Tugas review jurnal ini membahas Teori Harga Arbitrase Internasional (IAPT) yang menganalisis perluasan teori harga arbitrase ke lingkup internasional dimana nilai pengembalian investor atas aktiva yang sama berbeda karena pengukuran dalam mata uang yang berbeda. IAPT menunjukkan bahwa struktur faktor pengembalian aktiva dalam model faktor m tetap sama terlepas dari mata uang yang digunakan, sehingga hubungan penetapan harga berlaku
Sub Bab :
1. Jumlah Uang Beredar
2. Uang Inti
3. Money Multiplier
4. JUB dan Monetery Base
5. Kebijakan Moneter
6. Instrumen Kebijakan Moneter
7. Efektifitas Kebijakan Moneter
OBLIGASI merupakan surat hutang yang pada umumnya berjangka panjang. Diterbitkan oleh suatu perusahaan atau pemerintah. Obligasi disebut surat berharga karena pemegang obligasi memiliki klaim terhadap pembayaran bunga dan pokok pinjaman yang telah di tetpkan. Contoh di Indonesia adalah jasa marga (asuransi)
NILAI NOMINAL OBLIGASI atau par value adalah nilai yang akan dibayar oleh penerbit obligasi kepada pemegang obligasi pada tanggal yang telah ditentukan dimasa mendatang. Nilai nominal ini tertera pada obligasi
TANGGAL JATUH TEMPO OBLIGASI atau maturity date adalah tanggal dimana nilai nominal dibayar kepada pemegang obligasi (bondholders)
PEMBAYARAN BUNGA KUPON adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara berkala misalnya setiap tahun atau enam bulan kepada pemegang obligasi
MODAL PENILAIAN OBLIGASI
Obligasi dengan pembayaran kupon secara tahunan akan memberikan serangkaian penerimaan bunga kupon. (menjelaskan contoh : vila)
VB = Nilai obligasi
I = pembayaran bungan obligasi / kupon
K = suku bunga yang berlaku
M = nilai nominal obligasi
N = usia obligasi yang tersisa
PERUBAHAN HARGA OBLIGASI. Obligasi yang baru diterbitkan biasanya dijual sama atau mendekati harga atau nilai nominalnya. Hala ini disebabkan karena bunga obligasi yang diberikan hampir sama dengan suku bunga yang berlaku di pasar. (menjelaskan contoh: vila)
OBLIGASI YANG MEMBAYAR BUNGA TIAP TAHUN TAHUN. RUMUSNYA (menjelaskan : rita)
YIELD TO MATURITY OBLIGASI
YTM (YIELD TO MATURITY) adalah suku bunga atau tingkat keuntungan yang dinikmati investor pada obligasi jika obligasi tersebut disimpan hingga tanggal jatuh tempo
INTEREST ATAU CURRENT YIELD adalah tingkat keuntungan yang dinikmati pemegang obligasi dari bunga obligasi
Rumus : CY = I / P0
CAPITAL GAINS YIELD adalah tingkat keuntungan akibat perubahan harga obligasi. Bernilai negatif artinya ada kerugian akibat perubahan harga obligasi. Rumus : CGY = P1 – P0 / P0
OBLIGASI CALLABLE. Obligasi yang dapat ditarik (dibeli kembali) oleh perusahaan penerbitan sebleum obligasi tersebut jatuh tempo.
Pasar modal yang efisien terjadi jika ada informasi terbaru masuk kepasar dan informasi baru ini adalah pengungkapan informasi emiten yang bersifat material yang segera diumumkan atau dipublikasikan kepada public melalui Bapepam selaku pengawas pasar modal. Hal ini diperkirakan akan mempengaruhi perubahan harga saham. Sempitnya pengungkapan informasi menimbulkan harga saham dapat dinilai terlalu rendah (Undervalued) oleh pasar dan dapat memiliki insentif untuk melakukan penawaran melalui jalur penawaran terbatas (Private market),dimana menimbulkan biaya transaksi dan mengurangi likuiditas yang diharapkan. Perusahaan yang harga sahamnya tinggi (overvalued) dianggap mampu memberikan pengungkapan informasi yang lebih relevan kepada investor sehingga manajer memiliki peluang untuk melakukan aksi jual saham yang dipegangnya atau mengeluarkan ekuitas saham baru pada tingkat rate yang favorable.
