SlideShare a Scribd company logo
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI
1. Sistem Imonologi
Imunologi adalah suatu ilmu yang mempelajari antigen, antibody, dan fungsi
pertahanan tubuh penjamu yang diperantarai oleh sel, terutama berhubungan imunitas
terhadap penyakit, reaksi biologi hipersensitif, alergi dan penolakan jaringan.
Sistem imun adalah sistem pertahanan manusia sebagai perlindungan terhadap
infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk virus, bakteri,
protozoa dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap
protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas dan melawan
sel yang teraberasi menjadi tumor.
Fungsi Sistem Imun
a. Sumsum
Semua sel sistem kekebalan tubuh berasal dari sel-sel induk dalma sumsum
tulang. Sumsum tulang adalah tempat asla sl darah merah, sel darah putih,
(termasuk limfosit dan makrofag) dan platelet. Sel-sel dari sistem kekebalan
tubuh juga terdapat di tempat lain.
b. Thymus
Glandula thymus memproduksi dan mematurasi/mematangkan T limfosit yang
kemudian bergerak ke jaringan limfatik yang lain, dimana T limfosit dapat
berespon terhadap benda asing. Thymus mensekresi 2 hormon thymopoetin dan
thymosin yang menstimulasi perkembangan dan aktivitas T limfosit.
1) Limfosit T sitotoksik
Limfosit yang berperan dan imunitas yang diperantai sel. Sel T sitotoksik
memonitor sel di dalam tubuh dan menjadi aktif bila menjumpai sel dengan
antigen permukaan yang abnormal. Bila telah aktif sel T sitotoksik
menghancurkan sel abnormal.
2) Limfosit T helper
Limmfosit yang dapat meningkatkan respon sistem imun normal. Ketika
distimulasi oleh antigen presenting sel seperti makrofag, T helper melepas
faktor yang yang menstimulasi proliferasi sel B limfosit.
3) Limfosit B
Tipe sel darah putih ,atau leukosit penting untuk imunitas yang diperantarai
antibodi/humoral. Ketika di stimulasi oleh antigen spesifik limfosit B
akan berubah menjadi sel memori dan sel plasma yang memproduksi
antibodi.
4) Sel plasma
Klon limfosit dari sel B yang terstimulasi. Plasma sel berbeda dari limfosit
lain ,memiliki retikulum endoplamik kasar dalam jumlah yang banyak ,aktif
memproduksi antibodi.
c. Getah Bening
Kelenjar getah bening berbentuk kacang kecil terbaring di sepanjang perjalanan
limfatik. Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, axillae, selangkangan, dan
para- aorta daerah.
d. Nodus Limfatikus
Nodus limfatikus (limfonodi) terletak sepanjang sistem limfatik. Nodus
limfatikus mengandung limfosit dalam jumlah banyak dan makrofag yang
berperan melawan mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh. Limfe bergerak
melalui sinus,sel fagosit menghilangkan benda asing. Pusat germinal merupakan
produksi limfosit.
e. Tonsil
Tonsil adalah sekumpulan besar limfonodi terletak pada rongga mulut dan
nasofaring. Tiga kelompok tonsil adalah tonsil palatine, tonsil lingual dan tonsil
pharyngeal.
f. Limpa/Spleen
Limpa mendeteksi dan merespon terhadap benda asing dalam darah, merusak
erotrosit tua dan sebagai penyimpan darah. Parenkim limpa terdiri dari 2 tipe
jaringan, yaitu pulpa merah dan pulpa putih.
1. Pulpa merah terdiri dari sinus dan di dalamnya terisi eritrosit
2. Pulpa putih terdiri limfosit dan makrofag
Benda asing di dalam darah yang melalui pulpa putih dapat menstimulasi
limfosit.
2. Sistem Hematologi
Hematologi adalah cabang ilmu kesehatan yg mempelajari darah, organ
pembentuk darah dan penyakitnya.
Hematologi berasal dari bahasa Yunani “haima” yang artinya darah. Darah
manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen
yg diperlukan oleh se-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai tubuh dengan
nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan
penyusun sistem imun yg bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit.
Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.
Hematopoisis adalah proses pembentukan darah dan system imun,
menghasilkan semua sel darah tubuh, termasuk sel darah unutk pertahanan
imunologis. Terjadi di sumsum tulang, dimana sel batang multipotensial
memunculkan 5 jenis sel yang berbeda yang dikenal sebagai sel batang unipotensial.
Terdiri dari dua komponen:
1. Korpuskuler adalah unsur padat darah yaitu sel-sel darah Eritrosit, Lekosit,
Trombosit.
2. Plasma Darah adalah cairan darah.
Fungsi Umum Darah:
1. Transportasi (sari makanan, oksigen, karbondioksida, sampah dan air)
2. Termoregulasi (pengatur suhu tubuh)
3. Imunologi (mengandung antibodi tubuh)
4. Homeostasis (mengatur keseimbangan zat, pH regulator)
Eritrosit (Sel Darah Merah):
ī€­ Merupakan bagian utama dari sel darah
ī€­ Jumlah pada pria dewasa sekitar 5 juta sel/cc darah dan pada wanita sekitar 4 juta
sel/cc darah
ī€­ Berbentuk Bikonkaf, warna merah disebabkan oleh Hemoglobin (Hb) fungsinya
adalah untuk mengikat Oksigen
ī€­ Kadar Hb inilah yang dijadikan patokan dalam menentukan penyakit Anemia
ī€­ Eritrosit berusia sekitar 120 hari. Sel yang telah tua dihancurkan di Limpa.
Hemoglobin dirombak kemudian dijadikan pigmen Bilirubin (pigmen empedu)
Lekosit (Sel Darah Putih)
ī€­ Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 – 9000 sel/cc darah
ī€­ Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk Fagosit (pemakan) bibit penyakit/
benda asing yang masuk ke dalam tubuh
ī€­ Maka jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit/benda asing yang masuk
tubuh
ī€­ Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 – 9000 sel/cc darah
ī€­ Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk Fagosit (pemakan) bibit penyakit/
benda asing yang masuk ke dalam tubuh
ī€­ Maka jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit/benda asing yang masuk
tubuh.
Peningkatan jumlah lekosit merupakan petunjuk adanya infeksi (misalnya radang
paru-paru).
ī€­ Lekopeni
Berkurangnya jumlah lekosit sampai di bawah 6000 sel/cc darah.
ī€­ Lekositosis
Bertambahnya jumlah lekosit melebihi normal (di atas 9000 sel/cc darah).
ī€­ Fungsi fagosit sel darah tersebut terkadang harus mencapai benda asing/kuman
jauh di luar pembuluh darah
ī€­ Kemampuan lekosit untuk menembus dinding pembuluh darah (kapiler) untuk
mencapai daerah tertentu disebut Diapedesis.
Gerakan lekosit mirip dengan amoeba Gerak Amuboid.
Jenis-jenis Lekosit
a. Granulosit
Lekosit yang di dalam sitoplasmanya memiliki butir-butir kasar (granula).
Jenisnya adalah eosinofil, basofil dan netrofil.
b. Agranulosit
Lekosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granola. Jenisnya adalah
limfosit dan monosit.
c. Eosinofil
Mengandung granola berwama merah (Warna Eosin) disebut juga
Asidofil. Berfungsi pada reaksi alergi (terutama infeksi cacing).
d. Basofil
Mengandung granula berwarna biru (Warna Basa). Berfungsi pada reaksi alergi.
e. Netrofil
(ada dua jenis sel yaitu Netrofil Batang dan Netrofil Segmen). Disebut
juga sebagai sel-sel PMN (Poly Morpho Nuclear). Berfungsi sebagai fagosit.
f. Limfosit
(ada dua jenis sel yaitu sel T dan sel B). Keduanya berfungsi untuk
menyelenggarakan imunitas (kekebalan) tubuh.
Sel T4 = imunitas seluler
Sel B4 = imunitas humoral
g. Monosit
ī€­ Merupakan lekosit dengan ukuran paling besar
ī€­ Disebut pula sel darah pembeku
ī€­ Jumlah sel pada orang dewasa sekitar 200.000 – 500.000 sel/cc
ī€­ Di dalam trombosit terdapat banyak sekali faktor pembeku (Hemostasis)
antara lain adalah Faktor VIII (Anti Haemophilic Factor)
ī€­ Jika seseorang secara genetis trombositnya tidak mengandung faktor tersebut,
maka orang tersebut menderita Hemofili.
Plasma Darah
ī€­ Terdiri dari air dan protein darah Albumin, Globulin dan Fibrinogen
ī€­ Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut Serum Darah
ī€­ Protein dalam serum inilah yang bertindak sebagai Antibodi terhadap adanya
benda asing (Antigen)
ī€­ Zat antibodi adalah senyawa Gama Globulin
ī€­ Tiap antibodi bersifat spesifik terhadap antigen dan reaksinya bermacam-macam
ī‚ˇ Antibodi yang dapat menggumpalkan antigen = Presipitin
ī‚ˇ Antibodi yang dapat menguraikan antigen = Lisin
ī‚ˇ Antibodi yang dapat menawarkan racun = Antitoksin
3. Biokimia
Antibodi/Immunoglobilin/Ig
1. Bentuk seperti huruf Y
2. Terdiri dari 4 rantai polipeptida simetria antara lain: 2 rantai berat/heavy dan 2
rantai ringan/light
3. Mempunyai regio
ī€­ Constasn: urutan AA nya pada terminal C/karboksil
ī€­ Variable: urutan AA nya bervariasi pada terminal N/Amino yang berfungsi
untuk mengikat antigen (Ag)
4. Pemecahan IgG
ī€­ Oleh enzim papain/papaya (dengan adanya sistem) pada regio hinge menjadi
2Fab + 1Fc. Dimana F (fragmen) BM Fab = 52.000;Fc = 48.000
ī€­ Oleh pepsin/lambung di Regio Non hinge
Kalsifikasi Antibodi (Ab)/Ig
Berdasarkan macam rantai H:
1. Ig G
a. Terdiri dari 80% globulin gamma
b. Merupakan globulin gamma : 7 S/sedimentasi
c. BM = 150.000-160.000
d. Mengandung 2-4% Kh
e. Distribusi CES
f. Mampu menembus plasenta
g. Albumin, fibrinogen, globulin dihasilkan di hepar
h. Immunoglobulin : glikoprotein
2. Ig A
a. BM = 140.000-400.000
b. Kecepatan sedimentasi 6,6-13%
c. Mengandung 5-10%Kh
d. Kadar tinggi : darah, secret serumukosal (selaput lender yang jernih), saliva,
kolostrum, air mata, secret bronkus, traktus gastrointestinal/TGI
e. Ig As(sekretori) untuk pertahanan terhadap infeksi virus dan bakteri
f. Tidak mampu menembus plasenta
3. Ig M
a. Protein terbesar (576 AA) Bm = 950.000
b. Antibodi pertama yang dibentuk pada bayi lahir (manusia/hewan). Kemudian
sel-sel yang memproduksi Ig M membagi diri menjadi sel anak dan menjadi
Ig G
c. Ig M (Ig D) terdapat di permukaan limfosit B
d. Mengandung 10-12% Kh
e. Dapat disodiasi/pecah menjadi 2 L+2H dengan 2 sisi kombinasi yaitu 1
molekul untuh punya 10 sisi kombinasi
f. Tak mampu menembus plasenta
4. Ig D
Terdapat dalam darah, getah bening, dan pada permukaan sel B. Mereka tidak
mampu untuk bertindak sendiri-sendiri. Dengan menempelkan dirinya pada
permukaan sel-sel T, mereka membantu sel T menangkap antigen.
5. Ig E
a. Bm = 190.000 (8S)
b. 50% penderita alergi Ig E naik
c. Antibodi sensitif di kulit (reagenik di sel mast) sisi ikatnya pada regio C rantai
H e
d. Mast cell terdapat di kulit
e. Ikatan Ig E dan Ag di kulit mengakibatkan : pelepasan produk inflamasi dari
sel mast/serotonin, histamin berakibat reaksi kulit berat bronkospasme,
CTM(Chlor Tri Methon) alergi
DHF
a. Pengertian DHF
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau
tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman, 1990).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain
yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik.
(Sir, Patrick manson, 2001).
b. Etiologi
1. Virus dengue sejenis arbovirus
2. Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif, dengue 1
dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang ke II, sedangkan dengue 3 dan
4 ditemukaan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk
batang, bersifat termoragil, sensitive terhadap aktivitas oleh diatiter dan natrium
diaksikolat, stabil pada suhu 70oC.
Keempat serotif tersebut telah di temuka pula di Indonesia dengan serotif ke 3 merupakan
serotif yang paling banyak.
c. Tanda dan Gejala DHF
ī€­ Meningkatnya suhu tubuh
ī€­ Nyeri pada otot seluruh tubuh
ī€­ Nyeri kepala menyeluruh atau berpusat pada supra orbita, retroorbita
ī€­ Suara serak
ī€­ Batuk
ī€­ Epistaksis
ī€­ Disuria
ī€­ Nafsu makan menurun
ī€­ Muntah
ī€­ Ptekie
ī€­ Ekimosis
ī€­ Pendarahan gusi
ī€­ Muntah darah
ī€­ Hematuria massif
ī€­ Melena
d. WOC
e. Klasifikasi DHF Menurut WHO
1. Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan (uji tourniquet
positif).
2. Derajat II
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.
3. Derajat III
Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20mmHg,
kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi)
4. Derajat IV
Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur
f. Pemeriksaan Diagnostik
ī€­ Darah lenkap = Hemokonsentrasi (Hemaokrit meningkat 20% atau lebih)
Thrombocitopeni (100.000/mm3 atau kurang)
ī€­ Serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test)
ī€­ Rontgen Thorac = Efusi Pleura
B. PENGKAJIAN SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI
I. Identitas Klien
Nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan terakhir,
alamat.
II. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang seperti gelisah, bingung, cemas dan demam, nyeri sendi,
kemerahan pada kulit, nodul di kulit, nyeri abdomen, hipertensi, pucat (anemia),
ganggguan pada jantung, ( gagal jantung), edeme pada kaki dan tangan, kelainan
fungsi ginjal.
a. Riwayat Kesehatan dahulu
Apakah pernah mangalami asma, pneumonia, dan lain-lain.
b. Riwayat Kesehatan keluarga
Apakah ada diantara anggota keluarga pasien mengalami penyakit yang sama
sengan pasien.
III. Kebiasaan Sehari-hari
a. Biologis
ī€­ Pola makan : frekuensi, jumlah porsi yang habis, cara makan, makanan yang
disukai dan tidak disukai
ī€­ Pola minum : frekuensi
ī€­ Pola tidur : jumlah jam tidur, kesulitan dalam tidur
ī€­ Aktivitas sehari-hari : kegiatan yang dilakukan dari bangun tidur sampai mau
tidur kembali
b. Psikologis
ī€­ Keadaan emosi : kondisi psikologis
IV. Pemeriksaan Fisik
a. TTV :
ī€­ TD : 130/90 mmHg
ī€­ ND : 120 x/menit
ī€­ RR : 15 x/menit
ī€­ S : 39oC
b. Sistem Integument (kulit) :
ī€­ Turgor kulit buruk
ī€­ Terdapat ruam macula dan perpera pada kulit
ī€­ Eritema (+)
ī€­ Udema (+)
ī€­ Kulit berisi air
ī€­ Lesi kulit (+)
ī€­ Suhu kulit hangat
ī€­ Tekstur lunak
ī€­ Kulit sedikit menonjol
ī€­ Lesi datar dan timbul pada berbagai ukuran
ī€­ Kuku : kuku pucat dan sedikit sianosis
ī€­ Hidung : penafasan koping hidung
ī€­ Mulut : mukosa bibir kering
ī€­ Paru : Inspeksi : RR:15 x/menit, penggunaan alat bantu pernapasan (+),
hipernea (+)
ī€­ Takipnea (+), dispnea (+), perubahan kedalaman pernapasan
V. Pemeriksaan Penunjang
a. AGD: menunjukkan laju endapan darah >50mm/jam
Pemeriksaan darah didapat:
ī€­ Penurunan Hb
ī€­ Penurunan eritrosit
ī€­ Hipergamaglobulin
ī€­ Granulosit pada pebuluh darah tinggi
ī€­ Leukosit normal
ī€­ Trombosit normal
ī€­ Peningkatan eosinofil
b. Hasil foto rotgen: menunjukkan foto dada abnormal, ada nodul, kafitas, dan
infiltrate paru yang tidak menetap
c. Pemeriksaan urine: di temukan hematuri, sendimen urin
Dasar-dasar pengkajian pada pasien dengan vaskulitis
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala: limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, kelemahan,
kelelahan
Tanda: penurunan toleransi terhadap aktivitas, keterbatasan rentang gerak,
kelainan pada kulit dan pembuluh darah
2. Sirkulasi
Gejala: proses penyembuhan luka yang lambat
Tanda: sianosis
3. Intergritas Ego
Gejala: faktor-faktor stress akut/kronis, situasi ketidakmampuan dan ancaman
pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi
4. Makanan/Cairan
Gejala : tidak napsu makan, mual, anoreksia
Tanda : penurunan BB, kekeringan pada membran mukosa, dan dapat
menunjukkan adanya bising usus hiperaktif.
5. Hygiene
Gejala: kesulitan untuk melaksanakan aktifitas perawatan diri.
6. Neurosensori
Gejala: perubahan status mental, kehilangan kemampuan diri untuk
mengatasi masalah, konsentrasi menurun
Tanda: perubahan status mental, konsentrasi buruk, ansietas yang
berkembang bebas dan menurunya kekuatan otot.
7. Pernapasan
Gejala: batuk, sesak napas
Tanda: distress pernapasan
8. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri local, sakit, rasa terbakar pada daerah yang terkontaminasi,
sertarasa nyeri yang kronis.
Tanda : penurunan rentang gerak, gerak otot melindungi bagian yang sakit.
