Kejang demam pada anak dapat menyebabkan penurunan IQ dan kelumpuhan jika kejangnya berlangsung lama lebih dari 15 menit atau bersifat unilateral akibat kerusakan sel otak. Keluarga perlu mendapat penjelasan tentang penanganan kejang demam agar mencegah salah paham dan meningkatkan kepatuhan anak mengkonsumsi obat.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai asuhan keperawatan untuk kejang demam pada An. R di RSUP Dr. Sardjito.
2. Termasuk definisi, gejala klinis, pemeriksaan pendukung, dan penatalaksanaan kejang demam.
3. Juga memberikan informasi mengenai prognosis, risiko kejang berulang, risiko epilepsi, dan edukasi untuk orang tua.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien kejang demam, meliputi definisi kejang demam, klasifikasi, gejala, penyebab, diagnosis banding, tata laksana, dan diagnosa serta intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk merawat pasien kejang demam.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai asuhan keperawatan untuk kejang demam pada An. R di RSUP Dr. Sardjito.
2. Termasuk definisi, gejala klinis, pemeriksaan pendukung, dan penatalaksanaan kejang demam.
3. Juga memberikan informasi mengenai prognosis, risiko kejang berulang, risiko epilepsi, dan edukasi untuk orang tua.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien kejang demam, meliputi definisi kejang demam, klasifikasi, gejala, penyebab, diagnosis banding, tata laksana, dan diagnosa serta intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk merawat pasien kejang demam.
I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Kejang demam adalah kebangkitan kejang yang terjadi pada kenakan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38 oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Menurut konsensus Statment on Febrite Seizures (1980), kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan deman tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk.
Akhir-akhir ini, kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan, yaitu kejang demam sederhana yang biasanya berlangsung 15 menit dan kejang demam komplikasi yang berlangsung 15 menit dan umum, fokal, atau multipel (lebih 1 kali kejang dalam 24 jam)
B. Etiologi
1. Infeksi
2. Gangguan metabolik
3. Proses desak ruang intrakranial
4. Epilepsi
C. Patofisiologi
D. Diagnosis Banding
Ada 2 macam kejang demam yaitu :
1. Kejang demam sederhana
a. Kejang demam yang memenuhi modifikasi kriteria, livingstone.
b. Umum diantara 6 bulan – 4 tahun.
c. Lama kejang kurang dari 15 menit.
d. Kejang bersifat umum.
e. Kejang yang terjadi dalam waktu 16 jam setelah timbulnya demam.
f. Tidak ada kelainan neurologik, baik klinis maupun laboratorium.
g. EEG normal 1 minggu setelah ganglatan kejang.
2. Kejang demam komplikasi
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu kriteria living stome diatas digolongkan kepada epilepsi yang di provokasi oleh demam, kejang kelompok ini mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan timbulnya kejang, sedangkan demam hanya merupakan faktor pencetus.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh akibat proses ekstrakranium tanpa adanya infeksi otak atau saraf lainnya. Kejang demam umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 5 tahun dan sering disebabkan oleh infeksi seperti ISPA atau gastroenteritis. Meskipun penyebab pastinya belum diketahui, kejang biasanya terjadi akibat gangguan ion kalium dan natrium yang mengakibatkan pe
Rencana asuhan keperawatan menjelaskan diagnosa hipertermi pada pasien dengan suhu tubuh 38,8°C. Tujuan penanganannya adalah mengembalikan suhu tubuh ke normal 36,5°C. Rencana meliputi pemantauan suhu, pemberian kompres hangat, kolaborasi pemberian antiperetik, serta edukasi kepada orang tua tentang pengukuran suhu tubuh. Hasil implementasi menunjukkan suhu tubuh normal kembali beserta peningkatan pemah
Laporan ini membahas tentang asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam. Terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan seperti menjaga keefektifan bersih jalan nafas, mencegah resiko cedera akibat kejang, dan menurunkan suhu tubuh yang meningkat. Keluarga perlu diberikan edukasi tentang penanganan anak selama serangan demi meningkatkan pengetahuan mereka.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, klasifikasi, epidemiologi, mekanisme, pemeriksaan, dan penatalaksanaan kejang demam pada anak. Kejang demam dibedakan dari epilepsi dan diklasifikasi menjadi kejang demam sederhana dan kompleks. Pemeriksaan dan penatalaksanaan harus komprehensif dan mencakup pemberian obat antikejang, antipiretik, serta edukasi kepada orang tua.