Efisiensi pasar saham sangat membutuhkan informasi yang seluas-luasnya karena berdampak terhadap harga saham, pemilihan saham pada portofolio yang diilih oleh investor mengakibatkan harapan nilai return yang menguntungkan dengan tingkat resiko seminimal mungkin.
Sub Bab :
1. Jumlah Uang Beredar
2. Uang Inti
3. Money Multiplier
4. JUB dan Monetery Base
5. Kebijakan Moneter
6. Instrumen Kebijakan Moneter
7. Efektifitas Kebijakan Moneter
OBLIGASI merupakan surat hutang yang pada umumnya berjangka panjang. Diterbitkan oleh suatu perusahaan atau pemerintah. Obligasi disebut surat berharga karena pemegang obligasi memiliki klaim terhadap pembayaran bunga dan pokok pinjaman yang telah di tetpkan. Contoh di Indonesia adalah jasa marga (asuransi)
NILAI NOMINAL OBLIGASI atau par value adalah nilai yang akan dibayar oleh penerbit obligasi kepada pemegang obligasi pada tanggal yang telah ditentukan dimasa mendatang. Nilai nominal ini tertera pada obligasi
TANGGAL JATUH TEMPO OBLIGASI atau maturity date adalah tanggal dimana nilai nominal dibayar kepada pemegang obligasi (bondholders)
PEMBAYARAN BUNGA KUPON adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara berkala misalnya setiap tahun atau enam bulan kepada pemegang obligasi
MODAL PENILAIAN OBLIGASI
Obligasi dengan pembayaran kupon secara tahunan akan memberikan serangkaian penerimaan bunga kupon. (menjelaskan contoh : vila)
VB = Nilai obligasi
I = pembayaran bungan obligasi / kupon
K = suku bunga yang berlaku
M = nilai nominal obligasi
N = usia obligasi yang tersisa
PERUBAHAN HARGA OBLIGASI. Obligasi yang baru diterbitkan biasanya dijual sama atau mendekati harga atau nilai nominalnya. Hala ini disebabkan karena bunga obligasi yang diberikan hampir sama dengan suku bunga yang berlaku di pasar. (menjelaskan contoh: vila)
OBLIGASI YANG MEMBAYAR BUNGA TIAP TAHUN TAHUN. RUMUSNYA (menjelaskan : rita)
YIELD TO MATURITY OBLIGASI
YTM (YIELD TO MATURITY) adalah suku bunga atau tingkat keuntungan yang dinikmati investor pada obligasi jika obligasi tersebut disimpan hingga tanggal jatuh tempo
INTEREST ATAU CURRENT YIELD adalah tingkat keuntungan yang dinikmati pemegang obligasi dari bunga obligasi
Rumus : CY = I / P0
CAPITAL GAINS YIELD adalah tingkat keuntungan akibat perubahan harga obligasi. Bernilai negatif artinya ada kerugian akibat perubahan harga obligasi. Rumus : CGY = P1 – P0 / P0
OBLIGASI CALLABLE. Obligasi yang dapat ditarik (dibeli kembali) oleh perusahaan penerbitan sebleum obligasi tersebut jatuh tempo.
Pasar modal yang efisien terjadi jika ada informasi terbaru masuk kepasar dan informasi baru ini adalah pengungkapan informasi emiten yang bersifat material yang segera diumumkan atau dipublikasikan kepada public melalui Bapepam selaku pengawas pasar modal. Hal ini diperkirakan akan mempengaruhi perubahan harga saham. Sempitnya pengungkapan informasi menimbulkan harga saham dapat dinilai terlalu rendah (Undervalued) oleh pasar dan dapat memiliki insentif untuk melakukan penawaran melalui jalur penawaran terbatas (Private market),dimana menimbulkan biaya transaksi dan mengurangi likuiditas yang diharapkan. Perusahaan yang harga sahamnya tinggi (overvalued) dianggap mampu memberikan pengungkapan informasi yang lebih relevan kepada investor sehingga manajer memiliki peluang untuk melakukan aksi jual saham yang dipegangnya atau mengeluarkan ekuitas saham baru pada tingkat rate yang favorable.
