Dokumen tersebut membahas tentang izin pemakaian tanah atau surat ijo yang diterbitkan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Izin ini diberikan kepada masyarakat untuk menggunakan tanah milik pemerintah dengan syarat dan ketentuan tertentu. Dokumen juga menjelaskan subjek, objek, masa berlaku, hak dan kewajiban pemegang izin serta permasalahan yang muncul dalam pelaksanaannya.
Jurnal hukum surat ijo by andi mulya (1)LBHASTRANAWA
Surat Izin Pemakaian Tanah (Surat Ijo) yang diterbitkan Pemerintah Kota Surabaya untuk warga atas tanah negara yang dikelolanya berdasarkan Hak Pengelolaan dari pemerintah pusat dinilai bertentangan dengan peraturan pertanahan. Warga menggugat penyalahgunaan kewenangan oleh pejabat daerah dan menuntut pencabutan Surat Izin tersebut."
Dokumen tersebut membahas tentang dasar-dasar hukum pertanahan di Indonesia. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan bahwa sebelum UUPA berlaku, terdapat dualisme hukum tanah di Indonesia antara hukum tanah adat dan barat. UUPA kemudian menciptakan kesatuan hukum tanah nasional berdasarkan konsep hukum tanah adat."
Dokumen tersebut membahas tentang hukum agraria dan sejarah perkembangannya di Indonesia, mulai dari pengertian agraria, hukum tanah adat dan barat sebelum UUPA, ketentuan UUPA, serta konversi hak atas tanah menurut UUPA."
Dokumen tersebut membahas landasan hukum, tujuan, dan pengertian pendaftaran tanah. Landasan hukumnya meliputi UUPA, PP Nomor 24 Tahun 1997, dan peraturan terkait lainnya. Tujuannya untuk memberikan kepastian hukum di bidang pertanahan. Pengertiannya adalah rangkaian kegiatan pemerintah untuk mengumpulkan dan mengelola data fisik dan yuridis tanah.
Jurnal hukum surat ijo by andi mulya (1)LBHASTRANAWA
Surat Izin Pemakaian Tanah (Surat Ijo) yang diterbitkan Pemerintah Kota Surabaya untuk warga atas tanah negara yang dikelolanya berdasarkan Hak Pengelolaan dari pemerintah pusat dinilai bertentangan dengan peraturan pertanahan. Warga menggugat penyalahgunaan kewenangan oleh pejabat daerah dan menuntut pencabutan Surat Izin tersebut."
Dokumen tersebut membahas tentang dasar-dasar hukum pertanahan di Indonesia. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan bahwa sebelum UUPA berlaku, terdapat dualisme hukum tanah di Indonesia antara hukum tanah adat dan barat. UUPA kemudian menciptakan kesatuan hukum tanah nasional berdasarkan konsep hukum tanah adat."
Dokumen tersebut membahas tentang hukum agraria dan sejarah perkembangannya di Indonesia, mulai dari pengertian agraria, hukum tanah adat dan barat sebelum UUPA, ketentuan UUPA, serta konversi hak atas tanah menurut UUPA."
Dokumen tersebut membahas landasan hukum, tujuan, dan pengertian pendaftaran tanah. Landasan hukumnya meliputi UUPA, PP Nomor 24 Tahun 1997, dan peraturan terkait lainnya. Tujuannya untuk memberikan kepastian hukum di bidang pertanahan. Pengertiannya adalah rangkaian kegiatan pemerintah untuk mengumpulkan dan mengelola data fisik dan yuridis tanah.
Dokumen tersebut menjelaskan tentang definisi tanah terlantar menurut hukum positif dan hukum adat, kriteria penentuan tanah sebagai tanah terlantar, serta proses identifikasi dan penelitian tanah yang terindikasi terlantar.
Dokumen tersebut membahas tentang hukum antar tata hukum (HATAH) yang mencakup hukum antar waktu, tempat, golongan, dan internasional. Dibahas pula tentang asas konkordansi dan keberlakuan berbagai sistem hukum untuk golongan-golongan penduduk di Hindia Belanda menurut pasal 131 dan 163 Indische Staatsregeling.
PPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdfHackEuy
UU CK dan PP No. 21/2021 merupakan langkah strategis pemerintah dalam meningkatkan investasi dan penciptaan lapangan kerja melalui penyederhanaan pengaturan penataan ruang, di antaranya dengan mengintegrasikan berbagai produk rencana tata ruang dan mempermudah proses perizinan berdasarkan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian agraria dan hukum agraria. Secara ringkas, agraria merujuk kepada urusan tanah pertanian dan sumber daya alam lainnya, sedangkan hukum agraria adalah kaidah hukum yang mengatur hubungan manusia dengan sumber daya tersebut dan kewenangan pemerintah di bidang agraria. Dokumen ini juga menjelaskan sejarah perkembangan hukum tanah di Indonesia.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang analisis karakteristik hukum UU No. 5 Tahun 1960. UU ini merupakan produk hukum pasca kemerdekaan yang belum direvisi dan bersifat responsif karena tujuannya melindungi rakyat dengan menghapus aturan penjajahan dan mencabut asas Domein Verklaring yang menciderai hak rakyat. UU ini juga dibuat secara demokratis tanpa intervensi pihak lain.
Dokumen tersebut membahas tentang kualifikasi dalam hukum perdata internasional. Secara garis besar dibahas mengenai pengertian kualifikasi, macam-macam kualifikasi seperti kualifikasi menurut lex fori, lex causae, dan kualifikasi secara otonom. Juga dibahas tentang kualifikasi primer dan sekunder serta pembedaan antara kualifikasi substansial dan prosedural.
Sengketa kepemilikan tanah antara Unusdang melawan PT Pacific Indopalm Industries mengenai sebidang tanah seluas 10x150 depa. Unusdang mendalilkan kepemilikannya berdasarkan SKGR 1980, sedangkan PT Pacific memiliki SHGB atas tanah tersebut. Berdasarkan pertimbangan bahwa SKGR 1980 bukan akta jual beli yang sah dan SHGB merupakan bukti kepemilikan yang kuat sesuai hukum, majelis hakim memutuskan PT Pacific sebagai
Dokumen tersebut membahas tentang hukum tata ruang di Indonesia. Hukum tata ruang diperlukan untuk mengatur penggunaan ruang secara terpadu dan berkelanjutan guna menjamin keseimbangan antara ruang dan kebutuhan manusia saat ini dan masa depan. Dokumen tersebut juga menjelaskan peraturan yang mengatur tata ruang serta permasalahan yang dihadapi dalam penerapan tata ruang di Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang konversi hak atas tanah, termasuk definisi konversi, tujuan konversi, dan jenis-jenis konversi hak atas tanah berdasarkan asal-usulnya seperti hak barat, bekas hak Indonesia, dan bekas tanah swapraja.
Dokumen tersebut menjelaskan tentang definisi tanah terlantar menurut hukum positif dan hukum adat, kriteria penentuan tanah sebagai tanah terlantar, serta proses identifikasi dan penelitian tanah yang terindikasi terlantar.
Dokumen tersebut membahas tentang hukum antar tata hukum (HATAH) yang mencakup hukum antar waktu, tempat, golongan, dan internasional. Dibahas pula tentang asas konkordansi dan keberlakuan berbagai sistem hukum untuk golongan-golongan penduduk di Hindia Belanda menurut pasal 131 dan 163 Indische Staatsregeling.
PPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdfHackEuy
UU CK dan PP No. 21/2021 merupakan langkah strategis pemerintah dalam meningkatkan investasi dan penciptaan lapangan kerja melalui penyederhanaan pengaturan penataan ruang, di antaranya dengan mengintegrasikan berbagai produk rencana tata ruang dan mempermudah proses perizinan berdasarkan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian agraria dan hukum agraria. Secara ringkas, agraria merujuk kepada urusan tanah pertanian dan sumber daya alam lainnya, sedangkan hukum agraria adalah kaidah hukum yang mengatur hubungan manusia dengan sumber daya tersebut dan kewenangan pemerintah di bidang agraria. Dokumen ini juga menjelaskan sejarah perkembangan hukum tanah di Indonesia.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang analisis karakteristik hukum UU No. 5 Tahun 1960. UU ini merupakan produk hukum pasca kemerdekaan yang belum direvisi dan bersifat responsif karena tujuannya melindungi rakyat dengan menghapus aturan penjajahan dan mencabut asas Domein Verklaring yang menciderai hak rakyat. UU ini juga dibuat secara demokratis tanpa intervensi pihak lain.
