SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Download to read offline
Kasus Pencemaran Lingkungan oleh PT. Freeport terhadap Keamanan
Manusia di Mimika Papua
DISUSUN OLEH :
NAMA : SINDI NALURITA
NIM : 43218010018
RUANG KELAS : B-204
DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. Hapzi Ali, Ir, CMA, MM, MPM
FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS
AKUNTANSI 2018
Jalan Meruya Selatan, Kembangan Jakarta Barat 11650 Telp 085877718365
ABSTRACT
Korporasi multinasional semakin menyebar di seluruh negara berkembang yang memiliki
sumber daya. Kehadiran perusahaan multinasional sangat tepat dalam meningkatkan investasi
tetapi juga menyebabkan polusi dan kerusakan lingkungan di negara-negara di mana
perusahaan beroperasi. Salah satu operasinya adalah kegiatan penambangan oleh PT. Freeport
di Mimika, Papua.
Anak perusahaan dari perusahaan ini, McMoRan Copper & Gold Inc., yaitu PT. Freeport
Indonesia mengelola pertambangan aset sumber daya dalam bentuk tembaga dan emas dan
telah beroperasi sejak 1967 di Jakarta - Indonesia. Perusahaan ini adalah pembayar pajak
terbesar kepada Indonesia dan merupakan perusahaan penghasil emas terbesar di dunia
melalui tambang Grasberg. Freeport Indonesia telah melakukan eksplorasi di dua tempat di
Papua, masing-masing tambang Erstberg (dari 1967) dan tambang Grasberg (sejak 1988), di
kawasan Tembaga Pura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua.
Freeport berkembang menjadi perusahaan dengan penghasilan 2,3 miliar dolar AS. Menurut
Freeport, keberadaannya memberikan manfaat langsung dan tidak langsung kepada Indonesia
sebesar 33 miliar dolar dari tahun 1992–2004. Angka ini hampir sama dengan 2 persen PDB
Indonesia. Dengan harga emas mencapai nilai tertinggi dalam 25 tahun terakhir, yaitu 540
dolar per ons, Freeport diperkirakan akan mengisi kas pemerintah sebesar 1 miliar dolar.
PT. Freeport ini sering menimbulkan berbagai masalah.Masalah yang sering muncul tersebut
sebagai akibat dari aktivitas penambangan lingkungan yang berpolusi itu mulai membuat
banyak orang terganggu. Sebuah organisasi non-pemerintah lokal, Wahana Lingkungan
Hidup melaporkan tentang dampak polusi dan kerusakan lingkungan. Artikel ini dimaksudkan
untuk mendiskusikan tentang kebijakan Indonesia dalam menangani pencemaran lingkungan
dan kasus kerusakan oleh PT. Freeport yang mempengaruhi keamanan manusia.
Kata Kunci: pencemaran lingkungan, PT. Freeport, kebijakan Indonesia, keamanan manusia.
BAB I
PENDAHULUAN (INTRODUCTION)
Globalisasi yang terjadi saat ini telah memperlihatkan 2 (dua) dimensi yakni, pertama dimensi
ekonomi dan korporasi (economic and corporation globalization). Kedua, dimensi politik dan
negara (political and state globalization). Kedua dimensi tersebut terlihat pada kebijakan yang
diskenariokan dan didesain oleh negara-negara maju yang tergabung dalam G8 melalui 3
(tiga) lembaga yaitu, lembaga keuangan internasional (International Financial
Institutions/IFI’s), organisasi perdagangan dunia (World Trade Organization/WTO), dan
perusahaan multinasional (Multinational Corporation/MNC) Indonesia sebagai negara
berkembang mulai didatangi berbagai investor asing. Penanaman modal oleh investor secara
tidak langsung menunjukkan prospek perkembangan ekonomi Indonesia yang membaik
karena telah memenuhi standar investasi asing.
Investasi diwujudkan dengan berbagai cara, salah satunya melalui perusahaan multinasional.
Investasi asing melalui perusahaan multinasional ternyata tidak hanya memberikan dampak
positif tetapi juga dampak negatif bagi negara tempat perusahaan beroperasi, khususnya
kontribusi terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan yang berdampak pada ancaman
keamanan manusia. Beberapa perusahaan multinasional yang tercatat pernah melakukan
pencemaran dan kerusakan lingkungan antara lain, kasus Teluk Buyat oleh PT. Newmont
Minahasa Raya tahun 2004, kasus limbah merkuri di Nangroe Aceh Darussalam oleh PT.
Exxon Mobil Oil Indonesia tahun 2005, dan kasus minyak montara di Laut Timor oleh PT.
TEP Australia (Ashomre Cartier) di tahun 2009.
Masalah lingkungan hidup yang marak terjadi kemudian menjadi isu penting untuk dibahas
dalam politik domestik maupun wacana global. Masalah lingkungan semakin kompleks
dengan melibatkan perusahaan multinasional dimana membutuhkan pengambilan keputusan
baik di tingkat negara maupun sistem internasional khususnya dibidang lingkungan. Untuk
mengatasi masalah lingkungan tersebut muncullah environmental movements yaitu rezim
internasional yang bergerak di bidang lingkungan dengan memprakarsai konferensi-
konferensi di tahun 1960-an, seperti Konferensi Stockhlolm dan konferensi bentukan badan
PBB.
