah Islam.
Bahan ajar pendidikan bahasa arab di miAmsori Saari
Dokumen tersebut membahas tentang pendidikan bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah (MI), meliputi hakekat dan fungsi bahasa, karakteristik bahasa Arab, pembelajaran tarakib (struktur bahasa) dan mufradat (kosakata), strategi pembelajaran bahasa Arab, dan tantangan yang dihadapi.
Salat Tarawih dan Witir adalah salat sunah pada bulan Ramadhan. Salat Tarawih dilakukan setelah Isya berjumlah 8-36 rakaat, sedangkan Witir dilakukan setelah Isya dengan jumlah rakaat ganjil 1-13 rakaat. Kedua salat ini memiliki keutamaan besar.
Dokumen tersebut membahas tentang sejarah dan perkembangan kajian bahasa secara ilmiah. Kajian bahasa sebagai ilmu baru yang berkembang seiring kemajuan peradaban manusia, meskipun bahasa telah ada dan dipraktikkan sejak ribuan tahun yang lalu. Kajian bahasa mencakup aspek sosial bahasa sebagai sistem komunikasi antarmanusia dan karakteristik bahasa sebagai sistem lambang yang kompleks."
Dokumen tersebut membahas tentang rumus menyambung huruf hijaiyyah pada kelompok 1. Terdapat 28 huruf hijaiyyah yang terdiri dari huruf-huruf konsonan dan beberapa huruf vokal seperti alif, waw, dan ya. Beberapa huruf dapat disambung dan menyambung, sementara yang lain hanya dapat disambung saja. Dokumen ini juga menjelaskan tentang berbagai tanda harakat seperti fathah, kasrah, dhummah
Dokumen tersebut membahas tentang hukum bacaan mad dalam Al-Quran. Terdapat empat jenis hukum bacaan mad yaitu mad lazim mukhoffaf kilmi, mutsaqqal kilmi, mukhoffaf harfi, dan mutsaqqal harfi. Dokumen menjelaskan pengertian, contoh, dan perbedaan keempat jenis hukum bacaan mad tersebut.
Dokumen tersebut membincangkan tentang pengaruh bahasa Arab dalam bahasa Melayu, dengan lebih 1,700 perkataan Arab telah diserap ke dalam bahasa Melayu. Ia juga menyentuh mengenai kepentingan penguasaan bahasa Arab bagi umat Islam kerana al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya pembelajaran bahasa Arab dalam pendidikan Islam. Bahasa Arab merupakan bahasa penting bagi umat Islam karena al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab dan sumber-sumber ajaran Islam tertulis dalam bahasa Arab. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Arab sangat diperlukan dalam pendidikan Islam untuk memahami substansi teks-teks keagamaan."
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya mempelajari bahasa Arab, karena bahasa Arab merupakan bahasa Al-Quran dan sunnah, serta bahasa penghuni surga. Dokumen tersebut juga menyebutkan dalil-dalil dari Al-Quran dan hadits tentang pentingnya mempelajari bahasa Arab. Selain itu, diberikan tips untuk mempelajari bahasa Arab secara efektif.
Dokumen tersebut membahas tentang ilmu Balaghah sebagai cabang ilmu bahasa Arab. Terdapat beberapa bagian utama dalam dokumen yaitu tujuan pembahasan, metode pembahasan, sejarah singkat bahasa Arab, pentingnya bahasa Arab, dan ilmu-ilmu bahasa Arab. Dokumen ini memberikan gambaran umum mengenai asal-usul dan perkembangan bahasa Arab serta berbagai cabang ilmu yang berkaitan dengan bahasa Arab.
Teks membahas hubungan antara Islam, Al-Quran, dan bahasa Arab. Islam memperkuat penyebaran bahasa Arab ke luar Jazirah Arab dan mendorong perkembangan bahasa Arab di berbagai negara non-Arab. Islam juga memengaruhi perkembangan bahasa Arab dan menjadikannya bahasa agama dan ilmu pengetahuan.