Dokumen tersebut membahas tentang kualifikasi dalam hukum perdata internasional. Secara garis besar dibahas mengenai pengertian kualifikasi, macam-macam kualifikasi seperti kualifikasi menurut lex fori, lex causae, dan kualifikasi secara otonom. Juga dibahas tentang kualifikasi primer dan sekunder serta pembedaan antara kualifikasi substansial dan prosedural.
Sengketa kepemilikan tanah antara Unusdang melawan PT Pacific Indopalm Industries mengenai sebidang tanah seluas 10x150 depa. Unusdang mendalilkan kepemilikannya berdasarkan SKGR 1980, sedangkan PT Pacific memiliki SHGB atas tanah tersebut. Berdasarkan pertimbangan bahwa SKGR 1980 bukan akta jual beli yang sah dan SHGB merupakan bukti kepemilikan yang kuat sesuai hukum, majelis hakim memutuskan PT Pacific sebagai
Dokumen tersebut membahas tentang hukum tata ruang di Indonesia. Hukum tata ruang diperlukan untuk mengatur penggunaan ruang secara terpadu dan berkelanjutan guna menjamin keseimbangan antara ruang dan kebutuhan manusia saat ini dan masa depan. Dokumen tersebut juga menjelaskan peraturan yang mengatur tata ruang serta permasalahan yang dihadapi dalam penerapan tata ruang di Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang konversi hak atas tanah, termasuk definisi konversi, tujuan konversi, dan jenis-jenis konversi hak atas tanah berdasarkan asal-usulnya seperti hak barat, bekas hak Indonesia, dan bekas tanah swapraja.
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2011 tentang Penertiban Dan Pendayagunaan T...Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar di Indonesia. Tanah terlantar didefinisikan sebagai tanah yang tidak diusahakan, tidak dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan keadaannya atau tujuan pemberian hak atas tanah. Peraturan ini mengatur tahapan identifikasi tanah terlantar, pemberian peringatan kepada pemegang hak, penetapan tanah sebagai terlant
Contoh Kegiatan Good Governence Fenti Anita SariFenti Anita Sari
Dokumen tersebut membahas tentang Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) yang dilakukan Pemerintah untuk menjamin kepastian hukum rakyat atas tanah. PTSL bertujuan memberikan sertifikat tanah secara cuma-cuma kepada rakyat tidak mampu dan kelompok rentan lainnya. Program ini didasarkan pada UUPA dan peraturan terkait untuk menata penggunaan tanah di Indonesia. Pemerintah menargetkan menyelesaikan penda
1. Penggugat mengajukan gugatan pembatalan Surat Keputusan Walikota Balikpapan Nomor 188.45-367/2015 tentang pencabutan Ijin Mendirikan Bangunan atas nama Penggugat.
2. Gugatan didasarkan pada alasan bahwa tanah milik Penggugat tidak pernah disetujui untuk konsolidasi tanah korban kebakaran, dan proses penerbitan IMB sesuai peraturan.
3. Penggugat meminta agar Surat Keputusan
20200505 1 Bahan Ajar Kapita Selekta Pertanahan-Ir. Ratmono, M.Si.pptxfadli32787
Dokumen tersebut membahas tentang hukum tanah nasional Indonesia, mulai dari sejarah hukum tanah sebelum UUPA sampai dengan jenis-jenis hak atas tanah menurut UUPA beserta ketentuan-ketentuannya. Dibahas pula tentang terjadinya hak atas tanah, pemberian hak atas tanah, serta hapusnya hak atas tanah.
