AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
Ukd 2 fiqhu
1. Ujian Kompetensi Dasar II Fiqhu Al-lughah
Dosen Pembimbing : Muhammad Yunus A, S.S., M.A.
Muflihana Dwi Faiqoh
C1011031
Jurusan Sastra Arab
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
1. Makalah sederhana tentang “Triliteralitas dalam Bahasa Semit sebagai Ciri Khas Bahasa
Arab : Analisis Morfologi”
TRILITERALITAS DALAM BAHASA SEMIT SEBAGAI CIRI KHAS BAHASA ARAB :
ANALISIS MORFOLOGI
Pendahuluan
Bahasa Arab merupakan rumpun dari bahasa Semit. Di antara sekian banyak sifat-sifat
bahasa Semit, satu di antaranya adalah triliteralitasnya. Triliteralitas adalah kata-katanya terdiri
dari akar tiga konsonan dan merupakan derivatif dari akar ini. Ini adalah salah satu ciri khas dari
bahasa Semit.
Bahasa Arab dalam bentuk klasiknya adalah bahasa asli yang menjadi sumber dari
berbagai bahasa Semit; dan dari bahasa asli inilah ragam bahasa Semit muncul.
Pembahasan
Akar kata bahasa Semit lebih banyak menggunakan konsonan dari pada vokal. Dengan
kata lain, makna dasar suatu kata terkait dengan konsonan akar kata. Sedangkan vokal dianggap
dalam sebuah kata dan tidak merubah makna sebuah kata.
Mayoritas kata-kata yang ada dalam bahasa Semit kembali kepada bentuk asli yang
tersusun dari tiga huruf. Kata-kata tersebut maknanya terkandung dalam tiga konsonan akar kata,
lalu diberi awalan atau sisipan untuk mengubah maknanya, seperti kata َكَتَب menjadi َاسَتكتب
2. , َانكتب ,َبِتُك, dan seterusnya. Itulah sebabnya, verba (fi’il) dalam bahasa Semit memiliki sejumlah
pola berimbuhan (mazid) yang menunjukkan berbagai makna yang diambil dari makna verba
dasar yang dibentuk secara baku dengan mengubah kata dasar untuk menunjukkan kuantitas atau
kualitas perbuatan, seperti makna saling melakukan perbuatan, bentuk pasif dan lain-lain.
Bahasa Semit dalam pembentukan kalimat dan strukturnya, dan dalam bentuk al-
musytaqat (املشتقات) bentuk derivasi, diambil dari bentuk lain (املأخوذَمنَغريه), seperti dalam ismul-
fa‘il + ismul-maf‘ul dan ismuz-zaman + ismul-makan (Anis).
Bentuk isytiqaq (derivasi) ditentukan oleh perubahan harakat (كةتغيريَاحلر), baik dengan cara
penambahan pada huruf-huruf pembentuk kata, maupun dengan cara pengurangan. Dalam
perubahan ini tidak hanya melekat satu bentuk saja, melainkan dengan banyak bentuk. Namun
begitu, hal ini tidak berlaku dalam bahasa Ariyyah, karena dalam bahasa tersebut ditentukan atau
dipastikan bentuk derivasinya dengan cara penambahan unsur-unsur kebahasaan tertentu yang
menunjukkan pada sebuah makna khusus dan secara dominan penambahan unsur-unsur
kebahasaan tersebut berada di awal kata (Anis).
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, beberapa kesimpulan yang dapat diambil adalah:
- Triliteralitas adalah kata-kata yang terdiri dari akar tiga konsonan dan merupakan
derivatif dari akar ini. Ini adalah salah satu sifat dari bahasa Semit dan salah satu ciri khas
bahasa Arab.
- Makna dasar suatu kata dalam bahasa Semit terkait dengan konsonan akar kata.
- Terdapat banyak sekali kata yang ada dalam bahasa Semit kembali kepada bentuk asli
yang tersusun dari tiga huruf. Kata-kata tersebut maknanya terkandung dalam tiga
konsonan akar kata.
- Bahasa Semit dalam pembentukan kalimat dan strukturnya, dan dalam bentuk derivasi,
diambil dari bentuk lain.
- Bentuk derivasi bahasa Semit ditentukan oleh perubahan harakat, baik dengan cara
penambahan pada huruf-huruf pembentuk kata, maupun dengan cara pengurangan.
3. 2. “the cradle of civilization” dan “ardhur-rafidhin”
“The cradle of civilization” secara bahasa berarti tempat kelahiran peradaban dunia.