Makalah ini membahas tentang karakteristik bahasa Arab. Pertama, membahas pengertian bahasa secara umum dan bahasa Arab secara khusus. Kedua, membahas hakikat dan karakteristik bahasa secara umum yang meliputi bahasa sebagai sistem lambang berbentuk bunyi, bersifat unik, universal, arbitrer, dan produktif. Ketiga, membahas karakteristik khusus bahasa Arab seperti kaya akan kosa kata dan sin
Tsaqofah Islamiyah tentang pentingnya belajar bahasa Arab.pptRumahbacaNurulquran1
1. Bahasa Arab merupakan bahasa penting dalam agama Islam karena al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab dan bahasa hukum syariat Islam.
2. Bahasa Arab memiliki pengaruh luas terhadap bahasa-bahasa lain di dunia Melayu-Islam karena kosakata Arab banyak dipinjam setelah penyebaran agama Islam.
3. Rasulullah SAW menganjurkan umat Islam untuk mempelajari bahasa Arab karena al-Quran diturunkan d
Dokumen tersebut membahas tentang penggunaan serapan bahasa Arab dalam bahasa Indonesia dan Melayu sebagai bahasa komunikasi. Ia menjelaskan bagaimana bahasa Arab menyerap ke dalam bahasa-bahasa lain, termasuk bahasa Indonesia dan Melayu, melalui konsep agama, sastra, hukum, dan lainnya. Dokumen ini juga menganalisis penggunaan tulisan Arab Melayu atau Jawi di Nusantara dan bagaimana ia berkemb
Makalah ini membahas tentang karakteristik bahasa Arab. Pertama, memberikan pengertian bahasa secara umum dan bahasa Arab secara khusus. Kedua, membahas hakikat dan karakteristik bahasa secara umum. Ketiga, menjelaskan karakteristik khusus bahasa Arab seperti kaya akan kosa kata, menjadi bahasa Alquran, sistem pembuatan kata (tashrif dan ishtiqaq), dan penggunaan i'rab.
Para psikologis telah menyimpulkan bahwa kebutuhan untuk merasa dikasihi merupakan kebutuhan emosional utama manusia. Demi kasih, kita mau mendaki pegunungan, menyeberangi lautan, melintasi padang pasir, dan mengalami penderitaan-penderitaan yang tak terperi beratnyadan tak terhitung banyaknya (Lebay). Tanpa kasih, pegunungan menjadi tidak terdaki, lautan tidak terseberangi, padang pasir tak tertahankan, dan penderitaan menjadi kemalangan kita hidup (Super Lebay).
Modul ini membahas tentang pembuatan media presentasi untuk keperluan pembelajaran. Terdiri dari dua kegiatan belajar, yaitu:
1. Pengenalan media presentasi, program yang dapat digunakan, dan prinsip-prinsip pengembangannya.
2. Langkah-langkah pembuatan media presentasi mulai dari perencanaan, penulisan naskah, produksi, hingga evaluasi.
- TIK mencakup pengetahuan dan alat yang digunakan untuk meningkatkan komunikasi dan membuat kehidupan lebih mudah, seperti komputer dan internet
- TIK dalam pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan keaktifan siswa dalam belajar"
Dokumen memberikan informasi tentang cara mencari bahan ajar di Google.com dengan menentukan judul materi dan tipe file seperti doc, pdf, xls, ppt, atau vlc. Dokumen juga memberikan beberapa situs sumber bahan ajar agama Islam seperti shamela.ws, almeshkat.com, almaktba.com, dan saaid.net yang dapat digunakan sebagai referensi.
Kritik sanad dan matan hadits merupakan metode untuk menilai kualitas riwayat dan isi hadits. Kritik sanad digunakan untuk menilai rantai narasi sedangkan kritik matan menilai keaslian dan makna teks hadits. Tujuannya adalah mengetahui kredibilitas hadits sebagai sumber hukum Islam.