Dokumen tersebut membahas tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dengan menjelaskan sejarah, objek, dan subjek PBB serta cara pendaftaran dan pendataannya. Sejarah PBB dimulai sejak zaman kerajaan Hindu hingga masa kemerdekaan dengan berbagai perubahan nama. Objek PBB adalah tanah dan bangunan, sedangkan subjek PBB adalah pemilik tanah dan bangunan. Pendaftaran dilakukan dengan mengisi SPOP
Pemerintah DKI Jakarta memberikan izin penggunaan tanah kepada PT Indobuiltco untuk membangun hotel dan fasilitas lainnya. PT Indobuiltco memperoleh HGB atas tanah tersebut yang kemudian diperpanjang, namun kemudian dikeluarkan SK HPL yang mencakup tanah HGB tersebut meskipun seharusnya tidak bisa karena ada HGB diatasnya."
Similar to Izin Pemanfaatan Tanah / Surat ijo (20)
2. DASAR HUKUM IZIN PEMANFAATAN TANAH (IPT)/SURAT IJO
1. Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 2 Tahun 2013 tentang Retribusi Pemakaian
Kekayaan Daerah;
2. Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 16 Tahun 2014 tentang Pelepasan Aset
Pemerintah Kota Surabaya;
3. Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 20 Tahun 2014 tentang Organisasi Perangkat
Daerah;
4. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2016 tentang Izin Pemakaian
Tanah;
5. Peraturan Walikota Surabaya No. 51 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelepasan
Aset Pemerintah Kota Surabaya; dan
6. Surat Keputusan Kepala Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah Kota Surabaya
Nomor 188.45/1924/436.6.18/2014 Tanggal 26 Agustus 2014 tentang Standar
Operasional Pelayanan Izin Pemakaian Tanah.
https://dpbt.surabaya.go.id, diakses pada tanggal 14 September 2018
3. PENGERTIAN IZIN PEMANFAATAN TANAH/SURAT IJO
Kebijakan Pemerintah Kota Surabaya dalam mewajibkan masyarakat yang hendak
memanfaatkan tanah milik dan atau yang dikuasai/dikelola oleh Pemerintah
Daerah harus terlebih dulu memperoleh Izin dari Kepala Dinas Pengelolaan Tanah
dan Bangunan dalam bentuk Izin Pemakaian Tanah (IPT) atau sering disebut
dengan Surat Ijo menimbulkan permasalahan antara Pemerintah Kota Surabaya
dengan pemegang IPT/Surat Ijo.
Pelaksanakan kebijakan tersebut didasarkan pada Peraturan Daerah Kotamadya
Daerah Tingkat II Surabaya Nomor 1 Tahun 1997 tentang Izin Pemakaian Tanah
sebagaimana telah diubah dengan dengan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor
3 Tahun 2016 tentang Izin Pemakaian Tanah dengan tujuan untuk mengoptimalkan
pemanfaatan tanah milik/dikuasai oleh Pemerintah Daerah dan tanah yang tidak
dipakai untuk penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
4. Pengertian IPT menurut Pasal 1 Ayat (7) Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 3
Tahun 2016 merupakan Izin yang diberikan Walikota atau Pejabat yang ditunjuk
untuk memakai tanah dan bukan merupakan pemberian hak pakai atau hak-hak
atas tanah lainnya sebagaimana diatur dalam UUPA.
JANGKA WAKTU IPT
Pada ketentuan Pasal 5 peraturan tersebut juga di atur mengenai Jangka Waktu IPT
sebagai berikut:
1. IPT jangka panjang berlaku 20 tahun dan dapat diperpanjang 20 tahun;
2. IPT jangka menengah berlaku 5 tahun dan dapat diperpanjang 5 tahun;
3. IPT jangka pendek berlaku 2 tahun dan dapat diperpanjang 2 tahun.
Selanjutnya berdasarkan Pasal 7 huruf a dinyatakan bahwa Pemegang IPT
mempunyai kewajiban membayar retribusi yang digunakan sebagai sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Daerah Kota Surabaya.
5. SUBYEK IPT/SURAT IJO
Menurut Pasal 1 Angka 8 dan Pasal 4 Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 3
Tahun 2016 tentang Izin Pemakaian Tanah, IPT/Surat Ijo dapat diberikan kepada:
1. WNI Perseorangan
Dengan mengajukan permohonan secara tertulis terlebih dahulu kepada
Walikota Surabaya atau pejabat yang ditunjuk, yaitu Kepala Dinas Pengelolaan
Tanah dan Bangunan Kota Surabaya.