Laporan kasus ini membahas tentang seorang bayi perempuan berusia 7 bulan yang dirawat dengan diagnosis kejang demam kompleks dengan diare akut dan dehidrasi ringan-sedang serta malnutrisi berat. Pada pemeriksaan ditemukan riwayat demam dan diare yang disertai kejang dan dehidrasi ringan.
Dokumen tersebut membahas tentang kejang demam pada anak, termasuk definisi, epidemiologi, patofisiologi, klasifikasi, gejala, faktor risiko, komplikasi, pemeriksaan, penatalaksanaan, dan pencegahan kejang demam.
Rencana asuhan keperawatan memberikan diagnosis hipertermi dan risiko kurangnya volume cairan pada pasien anak. Tujuan pengobatan adalah mengembalikan suhu tubuh normal dan keseimbangan cairan. Rencana meliputi pemantauan suhu tubuh dan cairan, pemberian kompres, obat antiperetik, cairan oral dan IV, serta pendidikan kepada orang tua tentang penyakit dan pentingnya kepatuhan terhadap program pengobatan. Hasilnya
Kejang demam adalah manifestasi dari berbagai penyakit yang menyebabkan kenaikan suhu tubuh. Dokumen ini menjelaskan definisi, epidemiologi, etiologi, faktor risiko, patofisiologi, klasifikasi, diagnosis, penatalaksanaan, dan prognosis dari kejang demam. Kejang demam dapat diklasifikasikan menjadi sederhana atau kompleks, dan penatalaksanaannya meliputi pengobatan fase akut, pencarian penyebab, serta profilaksis
This resume is for Fagurudeen Mohamed, an Assistant Professor of Civil Engineering with over 5 years of experience in teaching and 2 years of experience as a site engineer in Saudi Arabia. He has a B.E. in Civil Engineering, M.Tech in Structures, and PG Diploma in Quantity Surveying. He is seeking a position as a Cost Engineer/Estimating Engineer with experience in construction project management. He is available for a face-to-face interview with Aramco in Chennai.
Aren't you tired of traditional promotional tools? Are you looking to promote your business in a cost effective and proven manner? Start your journey with Tellurian Book Production to discover new and exciting corporate gift items to promote your business, gift items such as; 2017 Corporate Diaries, Customized Notebooks, 2017 Calendars, Business Gift Boxes, Gift Sets, and much more... For more information visit our website www.tellurian-uae.com
I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Kejang demam adalah kebangkitan kejang yang terjadi pada kenakan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38 oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Menurut konsensus Statment on Febrite Seizures (1980), kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan deman tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk.
Akhir-akhir ini, kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan, yaitu kejang demam sederhana yang biasanya berlangsung 15 menit dan kejang demam komplikasi yang berlangsung 15 menit dan umum, fokal, atau multipel (lebih 1 kali kejang dalam 24 jam)
B. Etiologi
1. Infeksi
2. Gangguan metabolik
3. Proses desak ruang intrakranial
4. Epilepsi
C. Patofisiologi
D. Diagnosis Banding
Ada 2 macam kejang demam yaitu :
1. Kejang demam sederhana
a. Kejang demam yang memenuhi modifikasi kriteria, livingstone.
b. Umum diantara 6 bulan – 4 tahun.
c. Lama kejang kurang dari 15 menit.
d. Kejang bersifat umum.
e. Kejang yang terjadi dalam waktu 16 jam setelah timbulnya demam.
f. Tidak ada kelainan neurologik, baik klinis maupun laboratorium.
g. EEG normal 1 minggu setelah ganglatan kejang.
