SlideShare a Scribd company logo
658
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015
PENDAHULUAN
Temperatur tubuh normal adalah antara
36,0–37,7°C di axilla. Peningkatan temperatur
tubuh ini diinduksi oleh pusat termoregulator
di hipotalamus sebagai respons terhadap
perubahan tertentu. Demam didefinisikan
sebagai peningkatan suhu tubuh menjadi
>38,0°C.
Kejang demam merupakan kejang yang
terjadi karena rangsangan demam, tanpa
adanya proses infeksi intrakranial; terjadi pada
sekitar 2-4% anak berusia 3 bulan sampai 5
tahun.1
Sebagian besar kejang demam merupakan
kejang demam sederhana, tidak menyebab­
kan menurunnya IQ, epilepsi, dan kematian.
Kejang demam dapat berulang yang kadang
menimbulkan ketakutan dan kecemasan
pada keluarga. Saat pasien datang dengan
kejang disertai demam, dipikirkan tiga
kemungkinan, yaitu: (1) kejang demam, (2)
pasien epilepsi terkontrol dengan demam
sebagai pemicu kejang epilepsi, (3) kejang
disebabkan infeksi sistem saraf pusat atau
gangguan elektrolit akibat dehidrasi.1,2
Anak yang pernah mengalami kejang tanpa
demam, kemudian kejang saat demam, tidak
memenuhi kriteria kejang demam. Bila anak
berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5
tahun mengalami kejang didahului demam,
kemungkinan lain harus dipertimbangkan,
misalnya infeksi SSP/Sistem Saraf Pusat, atau
epilepsi yang kebetulan terjadi bersama
dengan demam.
DEFINISI
Berdasarkan International League Against
Epilepsy (ILAE), kejang demam merupakan
kejang selama masa kanak-kanak setelah
usia 1 bulan, yang berhubungan dengan
penyakit demam tanpa disebabkan infeksi
sistem saraf pusat, tanpa riwayat kejang
neonatus dan tidak berhubungan dengan
kejang simptomatik lainnya.2
Definisi ber­
dasarkan konsensus tatalaksana kejang
demam dari Ikatan Dokter Anak Indonesia/
IDAI, kejang demam adalah bangkitan kejang
yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 380
C) yang disebabkan
oleh suatu proses ekstrakranium.3
KLASIFIKASI
Kejang demam terbagi menjadi dua, yakni
kejang demam sederhana dan kejang
demam kompleks.2
Kejang demam sederhana berlangsung
singkat (kurang dari 15 menit), tonik-klonik.
dan terjadi kurang dari 24 jam, tanpa
gambaran fokal dan pulih dengan spontan.
Kejang demam sederhana merupakan 80%
di antara seluruh kejang demam. Kejang
demam kompleks biasanya menunjukkan
gambaran kejang fokal atau parsial satu sisi
atau kejang umum yang didahului kejang
parsial. Durasinya lebih dari 15 menit dan
berulang atau lebih dari 1 kali kejang selama
24 jam. Kejang lama adalah kejang yang
berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang
ABSTRAK
Kejang demam merupakan salah satu penyakit yang umum terjadi pada anak. Diagnosis kejang demam harus dibedakan dari epilepsi.
Kejang demam diklasifikasikan menjadi kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Pemeriksaan dan tatalaksana harus
dilakukan secara komprehensif, mulai dari pemberian obat antikejang, demam, rumatan, dan edukasi kepada orang tua, termasuk mengenai
penanganan pertama kejang demam pada anak.
Kata kunci: Antikonvulsan, antipiretik, edukasi, kejang demam pada anak, obat rumatan
ABSTRACT
Febrile seizure is one of the commonest illness affecting children. Diagnosis of febrile seizure should be differentiated from epilepsy.
Febrile seizure is classified into simple febrile seizure and complex febrile seizure. The examination and management should be done
comprehensively; started from anticonvulsant therapy, antipyretic, maintenance, and parents’ education including the first treatment of
febrile seizures in children. Rifqy Fadli Arief. Management of Febrile Seizures.
Keywords: Anticonvulsant, antipyretic, education, febrile seizure in children, maintenance drugs
Alamat korespondensi 	 email: dr.rifqi@yahoo.com
Akreditasi PB IDI–3 SKP
Penatalaksanaan Kejang Demam
Rifqi Fadly Arief
Dokter umum di Rumah Sakit Islam Cempaka Putih,
Jakarta Pusat, Indonesia
CONTINUING MEDICAL EDUCATIONCONTINUING MEDICAL EDUCATION
659
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015
ergic, peningkatan eksitabilitas neuronal ini
yang menimbulkan kejang.7
PEMERIKSAAN PENUNJANG3,5
a.	 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak rutin pada
kejang demam, dapat untuk mengevaluasi
sumber infeksi penyebab demam, atau
keadaan lain misalnya gastroenteritis
dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan
laboratorium antara lain pemeriksaan darah
perifer, elektrolit, dan gula darah.
b.	 Pungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan
untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis. Risiko meningitis
bakterialis adalah 0,6–6,7%. Pada bayi, sering
sulit menegakkan atau menyingkirkan
diagnosis meningitis karena manifestasi
klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu, pungsi
lumbal dianjurkan pada:
1.	 Bayi kurang dari 12 bulan – sangat
dianjurkan
2.	 Bayi antara 12-18 bulan – dianjurkan
3.	 Bayi >18 bulan – tidak rutin
Bila klinis yakin bukan meningitis, tidak
perlu dilakukan pungsi lumbal.
c.	 Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (electro­
encephalography/EEG) tidak direkomendasi­
kan karena tidak dapat memprediksi
berulangnya kejang atau memperkirakan
kemungkinan epilepsi pada pasien kejang
demam. Pemeriksaan EEG masih dapat di­
lakukan pada keadaan kejang demam yang
tidak khas, misalnya pada kejang demam
kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun,
atau kejang demam fokal.
d.	 Pencitraan
MRI diketahui memiliki sensitivitas dan
spesifisitas yang lebih tinggi dibandingkan
CT scan, namun belum tersedia secara luas
di unit gawat darurat. CT scan dan MRI dapat
