SlideShare a Scribd company logo
1 of 42
INFEKSI MENULAR LEWAT
TRANFUSI DARAH
IMLTD adalah penyakit / infeksi yang dapat
ditularkan melaluipelayanan transfusi darah
Penyebab :virus
Bakteri
Protozoa
Jamur jarang
Virus:
Dalam plasma : Hepatitis B virus,
Hepatitis D virus,
Hepatitis C virus,non-A, non-B, non-C virus,
Parvovirus B19,
HIV.
Hepatitis A ( jarang )
 Dalam sel :
Cytomegalovirus,
Epstein-Barr virus,
Human Tlymphotropic virus
Bakteri :
Treponema pallidum (sifilis)
Borrelia burgdoiferi (borreliosis)
Yersinia enterocolitica
 Parasit :
Plasmodium vivax, falciparum, malariae,ovale (malaria)
Trypanosoma cruzi (Chaga’s disease)
Toxoplasma gondii (toksoplasmosis)
Babesia microti (babesiosis)
Leishmania tropica (leishmaniasis)
 Penularan penyakit lewat transfusi darah, harus
didahului oleh adanya suatu penyebab infeksi
didalam darah yang didonasi/diberikan ke pasien.
Setiap unit transfusi darah harus melakukan uji
saring terhadap kemungkinan infeksi tersebut.
 kondisi dasar yang dapat menentukan apakah
suatu penyebab infeksi mungkin ditularkan lewat
transfusi
 Ditularkan lewat darah
Pendonor yang terinfeksi tidak menunjukkan tanda dan gejala
penyakit saat pengambilan darah, sehingga proses
pengambilan darah donor tetap dilakukan
Penyebab tersebut harus berada secara alamiah dalam aliran
darah dari donor yang terinfeksi.-----------Uji saring IMLTD
 Bila ada penyebab infeksi yang masuk dalam tubuh, sistem kekebalan tubuh akan
aktif.
 Sistem kekebalan tubuh : bagaimana tubuh merespon terhadap protein-protein
asing / cara tubuh melindungi dirinya dari serangan penyebab infeksi.
 Protein asing/ penyebab infeksi :antigen
 Respon sistem kekebalan tubuh :antibod
 Waktu antara masuknya antigen dengan terbentuknya antibodi disebut periode
jendela (window period )
 Dalam periode ini, antibodi tidak dapat terdeteksi, walaupun seseorang telah
terinfeksi.
 Window period berbeda-beda pada setiap orang dan tergantung penyakitnya.
 Pemeriksaan IMLTD pada periode jendelaini akan memberikan hasil non reaktif
palsu
 Deteksi antigen lebih baik dibandingkan antibody
 Tetapi tidak semua antigen penyebab infeksi dapat dibuatkan kit pemeriksaan
rapid/cara cepat atau kit yang mengandung antigen tersebut kurang
sensitif/spesifik lebih banyak periksa antibodi
UMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS
 HIV Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, shg tubuh tidak bisa
membentuk sistem kekebalan terhadap infeksi, termasuk infeksi ringan sekalipun
 Penyakit Accuired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
 Gejala tidak khas (kumpulan):Berat badan menurun tidak jelas
 Diare/batuk tidak sembuh-sembuh
 Infeksi sekunder lain
 Cara Penularan :
1. Hubungan seksual
2. Penggunaan jarum suntik/benda tajam lainnya, kontak dengan luka/darah terinfeksi
3. Transfusi darah
4. Ibu ke anaknya
Antibodi HIV dapat diperiksa walaupun belum terjadi AIDS (asalkan sudah
melewati window period / 6-12 minggu setelah masuknya virus) seleksi donor
yang tepat/beresiko rendah
 Hepatitis B
 Cara penularan :
1. Hubungan seksual
2. Penggunaan jarum suntik/benda tajam lainnya, kontak dengan luka/darah
terinfeksi
3. Transfusi darah
4. Ibu ke anaknyaMasa inkubasi/belum timbul gejala 50-180hari, tetapi virus dapat
dideteksi di darah.
Pemeriksaan untuk Hepatiti B : HBsAg(antigen permukaan dari Virus Hepatitis B)
 Gejala Klinis :Demam, sakit kuning 20% akan menjadi kronis
Hepatitis C
 Cara penularan :
1. Hubungan seksual
2. Penggunaan jarum suntik/benda tajam lainnya, kontak dengan luka/darah terinfeksi
3. Transfusi darah
4. Ibu ke anaknya
 Pemeriksaan untuk Hepatiti C :
Anti HCV(Antibodi terhadap Virus Hepatitis C)
Gejala Klinis : Demam, sakit kuning (lebih ringan dari Hepatitis B, tetapi 50% akan
menjadi kronis
Sifilis
Penyakit menular seksual (hubungan seksual)
Cara penularan lain : transfusi darah (Kuman mati pada suhu rendah , selama 24-28