2. Kejang demam komplikasi
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu kriteria living stome diatas digolongkan kepada epilepsi yang di provokasi oleh demam, kejang kelompok ini mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan timbulnya kejang, sedangkan demam hanya merupakan faktor pencetus.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh akibat proses ekstrakranium tanpa adanya infeksi otak atau saraf lainnya. Kejang demam umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 5 tahun dan sering disebabkan oleh infeksi seperti ISPA atau gastroenteritis. Meskipun penyebab pastinya belum diketahui, kejang biasanya terjadi akibat gangguan ion kalium dan natrium yang mengakibatkan pe
Rencana asuhan keperawatan menjelaskan diagnosa hipertermi pada pasien dengan suhu tubuh 38,8°C. Tujuan penanganannya adalah mengembalikan suhu tubuh ke normal 36,5°C. Rencana meliputi pemantauan suhu, pemberian kompres hangat, kolaborasi pemberian antiperetik, serta edukasi kepada orang tua tentang pengukuran suhu tubuh. Hasil implementasi menunjukkan suhu tubuh normal kembali beserta peningkatan pemah
Laporan ini membahas tentang asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam. Terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan seperti menjaga keefektifan bersih jalan nafas, mencegah resiko cedera akibat kejang, dan menurunkan suhu tubuh yang meningkat. Keluarga perlu diberikan edukasi tentang penanganan anak selama serangan demi meningkatkan pengetahuan mereka.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, klasifikasi, epidemiologi, mekanisme, pemeriksaan, dan penatalaksanaan kejang demam pada anak. Kejang demam dibedakan dari epilepsi dan diklasifikasi menjadi kejang demam sederhana dan kompleks. Pemeriksaan dan penatalaksanaan harus komprehensif dan mencakup pemberian obat antikejang, antipiretik, serta edukasi kepada orang tua.
Laporan kasus ini membahas tentang seorang bayi perempuan berusia 7 bulan yang dirawat dengan diagnosis kejang demam kompleks dengan diare akut dan dehidrasi ringan-sedang serta malnutrisi berat. Pada pemeriksaan ditemukan riwayat demam dan diare yang disertai kejang dan dehidrasi ringan.
Dokumen tersebut membahas tentang kejang demam pada anak, termasuk definisi, epidemiologi, patofisiologi, klasifikasi, gejala, faktor risiko, komplikasi, pemeriksaan, penatalaksanaan, dan pencegahan kejang demam.
Rencana asuhan keperawatan memberikan diagnosis hipertermi dan risiko kurangnya volume cairan pada pasien anak. Tujuan pengobatan adalah mengembalikan suhu tubuh normal dan keseimbangan cairan. Rencana meliputi pemantauan suhu tubuh dan cairan, pemberian kompres, obat antiperetik, cairan oral dan IV, serta pendidikan kepada orang tua tentang penyakit dan pentingnya kepatuhan terhadap program pengobatan. Hasilnya
Kejang demam adalah manifestasi dari berbagai penyakit yang menyebabkan kenaikan suhu tubuh. Dokumen ini menjelaskan definisi, epidemiologi, etiologi, faktor risiko, patofisiologi, klasifikasi, diagnosis, penatalaksanaan, dan prognosis dari kejang demam. Kejang demam dapat diklasifikasikan menjadi sederhana atau kompleks, dan penatalaksanaannya meliputi pengobatan fase akut, pencarian penyebab, serta profilaksis
This resume is for Fagurudeen Mohamed, an Assistant Professor of Civil Engineering with over 5 years of experience in teaching and 2 years of experience as a site engineer in Saudi Arabia. He has a B.E. in Civil Engineering, M.Tech in Structures, and PG Diploma in Quantity Surveying. He is seeking a position as a Cost Engineer/Estimating Engineer with experience in construction project management. He is available for a face-to-face interview with Aramco in Chennai.
Aren't you tired of traditional promotional tools? Are you looking to promote your business in a cost effective and proven manner? Start your journey with Tellurian Book Production to discover new and exciting corporate gift items to promote your business, gift items such as; 2017 Corporate Diaries, Customized Notebooks, 2017 Calendars, Business Gift Boxes, Gift Sets, and much more... For more information visit our website www.tellurian-uae.com
Photosynthesis occurs in the chloroplast, which contains thylakoids that are stacked like pancakes within the chloroplast. Chlorophyll, the green pigment found in thylakoids, absorbs sunlight during the light-dependent reactions. The light-dependent reactions convert solar energy into ATP and NADPH through a process that releases oxygen. The light-independent reactions, also called the Calvin cycle, take place in the chloroplast stroma and use ATP and NADPH to convert carbon dioxide into a 3-carbon carbohydrate that can then be used to produce glucose or other carbohydrates through multiple steps.