Efisiensi pasar saham sangat membutuhkan informasi yang seluas-luasnya karena berdampak terhadap harga saham, pemilihan saham pada portofolio yang diilih oleh investor mengakibatkan harapan nilai return yang menguntungkan dengan tingkat resiko seminimal mungkin.
Model keseimbangan yang umum digunakan adalah Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT). Model CAPM merupakan model keseimbangan yang menggambarkan hubungan suatu risiko dan return secara lebih sederhana, dan hanya menggunakan satu variabel (disebut juga sebagai variabel beta) untuk menggambarkan risiko. Sedangkan model APT, merupakan sebuah model keseimbangan alternatif yang lebih kompleks dibandingkan CAPM karena menggunakan banyak variabel pengukur risiko untuk melihat hubungan risiko dan return.
Arbitrage Pricing Theory (APT); Fama-French three factor model; Chen, Roll, Ross : four (4) factor Model; Multifactor Model;
Definisi efisiensi pasar secara informasional.;
Mengapa pasar harus efisien;
Implikasi efisiensi pasar terhadap return dan harga sekuritas;
Tipe-tipe efisiensi pasar menurut set of information; Strategi investasi yang sesuai dengan efisiensi pasar dan anomalinya.;
Anomali yang terjadi di pasar modal dan Behavioral Finance
Capital of Asset Pricing Model to represent the connective model mount the return expected from an risk asset with the risk from the asset at condition of well-balanced market. Many researcher which have conducted the examination to model CAPM, for example: Fama And Mac Beth (1973) by doing examination CAPM for the case of in United States, other researcher of Adler H. Manurung (1992) doing examination CAPM in Bursa Efek Jakarta (BEJ). Result of its research is beta give the negative impact to mean of share degradation, in its research there is share which return flatten the negative nya, but its beta is high. Whether there are relation of among beta and mount the advantage (expected return). Anticipated by among beta and return expected have the relation which are positive and linear.
Theory CAPM give the clarification of concerning relation of among risk and return. This theory assume that higher level risk will yield the higher level return, and asset with the is same risk will yield the is same return also. Capital of Asset Pricing Model the, beta excelsior of an marketable securities, hence the storey; level return sekuritas also excelsior. such risk represent the systematic risk, because the risk arise from variabilitas of price marketable securities in general and unidirectional change with the market.
Analisis terhadap Faktor-Faktor Determinan Penanaman Modal Asing pada Negara ...Trisnadi Wijaya
Analisis terhadap Faktor-Faktor Determinan Penanaman Modal Asing pada Negara ASEAN Plus Three
Conference: Prosiding SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPER Fakultas Ekonomi Universitas Tidar 2023
Pengaruh Profitabilitas, Struktur Modal dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai ...Trisnadi Wijaya
Judul: Pengaruh Profitabilitas, Struktur Modal dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Penerbit: e-Jurnal Skripsi STIE MDP
Pengaruh Inflasi dan Tingkat Suku Bunga terhadap Return Saham pada Perusahaan...Trisnadi Wijaya
Judul: Pengaruh Inflasi dan Tingkat Suku Bunga terhadap Return Saham pada Perusahaan Pembiayaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Penerbit: e-Jurnal Skripsi STIE MDP
Analisis Penggunaan Model Altman Z-Score untuk Memprediksi Kebangkrutan pada ...Trisnadi Wijaya
Judul: Analisis Penggunaan Model Altman Z-Score untuk Memprediksi Kebangkrutan pada Perusahaan Jasa Transportasi yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2014
Penerbit: e-Jurnal Skripsi STIE MDP
Pengaruh Pertumbuhan Laba, Investment Opportunity Set, Leverage dan Ukuran Pe...Trisnadi Wijaya
Judul: Pengaruh Pertumbuhan Laba, Investment Opportunity Set, Leverage dan Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