Hadits shahih dan hasan merupakan dua kategori hadits yang memenuhi syarat-syarat tertentu sehingga dapat digunakan sebagai hujjah. Hadits shahih memiliki sanad yang bersambung dan rawi yang adil serta dhabit sempurna, sedangkan hadits hasan memiliki rawi yang adil meski kedhabitannya kurang sempurna. Kebanyakan ulama sepakat menggunakan keduanya sebagai hujjah, meski ada pendapat yang mensyarat
Hadits dha'if dan maudhu merupakan dua jenis hadits yang lemah. Hadits dha'if adalah hadits yang tidak memenuhi kriteria hasan karena kelemahan sanad atau matannya, sedangkan hadits maudhu adalah hadits palsu yang sengaja diciptakan oleh pendusta untuk mengarang kata-kata Nabi. Kedua jenis hadits ini memiliki berbagai macam dan ciri khas, serta ulama telah berupaya melawan pemalsuan dengan
14. kritik sanad matn dalam ilmu haditsFakhri Cool
Dokumen tersebut membahas tentang kritik sanad-matn dalam ilmu hadis. Secara singkat, dibahas mengenai pentingnya penelitian hadis, latar belakang timbulnya masalah pemalsuan hadis, proses panjang penghimpunan hadis sehingga dibutuhkan kritik hadis, serta definisi kritik hadis menurut istilah dan tokoh-tokoh hadis. Juga dibahas mengenai studi kritik sanad yang mempelajari perawi hadis, dan
Teks tersebut membahas tentang inkarus sunnah, yaitu paham yang menolak hadits atau sunnah sebagai sumber ajaran Islam kedua. Aliran ini muncul karena faktor politik dan berkembang pada masa klasik dan modern. Ada dua kategori inkarus sunnah, yaitu yang hanya menerima sebagian hadits dan yang menolak hadits secara keseluruhan.
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
1. Fiqh Lughah
Bahasa Fushha dan ‘Amiyah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan
masalah menjadi bentuk pertanyaan di bawah ini:
1. Apa pengertian Bahasa Arab Fushha dan ‘Amiyah?
2. Bagaimana sejarah munculnya Bahasa Arab Fushha dan ‘Amiyah?
3. Apa perbedaan antara Bahasa Arab Fushha dan ‘Amiyah?
4. Apa yang dimaksud dengan istilah Bilingualisme dan Diglosia?
C. Metode Penulisan
Metode yang penulis gunakan dalam penulisan makalah ini adalah
metode kepustakaan, yaitu sebuah metode dengan mengumpulkan keteranganketerangan dari berbagai referensi.
1
2. Fiqh Lughah
Bahasa Fushha dan ‘Amiyah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fushha dan ‘Amiyah
Bahasa arab baku adalah bahasa Quraisy yang digunakan al-Qur’an
dan Nabi Muhammad saw. Bahasa ini selanjutnya disebut sebagai bahasa
Arab fusha. Bahasa Arab Fushha adalah ragam bahasa yang ditemukan
dalam al-Qur’an, hadits Nabi dan warisan tradisi Arab. Bahasa fusha
digunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi dan untuk kepentingan
kodifikasi karya-karya puisi, prosa dan penulisan pemikiran intelektual secara
umum.
Sedangkan Bahasa ‘Amiyah adalah ragam bahasa yang digunakan
untuk urusan-urusan biasa sehari-hari. Bahasa amiyah ini menurut kalangan
linguis modern, dikenal dengan sejumlah nama semisal: al-lughat alammiyah, asy-syakl al-lughawy al-darij, al-lahajat al-sya’i’ah, al-lughah almahkiyah, al-lahajat al-arabiyah al-ammiyah, al-lahajat al-darijah, al-lahajat
al-ammiyah, al-arabiyah al-ammiyah, al-lughah al-darijah, al-kalam al-darij,
al-kalām al-ammiy, dan lughah al-sya’b.
B. Munculnya Bahasa Fushha dan ‘Amiyah
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahasa Arab baku adalah
bahasa Quraisy yang digunakan dalam Al-Qur’an dan Nabi Muhammad SAW.