This document provides guidelines for performing one-dimensional ground response analysis (GRA) and merging the results with probabilistic seismic hazard analysis (PSHA) to develop hazard-consistent ground motion estimates. It reviews previous studies on the accuracy of 1D GRA in estimating observed site response from recordings. While some studies achieved mixed success due to physical processes not captured by 1D analysis, the guidelines aim to perform GRA and interpret results to reduce bias and dispersion in ground motion predictions. The guidelines cover recommendations for shear wave velocity profiles, modulus reduction and damping curves, input motion selection, developing amplification functions from GRA, and implementing the results within PSHA or modifying hazard curves.
The document describes integrating art therapy into solution-focused brief therapy in school settings. It discusses setting up a portable art station with various materials, using art with elementary students to create a therapeutic space and teach emotional intelligence. It also describes a proposed 8-week art therapy group for 7th grade girls focusing on solution-focused goals and using art as a means of self-expression.
Avadhut Vitthal Jadhav is a mechanical draughtsman and piping designer with over 6 years of experience. He has worked on projects for companies in industries such as oil recycling, process plants, and refineries. His skills include AutoCAD, AutoPlant, PDMS, piping design, and creating engineering drawings. He holds a Diploma in Mechanical Engineering and qualifications in draughtsmanship.
The author is a pediatric oncologist who is passionate about improving health outcomes globally. He manages cancer patients clinically and conducts research studies. His personal experience with leukemia as a child drives him to help others without access to adequate care. He seeks opportunities to work with multidisciplinary teams and organizations to solve health issues through a holistic approach considering all factors that impact well-being.
Shelly Jones is seeking a position that utilizes her experience in organizational development, business development, fundraising, and event management. She has a bachelor's degree in communications and a minor in training and development. She has experience coordinating fundraising events, developing training programs, and managing non-profit and private organizations. Her resume details her skills, qualifications, work history, education, and references.
This document summarizes two major CAD and simulation projects completed by the author for their university studies. The first project involved modeling the Melbourne CBD in CAD to identify potential locations for wind turbines, with the author modeling several city blocks. The second was a race car front wing design project where the author designed and simulated a front wing in CAD and FEA/CFD software. Smaller additional projects involving an impact test rig and infrared spectroscopy sample holder are also mentioned.
This document summarizes Gayle Wooten's 2014 dissertation which tested relationships among transformational factors in a postsecondary environment using the Burke-Litwin Organizational Performance and Change Model. Data was collected through a survey distributed to employees at four campuses of a statewide technical education system. Confirmatory factor analysis and structural equation modeling supported use of the Burke-Litwin model in explaining organizational performance in this context. Future research could further develop and apply the model in other higher education settings.
The document provides an investment attraction strategy for the City of Melton. It outlines that Melton is well positioned for growth due to affordable industrial land, infrastructure access, and a large local labor pool. The strategy was developed through background research and stakeholder consultation. It identifies strategic themes such as activity centers/precincts, investment facilitation, business incubation, future growth areas, and marketing. The strategy aims to leverage population growth and attract investment in logistics/warehousing, advanced manufacturing, and professional services to diversify the local economy.
The portfolio summarizes Adriana Enriquez's graduate studies in architecture at the Academy of Art University. It includes sections on personal goals and resume, coursework portfolio, and a thesis proposal. The portfolio documents projects from various design studios focusing on spatial composition, materials and methods, construction documents, building and site design, and intermediate design studios. It also includes sketches, diagrams, and documentation of coursework in history, structures, environmental controls, and design media. The thesis proposal presents a mission statement and introduction to a proposal for a 21st century library for millennials.
Dokumen tersebut membahas tentang kejang demam pada anak, meliputi definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, komplikasi, diagnosa, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan. Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh akibat infeksi di luar sistem saraf pusat, umumnya pada anak usia 6 bulan-5 tahun. Penatalaksanaan meliputi penurunan demam, pemberian obat ant
TATALAKSANA DEMAM PADA ANAK (EFIR).docxUGDPKMMARIDAN
Teks tersebut membahas penatalaksanaan demam pada anak, meliputi definisi demam, patofisiologi demam, penilaian awal pasien demam, dan penatalaksanaan demam secara umum dan untuk kondisi khusus seperti hiperpireksia dan kejang demam.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sering dijumpai pada anak dibawah lima tahun.