mendeteksi perubahan fokal yang terjadi baik
yang bersifat sementara maupun kejang fokal
sekunder. Foto X-ray kepala dan pencitraan
seperti Computed Tomography scan (CT-scan)
atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) tidak
rutin dan hanya atas indikasi seperti:
1.	 Kelainan neurologik fokal yang menetap
(hemiparesis)
2.	 Paresis nervus VI
3.	 Papiledema
berulang lebih dari 2 kali, dan di antara
bangkitan kejang kondisi anak tidak sadar­
kan diri. Kejang lama terjadi pada sekitar 8%
kejang demam. Kejang fokal adalah kejang
parsial satu sisi, atau kejang umum yang
didahului kejang parsial. Kejang berulang
adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari,
di antara 2 bangkitan anak sadar. Kejang
berulang terjadi pada 16% kejang demam.3-5
EPIDEMIOLOGI
Kejang demam merupakan jenis kejang
yang paling sering, biasanya merupakan
kejadian tunggal dan tidak berbahaya.
Berdasarkan studi populasi, angka kejadian
kejang demam di Amerika Serikat dan Eropa
2–7%, sedangkan di Jepang 9–10%. Dua
puluh satu persen kejang demam durasinya
kurang dari 1 jam, 57% terjadi antara 1-24 jam
berlangsungnya demam, dan 22% lebih dari
24 jam.2
Sekitar 30% pasien akan mengalami
kejang demam berulang dan kemudian me­
ningkat menjadi 50% jika kejang pertama
terjadi usia kurang dari 1 tahun. Sejumlah
9–35% kejang demam pertama kali adalah
kompleks, 25% kejang demam kompleks
tersebut berkembang ke arah epilepsi.2,6
MEKANISME KEJANG DEMAM
Peningkatan temperatur dalam otak
berpengaruh terhadap perubahan letupan
aktivitas neuronal. Perubahan temperatur
tersebut menghasilkan sitokin yang
merupakan pirogen endogen, jumlah
sitokin akan meningkat seiring kejadian
demam dan respons inflamasi akut. Respons
terhadap demam biasanya dihubungkan
dengan interleukin-1 (IL-1) yang merupakan
pirogen endogen atau lipopolisakarida (LPS)
dinding bakteri gram negatif sebagai pirogen
eksogen. LPS menstimulus makrofag yang
akan memproduksi pro- dan anti-inflamasi
sitokin tumor necrosis factor-alpha (TNF-α),
IL-6, interleukin-1 receptor antagonist (IL-
1ra), dan prostaglandin E2 (PGE2). Reaksi
sitokin ini mungkin melalui sel endotelial
circumventricular akan menstimulus enzim
cyclooxygenase-2 (COX-2) yang akan meng­
katalis konversi asam arakidonat menjadi
PGE2 yang kemudian menstimulus pusat
termoregulasi di hipotalamus, sehingga ter­
jadi kenaikan suhu tubuh. Demam juga akan
meningkatkan sintesis sitokin di hipokampus.
Pirogen endogen, yakni interleukin 1ß,
akan meningkatkan eksitabilitas neuronal
(glutamatergic) dan menghambat GABA-
PEMERIKSAAN DAN OBSERVASI
Pada kejang demam sederhana, anak <18
bulan sangat disarankan untuk dilakukan
observasi dan pemeriksaan lebih lanjut se­
perti pungsi lumbal, sedangkan pada anak
>18 bulan tidak harus observasi di rumah
sakit jika kondisi stabil, keluarga perlu di­
beritahu jika terjadi kejang berulang maka
harus di­bawa ke rumah sakit. Pada kejang
demam sederhana, pemeriksaan darah rutin,
elek­troensefalografi, dan neuroimaging tidak
selalu dilakukan. Pemeriksaan pungsi lumbal
dilakukan pada pasien umur <18 bulan,
dengan meningeal sign serta pasien dengan
kecurigaan infeksi SSP.
Pada kejang demam kompleks, pemeriksaan
difokuskan untuk mencari etiologi
demam. Semua kejang demam kompleks
membutuhkan observasi lebih lanjut di
rumah sakit.8,9
Pungsi lumbal serta beberapa
tindakan seperti elektroensefalografi dan CT
scan mungkin diperlukan.3
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Saat Kejang3-5
Pada kebanyakan kasus, biasanya kejang
demam berlangsung singkat dan saat pasien
datang kejang sudah berhenti. Bila datang
dalam keadaan kejang, obat yang paling
cepat  menghentikan kejang adalah
diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB,
dengan cara pemberian secara perlahan
dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam
3-5 menit, dan dosis maksimal yang dapat
diberikan adalah 20 mg.
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh
orang tua atau jika kejang terjadi di rumah
adalah diazepam rektal 0,5-0,75 mg/kgBB,
atau diazepam rektal 5 mg untuk anak
dengan berat badan kurang dari 10 kg dan
diazepam rektal 10 mg untuk berat badan
lebih dari 10 kg. Jika anak di bawah usia 3
tahun dapat diberi diazepam rektal 5 mg
dan untuk anak di atas usia 3 tahun diberi
diazepam rektal 7,5 mg. Jika kejang belum
berhenti, dapat diulang dengan cara dan
dosis yang sama dengan interval 5 menit.
Jika setelah 2 kali pemberian diazepam rektal
masih tetap kejang, dianjurkan untuk di­bawa
ke rumah sakit.
Di rumah sakit dapat diberikan diazepam
intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB. Jika
kejang tetap belum berhenti, maka diberikan
660
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015
phenytoin intravena dengan dosis awal 10-
20 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1 mg/
kgBB/menit atau kurang dari 50 mg/menit.
Jika kejang berhenti, maka dosis selanjutnya
adalah 4-8 mg/kgBB/hari, dimulai 12 jam
setelah dosis awal. Jika dengan phenytoin
kejang belum  berhenti, maka pasien
harus dirawat di ruang rawat intensif. Jika
kejang telah berhenti,  pemberian obat
selanjutnya tergantung apakah kejang
demam sederhana atau kompleks dan faktor
risikonya.
Pemberian Obat pada Saat Demam3
1.	 Antipiretik
Antipiretik tidak terbukti mengurangi
risiko kejang demam, namun para ahli
di Indonesia sepakat bahwa antipiretik
tetap dapat diberikan. Dosis paracetamol
adalah 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali
sehari dan tidak boleh lebih dari 5 kali. Dosis
ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali sehari.