Bahasa ini selanjutnya disebut dengan bahasa Arab Fushha. Hari ini bahasa
Arab Fushha adalah ragam bahasa yang ditemukan di dalam Al-Qur’an,
hadits nabi dan warisan tradisi Arab. Bahasa fushha hari ini digunakan dalam
2
3. Fiqh Lughah
Bahasa Fushha dan ‘Amiyah
kesempatan-kesempatan resmi dan untuk kepentingan kodifikasi karya-karya
puisi, prosa, dan penulisan pemikiran intelektual secara umum. Sedangkan
bahasa ‘amiyah adalah ragam bahasa yang digunakan untuk urusan-urusan
sehari-hari.
Di zaman pra Islam, masyarakat Arab mengenal stratifikasi kefasihan
bahasa. Kabilah yang dianggap paling fasih dibanding yang lain adalah
Quraisy yang dikenal sebagai surat al-Arab (pusatnya masyarakat Arab).
Kefasihan bahasa Quraisy ini terutama ditunjang oleh tempat tinggal mereka
yang secara geografis berjauhan dengan negara-negara bangsa non-Arab dari
segala penjuru. Dibawah kefasihan Quraisy adalah bahasa kabilah Tsaqif,
Hudzail, Khuza’ah, Bani Kinanah, Ghathfan, Bani Asad, dan Bani Tamim,
menyusul kemudian kabilah Rabi’ah, Lakhm, Judzam, Ghassan, Iyadh,
Qadha’ah, dan Arab Yaman yang bertetangga dekat dengan Persia, Romawi,
dan Habasyah. Kefasihan berbahasa itu terus dipelihara hingga meluasnya
ekspansi Islam ke luar jazirah dan masyarakat Arab mulai berinteraksi dengan
masyarakat bangsa lain.
Dalam proses interaksi dan berbagai transaksi sosial lainnya itu terjadi
kesaling pengaruhan antara bahasa yang digunakan. Masyarakat ‘Ajam belajar
berbahasa Arab dan masyarakat Arab mulai mengenal bahasa mereka.
Intensitas interaksi tersebut lambat laun mulai berimbas pada penggunaan
bahasa Arab yang mulai bercampur dengan beberapa kosakata asing, baik
dengan atau tanpa proses arabisasi (ta’rib). Pertukaran pengetahuan antar
mereka juga berpengaruh pada pertambahan khazanah bahasa Arab khususnya
menyangkut hal-hal yang sebelumnya tidak diketahui masyarakat Arab ketika
hidup terisolasi dari bangsa lain. Masyarakat non-Arab juga kerap melakukan
kesalahan dalam menggunakan bahasa Arab. Fenomena ini kemudian makin
meluas melalui transaksi sosial, misalnya dalam aktivitas ekonomi di pasarpasar terutama sejak abad ke-5 H. Ragam bahasa Arab yang digunakan
3
4. Fiqh Lughah
Bahasa Fushha dan ‘Amiyah
terutama di pasar-pasar, pada gilirannya mulai menemukan ciri-ciri tersendiri
dan meneguhkan identitasnya. “Bahasa pasaran” itu telah menjadi medium
komunikasi yang dimengerti oleh berbagai pihak yang terlibat di dalamnya.
Berbeda dengan ragam bahasa Arab Fushha yang syarat muatan
teologis sebagai bahasa agama, ragam bahasa “pasar” ini begitu ringan
mengalir tanpa adanya aturan yang rumit yang harus diwaspadai. Fenomena
penyimpangan bahasa (lahn) adalah cikal bakal lahirnya bahasa ‘Amiyah,
bahkan ia disebut sebagai bahasa ‘amiyah yang pertama. Berbeda dengan
dialek-dialek bahasa Arab yang digunakan di sejumlah tempat lokal. Bahasa
Arab ‘Amiyah adalah bahasa yang “menyalahi” kaidah-kaidah orisinil bahasa
Fushha. Dengan kata lain, bahasa ‘amiyah adalah “bahasa dalam
penyimpangan” (lughat fi al-lahn) setelah sebelumnya merupakan fenomena
dalam penyimpangan bahasa. Secara perlahan tapi pasti bahasa ‘amiyah terus
berkembang hingga menjelma sebagai bahasa yang otonom dengan kaidah
dan ciri-cirinya sendiri. Bahasa ‘Amiyah di negeri-negeri (taklukan) Islam
awalnya adalah lahn yang sederhana dan masih labil karena masyarakatnya
masih memiliki watak bahasa Arab yang genuin. Karena itu, di awal
kemunculannya, bahasa ‘Amiyah di kalangan masyarakat masih mempunyai
rentangan antara yang lebih dekat dengan bahasa baku (Fushha) sampai pada
yang jauh darinya. Contoh daerah yang memiliki bahasa yang masih sangat
dekat dengan bahasa baku itu sampai abad ke-3 H antara lain negeri Hijaz,
Basrah, dan Kufah.