jam pada suhu 4° C atau > 72 jam)
Masa inkubasi 4 minggu – 4,5 bulan
Diagnosis : langsung (mikroskop)
Antibodi : spesifik : TPHA
non spesifik : VDRL
 Malaria
 Masa inkubasi : P. falciparum dan vivax ( 1 mg –1 bulan).
P.malariae (beberapa bulan)
 Dalam darah simpan, bisa hidup :
P.malariae < 5 hari,
P.falciparum 14 hari
Hapusan darah dan pemeriksaan serologis calon donor tanpa gejala tidak
praktis krn hasil negatif bila diperiksa saat tidak viremia
 Bila terpaksa, darah diberikan saja, bila ada gejala malaria post transfusi periksal
ab/malaria, jika (+) diberikan terapi
 Pemeriksaan Uji saring DarahDonor
Untuk mendeteksi apakah darah donor terinfeksi oleh penyakit-penyakit yang dapat
ditularkan melalui transfuse darah / mencegah resipien terinfeksi penyakit-penyakit
yang ditularkan lewat darah donornya.
Berdasarkan peraturan pemerintah uji saring untuk sifilis, hepatitis B,hepatitis C dan
AIDS.
 Pemeriksaan Uji saring IMLTD :
1. Oleh WHO :
strategi I ( darah diperiksa hanya 1 kali, hasil reaktif tidak boleh dipergunakan)
2. Persayaratan reagensia :
a. Sensitifitas >99% dan spesifisitas > 98% (Ditlabkes 2005)
b. Reagen sudah dievaluasi oleh Lab RS Cipto (untuk HIV) dan oleh UTDP PMI (untuk
Sifilis, HBsAg dan Anti HCV)
c. Reagen mempunyai kontrol internal
d. Sudah disosialisasikan dan dilatihkan
 Terminologi hasil pemeriksaan :
Reaktif ataunon reaktif karena pernyataan hasil positif diberikan bila telah dilakukan
pemeriksaan lanjutan/konfirmasi terhadap pemeriksaan sebelumnya.
Karena pemeriksaan di bank darah hanya 1kali, maka hasil yang dipakai : reaktif
Hasil meragukan pemeriksaan ulang
 PRINSIP-PRINSIP PEMERIKSAAN :
 1. Uji cepat khusus ( Rapid Test )
 2. Enzyme Linked Immuno SorbentAssay (ELISA / EIA)
 3. Uji aglutinasi partikel
 Metoda Pemeriksaan di Unit Transfusi darah
 Bila jumlah donasi yang diperiksa kurang dari (≤)60 sampel per minggu
metoda pemeriksaan dapat menggunakan metoda rapid test atau uji
partikel
 Bila jumlah donasi yang diperiksa lebih dari(>)60 sampel per minggu, maka
metoda pemeriksaan menggunakan metoda Elisa
 Spesimen
 Serum atau plasma (tidak boleh hemolisis, lipemik, terkontaminasi bakteri, ada bekuan
fibrin)
 Dalam keadaan tidak mungkin pemeriksaan langsung simpan1- 6 0 C, < 3 hari.
 Wadah : tabung plastik 12 x 75 mm,bertutup ulir (tanggal, nomor kantong, tempat)
 Volume 3 m
 Formulir pengiriman
 Setiap spesimen disertai formulir pengiriman
 Formulir berisi nomor urut, nomor kantong, tanggal, cek, tanda tangan dan nama
terang pengirim dan penerima
 Peralatan Laboratorium PemeriksaanIMLTD1.
 Metode Rapid ;
 Tip kuning secukupnya
 Tabung reaksi 10-12 x 75 mm secukupnya
 Rak Tabung reaksi 40 lubang 2 buah
 Mikropipet 5 - 50µl 1 buah
 Mikropipet 50 - 200µl 1 buah
 Timer 2 buah
 Mechanical rotator 1 buah
Metode Elisa manual/semi otomatik :
 Tip kuning secukupnya
 Tip biru secukupnya
 Tabung reaksi 10-12 x 75 mm secukupnya
 Rak Tabung reaksi 40 lubang secukupnya
 Mikropipet 5 - 50µl 1 buah
 Mikropipet 50 - 200µl 1 buah
 Mikropipet 200 - 1000µl 1 buah
 Inkubator 1 buah
 Washer 1 buah
 Reader 1 buah
 Printer 1 buah
 Timer 1 buah
 Peralatan dan bahan habis pakai lainnya
Jas laboratorium
Sarung tangan
Spidol
Tissue gulung
Tempat sampah infeksius (plastik kuning tebal berisi hipoklorit)
Tempat sampah non infeksius (plastic hitam tebal)
Alkohol 70%, aquades, hipoklorit 1
 Jenis Pemeriksaan :
Hepatitis B --- HBsAg
Hepatitis C --- Anti HCV
AIDS -----------Anti HIV
Sifilis----------- RPR
Malaria -----Tetes tebal, dan immunochromatography
 Metode pemeriksaan HBsAg :
1. Enzyme Immunoassay (EIA) atau Enzyme Link Immunosorbent Assay(ELISA)
2. Reverse Passive Hemagglutinationassay (RPHA)
3. Immunochromatograph
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Sifilis
 1. TPHA
 2. RPR, VDRL
 3. Immunochromatography
Anti HCV
1. Enzyme Immunoassay (EIA) atau Enzyme Link Immunosorbent Assay(ELISA)