Tempat yang dimaksud tersebut adalah wilayah Timur Tengah (Near East), yang menurut
beberapa literatur, wilayah tersebut adalah Mesopotamia. Di tempat tersebutlah, dahulu sampai
sekarang menjadi wilayah yang menjadi tempat tinggal sebuah kelompok kecil yang
menggunakan bahasa Akkadia sebagai lingua franca di wilayah tersebut. Seribu tahun
sesudahnya, bahasa Aramaic menjadi lingua franca di wilayah tersebut. Dan terakhir, dua ribu
rahun sesudahnya, bahasa Arab-lah yang menjadi lingua franca di wilayah tersebut. Bahasa-
bahasa Semitic tersebut merupakan bahasa-bahasa yang bersinggungan dengan agama.
Mesopotamia merupakan wilayah dimana suku Nomaden mulai membangun desa-desa,
yang menjadi sebuah peradaban dengan sebuah bahasa dan aturan, yang kemudian mulai
menjadi masyarakat modern.
Wilayah tersebut terletak di antara dua sungai, yaitu Tigris dan Eufrat. Wilayah tersebut
berawal dari sebuah pemukiman yang kemudian berkembang menjadi komplek perkotaan.
Mesopotamia dikenal sebagai “The Cradle of Civilization” karena ia merupakan
peradaban yang pertama kali diketahui. Selain itu, Mesopotamia juga merupakan salah satu
tempat yang pernah menjadi tempat bermukim manusia (wiki.answer)
“Ardhur-rafidhin” secara bahasa berarti tanah yang berada di antara dua sungai, yang
juga lebih banyak dikenal dengan Mesopotamia. “Ardhur-rafidhin” adalah suatu penamaan oleh
bangsa Yunani Kuno pada Negara yang berada di antara dua suangai, yaitu sungai Tigris dan
Eufrat. Wilayah ini berkembang dengan baik dan merupakan tempat bermukim peradaban-
peradaban besar, di antaranya peradaban Sumeria, Akkadia, Babilonia, Asyiria, dan lain
sebagainya. Sementara pengaruh dari peradaban-peradaban tersebut menyebar sampai ke negara-
negara tetangga sejak abad ke 5 SM.
4. 3. Penjelasan Bagan
WAKTU SEMIT
TEMPAT
TINGGAL
YAFUS CHAM SYAM
4.000
SM
BABILONIA
(AKADIA)
ASSYIRIA KALDEA
= LEMBAH
TIGRIS
(EUFRAT)
2.500
SM
AMERIA +
KANA
PHOENECIA SURIAH
1.500
SM
ARAMIA =
SURIAH
IBRANI =
PALESTINA
TERDAPAT KESAMAAN BAHASA:
1. AKAR KATA KERJANYA SAMA = 3 KONSONAN
2. MENGENAL DUA PENUNJUK WAKTU
3. PERUBAHAN KATA KERJANYA MENGIKUTI POLA YANG SAMA
4. KATA GANTI ORANG/ KATA BENDA SAMA
5. NAMA ANGGOTA TUBUH SAMA
BANGSA BABILONIA – ASSYRIA – KALDEA – AMERIA- ARAMIA – PHOENISIA – IBRANI –
ARAB - ABBISSINIA
SEMENANJUNG ARAB
Istilah Semit ditetapkan sebagai sebutan bagi sekumpulan bahasa/bangsa yang
dihubungkan kepada salah satu anak nabi Nuh as yaitu Sam. Bangsa dan kabilah-kabilah dibagi
menjadi tiga bagian besar yang semuanya kembali kepada anak-anak Nuh as, yaitu Sam, Ham,
dan Yafuts.
Jika membaca sejarah kuno, mulai pertengahan Millenium keempat sebelum Masehi
(4000 SM), orang-orang Babilonia (pada awalnya disebut orang-orang Akkadia, sesuai dengan
nama ibu kota mereka, Akkadu di Agade), Assyiria dan berikutnya orang-orang Kaldea
menduduki lembah Tigris Efrat.
Setelah 2500 SM, orang Ameria dan Kana (termaksud orang-orang Phoenecia)
menempati wilayah Suriah; dan sekitar 1500 SM orang-orang Aramia tinggal di Suriah,
sedangkan orang-orang Ibrani mendiami daerah Palestina.
5. Hingga abad ke-19, masyarakat dunia belum menyadari bahwa bangsa-bangsa di atas
memiliki hubungan yang dekat. Dengan berhasil diterjemahkanya tulisan Arab kuno pada
pertengahan abad ke-19 dan dilakukannya kajian komparatif tentang bahasa Assyiria, Babilonia,
Ibrani, Aramaik, Arab dan Etiopia, ditemukan bahwa bahasa-bahasa itu memiliki kesamaan yang
menakjubkan, dan karenanya semuanya dianggap berasal dari rumpun yang sama. Pada masing-
masing bahasa itu, (1) kata kerjanya terdiri atas tiga konsonan; (2) hanya mengenal dua petunjuk
waktu, yaitu telah dan sedang (dan akan); (3) perubahan kata kerjanya mengikuti pola yang
sama. (4) Unsur-unsur kosakatanya, termasuk kata ganti orang, kata benda yang menunjukan
hubungan keluarga, jumlah dan (5) nama-nama anggota tubuh tertentu, memiliki kemiripan.