Selanjutnya bahasa ‘Amiyah
mulai menyebar di beberapa tempat
semisal Syam, Mesir, dan Sawad. Di beberapa tempat itu bahasa Arab Fushha
sudah menerima kosakata serapan dari Persia, Romawi, Qibtiyah, dan
Nabthiyah dalam jumlah yang cukup besar. Karena itu bahasa masyarakat
mulai rusak dalam ukuran yang signifikan. Masyarakat mulai mencampur
adukkan bahasa asli mereka dengan bahasa-bahasa serapan tanpa melakukan
4
5. Fiqh Lughah
Bahasa Fushha dan ‘Amiyah
pemilihan. Di antara kosakata serapan yang paling banyak diambil adalah kata
benda (asma), sedangkan kata-kata ajektiva sedikit saja yang diadopsi.
Banyaknya pengadopsian kata benda itu karena intensitas pemakaiannya lebih
tinggi dibanding dengan jenis kata yang lain.
C. Perbedaan Bunyi Bahasa Arab Fusha dan ‘Amiyah
Jika dipetakan secara garis besar, bahasa Arab terbagi atas dua ragam,
yakni bahasa Arab baku (fusha) atau sering disebut formal language yang
dipakai sebagai bahasa resmi, yang merupakan perkembangan kembali bahasa
Arab Klasik dan bahasa yang dipakai dalam Al-Qur,an dan Hadits, dan bahasa
Arab amiyah (bahasa sehari-hari, bahasa pasaran, atau bahasa gaul) atau
sering disebut in-formal language yang dipakai sebagai bahasa komunikasi
non-formal sehari-hari.
Kedua jenis ini masing-masing mempunyai dialek geografis.
Perbedaan dialek geografis bahasa Arab baku tidak mencolok, misalnya /j/
diucapkan dengan [g] di Mesir, sementara di daerah Saudi Arabiah dan
sekitarnya [g] adalah realisasi pengucapan dari /q/.
Kata-kata dalam tuturan bahasa Arab amiyah dialek Saudi Arabiah
secara fonologis berbeda dengan bahasa fusha/ baku. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa bahasa amiyah dialek Saudi Arabiah mempunyai banyak
variasi fonologis yang berbeda dengan bahasa fusha. Variasi fonologis itu
berupa: penggantian bunyi, penambahan bunyi, dan pelesapan bunyi. Adapun
penjelasannya sebagai berikut:
1. Penggantian Bunyi
Penggantian dalam bahasa amiyah dialek Saudi Arabiah meliputi:
• Penggantian konsonan dengan konsonan
5
6. Fiqh Lughah
Bahasa Fushha dan ‘Amiyah
Penggantian konsonan dengan konsonan pada bahasa amiyah dialek Saudi
Arabiah hanya terjadi pada tiga konsonan, yaitu konsonan /dz/, /ts/ dan /?/.