Perusahaan multinasional lain yang ada di Indonesia yaitu PT. Freeport Indonesia. PT.
Freeport merupakan anak perusahaan Freeport - McMoran Copper & Gold Inc. yaitu
perusahaan tambang internasional utama dengan pusat di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat.
PT. Freeport beroperasi di Indonesia berdasarkan Kontrak Karya yang ditandatangani pada
tahun 1967 berdasarkan UU 11/1967 mengenai PMA. Berdasarkan KK ini, Freeport
memperoleh konsesi penambangan di wilayah seluas kurang lebih 1,000 hektar. Masa berlaku
KK pertama ini adalah 30 tahun. Kemudian pada tahun 1991 KK Freeport di perpanjang
menjadi 30 tahun dengan opsi perpanjangan 2 kali masing-masing 10 tahun.
Situs tambang PT. Freeport berada di puncak gunung pada ketinggian 4.270 meter dengan
suhu terendah mencapai 2 derajat Celcius. Dengan kondisi alam seperti ini, kawasan di bawah
areal pertambangan PT. Freeport mempunyai tingkat kerawanan tinggi terhadap bencana
tanah longsor. Bencana tanah longsor di wilayah pertambangan PT. Freeport pernah terjadi
beberapa kali sepanjang tahun 2004-2017. PT. Freeport Indonesia selalu mengklaim bahwa
berbagai bencana yang terjadi di wilayah operasinya adalah kejadian tidak sengaja dari
bencana alam. PT. Freeport harusnya menyadari resiko operasi didaerah dengan curah hujan
dan aktivitas seismik yang tinggi, namun hal ini tidak menghalangi perusahaan meningkatkan
kapasitas produksi dalam meningkatkan keuntungan.
Dampak lingkungan terhadap kesehatan masyarakat dan penghidupan telah menjadi masalah
yang terus-menerus di wilayah tambang PT. Freeport dan telah banyak didokumentasikan di
media nasional dan internasional, diantaranya yaitu: deforestasi dan polusi dimana tailing
dibuang langsung ke Sungai Agabagong lalu menyusut ke Sungai Aikwa dan kemudian ke
Laut Arafura. Deposisi tailing tambang langsung ke Sungai Aikwa menyebabkan banjir yang
menghancurkan sebagian besar hutan dataran rendah dan mengancam kota Timika. Adanya
banjir atau dumping limbah tambang ke Danau Wanagong telah mengakibatkan kematian
pekerja perusahaan dan adanya kekhawatiran tentang kelangsungan hidup permukiman jangka
panjang di bawah danau.
Pencemaran drainase batu asam juga mengancam kehidupan karena mencemari pasokan air
lokal. Pasokan air berasal dari daerah aliran sungai yang berdekatan dengan operasi PT.
Freeport dan telah terjadi peningkatan kadar tembaga pada fauna laut. Pencemaran ini
berdampak pada ancaman keamanan manusia masyarakat di sekitar tambang.
BAB II
PEMBAHASAN (LITERATURE REVIEW)
PT. FREEPORT INDONESIA
PT. Freeport Indonesia merupakan anak perusahaan Freeport-McMoran Copper &
Gold Inc dan beroperasi di Indonesia berdasarkan Kontrak Karya yang ditandatangani pada
tahun 1967. Beroperasinya PT. Freeport di Indonesia menunjukkan bahwa Pemerintah telah
memberikan wewenang secara legal bagi PT. Freeport untuk melakukan pertambangan
dengan telah memenuhi persyaratan beroperasinya perusahaan berdasarkan Undang-Undang
yang berlaku di Indonesia.
Kasus pencemaran lingkungan oleh PT. Freeport telah bergulir sejak tahun 2000
dimana telah terjadi pendangkalan sungai serta tanah longsor yang memakan korban jiwa
disekitar tambang. Kemudian tahun 2006 LSM Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) merilis
laporan tentang dampak pertambangan PT. Freeport berdasarkan sejumlah laporan
pemantauan oleh pemerintah dan perusahaan yang tidak dipublikasikan untuk umum. Laporan
tersebut memaparkan dampak pencemaran dan kerusakan lingkungan oleh PT. Freeport di
udara, air, kerusakan lingkungan, serta menyalahi ketentuan Amdal diluar wilayah yang telah
diatur.
PT. Freeport telah mencemari lingkungan akibat limbah sisa pertambangan, air sungai,
pengendapan sedimen, kandungan limbah logam dan berbahaya, serta penggunaan hutan
lindung berdasarkan data yang dirilis oleh LSM Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) serta
Program Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup. Perusahaan tersebut membuang tailing
dengan kategori limbah B3 (Bahan Beracun Berbahaya) melalui Sungai Ajkwa. Limbah ini
telah mencapai pesisir laut Arafura. Tailing yang dibuang PT. Freeport ke Sungai Ajkwa
melampaui baku mutu total suspend solid (TSS) yang diperbolehkan menurut hukum
Indonesia. Limbah tailing PT. Freeport juga telah mencemari perairan di muara Sungai Ajkwa
dan mengontaminasi sejumlah besar jenis mahluk hidup serta mengancam perairan dengan air
asam tambang berjumlah besar.