Meskipun  jarang, acetylsalicylic  acid dapat
menyebabkan sindrom Reye, terutama pada
anak kurang dari 18 bulan, sehingga tidak
dianjurkan.
2.	 Antikonvulsan
Diazepam oral dosis 0,3 mg/kgBB tiap 8 jam
saat demam menurunkan risiko berulang­
nya kejang pada 30-60% kasus, juga dengan
diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB tiap 8
jam pada suhu >38,50
C. Dosis tersebut
dapat menyebabkan ataksia, iritabel, dan
sedasi cukup berat pada 25-39% kasus.
Phenobarbital, carbamazepine, dan phenytoin
saat demam tidak berguna untuk mencegah
kejang demam.
Pemberian Obat Rumatan3
Obat rumatan diberikan hanya jika kejang
demam menunjukkan salah satu ciri sebagai
berikut:
•	 Kejang lama dengan durasi >15 menit.
•	 Ada kelainan neurologis nyata sebelum
atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy,
retardasi mental, dan hidrosefalus.
•	 Kejang fokal.
Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:
•	 Kejang berulang dua kali atau lebih
dalam kurun waktu 24 jam.
•	 Kejang demam terjadi pada bayi usia
kurang dari 12 bulan.
•	 Kejang demam dengan frekuensi >4 kali
per tahun.
Sebagian besar peneliti setuju bahwa
kejang demam >15 menit merupakan
indikasi  pengobatan rumat. Kelainan neuro­
logis tidak nyata, misalnya keterlambatan
perkembangan ringan, bukan merupakan
indikasi pengobatan rumat. Kejang fokal
atau fokal menjadi umum menunjukkan
bahwa anak mempunyai fokus organik.
Pengobatan Rumat
Phenobarbital atau valproic acid efektif
menurunkan risiko berulangnya kejang.
Obat pilihan saat ini adalah valproic acid.
Berdasarkan bukti ilmiah, kejang demam
tidak berbahaya dan penggunaan obat
dapat menyebabkan efek samping, oleh
karena itu pengobatan rumat hanya diberi­
kan pada kasus selektif dan dalam jangka
pendek. Phenobarbital dapat menimbulkan
gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada
40–50% kasus. Pada sebagian kecil kasus,
terutama pada usia  kurang dari 2 tahun,
valproic acid dapat menyebabkan gangguan
fungsi hati. Dosis valproic acid 15-40 mg/
kgBB/hari dalam 2-3 dosis, dan phenobarbital
3-4 mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis.3
Edukasi pada Orang Tua3
Kejang demam merupakan hal yang sangat
menakutkan orang tua dan tak jarang orang
tua menganggap anaknya akan meninggal.
Pertama, orang tua perlu diyakinkan dan
diberi penjelasan tentang risiko rekurensi
serta petunjuk dalam keadaan akut. Lembaran
tertulis dapat membantu komunikasi antara
orang tua dan keluarga; penjelasan terutama
pada:
•	 Meyakinkan bahwa kejang demam
umumnya mempunyai prognosis baik.
•	 Memberitahukan cara penanganan
kejang.
•	 Memberi informasi mengenai risiko
berulang.
•	 Pemberian obat untuk mencegah
Diagram. Alur tatalaksana kejang demam pada anak5
Catatan:
•	 Kejang yang tidak teratasi dengan diazepam dapat diberi phenytoin
•	 Status konvulsi dirawat di ICU
•	 Diazepam drip jika perlu diberikan tiap 8 jam
•	 Dosis maksimum phenobarbital 200 mg/hari
661
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015
rekurensi efektif, tetapi harus diingat risiko
efek samping obat.
Beberapa hal yang harus dikerjakan saat
kejang:3
•	 Tetap tenang dan tidak panik.
•	 Longgarkan pakaian yang ketat ter­
utama di sekitar leher.
•	 Bila tidak sadar, posisikan anak telen­
tang dengan kepala miring. Bersihkan
muntahan atau lendir di mulut atau
hidung. Walaupun lidah mungkin ter­
gigit, jangan memasukkan sesuatu ke
dalam mulut.
•	 Ukur suhu, observasi, catat lama dan
bentuk kejang.
•	 Tetap bersama pasien selama kejang.
•	 Berikan diazepam rektal. Jangan di­
berikan bila kejang telah berhenti.
•	 Bawa ke dokter atau ke rumah sakit bila
kejang berlangsung 5 menit atau lebih.
SIMPULAN
Kejang demam merupakan jenis kejang yang
sering terjadi, terbagi atas kejang demam
sederhana dan kejang demam kompleks.
Kejang demam merupakan suatu kondisi
yang patut diperhatikan, dan tatalaksana yang
tepat dapat mengatasi kondisi kejang dan
mengatasi kausanya. Sebagian besar kejang
demam tidak menyebabkan penurunan IQ,
epilepsi, ataupun kematian. Kejang demam
dapat berulang yang kadang menimbulkan
ketakutan dan kecemasan pada keluarga.
Diperlukan pemeriksaan sesuai indikasi dan
tatalaksana menyeluruh. Edukasi orang tua
penting karena merupakan pilar pertama
penanganan kejang demam sebelum dirujuk
ke rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
1.	 Mahmood KT, Fareed T, Tabbasum R. Management of febrile seizures in children. J Biomed Sci and Res. 2011; 3(1): 353-7.
2.	 de Siqueira LFM. Febrile seizures: Update on diagnosis and management. Rev Assoc Med Bras. 2010; 56(4): 489-92.
3.	 Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S. Konsensus penatalaksanaan kejang demam Ikatan Dokter Anak Indonesia 2006 [Internet]. 2006 [cited 2015 December 5]. Available from: http://
idai.or.id/wp-content/uploads/2013/02/Kejang-Demam-Neurology-2012.pdf.
4.	 Soetomenggolo, S Taslim. Buku ajar neurologi anak. Jakarta: BP IDAI; 1999.
5.	 Suwarba N. Manajemen terkini kejang dan status epileptikus pada anak [Internet]. 2012. [cited 2014 November 15]. Available from: http://ngurahsuwarba.wordpress.com.
6.	 Østergaard JR. Febrile seizures. Acta Pædiatrica 2009; 98: 771-3.
7.	 Wendorff J, Zeman K. Immunology of febrile seizures. Pracapoglado/review paper. 2011; 20: 40-6.
8.	 Capovilla G, Mastrangelo M, Romeo A, Vigevano F. Recommendations for the management of ‘‘febrile seizures’’ adhoc task force of LICE guidelines commission. Epilepsia 2009;
50(1): 2-6.
9.	 Jones T, Jacobsen ST. Review childhood febrile seizures: Overview and implications. Internat J Med Sci. 2007; 4(2): 110-4.