Penerbit: e-Jurnal Skripsi STIE MDP
Analisis Perbandingan Reaksi Pasar Sebelum dan Sesudah Pengumuman Opini Audit...Trisnadi Wijaya
Judul: Analisis Perbandingan Reaksi Pasar Sebelum dan Sesudah Pengumuman Opini Auditor (Studi Empiris pada Persahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2014-2016)
Penerbit: e-Jurnal Skripsi STIE MDP
Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite Audit dan Profitabilitas terhadap Tax Avo...Trisnadi Wijaya
Judul: Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite Audit dan Profitabilitas terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2016)
Penerbit: e-Jurnal Skripsi STIE MDP
Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, dan Audit Delay terhadap Penerimaan Op...Trisnadi Wijaya
Judul: Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, dan Audit Delay terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2017)
Penerbit: e-Jurnal Skripsi STIE MDP
Pengaruh Likuiditas dan Corporate Social Responsibility terhadap Agresivitas ...Trisnadi Wijaya
Judul: Pengaruh Likuiditas dan Corporate Social Responsibility terhadap Agresivitas Pajak dengan Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2012-2016)
Penerbit: e-Jurnal Skripsi STIE MDP
Pengaruh Kualitas Audit, Audit Tenure, dan Audit Capacity Stress terhadap Man...Trisnadi Wijaya
Judul: Pengaruh Kualitas Audit, Audit Tenure, dan Audit Capacity Stress terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2018)
Penerbit: e-Jurnal Skripsi STIE MDP
Pengaruh Intensitas Aset Tetap, Biaya Operasional, dan Intensitas Persediaan ...Trisnadi Wijaya
Judul: Pengaruh Intensitas Aset Tetap, Biaya Operasional, dan Intensitas Persediaan terhadap Agresivitas Pajak (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2018)
Penerbit: e-Jurnal Skripsi STIE MDP
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. TUGAS REVIEW JURNAL: APT
MATA KULIAH MANAJEMEN PORTOFOLIO
Dosen : Dr. Yuliani, SE., MM
Disusun Oleh:
Trisnadi Wijaya
NIM 01122503012
ILMU MANAJEMEN
PASCA SARJANA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
2. Journal Review 2
Article
: “International Arbitrage Pricing Theory”
Authors
: Bruno Solnik
Publication
: The Journal of Finance Vol. XXXVIII No. 2 Mei 1983
International Asset Pricing (IAPM) telah menjadi obyek yang kontroversial
dikarenakan asumsi-asumsi yang digunakan berbeda seperti fungsi utiliti, sumber
ketidakpastian
harga,
dan
pasar
yang
tidak
sempurna.
Beberapa
model
mengasumsikan bahwa semua investor mengkonsumsi produk yang sama, dengan
tingkat inflasi nasional stokastik yang berbeda, sementara itu model lainnya
mengasumsikan dunia dimana nilai tukar mencerminkan perubahan harga relatif
(turunan paritas daya beli) dengan inflasi non stokastik dan selera konsumsi yang
berbeda di seluruh negara.
1 - APT Biasa pada Pengembalian Nominal
Jika diasumsikan terdapat n + 1 mata uang dan N + 1 aktiva, maka secara acak mata
uang dolar AS dapat terpilih menjadi salah satu mata uang. Asumsikan juga bahwa n +
1 aktiva pertama yang terpilih adalah obligasi negara yang bebas risiko dalam mata
uang lokal. Para investor diasumsikan percaya bahwa pengembalian acak pada
sekumpulan aktiva diatur dalam jangka pendek oleh sebuah model pembentuk m-faktor
menghasilkan:
2
3. Dimana Ei adalah pengembalian harapan aktiva ke-i, δ mewakili semua risiko
sistematis, dan εi, risiko spesifik dari aktiva i. εi mencerminkan semua informasi yang
tidak terkait dengan aktiva lain dan diasumsikan independen atau tidak terkait dengan
faktor δ:
Turunan biasa dari APT nominal dapat disediakan bagi investor yang
menginginkan pengembalian dalam dolar AS. Untuk menentukan hubungan sebuah
penetapan harga, portofolio arbitrase terdiversifikasi dapat dibentuk melalui investasi
dalam aktiva i dengan proporsi xi sehingga:
Dimana
merupakan vektor baris dan
adalah vektor kolom berukuran N.