Dari hasil audit lingkungan yang dilakukan oleh Parametrix terungkap bahwa tailing
yang dibuang PT. Freeport merupakan bahan yang mampu menghasilkan cairan asam
berbahaya bagi kehidupan akuatik. Pencemaran air yang dilakukan oleh PT Freport telah
melanggar Undang-undang nomor 7 tahun 2004 tentang sumber daya air Pasal 4 “Sumber
daya air mempunyai fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi yang diselenggarakan dan
diwujudkan secara selaras.” Pasal 5 “Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan
air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat,
bersih, dan produktif.” Bahkan sejumlah spesies akuatik sensitif di sungai Ajkwa telah punah
akibat tailing PT. Freeport.
Menurut perhitungan Greenomics Indonesia, biaya yang dibutuhkan untuk
memulihkan lingkungan yang rusak adalah Rp 67 trilliun. PT. Freeport mengklaim, sepanjang
1992-2005 Pemerintah Pusat mendapatkan keuntungan langsung US$ 3,8 miliar atau kurang
lebih Rp 36 trilliun. Namun, juga dihitung dari perkiraan biaya lingkungan yang harus
dikeluarkan, Indonesia dirugikan sekitar Rp 31 trilliun. Beberapa media dan lembaga swadaya
masyarakat (LSM) mengungkapkan bahwa aktivitas pertambangan PT. Freeport telah
menimbulkan kerusakan lingkungan yang kian parah.
Pencemaran dan kerusakan lingkungan oleh PT. Freeport telah bergulir sebelum tahun
2000. Tetapi, hasil pencemaran tersebut baru dirilis oleh Walhi pada tahun 2006. Pencemaran
masih berlangsung diperkuat oleh temuan tim audit BPK tahun 2013 serta hasil evaluasi
program pengelolaan lingkungan oleh Kementerian Lingkungan tahun 2015- 2016. Sanksi
administratif yang telah diberikan Pemerintah Indonesia kepada PT. Freeport ternyata belum
memberikan efek jera karena pencemaran masih terus berlansung bahkan menjadi ancaman
bagi keamanan manusia di Mimika.
Keamanan manusia melihat kerusakan lingkungan merupakan ancaman bagi
kehidupan manusia yang seharusnya tinggal dengan aman serta hidup dengan baik. Kebijakan
pemerintah dalam menangani lingkungan harus mendapat perhatian lebih dan tindakan serius
dari negara karena berkaitan dengan hajat hidup masyarakat serta peran negara dalam
menjamin hak-hak hidup yang mendasar bagi warga negaranya.
Keberadaan PT. Freeport untuk melakukan pertambangan memiliki resiko yang tinggi
dan dampak meluas yang seharusnya telah diketahui. Kilang pemrosesan berada pada
ketinggian 3.000 m, curah hujan tahunan di daerah tersebut 4.000-5.000 mm, sedangkan kaki
bukit menerima curah hujan tahunan lebih tinggi yaitu 12.100 mm dan suhu berkisar 18-30
derajat Celcius. Dengan kondisi alam seperti ini, kawasan di bawah areal pertambangan PT.
Freeport mempunyai tingkat kerawanan tinggi terhadap bencana tanah longsor. Bencana tanah
longsor di wilayah pertambangan PT. Freeport sering kali terjadi, yaitu 9 Oktober 2003 di
bagian selatan area tambang terbuka Grasberg menewaskan 13 orang karyawan, 5 Mei 2008
di camp 35 mil 72 Tembaga pura yang menimbun 20 pendulang emas tradisional, 13
Desember 2009 di Bukit Astonel mil 72 dengan 1 orang meninggal dan 5 orang luka-luka, 14
Mei 2013 di Area Quality Management Service Mil 74 dimana 40 karyawan yang sedang
mengikuti pelatihan terjebak reruntuhan sebanyak 28 orang tewas, serta 1 Desember 2013 di
Area Ground Mil 74 menyebabkan 1 orang tewas dan 1 orang luka-luka.
Kegiatan pertambangan juga mempengaruhi lingkungan hidup karena PT. Freeport
telah menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan akibat pembuangan limbah
operasional penambangan (tailing) di sungai, hutan, estuari dan telah mencapai kawasan laut.
PT. Freeport Indonesia juga merupakan perusahaan yang belum memiliki izin penggunaan
kawasan hutan terutama di wilayah kawasan hutan lindung. Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 mengamanatkan bahwa aktivitas penambangan tidak dibolehkan di kawasan
hutan lindung.
Di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Pemerintah Indonesia melakukan
perubahan Undang-Undang Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun 2009 yang jelas menyatakan
akan menindak tegas setiap aktor baik individu, kelompok, maupun korporasi yang jelas
melakukan pencemaran lingkungan melebihi baku mutu yang ditentukan (Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 69). Pada tahun 2012 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
membentuk tim yang bertugas mengevaluasi kontrak pertambangan skala besar yang tertuang
dalam Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2012 tentang Tim Evaluasi untuk Penyesuaian
Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara. Tetapi, hasil tim
evaluasi ini tidak disampaikan kepada publik hingga berakhirnya masa jabatan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono selesai.