1) Perubahan /dz/ dari [ð] → [d]
Dalam bahasa amiyah dialek Saudi Arabia konsonan /dz/ (interdental
frikatif bersuara) yang secara fusha diucapkan [ð] sering berubah
menjadi /d/ (dentalveolar plosif bersuara). Perubahan ini biasa terjadi
ketika /dz/ berposisi di akhir kata atau berada di akhir suku kata
tertutup. Contoh:
[ تفضل خذtafaddal xuð] dibaca [tafaddal xud] 'Silakan ambil'
[ ذاالحينðal hi:n] dibaca [da hǽn] 'Sekarang'
2) Perubahan /ts/ dari [θ] menjadi [t]
Dalam bahasa amiyah dialek Saudi Arabiah konsonan /ts/ (interdendal
frikatif tak bersuara) sering dilafalkan dengan [t] (interdental plosif tak
bersuara). Contoh:
[ خذ في ثلةجةxuð fi: θalla:jah] dibaca [xud fi: talla:jah] 'Ambil di kulkas'
[ ثمانية عشرةθama:niya ašrah] dibaca [tama:nta ‘ašr] 'delapan belas'
3) Perubahan /?/ menjadi [y]
Dalam bahasa amiyah dialek Saudi Arabiah konsonan /?/ dalam sering
berubah menjadi [y]. Contoh:
?[ أبغى ماءbgha: ma:?] dibaca ?[ أبغى موياabgha: muya] 'saya mau air'
[ أنا تائهana: ta:?ih] dibaca [ أنا تايهana: ta:yih] 'saya tersesat'
[ ستمائةsittimi?ah] dibaca [ ستميةsittimiya] 'enam ratus'
6
7. Fiqh Lughah
Bahasa Fushha dan ‘Amiyah
• Penggantian vokal dengan vokal
Penggantian vokal dengan vokal pada bahasa amiyah dialek Saudi
Arabiah meliputi penggantian /a/ dengan /i/, dan penggantian
diftong /au/ dengan /o/ dan /ai/ dengan /e/. Contoh:
[ من أنتman ?anta] dibaca [ من أنتmin inta] 'siapa anda?'
[ أي شيئ تبغىayyu šai? tabgha] dibaca [ أيش تبغىe:š tibgha] 'perlu apa?'
[ الثوبal-θaub] dibaca [al-θo:b] 'pakaian'
2. Penambahan Bunyi
Penambahan bunyi dalam bahasa amiyah dialek Saudi Arabiah hanya ada di
awal dan akhir kata, sedangkan penambahan di tengah kata tidak ditemukan.
• Penambahan bunyi di awal
Penambahan bunyi di awal kata dalam bahasa amiyah dialek Saudi Arabiah
jarang terjadi. Satu-satunya data yang menunjukkan adanya penambahan
bunyi di awal adalah pada frase [ ميين أييين؟min ?aina?] ’dari mana?’. Frase
tersebut dalam bahasa amiyah dialek Saudi Arabia diucapkan [ ميين فييينmin
fe:n]. Di sini tambahannya berupa konsonan /f-/ yang mendahului ?aina
setelah /?/ dilesapkan terlebih dahulu.
• Penambahan bunyi di akhir
Penambahan bunyi di akhir kata dalam bahasa amiyah dialek Saudi Arabiah,
yaitu penambahan vokal /a/ setelah ya’ mutakallim (kata ganti orang pertama
tunggal) yang berfungsi sebagai enklitik. Contoh:
[ معيma’iy] dibaca [ معاياma’ay:a] 'Bersamaku'
7
8. Fiqh Lughah
Bahasa Fushha dan ‘Amiyah
?[ أخيaxiy] dibaca ?[ أخوياaxuya] 'Saudaraku'
3. Pelesapan Bunyi
Pelesapan bunyi dalam bahasa amiyah dialek Saudi Arabiah meliputi
pelesapan bunyi di awal, di tengah, dan di akhir kata.
• Pelesapan bunyi di awal
Pelesapan bunyi di awal kata dalam bahasa amiyah dialek Saudi Arabiah
hanya ditemukan dalam dua kata, yaitu seperti contoh berikut:
[ يا أخيya ?axiy] dibaca [ يا خويya xu:ya] 'hai saudaraku!
?[ أرنيariny] dibaca [ رينيri:ny] 'tunjukkan padaku'
• Pelesapan bunyi di tengah
Pelesapan bunyi di tengah kata dalam bahasa amiyah dialek Saudi Arabiah
ada yang berupa pelesapan konsonan dan ada pelesapan vokal. Contoh:
‘[ على شأنala: ša?ni] dibaca ‘[ علشانalašan] 'karena'
[ ما عليهma: ‘alaih] dibaca [ معليشma‘leiš] 'tidak apa-apa'
[ لي شيءli?ayyi šay’] dibaca [ ليشle:š] 'mengapa?'