2. Etiologi kejang demam meliputi gangguan metabolik, infeksi, trauma otak, dan kelainan bawaan.
3. Patofisiologi kejang demam terkait dengan gangguan keseimbangan ion di dalam dan luar sel saraf yang mengakibatkan pelepasan list
Demam thypoid atau demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi, dengan gejala utama demam lebih dari seminggu disertai gangguan pencernaan dan kesadaran. Penatalaksanaannya meliputi istirahat, diet yang sesuai, dan antibiotik seperti kloramfenikol selama 14 hari.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, komplikasi, fase-fase, penatalaksanaan, pencegahan, dan pemeriksaan diagnostik kejang demam serta asuhan keperawatan untuk pasien kejang demam. Kejang demam adalah kejang yang terjadi saat demam yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti obat, ketidakseimbangan kimiawi, patologi otak, atau idiopatik.
Dokumen tersebut membahas tentang kejang demam pada anak, meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, fase-fase, penatalaksanaan medik, pencegahan, pemeriksaan diagnostik, dan asuhan keperawatan untuk kejang demam dan risiko gangguan pernafasan yang dapat timbul.
Dokumen tersebut membahas tentang kejang demam pada anak, termasuk pengertian, anatomi fisiologi, dan asuhan keperawatan. Kejang demam adalah kejang yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius, umumnya pada anak usia 3 bulan hingga 5 tahun. Asuhan keperawatan meliputi penurunan demam, pencegahan kejang ulang, serta edukasi kepada orang tua.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang tetanus pada anak, mencakup pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan medik, dan konsep asuhan keperawatan. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa tetanus adalah penyakit yang ditandai dengan kekakuan otot akibat toksin Clostridium tetani, yang dapat ditangani dengan debridement luka, antibiotik, dan antikonvulsan serta per
1. Kejang demam adalah kejang yang terjadi saat demam akibat infeksi ekstrakranial pada anak. Kejang demam dapat diklasifikasikan menjadi sederhana dan kompleks.
2. Penatalaksanaan kejang demam meliputi penanganan akut selama kejang, pengobatan penyebab, dan profilaksis untuk mencegah kejang berulang.
3. Prognosis kejang demam umumnya baik asalkan ditangani dengan tepat dan cepat.
1. Dokumen tersebut membahas tentang konsep penyakit tetanus, termasuk pengertian, etiologi, patofisiologi, gejala, komplikasi, diagnosis, dan penatalaksanaan penyakit tetanus.
2. Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin Clostridium tetani, dengan gejala kejang otot dan kaku. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh luka dalam yang terkontaminasi.
3. Diagnosis tetanus
Dokumen tersebut membahas konsep penyakit tetanus, meliputi definisi, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, komplikasi, diagnosis, dan penatalaksanaan penyakit tetanus. Penyakit ini disebabkan oleh toksin dari Clostridium tetani dan bermanifestasi dengan kejang otot. Diagnosis didasarkan pada riwayat luka dan gejala klinis kejang, sedangkan penatalaksanaannya meliputi pemberian antibiotik, relaksan otot, dan
1. Makalah ini membahas tentang kejang demam pada anak, termasuk definisi, etiologi, tanda dan gejala, diagnosa banding, patofisiologi, komplikasi, dan penanganannya.
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Askep anak kejang demam
1. Asuhan Keperawatan Anak
Kejang Demam
Oleh :
Abdul Mujib, Diah Ayu Puspitasari, Ervin
Dwi Pramita, Miftakhul Khasanah, M.
Gaustullah, Siti Masita
2. Definisi
Demam adalah meningkatnya temperatur tubuh
secara abnormal lebih dari 37,5oC, merupakan
respon tubuh terhadap kuman, bakteri dan virus
penyebab penyakit yang masuk ke dalam tubuh
(Suriadi, 2001).
Kejang adalah perubahan fungsi otak mendadak
dan sementara sebagai akibat dari aktivitas
neoronal yang abnormal dan pelepasan listrik
serebral yang berlebihan (Betz, 2002).
Gangguan kejang merupakan sindrom kronis
dimana disfungsi neurologis pada jaringan serebral
menghasilkan episode paraksosmal berulang
(kejang) gangguan perilaku, suasana hati, sensasi,
persepsi, gerakan dan tonus otot (Carpenito, 2000).
3. Etiologi
Demam itu sendiri
Efek produk toksik dari pada mikroorganisme
(kuman dan virus terhadap otak).
Respon alergik atau keadaan imun yang
abnormal oleh infeksi.