Perbandingan ciri fisik orang-orang yang berbicara dengan bahasa-bahasa itu juga
memperlihatkan berbagai kemiripan yang mengesankan. Dengan demikian, kesamaan bahasa itu
tidak lain merupakan cerminan dari kesamaan karakter kebangsaan mereka.
Kesimpulannya adalah, bangsa-bangsa ini --Babilonia, Assyiria, Kaldea, Ameria, Kana,
Aramia, Phoenecia, Ibrani, Arab, dan Abissinia-- sebelum mereka berkembang menjadi beragam
bangsa, pasti pernah hidup pada suatu masa tertentu dan di tempat tertentu sebagai satu bangsa.
Ada yang mengatakan bahwa tempat tersebut adalah Semenanjung Arab.
4. “Bahasa Semit/Samiyah” dan “Al-Lughah al-Jazariyah”
يةراللغاتَاجلز atau “Al-Lughah al-Jazariyah” adalah sekumpulan bahasa yang diujarkan oleh
kelompok tertentu yang menempati semenanjung Arab (adh-Dhamin dalam Anis). Sementara
istilah bahasa Samiyah ditetapkan sebagai sebutan bagi sekumpulan bahasa yang dihubungkan
kepada salah satu anak nabi Nuh as yaitu Sam. Orang yang pertama kali memberikan istilah
tersebut adalah Schlozer pada tahun 1781 ketika dia mencari nama bagi bangsa Ibrani dan
bangsa Arab. Dia melihat antara bahasa Ibrani dan bangsa Arab ternyata ada hubungan dan
kesamaan. Schlozer menyandarkan penamaan ini kepada berita yang terdapat dalam kitab Taurat
tentang keturunan Nuh as setelah terjadi banjir besar. Bangsa dan kabilah-kabilah dibagi menjadi
tiga bagian besar yang semuanya kembali kepada anak-anak Nuh as, yaitu Sam, Ham, dan
Yafuts (Hartono).
Penamaan istilah lughah Saamiyyah adalah penamaan secara istilah, namun begitu, telah
diketahui bahwasanya tidak ada umat yang bernama Samiyah. Beberapa ahli bahasa pun
6. berpendapat bahwa penamaan bahasa Semit/Samiyah ini tidak ilmiah, karena istilah ini tidak
pernah digunakan bangsa Arab pada masa dahulu, kini, maupun yang akan datang (Anis).
Istilah Samiyah diarahkan pada Yahudi dalam hal kepercayaan mereka. Bahasa Samiyah
merupakan bahasa yang mempunyai rumpun-rumpunnya, yang masih dipelajari sampai masa ini.
Tetapi kita menemukan bahwasanya sebagian pelajar masih berusaha untuk memperbaiki
penamaan ini, walaupun kenyataannya sebagian besar pelajar itu masih menggunakan istilah itu
dalam banyak hal, disamping berusaha menyelamatkan kesahihannya.
5. Urgensi memahami bahasa-bahasa Semit
Bahasa Arab merupakan rumpun dari bahasa Semit. Maka dari itu, mempelajari bahasa
Arab sama pentingnya dengan mempelajari bahasa Semit. Dengan mempelajari dan memahami
bahasa Semit, kita akan dapat mengetahui perkembangan kebahasaan. Selain itu, dengan
memahami bahasa Semit, akan dapat diketahui huruf asli maupun huruf tambahan dalam bahasa
Arab, karena notabene bahasa Arab merupakan rumpun bahasa Semit, beberapa kaidah bahasa
Semit sama dengan kaidah bahasa Arab. Bahasa Semit juga merupakan bahasa yang terbukti
paling awal muncul dan paling lama bertahan hidupnya (Rubin, 2010).
Referensi
Anis, Muhammad Yunus. Al-Lughaat Al-Jazariyyah (ةّيرَاجلز اللغات) atau As-Saamiyyah (ةّاميّالس).
Power point presentation
Atlas Sejarah Dunia Islam
Hartono, Rudi. http://superiseng.blogspot.com/2013/06/bangsa-semit.html. Diunduh pada 13 April
2014 12.35
Rubin, Aaron D. 2010. A Brief Introduction to the Semitic Languages. USA: Gorgias Press
Wiki.answer.http://wiki.answers.com/Q/Why_is_Mesopotamia_called_the_cradle_of_civilizatoin?#sli
de=1. Diunduh pada 13 April 2014 12.45