2. 2. Immunochromatograph
Anti HIV
1. Enzyme Immunoassay (EIA) atauEnzyme Link
Immunosorbent Assay(ELISA)
2. Immunochromatography
 Prinsip Pemeriksaan ELISA (deteksi antibodi)
a. Antigen (ag) dilekatkan pada massa padat (dasar well ataubead)
b. Spesimen diteteskan ke dalamwell/bead.
c. Bila spesimen yang diperiksa mengandung antibodi(ab) terhadap antigen
tersebut,maka akan terjadi ikatan ag-ab
d. Tambahkan human anti imunoglobulin(anti ab) yang diberi label enzim (akan
berikatan dengan komplek ag-ab).
e. Bila terjadi ikatan ag-ab-anti ab , maka enzym akan aktif.
d. Tambahkan larutan substrat kromogen / zat pewarna. Bila enzym aktif, maka zat
ini akan berubah warna.
Banyaknya substrat yang diubah =banyaknya enzyme aktif/banyaknya ikatan ag-
ab-anti ab
e. Pembacaan hasil reaksi dengan spektrofotometer (nilai
absorban/jumlahcahaya yang diserap oleh warna spesimen)
Pencucian yang dilakukan dalam pemeriksaan ini bertujuan
untukmembuang sisa antibodi yang tidak berikatan dengan ag pada
well atau membuang sisa anti imunoglobulin yang tidak berikatan
dengan ab
Dalam setiap pemeriksaan selalu disertakan beberapa kontrol
positif dan kontrol negatif untuk penghitungan nilai cut off
(patokan reaktif atau tidaknya suatu reaksi).
Bila nilai absorban > cut off reaktif
Bila nilai absorban < cut off non reaktif
2. ELISA (deteksi antigen)
a. Antibodi (ab) dilekatkan pada massa padat (dasar well atau bead)
b. Spesimen diteteskan ke dalam well/bead.
Bila spesimen yang diperiksa mengandung antigen(ag) yang sesuai dengan ab yang
melekat tersebut, maka akan terjadi ikatan ab-ag.
c. Tambahkan antibodi kedua yang diberilabel enzim (akan berikatan
ag). Bila terjadi ikatanab-ag-ab , maka enzym akan aktif
d. Tambahkan larutan substrat kromogen / zat pewarna. Bila enzym aktif, maka zat
berubah warna.
e. Banyaknya substrat yang diubah =banyaknya enzyme aktif/banyaknya ikatan ab-
e. Pembacaan hasil reaksi dengan spektrofotometer (nilai absorban/jumlah cahaya
yang diserap oleh warna spesimen)
Pencucian yang dilakukan dalam pemeriksaan ini bertujuan untuk membuang sisa
antigen yang tidak berikatan dengan ab pada well atau membuang sisa antibodi
kedua yang tidak berikatan dengan ag
3. Aglutinasi
Cara mendeteksi antibodi atau antigen pada spesimen atas dasar reaksi aglutinasi
Bila yang ingin dideteksi adalah ab dalam spesimen, maka untuk dapat terjadi
aglutinasi, digunakan reagen yang berisi ag dan partikel (zat pembawa ag).
Partikel dapat berupa sel darah merah, gelatin, kholesterol, lesithin, dll
Pembacaan metode aglutinasi adalah dengan mata.
Metode aglutinasi kurang akurat dibandingkan ELISA,bila pembacaan hasil
hanya dilakukan oleh 1 orang tanpa pengecekan orang kedua.
Metode aglutinasi lebih mudah, lebih ekonomis, lebih cocok untuk daerah
dengan infrastruktur seperti keterampilan petugas, listrik dan air
kurang menunjang.
4.Immunochromatography
Antigen/antibodi dilekatkan pada membran pori atau kertas nitro selulosa.
Tidak ada langkah pencucian karena kelebihan ag / ab akan diserap oleh massa padat
/ kertas.
Antigen / antibodi pada spesimen akan menjalar secara kapilerisasi melewati bantalan
konjugate menuju ke bantalan / kertas lainnya yang sudah dilekati ab /ag (terbentuk
garis tes).
Spesimen menjalar terus ke bantalan lainyang telah dilekati larutan signal berup
akoloidal emas berlabel protein A.
Keuntungan metode ini : cepat dan mudah.
Namun tidak efisien untuk jumlah sampel yang cukup banyak.
Penyimpanan reagen harus hatu-hati karena stabilitas reagensia lebih rendah
dibandingkan reagen ELISA.
Interpretasi Hasil :
Non reaktif :Terbentuk 1 garis berwarna pd zonagaris
kontrol sajaReaktif :Terbentuk 2 garis berwarna, 1 pada
zonagaris tes, 1 lagi pd zona garis kontrol
INVALID :
Jika tdk terdapat garis berwarna padazona kontrol
→ ulangi tes dng alat baru
TERIMA KASIH SEMOGA
BERMANFAAT