Portofolio arbitrase ini dibentuk dengan baik serta didiversifikasi dengan
mengabaikan risiko residual. Pengembalian dari portofolio arbitrase ini akan sama
dengan:
Portofolio ini hampir bebas risiko dan, karena memiliki modal investasi nol, maka
pengembaliannya juga harus nol (sehingga
= 0). Seperti yang ditunjukkan oleh
Ross, hal ini berarti bahwa vektor pengembalian harapan E haruslah sebuah kombinasi
linier dari vektor konstan
dan vektor
, yaitu, terdapat m + 1 konstanta skalar λ0...λm,
sehingga:
3
4. Karena memang ada sebuah aktiva bebas risiko di AS, maka pengembalian r0 sama
dengan λ0.
2 - APT Internasional
Investor dari negara yang berbeda menggunakan ukuran pengembalian dalam
unit yang berbeda, contohnya seperti mata uang; diasumsikan menyesuaikan
pengembalian nominal (dalam dolar) dengan sebuah variabel acak . Dalam terminologi
internasional, kita akan menyebutnya sebagai sebuah penyesuaian nilai tukar, tetapi
formulasi ini juga berlaku untuk kasus dimana setiap investor j mengamati
pengembalian nominal dan menyesuaikannya dengan sebuah deflator inflasi
tertentu.
Pada awalnya, sesuatu yang tidak diharapkan adanya perbedaan fungsi utilitas
untuk mempengaruhi hasil Arbitrage Pricing asalkan investor memegang ekspektasi
yang homogen pada model pembentuk pengembalian nominal. Namun, sementara APT
bukanlah sebuah pendekatan berdasarkan utilitas, hal ini memerlukan definisi investasi
bebas risiko. Sebagai contoh, jika semua investor tunduk pada inflasi stokastik, mereka
tidak akan menganggap sebuah portofolio bebas risiko sebagai yang bebas risiko
(sebagai contoh dalam real term) dan argumen arbitrase diterapkan di Bagian 1 untuk
menurunkan hubungan penetapan harga persamaan (4) mungkin tidak valid. Jadi
pertama sekali kita akan menunjukkan bahwa, jika pengembalian aset diyakini
mengikuti persamaan (1), maka setiap portofolio arbitrase yang bebas risiko secara
nominal akan menjadi bebas risiko untuk setiap investor asing. Kedua, dan pertanyaan
yang lebih penting terletak pada konsistensi internal dari asumsi model m-faktor dalam
4
5. sebuah framework internasional. Untuk menjadi teori yang layak, model tersebut harus
independen dari ukuran yang dipilih secara acak untuk mengidentifikasi model sehingga
model m-faktor berlaku dari setiap sudut pandang mata uang lain. Pengembalian dolar
dari saha-saham Jepang, Perancis, dan Amerika harus menunjukkan struktur yang
sama dengan pengembalian saham yang sama dihitung dalam mata uang lain (Yen
Jepang, Franc Perancis, atau Pound Inggris) dan tidak menjadi sebuah artefak karena
translasi pengembalian dalam beberapa mata uang tertentu. Mari sekarang kita
membuktikan dua poin.
Jika Pi adalah harga dolar aktiva i dan Sj0 nilai tukar dari mata uang j dalam
satuan mata uang 0, harga aktiva i dalam mata uang j sama dengan Pi/Sj0 dan
pengembalian dari aktiva i diukur dalam mata uang j, untuk jangka waktu sangat
pendek, akan sama dengan Ito’s lemma, untuk:
Dimana σj2 adalah varians
variasi acak Sj dan
adalah kovarians antara
dan .