Masa Presiden Joko Widodo PT. Freeport Indonesia akhirnya setuju untuk melepas
saham (divestasi) dengan total sebesar 51 persen kepada pihak nasional. Hal ini merupakan
satu dari empat poin negosiasi yang disepakati PT. Freeport seiring perubahan status Kontrak
Karya (KK) menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Sayangnya, dua kali
renegoisasi masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2014 dan masa Joko Widodo
tahun 2017 sama sekali tidak memasukkan poin masalah pencemaran dan kerusakan sebagai
kesepakatan untuk segera diselesaikan sebelum kontrak diperpanjang. Padahal fenomena ini
sangat krusial untuk diselesaikan karena kegiatan pertambangan mempengaruhi lingkungan
serta keamanan manusia bagi masyarakat di Mimika Papua. Hal ini bertentangan dengan
melanggar prinsip pembangunan berwawasan lingkungan yang diamanatkan UUD 1945 pasal
33 ayat (3) “ Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pencemaran oleh PT. Freeport menjadi krisis lingkungan hidup di Mimika merupakan
konsekuensi atas pembangunan dan kemajuan industri pertambangan secara besar-besaran.
Krisis lingkungan hidup utamanya adalah pencemaran polusi udara dan polusi air yang bukan
hanya berdampak pada kerusakan dan kerugian secara ekologis melainkan juga berdampak
pada terganggunya aspek-aspek dalam keamanan manusia, khsususnya dalam keamanan
lingkungan, ekonomi, pangan, kesehatan, dan pribadi.
Kebijakan Indonesia dalam menangani kasus pencemaran lingkungan berimplikasi
terhadap keamanan manusia karena masalah pencemaran oleh PT. Freeport tahun 2004- 2017
belum juga selesai. Akibatnya menurut konsep human security pencemaran mengancam
aspek-aspek kehidupan manusia dimana terjadi pencemaran terhadap keamanan lingkungan
seperti rusaknya ekosistem alami, menurunnya mata pencaharian dan pemasukan dalam
mencari ikan akibat pencemaran disungai dari segi keamanan ekonomi, pasokan air dan udara
bersih serta makanan yang terkontaminasi kadar logam yang mengancam keamanan pangan,
kehidupan masyarakat disekitar tambang yang belum direhabilitasi dari pencemaran
lingkungan dari segi keamanan kesehatan, serta keamanan pribadi untuk mendapatkan hidup
bersih dan layak serta keamanan karena adanya potensi ancaman militer di sekitar wilayah
pertambangan.
Teori elit menambahkan bahwa selama ini negara terlalu memikirkan pembangunan
dan pemasukan bagi keuangan nasional. Negara memberikan izin investasi usaha asing
melalui perusahaan multinasional salah satunya PT. Freeport Indonesia dengan tujuan
membangun ekonomi di Mimika Papua. Padahal yang terjadi dilapangan sangat berbeda.
Keuntungan tambang PT. Freeport bernilai $232 juta pada tahun 2005 sedangkan masyarakat
hidup dalam kemiskinan dan mengalami dampak pencemaran. Pembayaran pajak PT.
Freeport 87% disetorkan kepada pemerintah nasional dan hanya 13% bagi provinsi Papua
serta pemerintah lokal. Selain itu, hanya 20% dari tenaga kerja ditambang PT. Freeport
berasal dari Papua. Artinya Pemerintah dan PT. Freeport telah gagal dalam menyediakan
porsi lapangan kerja yang lebih besar bagi penduduk setempat. Padahal kegiatan operasional
PT. Freeport telah beroperasi selama hampir 40 tahun dengan dampak pencemaran
lingkungan dan merugikan kehidupan masyarakat Papua.
Menurut konsep Human Security dampak kerusakan lingkungan yang terjadi dinilai
oleh para ahli rentan terhadap konflik akibat kesenjangan serta hak-hak yang tidak diperoleh
masyarakat. Di negara-negara berkembang kerusakan lingkungan akan menyebabkan efek
sosial yang pada akhirnya dapat menimbulkan beberapa tipe konflik, seperti persengketaan,
benturan antara kelompok adat, pertentangan penduduk sipil dan kerusuhan. Dalam kasus
pencemaran dan kerusakan lingkungan oleh PT. Freeport kebijakan yang diambil selama ini
antara Pemerintah Indonesia dan PT. Freeport tanpa keterlibatan masyarakat juga telah
menimbulkan masalah baru. Akibat kesenjangan kelas, kerusakan lingkungan, bantuan militer
untuk penjagaan wilayah pertambangan telah memunculkan banyak tuntutan dari komunitas
dan orang-orang pribumi asli. Terjadinya berbagai konflik di Papua merupakan salah satu
bentuk perlawanan. Tidak hanya secara individu saja melainkan juga secara kelompok baik
dari kalangan aktivis, praktisi, tokoh-tokoh masyarakat adat maupun lembaga adat.