More Related Content

What's hot

uveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referatuveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referatNovi Vie Opie
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
Phil Adit R
 
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerJafar Nyan
 
Nyeri pinggang bawah
Nyeri pinggang bawahNyeri pinggang bawah
Nyeri pinggang bawah
regiregene
 
Prurigo nodularis
Prurigo nodularisPrurigo nodularis
Prurigo nodularis
Reza Oktarama
 
Demam tifoid
Demam tifoidDemam tifoid
Demam tifoid
Muhammad Munandar
 
Tenosynovitis supuratif
Tenosynovitis supuratifTenosynovitis supuratif
Tenosynovitis supuratifvonysafitri
 
demam tifoid amee
demam tifoid ameedemam tifoid amee
demam tifoid amee
Amee Hidayat
 
Laporan kasus ii
Laporan kasus iiLaporan kasus ii
Laporan kasus ii
Riesti Roiito
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
Fais PPT
 
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Novi Y'uZzman
 
Leptospirosis
LeptospirosisLeptospirosis
Leptospirosis
Ainur
 
Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2
cokordawahyu
 
206432773 case-varicella-kulkel-1
206432773 case-varicella-kulkel-1206432773 case-varicella-kulkel-1
206432773 case-varicella-kulkel-1
homeworkping7
 
Keseimbangan cairan & elektrolit
Keseimbangan cairan & elektrolitKeseimbangan cairan & elektrolit
Keseimbangan cairan & elektrolit
Hasanuddin University
 
Otitis Media Akut
Otitis Media AkutOtitis Media Akut
Otitis Media Akut
Sri Handawati
 
Bronko pneumonia
Bronko pneumoniaBronko pneumonia
Bronko pneumonia
Muhammad Ihsanuddin
 

What's hot (20)

uveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referatuveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referat
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskuler
 
Nyeri pinggang bawah
Nyeri pinggang bawahNyeri pinggang bawah
Nyeri pinggang bawah
 
Prurigo nodularis
Prurigo nodularisPrurigo nodularis
Prurigo nodularis
 
Isk
IskIsk
Isk
 
Demam tifoid
Demam tifoidDemam tifoid
Demam tifoid
 
Tenosynovitis supuratif
Tenosynovitis supuratifTenosynovitis supuratif
Tenosynovitis supuratif
 
demam tifoid amee
demam tifoid ameedemam tifoid amee
demam tifoid amee
 
Laporan kasus ii
Laporan kasus iiLaporan kasus ii
Laporan kasus ii
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
 
Leptospirosis
LeptospirosisLeptospirosis
Leptospirosis
 
Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2
 
Stilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafasStilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafas
 
206432773 case-varicella-kulkel-1
206432773 case-varicella-kulkel-1206432773 case-varicella-kulkel-1
206432773 case-varicella-kulkel-1
 
Keseimbangan cairan & elektrolit
Keseimbangan cairan & elektrolitKeseimbangan cairan & elektrolit
Keseimbangan cairan & elektrolit
 
Otitis Media Akut
Otitis Media AkutOtitis Media Akut
Otitis Media Akut
 
Bronko pneumonia
Bronko pneumoniaBronko pneumonia
Bronko pneumonia
 

Viewers also liked

Kejang demam
Kejang demamKejang demam
Kejang demam
wagamama6
 
penatalaksanaan jenis dan sistem rujukan kejang
penatalaksanaan jenis dan sistem rujukan kejangpenatalaksanaan jenis dan sistem rujukan kejang
penatalaksanaan jenis dan sistem rujukan kejang
hesti kusdianingrum
 
kejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
kejang-demam-terbaru-presentasi-pptkejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
kejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
Wíllí'sí Gíngsull
 
Kb 3 asuhan kejang dan tetanus
Kb 3 asuhan kejang dan tetanusKb 3 asuhan kejang dan tetanus
Kb 3 asuhan kejang dan tetanus
pjj_kemenkes
 
Leaflet kejang demam
Leaflet kejang demamLeaflet kejang demam
Leaflet kejang demam
Operator Warnet Vast Raha
 
Tata laksana kejang demam pada anak
Tata laksana kejang demam pada anakTata laksana kejang demam pada anak
Tata laksana kejang demam pada anakCharlie Windri
 
199828647 leaflet-kejang-demam
199828647 leaflet-kejang-demam199828647 leaflet-kejang-demam
199828647 leaflet-kejang-demam
Operator Warnet Vast Raha
 
Ppt referat-kejang-demam
Ppt referat-kejang-demamPpt referat-kejang-demam
Ppt referat-kejang-demam
Genni Surhan
 
Guias de ciencias sociales. grado primero.
Guias de ciencias sociales. grado primero.Guias de ciencias sociales. grado primero.
Guias de ciencias sociales. grado primero.
Magnolia Ascanio
 

Viewers also liked (11)

Kejang demam
Kejang demamKejang demam
Kejang demam
 
penatalaksanaan jenis dan sistem rujukan kejang
penatalaksanaan jenis dan sistem rujukan kejangpenatalaksanaan jenis dan sistem rujukan kejang
penatalaksanaan jenis dan sistem rujukan kejang
 
kejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
kejang-demam-terbaru-presentasi-pptkejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
kejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
 
Kb 3 asuhan kejang dan tetanus
Kb 3 asuhan kejang dan tetanusKb 3 asuhan kejang dan tetanus
Kb 3 asuhan kejang dan tetanus
 
Leaflet kejang demam
Leaflet kejang demamLeaflet kejang demam
Leaflet kejang demam
 
Tata laksana kejang demam pada anak
Tata laksana kejang demam pada anakTata laksana kejang demam pada anak
Tata laksana kejang demam pada anak
 
Leaflet kejang demam...
Leaflet kejang demam...Leaflet kejang demam...
Leaflet kejang demam...
 