More Related Content

Similar to INFEKSI MENULAR LEWAT TRANFUSI DARAH (1).pptx

PENDAHULUAN & test typhoid.pptx
PENDAHULUAN & test typhoid.pptxPENDAHULUAN & test typhoid.pptx
PENDAHULUAN & test typhoid.pptxmateripptgc
 
PENDAHULUAN & test typhoid.pptx
PENDAHULUAN & test typhoid.pptxPENDAHULUAN & test typhoid.pptx
PENDAHULUAN & test typhoid.pptxmateripptgc
 
vnd.openxmlformats-officedocument.presentationml.presentation&rendition=1.pptx
vnd.openxmlformats-officedocument.presentationml.presentation&rendition=1.pptxvnd.openxmlformats-officedocument.presentationml.presentation&rendition=1.pptx
vnd.openxmlformats-officedocument.presentationml.presentation&rendition=1.pptxmateripptgc
 
Uji widal xi tlm
Uji widal xi tlmUji widal xi tlm
Uji widal xi tlmmateripptgc
 
askephivkl1 (4).pptx
askephivkl1 (4).pptxaskephivkl1 (4).pptx
askephivkl1 (4).pptxRuthHanna1
 
Genap ii pengambilan sepesimen darah
Genap ii   pengambilan sepesimen darahGenap ii   pengambilan sepesimen darah
Genap ii pengambilan sepesimen darahBiomedis Teknisi
 
Genap ii pengambilan sepesimen darah
Genap ii   pengambilan sepesimen darahGenap ii   pengambilan sepesimen darah
Genap ii pengambilan sepesimen darahBiomedis Teknisi
 
Specimen collection, shipment, receipt and processing.pdf
Specimen collection, shipment, receipt and processing.pdfSpecimen collection, shipment, receipt and processing.pdf
Specimen collection, shipment, receipt and processing.pdfindradwinata2
 
Imunbaru
ImunbaruImunbaru
Imunbaruandreei
 
Tibaru11
Tibaru11Tibaru11
Tibaru11andreei
 
Tibaru11
Tibaru11Tibaru11
Tibaru11andreei
 
Pemeriksaan laboratorium sifilis (1) (1).pptx
Pemeriksaan laboratorium sifilis (1) (1).pptxPemeriksaan laboratorium sifilis (1) (1).pptx
Pemeriksaan laboratorium sifilis (1) (1).pptxLaboratoriumMoeis
 
Asuhan Keperawatan Imunodefisiensi
Asuhan Keperawatan ImunodefisiensiAsuhan Keperawatan Imunodefisiensi
Asuhan Keperawatan ImunodefisiensiFransiska Oktafiani
 
pelatihan penanggulangan KLB dan wabah untuk tim gerak cepat di Puskesmas
pelatihan penanggulangan KLB dan wabah untuk tim gerak cepat di Puskesmaspelatihan penanggulangan KLB dan wabah untuk tim gerak cepat di Puskesmas
pelatihan penanggulangan KLB dan wabah untuk tim gerak cepat di Puskesmasrisa677527
 
Screening epidemiologi 1
Screening epidemiologi 1Screening epidemiologi 1
Screening epidemiologi 1HMRojali
 

Similar to INFEKSI MENULAR LEWAT TRANFUSI DARAH (1).pptx (20)

PENDAHULUAN & test typhoid.pptx
PENDAHULUAN & test typhoid.pptxPENDAHULUAN & test typhoid.pptx
PENDAHULUAN & test typhoid.pptx
 
PENDAHULUAN & test typhoid.pptx
PENDAHULUAN & test typhoid.pptxPENDAHULUAN & test typhoid.pptx
PENDAHULUAN & test typhoid.pptx
 
SCREENING.ppt
SCREENING.pptSCREENING.ppt
SCREENING.ppt
 
vnd.openxmlformats-officedocument.presentationml.presentation&rendition=1.pptx
vnd.openxmlformats-officedocument.presentationml.presentation&rendition=1.pptxvnd.openxmlformats-officedocument.presentationml.presentation&rendition=1.pptx
vnd.openxmlformats-officedocument.presentationml.presentation&rendition=1.pptx
 
Uji widal xi tlm
Uji widal xi tlmUji widal xi tlm
Uji widal xi tlm
 
ASKEB HIV
ASKEB HIVASKEB HIV
ASKEB HIV
 
askephivkl1 (4).pptx
askephivkl1 (4).pptxaskephivkl1 (4).pptx
askephivkl1 (4).pptx
 
Genap ii pengambilan sepesimen darah
Genap ii   pengambilan sepesimen darahGenap ii   pengambilan sepesimen darah
Genap ii pengambilan sepesimen darah
 
Genap ii pengambilan sepesimen darah
Genap ii   pengambilan sepesimen darahGenap ii   pengambilan sepesimen darah
Genap ii pengambilan sepesimen darah
 
Flu burung
Flu burungFlu burung
Flu burung
 
Specimen collection, shipment, receipt and processing.pdf
Specimen collection, shipment, receipt and processing.pdfSpecimen collection, shipment, receipt and processing.pdf
Specimen collection, shipment, receipt and processing.pdf
 
Imunbaru
ImunbaruImunbaru
Imunbaru
 
Tibaru11
Tibaru11Tibaru11
Tibaru11
 
Tibaru11
Tibaru11Tibaru11
Tibaru11
 
Ti10
Ti10Ti10
Ti10
 
Pemeriksaan laboratorium sifilis (1) (1).pptx
Pemeriksaan laboratorium sifilis (1) (1).pptxPemeriksaan laboratorium sifilis (1) (1).pptx
Pemeriksaan laboratorium sifilis (1) (1).pptx
 
