Hidrosefalus dapat terjadi sebagai komplikasi infeksi meningitis tuberkulosa akibat penumpukan cairan serebrospinal di ventrikel otak. Gejala klinisnya bervariasi namun seringkali meliputi nyeri kepala dan gangguan neurologis. Diagnosa didukung hasil pemeriksaan gambar seperti CT scan dan MRI serta pemeriksaan cairan serebrospinal. Pengobatan meliputi obat anti tuberkulosis, diuretik, dan operasi shunt
2. Definisi
• Hidrosefalus : kelainan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal
(CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial
yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel.
Hidrosefalus dapat disebabkan oleh gangguan dari
formasi, aliran, penyerapan CSS.
• Hidrosefalus post infeksi merupakan hidrosefalus yang
terjadi sebagai akibat dari terjadinya suatu infeksi
sistem saraf seperti meningitis tuberkulosa.
3. Epidemiologi
1
• Hidrosefalus infantil, 46% diantaranya adalah akibat abnormalitas
perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis,
<4% akibat tumor fossa posterior (PDSSI. 2005).
2
• Insiden acquired hydrocephalus tidak diketahui secara pasti karena
penyebab penyakit yang berbeda-beda.
3
• Hidrosefalus dewasa mewakili sekitar 40% dari total kasus hidrosefalus.
4
• Hidrosefalus merupakan komplikasi tersering dan selalu ditemukan pada
pasien yang telah menderita Meningitis tuberkulosa selama 4-6 minggu.
5
• Prevalensi hidrosefalus post infeksi pada anak-anak sebesar 62 %
(Rajshekhar, 2009) dan pada dewasa tidak ada data spesifik yang
menyebutkan prevalensi pasien hidrosefalus post infeksi.
4. Etiologi
Terbagi menjadi:
1. Hidrosefalus kongenital pada bayi dan anak-anak
2. Hidrosefalus didapat/acquired pada bayi dan anak-
anak, disebabkan:
- Massa
- Perdarahan
- Infeksi: Meningitis
3. Hidrosefalus didapat/acquired pada orang dewasa,
disebabkan :
- Perdarahan subarachnoid (SAH) - Tumor
- Hidrosefalus idiopatik - Meningitis
Apapun sebab dan faktor resikonya, hidrosefalus
terjadi sebagai akibat obstruksi, gangguan absorbsi
atau kelebihan produksi CSS. Predileksi obstruksi
adalah foramen Monroe, foramen Sylvii, foramen
Luschka, foramen Magendi dan vili araknoid
6. Pleksus koroideus :
produksi CSS, terletak
pada ventrikulus lateralis,
tertius dan quartus.
Granulasio arakhnoidea:
resorpsi CSS, sangat
berperan penting dalam
mengatur aliran CSS ke
sistem venosus pada
tubuh manusia
7. Fisiologi
• Cairan jernih
• Menyediakan nutrien namun mengandung sedikit
protein, kadar glukosa ± 2/3 kadar glukosa darah dan
konsentrasi ion yang berbeda dengan darah
• CSS diproduksi rata - rata 450-750 ml per hari (0,3 -
0,35 ml/ menit)
• Total volume CSS pada dewasa lebih kurang 90-150 ml
8. Klasifikasi
Berdasarkan Anatomi / tempat obstruksi CSS
a. Hidrosefalus tipe obstruksi / non komunikans
b. Hidrosefalus tipe komunikans
Berdasarkan Etiologi
a. Kongenital
b. Acquired
Berdasarkan Usia
a. Hidrosefalus tipe kongenital / infantil ( bayi )
b. Hidrosefalus tipe juvenile / adult ( anak-anak / dewasa )
9. Patofisiologi
• Pada hidrosefalus komunikans terjadi hubungan langsung
antara CSS sistem ventrikulus dan CSS di ruang
subaraknoid. Hambatan aliran CSS biasanya pada bagian
distal dari sistem ventrikulus yaitu pada ruang subaraknoid
(sebagai akibat fibrosis dari infeksi sebelumnya) atau pada
granulatio arachnoidea ( sebagai akibat kelainan
bentuk struktur ini).