9. Keamanan
Gejala : kulit mengkilat, tegang, lesi kulit, ruam
Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga Demam
ringan menatap.
10. Interaksi Sosial
Gejala: kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain
Tanda: perubahan peran, isolasi
11. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat makanan kesahatan, vitamin, penyembuhan vaskulitis
tanpapengujian.
Rencana pemulangan: mungkin membutuhkan bantuan pada transportasi,
aktivitas perawatan diri, dan tugas/pemeliharaan rumah tangga.
12. Pemeriksaan Diagnostik
a. Factor rheumatoid: positif pada 80%-95% kasus
b. LED: umumnya meningkat pesat
c. C-reaktif protein: positif selama masa eksaserbasi
d. SDP: meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS:
-Klien mengatakan ketidaknyamanan
disekitar abdomennya.
-Klien mengatakan nyeri disekitar
abdomennya.
DO:
- Klien tampak kesakitan
- Klien tampak memegang
bagian
Tubuh yang sakit
- Ekspresi wajah klien menahan
nyeri
- Adanya penegangan abdomen
- Adanya kelainan umbilicus
- TTV:
TD : 130/90 mmHg
ND: 120 x/i
RR:32x/i
Radang pada dinding
usus dan stenosis arteri
mesentrika
Gangguan rasa
nyaman (nyeri kronik)
2. DS:
-Klien mengatakan sangat mudah
kelelahan.
Ketidakseimbangan
antara suplai dan
Intoleransi aktivitas
-Klien mengatakan tidak mampu
melakukan aktivitas secara efektif.
DO:
- Klien tampak lemah
- Klien tampak keletihan
- Klien tampak pucat
- Klien mengalami penurunan
toleransi aktivitas/latihan
- Klien banyak tidur/istirahat
- Palpitasi (+)
- Takikardia (+)
- Respon pernafasan dengan kerja
ringan
-TTV:
TD : 130/90 mmHg
RR : 15 x/i
kebutuhan oksegen
(anemia)
3. DS:
-Klien mengatakan gelisah.
-Klien Mengatakan kesulitan bernafas
karena nyeri.
-Klien mengatakan hanya dapat
bernafas dengan dangkal karena nyeri
pada dadanya.
DO:
- Klien tampak lemah
- Klien tampak kesulitan bernafas
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak nyeri dada setiap kali
bernafas
- Klien tmpak menahan nafas
- Terjadi perubahan kedalaman
Nyeri dada yang
diakibatkan oleh sesak
nafas
Pola nafas tidak
efektif
pernafasan
- Pernafasan cuping hidung
- TTV:
TD : 100/80 mmHg
ND : 60 x/i
RR : 15 x/i
- Penggunaan otot Bantu pernafasan
(+)
- Bunyi nafas terdengar
- Dispenea (+)
- Hipernea (+)
- Takipnea (+)
- Perubahan kedalaman pernafasan
- Penurunan kapasitas vital
- Mukosa bibir kering dan pucat
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM IMUN DAN
HEMATOLOGI
1. Kecemasan berhubungan dengan perubahan lingkungan dan status kesehatan
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat informasi
3. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakseimbangan nutrisi
4. Perubahan nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual
dan nafsu makan yang menurun
5. Defisit volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat
sekunder akibat penguapan cairan permukaan tubuh meningkat.
6. Nyeri akut berhubungan dengan penumpukan asam laktat di otak dan sendi
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
D. DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
1. Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak,
remaja dan dewasa (Effendy, 1995).
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan
menurun.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh
tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.
4. Riwayat Penyakit Terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara spesifik.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan, karena penyakt DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui
gigitan nyamuk aides aigepty.
6. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biiasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng
bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi
jarang dibersihkan.
7. Riwayat Tumbuh Kembang
8. Pengkajiian Per Sistem
1. Sitem pernapasan yaitu sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan
dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi
terdengar ronchi, krakles.
2. Sitem persyarafan yaitu pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan
kesadaran serta pada grade IV dapat terjadi DSS.
3. Sistem kardiovaskuler yaitu pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji
tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan
sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-
jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darahtak dapat diukur.
4. Sistem pencernaan yaitu selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri
tekan pada epigastrik, pembesaran limpa, pembesaran hati, abdomen teregang,
penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat
hematemesis, melena.
5. Sistem perkemihan yaitu produksi urine menurun, kadang kurang dari
30cc/jam, akan mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna merah.
6. Sistem integument yaitu terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada
grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III
dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai:
1) Ig G dengue positif
2) Trombositopenia
3) Hemoglobin meningkat >20%
4) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia,
hipokloremia
Pada hari ke 2 dan ke 3 terjadi leucopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan
limfosit, monosit, dan basofil.
1) SGOT/SGPT mungkin meningkat
2) Ureum dan pH darah mungkin meningkat
3) Waktu perdarahan memanjang
4) Asidosis metabolic
5) Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan
II. Diagnose
1. Kecemasan berhubungan dengan perubahan lingkungan dan status kesehatan
2. Defit volume cairan berhungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat sekunder
akibat penguapan cairan permukaan tubuh meningkat
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
III. Intervensi
DX Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Tujuan:
Setelah di lakukan tindakan
keperawatan dalam waktu
1x24 jam di harapkan ansietas
pada pasien dapat berkurang.
KH:
Ansietas berkurang
Mandiri:
1. Pada ansietas berat,
damping pasien, bicara
dengan tenang dan
berikan ketenangan serta
rasa nyaman.
2. Beri dorongan kepada
pasien untuk
mengungkapkan secara
verbal pikiran dan
perasaan untuk
mengeksternalisasikan
ansietas.
3. Sediakan pengalihan
melalui televise dan radio
untuk menurunkan
ansietas dan memperluas
focus.
4. Bantu pasien untuk
memfokuskan pada
situasi saat ini sebagai
cara untuk
mengidentifikasi
mekanisme koping yang
dibutuhkan untuk
Mandiri:
1. Situasi tenang dapat
mengurangi
kecemasan pada
pasien.
2. Pengungkapan
pikiran perlu di
lakukan supaya
pasien dapat merasa
tenang dan tidak
cemas
3. Pengalihan dapat
mengalihkkan
perhatian pasien dari
rasa cemasnya.
4. Focus pada situasi
saat ini di perlukan
untuk mengontrol
pikiran-pikiran pasien
yang dapat
menimbulkan
kecemasan.
mengurangi ansietas
5. Coba teknik, seperti
imajinasi bimbingan dan
relaksasi progresif
6. Berikan penguatan positif
ketika pasien mampu
meneruskan aktifitas
sehari-hari dan aktifitas
lainnya meskipun
mengalami ansietas
7. Yakinkan kembali pasien
melalui sentuhan, dan
sikap empatik secara
verbal dan nonverbal
secara bergantian
8. Dorong pasien untuk
mengekspresikan
kemarahan dan iritasi,
serta izinkan pasien untuk
menangis
5. Relaksasi untuk
ketenangan pasien di
perlukan untuk
mengurangi
kecemasan
6. Dorongan dari pihak-
pihak tertentu sangat
di perlukan untuk
memotivasi pasien
dalam melakuan
aktivitasnya.
7. Pasien perlu
keyakinan dari orang-
orang di sekitarnya
untuk membantu
mengalihkan
kecemasannya
8. Pasien perlu
mengekspresikan
kemarahan
menghilang pikiran
negative yang dapat
meningkatkan
kecemasan.
Kolaboratif:
9. Berikan obat untuk
menurunkan ansietas jika
perlu
Kolaboratif:
9. Pemberian obat di
harapkan dapat
membantu
mengurangi ansietas
pada pasien
2 Tujuan:
Setelah di lakukan tindakan
keperawatan 1x24 jam di
harapkan kekurangan volume
cairan dapat berkurang.
KH:
volume cairan dapat
berkurang
Mandiri:
1. Tentukan jumlah cairan
yag masuk dalam 24 jam,
hitung asupan yang di
inginkan sepanjang shift
siang, sore dan malam
2. Pastikan bahwa pasien
terhidrasi dengan baik
sebelum pembedahan
3. Ubah posisi pasien
trendenburg atau
tinggikan tungkai pasien
bila hipotensi, kecuali di
kontraindikasikan
4. Tingkatkan asupan bila
perlu
Mandiri:
1. Cairan yang masuk ke
dalam tubuh pasien
perlu di kontol untuk
mengetahui berapa
banyak cairan yang
masuk dalam 24 jam
2. Sebelum di adakan
pembedahan,
sebaiknya pasien
dalam kondisi yang
terhidrasi untuk
mencegah pasien
kekurangan cairan
3. Pasien dalam posisi
trendenburg dapat
mencagah terjadinya
kekurangan cairan
4. Asupan cairan perlu
di tingkatkan untuk
menambah cairan
5. Pasang kateter urin bila
perlu
6. Berikan cairan sesuai
dengan kebutuhan
Kolaboratif:
7. Berikan terapi IV sesuai
program
yang masuk ke dalam
tubuh pasien
5. Bila terjadi kelebihan
cairan selama
perawatan maka perlu
di pasang kateter
untuk mengurangi
cairan tersebut
6. Antara cairan dengan
kebutuhan perlu di
sesuaikan agar cairan
yang masu kedalam
tubuh pasien dapat
seimbang
Kolaboratif:
7. Terapi IV di berikan
kepada pasien untuk
menambah asupan
cairan pada pasien
3 Tujuan:
Setelah di lakukan tindakan
keperawatan 1x24 jam di
harapkan pasien dapat
menunjukkan toleransi
aktivitas
KH:
Pasien menunjukkan toleransi
aktivitas
Mandiri:
1. Hindari menjadwalkan
pelaksanaan aktivitas
perawatan selama periode
istirahat
2. Bantu pasien untuk
mengubah posisi secara
berkala, bersandar,
duduk, berdiri, dan
ambulasi sesuai toleransi
3. Pantau TTV sebelum,
selama dan setelah
aktivitas, hentikan
aktivitas TTV tidak
dalam rentang normal
bagi pasien atau jika ada
tanda-tanda bahwa
aktivitas tidak dapat di
toleransi
4. Rencanakan aktivitas
bersama pasien dan
keluarga yang
meningkakan
kemandirian dan
ketahanan
Mandiri:
1. Istirahat di perlukan
agar pasien dapat
toleran terhadap
aktivitas
2. Posisi pasien perlu di
ubah agar pasien
tidak merasa bosan
dengan posisi
utamanya
3. Pemantauan TTV di
lakukan untuk
menghindari
kemungkinan kondisi
pasien yang lemah
selama menjalani
aktivitas
4. Aktivitas yang di
rencanakan untuk
pasien agar pasien
mempunyai
kemandirian dalam
melakukan
aktivitasnya
5. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi pilihan
aktivitas
6. Rencanakan pada periode
saat pasien memiliki
energy paling banyak
7. Bantu dengan aktivitas
fisik teratur
8. Batasi pasangan
lingkungan untuk
memfasilitasi relaksasi
9. Bantu pasien untuk
melakukan pemantauan
mandiri dengan membuat
5. Agar aktivitas yang di
lakukan pasien dapat
berjalan dengan baik
maka pasien perlu
mengidentifikasi
aktivitasnya
6. Pada saat pasien
memeliki energy yang
banyak berarti pasien
dapat melakukan
aktivitas yang
berbeda sesuai energy
yang di milikinya
7. Pasien pelu bantuan
untuk melakukan
aktivitas selama
perawatan
8. Untuk memperoleh
ketenangan pasien
maka pasangan
lingkungan perlu di
batasi
9. Untuk memantau
asupan energy dan
kalori perlu di
dan menggunakan
dokumentasi tertulis yang
mencatat asupan kalori
dan energy
Kolaboratif:
10. Berikan pengobatan nyeri
sebelum aktivitas, apabila
nyeri merupakan salah
satu faktor penyebab.
11. Kolaborasikan dengan
ahli terapi okupasi, fisik
untuk merencanakan dan
memantau program
aktivitas
12. Rujukk pasien ke pusat
rehabilitasi jantung jika
keletihan berhubungan
dengan penyakit jantung
lakukan dokumentasi
tertulis
Kolaboratif:
10. Apabila pasien
merasa nyeri maka
pengobatan perlu di
lakukan sebelum
melakukan aktivitas.
11. Untuk mengetahui
sejauh mana kekuatan
pasien maka perlu di
lakukan kolaborasi
dengan ahli terap dan
okupasi
12. Untuk pasien dengan
penyakit jantung erlu
rujukan ke pusat
rehabilitasi jantung
untuk menghindari
komplikasi lanjutan
IV. Implementasi
No Tanggal
dan jam
Implementasi Respon
1 1 Mandiri:
1. Mendampingi pasien, bicara dengan
tenang dan memberikan ketenangan
serta rasa nyaman
2. Memberi dorongan kepada pasien
untuk mengungkapkan secara verbal
pikiran dan perasaan untuk
mengeksternalisasikan ansietas
3. Menyediakan pengalihan melalui
televise dan radio untuk menurunkan
ansietas dan memperluas focus
4. Membantu pasien untuk
memfokuskan pada situasi saat ini
sebagai cara untuk mengidentifikasi
mekanisme koping yang dibutuhkan
untuk mengurangi ansietas
5. Mencoba teknik, seperti imajinasi
bimbingan dan relaksasi progresif
6. Memberikan penguatan positif ketika
pasien mampu meneruskan aktifitas
sehari-hari dan aktifitas lainnya
Mandiri:
1. Pasien merasa tenang dan tidak
cemas lagi
2. Pasien dapat mengungkapkan
pikirannya kepada orang-orang
yang ada di sekitarnya
3. Pasien merasa terhibur dengan
melihat atau mendengar media
yang di sediakan
4. Pasien dapat focus pada situasi
saat ini
5. Setelah dilakukan imajinasi
terbimbing dan relaksasi
progresif, pasien merasakan
ketenangan
6. Pasien mampu melakukan
aktivitas sehari-hari nya karena
adanya penguatan positif yang
meskipun mengalami ansietas
7. Meyakinkan kembali pasien melalui
sentuhan, dan sikap empatik secara
verbal dan nonverbal secara
bergantian
8. Mendorong pasien untuk
mengekspresikan kemarahan dan
iritasi, serta mengizinkan pasien
untuk menangis
Kolaboratif:
9. memberikan obat untuk menurunkan
ansietas
di lakukan
7. Pasien memiliki kepercayaan
diri setelah mendapatkan
keyakinannya kembali
8. Pasien menjadi lebih nyaman
setelah menangis
Kolaboratif:
9. Setelah di berikan obat, pasien
merasa lebih tenang
2 2 Mandiri:
1. Menentukan jumlah cairan yang
masuk dalam 24 jam , menghitung
asupan yang di inginkan sepanjang
shift siang, sore dan malam
2. Memastikan bahwa pasien terhidrasi
dengan baik sebelum pembedahan
3. Mengubah posisi pasien trendenburg
atau meninggikan tungkai pasien bila
hipotensi, kecuali di
kontraindikasikan
4. Meningkatkan asupan.
Mandiri:
1. Cairan yang masuk kedalam
tubuh pasien bertambah
2. Selama pembedahan terjadi,
pasien memiliki asupan cairan
yang memadai
3. Pasien merasa nyaman dengan
posisi trendenburg
4. Asupan cairan yang masuk ke
dalam tubuh pasien bertambah
5. Memasang kateter urin
Kolaboratif:
6. Memberikan terapi IV sesuai
program
5. Pasien mengatakan tidak perlu
bolak balik ke kamar mandi
Kolaboratif:
6. Pasien merasa kebutuhan
cairan dalam tubuhnya
terpenuhi
3 3 Mandiri:
1. Menghindari menjadwalkan
pelaksanaan aktivitas perawatan
selama periode istirahat
2. Membantu pasien untuk mengubah
posisi secara berkala, bersandar ,
duduk, berdiri, dan ambulasi sesuai
toleransi
3. Merencanakan aktivitas bersama
pasien dan keluarga yang
meningkatkan kemandirian dan
ketahanan
4. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi pilihan aktivitas
5. Membantu dengan aktivitas fisik
teratur
Mandiri:
1. Pasien tidak terganggu saat
istirahat
2. Pasien tidak merasa sakit dan
bosan setelah di bantu
mengubah posisinya
3. Pasien merasa memiliki
ketahanan dan kemandirian.
4. Aktivitas yang di lakukan
pasien tidak membosankan dan
sesuai keinginan
5. Pasien tidak merasa lelah
setelah beraktivitas secara
teratur
6. Membantu pasien untuk melakukan
pemantauan mandiri dengan
membuat dan menggunakan
dokumentasi tertulis yang mencatat
asupan kalori dan energi
Kolaboratif:
7. Memberikan pengobatan nyeri
sebelum aktivitas
6. Asupan kalori dan energi
tercukupi dengan baik
Kolaboratif:
7. Pasien merasa nyeri nya
berkurang selama melakukan
aktivitas
V. Evaluasi
No Tanggal dan jam Evaluasi
1 1 S: Pasien mengatakan bahwa merasa tenang dan tidak
cemas lagi
O: mimic wajah pasien tidak menunjukkan kecemasan.
A: masalah teratasi
P: intervensi di hentikan
