2. IMLTD adalah penyakit / infeksi yang dapat
ditularkan melaluipelayanan transfusi darah
Penyebab :virus
Bakteri
Protozoa
Jamur jarang
3. Virus:
Dalam plasma : Hepatitis B virus,
Hepatitis D virus,
Hepatitis C virus,non-A, non-B, non-C virus,
Parvovirus B19,
HIV.
Hepatitis A ( jarang )
4. Dalam sel :
Cytomegalovirus,
Epstein-Barr virus,
Human Tlymphotropic virus
Bakteri :
Treponema pallidum (sifilis)
Borrelia burgdoiferi (borreliosis)
Yersinia enterocolitica
6. Penularan penyakit lewat transfusi darah, harus
didahului oleh adanya suatu penyebab infeksi
didalam darah yang didonasi/diberikan ke pasien.
Setiap unit transfusi darah harus melakukan uji
saring terhadap kemungkinan infeksi tersebut.
kondisi dasar yang dapat menentukan apakah
suatu penyebab infeksi mungkin ditularkan lewat
transfusi
7. Ditularkan lewat darah
Pendonor yang terinfeksi tidak menunjukkan tanda dan gejala
penyakit saat pengambilan darah, sehingga proses
pengambilan darah donor tetap dilakukan
Penyebab tersebut harus berada secara alamiah dalam aliran
darah dari donor yang terinfeksi.-----------Uji saring IMLTD
8. Bila ada penyebab infeksi yang masuk dalam tubuh, sistem kekebalan tubuh akan
aktif.
Sistem kekebalan tubuh : bagaimana tubuh merespon terhadap protein-protein
asing / cara tubuh melindungi dirinya dari serangan penyebab infeksi.
Protein asing/ penyebab infeksi :antigen
Respon sistem kekebalan tubuh :antibod
9. Waktu antara masuknya antigen dengan terbentuknya antibodi disebut periode
jendela (window period )
Dalam periode ini, antibodi tidak dapat terdeteksi, walaupun seseorang telah
terinfeksi.
Window period berbeda-beda pada setiap orang dan tergantung penyakitnya.
Pemeriksaan IMLTD pada periode jendelaini akan memberikan hasil non reaktif
palsu
10. Deteksi antigen lebih baik dibandingkan antibody
Tetapi tidak semua antigen penyebab infeksi dapat dibuatkan kit pemeriksaan
rapid/cara cepat atau kit yang mengandung antigen tersebut kurang
sensitif/spesifik lebih banyak periksa antibodi
11. UMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS
HIV Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, shg tubuh tidak bisa
membentuk sistem kekebalan terhadap infeksi, termasuk infeksi ringan sekalipun
Penyakit Accuired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
Gejala tidak khas (kumpulan):Berat badan menurun tidak jelas
Diare/batuk tidak sembuh-sembuh
Infeksi sekunder lain
12. Cara Penularan :
1. Hubungan seksual
2. Penggunaan jarum suntik/benda tajam lainnya, kontak dengan luka/darah terinfeksi
3. Transfusi darah
4. Ibu ke anaknya
Antibodi HIV dapat diperiksa walaupun belum terjadi AIDS (asalkan sudah
melewati window period / 6-12 minggu setelah masuknya virus) seleksi donor
yang tepat/beresiko rendah
13. Hepatitis B
Cara penularan :
1. Hubungan seksual
2. Penggunaan jarum suntik/benda tajam lainnya, kontak dengan luka/darah
terinfeksi
3. Transfusi darah
4. Ibu ke anaknyaMasa inkubasi/belum timbul gejala 50-180hari, tetapi virus dapat
dideteksi di darah.
Pemeriksaan untuk Hepatiti B : HBsAg(antigen permukaan dari Virus Hepatitis B)
Gejala Klinis :Demam, sakit kuning 20% akan menjadi kronis
14. Hepatitis C
Cara penularan :
1. Hubungan seksual
2. Penggunaan jarum suntik/benda tajam lainnya, kontak dengan luka/darah terinfeksi
3. Transfusi darah
4. Ibu ke anaknya
15. Pemeriksaan untuk Hepatiti C :
Anti HCV(Antibodi terhadap Virus Hepatitis C)
Gejala Klinis : Demam, sakit kuning (lebih ringan dari Hepatitis B, tetapi 50% akan
menjadi kronis
16. Sifilis
Penyakit menular seksual (hubungan seksual)
Cara penularan lain : transfusi darah (Kuman mati pada suhu rendah , selama 24-28
jam pada suhu 4° C atau > 72 jam)
Masa inkubasi 4 minggu – 4,5 bulan
Diagnosis : langsung (mikroskop)
Antibodi : spesifik : TPHA
non spesifik : VDRL
17. Malaria
Masa inkubasi : P. falciparum dan vivax ( 1 mg –1 bulan).
