Estas apostilas foram elaboradas pelas professoras Sônia Godoy Bueno Carvalho Lopes e Fanly Fungyi Chow Ho e faz parte da série de materiais sobre diversidade biológica e filogenia, do curso de Licenciatura em Ciências da USP/Univesp, abordando vírus, organismos alveolados, processos evolutivos, introdução à classificação dos eucariontes e vários ouros temas.
Para baixar as outras, acesse: http://www.euquerobiologia.com.br/2016/01/9-apostilas-para-voce-estudar-diversidade-biologica-e-filogenia.html.
Estas apostilas foram elaboradas pelas professoras Sônia Godoy Bueno Carvalho Lopes e Fanly Fungyi Chow Ho e faz parte da série de materiais sobre diversidade biológica e filogenia, do curso de Licenciatura em Ciências da USP/Univesp, abordando vírus, organismos alveolados, processos evolutivos, introdução à classificação dos eucariontes e vários ouros temas.
Para baixar as outras, acesse: http://www.euquerobiologia.com.br/2016/01/9-apostilas-para-voce-estudar-diversidade-biologica-e-filogenia.html.
Biologia molecular: 4 pdfs sobre conceitos e técnicas laboratoriais: http://www.euquerobiologia.com.br/2016/12/biologia-molecular-conceitos-e-tecnicas-laboratoriais
KEJANG DEMAM pada anak karena proses intrakranial.pptxssuser8d0437
ialah bangkitan kejang yang terjadi akibat peningkatan suhu tubuh (suhu di atas 38 C dengan metode pengukuran suhu apapun ) yang tidak disebabkan oleh suatu proses intrakranial
I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Kejang demam adalah kebangkitan kejang yang terjadi pada kenakan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38 oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Menurut konsensus Statment on Febrite Seizures (1980), kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan deman tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk.
Akhir-akhir ini, kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan, yaitu kejang demam sederhana yang biasanya berlangsung 15 menit dan kejang demam komplikasi yang berlangsung 15 menit dan umum, fokal, atau multipel (lebih 1 kali kejang dalam 24 jam)
B. Etiologi
1. Infeksi
2. Gangguan metabolik
3. Proses desak ruang intrakranial
4. Epilepsi
C. Patofisiologi
D. Diagnosis Banding
Ada 2 macam kejang demam yaitu :
1. Kejang demam sederhana
a. Kejang demam yang memenuhi modifikasi kriteria, livingstone.
b. Umum diantara 6 bulan – 4 tahun.
c. Lama kejang kurang dari 15 menit.
d. Kejang bersifat umum.
e. Kejang yang terjadi dalam waktu 16 jam setelah timbulnya demam.
f. Tidak ada kelainan neurologik, baik klinis maupun laboratorium.
g. EEG normal 1 minggu setelah ganglatan kejang.
2. Kejang demam komplikasi
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu kriteria living stome diatas digolongkan kepada epilepsi yang di provokasi oleh demam, kejang kelompok ini mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan timbulnya kejang, sedangkan demam hanya merupakan faktor pencetus.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
2. Kejang...
• Gangguan fungsi otak tanpa sengaja
paroksimal yang dapat nampak sebagai
gangguan atau kehilangan kesadaran,
aktivitas motorik abnormal, kelainan
prilaku, gangguan sensoris, atau disfungsi
otonom.
Ilmu kesehatan anak, jilid 3, Nelson, EGC
3. Kejang Demam
• adalah kejang yang disertai demam /
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal > 38 C) yang disebabkan suatu
proses ekstrakranium ; di luar rongga
tengkorak
Ilmu kesehatan anak, jilid 3, Nelson, EGC
4. Angka kejadian
• Sering dijumpai pd bayi dan anak
• Perbandingan anak laki laki dan
perempuan ialah 1,25 : 1
Kejang demam, febrile convulsions, Prof.Dr.dr.S.M. Lumbantobing, FKUI
5. Etiologi
Tiga faktor utama yang berperan :
• Faktor Demam
• Faktor Umur
• Faktor Gen
Ilmu kesehatan anak , FKUSU
6. Faktor demam
• Cepatnya penaikan
suhu tubuh memegang
peranan penting
sebagai penyebab KD
Derajat demam
• 75% dari anak dengan
demam : 39 C
• 25% dari anak dengan
demam >40 C
Ilmu kesehatan anak , FKUSU
Faktor umur
• Umumnya KD terjadi
umur 9 bln - 5 thn
• Puncak tertinggi umur
14 – 18 bln
• 85% KD pertama
terjadi pada umur
sampai umur 4 thn
• KD sebelum 5-6 bln
kemungkinan infeksi
SSP
7. Faktor gen
• Gen berperanan penting pada KD
• Anamnese KD pada famili 7.5%
• Risiko meningkat 2-3 x bila saudara/i KD
• Risiko meningkat 5%, bila seorang orang
tua menderita KD
• Mode penurunan gen KD: Domimant,
Recessive, Polygenic