2 2 S: pasien mengatakan cairan terpenuhi
O:cairan yang masuk kedalam tubuh pasien sesuai
dengan kebutuhan
A: masalah teratasi
P: intervensi di hentikan
3 3 S: pasien merasa sudah dapat bergerak secara perlahan
O: aktivitas dapat dilakukan secara mandiri
A: masalah teratasi
P:intervensi di hentikan
E. SISTEM LAYANAN KESEHATAN UNTUK PASIEN DHF
a. Sistem Rujukan
Menurut SK Menteri Kesehatan RI No 32 tahun 1972 sistem rujukan adalah suatu
sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan
tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus masalah kesehatan secara vertical
dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau
secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuanya. Dari
batasan tersebut dapat dilihat bahwa hal yang dirujuk bukan hanya pasien saja tapi
juga masalah-masalah kesehatan lain, teknologi, sarana, bahan-bahan laboratorium,
dan sebagainya. Disamping itu rujukan tidak berarti berasal dari fasilitas yang lebih
rendah ke fasilitas yang lebih tinggi tetapi juga dapat dilakukan diantara fasilitas-
fasilitas kesehatan yang setingkat.
Tujuan
Tujuan rujukan adalah dihasilkannya pemerataan upaya kesehatan dalam
rangka penyelesaian masalah kesehatan secara berdaya dan berhasil guna.
Tujuan Sistem Rujukan adalah agar pasien mendapatkan pertolongan pada
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat
terselamatkan, dengan demikian dapat menurunkan angka kematian.
Jenis Rujukan
Sistem Kesehatan Nasional membedakannya menjadi dua macam yaitu:
1) Rujukan Kesehatan
Rujukan ini berkaitan dengan upaya pelayanan kesehatan dalam pencegahan
penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Rujukan ini dibedakan menjadi tiga
yaitu :
ī€­ Rujukan teknologi
ī€­ Rujukan sarana
ī€­ Rujukan operasional
2) Rujukan Medik
Rujukan ini berkaitan dengan upaya pelayanan kedokteran dalam penyembuhan
penyakit serta pemulihan kesehatan. Rujukan medic terdiri dari penderita,
pengetahuan, dan bahan laboratorium :
ī€­ Transfer of patient : konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik,
pengobatan, tindakan operatif dll
ī€­ Transfer of knowledge : pengiriman tenaga kesehatan yang lebih kompeten
atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan setempat
ī€­ Transfer of specimen : pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium
yang lebih lengkap
Jalur Rujukan
Dalam kaitan ini jalur rujukan untuk kasus gawat darurat dapat dilaksanakan sebagai
berikut :
1. Dari kader dapat langsung merujuk ke Puskesmas Pembantu, Pondok bersalin
atau Bidan Desa, Puskesmas Rawat Inap, dan Rumah sakit pemerintah atau
swasta
2. Dari posyandu dapat langsung menuju ke Puskesmas Pembantu, Pondok bersalin
atau Bidan Desa, Puskesmas Rawat Inap, dan Rumah sakit pemerintah atau
swasta
3. Dari Puskesmas Pembantu dapat langsung merujuk ke Rumah Sakit tipe D/C atau
Rumah Sakit Swasta
4. Dari Praktik dr. swasta, Praktik bidan, Praktik perawat, Puskesmas, RB, BP dapat
langsung merujuk ke Rumah Sakit tipe D/C atau Rumah Sakit Swasta
5. Dari Rumah Sakit tipe D/C bila tidak bisa menangani dapat langsung merujuk ke
Rumah Sakit tipe A/B
Persiapan Rujukan
Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan :
ī€­ Bidang : Pastikan pasien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan
memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan
ī€­ Alat : Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan, seperti spuit, infus
set, tensimeter, dan stetoskop
ī€­ Keluarga : Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir pasien dan alasan mengapa
ia dirujuk. Anggota keluarga yang lain harus menerima pasien ke tempat rujukan
ī€­ Surat : Beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi pasien, alasan
rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat-obat yang telah diterima pasien
ī€­ Obat : Bawa obat-obat esensial diperlukan selama perjalanan merujuk
ī€­ Kendaraan : Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan pasien
dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat tujuan dalam waktu cepat
ī€­ Uang : Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah cukup untuk
membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempat rujukan.
b. Gakin
Jaminan pemeliharan kesehatan bagi keluarga miskin dan kurang mampu (GAKIN)
adalah jaminan pemeliharaan kesehatan yang diberikan kepada keluarga miskin dan
kurang mampu yang membutuhkan pelayanan kesehatan meliputi rawat jalan dan
rawat inap sebagaimana yang ditetapkan, baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit
yang ditunjuk di Wilayah.
Paket Pelayanan Esensial (PPE) Yang Didapatkan Paket Pelayanan Esensial
(PPE) Yang Didapatkan
ī‚ˇ Ruang Rawat Inap Kelas III
ī‚ˇ Konsultasi Medik
ī‚ˇ Penunjang Medik
ī‚ˇ Operasi
ī‚ˇ Pelayanan Rehabilitasi Medik
ī‚ˇ Perawatan Intensif ( ICU, PICU/ICU )
ī‚ˇ Obat Dan Alat Kesehatan
ī‚ˇ Pelayanan Darah
ī‚ˇ Kegawat Daruratan
ī‚ˇ Hemodialisa
Prosedur Mendapatkan Layanan Program JPK GAKIN
Pemegang Kartu GAKIN
ī‚ˇ Kartu GAKIN, RASKIN, BLT PKH, Kader Kesehatan (Program Pemerintah
lainnya)
ī‚ˇ Foto kopi kartu keluarga (KK)
ī‚ˇ Rujukan dari puskesmas, tidak perlu apabila emergensi
ī‚ˇ KTP
Pasien Panti
ī‚ˇ Sertifikat panti
ī‚ˇ Surat keterangan kepalah panti atau rumah singgah
ī‚ˇ Daftar nama penghuni panti
KLB/Kebanjiran/Kebakaran
ī‚ˇ Surat keterangan dari posko atau Puskesmas
Orang Terlantar
ī‚ˇ Surat keterangan Polisi
ī‚ˇ Surat keterangan dari direktur Rumah Sakit
ī‚ˇ Surat keterangan dari Dinas Bintal dan Kessos
ī‚ˇ Rujukan
Pasien SKTM
ī‚ˇ Kartu BBM (BLT/PKH)
ī‚ˇ Surat keterangan tidak mampu
ī‚ˇ Rujukan
Prosedur rawat jalan bagi peserta JPK GAKIN/SKTM di RSUD Kota
Prosedur rawat inap bagi peserta JPK GAKIN/SKTM di RSUD Koja
c. Jamkesmas
Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) adalah sebuah program jaminan
kesehatan untuk warga Indonesia yang memberikan perlindungan sosial dibidang
kesehatan untuk menjamin masyarakat miskin dan tidak mampu yang iurannya
dibayar oleh pemerintah agar kebutuhan dasar kesehatannya yang layak dapat
terpenuhi.Program ini dijalankan oleh Departemen Kesehatan sejak 2008. Program
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) diselenggarakan berdasarkan konsep
asuransi sosial.
Tujuan
1) Mewujudkan portabilitas pelayanan sehingga pelayanan rujukan tertinggi yang
disediakan Jamkesmas dapat diakses oleh seluruh peserta dari berbagai wilayah
2) Agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang
menyeluruh bagi masyarakat miskin
Kepesertaan Jamkesmas
Peserta Program Jamkesmas adalah setiap orang miskin dan tidakmampu yang
terdaftar dan memiliki kartu dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Jumlah
sasaran peserta sebesar 19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau sekitar 76,4 juta
jiwa. Jumlah tersebut berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009, yang
dijadikan dasar penetapan jumlah sasaran peserta secara nasional oleh Menkes.
Berdasarkan Jumlah Sasaran Nasional tersebut Menkes membagi alokasi sasaran
kuota Kabupaten/Kota.
Bupati/Walikota wajib menetapkan peserta Jamkesmas Kabupaten/Kota
dalam satuan jiwa berisi nomor, nama dan alamat peserta dalam bentuk Keputusan
Bupati/Walikota. Administrasi kepesertaan Jamkesmas meliputi: registrasi,
penerbitan dan pendistribusian kartu kepada peserta. Untuk administrasi kepesertaan
Depkes menunjuk PT Askes (Persero), dengan kewajiban melakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Data peserta yang telah ditetapkan Pemda, kemudian dilakukan entry oleh PT
Askes (Persero) untuk menjadi database kepesertaan di Kabupaten/Kota
2. Entry data setiap peserta
3. Berdasarkan database tersebut kemudian kartu diterbitkan dan didistribusikan
kepada peserta
4. PT Askes (Persero) menyerahkan kartu peserta kepada yang berhak, mengacu
kepada penetapan Bupati/Walikota dengan tanda terima yang ditanda tangani/cap
jempol peserta atau anggota keluarga peserta
5. PT Askes (Persero) melaporkan hasil pendistribusian kartu peserta kepada
Bupati/Walikota, Gubernur, Depkes, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi dan
Kabupaten/Kota serta rumah sakit setempat.
Prosedur jamkesmas
Ketentuan umum
ī€­ Hak pelayanan kesehatan dasar meliputi:
1. Pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap
Tingkat Pertama (RITP)
2. Pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) dan Rawat Inap
Tingkat Lanjutan (RITL)
3. Pelayanan gawat darurat
ī€­ Manfaat jaminan berbentuk pelayanan kesehatan menyeluruh (komprehensif)
berdasarkan kebutuhan medic sesuai dengan standar pelayanan medik
ī€­ Pemberi pelayanan kesehatan (PPK):
1. Pelayanan kesehatan dasar (RJTP dan RITP) diberikan di puskesmas dan
jaringannya
2. Persalinan normal dapat dilayani oleh tenaga kesehatan yang berkopeten
(praktek dokter dan bidan swasta) dan biayanya diklaimkan ke puskesmas
setempat sebagaimana diatur dalam juknis pelayanan dasar
3. Pelayanan tingkat lanjut (RJTL dan RITL) diberikan di PPK lanjutan jaringan
jamkesmas (Balkesmas, Rumah Sakit Pemerintah termasuk RS Khusus, RS
TNI/Polri dan RS Swasta
4. Pelayanan RITL diberikan di ruang rawat inap kelas III (tiga). Apabila tidak
tersedianya tempat tidur, peserta dirawat di kelas III, biaya pelayanannya tetap
diklaimkan menurut biaya kelas III.
5. RS khusus (RS Jiwa, RS Kusta, RS Paru, dll) yang juga melayani pasien
umum, klaim pelayanan kesehatan dilaksanakan secara terpisah antara pasien
umu, klaim pelayan kesehatan dilaksanakan secara terpisah antara pasien
khusus sesuai dengan ke khususannya dan pasien umum.
ī€­ Gawat darurat (EMERGENCY) seluruh PPK wajib memberikan pelayanan
penanganan pertama walaupun tidak sebagai PPK jaringan jamkesmas.
Selanjutnya PPK tersebut segera merujuk ke PPK jaringan PPK jamkesmas untuk
penanganan lebih lanjut
ī€­ Peserta jamkesmas tidak boleh dikenakan iuran dengan alas an apapun
ī€­ Pemberian pelayanan kepada peserta oleh PPK lanjutan harus dilakukan secara
efisien dan efektif dengan menerapkan prinsip kendali biaya dan kendali mutu
Prosedur pelayanan
Pelayanan kesehatan dasar
1. Peserta membawa kartu Jamkesmas
a. Peserta gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar, manggunakan surat
keterangan/rekomendasi Dinas/Instansi Sosial setempat
b. Peserta PKH yang belum memiliki kartu Jamkesmas, menggunakan kartu
PKH
2. Pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya
a. Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP), dilaksanakan pada puskesmas dan
jaringannya meliputi pelayanan:
ī€­ Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan
ī€­ Laboratorium sederhana (darah, urin, dan feses rutin)
ī€­ Tindakan medis kecil
ī€­ Pemeriksaan dan pengobatan gigi, termasuk cabut/ tambal
ī€­ Pemeriksaan ibu hamil/nifas/menyusui, bayi dan balita
ī€­ Pelayanan KB dan penanganan efek samping (alat kontrasepi disediakan
BKKBN)
ī€­ Pemberian obat
b. Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP), dilaksanakan pada puskesmas
perawatan, meliputi pelayanan :
ī€­ Akomodasi rawat inap
ī€­ Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan
ī€­ Laboratorium sederhana (darah, urin, dan feses rutin)
ī€­ Tindakan medis kecil
ī€­ Pemberian obat
ī€­ Persalinan normal dan dengan penyulit (PONED)
c. Persalinan normal dilakukan di puskesmas/bidan di desa/polindes/dirumah
pasien fasilitas kesehatan tingkat pertama swasta.
d. Pelayanan gawat darurat (emergency). Kriteria gawat darurat tercantum dalam
Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Rumah Sakit (Nomor 856 tahun 2009).
3. Bila (menurut indikasi medis) peserta memerlukan pelayanan tingkat lanjut, maka
dapat merujuk peserta ke PPK lanjutan
a. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) di RS dan Balkesmas meliputi:
ī€­ Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan oleh
dokter spesialis/umum
ī€­ Rehabilitasi medic
ī€­ Penunjang diagnostik: laboratorium klinik, radiologi dan elektromedik
ī€­ Tindakan medis
ī€­ Pemeriksaan dan pengobatan gigi tingkat lanjutan
ī€­ Pelayanan KB, termasuk kontap efektif (sterilisasi dan alat kontrasepsi
dalam rahim), kontap pasca persalinan/keguguran, penyembuhan efek
samping dan komplikasinya (alat/obat KB (kontrasepsi) disediakan
BKKBN)
ī€­ Pemberian obat yang mengacu pada daftar obat (Formularium)
ī€­ Pelayanan darah
ī€­ Pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi dan penyulit.
b. Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL), dilaksanakan pada ruang perawatan
kelas III (tiga) RS, meliputi:
ī€­ Akomodasi rawat inap pada kelas III
ī€­ Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan
ī€­ Penunjang diagnostik: patologi klinik, patologi anatomi, laboratorium
mikro patologi, patologi radiologi dan elektromedik
ī€­ Tindakan medis
ī€­ Operasi sedang, besar dan khusus
ī€­ Pelayanan rehabilitasi medis
ī€­ Perawatan intensif (ICU/Intensive Care Unit, ICCU/Intensive Cardiac
Care Unit, PICU/Pediatric Care Unit, NICU/Neonatal Care Unit, PACU)
ī€­ Pemberian obat mengacu padaFormularium
ī€­ Pelayanan darah
ī€­ Bahan dan alat kesehatan habis pakai
ī€­ Persalinan dengan risiko tinggi dan penyulit (Pelayanan Obstetri-Neonatus
Esensial Komprehensif/PONEK)
Pelayanan Tingkat Lanjut
1. Peserta Jamkesmas yang dirujuk ke PPK tingkat lanjut membawa kartu perserta
Jamkesmas/identitas kepersertaan lainnya dan surat rujukan dibawa ke loket Pusat
Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS) untuk diverifikasi
kebenaran dan kelengkapannya
2. Diberikan Surat Keabsahan Peserta (SKP) oleh petugas PT. ASKES
3. Peserta memeperoleh pelayanan kesehatan
4. Jenis Pelayanan:
ī€­ Pelayanan rawat jalan lanjutan (spesialistik) di Rumah Sakit dan Balkesmas
ī€­ Pelayanan rawat inap kelas III (tiga) di Rumah Sakit
ī€­ Pelayanan obat-obatan dan alat/bahan medis habis pakai
ī€­ Pelayanan rujukan spesimen dan penunjang diagnostik lainnya
5. Kasus kronik (perawatan berkelanjutan dala waktu lama)
ī€­ Diabetes Mellitus, Gagal Ginjal, Kanker, dll, surat rujukan berlaku selama 1
bulan
ī€­ Gangguan jiwa, kusta, kasus paru dengan komplikasi, surat rujukan dapat
berlaku selama 3 bulan
6. Peserta yang berobat lintas daerah, verifikasi kepesertaan dilakukan oleh PT.
Askes (Persero) dengan melihat pada kartu Jamkesmas
7. Rujukan pasien antar RS termasuk rujukan RS antar daerah dilengkapi surat
rujukan dari rumah sakit asal pasien dengan membawa identitas kepesertaannya
untuk dapat dikeluarkan SKP oleh petugas PT. Askes (Persero)
8. Gawat darurat wajib ditangani langsung tanpa diperlukan surat rujukan. Peserta
diberi waktu 2x24 jam hari kerja untuk melengkapi identitasnya (kartu peserta
disertai KK dan KTP)
9. Kasus-kasus dengan diagnose yang kompleks (severity level-3) harus
mendapatkan pengesahan dari Komite Medik atau Direktur Pelayanan atau
Supervisor yang ditunjuk/diberi tanggungjawab oleh RS
10. Biaya transport rujukan:
ī€­ Pasien dari Puskesmas ke PPK lanjutan di Kabupaten/Kota setempat menjadi
tanggung jawab Puskesmas yang merujuk
ī€­ Pemulangan pasien dari RS serta rujukan dari Rumah Sakit ke Rumah Sakit
lainnya tidak ditanggung dan menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah asal
peserta
Daftar Pustaka
Doenges, Marilyn E, dkk. 2000. Penerapan Proses Keperatan dan Diagnosa Keperawatan.
Jakarta: EGC
Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Jilid 2. Jakarta: Salemba
Medika
Satari, I. Hindra. 2004. Demam Berdarah. Jakarta: Puspa Swara
Wilkinson, M. Judith. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 9. Jakarta: EGC