P.malariae (beberapa bulan)
Dalam darah simpan, bisa hidup :
P.malariae < 5 hari,
P.falciparum 14 hari
Hapusan darah dan pemeriksaan serologis calon donor tanpa gejala tidak
praktis krn hasil negatif bila diperiksa saat tidak viremia
Bila terpaksa, darah diberikan saja, bila ada gejala malaria post transfusi periksal
ab/malaria, jika (+) diberikan terapi
18. Pemeriksaan Uji saring DarahDonor
Untuk mendeteksi apakah darah donor terinfeksi oleh penyakit-penyakit yang dapat
ditularkan melalui transfuse darah / mencegah resipien terinfeksi penyakit-penyakit
yang ditularkan lewat darah donornya.
Berdasarkan peraturan pemerintah uji saring untuk sifilis, hepatitis B,hepatitis C dan
AIDS.
19. Pemeriksaan Uji saring IMLTD :
1. Oleh WHO :
strategi I ( darah diperiksa hanya 1 kali, hasil reaktif tidak boleh dipergunakan)
2. Persayaratan reagensia :
a. Sensitifitas >99% dan spesifisitas > 98% (Ditlabkes 2005)
b. Reagen sudah dievaluasi oleh Lab RS Cipto (untuk HIV) dan oleh UTDP PMI (untuk
Sifilis, HBsAg dan Anti HCV)
c. Reagen mempunyai kontrol internal
d. Sudah disosialisasikan dan dilatihkan
20. Terminologi hasil pemeriksaan :
Reaktif ataunon reaktif karena pernyataan hasil positif diberikan bila telah dilakukan
pemeriksaan lanjutan/konfirmasi terhadap pemeriksaan sebelumnya.
Karena pemeriksaan di bank darah hanya 1kali, maka hasil yang dipakai : reaktif
Hasil meragukan pemeriksaan ulang
21. PRINSIP-PRINSIP PEMERIKSAAN :
1. Uji cepat khusus ( Rapid Test )
2. Enzyme Linked Immuno SorbentAssay (ELISA / EIA)
3. Uji aglutinasi partikel
Metoda Pemeriksaan di Unit Transfusi darah
Bila jumlah donasi yang diperiksa kurang dari (≤)60 sampel per minggu
metoda pemeriksaan dapat menggunakan metoda rapid test atau uji
partikel
Bila jumlah donasi yang diperiksa lebih dari(>)60 sampel per minggu, maka
metoda pemeriksaan menggunakan metoda Elisa
22. Spesimen
Serum atau plasma (tidak boleh hemolisis, lipemik, terkontaminasi bakteri, ada bekuan
fibrin)
Dalam keadaan tidak mungkin pemeriksaan langsung simpan1- 6 0 C, < 3 hari.
Wadah : tabung plastik 12 x 75 mm,bertutup ulir (tanggal, nomor kantong, tempat)
Volume 3 m
Formulir pengiriman
Setiap spesimen disertai formulir pengiriman
Formulir berisi nomor urut, nomor kantong, tanggal, cek, tanda tangan dan nama
terang pengirim dan penerima
23. Peralatan Laboratorium PemeriksaanIMLTD1.
Metode Rapid ;
Tip kuning secukupnya
Tabung reaksi 10-12 x 75 mm secukupnya
Rak Tabung reaksi 40 lubang 2 buah
Mikropipet 5 - 50µl 1 buah
Mikropipet 50 - 200µl 1 buah
Timer 2 buah
Mechanical rotator 1 buah
24. Metode Elisa manual/semi otomatik :
Tip kuning secukupnya
Tip biru secukupnya
Tabung reaksi 10-12 x 75 mm secukupnya
Rak Tabung reaksi 40 lubang secukupnya
Mikropipet 5 - 50µl 1 buah
Mikropipet 50 - 200µl 1 buah
Mikropipet 200 - 1000µl 1 buah
Inkubator 1 buah
Washer 1 buah
Reader 1 buah
Printer 1 buah
Timer 1 buah
25. Peralatan dan bahan habis pakai lainnya
Jas laboratorium
Sarung tangan
Spidol
Tissue gulung
Tempat sampah infeksius (plastik kuning tebal berisi hipoklorit)
Tempat sampah non infeksius (plastic hitam tebal)
Alkohol 70%, aquades, hipoklorit 1
26. Jenis Pemeriksaan :
Hepatitis B --- HBsAg
Hepatitis C --- Anti HCV
AIDS -----------Anti HIV
Sifilis----------- RPR
Malaria -----Tetes tebal, dan immunochromatography
27. Metode pemeriksaan HBsAg :
1. Enzyme Immunoassay (EIA) atau Enzyme Link Immunosorbent Assay(ELISA)
2. Reverse Passive Hemagglutinationassay (RPHA)
3. Immunochromatograph
28. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Sifilis
1. TPHA
2. RPR, VDRL
3. Immunochromatography
Anti HCV
1. Enzyme Immunoassay (EIA) atau Enzyme Link Immunosorbent Assay(ELISA)
2. 2. Immunochromatograph
29. Anti HIV
1. Enzyme Immunoassay (EIA) atauEnzyme Link
Immunosorbent Assay(ELISA)
2. Immunochromatography
Prinsip Pemeriksaan ELISA (deteksi antibodi)
a. Antigen (ag) dilekatkan pada massa padat (dasar well ataubead)
b. Spesimen diteteskan ke dalamwell/bead.