Perlawanan dilakukan karena perasaan kecewa terhadap kebijakan Pemerintah
Indonesia yang tidak mampu memproteksi rakyatnya. Dikotomi struktural di tingkat
pemerintahan antara kelas atas dan kelas bawah secara faktual telah memperkokoh hegemoni
elit penguasa terhadap rakyatnya. Peristiwa konflik pernah terjadi pada tahun 1999/2000
dimana adanya penembakan di areal pertambangan oleh orang tidak di kenal, tahun
2000/2011 Timika kembali memanas dengan konflik antara masyarakat Papua dan pihak
militer Indonesia yang memprotes dengan keras keberadaan PT. Freeport dan menuntut
kemerdekaan bagi Papua Merdeka. Tahun 2005 Abepura Berdarah dimana situasi Kota
Jayapura memanas ketika masa memblokade jalan dan menuntut pemerintah Indonesia untuk
menutup PT. Freeport, serta tahun 2006, Kota Jayapura memanas karena mahasiswa papua
melakukan aksi ricuh yang melibatkan 4 anggota militer meninggal dan lainnya luka-luka
serta aksi penculikan terjadi di seluruh kota Jayapura. Tuntunnya sama yaitu Pemerintah
Indonesia bertanggung jawab atas ketidakadilan dan ketidaksejateraan Bangsa Papua selama
PT. Freeport mengeksploitasi sumber daya alam serta mencemari wilayah Papua.
Teori elit juga menyatakan paradigma yang di bangun pemerintah adalah sistem
pembangunan yang menekankan pada sektor pertumbuhan ekonomi yang di topang oleh
investasi modal asing secara besar-besaran. kegiatan ekonomi yang menjadi prioritas adalah
kegiatan industrialisasi menengah dan besar. Industri yang di kembangkan tidak berbasis atau
bertumbuh pada sektor pertambangan saja tetapi juga sektor pembangunan ekonomi
masyarakat, namun lagi-lagi akses dan aset sumber daya alam Papua hanyalah dimiliki oleh
kaum kapitalis sebagai pengusaha dan penguasa. Studi terkini dari Project On Environment
Population And Security (EPS) menyimpulkan bahwa kelangkaan sumber daya lingkungan
meningkatkan tuntutan masyarakat terhadap negara sementara secara terus-menerus
menurunkan kemampuan negara untuk memenuhi tuntutan tersebut.
Kekurangan sumber daya bisa melemahkan atau menguatkan posisi atau potensi
kekuatan negara. Masalah lingkungan tidak akan secara langsung menyebabkan timbulnya
kekerasan tetapi setelah melewati periode yang lebih panjang kedua hal tersebut sangat
mungkin berinteraksi dengan tekanan-tekanan lingkungan hidup dan demografi serta
menambah ketegangan. Selain itu, eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya alam
tidak hanya mengancam ekosistem tetapi juga telah menghasilkan pengangguran dan
kesulitan ekonomi.
Peneliti EPS menyimpulkan bahwa kelangkaan sumber daya lingkungan hidup dapat
berinteraksi dengan faktor-faktor seperti tadi untuk kemudian menyebabkan efek-efek sosial
yang signifikan seperti kelangkaan sumber daya, lingkungan bisa memperburuk perpecahan
sosial, menciptakan segmentasi sosial baru, atau juga meningkatkan konflik antar kelas
maupun etnik. Selain itu, implikasinya bisa berpengaruh bagi hubungan antar negara.
Kelangkaan sumber daya alam dapat menghasilkan perselisihan kewilayahan, kepemilikan,
dan kontrol atas sumber daya. Kemiskinan akan menambah tekanan untuk bermigrasi lalu
menyebabkan tegangan etnis terutama ketika sumber daya alam telah berkurang atau langka.
Di kebanyakan tempat di dunia berkembang dimana masyarakat sipil memiliki demokrasi
yang lemah dan rentan dengan kondisi-kondisi lingkungan hidup yang kian memburuk
semakin lama bisa menghancurkan legitimasi pemerintah dan lembaga-lembaga sosial.
Jika ketersediaan kesempatan politik yang memungkinkan masyarakat untuk
mengubah situasi mereka makin sedikit maka kekerasan politik lebih banyak
kemungkinannya. Konflik tidak harus langsung berbentuk kekerasan fisik tetapi dapat berarti
perbedaan-perbedaan sudut pandang yang masing-masing berkomitmen untuk menyelesaikan
suatu perbedaan menurut caranya sendiri. Lalu muncullah konflik mendasar dalam berbagai
kelompok masyarakat manusia antara masyarakat industri yang cenderung menghancurkan
lingkungan atau mendukung paradigma pertumbuhan dan mereka yang menentang cara
mengatur masyarakat dengan pembatasan pertumbuhan.
Pemerintah Indonesia selaku pemegang kekuasaan tertinggi kehilangan kedaulatan di
bidang lingkungan karena tidak mampu menekan PT. Freeport. Bahkan Pemerintah juga telah
melakukan kekerasan terhadap masyarakat Papua akibat pencemaran yang tidak ditangani
karena mereka tidak memperoleh hak hidup di lingkungan yang bersih dan sehat. Pemerintah
juga tidak menyediakan informasi yang transparan bagi hasil audit lingkungan PT. Freeport.