More Related Content

What's hot

imunologi
imunologiimunologi
imunologi
nurulwindi
 
Modulhistologi blok imunologi
Modulhistologi  blok imunologiModulhistologi  blok imunologi
Modulhistologi blok imunologiumamfazlurrahmanumam
 
istilah2......kesehatan
istilah2......kesehatanistilah2......kesehatan
istilah2......kesehatanunsri
 
Diagram Sistem Pertahanan Tubuh + Script for Audio
Diagram Sistem Pertahanan Tubuh + Script for AudioDiagram Sistem Pertahanan Tubuh + Script for Audio
Diagram Sistem Pertahanan Tubuh + Script for Audio
Salsabila Azzahra
 
Respon imun pada infeksi bag.3
Respon imun pada infeksi bag.3Respon imun pada infeksi bag.3
Respon imun pada infeksi bag.3tristyanto
 
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuhBahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
desiaulia7
 
PROTOZOA
PROTOZOAPROTOZOA
PROTOZOAazizah drd
 
Latihan Soal dan Pembahasan SBMPTN Biologi #2
Latihan Soal dan Pembahasan SBMPTN Biologi #2Latihan Soal dan Pembahasan SBMPTN Biologi #2
Latihan Soal dan Pembahasan SBMPTN Biologi #2
Nesha Mutiara
 
Latihan Soal dan Pembahasan SBMPTN Biologi #1
Latihan Soal dan Pembahasan SBMPTN Biologi #1Latihan Soal dan Pembahasan SBMPTN Biologi #1
Latihan Soal dan Pembahasan SBMPTN Biologi #1
Nesha Mutiara
 
Imunologi das12
Imunologi das12Imunologi das12
Imunologi das12
lilin rosyanti
 
Protozoologi
ProtozoologiProtozoologi
Protozoologi
pjj_kemenkes
 
Imunologi dasa1
Imunologi dasa1Imunologi dasa1
Imunologi dasa1
lilin rosyanti
 
Soal un biologi ipa sma tahun 2014 13
Soal un biologi ipa  sma tahun 2014 13Soal un biologi ipa  sma tahun 2014 13
Soal un biologi ipa sma tahun 2014 13
SMPN 3 TAMAN SIDOARJO
 
PROTOZOOLOGY
PROTOZOOLOGY PROTOZOOLOGY
Imunologi das11
Imunologi das11Imunologi das11
Imunologi das11
lilin rosyanti
 

What's hot (18)

imunologi
imunologiimunologi
imunologi
 
Aplikasi imun
Aplikasi imunAplikasi imun
Aplikasi imun
 
Modulhistologi blok imunologi
Modulhistologi  blok imunologiModulhistologi  blok imunologi
Modulhistologi blok imunologi
 
istilah2......kesehatan
istilah2......kesehatanistilah2......kesehatan
istilah2......kesehatan
 
Diagram Sistem Pertahanan Tubuh + Script for Audio
Diagram Sistem Pertahanan Tubuh + Script for AudioDiagram Sistem Pertahanan Tubuh + Script for Audio
Diagram Sistem Pertahanan Tubuh + Script for Audio
 
Respon imun pada infeksi bag.3
Respon imun pada infeksi bag.3Respon imun pada infeksi bag.3
Respon imun pada infeksi bag.3
 
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuhBahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
 
PROTOZOA
PROTOZOAPROTOZOA
PROTOZOA
 
Latihan Soal dan Pembahasan SBMPTN Biologi #2
Latihan Soal dan Pembahasan SBMPTN Biologi #2Latihan Soal dan Pembahasan SBMPTN Biologi #2
Latihan Soal dan Pembahasan SBMPTN Biologi #2
 
Latihan Soal dan Pembahasan SBMPTN Biologi #1
Latihan Soal dan Pembahasan SBMPTN Biologi #1Latihan Soal dan Pembahasan SBMPTN Biologi #1
Latihan Soal dan Pembahasan SBMPTN Biologi #1
 
Imunologi das12
Imunologi das12Imunologi das12
Imunologi das12
 
Protozoologi
ProtozoologiProtozoologi
Protozoologi
 
Imunologi dasa1
Imunologi dasa1Imunologi dasa1
Imunologi dasa1
 
Makalah anafilaktif
Makalah anafilaktifMakalah anafilaktif
Makalah anafilaktif
 
Soal un biologi ipa sma tahun 2014 13
Soal un biologi ipa  sma tahun 2014 13Soal un biologi ipa  sma tahun 2014 13
Soal un biologi ipa sma tahun 2014 13
 
PROTOZOOLOGY
PROTOZOOLOGY PROTOZOOLOGY
PROTOZOOLOGY
 
Imunologi das11
Imunologi das11Imunologi das11
Imunologi das11
 
2. protozoa
2. protozoa2. protozoa
2. protozoa
 

Viewers also liked

Dengue Haemorraghic Fever - UNUSA S1 KEP 3C
Dengue Haemorraghic Fever - UNUSA S1 KEP 3C Dengue Haemorraghic Fever - UNUSA S1 KEP 3C
Dengue Haemorraghic Fever - UNUSA S1 KEP 3C
Iqbal Sumbarta
 
Pmk no. 001 th 2012 ttg sistem rujukan yankes perorangan 2
Pmk no. 001 th 2012 ttg sistem rujukan yankes perorangan 2Pmk no. 001 th 2012 ttg sistem rujukan yankes perorangan 2
Pmk no. 001 th 2012 ttg sistem rujukan yankes perorangan 2
Ahmad Muhtar
 
Tatalaksana kasus malaria
Tatalaksana kasus malaria Tatalaksana kasus malaria
Tatalaksana kasus malaria pandhusuprobo
 
Kewaspadaan umum
Kewaspadaan umumKewaspadaan umum
Kewaspadaan umum
Hetty Astri
 
Hematologi
HematologiHematologi
Hematologi
Hetty Astri
 
HEMATOLOGI - HEMAGLOBIN
HEMATOLOGI - HEMAGLOBINHEMATOLOGI - HEMAGLOBIN
HEMATOLOGI - HEMAGLOBIN
Muhammad Nasrullah
 
Leukemia
LeukemiaLeukemia
Leukemia
fikri asyura
 
Kebutuhan dasar oksigenasi
Kebutuhan dasar oksigenasiKebutuhan dasar oksigenasi
Kebutuhan dasar oksigenasi
Agustin Nanda Uti
 
HEMATOLOGI DASAR
HEMATOLOGI DASARHEMATOLOGI DASAR
HEMATOLOGI DASAR
Linquini_
 
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologiAnatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Warnet Raha
 
Biokimia Darah
Biokimia DarahBiokimia Darah
Biokimia Darah
PT Witchy Shop
 
Pengenalan hematologi pdf
Pengenalan hematologi pdfPengenalan hematologi pdf
Pengenalan hematologi pdf
Rolly Scavengers
 