2. Badan Hukum
Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, BUMN, BUMD, Firma, Kongsi,
Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi Massa,
Organisasi Sosial Politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha
tetap dan bentuk badan lainnya.
6. OBJEK TANAH IPT/SURAT IJO:
Berdasarkan data dari Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah Kota Surabaya sebagai intansi
yang menerbitkan IPT, perolehan tanah berasal dari tanah aset dan tanah dalam penguasaan
Pemerintah Kota Surabaya yang diperoleh berdasarkan pembelian dengan menggunakan
dana APBD atau perolehan lain yang sah yaitu :
1. Tanah Peninggalan Pemerintah Kota Praja pada zaman Belanda yang terdiri dari :
a. Tanah Eigendom Gemeente de Soerabaja;
Yaitu tanah yang berasal dari peninggalan Gemeente Surabaia pada masa
Pemerintahan Hindia Belanda.
b. Tanah Besluit;
Yaitu tanah pembelian pada zaman pemerintahan Belanda.
Dengan berlakunya UU 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kota Besar dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Timur/Jawa Tengah/Jawa Barat dan Daerah Istimewa
Yogyakarta, maka seluruh aset Pemerintahan Belanda yang ada di Surabaya menjadi aset
Pemerintah Kota Surabaya.
Sumber: Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah Pemerintah Kota Surabaya
7. 2. Pengadaan tanah yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya dengan
mekanisme :
a. Pelepasan hak atas tanah dengan memberikan ganti rugi (pembebasan);
b. Tukar-menukar/Ruislag (tukar bangun atau tukar guling) antara Pemerintah Kota
Surabaya dengan perusahaan swasta;
c. Bekas Tanah Kas Desa;
Yaitu tanah yang diperoleh dari perubahan status administrasi pemerintahan dari
desa menjadi kelurahan di wilayah Pemerintah Kota Surabaya.
d. Pengusaan atas tanah-tanah ex-perusahaan milik asing dan penguasaan atas dasar
hubungan hukum antara Pemerintah Kota Surabaya dan pihak lain;
e. Hibah dari pihak ketiga antara lain sebagai berikut :
1) Penyerahan prasarana lingkungan, utilitas umum dan fasilitas sosial dari
perusahaan pembangun perumahan ;
2) Hibah non fasum termasuk dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi .
Sumber: Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah Pemerintah Kota Surabaya
8. Tanah IPT sampai dengan
31 Desember 2015 adalah sebanyak:
± 46.811 persil
Total luasan 8.319.081,62 m²
Dengan rincian sebagai berikut :
Izin Pemakaian Tanah https://dpbt.surabaya.go.id, diakses pada tanggal
13 September 2018
9. KEWAJIBAN DAN LARANGAN PEMEGANG IPT
Sesuai ketentuan Pasal 8 Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2016 Pemegang
IPT dilarang:
1. Mengalihkan IPT kepada pihak lain tanpa persetujuan tertulis dari Kepala Dinas;
2. Menelantarkan tanah hingga 3 (tiga) tahun sejak dikeluarkannya IPT;
3. Menyerahkan penguasaan tanah yang telah diterbitkan IPT kepada pihak lain dengan atau
tanpa perjanjian.
PENGALIHAN IPT
Pengalihan IPT dapat disebabkan hal-hal sebagai berikut :
1. Pewarisan bangunan yang berdiri diatas tanah IPT;
2. Hibah bangunan yang berdiri diatas tanah IPT;
3. Jual beli bangunan yang berdiri diatas tanah IPT;
4. Lelang bangunan yang berdiri diatas tanah IPT.
Terhadap pengalihan IPT karena sebab 2 dan 3 harus mendapatkan persetujuan Kepala
Dinas.