Hal ini menimbulkan kecurigaan dan kerancuan informasi dimasyarakat. Akibatnya, ruang
publik tertutup untuk membahas dan menuntut masalah pencemaran dan kerusakan
lingkungan.
BAB III
METODE (METHODS)
Negara seharusnya dapat menekan PT. Freeport karena negara merupakan otoritas
tertinggi didalam negara. Ditambah lagi, PT. Freeport merupakan perusahaan asing yang
berpotensi mengancam keamanan manusia melalui kerusakan lingkungan akibat kegiatan
pertambangan. Ketidaktegasan pemerintah dalam menegakan hukum lingkungan
menunjukkan Indonesia sebagai negara berkembang atau negara dunia ketiga masih berada
dibawah bayang-bayang negara maju atau home country darimana PT. Freeport berasal yaitu
Amerika Serikat.
Dampak-dampak pencemaran dan kerusakan lingkungan yang menyebabkan krisis
lingkungan hidup meluas ke dalam beragam sektor vital bagi kebutuhan manusia, seperti
pangan, kesehatan, dan ekonomi. Dampak-dampak yang ditimbulkan bukan hanya terjadi
dalam jangka pendek, melainkan juga jangka panjang khususnya apabila pemerintah
Indonesia tidak segera melakukan usaha untuk mengatasi krisis tersebut. Terlebih, dampak
dari krisis lingkungan juga telah berpotensi memicu konflik. Dampak-dampak yang
ditimbulkan bisa jadi akan semakin memburuk di kemudian hari sehingga pemerintah
Indonesia perlu mengambil tindakan dengan cepat dan tepat.
BAB IV
HASIL & DISKUSI (RESULT & DISCUSSION)
4.1 Keuntungan yang diberikan Freeport pada Indonesia
Freeport berkembang menjadi perusahaan dengan penghasilan 2,3 Miliar Dollar AS.
Menurut Freeport, keberadaannya memberikan manfaat langsung dan tidak langsung kepada
Indonesia sebesar 33 Miliar dolar dari tahun 1992 - 2004. Angka ini hampir sama dengan 2
persen PDB Indonesia. Dengan harga emas mencapai nilai tertinggi dalam 25 tahun terakhir,
yaitu 540 dollar per ons, Freeport diperkirakan akan mengisi kas pemerintah sebesar 1 miliar
dollar. Mining International, sebuah majalah perdagangan, menyebut tambang emas Freeport
sebagai yang terbesar di dunia.
4.2 Dampak pertambangan emas yang dilakukan Freeport terhadap alam sekitarnya
Beberapa kerusakan lingkungan yang diungkap oleh media dan LSM adalah, Freeport
telah mematikan 23.000 ha hutan di wilayah pengendapan tailing, Merubah bentang alam
karena erosi maupun sedimentasi, Meluapnya sungai karena pendangkalan akibat endapan
tailing. Freeport telah membuang tailing dengan kategori limbah B3 (Bahan Beracun
Berbahaya) melalui Sungai Ajkwa. Limbah ini telah mencapai pesisir laut Arafura. Tailing
yang dibuang Freeport ke Sungai Ajkwa melampaui baku mutu total suspend solid (TSS)
yang diperbolehkan menurut hukum Indonesia. Limbah tailing Freeport mencemari perairan
di muara sungai Ajkwa dan mengontaminasi sejumlah besar jenis mahluk hidup serta
mengancam perairan dengan air asam tambang berjumlah besar. Tailing yang dibuang
Freeport merupakan bahan yang mampu menghasilkan cairan asam berbahaya bagi kehidupan
aquatik. Bahkan sejumlah spesies aquatik sensitif di sungai Ajkwa telah punah akibat tailing
Freeport. Menurut perhitungan Greenomics Indonesia, biaya yang dibutuhkan untuk
memulihkan lingkungan yang rusak adalah Rp. 67 trilliun.
4.3 Kehidupan Masyarakat di sekitar tambang emas Freeport
Kegiatan penambangan dan ekonomi Freeport telah mencetak keuntungan finansial bagi
perusahaan tersebut namun tidak bagi masyarakat lokal di sekitar wilayah pertambangan. Dari
tahun ke tahun Freeport terus mereguk keuntungan dari tambang emas, perak, dan tembaga
terbesar di dunia. Pendapatan utama Freeport adalah dari operasi tambangnya di Indonesia.
Setiap hari hampir 700 ribu ton material dibongkar untuk menghasilkan 255 ribu ton bijih
emas. Jumlah ini bisa disamakan dengan 70 ribu truk kapasitas angkut 10 ton berjejer
sepanjang Jakarta hingga Surabaya (sepanjang 700 km)
Para petinggi Freeport mendapatkan fasilitas, tunjangan dan keuntungan yang
besarnya mencapai 1 juta kali lipat pendapatan tahunan penduduk Timika, Papua. Keuntungan
Freeport tak serta merta melahirkan kesejahteraan bagi warga sekitar. Keberadaan Freeport
tidak banyak berkontribusi bagi masyarakat Papua, bahkan pembangunan di Papua dinilai
gagal. Kegagalan pembangunan di Papua dapat dilihat dari buruknya angka kesejahteraan
manusia di Kabupaten Mimika. Penduduk Kabupaten Mimika, lokasi di mana Freeport
berada, terdiri dari 35% penduduk asli dan 65% pendatang. Pada tahun 2002, BPS mencatat
sekitar 41 persen penduduk Papua dalam kondisi miskin, dengan komposisi 60% penduduk
asli dan sisanya pendatang. Pada tahun 2005, Kemiskinan rakyat di Provinsi Papua, yang
mencapai 80,07% atau 1,5 juta penduduk.