Asuhan Keperawatan Imunodefisiensi
Asuhan Keperawatan ImunodefisiensiAsuhan Keperawatan Imunodefisiensi
Asuhan Keperawatan Imunodefisiensi
 
pelatihan penanggulangan KLB dan wabah untuk tim gerak cepat di Puskesmas
pelatihan penanggulangan KLB dan wabah untuk tim gerak cepat di Puskesmaspelatihan penanggulangan KLB dan wabah untuk tim gerak cepat di Puskesmas
pelatihan penanggulangan KLB dan wabah untuk tim gerak cepat di Puskesmas
 
Screening epidemiologi 1
Screening epidemiologi 1Screening epidemiologi 1
Screening epidemiologi 1
 
Ti18
Ti18Ti18
Ti18
 

More from rabiatulkhafifah2

dokumen.tips_varikokel-2-567bcd03e02c6.pptx
dokumen.tips_varikokel-2-567bcd03e02c6.pptxdokumen.tips_varikokel-2-567bcd03e02c6.pptx
dokumen.tips_varikokel-2-567bcd03e02c6.pptxrabiatulkhafifah2
 
mekanismevaskulerpadainflamasi-221018035356-786621f2.pdf
mekanismevaskulerpadainflamasi-221018035356-786621f2.pdfmekanismevaskulerpadainflamasi-221018035356-786621f2.pdf
mekanismevaskulerpadainflamasi-221018035356-786621f2.pdfrabiatulkhafifah2
 
inflamasi-120125211417-phpakkkkkkkkkkkkkkpp02.pptx
inflamasi-120125211417-phpakkkkkkkkkkkkkkpp02.pptxinflamasi-120125211417-phpakkkkkkkkkkkkkkpp02.pptx
inflamasi-120125211417-phpakkkkkkkkkkkkkkpp02.pptxrabiatulkhafifah2
 
RESPON_IMUN_SPESIFIK.jkblj;ogluyf,yjioiph
RESPON_IMUN_SPESIFIK.jkblj;ogluyf,yjioiphRESPON_IMUN_SPESIFIK.jkblj;ogluyf,yjioiph
RESPON_IMUN_SPESIFIK.jkblj;ogluyf,yjioiphrabiatulkhafifah2
 
1991865.pptmldewkvndJKEKKDKJFBJLWEKN;NKFWWE;ON
1991865.pptmldewkvndJKEKKDKJFBJLWEKN;NKFWWE;ON1991865.pptmldewkvndJKEKKDKJFBJLWEKN;NKFWWE;ON
1991865.pptmldewkvndJKEKKDKJFBJLWEKN;NKFWWE;ONrabiatulkhafifah2
 
PPT-UEUImunologijkxxxftatajuWFRFRNEDYRAESF
PPT-UEUImunologijkxxxftatajuWFRFRNEDYRAESFPPT-UEUImunologijkxxxftatajuWFRFRNEDYRAESF
PPT-UEUImunologijkxxxftatajuWFRFRNEDYRAESFrabiatulkhafifah2
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM_IMUN DAN HEMATOLOGI.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM_IMUN DAN HEMATOLOGI.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM_IMUN DAN HEMATOLOGI.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM_IMUN DAN HEMATOLOGI.pptrabiatulkhafifah2
 
Innate-immunitRy.pdfRGQGRERgergewGOQ23UFQO
Innate-immunitRy.pdfRGQGRERgergewGOQ23UFQOInnate-immunitRy.pdfRGQGRERgergewGOQ23UFQO
Innate-immunitRy.pdfRGQGRERgergewGOQ23UFQOrabiatulkhafifah2
 

More from rabiatulkhafifah2 (8)

dokumen.tips_varikokel-2-567bcd03e02c6.pptx
dokumen.tips_varikokel-2-567bcd03e02c6.pptxdokumen.tips_varikokel-2-567bcd03e02c6.pptx
dokumen.tips_varikokel-2-567bcd03e02c6.pptx
 
mekanismevaskulerpadainflamasi-221018035356-786621f2.pdf
mekanismevaskulerpadainflamasi-221018035356-786621f2.pdfmekanismevaskulerpadainflamasi-221018035356-786621f2.pdf
mekanismevaskulerpadainflamasi-221018035356-786621f2.pdf
 
inflamasi-120125211417-phpakkkkkkkkkkkkkkpp02.pptx
inflamasi-120125211417-phpakkkkkkkkkkkkkkpp02.pptxinflamasi-120125211417-phpakkkkkkkkkkkkkkpp02.pptx
inflamasi-120125211417-phpakkkkkkkkkkkkkkpp02.pptx
 
RESPON_IMUN_SPESIFIK.jkblj;ogluyf,yjioiph
RESPON_IMUN_SPESIFIK.jkblj;ogluyf,yjioiphRESPON_IMUN_SPESIFIK.jkblj;ogluyf,yjioiph
RESPON_IMUN_SPESIFIK.jkblj;ogluyf,yjioiph
 
1991865.pptmldewkvndJKEKKDKJFBJLWEKN;NKFWWE;ON
1991865.pptmldewkvndJKEKKDKJFBJLWEKN;NKFWWE;ON1991865.pptmldewkvndJKEKKDKJFBJLWEKN;NKFWWE;ON
1991865.pptmldewkvndJKEKKDKJFBJLWEKN;NKFWWE;ON
 