• Pada hidrosefalus nonkomunikans/obstruktif, CSS pada
ruang ventrikulus tidak bisa mencapai ruang subaraknoid
karena adanya hambatan aliran CSS pada foramen Monroe,
aquaductus cerebri Sylvii atau pada foramen Magendi dan
Luschka. Bisa diakibatkan oleh tumor, peradangan atau
atresia kongenital.
10. Hidrosefalus post infeksi meningitis
tuberkulosa
Penyebaran kuman di ruang subarachnoid Rx radang eksudat
kental (nekrosis kaseosa) berkumpul didasar otak
menyumbat akuaduktus, fisura sylvii, foramen magendi,
foramen luschka hidrosefalus
11. Penegakan Diagnosis
Gejala Klinis
• Gejala dipengaruhi oleh umur penderita, penyebab,
lokasi obstruksi, durasi dan keberlangsungan
penyakit.
• Gejala-gejala yang menonjol merupakan refleksi dari
peningkatan TIK nyeri kepala, gangguan visus,
gangguan motorik/berjalan dan kejang terjadi pada
1/3 kasus hidrosefalus pada usia dewasa.
• Post infeksi Meningitis tuberkulosa didahului
gejala demam, nyeri kepala kronis dengan MS+
12. Pemeriksaan Fisik
• MS + (post infeksi meningitis)
• Edema papil : karena peningkatan TIK, bisa
menyebabkan atrofi nervus optikus.
• Parese N.VI unilateral atau bilateral karena
peningkatan TIK
• Gaya berjalan yang tidak stabil : dikarenakan
ataksia pada tungkai.
14. PENATALAKSANAAN
Terapi Medikamentosa
Terapi pilihan pertama hidrosefalus komunikan, terdiri atas :
1. Steroid
Tappering dosis dexamethasone (12-16 mg/ hari) dapat
diberikan untuk 4-6 minggu.
2. Dehydrating agent seperti mannitol
Mannitol hanya dapat digunakan untuk dekompensasi akut
dan tidak direkomendasikan untuk >72 jam karena adanya
rebound intracranial hypertension.
3. Diuretik seperti furosemid
4. Acetazolamide untuk mengurangi produksi CSF.
Acetazolamide (1000 mg/kgBB) dan furosemid (1 mg/kgBB)
dapat diberikan untuk waktu yang lama.
15. • Obat Anti Tuberkulosis (OAT) juga mungkin
membantu mengurangi respon inflamasi sehingga
jalur CSF terbuka.
• Berdasarkan studi di Afrika Selatan, pemberian
tatalaksana medikamentosa pada pasien MT dengan
hidrosefalus komunikan dapat mencegah
pemasangan shunt dengan pembedahan sebesar
70%. Pasien harus tetap dimonitor dengan hati-hati
terhadap perburukan kondisi atau tidak adanya
kemajuan kondisi pasien dengan medikamentosa.
16. Terapi Operatif
Indikasi operasi adalah gejala
neurologis yang bertambah
berat, adanya defisit neurologis
yang progresif, serta terapi
konservatif yang gagal. Prosedur
operatif yang dapat dilakukan:
1. VA (Ventriculoatrial) Shunt
2. VP (Ventriculoperitoneal)
Shunt
3. ETV (Endoscopic Third
Ventriculostomy)
18. Prognosis
• Pasien meningitis tuberkulosa dengan hidrosefalus
ringan maupun sedang yang mendapatkan operasi
shunt sejak awal (2 hari setelah terdiagnosis)
memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan
dengan yang mendapat operasi terlambat (3 minggu
setelah terdiagnosis).
• Prognosis pasien meningitis tuberkulosa dengan
hidrosefalus bergantung pada respon penyakit
terhadap OAT. Pada pasien TB resisten OAT , Multi
Drug Resistant (MDR) TB, maupun XMDR TB dan TB
dengan HIV positif prognosisnya buruk.