Ilmu kesehatan anak , FKUSU; Ilmu kesehatan Anak, Nelson, EGC
8. gambaran klinik
• Hilangnya kesadaran dgn cepat
• Bersuara menangis, ekspirasi paksa krn
spasme trhoraks / abdomen
• Inkontinensia urin atau alvi
• Disfungsi otonom
• Otot” brkontraksi dan posisi tubuh mungkin
berubah
• Otot berkontraksi dan melemas
• Jmlh kontraksi bertahap berkurang
• Kekuatannya tdk berubah
• Lidah tergigit
• Setelah sadar mungkin mengalami
kebingungan , agak stupor, atau bengong.Patofisiologi sylvia, volum 2 edisi 3, EGC
9. Klasifikasi menurut prichard dan
Mc Greal
• Kejang demam sederhana
• Kejang demam tidak khas
Kejang demam, febrile convulsions, Prof.Dr.dr.S.M. Lumbantobing, FKUI
10. Klasifikasi KD menurut
Livingston
KD sederhana
• Kejang bersifat umum
• Lama kejang
berlangsung singkat (
kurang dri 15 menit )
• Usia waktu KD
pertama muncul
kurang dri 6 thn
Epilepsi yg dicetuskan oleh
demam
• Kejang berlangsung lama
atau bersifat fokal /
setempat
• Usia lebih dri 6 tahun
saat serangan KD
pertama
• Frekuensi serangan
kejang lebih dri 4 x dlm 1
tahun
• Gambaran EEG
abnormal
Kejang demam, febrile convulsions, Prof.Dr.dr.S.M. Lumbantobing, FKUI
12. Kejang Demam Sederhana
• Dikeluarga tdk ada riwayat epilepsi
• Sebelumnya tdk ada riwayat cedera otak olh
penyebab apapun
• Serangan KD yg pertama trjd diantara usia 6
bln – 6 thn
• Lama kejang tdk lebih dri 20 menit
• Kejang tdk bersifat fokal / kedua belah tubuh
• Serangan kejang sekali pada satu periode
demam
• Tdk ada gangguan / abnormalitas pasca
kejangKejang demam, febrile convulsions, Prof.Dr.dr.S.M. Lumbantobing, FKUI
13. Kejang Demam Kompleks
• Lama kejang > 15 menit
• Kejang fokal/sebelah tubuh
• Serangan kejang lebih satu kali dalam 24
jam
• Biasanya ada kelainan neurologi pasca
kejang ( parese Todd; lumpuh pasca
serangan kejang)
Kejang demam, febrile convulsions, Prof.Dr.dr.S.M. Lumbantobing, FKUI
14. Diagnosa
• Tergantung bnyk faktor termasuk umur,
tipe dan frekuensi, ada tau tidaknya
temuan neurologis
Patofisiologi , volum 2, edisi 3, sylvia , EGC
15. Pemeriksaan
• Punksi Lumbal (PL) pada kasus-kasus
tertentu
• PL sangat dianjurkan pada bayi < 12
bulan
• PL dianjurkan pada anak 12 -18 bulan
• EEG nilai prognosisnya sedikit
Ilmu kesehatan anak , FKUSU
16. Pemeriksaan EEG
• Tidak dapat memprediksi berulangnya
kejang, atau memperkirakan kemungkinan
kejadian epilepsi pada pasien kejang
demam
• Abnormalitas EEG berhubungan dengan
seringnya serangan kejang
Ilmu kesehatan anak , FKUSU
17. Pencitraan
CT-Scan atau MRI jarang dikerjakan, tidak
rutin dan hanya atas indikasi seperti:
o Kelainan neurologik fokal yang menetap
(hemiparesis)
o Paresis nervus VI
o Papiledema
Ilmu kesehatan anak , FKUSU
18. Diferensial diagnosis
• Terpapar toksin
• Emboli sepsis
• Sindroma hemolitik-uremika
• Ensefalopati akut
• Malaria
• Menggigil waktu demam
• Epilepsi mioklonik
Ilmu kesehatan anak ,
20. Resiko KD berulang
• Pasien dengan KD
pertama sebelum umur
1 thn
• KD pada famili positif
• Kejang terjadi pada
tingkat suhu relatif
rendah
Resiko epilepsi setelah
KD Lebih mungkin bila:
• Perkembangan anak
abnormal sebelum
KD
• KD kompleks
• Epilepsi pada famili
positif
Ilmu kesehatan anak , FKUSU
23. Penatalaksanaan saat kejang
• Diberikan segera pada saat kejang terjadi;
larutan diazepam per rectal
• Diazepam rektal sangat efektif, dan dapat
diberikan di rumah
• Dosis 0,3-0,5mg/kg
Untuk memudahkan:
• 5 mg untuk BB < 10 kg
• 10 mg untuk BB > 10 kg
Ilmu kesehatan anak ,
24. Pemberian obat pada saat demam
(Pencegahan KD intermitten)
Antipiretik
• Parasetamol : 10 – 15 mg/kg/kali diberikan
4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali.
• Ibuprofen: 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari
Antikonvulsan
• Diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8
jam pada saat demam
• Diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8
jam pada suhu >38,5 C
Ilmu kesehatan anak , F
25. Pemberian obat rumat (Pencegahan KD
continuous)
Indikasi:
• Kejang lama > 15 menit
• Adanya kelainan neurologis yang nyata
sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis, paresis
• retardasi mental, hidrosefalus
• Kejang fokal
Ilmu kesehatan anak , FKUSU
26. Antikonvulsan
• Fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2
dosis
• Asam Valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-
3 dosis,
• Pengobatan diberikan selama 1 tahun
bebas kejang, kemudian dihentikan secara
bertahap selama 1-2 bulan
Ilmu kesehatan anak , FKUSU