PPT-UEUImunologijkxxxftatajuWFRFRNEDYRAESF
PPT-UEUImunologijkxxxftatajuWFRFRNEDYRAESFPPT-UEUImunologijkxxxftatajuWFRFRNEDYRAESF
PPT-UEUImunologijkxxxftatajuWFRFRNEDYRAESF
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM_IMUN DAN HEMATOLOGI.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM_IMUN DAN HEMATOLOGI.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM_IMUN DAN HEMATOLOGI.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM_IMUN DAN HEMATOLOGI.ppt
 
Innate-immunitRy.pdfRGQGRERgergewGOQ23UFQO
Innate-immunitRy.pdfRGQGRERgergewGOQ23UFQOInnate-immunitRy.pdfRGQGRERgergewGOQ23UFQO
Innate-immunitRy.pdfRGQGRERgergewGOQ23UFQO
 

Recently uploaded

SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 

Recently uploaded (18)

SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 

INFEKSI MENULAR LEWAT TRANFUSI DARAH (1).pptx

  • 2. IMLTD adalah penyakit / infeksi yang dapat ditularkan melaluipelayanan transfusi darah Penyebab :virus Bakteri Protozoa Jamur jarang
  • 3. Virus: Dalam plasma : Hepatitis B virus, Hepatitis D virus, Hepatitis C virus,non-A, non-B, non-C virus, Parvovirus B19, HIV. Hepatitis A ( jarang )
  • 4.  Dalam sel : Cytomegalovirus, Epstein-Barr virus, Human Tlymphotropic virus Bakteri : Treponema pallidum (sifilis) Borrelia burgdoiferi (borreliosis) Yersinia enterocolitica
  • 5.  Parasit : Plasmodium vivax, falciparum, malariae,ovale (malaria) Trypanosoma cruzi (Chaga’s disease) Toxoplasma gondii (toksoplasmosis) Babesia microti (babesiosis) Leishmania tropica (leishmaniasis)
  • 6.  Penularan penyakit lewat transfusi darah, harus didahului oleh adanya suatu penyebab infeksi didalam darah yang didonasi/diberikan ke pasien. Setiap unit transfusi darah harus melakukan uji saring terhadap kemungkinan infeksi tersebut.  kondisi dasar yang dapat menentukan apakah suatu penyebab infeksi mungkin ditularkan lewat transfusi
  • 7.  Ditularkan lewat darah Pendonor yang terinfeksi tidak menunjukkan tanda dan gejala penyakit saat pengambilan darah, sehingga proses pengambilan darah donor tetap dilakukan Penyebab tersebut harus berada secara alamiah dalam aliran darah dari donor yang terinfeksi.-----------Uji saring IMLTD
  • 8.  Bila ada penyebab infeksi yang masuk dalam tubuh, sistem kekebalan tubuh akan aktif.  Sistem kekebalan tubuh : bagaimana tubuh merespon terhadap protein-protein asing / cara tubuh melindungi dirinya dari serangan penyebab infeksi.  Protein asing/ penyebab infeksi :antigen  Respon sistem kekebalan tubuh :antibod
  • 9.  Waktu antara masuknya antigen dengan terbentuknya antibodi disebut periode jendela (window period )  Dalam periode ini, antibodi tidak dapat terdeteksi, walaupun seseorang telah terinfeksi.  Window period berbeda-beda pada setiap orang dan tergantung penyakitnya.  Pemeriksaan IMLTD pada periode jendelaini akan memberikan hasil non reaktif palsu
  • 10.  Deteksi antigen lebih baik dibandingkan antibody  Tetapi tidak semua antigen penyebab infeksi dapat dibuatkan kit pemeriksaan rapid/cara cepat atau kit yang mengandung antigen tersebut kurang sensitif/spesifik lebih banyak periksa antibodi
  • 11. UMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS  HIV Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, shg tubuh tidak bisa membentuk sistem kekebalan terhadap infeksi, termasuk infeksi ringan sekalipun  Penyakit Accuired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)  Gejala tidak khas (kumpulan):Berat badan menurun tidak jelas  Diare/batuk tidak sembuh-sembuh  Infeksi sekunder lain
  • 12.  Cara Penularan : 1. Hubungan seksual 2. Penggunaan jarum suntik/benda tajam lainnya, kontak dengan luka/darah terinfeksi 3. Transfusi darah 4. Ibu ke anaknya Antibodi HIV dapat diperiksa walaupun belum terjadi AIDS (asalkan sudah melewati window period / 6-12 minggu setelah masuknya virus) seleksi donor yang tepat/beresiko rendah
  • 13.  Hepatitis B  Cara penularan : 1. Hubungan seksual 2. Penggunaan jarum suntik/benda tajam lainnya, kontak dengan luka/darah terinfeksi 3. Transfusi darah 4. Ibu ke anaknyaMasa inkubasi/belum timbul gejala 50-180hari, tetapi virus dapat dideteksi di darah. Pemeriksaan untuk Hepatiti B : HBsAg(antigen permukaan dari Virus Hepatitis B)  Gejala Klinis :Demam, sakit kuning 20% akan menjadi kronis