Plasma darah ppt
Plasma darah pptPlasma darah ppt
Plasma darah ppt
nadia hasanah
 
STRUKTUR & FISIOLOGI - SEL DARAH
STRUKTUR & FISIOLOGI - SEL DARAHSTRUKTUR & FISIOLOGI - SEL DARAH
STRUKTUR & FISIOLOGI - SEL DARAH
Muhammad Nasrullah
 
Soal soal hematologi
Soal soal hematologiSoal soal hematologi
Soal soal hematologi
Ratna Kristiani
 
Anatomi fisiologi sistem hematologi
Anatomi fisiologi sistem hematologiAnatomi fisiologi sistem hematologi
Anatomi fisiologi sistem hematologiYabniel Lit Jingga
 
Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit (sel darah merah)Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit (sel darah merah)
nadia hasanah
 

Viewers also liked (20)

Dengue Haemorraghic Fever - UNUSA S1 KEP 3C
Dengue Haemorraghic Fever - UNUSA S1 KEP 3C Dengue Haemorraghic Fever - UNUSA S1 KEP 3C
Dengue Haemorraghic Fever - UNUSA S1 KEP 3C
 
Pmk no. 001 th 2012 ttg sistem rujukan yankes perorangan 2
Pmk no. 001 th 2012 ttg sistem rujukan yankes perorangan 2Pmk no. 001 th 2012 ttg sistem rujukan yankes perorangan 2
Pmk no. 001 th 2012 ttg sistem rujukan yankes perorangan 2
 
Tatalaksana kasus malaria
Tatalaksana kasus malaria Tatalaksana kasus malaria
Tatalaksana kasus malaria
 
Neurosis
NeurosisNeurosis
Neurosis
 
Daur oksigen
Daur oksigenDaur oksigen
Daur oksigen
 
Kewaspadaan umum
Kewaspadaan umumKewaspadaan umum
Kewaspadaan umum
 
Hematologi
HematologiHematologi
Hematologi
 
HEMATOLOGI - HEMAGLOBIN
HEMATOLOGI - HEMAGLOBINHEMATOLOGI - HEMAGLOBIN
HEMATOLOGI - HEMAGLOBIN
 
Leukemia
LeukemiaLeukemia
Leukemia
 
hematologi
hematologihematologi
hematologi
 
Kebutuhan dasar oksigenasi
Kebutuhan dasar oksigenasiKebutuhan dasar oksigenasi
Kebutuhan dasar oksigenasi
 
HEMATOLOGI DASAR
HEMATOLOGI DASARHEMATOLOGI DASAR
HEMATOLOGI DASAR
 
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologiAnatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologi
 
Biokimia Darah
Biokimia DarahBiokimia Darah
Biokimia Darah
 
Pengenalan hematologi pdf
Pengenalan hematologi pdfPengenalan hematologi pdf
Pengenalan hematologi pdf
 
Plasma darah ppt
Plasma darah pptPlasma darah ppt
Plasma darah ppt
 
STRUKTUR & FISIOLOGI - SEL DARAH
STRUKTUR & FISIOLOGI - SEL DARAHSTRUKTUR & FISIOLOGI - SEL DARAH
STRUKTUR & FISIOLOGI - SEL DARAH
 
Soal soal hematologi
Soal soal hematologiSoal soal hematologi
Soal soal hematologi
 
Anatomi fisiologi sistem hematologi
Anatomi fisiologi sistem hematologiAnatomi fisiologi sistem hematologi
Anatomi fisiologi sistem hematologi
 
Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit (sel darah merah)Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit (sel darah merah)
 

Similar to Dhf

Bab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptx
Bab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptxBab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptx
Bab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptx
GerlhyReynaldoWaworu
 
sistem pertahanan tubuh
sistem pertahanan tubuhsistem pertahanan tubuh
sistem pertahanan tubuh
marisamizani25
 
Bab 10 sistem pertahanan tubuh
Bab 10 sistem pertahanan tubuhBab 10 sistem pertahanan tubuh
Bab 10 sistem pertahanan tubuh
SMAN 2 Indramayu
 
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptxBab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
avita12
 
Sistem Limfatik (Getah Bening) pada Manusia
Sistem Limfatik (Getah Bening) pada ManusiaSistem Limfatik (Getah Bening) pada Manusia
Sistem Limfatik (Getah Bening) pada Manusia
Dian Arief Prawira Ramadhan
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM_IMUN DAN HEMATOLOGI.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM_IMUN DAN HEMATOLOGI.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM_IMUN DAN HEMATOLOGI.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM_IMUN DAN HEMATOLOGI.ppt
rabiatulkhafifah2
 
BIOLOGI "Sistem Imunitas"
BIOLOGI "Sistem Imunitas"BIOLOGI "Sistem Imunitas"
BIOLOGI "Sistem Imunitas"
Eva Rahma Indriyani
 
Askep dhf print
Askep dhf printAskep dhf print
Askep dhf print
vio1992
 
Resume imunologi
Resume imunologiResume imunologi
Resume imunologi
AsthrEey' Schwarzenegger
 
Ppt
Ppt Ppt
(1) sistem imun
(1) sistem imun(1) sistem imun
(1) sistem imun
Siti Aliana
 
Sistem perkemihan
Sistem perkemihanSistem perkemihan
Sistem perkemihan
AgusMardiyanto3
 
Sistem perkemihan
Sistem perkemihanSistem perkemihan
Sistem perkemihan
AgusMardiyanto3
 
Bab 11 Sistem Pertahanan Tubuh bailmu.pptx
Bab 11 Sistem Pertahanan Tubuh bailmu.pptxBab 11 Sistem Pertahanan Tubuh bailmu.pptx
Bab 11 Sistem Pertahanan Tubuh bailmu.pptx
Cindi Tri Fitikasari
 
Sistem kekebalan
Sistem kekebalanSistem kekebalan
Sistem kekebalan
Ahmad Ali
 
Sistem pertahanan tubuh
Sistem pertahanan tubuhSistem pertahanan tubuh
Sistem pertahanan tubuhKrisna Mustofa
 
Sistem imun dan peradangan 1
Sistem imun dan peradangan 1Sistem imun dan peradangan 1
Sistem imun dan peradangan 1
ADRYAN LANGIT
 
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptxBab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
DekaMuliya1
 

Similar to Dhf (20)

Bab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptx
Bab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptxBab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptx
Bab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptx
 
sistem pertahanan tubuh
sistem pertahanan tubuhsistem pertahanan tubuh
sistem pertahanan tubuh
 
Bab 10 sistem pertahanan tubuh
Bab 10 sistem pertahanan tubuhBab 10 sistem pertahanan tubuh
Bab 10 sistem pertahanan tubuh
 
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptxBab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
 
Sistem Limfatik (Getah Bening) pada Manusia
Sistem Limfatik (Getah Bening) pada ManusiaSistem Limfatik (Getah Bening) pada Manusia
Sistem Limfatik (Getah Bening) pada Manusia
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM_IMUN DAN HEMATOLOGI.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM_IMUN DAN HEMATOLOGI.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM_IMUN DAN HEMATOLOGI.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM_IMUN DAN HEMATOLOGI.ppt
 
BIOLOGI "Sistem Imunitas"
BIOLOGI "Sistem Imunitas"BIOLOGI "Sistem Imunitas"
BIOLOGI "Sistem Imunitas"
 
Askep dhf print
Askep dhf printAskep dhf print
Askep dhf print
 
Resume imunologi
Resume imunologiResume imunologi
Resume imunologi
 
Ppt
Ppt Ppt
Ppt
 
(1) sistem imun
(1) sistem imun(1) sistem imun
(1) sistem imun
 
Sistem perkemihan
Sistem perkemihanSistem perkemihan
Sistem perkemihan
 
Sistem perkemihan
Sistem perkemihanSistem perkemihan
Sistem perkemihan
 
Bab 11 Sistem Pertahanan Tubuh bailmu.pptx
Bab 11 Sistem Pertahanan Tubuh bailmu.pptxBab 11 Sistem Pertahanan Tubuh bailmu.pptx
Bab 11 Sistem Pertahanan Tubuh bailmu.pptx
 
Sistem imun
Sistem imunSistem imun
Sistem imun
 
Sistem kekebalan
Sistem kekebalanSistem kekebalan
Sistem kekebalan
 
Sistem pertahanan tubuh
Sistem pertahanan tubuhSistem pertahanan tubuh
Sistem pertahanan tubuh
 
Sistem pertahanan tubuh
Sistem pertahanan tubuhSistem pertahanan tubuh
Sistem pertahanan tubuh
 
Sistem imun dan peradangan 1
Sistem imun dan peradangan 1Sistem imun dan peradangan 1
Sistem imun dan peradangan 1
 
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptxBab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
 

More from lilin rosyanti

Hemodinamik dan central venouse pressure
Hemodinamik dan central venouse pressureHemodinamik dan central venouse pressure
Hemodinamik dan central venouse pressure
lilin rosyanti
 
Imunologi dasa2
Imunologi dasa2Imunologi dasa2
Imunologi dasa2
lilin rosyanti
 
Imunologi das10
Imunologi das10Imunologi das10
Imunologi das10
lilin rosyanti
 
Hipersensitivitas
HipersensitivitasHipersensitivitas
Hipersensitivitas
lilin rosyanti
 
Hipersensitifitas t ipe 1
Hipersensitifitas t ipe 1Hipersensitifitas t ipe 1
Hipersensitifitas t ipe 1
lilin rosyanti
 
Indah
IndahIndah
Teknik menghafal
Teknik menghafalTeknik menghafal
Teknik menghafallilin rosyanti
 

More from lilin rosyanti (8)

Hemodinamik dan central venouse pressure
Hemodinamik dan central venouse pressureHemodinamik dan central venouse pressure
Hemodinamik dan central venouse pressure
 
Imunologi dasa2
Imunologi dasa2Imunologi dasa2
Imunologi dasa2
 
Imunologi das10
Imunologi das10Imunologi das10
Imunologi das10
 
Hipersensitivitas
HipersensitivitasHipersensitivitas
Hipersensitivitas
 
Hipersensitifitas t ipe 1
Hipersensitifitas t ipe 1Hipersensitifitas t ipe 1
Hipersensitifitas t ipe 1
 
Indah
IndahIndah
Indah
 
Teknik menghafal
Teknik menghafalTeknik menghafal
Teknik menghafal
 
A n a t o m i
A n a t o m iA n a t o m i
A n a t o m i
 

Recently uploaded

Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
nadyahermawan
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
hanifatunfajria
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
jualobat34
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
HanifaYR
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
Winda Qowiyatus
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
hannanbmq1
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
pinkhocun
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
ssuser9f2868
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
iskandar186656
 
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEKKOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
AshriNurIstiqomah1
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 

Recently uploaded (20)

Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
 
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEKKOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 