Lembar balkik demam kejang1
Lembar balkik demam kejang1Lembar balkik demam kejang1
Lembar balkik demam kejang1
 
199828647 leaflet-kejang-demam
199828647 leaflet-kejang-demam199828647 leaflet-kejang-demam
199828647 leaflet-kejang-demam
 
Ppt referat-kejang-demam
Ppt referat-kejang-demamPpt referat-kejang-demam
Ppt referat-kejang-demam
 
Guias de ciencias sociales. grado primero.
Guias de ciencias sociales. grado primero.Guias de ciencias sociales. grado primero.
Guias de ciencias sociales. grado primero.
 

Similar to 06 232 cme-penatalaksanaan kejang demam

4 2-4 copy
4 2-4 copy4 2-4 copy
4 2-4 copy
Nia Astarina
 
Kejang demam.pediatri
Kejang demam.pediatriKejang demam.pediatri
Kejang demam.pediatri
Agung Zukhruf
 
ASKEP kuliah kejang demam.ppt
ASKEP kuliah kejang demam.pptASKEP kuliah kejang demam.ppt
ASKEP kuliah kejang demam.ppt
IchaRestuM
 
Kasus asuhan kejang 1
Kasus asuhan kejang 1Kasus asuhan kejang 1
Kasus asuhan kejang 1
rikiab
 
Kejang abyi AKPER PEMKAB MUNA
Kejang abyi AKPER PEMKAB MUNA Kejang abyi AKPER PEMKAB MUNA
Kejang abyi AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
PPT KEJANG DEMAM.pptx
PPT KEJANG DEMAM.pptxPPT KEJANG DEMAM.pptx
PPT KEJANG DEMAM.pptx
pujasarianugrah1
 
Anak
Anak Anak
Asuhan keperawatan kejang demam pada an
Asuhan keperawatan kejang demam pada anAsuhan keperawatan kejang demam pada an
Asuhan keperawatan kejang demam pada an
Rismayanti Hairil
 
Kejang Demam.pptx
Kejang Demam.pptxKejang Demam.pptx
Kejang Demam.pptx
Rais8
 
Askep kejang AKPER PEMKAB MUNA
Askep kejang AKPER PEMKAB MUNA Askep kejang AKPER PEMKAB MUNA
Askep kejang AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Kejang demam ppt
Kejang demam pptKejang demam ppt
Kejang demam ppt
Estiza Havel
 
KEJANG DEMAM pada anak karena proses intrakranial.pptx
KEJANG DEMAM pada anak karena proses intrakranial.pptxKEJANG DEMAM pada anak karena proses intrakranial.pptx
KEJANG DEMAM pada anak karena proses intrakranial.pptx
ssuser8d0437
 
MATERI KEJANG PADA ANAK.pptx
MATERI KEJANG PADA ANAK.pptxMATERI KEJANG PADA ANAK.pptx
MATERI KEJANG PADA ANAK.pptx
IsmaAmriani
 
TATALAKSANA DEMAM PADA ANAK (EFIR).docx
TATALAKSANA DEMAM PADA ANAK (EFIR).docxTATALAKSANA DEMAM PADA ANAK (EFIR).docx
TATALAKSANA DEMAM PADA ANAK (EFIR).docx
UGDPKMMARIDAN
 
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM
LAPORAN PENDAHULUAN  ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN  KEJANG DEMAMLAPORAN PENDAHULUAN  ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN  KEJANG DEMAM
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM
Ariefiandra Ariefiandra
 
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
AFMLS
 
Kejang demam
Kejang demamKejang demam
Kejang demam
ArmilaYustikawati
 
Kejang demam
Kejang demamKejang demam
Kejang demam
Pranowo Budi Sulistyo
 

Similar to 06 232 cme-penatalaksanaan kejang demam (20)

4 2-4 copy
4 2-4 copy4 2-4 copy
4 2-4 copy
 
Kejang demam.pediatri
Kejang demam.pediatriKejang demam.pediatri
Kejang demam.pediatri
 
ASKEP kuliah kejang demam.ppt
ASKEP kuliah kejang demam.pptASKEP kuliah kejang demam.ppt
ASKEP kuliah kejang demam.ppt
 
Kasus asuhan kejang 1
Kasus asuhan kejang 1Kasus asuhan kejang 1
Kasus asuhan kejang 1
 
Kejang abyi
Kejang abyiKejang abyi
Kejang abyi
 
Kejang abyi AKPER PEMKAB MUNA
Kejang abyi AKPER PEMKAB MUNA Kejang abyi AKPER PEMKAB MUNA
Kejang abyi AKPER PEMKAB MUNA
 
PPT KEJANG DEMAM.pptx
PPT KEJANG DEMAM.pptxPPT KEJANG DEMAM.pptx
PPT KEJANG DEMAM.pptx
 
Anak
Anak Anak
Anak
 
Asuhan keperawatan kejang demam pada an
Asuhan keperawatan kejang demam pada anAsuhan keperawatan kejang demam pada an
Asuhan keperawatan kejang demam pada an
 