  • 14. Hepatitis C  Cara penularan : 1. Hubungan seksual 2. Penggunaan jarum suntik/benda tajam lainnya, kontak dengan luka/darah terinfeksi 3. Transfusi darah 4. Ibu ke anaknya
  • 15.  Pemeriksaan untuk Hepatiti C : Anti HCV(Antibodi terhadap Virus Hepatitis C) Gejala Klinis : Demam, sakit kuning (lebih ringan dari Hepatitis B, tetapi 50% akan menjadi kronis
  • 16. Sifilis Penyakit menular seksual (hubungan seksual) Cara penularan lain : transfusi darah (Kuman mati pada suhu rendah , selama 24-28 jam pada suhu 4° C atau > 72 jam) Masa inkubasi 4 minggu – 4,5 bulan Diagnosis : langsung (mikroskop) Antibodi : spesifik : TPHA non spesifik : VDRL
  • 17.  Malaria  Masa inkubasi : P. falciparum dan vivax ( 1 mg –1 bulan). P.malariae (beberapa bulan)  Dalam darah simpan, bisa hidup : P.malariae < 5 hari, P.falciparum 14 hari Hapusan darah dan pemeriksaan serologis calon donor tanpa gejala tidak praktis krn hasil negatif bila diperiksa saat tidak viremia  Bila terpaksa, darah diberikan saja, bila ada gejala malaria post transfusi periksal ab/malaria, jika (+) diberikan terapi
  • 18.  Pemeriksaan Uji saring DarahDonor Untuk mendeteksi apakah darah donor terinfeksi oleh penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui transfuse darah / mencegah resipien terinfeksi penyakit-penyakit yang ditularkan lewat darah donornya. Berdasarkan peraturan pemerintah uji saring untuk sifilis, hepatitis B,hepatitis C dan AIDS.
  • 19.  Pemeriksaan Uji saring IMLTD : 1. Oleh WHO : strategi I ( darah diperiksa hanya 1 kali, hasil reaktif tidak boleh dipergunakan) 2. Persayaratan reagensia : a. Sensitifitas >99% dan spesifisitas > 98% (Ditlabkes 2005) b. Reagen sudah dievaluasi oleh Lab RS Cipto (untuk HIV) dan oleh UTDP PMI (untuk Sifilis, HBsAg dan Anti HCV) c. Reagen mempunyai kontrol internal d. Sudah disosialisasikan dan dilatihkan
  • 20.  Terminologi hasil pemeriksaan : Reaktif ataunon reaktif karena pernyataan hasil positif diberikan bila telah dilakukan pemeriksaan lanjutan/konfirmasi terhadap pemeriksaan sebelumnya. Karena pemeriksaan di bank darah hanya 1kali, maka hasil yang dipakai : reaktif Hasil meragukan pemeriksaan ulang
  • 21.  PRINSIP-PRINSIP PEMERIKSAAN :  1. Uji cepat khusus ( Rapid Test )  2. Enzyme Linked Immuno SorbentAssay (ELISA / EIA)  3. Uji aglutinasi partikel  Metoda Pemeriksaan di Unit Transfusi darah  Bila jumlah donasi yang diperiksa kurang dari (≤)60 sampel per minggu metoda pemeriksaan dapat menggunakan metoda rapid test atau uji partikel  Bila jumlah donasi yang diperiksa lebih dari(>)60 sampel per minggu, maka metoda pemeriksaan menggunakan metoda Elisa
  • 22.  Spesimen  Serum atau plasma (tidak boleh hemolisis, lipemik, terkontaminasi bakteri, ada bekuan fibrin)  Dalam keadaan tidak mungkin pemeriksaan langsung simpan1- 6 0 C, < 3 hari.  Wadah : tabung plastik 12 x 75 mm,bertutup ulir (tanggal, nomor kantong, tempat)  Volume 3 m  Formulir pengiriman  Setiap spesimen disertai formulir pengiriman  Formulir berisi nomor urut, nomor kantong, tanggal, cek, tanda tangan dan nama terang pengirim dan penerima
  • 23.  Peralatan Laboratorium PemeriksaanIMLTD1.  Metode Rapid ;  Tip kuning secukupnya  Tabung reaksi 10-12 x 75 mm secukupnya  Rak Tabung reaksi 40 lubang 2 buah  Mikropipet 5 - 50µl 1 buah  Mikropipet 50 - 200µl 1 buah  Timer 2 buah  Mechanical rotator 1 buah
  • 24. Metode Elisa manual/semi otomatik :  Tip kuning secukupnya  Tip biru secukupnya  Tabung reaksi 10-12 x 75 mm secukupnya  Rak Tabung reaksi 40 lubang secukupnya  Mikropipet 5 - 50µl 1 buah  Mikropipet 50 - 200µl 1 buah  Mikropipet 200 - 1000µl 1 buah  Inkubator 1 buah  Washer 1 buah  Reader 1 buah  Printer 1 buah  Timer 1 buah
  • 25.  Peralatan dan bahan habis pakai lainnya Jas laboratorium Sarung tangan Spidol Tissue gulung Tempat sampah infeksius (plastik kuning tebal berisi hipoklorit) Tempat sampah non infeksius (plastic hitam tebal) Alkohol 70%, aquades, hipoklorit 1
  • 26.  Jenis Pemeriksaan : Hepatitis B --- HBsAg Hepatitis C --- Anti HCV AIDS -----------Anti HIV Sifilis----------- RPR Malaria -----Tetes tebal, dan immunochromatography