Hampir seluruh penduduk miskin Papua adalah warga asli Papua. Jadi penduduk asli
Papua yang miskin adalah lebih dari 60% dan umumnya tinggal di pegunungan tengah,
wilayah kontrak karya Frepoort. Kepala Biro Pusat Statistik propinsi Papua % JA Djarot
Soesanto, merelease data kemiskinan tahun 2006, bahwa setengah penduduk Papua miskin
47,99 %
Di sisi lain, pendapatan pemerintah daerah Papua demikian bergantung pada sektor
pertambangan. Sejak tahun 1975-2002 sebanyak 50% lebih PDRB Papua berasal dari
pembayaran pajak, royalti dan bagi hasil sumber daya alam tidak terbaharukan, termasuk
perusahaan migas. Artinya ketergantungan pendapatan daerah dari sektor ekstraktif akan
menciptakan ketergantungan dan kerapuhan yang kronik bagi wilayah Papua.
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Papua Barat memang menempati peringkat ke 3
dari 30 propinsi di Indonesi pada tahun 2005. Namun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Papua, yang diekspresikan dengan tingginya angka kematian ibu hamil dan balita karena
masalah-masalah kekurangan gizi berada di urutan ke-9. Lebih parah lagi, kantong-kantong
kemiskinan tersebut berada di kawasan konsesi pertambangan Freeport.
BAB V
KESIMPULAN, KRITIK & SARAN (CONCLUSION & RECOMENDATION)
PT. Freeport dari segi Finansial memang memberikan pemasukan yang besar bagi
Indonesia, tetapi hal tersebut tidak sebanding dengan pemasukan yang diterima oleh pihak
Freeport yang merupakan perusahaan milik asing dan berbagai dampak negatif yang
ditimbulkan oleh Freeport. Berbagai konflik dan pelanggaran HAM juga mewarnai perjalanan
Freeport yang semua itu terkesan kurang mendapat perhatian dari pemerintah, karena semua
kasus pelanggaran HAM yang terjadi tidak pernah terselesaikan dengan baik. Apabila
dihubungkan dengan pancasila, maka Freeport telah melanggar sila kedua pancasila karena
pihak Freeport telah banyak mengabaikan apa yang menjadi hak warga sekitar.
Kebijakan Indonesia yang belum mengutamakan lingkungan dalam menangani kasus
pencemaran menyebabkan krisis lingkungan hidup yang berbanding lurus dengan ancaman
terhadap keamanan manusia di Mimika Papua. Melalui dampak-dampak yang ditimbulkan
oleh krisis tersebut, ditemukan bahwa terdapat aspek-aspek keamanan manusia yang ikut
terganggu, yaitu keamanan lingkungan, ekonomi, pangan, kesehatan, dan pribadi.
Menurunnya kualitas lingkungan membuat kebutuhan masyarakat Mimika Papua untuk hidup
dalam lingkungan yang baik dan terbebas dari bahaya kerusakan lingkungan tidak dapat
terpenuhi. Biaya yang besar untuk menanggulangi krisis, menurunnya produktivitas mata
pencaharian, dan sektor ekonomi lainnya akibat polusi menyebabkan terancamnya keamanan
ekonomi. Polusi udara, air, dan tanah yang menjadi konsumsi harian masyarakat mengancam
keamanan kesehatan karena mengandung logam berat yang berdampak pada timbulnya
beragam penyakit seperti gangguan pernapasan, pencernaan, dan kematian prematur.
Menurunnya kualitas lahan berdampak pada berkurangnya lahan pertanian produktif
dan terkontaminasinya bahan pangan oleh timbal dan jenis bahan berbahaya lainnya sehingga
kebutuhan keamanan pangan lambat laun akan ikut terancam. Krisis lingkungan hidup dapat
memicu ketegangan sosial yang berdampak pada terganggunya keamanan pribadi. Dampak-
dampak yang ditimbulkan oleh krisis lingkungan hidup tersebut sekaligus merupakan
ancaman-ancaman terhadap keamanan manusia yang harus dihadapi oleh masyarakat Mimika
setiap harinya.
Keamanan manusia di Mimika terjadi karena negara masih mengutamakan ekonomi
dan pembangunan negara dengan pertimbangan bahwa PT. Freeport memberikan pemasukan
terbesar terhadap APBN. Hal ini tercermin dalam empat kebijakan strategis masa Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo. Pemerintah juga belum optimal dalam
melaksanakan penegakan hukum terhadap kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan yang
telah berlangsung kurang lebih selama 40 tahun. Pemberian sanksi administratif tidak
memberikan efek jera bagi pelaku usaha khususnya PT. Freeport.