Kejang Demam.pptx
Kejang Demam.pptxKejang Demam.pptx
Kejang Demam.pptx
 
Askep kejang
Askep kejangAskep kejang
Askep kejang
 
Askep kejang AKPER PEMKAB MUNA
Askep kejang AKPER PEMKAB MUNA Askep kejang AKPER PEMKAB MUNA
Askep kejang AKPER PEMKAB MUNA
 
Kejang demam ppt
Kejang demam pptKejang demam ppt
Kejang demam ppt
 
KEJANG DEMAM pada anak karena proses intrakranial.pptx
KEJANG DEMAM pada anak karena proses intrakranial.pptxKEJANG DEMAM pada anak karena proses intrakranial.pptx
KEJANG DEMAM pada anak karena proses intrakranial.pptx
 
MATERI KEJANG PADA ANAK.pptx
MATERI KEJANG PADA ANAK.pptxMATERI KEJANG PADA ANAK.pptx
MATERI KEJANG PADA ANAK.pptx
 
TATALAKSANA DEMAM PADA ANAK (EFIR).docx
TATALAKSANA DEMAM PADA ANAK (EFIR).docxTATALAKSANA DEMAM PADA ANAK (EFIR).docx
TATALAKSANA DEMAM PADA ANAK (EFIR).docx
 
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM
LAPORAN PENDAHULUAN  ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN  KEJANG DEMAMLAPORAN PENDAHULUAN  ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN  KEJANG DEMAM
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM
 
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
 
Kejang demam
Kejang demamKejang demam
Kejang demam
 
Kejang demam
Kejang demamKejang demam
Kejang demam
 

Recently uploaded

farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
LisnaKhairaniNasutio
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
SyailaNandaSofiaWell
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
arikiskandar
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Datalablokakalianda
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DamianLoveChannel
 
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.pptGambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
ssusera85899
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
syam586213
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
FiikFiik
 
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasijejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
lala263132
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
adwinhadipurnadi
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
adhiwargamandiriseja
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
ratnawulokt
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
nurulkarunia4
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
sulastri822782
 
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic DasarANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
MFCorp
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
RheginaSalsabila
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
andiulfahmagefirahra1
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
hadijaul
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
ryskilahmudin
 

Recently uploaded (20)

farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
 
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.pptGambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
 
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasijejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
 
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic DasarANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
 