Dhf

  • 1. A. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI 1. Sistem Imonologi Imunologi adalah suatu ilmu yang mempelajari antigen, antibody, dan fungsi pertahanan tubuh penjamu yang diperantarai oleh sel, terutama berhubungan imunitas terhadap penyakit, reaksi biologi hipersensitif, alergi dan penolakan jaringan. Sistem imun adalah sistem pertahanan manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas dan melawan sel yang teraberasi menjadi tumor. Fungsi Sistem Imun a. Sumsum Semua sel sistem kekebalan tubuh berasal dari sel-sel induk dalma sumsum tulang. Sumsum tulang adalah tempat asla sl darah merah, sel darah putih, (termasuk limfosit dan makrofag) dan platelet. Sel-sel dari sistem kekebalan tubuh juga terdapat di tempat lain. b. Thymus Glandula thymus memproduksi dan mematurasi/mematangkan T limfosit yang kemudian bergerak ke jaringan limfatik yang lain, dimana T limfosit dapat berespon terhadap benda asing. Thymus mensekresi 2 hormon thymopoetin dan thymosin yang menstimulasi perkembangan dan aktivitas T limfosit. 1) Limfosit T sitotoksik Limfosit yang berperan dan imunitas yang diperantai sel. Sel T sitotoksik memonitor sel di dalam tubuh dan menjadi aktif bila menjumpai sel dengan antigen permukaan yang abnormal. Bila telah aktif sel T sitotoksik menghancurkan sel abnormal. 2) Limfosit T helper Limmfosit yang dapat meningkatkan respon sistem imun normal. Ketika distimulasi oleh antigen presenting sel seperti makrofag, T helper melepas faktor yang yang menstimulasi proliferasi sel B limfosit. 3) Limfosit B
  • 2. Tipe sel darah putih ,atau leukosit penting untuk imunitas yang diperantarai antibodi/humoral. Ketika di stimulasi oleh antigen spesifik limfosit B akan berubah menjadi sel memori dan sel plasma yang memproduksi antibodi. 4) Sel plasma Klon limfosit dari sel B yang terstimulasi. Plasma sel berbeda dari limfosit lain ,memiliki retikulum endoplamik kasar dalam jumlah yang banyak ,aktif memproduksi antibodi. c. Getah Bening Kelenjar getah bening berbentuk kacang kecil terbaring di sepanjang perjalanan limfatik. Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, axillae, selangkangan, dan para- aorta daerah. d. Nodus Limfatikus Nodus limfatikus (limfonodi) terletak sepanjang sistem limfatik. Nodus limfatikus mengandung limfosit dalam jumlah banyak dan makrofag yang berperan melawan mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh. Limfe bergerak melalui sinus,sel fagosit menghilangkan benda asing. Pusat germinal merupakan produksi limfosit. e. Tonsil Tonsil adalah sekumpulan besar limfonodi terletak pada rongga mulut dan nasofaring. Tiga kelompok tonsil adalah tonsil palatine, tonsil lingual dan tonsil pharyngeal. f. Limpa/Spleen Limpa mendeteksi dan merespon terhadap benda asing dalam darah, merusak erotrosit tua dan sebagai penyimpan darah. Parenkim limpa terdiri dari 2 tipe jaringan, yaitu pulpa merah dan pulpa putih. 1. Pulpa merah terdiri dari sinus dan di dalamnya terisi eritrosit 2. Pulpa putih terdiri limfosit dan makrofag Benda asing di dalam darah yang melalui pulpa putih dapat menstimulasi limfosit. 2. Sistem Hematologi
  • 3. Hematologi adalah cabang ilmu kesehatan yg mempelajari darah, organ pembentuk darah dan penyakitnya. Hematologi berasal dari bahasa Yunani “haima” yang artinya darah. Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yg diperlukan oleh se-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yg bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah. Hematopoisis adalah proses pembentukan darah dan system imun, menghasilkan semua sel darah tubuh, termasuk sel darah unutk pertahanan imunologis. Terjadi di sumsum tulang, dimana sel batang multipotensial memunculkan 5 jenis sel yang berbeda yang dikenal sebagai sel batang unipotensial. Terdiri dari dua komponen: 1. Korpuskuler adalah unsur padat darah yaitu sel-sel darah Eritrosit, Lekosit, Trombosit. 2. Plasma Darah adalah cairan darah. Fungsi Umum Darah: 1. Transportasi (sari makanan, oksigen, karbondioksida, sampah dan air) 2. Termoregulasi (pengatur suhu tubuh) 3. Imunologi (mengandung antibodi tubuh) 4. Homeostasis (mengatur keseimbangan zat, pH regulator) Eritrosit (Sel Darah Merah): ī€­ Merupakan bagian utama dari sel darah ī€­ Jumlah pada pria dewasa sekitar 5 juta sel/cc darah dan pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah ī€­ Berbentuk Bikonkaf, warna merah disebabkan oleh Hemoglobin (Hb) fungsinya adalah untuk mengikat Oksigen ī€­ Kadar Hb inilah yang dijadikan patokan dalam menentukan penyakit Anemia
  • 4. ī€­ Eritrosit berusia sekitar 120 hari. Sel yang telah tua dihancurkan di Limpa. Hemoglobin dirombak kemudian dijadikan pigmen Bilirubin (pigmen empedu) Lekosit (Sel Darah Putih) ī€­ Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 – 9000 sel/cc darah ī€­ Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk Fagosit (pemakan) bibit penyakit/ benda asing yang masuk ke dalam tubuh ī€­ Maka jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit/benda asing yang masuk tubuh ī€­ Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 – 9000 sel/cc darah ī€­ Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk Fagosit (pemakan) bibit penyakit/ benda asing yang masuk ke dalam tubuh ī€­ Maka jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit/benda asing yang masuk tubuh. Peningkatan jumlah lekosit merupakan petunjuk adanya infeksi (misalnya radang paru-paru). ī€­ Lekopeni Berkurangnya jumlah lekosit sampai di bawah 6000 sel/cc darah. ī€­ Lekositosis Bertambahnya jumlah lekosit melebihi normal (di atas 9000 sel/cc darah). ī€­ Fungsi fagosit sel darah tersebut terkadang harus mencapai benda asing/kuman jauh di luar pembuluh darah ī€­ Kemampuan lekosit untuk menembus dinding pembuluh darah (kapiler) untuk mencapai daerah tertentu disebut Diapedesis. Gerakan lekosit mirip dengan amoeba Gerak Amuboid. Jenis-jenis Lekosit a. Granulosit Lekosit yang di dalam sitoplasmanya memiliki butir-butir kasar (granula). Jenisnya adalah eosinofil, basofil dan netrofil. b. Agranulosit
  • 5. Lekosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granola. Jenisnya adalah limfosit dan monosit. c. Eosinofil Mengandung granola berwama merah (Warna Eosin) disebut juga Asidofil. Berfungsi pada reaksi alergi (terutama infeksi cacing). d. Basofil Mengandung granula berwarna biru (Warna Basa). Berfungsi pada reaksi alergi. e. Netrofil (ada dua jenis sel yaitu Netrofil Batang dan Netrofil Segmen). Disebut juga sebagai sel-sel PMN (Poly Morpho Nuclear). Berfungsi sebagai fagosit. f. Limfosit (ada dua jenis sel yaitu sel T dan sel B). Keduanya berfungsi untuk menyelenggarakan imunitas (kekebalan) tubuh. Sel T4 = imunitas seluler Sel B4 = imunitas humoral g. Monosit ī€­ Merupakan lekosit dengan ukuran paling besar ī€­ Disebut pula sel darah pembeku ī€­ Jumlah sel pada orang dewasa sekitar 200.000 – 500.000 sel/cc ī€­ Di dalam trombosit terdapat banyak sekali faktor pembeku (Hemostasis) antara lain adalah Faktor VIII (Anti Haemophilic Factor) ī€­ Jika seseorang secara genetis trombositnya tidak mengandung faktor tersebut, maka orang tersebut menderita Hemofili. Plasma Darah ī€­ Terdiri dari air dan protein darah Albumin, Globulin dan Fibrinogen ī€­ Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut Serum Darah ī€­ Protein dalam serum inilah yang bertindak sebagai Antibodi terhadap adanya benda asing (Antigen) ī€­ Zat antibodi adalah senyawa Gama Globulin ī€­ Tiap antibodi bersifat spesifik terhadap antigen dan reaksinya bermacam-macam
  • 6. ī‚ˇ Antibodi yang dapat menggumpalkan antigen = Presipitin ī‚ˇ Antibodi yang dapat menguraikan antigen = Lisin ī‚ˇ Antibodi yang dapat menawarkan racun = Antitoksin 3. Biokimia Antibodi/Immunoglobilin/Ig 1. Bentuk seperti huruf Y 2. Terdiri dari 4 rantai polipeptida simetria antara lain: 2 rantai berat/heavy dan 2 rantai ringan/light 3. Mempunyai regio ī€­ Constasn: urutan AA nya pada terminal C/karboksil ī€­ Variable: urutan AA nya bervariasi pada terminal N/Amino yang berfungsi untuk mengikat antigen (Ag) 4. Pemecahan IgG ī€­ Oleh enzim papain/papaya (dengan adanya sistem) pada regio hinge menjadi 2Fab + 1Fc. Dimana F (fragmen) BM Fab = 52.000;Fc = 48.000 ī€­ Oleh pepsin/lambung di Regio Non hinge Kalsifikasi Antibodi (Ab)/Ig Berdasarkan macam rantai H: 1. Ig G a. Terdiri dari 80% globulin gamma b. Merupakan globulin gamma : 7 S/sedimentasi c. BM = 150.000-160.000 d. Mengandung 2-4% Kh e. Distribusi CES f. Mampu menembus plasenta g. Albumin, fibrinogen, globulin dihasilkan di hepar
  • 7. h. Immunoglobulin : glikoprotein 2. Ig A a. BM = 140.000-400.000 b. Kecepatan sedimentasi 6,6-13% c. Mengandung 5-10%Kh d. Kadar tinggi : darah, secret serumukosal (selaput lender yang jernih), saliva, kolostrum, air mata, secret bronkus, traktus gastrointestinal/TGI e. Ig As(sekretori) untuk pertahanan terhadap infeksi virus dan bakteri f. Tidak mampu menembus plasenta 3. Ig M a. Protein terbesar (576 AA) Bm = 950.000 b. Antibodi pertama yang dibentuk pada bayi lahir (manusia/hewan). Kemudian sel-sel yang memproduksi Ig M membagi diri menjadi sel anak dan menjadi Ig G c. Ig M (Ig D) terdapat di permukaan limfosit B d. Mengandung 10-12% Kh e. Dapat disodiasi/pecah menjadi 2 L+2H dengan 2 sisi kombinasi yaitu 1 molekul untuh punya 10 sisi kombinasi f. Tak mampu menembus plasenta 4. Ig D Terdapat dalam darah, getah bening, dan pada permukaan sel B. Mereka tidak mampu untuk bertindak sendiri-sendiri. Dengan menempelkan dirinya pada permukaan sel-sel T, mereka membantu sel T menangkap antigen. 5. Ig E a. Bm = 190.000 (8S) b. 50% penderita alergi Ig E naik
  • 8. c. Antibodi sensitif di kulit (reagenik di sel mast) sisi ikatnya pada regio C rantai H e d. Mast cell terdapat di kulit e. Ikatan Ig E dan Ag di kulit mengakibatkan : pelepasan produk inflamasi dari sel mast/serotonin, histamin berakibat reaksi kulit berat bronkospasme, CTM(Chlor Tri Methon) alergi DHF a. Pengertian DHF Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995). Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman, 1990). DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir, Patrick manson, 2001). b. Etiologi 1. Virus dengue sejenis arbovirus 2. Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif, dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang ke II, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukaan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitive terhadap aktivitas oleh diatiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70oC. Keempat serotif tersebut telah di temuka pula di Indonesia dengan serotif ke 3 merupakan serotif yang paling banyak. c. Tanda dan Gejala DHF ī€­ Meningkatnya suhu tubuh ī€­ Nyeri pada otot seluruh tubuh
  • 9. ī€­ Nyeri kepala menyeluruh atau berpusat pada supra orbita, retroorbita ī€­ Suara serak ī€­ Batuk ī€­ Epistaksis ī€­ Disuria ī€­ Nafsu makan menurun ī€­ Muntah ī€­ Ptekie ī€­ Ekimosis ī€­ Pendarahan gusi ī€­ Muntah darah ī€­ Hematuria massif ī€­ Melena
  • 11. e. Klasifikasi DHF Menurut WHO 1. Derajat I Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan (uji tourniquet positif). 2. Derajat II Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain. 3. Derajat III Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20mmHg, kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi) 4. Derajat IV Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur f. Pemeriksaan Diagnostik ī€­ Darah lenkap = Hemokonsentrasi (Hemaokrit meningkat 20% atau lebih) Thrombocitopeni (100.000/mm3 atau kurang) ī€­ Serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test) ī€­ Rontgen Thorac = Efusi Pleura B. PENGKAJIAN SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI I. Identitas Klien Nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan terakhir, alamat. II. Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan sekarang seperti gelisah, bingung, cemas dan demam, nyeri sendi, kemerahan pada kulit, nodul di kulit, nyeri abdomen, hipertensi, pucat (anemia), ganggguan pada jantung, ( gagal jantung), edeme pada kaki dan tangan, kelainan fungsi ginjal. a. Riwayat Kesehatan dahulu Apakah pernah mangalami asma, pneumonia, dan lain-lain. b. Riwayat Kesehatan keluarga
  • 12. Apakah ada diantara anggota keluarga pasien mengalami penyakit yang sama sengan pasien. III. Kebiasaan Sehari-hari a. Biologis ī€­ Pola makan : frekuensi, jumlah porsi yang habis, cara makan, makanan yang disukai dan tidak disukai ī€­ Pola minum : frekuensi ī€­ Pola tidur : jumlah jam tidur, kesulitan dalam tidur ī€­ Aktivitas sehari-hari : kegiatan yang dilakukan dari bangun tidur sampai mau tidur kembali b. Psikologis ī€­ Keadaan emosi : kondisi psikologis IV. Pemeriksaan Fisik a. TTV : ī€­ TD : 130/90 mmHg ī€­ ND : 120 x/menit ī€­ RR : 15 x/menit ī€­ S : 39oC b. Sistem Integument (kulit) : ī€­ Turgor kulit buruk ī€­ Terdapat ruam macula dan perpera pada kulit ī€­ Eritema (+) ī€­ Udema (+) ī€­ Kulit berisi air ī€­ Lesi kulit (+) ī€­ Suhu kulit hangat ī€­ Tekstur lunak ī€­ Kulit sedikit menonjol
  • 13. ī€­ Lesi datar dan timbul pada berbagai ukuran ī€­ Kuku : kuku pucat dan sedikit sianosis ī€­ Hidung : penafasan koping hidung ī€­ Mulut : mukosa bibir kering ī€­ Paru : Inspeksi : RR:15 x/menit, penggunaan alat bantu pernapasan (+), hipernea (+) ī€­ Takipnea (+), dispnea (+), perubahan kedalaman pernapasan V. Pemeriksaan Penunjang a. AGD: menunjukkan laju endapan darah >50mm/jam Pemeriksaan darah didapat: ī€­ Penurunan Hb ī€­ Penurunan eritrosit ī€­ Hipergamaglobulin ī€­ Granulosit pada pebuluh darah tinggi ī€­ Leukosit normal ī€­ Trombosit normal ī€­ Peningkatan eosinofil b. Hasil foto rotgen: menunjukkan foto dada abnormal, ada nodul, kafitas, dan infiltrate paru yang tidak menetap c. Pemeriksaan urine: di temukan hematuri, sendimen urin Dasar-dasar pengkajian pada pasien dengan vaskulitis 1. Aktivitas/Istirahat Gejala: limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, kelemahan, kelelahan Tanda: penurunan toleransi terhadap aktivitas, keterbatasan rentang gerak, kelainan pada kulit dan pembuluh darah 2. Sirkulasi Gejala: proses penyembuhan luka yang lambat Tanda: sianosis
  • 14. 3. Intergritas Ego Gejala: faktor-faktor stress akut/kronis, situasi ketidakmampuan dan ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi 4. Makanan/Cairan Gejala : tidak napsu makan, mual, anoreksia Tanda : penurunan BB, kekeringan pada membran mukosa, dan dapat menunjukkan adanya bising usus hiperaktif. 5. Hygiene Gejala: kesulitan untuk melaksanakan aktifitas perawatan diri. 6. Neurosensori Gejala: perubahan status mental, kehilangan kemampuan diri untuk mengatasi masalah, konsentrasi menurun Tanda: perubahan status mental, konsentrasi buruk, ansietas yang berkembang bebas dan menurunya kekuatan otot. 7. Pernapasan Gejala: batuk, sesak napas Tanda: distress pernapasan 8. Nyeri/Kenyamanan Gejala : Nyeri local, sakit, rasa terbakar pada daerah yang terkontaminasi, sertarasa nyeri yang kronis. Tanda : penurunan rentang gerak, gerak otot melindungi bagian yang sakit. 9. Keamanan Gejala : kulit mengkilat, tegang, lesi kulit, ruam Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga Demam ringan menatap. 10. Interaksi Sosial Gejala: kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain Tanda: perubahan peran, isolasi 11. Penyuluhan/Pembelajaran Gejala : Riwayat makanan kesahatan, vitamin, penyembuhan vaskulitis tanpapengujian.