10. BERAKHIRNYA IPT
Sesuai ketentuan Pasal 10 Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2016, IPT dapat
berakhir apabila :
1. Masa berlaku IPT berakhir dan pemegang IPT tidak memperpanjang IPT sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
2. Atas permintaan sendiri;
3. Pemegang IPT meninggal dunia;
4. IPT dicabut.
11. PERMASALAHAN
Tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Kota Surabaya ada yang dipergunakan untuk
kepentingannya sendiri dan ada juga yang dipergunakan oleh pihak ketiga. Bentuk
penggunaan tanah aset Pemerintah Kota Surabaya oleh pihak ketiga dilakukan dengan 2 cara
yaitu sebagai berikut:
1. Pemberian IPT/Surat Ijo
Penggunaan oleh pihak ketiga dengan IPT dilakukan terhadap tanah aset Pemerintah Kota
Surabaya yang berupa tanah peninggalan Pemerintah Kota Praja pada zaman Belanda dan
pengadaan tanah yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya sebagaimana telah
diuraikan sebelumnya.
2. Perjanjian Penyerahan Penggunaan Tanah
Penggunaan tanah oleh pihak ketiga dengan Perjanjian Penyerahan Penggunaan Tanah
dilakukan terhadap asset tanah Pemerintah Kota Surabaya yang berstatus Hak Pakai dan
Hak Pengelolaan yang diatur dalam Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II
Surabaya Nomor 17 Tahun 1996 tentang Tata Cara Mendapatkan Hak Guna Bangunan di
Atas Tanah Hak Pengelolaan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya.
12. PERMASALAHAN
Pada pelaksanaan pengelolaan dan penggunaan tanah, tidak semua tanah
Pemerintah Kota Surabaya dengan status Hak Pakai dan Hak Pengelolaan
dipergunakan oleh pihak ketiga dengan Perjanjian Penyerahan Penggunaan Tanah,
namun juga dipergunakan sendiri untuk kepentingan Pemerintah Kota Surabaya,
misalnya Kantor Pemerintahan, Rumah Sakit (RS), Pusat Kesehatan Masyakarat
(Puskesmas), dan Gedung Pendidikan.
Dalam perkembangannya penggunaan tanah asset Pemerintah Kota Surabaya oleh
pihak ketiga melalui pemberian IPT menimbulkan permasalahan antara pemegang
IPT dan Pemerintah Kota Surabaya. Pemegang IPT yang sudah memanfaatkan tanah
secara bertahun-tahun ingin mengajukan permohonan hak milik kepada Kantor
Pertanahan Kota Surabaya, sedangkan Pemerintah Kota Surabaya tetap
menegaskan bahwa tanah-tanah tersebut merupakan tanah Pemerintah Kota
Surabaya.
13. PERMASALAHAN
Atas permasalahan tersebut maka penggunaan tanah dalam bentuk IPT perlu
ditinjau kembali dan disesuaikan dengan ketentuan UUPA serta peraturan
pelaksanaannya. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat pada pelaksanaannya
pemegang IPT tidak dapat mengajukan permohonan hak atas tanah karena pada
dasarnya IPT tersebut hanyalah izin untuk memakai tanah yang dimiliki dan atau
dikuasai/dikelola oleh Pemerintah Kota Surabaya.
Adapun dalam Perjanjian Penyerahan Penggunaan Tanah, pihak ketiga dapat
mengajukan permohonan hak atas tanah berupa Hak Guna Bangunan di atas tanah
Hak Pengelolaan dengan didaftarkan ke Kantor Pertanahan untuk diterbitkan
sertifikat sebagai tanda bukti haknya.
14. PERMASALAHAN
Dengan diberlakukannya Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 16 Tahun 2014
tentang Pelepasan Tanah Aset Pemerintah Kota Surabaya dan Peraturan Walikota
Surabaya Nomor 51 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelepasan Tanah Aset
Pemerintah Kota Surabaya, Pemerintah Daerah memberikan kesempatan bagi
pemegang IPT dengan kriteria dan persyaratan tertentu untuk dapat memperoleh
hak atas tanah melalui prosedur pelepasan tanah aset Pemerintah Daerah.
Dengan peraturan tersebut diharapkan akan tercipta kepastian hukum baik bagi
Pemerintah Daerah maupun pemegang IPT yang ingin memperoleh hak atas tanah.