06 232 cme-penatalaksanaan kejang demam

  • 1. 658 CONTINUING MEDICAL EDUCATION CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015 PENDAHULUAN Temperatur tubuh normal adalah antara 36,0–37,7°C di axilla. Peningkatan temperatur tubuh ini diinduksi oleh pusat termoregulator di hipotalamus sebagai respons terhadap perubahan tertentu. Demam didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh menjadi >38,0°C. Kejang demam merupakan kejang yang terjadi karena rangsangan demam, tanpa adanya proses infeksi intrakranial; terjadi pada sekitar 2-4% anak berusia 3 bulan sampai 5 tahun.1 Sebagian besar kejang demam merupakan kejang demam sederhana, tidak menyebab­ kan menurunnya IQ, epilepsi, dan kematian. Kejang demam dapat berulang yang kadang menimbulkan ketakutan dan kecemasan pada keluarga. Saat pasien datang dengan kejang disertai demam, dipikirkan tiga kemungkinan, yaitu: (1) kejang demam, (2) pasien epilepsi terkontrol dengan demam sebagai pemicu kejang epilepsi, (3) kejang disebabkan infeksi sistem saraf pusat atau gangguan elektrolit akibat dehidrasi.1,2 Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang saat demam, tidak memenuhi kriteria kejang demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, kemungkinan lain harus dipertimbangkan, misalnya infeksi SSP/Sistem Saraf Pusat, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama dengan demam. DEFINISI Berdasarkan International League Against Epilepsy (ILAE), kejang demam merupakan kejang selama masa kanak-kanak setelah usia 1 bulan, yang berhubungan dengan penyakit demam tanpa disebabkan infeksi sistem saraf pusat, tanpa riwayat kejang neonatus dan tidak berhubungan dengan kejang simptomatik lainnya.2 Definisi ber­ dasarkan konsensus tatalaksana kejang demam dari Ikatan Dokter Anak Indonesia/ IDAI, kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.3 KLASIFIKASI Kejang demam terbagi menjadi dua, yakni kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks.2 Kejang demam sederhana berlangsung singkat (kurang dari 15 menit), tonik-klonik. dan terjadi kurang dari 24 jam, tanpa gambaran fokal dan pulih dengan spontan. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam. Kejang demam kompleks biasanya menunjukkan gambaran kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum yang didahului kejang parsial. Durasinya lebih dari 15 menit dan berulang atau lebih dari 1 kali kejang selama 24 jam. Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang ABSTRAK Kejang demam merupakan salah satu penyakit yang umum terjadi pada anak. Diagnosis kejang demam harus dibedakan dari epilepsi. Kejang demam diklasifikasikan menjadi kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Pemeriksaan dan tatalaksana harus dilakukan secara komprehensif, mulai dari pemberian obat antikejang, demam, rumatan, dan edukasi kepada orang tua, termasuk mengenai penanganan pertama kejang demam pada anak. Kata kunci: Antikonvulsan, antipiretik, edukasi, kejang demam pada anak, obat rumatan ABSTRACT Febrile seizure is one of the commonest illness affecting children. Diagnosis of febrile seizure should be differentiated from epilepsy. Febrile seizure is classified into simple febrile seizure and complex febrile seizure. The examination and management should be done comprehensively; started from anticonvulsant therapy, antipyretic, maintenance, and parents’ education including the first treatment of febrile seizures in children. Rifqy Fadli Arief. Management of Febrile Seizures. Keywords: Anticonvulsant, antipyretic, education, febrile seizure in children, maintenance drugs Alamat korespondensi email: dr.rifqi@yahoo.com Akreditasi PB IDI–3 SKP Penatalaksanaan Kejang Demam Rifqi Fadly Arief Dokter umum di Rumah Sakit Islam Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Indonesia CONTINUING MEDICAL EDUCATIONCONTINUING MEDICAL EDUCATION
  • 2. 659 CONTINUING MEDICAL EDUCATION CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015 ergic, peningkatan eksitabilitas neuronal ini yang menimbulkan kejang.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG3,5 a. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium tidak rutin pada kejang demam, dapat untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium antara lain pemeriksaan darah perifer, elektrolit, dan gula darah. b. Pungsi Lumbal Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko meningitis bakterialis adalah 0,6–6,7%. Pada bayi, sering sulit menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu, pungsi lumbal dianjurkan pada: 1. Bayi kurang dari 12 bulan – sangat dianjurkan 2. Bayi antara 12-18 bulan – dianjurkan 3. Bayi >18 bulan – tidak rutin Bila klinis yakin bukan meningitis, tidak perlu dilakukan pungsi lumbal. c. Elektroensefalografi Pemeriksaan elektroensefalografi (electro­ encephalography/EEG) tidak direkomendasi­ kan karena tidak dapat memprediksi berulangnya kejang atau memperkirakan kemungkinan epilepsi pada pasien kejang demam. Pemeriksaan EEG masih dapat di­ lakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas, misalnya pada kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal. d. Pencitraan MRI diketahui memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih tinggi dibandingkan CT scan, namun belum tersedia secara luas di unit gawat darurat. CT scan dan MRI dapat mendeteksi perubahan fokal yang terjadi baik yang bersifat sementara maupun kejang fokal sekunder. Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti Computed Tomography scan (CT-scan) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti: 1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis) 2. Paresis nervus VI 3. Papiledema berulang lebih dari 2 kali, dan di antara bangkitan kejang kondisi anak tidak sadar­ kan diri. Kejang lama terjadi pada sekitar 8% kejang demam. Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial. Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, di antara 2 bangkitan anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% kejang demam.3-5 EPIDEMIOLOGI Kejang demam merupakan jenis kejang yang paling sering, biasanya merupakan kejadian tunggal dan tidak berbahaya. Berdasarkan studi populasi, angka kejadian kejang demam di Amerika Serikat dan Eropa 2–7%, sedangkan di Jepang 9–10%. Dua puluh satu persen kejang demam durasinya kurang dari 1 jam, 57% terjadi antara 1-24 jam berlangsungnya demam, dan 22% lebih dari 24 jam.2 Sekitar 30% pasien akan mengalami kejang demam berulang dan kemudian me­ ningkat menjadi 50% jika kejang pertama terjadi usia kurang dari 1 tahun. Sejumlah 9–35% kejang demam pertama kali adalah kompleks, 25% kejang demam kompleks tersebut berkembang ke arah epilepsi.2,6 MEKANISME KEJANG DEMAM Peningkatan temperatur dalam otak berpengaruh terhadap perubahan letupan aktivitas neuronal. Perubahan temperatur tersebut menghasilkan sitokin yang merupakan pirogen endogen, jumlah sitokin akan meningkat seiring kejadian demam dan respons inflamasi akut. Respons terhadap demam biasanya dihubungkan dengan interleukin-1 (IL-1) yang merupakan pirogen endogen atau lipopolisakarida (LPS) dinding bakteri gram negatif sebagai pirogen eksogen. LPS menstimulus makrofag yang akan memproduksi pro- dan anti-inflamasi sitokin tumor necrosis factor-alpha (TNF-α), IL-6, interleukin-1 receptor antagonist (IL- 1ra), dan prostaglandin E2 (PGE2). Reaksi sitokin ini mungkin melalui sel endotelial circumventricular akan menstimulus enzim cyclooxygenase-2 (COX-2) yang akan meng­ katalis konversi asam arakidonat menjadi PGE2 yang kemudian menstimulus pusat termoregulasi di hipotalamus, sehingga ter­ jadi kenaikan suhu tubuh. Demam juga akan meningkatkan sintesis sitokin di hipokampus. Pirogen endogen, yakni interleukin 1ß, akan meningkatkan eksitabilitas neuronal (glutamatergic) dan menghambat GABA- PEMERIKSAAN DAN OBSERVASI Pada kejang demam sederhana, anak <18 bulan sangat disarankan untuk dilakukan observasi dan pemeriksaan lebih lanjut se­ perti pungsi lumbal, sedangkan pada anak >18 bulan tidak harus observasi di rumah sakit jika kondisi stabil, keluarga perlu di­ beritahu jika terjadi kejang berulang maka harus di­bawa ke rumah sakit. Pada kejang demam sederhana, pemeriksaan darah rutin, elek­troensefalografi, dan neuroimaging tidak selalu dilakukan. Pemeriksaan pungsi lumbal dilakukan pada pasien umur <18 bulan, dengan meningeal sign serta pasien dengan kecurigaan infeksi SSP. Pada kejang demam kompleks, pemeriksaan difokuskan untuk mencari etiologi demam. Semua kejang demam kompleks membutuhkan observasi lebih lanjut di rumah sakit.8,9 Pungsi lumbal serta beberapa tindakan seperti elektroensefalografi dan CT scan mungkin diperlukan.3 PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan Saat Kejang3-5 Pada kebanyakan kasus, biasanya kejang demam berlangsung singkat dan saat pasien datang kejang sudah berhenti. Bila datang dalam keadaan kejang, obat yang paling cepat  menghentikan kejang adalah diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB, dengan cara pemberian secara perlahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam 3-5 menit, dan dosis maksimal yang dapat diberikan adalah 20 mg. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau jika kejang terjadi di rumah adalah diazepam rektal 0,5-0,75 mg/kgBB, atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan diazepam rektal 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Jika anak di bawah usia 3 tahun dapat diberi diazepam rektal 5 mg dan untuk anak di atas usia 3 tahun diberi diazepam rektal 7,5 mg. Jika kejang belum berhenti, dapat diulang dengan cara dan dosis yang sama dengan interval 5 menit. Jika setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan untuk di­bawa ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB. Jika kejang tetap belum berhenti, maka diberikan
  • 3. 660 CONTINUING MEDICAL EDUCATION CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015 phenytoin intravena dengan dosis awal 10- 20 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1 mg/ kgBB/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Jika kejang berhenti, maka dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kgBB/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Jika dengan phenytoin kejang belum  berhenti, maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif. Jika kejang telah berhenti,  pemberian obat selanjutnya tergantung apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya. Pemberian Obat pada Saat Demam3 1. Antipiretik Antipiretik tidak terbukti mengurangi risiko kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis paracetamol adalah 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak boleh lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali sehari. Meskipun  jarang, acetylsalicylic  acid dapat menyebabkan sindrom Reye, terutama pada anak kurang dari 18 bulan, sehingga tidak dianjurkan. 2. Antikonvulsan Diazepam oral dosis 0,3 mg/kgBB tiap 8 jam saat demam menurunkan risiko berulang­ nya kejang pada 30-60% kasus, juga dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB tiap 8 jam pada suhu >38,50 C. Dosis tersebut dapat menyebabkan ataksia, iritabel, dan sedasi cukup berat pada 25-39% kasus. Phenobarbital, carbamazepine, dan phenytoin saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam. Pemberian Obat Rumatan3 Obat rumatan diberikan hanya jika kejang demam menunjukkan salah satu ciri sebagai berikut: • Kejang lama dengan durasi >15 menit. • Ada kelainan neurologis nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, dan hidrosefalus. • Kejang fokal. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila: • Kejang berulang dua kali atau lebih dalam kurun waktu 24 jam. • Kejang demam terjadi pada bayi usia kurang dari 12 bulan. • Kejang demam dengan frekuensi >4 kali per tahun. Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang demam >15 menit merupakan indikasi  pengobatan rumat. Kelainan neuro­ logis tidak nyata, misalnya keterlambatan perkembangan ringan, bukan merupakan indikasi pengobatan rumat. Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak mempunyai fokus organik. Pengobatan Rumat Phenobarbital atau valproic acid efektif menurunkan risiko berulangnya kejang. Obat pilihan saat ini adalah valproic acid. Berdasarkan bukti ilmiah, kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping, oleh karena itu pengobatan rumat hanya diberi­ kan pada kasus selektif dan dalam jangka pendek. Phenobarbital dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40–50% kasus. Pada sebagian kecil kasus, terutama pada usia  kurang dari 2 tahun, valproic acid dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis valproic acid 15-40 mg/ kgBB/hari dalam 2-3 dosis, dan phenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis.3 Edukasi pada Orang Tua3 Kejang demam merupakan hal yang sangat menakutkan orang tua dan tak jarang orang tua menganggap anaknya akan meninggal. Pertama, orang tua perlu diyakinkan dan diberi penjelasan tentang risiko rekurensi serta petunjuk dalam keadaan akut. Lembaran tertulis dapat membantu komunikasi antara orang tua dan keluarga; penjelasan terutama pada: • Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik. • Memberitahukan cara penanganan kejang. • Memberi informasi mengenai risiko berulang. • Pemberian obat untuk mencegah Diagram. Alur tatalaksana kejang demam pada anak5 Catatan: • Kejang yang tidak teratasi dengan diazepam dapat diberi phenytoin • Status konvulsi dirawat di ICU • Diazepam drip jika perlu diberikan tiap 8 jam • Dosis maksimum phenobarbital 200 mg/hari
  • 4. 661 CONTINUING MEDICAL EDUCATION CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015 rekurensi efektif, tetapi harus diingat risiko efek samping obat. Beberapa hal yang harus dikerjakan saat kejang:3 • Tetap tenang dan tidak panik. • Longgarkan pakaian yang ketat ter­ utama di sekitar leher. • Bila tidak sadar, posisikan anak telen­ tang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun lidah mungkin ter­ gigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut. • Ukur suhu, observasi, catat lama dan bentuk kejang. • Tetap bersama pasien selama kejang. • Berikan diazepam rektal. Jangan di­ berikan bila kejang telah berhenti. • Bawa ke dokter atau ke rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih. SIMPULAN Kejang demam merupakan jenis kejang yang sering terjadi, terbagi atas kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam merupakan suatu kondisi yang patut diperhatikan, dan tatalaksana yang tepat dapat mengatasi kondisi kejang dan mengatasi kausanya. Sebagian besar kejang demam tidak menyebabkan penurunan IQ, epilepsi, ataupun kematian. Kejang demam dapat berulang yang kadang menimbulkan ketakutan dan kecemasan pada keluarga. Diperlukan pemeriksaan sesuai indikasi dan tatalaksana menyeluruh. Edukasi orang tua penting karena merupakan pilar pertama penanganan kejang demam sebelum dirujuk ke rumah sakit. DAFTAR PUSTAKA 1. Mahmood KT, Fareed T, Tabbasum R. Management of febrile seizures in children. J Biomed Sci and Res. 2011; 3(1): 353-7. 2. de Siqueira LFM. Febrile seizures: Update on diagnosis and management. Rev Assoc Med Bras. 2010; 56(4): 489-92. 3. Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S. Konsensus penatalaksanaan kejang demam Ikatan Dokter Anak Indonesia 2006 [Internet]. 2006 [cited 2015 December 5]. Available from: http:// idai.or.id/wp-content/uploads/2013/02/Kejang-Demam-Neurology-2012.pdf. 4. Soetomenggolo, S Taslim. Buku ajar neurologi anak. Jakarta: BP IDAI; 1999. 5. Suwarba N. Manajemen terkini kejang dan status epileptikus pada anak [Internet]. 2012. [cited 2014 November 15]. Available from: http://ngurahsuwarba.wordpress.com. 6. Østergaard JR. Febrile seizures. Acta Pædiatrica 2009; 98: 771-3. 7. Wendorff J, Zeman K. Immunology of febrile seizures. Pracapoglado/review paper. 2011; 20: 40-6. 8. Capovilla G, Mastrangelo M, Romeo A, Vigevano F. Recommendations for the management of ‘‘febrile seizures’’ adhoc task force of LICE guidelines commission. Epilepsia 2009; 50(1): 2-6. 9. Jones T, Jacobsen ST. Review childhood febrile seizures: Overview and implications. Internat J Med Sci. 2007; 4(2): 110-4.