  • 15. Rencana pemulangan: mungkin membutuhkan bantuan pada transportasi, aktivitas perawatan diri, dan tugas/pemeliharaan rumah tangga. 12. Pemeriksaan Diagnostik a. Factor rheumatoid: positif pada 80%-95% kasus b. LED: umumnya meningkat pesat c. C-reaktif protein: positif selama masa eksaserbasi d. SDP: meningkat pada waktu timbul proses inflamasi. Analisa Data No Data Etiologi Masalah 1. DS: -Klien mengatakan ketidaknyamanan disekitar abdomennya. -Klien mengatakan nyeri disekitar abdomennya. DO: - Klien tampak kesakitan - Klien tampak memegang bagian Tubuh yang sakit - Ekspresi wajah klien menahan nyeri - Adanya penegangan abdomen - Adanya kelainan umbilicus - TTV: TD : 130/90 mmHg ND: 120 x/i RR:32x/i Radang pada dinding usus dan stenosis arteri mesentrika Gangguan rasa nyaman (nyeri kronik) 2. DS: -Klien mengatakan sangat mudah kelelahan. Ketidakseimbangan antara suplai dan Intoleransi aktivitas
  • 16. -Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas secara efektif. DO: - Klien tampak lemah - Klien tampak keletihan - Klien tampak pucat - Klien mengalami penurunan toleransi aktivitas/latihan - Klien banyak tidur/istirahat - Palpitasi (+) - Takikardia (+) - Respon pernafasan dengan kerja ringan -TTV: TD : 130/90 mmHg RR : 15 x/i kebutuhan oksegen (anemia) 3. DS: -Klien mengatakan gelisah. -Klien Mengatakan kesulitan bernafas karena nyeri. -Klien mengatakan hanya dapat bernafas dengan dangkal karena nyeri pada dadanya. DO: - Klien tampak lemah - Klien tampak kesulitan bernafas - Klien tampak gelisah - Klien tampak nyeri dada setiap kali bernafas - Klien tmpak menahan nafas - Terjadi perubahan kedalaman Nyeri dada yang diakibatkan oleh sesak nafas Pola nafas tidak efektif
  • 17. pernafasan - Pernafasan cuping hidung - TTV: TD : 100/80 mmHg ND : 60 x/i RR : 15 x/i - Penggunaan otot Bantu pernafasan (+) - Bunyi nafas terdengar - Dispenea (+) - Hipernea (+) - Takipnea (+) - Perubahan kedalaman pernafasan - Penurunan kapasitas vital - Mukosa bibir kering dan pucat C. DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI 1. Kecemasan berhubungan dengan perubahan lingkungan dan status kesehatan 2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat informasi 3. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakseimbangan nutrisi 4. Perubahan nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun 5. Defisit volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat sekunder akibat penguapan cairan permukaan tubuh meningkat. 6. Nyeri akut berhubungan dengan penumpukan asam laktat di otak dan sendi 7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
  • 18. D. DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN I. Pengkajian 1. Identitas DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa (Effendy, 1995). 2. Keluhan Utama Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun. 3. Riwayat Penyakit Sekarang Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun. 4. Riwayat Penyakit Terdahulu Tidak ada penyakit yang diderita secara spesifik. 5. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena penyakt DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty. 6. Riwayat Kesehatan Lingkungan Biiasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan. 7. Riwayat Tumbuh Kembang 8. Pengkajiian Per Sistem 1. Sitem pernapasan yaitu sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles. 2. Sitem persyarafan yaitu pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat terjadi DSS. 3. Sistem kardiovaskuler yaitu pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan
  • 19. sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari- jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darahtak dapat diukur. 4. Sistem pencernaan yaitu selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesaran limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena. 5. Sistem perkemihan yaitu produksi urine menurun, kadang kurang dari 30cc/jam, akan mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna merah. 6. Sistem integument yaitu terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit. Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai: 1) Ig G dengue positif 2) Trombositopenia 3) Hemoglobin meningkat >20% 4) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat) 5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia Pada hari ke 2 dan ke 3 terjadi leucopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan limfosit, monosit, dan basofil. 1) SGOT/SGPT mungkin meningkat 2) Ureum dan pH darah mungkin meningkat 3) Waktu perdarahan memanjang 4) Asidosis metabolic 5) Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan II. Diagnose 1. Kecemasan berhubungan dengan perubahan lingkungan dan status kesehatan 2. Defit volume cairan berhungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat sekunder akibat penguapan cairan permukaan tubuh meningkat 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
  • 20. III. Intervensi DX Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional 1 Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 jam di harapkan ansietas pada pasien dapat berkurang. KH: Ansietas berkurang Mandiri: 1. Pada ansietas berat, damping pasien, bicara dengan tenang dan berikan ketenangan serta rasa nyaman. 2. Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas. 3. Sediakan pengalihan melalui televise dan radio untuk menurunkan ansietas dan memperluas focus. 4. Bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini sebagai cara untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk Mandiri: 1. Situasi tenang dapat mengurangi kecemasan pada pasien. 2. Pengungkapan pikiran perlu di lakukan supaya pasien dapat merasa tenang dan tidak cemas 3. Pengalihan dapat mengalihkkan perhatian pasien dari rasa cemasnya. 4. Focus pada situasi saat ini di perlukan untuk mengontrol pikiran-pikiran pasien yang dapat menimbulkan kecemasan.
  • 21. mengurangi ansietas 5. Coba teknik, seperti imajinasi bimbingan dan relaksasi progresif 6. Berikan penguatan positif ketika pasien mampu meneruskan aktifitas sehari-hari dan aktifitas lainnya meskipun mengalami ansietas 7. Yakinkan kembali pasien melalui sentuhan, dan sikap empatik secara verbal dan nonverbal secara bergantian 8. Dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan iritasi, serta izinkan pasien untuk menangis 5. Relaksasi untuk ketenangan pasien di perlukan untuk mengurangi kecemasan 6. Dorongan dari pihak- pihak tertentu sangat di perlukan untuk memotivasi pasien dalam melakuan aktivitasnya. 7. Pasien perlu keyakinan dari orang- orang di sekitarnya untuk membantu mengalihkan kecemasannya 8. Pasien perlu mengekspresikan kemarahan menghilang pikiran negative yang dapat meningkatkan kecemasan.
  • 22. Kolaboratif: 9. Berikan obat untuk menurunkan ansietas jika perlu Kolaboratif: 9. Pemberian obat di harapkan dapat membantu mengurangi ansietas pada pasien 2 Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan 1x24 jam di harapkan kekurangan volume cairan dapat berkurang. KH: volume cairan dapat berkurang Mandiri: 1. Tentukan jumlah cairan yag masuk dalam 24 jam, hitung asupan yang di inginkan sepanjang shift siang, sore dan malam 2. Pastikan bahwa pasien terhidrasi dengan baik sebelum pembedahan 3. Ubah posisi pasien trendenburg atau tinggikan tungkai pasien bila hipotensi, kecuali di kontraindikasikan 4. Tingkatkan asupan bila perlu Mandiri: 1. Cairan yang masuk ke dalam tubuh pasien perlu di kontol untuk mengetahui berapa banyak cairan yang masuk dalam 24 jam 2. Sebelum di adakan pembedahan, sebaiknya pasien dalam kondisi yang terhidrasi untuk mencegah pasien kekurangan cairan 3. Pasien dalam posisi trendenburg dapat mencagah terjadinya kekurangan cairan 4. Asupan cairan perlu di tingkatkan untuk menambah cairan
  • 23. 5. Pasang kateter urin bila perlu 6. Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan Kolaboratif: 7. Berikan terapi IV sesuai program yang masuk ke dalam tubuh pasien 5. Bila terjadi kelebihan cairan selama perawatan maka perlu di pasang kateter untuk mengurangi cairan tersebut 6. Antara cairan dengan kebutuhan perlu di sesuaikan agar cairan yang masu kedalam tubuh pasien dapat seimbang Kolaboratif: 7. Terapi IV di berikan kepada pasien untuk menambah asupan cairan pada pasien
  • 24. 3 Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan 1x24 jam di harapkan pasien dapat menunjukkan toleransi aktivitas KH: Pasien menunjukkan toleransi aktivitas Mandiri: 1. Hindari menjadwalkan pelaksanaan aktivitas perawatan selama periode istirahat 2. Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala, bersandar, duduk, berdiri, dan ambulasi sesuai toleransi 3. Pantau TTV sebelum, selama dan setelah aktivitas, hentikan aktivitas TTV tidak dalam rentang normal bagi pasien atau jika ada tanda-tanda bahwa aktivitas tidak dapat di toleransi 4. Rencanakan aktivitas bersama pasien dan keluarga yang meningkakan kemandirian dan ketahanan Mandiri: 1. Istirahat di perlukan agar pasien dapat toleran terhadap aktivitas 2. Posisi pasien perlu di ubah agar pasien tidak merasa bosan dengan posisi utamanya 3. Pemantauan TTV di lakukan untuk menghindari kemungkinan kondisi pasien yang lemah selama menjalani aktivitas 4. Aktivitas yang di rencanakan untuk pasien agar pasien mempunyai kemandirian dalam melakukan aktivitasnya
  • 25. 5. Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas 6. Rencanakan pada periode saat pasien memiliki energy paling banyak 7. Bantu dengan aktivitas fisik teratur 8. Batasi pasangan lingkungan untuk memfasilitasi relaksasi 9. Bantu pasien untuk melakukan pemantauan mandiri dengan membuat 5. Agar aktivitas yang di lakukan pasien dapat berjalan dengan baik maka pasien perlu mengidentifikasi aktivitasnya 6. Pada saat pasien memeliki energy yang banyak berarti pasien dapat melakukan aktivitas yang berbeda sesuai energy yang di milikinya 7. Pasien pelu bantuan untuk melakukan aktivitas selama perawatan 8. Untuk memperoleh ketenangan pasien maka pasangan lingkungan perlu di batasi 9. Untuk memantau asupan energy dan kalori perlu di
  • 26. dan menggunakan dokumentasi tertulis yang mencatat asupan kalori dan energy Kolaboratif: 10. Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu faktor penyebab. 11. Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik untuk merencanakan dan memantau program aktivitas 12. Rujukk pasien ke pusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan dengan penyakit jantung lakukan dokumentasi tertulis Kolaboratif: 10. Apabila pasien merasa nyeri maka pengobatan perlu di lakukan sebelum melakukan aktivitas. 11. Untuk mengetahui sejauh mana kekuatan pasien maka perlu di lakukan kolaborasi dengan ahli terap dan okupasi 12. Untuk pasien dengan penyakit jantung erlu rujukan ke pusat rehabilitasi jantung untuk menghindari komplikasi lanjutan
  • 27. IV. Implementasi No Tanggal dan jam Implementasi Respon 1 1 Mandiri: 1. Mendampingi pasien, bicara dengan tenang dan memberikan ketenangan serta rasa nyaman 2. Memberi dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas 3. Menyediakan pengalihan melalui televise dan radio untuk menurunkan ansietas dan memperluas focus 4. Membantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini sebagai cara untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi ansietas 5. Mencoba teknik, seperti imajinasi bimbingan dan relaksasi progresif 6. Memberikan penguatan positif ketika pasien mampu meneruskan aktifitas sehari-hari dan aktifitas lainnya Mandiri: 1. Pasien merasa tenang dan tidak cemas lagi 2. Pasien dapat mengungkapkan pikirannya kepada orang-orang yang ada di sekitarnya 3. Pasien merasa terhibur dengan melihat atau mendengar media yang di sediakan 4. Pasien dapat focus pada situasi saat ini 5. Setelah dilakukan imajinasi terbimbing dan relaksasi progresif, pasien merasakan ketenangan 6. Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari nya karena adanya penguatan positif yang
  • 28. meskipun mengalami ansietas 7. Meyakinkan kembali pasien melalui sentuhan, dan sikap empatik secara verbal dan nonverbal secara bergantian 8. Mendorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan iritasi, serta mengizinkan pasien untuk menangis Kolaboratif: 9. memberikan obat untuk menurunkan ansietas di lakukan 7. Pasien memiliki kepercayaan diri setelah mendapatkan keyakinannya kembali 8. Pasien menjadi lebih nyaman setelah menangis Kolaboratif: 9. Setelah di berikan obat, pasien merasa lebih tenang 2 2 Mandiri: 1. Menentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam , menghitung asupan yang di inginkan sepanjang shift siang, sore dan malam 2. Memastikan bahwa pasien terhidrasi dengan baik sebelum pembedahan 3. Mengubah posisi pasien trendenburg atau meninggikan tungkai pasien bila hipotensi, kecuali di kontraindikasikan 4. Meningkatkan asupan. Mandiri: 1. Cairan yang masuk kedalam tubuh pasien bertambah 2. Selama pembedahan terjadi, pasien memiliki asupan cairan yang memadai 3. Pasien merasa nyaman dengan posisi trendenburg 4. Asupan cairan yang masuk ke dalam tubuh pasien bertambah
  • 29. 5. Memasang kateter urin Kolaboratif: 6. Memberikan terapi IV sesuai program 5. Pasien mengatakan tidak perlu bolak balik ke kamar mandi Kolaboratif: 6. Pasien merasa kebutuhan cairan dalam tubuhnya terpenuhi 3 3 Mandiri: 1. Menghindari menjadwalkan pelaksanaan aktivitas perawatan selama periode istirahat 2. Membantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala, bersandar , duduk, berdiri, dan ambulasi sesuai toleransi 3. Merencanakan aktivitas bersama pasien dan keluarga yang meningkatkan kemandirian dan ketahanan 4. Membantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas 5. Membantu dengan aktivitas fisik teratur Mandiri: 1. Pasien tidak terganggu saat istirahat 2. Pasien tidak merasa sakit dan bosan setelah di bantu mengubah posisinya 3. Pasien merasa memiliki ketahanan dan kemandirian. 4. Aktivitas yang di lakukan pasien tidak membosankan dan sesuai keinginan 5. Pasien tidak merasa lelah setelah beraktivitas secara teratur
  • 30. 6. Membantu pasien untuk melakukan pemantauan mandiri dengan membuat dan menggunakan dokumentasi tertulis yang mencatat asupan kalori dan energi Kolaboratif: 7. Memberikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas 6. Asupan kalori dan energi tercukupi dengan baik Kolaboratif: 7. Pasien merasa nyeri nya berkurang selama melakukan aktivitas V. Evaluasi No Tanggal dan jam Evaluasi 1 1 S: Pasien mengatakan bahwa merasa tenang dan tidak cemas lagi O: mimic wajah pasien tidak menunjukkan kecemasan. A: masalah teratasi P: intervensi di hentikan 2 2 S: pasien mengatakan cairan terpenuhi O:cairan yang masuk kedalam tubuh pasien sesuai dengan kebutuhan A: masalah teratasi P: intervensi di hentikan 3 3 S: pasien merasa sudah dapat bergerak secara perlahan O: aktivitas dapat dilakukan secara mandiri A: masalah teratasi P:intervensi di hentikan E. SISTEM LAYANAN KESEHATAN UNTUK PASIEN DHF