ّ ش
[ خمسة عشرxamsata ‘ašar] dibaca [ خمسة شرxamstašar] 'lima belas'
• Pelesapan bunyi di akhir
Pelesapan bunyi di akhir kata dalam bahasa amiyah dialek Saudi Arabiah
berupa pelesapan vokal, pelesapan konsonan, dan ada juga yang berupa
pelesapan silabel. Pelesapan konsonan biasanya terjadi pada isim mu’annats
8
9. Fiqh Lughah
Bahasa Fushha dan ‘Amiyah
yaitu dengan cara pelesapan konsonan /h/ atau /t/ yang merupakan penanda
feminin. Pelesapan vokal biasanya terjadi di akhir verba, sedangkan pelesapan
silabel terjadi pada kata-kata tertentu. Contoh:
[ اللغة العربيةal-lugah al-‘arabiyyah] dibaca [ اللغ العربيal-lugal-‘arabiyya]
ّ
[ تسكنtaskunu] dibaca [ تسكنtaskun] 'Anda tinggal'
[ وأنتwa ?anta] dibaca [ وأنwa ?an] 'dan kamu?'
[ الذيal-laði:] dibaca [ اليel-le:] 'yang (kata penghubung)'.
ّ
D. Bilingualisme (Izdiwajiyat al- lughah) dan Diglosia (Tsunaiyat al-lughah)
Dalam bahasa Fushha dan Amiyah
dikenal adanya istilah
bilingualisme (kedwibahasaan), yaitu penggunaan dua bahasa berbeda oleh
seorang penutur atau lebih dalam pergaulannya dengan orang lain secara
bergantian.
Namun, sebagian peneliti bahasa menolak penggunaan istilah
bilingualisme yang digunakan oleh kebanyakan ahli bahasa, dengan alasan
lahirnya bentuk bahasa Arab: Fushah dan Amiyah. Bahasa Fushah dan
Amiyah merupakan dua ragam yang berakar dari satu bahasa, sementara
bilingualisme terdapat pada dua bahasa yang berbeda, seperti halnya
perbedaan antara bahasa Perancis dan Bahasa Arab , atau antara Bahasa
Jerman dan Turki.
Untuk itu persoalannya tidak dapat dikaitkan dengan pemahaman
bilingualisme. Tetapi ia merupakan sebentuk diglosia yang menurut Ferguson
adalah suatu situasi yang didalamnya ada dua ragam dari satu bahasa yang
hidup berdampingan dengan peran masing-masing dalam masyarakat itu.
9
10. Fiqh Lughah
Bahasa Fushha dan ‘Amiyah
Ferguson menjelaskan diglosia itu dari Sembilan segi: fungsi, prestise,
warisan tradisi, tulis menulis, pemerolehan, pembakuan, tata bahasa, leksikon,
dan fonologi. Menurutnya, dalam suatu bahasa ada dua ragam yang berbeda.
Yang satu disebut Dialek Tinggi, dan yang kedua Dialek Rendah. Dalam
Bahasa Arab dialek tinggi itu mengacu pada Bahasa Arab yang dipakai dalam
Al Qur’an dan bahasa klasik (Turast Arabi) yang lazim disebut Bahasa Fashih.
Sementara dialek rendah mengacu pada berbagai Masyarakat Arab diberbagai
Negara yang lazim disebut bahasa pasaran.(Amiyah)
Oleh karenanya, Distribusi fungsional dialek tinggi dan dialek rendah
mempunyai arti, bahwa terdapat situasi dimana hanya dialek tinggi yang
sesuai untuk digunakan dan dalam situasi lain hanya dialek rendah yang biasa
digunakan. Fungsi tinggi hanya pada sitasi resmi atau formal, sementara
fungsi rendah hanya pada situasi informal dan santai.