Perubahan keseimbangan cairan atau
elektrolit
Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang
ringan yang tidak diketahui atau ensekalopati
toksik sepintas.
Gabungan semua faktor tersebut di atas.
5. K.D sederhana
Umur 6 bulan sampai empat tahun.
Lama kejang tidak lebih dari 15 menit.
Kejang bersifat umum.
Kejang terjadi 16 jam pertama setelah timbulnya
demam.
EEG normal satu minggu setelah kejang.
Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang
normal.
Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tahun tidak
lebih dari empat kali.
6. K. D kompleks
Lama kejang lebih dari 15 menit
Frekuensi kejang lebih dari satu kali dalam 24 jam.
Anak mempunyai kelainan neurologis atau riwayat
kejang demam sebelumnya.
Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tuhun lebih
dari Empat kali.
Kejang demam yang tipe kejangnya fokal, artinya
kejangnya tidak seluruh tubuh misalnya kejangnya
cuma tangan kiri saja atau kaki kanan saja.
7. Patofisiologi
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1 derajat
celcius akan menyebabkan metabolisme basal
meningkat 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat
20%. Pada seorang anak yang berumur 3 tahun
sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh,
sedangkan pada orang dewasa hanya 15%. Jadi
pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi
perubahan keseimbangan dari membran dan dalam
waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium
maupun natrium melalui membran tadi, dengan
akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan
listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas
ke seluruh sel maupun ke membran sel lainnya dengan
bantuan bahan yang disebut neurotransmitter
sehingga terjadi kejang.
9. Manifestasi Klinis
Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu
tubuh yang tejradi secara tiba-tiba)
Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit
(hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami
kejang demam)
Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh
yang biasanya berlangsung selama 10-20 detik)
Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat
dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2 menit)
Lidah atau pipinya tergigit
Gigi atau rahangnya terkatup rapat
Inkontinensia (mengompol)
Gangguan pernafasan
Apneu (henti nafas)
Kulitnya kebiruan
10. Prognosa
Riwayat penyakit kejang tanpa demam
dalam keluarga.
Keluarga dengan kelainan saraf.
Kejang yang berlangsung lama atau kejang
lokal.
11. Penatalaksanaan
Menurut Arif Mansjoer (Kapita selekta kedokteran,
1999; 436)
Pengobatan fase akut
Pengobatan profilaksis
Menurut Ngastiyah (Perawatan Anak Sakit, 1997 ; 232)
Memberantas kejang secepat mungkin.
Pengobatan penunjang
Memberikan pengobatan Rumat
Mencari dan mengobati penyebab
12. Komplikasi
Menurut Taslim S. Soetomenggolo dapat
mengakibatkan :
1. Kerusakan sel otak
2. Penurunan IQ pada kejang demam yang
berlangsung lama lebih dari 15 menit dan
bersifat unilateral
3. Kelumpuhan (Lumbatobing,1989)
14. Pengkajian
Identitas Klien
Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : Kejang karena panas.
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya
Activity Daily Live
Riwayat Psiko sosial
Pemeriksaan umum dan fisik
Pemeriksaan penunjang
15. Diagnosa kep
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan
adanya pirogen yang mengacaukan termostat,
bertambahnya rata-rata metabolisme dan penyakit
dehidrasi.
Resiko terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan
nafas sehubungan dengan kerusakan
neuromuskuler dan obstruksi trakeobroncial.
Kurang pengetahuan keluarga sehubungan
dengan mis interpretasi dan keterbatasan informasi.
Resiko terjadi injuri atau trauma sehubungan
dengan kelemahan, perubahan kesadaran.
Gangguan konsep diri (harga diri rendah )
sehubungan dengan epilepsi dan persepsi yang
salah dan tidak terkendali.
16. Perencanaan Diagnosa I
Tujuan : Suhu tubuh normal.
Kriteria hasil : Suhu 36,5 oC – 37,5 o C dan klien bebas dari
demam.
Rencana tindakan dan Rasional
Observasi TTV Tiap empat jam
R/ TTV yang meningkat merupakan manifestasi akan
terjadinya kejang dan adanya komplikasi.
Berikan penjelasan pada keluarga tentang pemberian
kompres.
R/ Kompres dingin dapat menurunkan suhu tubuh.
Berikan pakaian tipis yang dapat menyerap keringat.