  • 31. a. Sistem Rujukan Menurut SK Menteri Kesehatan RI No 32 tahun 1972 sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuanya. Dari batasan tersebut dapat dilihat bahwa hal yang dirujuk bukan hanya pasien saja tapi juga masalah-masalah kesehatan lain, teknologi, sarana, bahan-bahan laboratorium, dan sebagainya. Disamping itu rujukan tidak berarti berasal dari fasilitas yang lebih rendah ke fasilitas yang lebih tinggi tetapi juga dapat dilakukan diantara fasilitas- fasilitas kesehatan yang setingkat. Tujuan Tujuan rujukan adalah dihasilkannya pemerataan upaya kesehatan dalam rangka penyelesaian masalah kesehatan secara berdaya dan berhasil guna. Tujuan Sistem Rujukan adalah agar pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan demikian dapat menurunkan angka kematian. Jenis Rujukan Sistem Kesehatan Nasional membedakannya menjadi dua macam yaitu: 1) Rujukan Kesehatan Rujukan ini berkaitan dengan upaya pelayanan kesehatan dalam pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Rujukan ini dibedakan menjadi tiga yaitu : ī€­ Rujukan teknologi ī€­ Rujukan sarana ī€­ Rujukan operasional 2) Rujukan Medik Rujukan ini berkaitan dengan upaya pelayanan kedokteran dalam penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan. Rujukan medic terdiri dari penderita, pengetahuan, dan bahan laboratorium :
  • 32. ī€­ Transfer of patient : konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operatif dll ī€­ Transfer of knowledge : pengiriman tenaga kesehatan yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan setempat ī€­ Transfer of specimen : pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap Jalur Rujukan Dalam kaitan ini jalur rujukan untuk kasus gawat darurat dapat dilaksanakan sebagai berikut : 1. Dari kader dapat langsung merujuk ke Puskesmas Pembantu, Pondok bersalin atau Bidan Desa, Puskesmas Rawat Inap, dan Rumah sakit pemerintah atau swasta 2. Dari posyandu dapat langsung menuju ke Puskesmas Pembantu, Pondok bersalin atau Bidan Desa, Puskesmas Rawat Inap, dan Rumah sakit pemerintah atau swasta 3. Dari Puskesmas Pembantu dapat langsung merujuk ke Rumah Sakit tipe D/C atau Rumah Sakit Swasta 4. Dari Praktik dr. swasta, Praktik bidan, Praktik perawat, Puskesmas, RB, BP dapat langsung merujuk ke Rumah Sakit tipe D/C atau Rumah Sakit Swasta 5. Dari Rumah Sakit tipe D/C bila tidak bisa menangani dapat langsung merujuk ke Rumah Sakit tipe A/B Persiapan Rujukan Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan : ī€­ Bidang : Pastikan pasien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan ī€­ Alat : Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan, seperti spuit, infus set, tensimeter, dan stetoskop ī€­ Keluarga : Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir pasien dan alasan mengapa ia dirujuk. Anggota keluarga yang lain harus menerima pasien ke tempat rujukan
  • 33. ī€­ Surat : Beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi pasien, alasan rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat-obat yang telah diterima pasien ī€­ Obat : Bawa obat-obat esensial diperlukan selama perjalanan merujuk ī€­ Kendaraan : Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan pasien dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat tujuan dalam waktu cepat ī€­ Uang : Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempat rujukan. b. Gakin Jaminan pemeliharan kesehatan bagi keluarga miskin dan kurang mampu (GAKIN) adalah jaminan pemeliharaan kesehatan yang diberikan kepada keluarga miskin dan kurang mampu yang membutuhkan pelayanan kesehatan meliputi rawat jalan dan rawat inap sebagaimana yang ditetapkan, baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit yang ditunjuk di Wilayah. Paket Pelayanan Esensial (PPE) Yang Didapatkan Paket Pelayanan Esensial (PPE) Yang Didapatkan ī‚ˇ Ruang Rawat Inap Kelas III ī‚ˇ Konsultasi Medik ī‚ˇ Penunjang Medik ī‚ˇ Operasi ī‚ˇ Pelayanan Rehabilitasi Medik ī‚ˇ Perawatan Intensif ( ICU, PICU/ICU ) ī‚ˇ Obat Dan Alat Kesehatan ī‚ˇ Pelayanan Darah ī‚ˇ Kegawat Daruratan ī‚ˇ Hemodialisa
  • 34. Prosedur Mendapatkan Layanan Program JPK GAKIN Pemegang Kartu GAKIN ī‚ˇ Kartu GAKIN, RASKIN, BLT PKH, Kader Kesehatan (Program Pemerintah lainnya) ī‚ˇ Foto kopi kartu keluarga (KK) ī‚ˇ Rujukan dari puskesmas, tidak perlu apabila emergensi ī‚ˇ KTP Pasien Panti ī‚ˇ Sertifikat panti ī‚ˇ Surat keterangan kepalah panti atau rumah singgah ī‚ˇ Daftar nama penghuni panti KLB/Kebanjiran/Kebakaran ī‚ˇ Surat keterangan dari posko atau Puskesmas Orang Terlantar ī‚ˇ Surat keterangan Polisi ī‚ˇ Surat keterangan dari direktur Rumah Sakit ī‚ˇ Surat keterangan dari Dinas Bintal dan Kessos ī‚ˇ Rujukan Pasien SKTM ī‚ˇ Kartu BBM (BLT/PKH) ī‚ˇ Surat keterangan tidak mampu ī‚ˇ Rujukan
  • 35. Prosedur rawat jalan bagi peserta JPK GAKIN/SKTM di RSUD Kota Prosedur rawat inap bagi peserta JPK GAKIN/SKTM di RSUD Koja c. Jamkesmas Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) adalah sebuah program jaminan kesehatan untuk warga Indonesia yang memberikan perlindungan sosial dibidang kesehatan untuk menjamin masyarakat miskin dan tidak mampu yang iurannya dibayar oleh pemerintah agar kebutuhan dasar kesehatannya yang layak dapat terpenuhi.Program ini dijalankan oleh Departemen Kesehatan sejak 2008. Program
  • 36. Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) diselenggarakan berdasarkan konsep asuransi sosial. Tujuan 1) Mewujudkan portabilitas pelayanan sehingga pelayanan rujukan tertinggi yang disediakan Jamkesmas dapat diakses oleh seluruh peserta dari berbagai wilayah 2) Agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin Kepesertaan Jamkesmas Peserta Program Jamkesmas adalah setiap orang miskin dan tidakmampu yang terdaftar dan memiliki kartu dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Jumlah sasaran peserta sebesar 19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau sekitar 76,4 juta jiwa. Jumlah tersebut berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009, yang dijadikan dasar penetapan jumlah sasaran peserta secara nasional oleh Menkes. Berdasarkan Jumlah Sasaran Nasional tersebut Menkes membagi alokasi sasaran kuota Kabupaten/Kota. Bupati/Walikota wajib menetapkan peserta Jamkesmas Kabupaten/Kota dalam satuan jiwa berisi nomor, nama dan alamat peserta dalam bentuk Keputusan Bupati/Walikota. Administrasi kepesertaan Jamkesmas meliputi: registrasi, penerbitan dan pendistribusian kartu kepada peserta. Untuk administrasi kepesertaan Depkes menunjuk PT Askes (Persero), dengan kewajiban melakukan langkah- langkah sebagai berikut: 1. Data peserta yang telah ditetapkan Pemda, kemudian dilakukan entry oleh PT Askes (Persero) untuk menjadi database kepesertaan di Kabupaten/Kota 2. Entry data setiap peserta 3. Berdasarkan database tersebut kemudian kartu diterbitkan dan didistribusikan kepada peserta 4. PT Askes (Persero) menyerahkan kartu peserta kepada yang berhak, mengacu kepada penetapan Bupati/Walikota dengan tanda terima yang ditanda tangani/cap jempol peserta atau anggota keluarga peserta
  • 37. 5. PT Askes (Persero) melaporkan hasil pendistribusian kartu peserta kepada Bupati/Walikota, Gubernur, Depkes, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi dan Kabupaten/Kota serta rumah sakit setempat. Prosedur jamkesmas Ketentuan umum ī€­ Hak pelayanan kesehatan dasar meliputi: 1. Pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) 2. Pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) dan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) 3. Pelayanan gawat darurat ī€­ Manfaat jaminan berbentuk pelayanan kesehatan menyeluruh (komprehensif) berdasarkan kebutuhan medic sesuai dengan standar pelayanan medik ī€­ Pemberi pelayanan kesehatan (PPK): 1. Pelayanan kesehatan dasar (RJTP dan RITP) diberikan di puskesmas dan jaringannya 2. Persalinan normal dapat dilayani oleh tenaga kesehatan yang berkopeten (praktek dokter dan bidan swasta) dan biayanya diklaimkan ke puskesmas setempat sebagaimana diatur dalam juknis pelayanan dasar 3. Pelayanan tingkat lanjut (RJTL dan RITL) diberikan di PPK lanjutan jaringan jamkesmas (Balkesmas, Rumah Sakit Pemerintah termasuk RS Khusus, RS TNI/Polri dan RS Swasta 4. Pelayanan RITL diberikan di ruang rawat inap kelas III (tiga). Apabila tidak tersedianya tempat tidur, peserta dirawat di kelas III, biaya pelayanannya tetap diklaimkan menurut biaya kelas III. 5. RS khusus (RS Jiwa, RS Kusta, RS Paru, dll) yang juga melayani pasien umum, klaim pelayanan kesehatan dilaksanakan secara terpisah antara pasien umu, klaim pelayan kesehatan dilaksanakan secara terpisah antara pasien khusus sesuai dengan ke khususannya dan pasien umum.
  • 38. ī€­ Gawat darurat (EMERGENCY) seluruh PPK wajib memberikan pelayanan penanganan pertama walaupun tidak sebagai PPK jaringan jamkesmas. Selanjutnya PPK tersebut segera merujuk ke PPK jaringan PPK jamkesmas untuk penanganan lebih lanjut ī€­ Peserta jamkesmas tidak boleh dikenakan iuran dengan alas an apapun ī€­ Pemberian pelayanan kepada peserta oleh PPK lanjutan harus dilakukan secara efisien dan efektif dengan menerapkan prinsip kendali biaya dan kendali mutu Prosedur pelayanan Pelayanan kesehatan dasar 1. Peserta membawa kartu Jamkesmas a. Peserta gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar, manggunakan surat keterangan/rekomendasi Dinas/Instansi Sosial setempat b. Peserta PKH yang belum memiliki kartu Jamkesmas, menggunakan kartu PKH 2. Pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya a. Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP), dilaksanakan pada puskesmas dan jaringannya meliputi pelayanan: ī€­ Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan ī€­ Laboratorium sederhana (darah, urin, dan feses rutin) ī€­ Tindakan medis kecil ī€­ Pemeriksaan dan pengobatan gigi, termasuk cabut/ tambal ī€­ Pemeriksaan ibu hamil/nifas/menyusui, bayi dan balita ī€­ Pelayanan KB dan penanganan efek samping (alat kontrasepi disediakan BKKBN) ī€­ Pemberian obat b. Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP), dilaksanakan pada puskesmas perawatan, meliputi pelayanan : ī€­ Akomodasi rawat inap ī€­ Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan ī€­ Laboratorium sederhana (darah, urin, dan feses rutin)
  • 39. ī€­ Tindakan medis kecil ī€­ Pemberian obat ī€­ Persalinan normal dan dengan penyulit (PONED) c. Persalinan normal dilakukan di puskesmas/bidan di desa/polindes/dirumah pasien fasilitas kesehatan tingkat pertama swasta. d. Pelayanan gawat darurat (emergency). Kriteria gawat darurat tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit (Nomor 856 tahun 2009). 3. Bila (menurut indikasi medis) peserta memerlukan pelayanan tingkat lanjut, maka dapat merujuk peserta ke PPK lanjutan a. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) di RS dan Balkesmas meliputi: ī€­ Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan oleh dokter spesialis/umum ī€­ Rehabilitasi medic ī€­ Penunjang diagnostik: laboratorium klinik, radiologi dan elektromedik ī€­ Tindakan medis ī€­ Pemeriksaan dan pengobatan gigi tingkat lanjutan ī€­ Pelayanan KB, termasuk kontap efektif (sterilisasi dan alat kontrasepsi dalam rahim), kontap pasca persalinan/keguguran, penyembuhan efek samping dan komplikasinya (alat/obat KB (kontrasepsi) disediakan BKKBN) ī€­ Pemberian obat yang mengacu pada daftar obat (Formularium) ī€­ Pelayanan darah ī€­ Pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi dan penyulit. b. Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL), dilaksanakan pada ruang perawatan kelas III (tiga) RS, meliputi: ī€­ Akomodasi rawat inap pada kelas III ī€­ Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan ī€­ Penunjang diagnostik: patologi klinik, patologi anatomi, laboratorium mikro patologi, patologi radiologi dan elektromedik
  • 40. ī€­ Tindakan medis ī€­ Operasi sedang, besar dan khusus ī€­ Pelayanan rehabilitasi medis ī€­ Perawatan intensif (ICU/Intensive Care Unit, ICCU/Intensive Cardiac Care Unit, PICU/Pediatric Care Unit, NICU/Neonatal Care Unit, PACU) ī€­ Pemberian obat mengacu padaFormularium ī€­ Pelayanan darah ī€­ Bahan dan alat kesehatan habis pakai ī€­ Persalinan dengan risiko tinggi dan penyulit (Pelayanan Obstetri-Neonatus Esensial Komprehensif/PONEK) Pelayanan Tingkat Lanjut 1. Peserta Jamkesmas yang dirujuk ke PPK tingkat lanjut membawa kartu perserta Jamkesmas/identitas kepersertaan lainnya dan surat rujukan dibawa ke loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS) untuk diverifikasi kebenaran dan kelengkapannya 2. Diberikan Surat Keabsahan Peserta (SKP) oleh petugas PT. ASKES 3. Peserta memeperoleh pelayanan kesehatan 4. Jenis Pelayanan: ī€­ Pelayanan rawat jalan lanjutan (spesialistik) di Rumah Sakit dan Balkesmas ī€­ Pelayanan rawat inap kelas III (tiga) di Rumah Sakit ī€­ Pelayanan obat-obatan dan alat/bahan medis habis pakai ī€­ Pelayanan rujukan spesimen dan penunjang diagnostik lainnya 5. Kasus kronik (perawatan berkelanjutan dala waktu lama) ī€­ Diabetes Mellitus, Gagal Ginjal, Kanker, dll, surat rujukan berlaku selama 1 bulan ī€­ Gangguan jiwa, kusta, kasus paru dengan komplikasi, surat rujukan dapat berlaku selama 3 bulan
  • 41. 6. Peserta yang berobat lintas daerah, verifikasi kepesertaan dilakukan oleh PT. Askes (Persero) dengan melihat pada kartu Jamkesmas 7. Rujukan pasien antar RS termasuk rujukan RS antar daerah dilengkapi surat rujukan dari rumah sakit asal pasien dengan membawa identitas kepesertaannya untuk dapat dikeluarkan SKP oleh petugas PT. Askes (Persero) 8. Gawat darurat wajib ditangani langsung tanpa diperlukan surat rujukan. Peserta diberi waktu 2x24 jam hari kerja untuk melengkapi identitasnya (kartu peserta disertai KK dan KTP) 9. Kasus-kasus dengan diagnose yang kompleks (severity level-3) harus mendapatkan pengesahan dari Komite Medik atau Direktur Pelayanan atau Supervisor yang ditunjuk/diberi tanggungjawab oleh RS 10. Biaya transport rujukan: ī€­ Pasien dari Puskesmas ke PPK lanjutan di Kabupaten/Kota setempat menjadi tanggung jawab Puskesmas yang merujuk ī€­ Pemulangan pasien dari RS serta rujukan dari Rumah Sakit ke Rumah Sakit lainnya tidak ditanggung dan menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah asal peserta
  • 42. Daftar Pustaka Doenges, Marilyn E, dkk. 2000. Penerapan Proses Keperatan dan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Jilid 2. Jakarta: Salemba Medika Satari, I. Hindra. 2004. Demam Berdarah. Jakarta: Puspa Swara Wilkinson, M. Judith. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 9. Jakarta: EGC