Jika mengkombinasikan hubungan persamaan (1) dan (5) akan menghasilkan
persamaan pengembalian aktiva i dalam mata uang j sebagai:
Sekarang kita menghitung pengembalian mata uang j dari sebuah portofolio arbitrase
yang memverifikasi kondisi persamaan (2):
Persamaan (2) dikurangi menjadi:
5
6. Pengembalian riil pada portofolio ini berbeda dari pengembalian nominalnya
dalam persamaan (3), jika last term tidak dapat didiversifikasi lagi karena korelasi
sistematis antara
dan fluktuasi mata uang j. Namun dengan asumsi, semua
tidak
berhubungan dengan pengembalian aktiva lainnya termasuk aktiva j yang merupakan
obligasi bebas risiko mata uang j. Dalam dolar, komponen stokastik pengembalian
aktiva ini sama dengan pergerakan acak nilai tukar
, sehingga setiap
independen
dari . Karena itu, persamaan (6) dikurangi menjadi:
Jadi, baik dalam istilah riil maupun asing, portofolio arbitrase ini tidak
menghasilkan risiko, sehingga
harus sama dengan nol dalam hubungan ekuilibrium
dan penetapan harga persamaan (4) harus berlaku untuk setiap investor.
Sekarang tunjukkan bahwa m-factor framework invarian terhadap mata uang
yang digunakan untuk mengekspresikan pengembalian.
Obligasi bebas risiko dalam mata uang j merupakan salah satu aktiva
pengembalian dolar rj yang mengikuti hubungan persamaan (1), komponen
stokastiknya sama dengan
bila diukur dalam dolar. Hal ini berarti bahwa
juga
mengikuti model sebuah m-generating factor model:
Jika
dan
pada persamaan (5) diganti dengan persamaan m-faktornya akan
menghasilkan:
6
7. Nilai ekspektasi dari
dalam persamaan (5) menunjukkan bahwa istilah konstan pada
RHS dari persamaan (8) sama dengan
yang akan dinotasikan sebagai
.
Persamaan (8) mungkin dapat ditulis sebagai:
dengan
faktor loading yang baru dan
Perhatikan bahwa semua asumsi dari model m-faktor telah diverifikasi. Noise
term saling independen, dan tidak berhubungan dengan common factor, sejak properti
ini berlaku untuk
dan . Aktiva bebas risiko dari mata uang sekarang menggantikan
mata uang 0 aktiva bebas risiko yang menjadi berisiko dalam mata uang j. Dengan kata
lain, dekomposisi dalam m-faktor ditambah dengan sebuah noise term invarian
terhadap mata uang terpilih untuk menghitung pengembalian sehingga hal ini
menghasilkan sebuah framework yang atraktif dan operasional. Sebuah hubungan
penetapan harga seperti persamaan (4) akan berlaku untuk pengembalian tertentu
dalam mata uang j atau mata uang lainnya:
dimana λ0j adalah tingkat bebas risiko mata uang j.
Hal ini harus jelas bahwa ketika bentuk hubungan adalah invarian, koefisien
dan
bervariasi dengan j. Mengambil perbedaan antara dua persamaan penetapan
harga, hal ini dapat ditunjukkan bahwa mereka dihubungkan oleh relasi:
Atau:
7
8. Secara khusus:
Dalam arti, hubungan persamaan (10) adalah hubungan penetapan harga à la
persamaan (4), dimana koefisien (λ - λj) mengindikasikan implikasi harga dari struktur
kovarians antara pengembalian aktiva dan ukuran investor J. Jika
, maka premi
risiko akan identik di kedua mata uang. Perhatikan bahwa asumsi dari m common factor
dan residual independen menyiratkan kendala yang berat pada matriks kovarians mata
uang-aktiva.
Perbedaan dalam suku bunga pada dua mata uang dapat dengan mudah
diturunkan dari hubungan penetapan harga. Dalam persamaan (4), pengembalian yang
diharapkan pada aktiva bebas risiko mata uang j:
Hal ini berarti bahwa perbedaan suku bunga (atau premi forward),
sama dengan fluktuasi mata uang ekspektasi,
, adalah
, ditambah dengan sebuah premi
risiko. Premi risiko ini tergantung pada kovarians dari fluktuasi mata uang dengan
common factor yang sama. Hasil ini sejalan dengan temuan IAPM tradisional.