c. Bila spesimen yang diperiksa mengandung antibodi(ab) terhadap antigen
tersebut,maka akan terjadi ikatan ag-ab
d. Tambahkan human anti imunoglobulin(anti ab) yang diberi label enzim (akan
berikatan dengan komplek ag-ab).
e. Bila terjadi ikatan ag-ab-anti ab , maka enzym akan aktif.
d. Tambahkan larutan substrat kromogen / zat pewarna. Bila enzym aktif, maka zat
ini akan berubah warna.
Banyaknya substrat yang diubah =banyaknya enzyme aktif/banyaknya ikatan ag-
ab-anti ab
30. e. Pembacaan hasil reaksi dengan spektrofotometer (nilai
absorban/jumlahcahaya yang diserap oleh warna spesimen)
Pencucian yang dilakukan dalam pemeriksaan ini bertujuan
untukmembuang sisa antibodi yang tidak berikatan dengan ag pada
well atau membuang sisa anti imunoglobulin yang tidak berikatan
dengan ab
Dalam setiap pemeriksaan selalu disertakan beberapa kontrol
positif dan kontrol negatif untuk penghitungan nilai cut off
(patokan reaktif atau tidaknya suatu reaksi).
Bila nilai absorban > cut off reaktif
Bila nilai absorban < cut off non reaktif
31.
32. 2. ELISA (deteksi antigen)
a. Antibodi (ab) dilekatkan pada massa padat (dasar well atau bead)
b. Spesimen diteteskan ke dalam well/bead.
Bila spesimen yang diperiksa mengandung antigen(ag) yang sesuai dengan ab yang
melekat tersebut, maka akan terjadi ikatan ab-ag.
c. Tambahkan antibodi kedua yang diberilabel enzim (akan berikatan
ag). Bila terjadi ikatanab-ag-ab , maka enzym akan aktif
d. Tambahkan larutan substrat kromogen / zat pewarna. Bila enzym aktif, maka zat
berubah warna.
e. Banyaknya substrat yang diubah =banyaknya enzyme aktif/banyaknya ikatan ab-
33. e. Pembacaan hasil reaksi dengan spektrofotometer (nilai absorban/jumlah cahaya
yang diserap oleh warna spesimen)
Pencucian yang dilakukan dalam pemeriksaan ini bertujuan untuk membuang sisa
antigen yang tidak berikatan dengan ab pada well atau membuang sisa antibodi
kedua yang tidak berikatan dengan ag
34.
35. 3. Aglutinasi
Cara mendeteksi antibodi atau antigen pada spesimen atas dasar reaksi aglutinasi
Bila yang ingin dideteksi adalah ab dalam spesimen, maka untuk dapat terjadi
aglutinasi, digunakan reagen yang berisi ag dan partikel (zat pembawa ag).
Partikel dapat berupa sel darah merah, gelatin, kholesterol, lesithin, dll
Pembacaan metode aglutinasi adalah dengan mata.
Metode aglutinasi kurang akurat dibandingkan ELISA,bila pembacaan hasil
hanya dilakukan oleh 1 orang tanpa pengecekan orang kedua.
Metode aglutinasi lebih mudah, lebih ekonomis, lebih cocok untuk daerah
dengan infrastruktur seperti keterampilan petugas, listrik dan air
kurang menunjang.
36. 4.Immunochromatography
Antigen/antibodi dilekatkan pada membran pori atau kertas nitro selulosa.
Tidak ada langkah pencucian karena kelebihan ag / ab akan diserap oleh massa padat
/ kertas.
Antigen / antibodi pada spesimen akan menjalar secara kapilerisasi melewati bantalan
konjugate menuju ke bantalan / kertas lainnya yang sudah dilekati ab /ag (terbentuk
garis tes).
Spesimen menjalar terus ke bantalan lainyang telah dilekati larutan signal berup
akoloidal emas berlabel protein A.
Keuntungan metode ini : cepat dan mudah.
Namun tidak efisien untuk jumlah sampel yang cukup banyak.
Penyimpanan reagen harus hatu-hati karena stabilitas reagensia lebih rendah
dibandingkan reagen ELISA.
37.
38.
39.
40. Interpretasi Hasil :
Non reaktif :Terbentuk 1 garis berwarna pd zonagaris
kontrol sajaReaktif :Terbentuk 2 garis berwarna, 1 pada
zonagaris tes, 1 lagi pd zona garis kontrol
INVALID :
Jika tdk terdapat garis berwarna padazona kontrol
→ ulangi tes dng alat baru