Sebenarnya bangsa arab telah mengenal adanya diglosia ini sejak masa
jahiliah. setiap kabilah memiliki dialek masing –masing dan bahasanya yang
khusus. Dengan adanya hubungan komunikasi antara bangsa arab dan para
penutur kabilah lain, itu akan segera membuat sempurna pada bahasa kabilah
ini, sehingga bila mereka bercakap-cakap, berpidato, membacakan syair atau
mengadakan pembicaraan antara satu kabilah dengan kabilah yang lainnya,
mereka senantiasa bertumpu pada bahasa umum(musytarakah). Dan diglosia
inilah masih tetap bertahan setelah datangnya islam ke negeri arab.
Diglosia bahasa fusha dan amiyah pada bangsa arab itu mulai muncul
seiring lahirnya amiyah itu sendiri, yaitu pada massa penaklukan-penaklukan
islam pertama setelah membaurnya orang arab dengan orang ajami (asing).
10
12. Fiqh Lughah
Bahasa Fushha dan ‘Amiyah
BAB III
SIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa:
Bahasa Arab Fushha adalah ragam bahasa yang ditemukan dalam al-Qur’an,
hadits Nabi dan warisan tradisi Arab. Bahasa fusha digunakan dalam kesempatankesempatan resmi dan untuk kepentingan kodifikasi karya-karya puisi, prosa dan
penulisan pemikiran intelektual secara umum.
Sedangkan Bahasa ‘Amiyah adalah ragam bahasa yang digunakan untuk
urusan-urusan biasa sehari-hari. Bahasa amiyah ini menurut kalangan linguis modern,
dikenal dengan sejumlah nama semisal: al-lughat al-ammiyah, asy-syakl al-lughawy
al-darij, al-lahajat al-sya’i’ah, dan lain-lain.
Bahasa amiyah dialek Saudi Arabiah mempunyai banyak variasi fonologis yang
berbeda dengan bahasa fusha/ baku. Variasi fonologis itu dikelompokkan menjadi
beberapa macam, yakni penggantian bunyi, penambahan bunyi, pelesapan bunyi.
Dalam bahasa amiyah dialek Saudi Arabiah, variasi yang berupa penggantian
bunyi meliputi penggantian konsonan dengan konsonan dan vokal dengan vokal. Ada
tiga konsonan yang mengalami perubahan, yaitu konsonan /dz/ → [d], /ts/ → [t]
dan /?/→ [y], sedangkan perubahan vokal meliputi vokal /a/ → [i], diftong /ai/ →
[e:], dan diftong /au/ → [o:].
Sedangkan penambahan bunyi hanya ada di awal dan akhir kata. Penambahan
bunyi di awal jarang terjadi, sedangkan penambahan bunyi di akhir kata berupa
penambahan vokal /a/ setelah ya’ mutakallim yang berfungsi sebagai enklitik.
Pelesapan bunyi dalam bahasa amiyah dialek Saudi Arabiah meliputi
pelesapan bunyi di awal, di tengah, dan di akhir kata. Pelesapan bunyi di awal kata
jarang terjadi. Pelesapan bunyi di tengah kata ada yang berupa pelesapan konsonan
12
13. Fiqh Lughah
Bahasa Fushha dan ‘Amiyah
dan ada pelesapan vokal. Pelesapan bunyi di akhir kata berupa berupa pelesapan
vokal, pelesapan konsonan, dan pelesapan silabel.
Dalam bahasa Fushha dan Amiyah
dikenal adanya istilah bilingualisme
(kedwibahasaan), yaitu penggunaan dua bahasa berbeda oleh seorang penutur atau
lebih dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.
Selain itu, ada istilah Diglosia, menurut Ferguson adalah suatu situasi yang
didalamnya ada dua ragam dari satu bahasa yang hidup berdampingan dengan peran
masing-masing dalam masyarakat itu.
13
14. Fiqh Lughah
Bahasa Fushha dan ‘Amiyah
DAFTAR PUSTAKA
Nandang S, Ade, 2012, Fiqh Lughah, Bandung: CV. Insan Mandiri
http//:Ach Farouq Abdullah, S.Pd.I/2013/10/27/Bahasa Fushha dan ‘Amiyah
http//: google.com//Bahasa Fushha dan ‘Amiyah
14