Kesimpulan
Makalah ini menganalisis perluasan internasional dari teori harga arbitrase,
dimana nilai pengembalian investor atas aktiva yang sama berbeda; analisis yang sama
dapat diterapkan pada framework domestik dengan selera konsumsi yang heterogen.
Masalah teknis yang ditimbulkan oleh translasi mata uang dan agregasi dalam CAPM
8
9. internasional tidak muncul dalam APT karena faktor-faktor tidak dibatasi untuk menjadi
portofolio aktiva asli. Sementara APT tidak berbasis utilitas, APT membutuhkan definisi
sebuah portofolio bebas risiko, maka ukuran yang digunakan untuk mengukur (riil)
masalah pengembalian. Makalah ini menunjukkan bahwa, jika sebuah model faktor
diyakini berlaku ketika pengembalian aset diekspresikan dalam beberapa mata uang
yang dipilih secara acak, struktur faktor ini, sebaik kesimpulan utamanya, adalah
invarian terhadap mata uang yang dipilih. Hubungan antara koefisien-koefisien faktor
ketika diukur dalam mata uang yang berbeda telah diteliti, serta penetapan harga dari
nilai tukar forward (atau perbedaan suku bunga nasional) yang tergantung pada
kovarians dari fluktuasi mata uang dengan common factor yang sama.
Jika investor memegang harapan homogen yang diukur dalam beberapa mata
uang, model m-faktor yang sama dan hubungan penetapan harga akan diterapkan
untuk semua orang dan kita dapat menjumlahkan spesifikasi ex ante ke sebuah
hubungan ex post pasar teruji. Hal tersebut mengikuti, apa pun ukuran yang digunakan,
hubungan penetapan harga persamaan (5) mungkin menjadi sasaran penelitian
empiris. Sekali lagi, perhatikan bahwa IAPT tidak mengatakan apa pun tentang ukuran
premi risiko λk, maupun jumlah atau common factor asli, tetapi hanya menentukan
hubungan linieritas penetapan harga.
Pengujian model penetapan harga aktiva internasional sejauh ini masih langka
dan tidak jelas (misalnya Solnik, Stehle). Keterbatasan utama datang dari ketersediaan
data, tetapi juga berasal dari masalah teknis yang terlibat dalam identifikasi yang tepat
dari portofolio efisien ex ante sebagaimana ditekankan oleh Roll. CAPM berbasis
konsumsi tidak berlaku pada tipe masalah yang sama seperti yang ditunjukkan oleh
9
10. Cornell. Ketika komposisi portofolio internasional yang efisien disarankan oleh IAPM
tergantung pada parameter-parameter fungsi utilitas, tugas empiris akan tampak tiada
harapan. Jika segmentasi pasar internasional memainkan sebuah peran yang
signifikan, IAPM tidak memberikan kesimpulan yang berguna. Dalam pendekatan yang
lebih heuristik, teori harga arbitrase tampaknya menawarkan alternatif yang menarik.
Untuk menjadi teori yang layak dan berguna, jumlah common factor dalam IAPT
harus kecil dibandingkan dengan jumlah aktiva. Struktur yang paling sederhana akan
terdiri dari beberapa common factor internasional untuk semua aktiva. Hal ekstrim
lainnya jika sekumpulan common factor secara ketat berbeda di pasar nasional. Faktorfaktor internasional juga dapat menjadi common di dalam pasar jenis tertentu (misalnya
seluruh pasar obligasi atau seluruh pasar saham). Sebuah situasi mungkin sekali
merupakan kombinasi common factor internasional untuk semua atau tertentu jenis
aset ditambah faktor-faktor nasional yang hanya mempengaruhi aktiva domestik. Tentu
saja jika jumlah faktor terlalu besar, testabilitas dan operasionalitas dari IAPT sangat
berkurang.
10