  • 27.  Metode pemeriksaan HBsAg : 1. Enzyme Immunoassay (EIA) atau Enzyme Link Immunosorbent Assay(ELISA) 2. Reverse Passive Hemagglutinationassay (RPHA) 3. Immunochromatograph
  • 28. PEMERIKSAAN LABORATORIUM Sifilis  1. TPHA  2. RPR, VDRL  3. Immunochromatography Anti HCV 1. Enzyme Immunoassay (EIA) atau Enzyme Link Immunosorbent Assay(ELISA) 2. 2. Immunochromatograph
  • 29. Anti HIV 1. Enzyme Immunoassay (EIA) atauEnzyme Link Immunosorbent Assay(ELISA) 2. Immunochromatography  Prinsip Pemeriksaan ELISA (deteksi antibodi) a. Antigen (ag) dilekatkan pada massa padat (dasar well ataubead) b. Spesimen diteteskan ke dalamwell/bead. c. Bila spesimen yang diperiksa mengandung antibodi(ab) terhadap antigen tersebut,maka akan terjadi ikatan ag-ab d. Tambahkan human anti imunoglobulin(anti ab) yang diberi label enzim (akan berikatan dengan komplek ag-ab). e. Bila terjadi ikatan ag-ab-anti ab , maka enzym akan aktif. d. Tambahkan larutan substrat kromogen / zat pewarna. Bila enzym aktif, maka zat ini akan berubah warna. Banyaknya substrat yang diubah =banyaknya enzyme aktif/banyaknya ikatan ag- ab-anti ab
  • 30. e. Pembacaan hasil reaksi dengan spektrofotometer (nilai absorban/jumlahcahaya yang diserap oleh warna spesimen) Pencucian yang dilakukan dalam pemeriksaan ini bertujuan untukmembuang sisa antibodi yang tidak berikatan dengan ag pada well atau membuang sisa anti imunoglobulin yang tidak berikatan dengan ab Dalam setiap pemeriksaan selalu disertakan beberapa kontrol positif dan kontrol negatif untuk penghitungan nilai cut off (patokan reaktif atau tidaknya suatu reaksi). Bila nilai absorban > cut off reaktif Bila nilai absorban < cut off non reaktif
  • 31.
  • 32. 2. ELISA (deteksi antigen) a. Antibodi (ab) dilekatkan pada massa padat (dasar well atau bead) b. Spesimen diteteskan ke dalam well/bead. Bila spesimen yang diperiksa mengandung antigen(ag) yang sesuai dengan ab yang melekat tersebut, maka akan terjadi ikatan ab-ag. c. Tambahkan antibodi kedua yang diberilabel enzim (akan berikatan ag). Bila terjadi ikatanab-ag-ab , maka enzym akan aktif d. Tambahkan larutan substrat kromogen / zat pewarna. Bila enzym aktif, maka zat berubah warna. e. Banyaknya substrat yang diubah =banyaknya enzyme aktif/banyaknya ikatan ab-
  • 33. e. Pembacaan hasil reaksi dengan spektrofotometer (nilai absorban/jumlah cahaya yang diserap oleh warna spesimen) Pencucian yang dilakukan dalam pemeriksaan ini bertujuan untuk membuang sisa antigen yang tidak berikatan dengan ab pada well atau membuang sisa antibodi kedua yang tidak berikatan dengan ag
  • 34.
  • 35. 3. Aglutinasi Cara mendeteksi antibodi atau antigen pada spesimen atas dasar reaksi aglutinasi Bila yang ingin dideteksi adalah ab dalam spesimen, maka untuk dapat terjadi aglutinasi, digunakan reagen yang berisi ag dan partikel (zat pembawa ag). Partikel dapat berupa sel darah merah, gelatin, kholesterol, lesithin, dll Pembacaan metode aglutinasi adalah dengan mata. Metode aglutinasi kurang akurat dibandingkan ELISA,bila pembacaan hasil hanya dilakukan oleh 1 orang tanpa pengecekan orang kedua. Metode aglutinasi lebih mudah, lebih ekonomis, lebih cocok untuk daerah dengan infrastruktur seperti keterampilan petugas, listrik dan air kurang menunjang.
  • 36. 4.Immunochromatography Antigen/antibodi dilekatkan pada membran pori atau kertas nitro selulosa. Tidak ada langkah pencucian karena kelebihan ag / ab akan diserap oleh massa padat / kertas. Antigen / antibodi pada spesimen akan menjalar secara kapilerisasi melewati bantalan konjugate menuju ke bantalan / kertas lainnya yang sudah dilekati ab /ag (terbentuk garis tes). Spesimen menjalar terus ke bantalan lainyang telah dilekati larutan signal berup akoloidal emas berlabel protein A. Keuntungan metode ini : cepat dan mudah. Namun tidak efisien untuk jumlah sampel yang cukup banyak. Penyimpanan reagen harus hatu-hati karena stabilitas reagensia lebih rendah dibandingkan reagen ELISA.
  • 37.
  • 38.
  • 39.
  • 40. Interpretasi Hasil : Non reaktif :Terbentuk 1 garis berwarna pd zonagaris kontrol sajaReaktif :Terbentuk 2 garis berwarna, 1 pada zonagaris tes, 1 lagi pd zona garis kontrol INVALID : Jika tdk terdapat garis berwarna padazona kontrol → ulangi tes dng alat baru
  • 41.