R/ Memudahkan terjadinya pelepasan panas ke udara.
Anjurkan klien untuk banyak minum.
R/ Mencegah timbulnya dehidrasi.
Laksanakan kolaborasi dengan tim medis untuk
pemberian antipiretik dan antibiotik.
R/ Antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh dan antibiotik
untuk pengobatan infeksi.
17. Perencanaan Diagnosa II
Tujuan : mempertahankan efektivitas pola nafas dengan
jalan nafas yang bersih dan tercegah dari aspirasi.
Kriteria hasil : RR normal 15-30 x permenit dan tidak ada
retraksi otot.
Rencana tindakan dan Rasional
Letakkan pasien dalam posisi nyaman (semi fowler).
R/ Membebaskan jalan nafas mencegah aspixia.
Longgarkan pakaian terutama pada leher, dada dan
perut.
R/ Memudahkan pernafasan.dan rasa nyaman.
Berikan Tong spatel pada mulut
R/ Mencegah trauma pada lidah.
Section jika perlu.
R/ Menghilangkan sekret dan mencegah terjadinya
aspirasi serta membersihkan jalan nafas dari sekret.
Berikan 02 Sesuai dengan kebutuhan.
R/ Mengatasi hipoksia.
18. Perencanaan
Diagnosa III
Tujuan : Secara verbal klien dapat mengungkapkan stimulasi yang dapat
meningkatkan kejang
Kriteria hasil : Klien dapat minum obat secara teratur.
Rencana tindakan dan Rasional
Kaji pathologi dan prognosis terhadap kondisi klien.
R/ Dapat menunjukkan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan.
Kaji pengobatan yang sudah dijalankan
R/ Mencegah terjadinya pertentangan efek obat.
Berikan makanan yang bergizi.
R/ Memulihkan kondisi dan keadan umum serta mencegah penurunan
Berat badan.
Diskusikan Efek obat.
R/ Mengetahui adanya tanda-tanda reaksi alergi dan mengetahui
perkembangan kondisi klien.
Jelaskan cara mencegah Infeksi.
R/ Meningkatkan pengetahuan klien dan mencegah adanya komplikasi.
Segera turunkan panas jika terjadi kejang.
R/ Panas dapat menimbulkan kejang ulang.
Ajarkan pada keluarga agar memberikan obat anti kejang dan anti
piretik sesuai dengan aturan dari tim medis.
R/ Mencegah salah penggunaan obat.
19. Perencanaan
Diagnosa IV
Tujuan : Secara verbal klien dapat mengetahui faktor
yang memungkinkan terjadinya trauma.
Kriteria hasil : Klien terbebas dari trauma saat kejang
terjadi.
Rencana tindakan dan Rasional
Jelaskan faktor predisposisi kejang
R/ Mencegah salah persepsi dan meningkatkan sikap
kooperatif klien.
Jaga klien dari trauma dengan memberikan pengaman
pada sisi tempat tidur.
R/ Pengaman saat berguna mencegah trauma (jatuh)
saat terjadi kejang.
Jaga klien jika terjadi aura
R/ Mengetahui secara dini akan datangnya kejang dan
mencegah adanya trauma.
Tetap bersama klien saat fase kejang.
R/ dapat mencegah komplikasi sedini mungkin.
20. Perencanaan
Diagnosa V
Tujuan : Secara verbal klien tidak mengalami mis
intrepretasi dan tidak terjadi harga diri rendah
Kriteria Hasil : Klien dan keluarga dapat mengetahui
secara benar tentang prognosis, cara pengobatan dan
penanganan kejang.
Rencana tindakan dan Rasional
Berikan penjelasan tentang penyakitnya, cara
penanganan dan pencegahannya.
R/ Meningkatkan sikap kooperatif dan mencegah mis
intrepretasi.
Jelaskan cara menghindari faktor resiko.
R/ Dengan mengetahui faktor resiko klien dapat
menghindari penyebab kejang.
Jawab dan tampung semua pertanyaan klien dan
keluarga.
R/ Memenuhi keterbatasan informasi tentang kejang
demam.
22. Pertanyaan
Apa itu bising sistolik?
Kenapa bisa menurunkan IQ pada anak yang
kejang demam?
Mengapa diabetes melitus bisa menyebabkan
TOF?
Apakah anak yang kejang demam dapat
menjadi epilepsi?