KRITIK & SARAN
Freeport merupakan salah satu perusahaan tambang yang dikelola oleh pihak asing. Sebagian
besar keuntungan yang didapat dari hasil tambang pasti akan masuk ke devisa milik asing dan
bukan ke Indonesia. Indonesia kaya akan hasil tambang, seharusnya kita lebih meningkatkan
kualitas sumber daya manusia yang kita miliki supaya berbagai tambang yang kita miliki
dapat kita kelola sendiri dan keuntungan yang didapat akan mengalir ke cadangan devisa
negara. Pemerintah juga sudah seharusnya lebih serius dalam menyelesaikan masalah yang
terkait dengan Freeport agar tidak ada lagi kasus pelanggaran HAM yang terjadi yang
kasusnya tidak pernah terselesaikan.
Demikian artikel studi kasus yang dapat saya sampaikan. Saya menyadari bahwa artikel ini
masih banyak kekurangan dari segi penulisan maupun penyusunan kata, untuk itu saya mohon
saudara/i untuk memberi masukan ataupun kritikan demi membangun artikel ini agar dapat
lebih baik dari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA (REFERENCE)
1. Adityowati, P. 2017. Tempo.co. (Enam Pelanggaran Lingkungan Freeport Versi
BPK). https://bisnis.tempo.co/read/871310/enam-pelanggaran-lingkungan-
freeportversi-bpk
2. Ahsinin, A. 2005. Ancaman Globalisasi terhadap Implementasi Hukum Lingkungan.
http://pdfbit.com/li/lingkungan-globalisasipdf.html
3. Ambarwatie, T. 2001. Limbah Tailing PT Freeport Dinilai Merusak Lingkungan.
Liputan6. http://news.liputan6.com/read/11389/limbah-tailing-pt-freeport-dinilai-
merusaklingkungan
4. Saripedia. 2011. https://saripedia.wordpress.com/tag/pencemaran-lingkungan-oleh-pt-
freeport-indonesia/
5. Yulia, Dhea. 2016.
https://www.academia.edu/24324601/Makalah_Kewarganegaraan_Analisis_Kasus_P
T._Freeport_Indonesia_dan_Kaitannya_dengan_Pemenuhan_Hak_Asasi_Masyarakat_
Papua_dan_Keajiban_Pemerintah
6. Anonym. 2019. https://www.jpnn.com/news/masalah-lingkungan-freeport-sudah-ada-
roadmap-penyelesaian
7. Amisim, Stefanus. 2016.
https://www.academia.edu/28625023/MAKALAH_DAMPAK_KEHADIRAN_PT.FREEPOR
T_INDONESIA_TERHADAP_EKOSISTEM
8. Anonym2. 2019. https://id.wikipedia.org/wiki/Freeport_Indonesia
9. Januar Rizki, Mochamad.
2019. https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5c35f52adc2c8/respons-klhk-soal-
kerusakan-lingkungan-akibat-tambang-freeport/ (Diakses 15 Juli 2019, 16:14).

More Related Content

Similar to PT Freeport dan Lingkungan

Industri sebagai sumber pencemaran
Industri sebagai sumber pencemaranIndustri sebagai sumber pencemaran
Industri sebagai sumber pencemaranwelly yusup
 
Pencemaran laut dan upaya penegakan hukumnya di indonesia
Pencemaran laut dan upaya penegakan hukumnya di indonesiaPencemaran laut dan upaya penegakan hukumnya di indonesia
Pencemaran laut dan upaya penegakan hukumnya di indonesiaAhdiat Celebes
 
Kerusakan Alam INDONESIA
Kerusakan Alam INDONESIAKerusakan Alam INDONESIA
Kerusakan Alam INDONESIAJesica Grace
 
Kul_1_Analisis-Pencemaran_2015.ppt
Kul_1_Analisis-Pencemaran_2015.pptKul_1_Analisis-Pencemaran_2015.ppt
Kul_1_Analisis-Pencemaran_2015.ppttaty433685
 
Dampak industri terhadap lingkungan hidup
Dampak industri terhadap lingkungan hidupDampak industri terhadap lingkungan hidup
Dampak industri terhadap lingkungan hidupwelly yusup
 
Globalisasi dan pt._freeport_indonesia
Globalisasi dan pt._freeport_indonesiaGlobalisasi dan pt._freeport_indonesia
Globalisasi dan pt._freeport_indonesiaIr. Soekarno
 
Makalah pencemaran lingkungan akibat industri
Makalah pencemaran lingkungan akibat industriMakalah pencemaran lingkungan akibat industri
Makalah pencemaran lingkungan akibat industriAgus Adipura
 
Keterangan Pihak Terkait Dalam Perkara Nomor 10/PUU-XII/2014 Perihal Pengujia...
Keterangan Pihak Terkait Dalam Perkara Nomor 10/PUU-XII/2014 Perihal Pengujia...Keterangan Pihak Terkait Dalam Perkara Nomor 10/PUU-XII/2014 Perihal Pengujia...
Keterangan Pihak Terkait Dalam Perkara Nomor 10/PUU-XII/2014 Perihal Pengujia...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Paper Geologi Sedimentologi Laut (Universitas Maritim Raja Ali Haji)
Paper Geologi Sedimentologi Laut  (Universitas Maritim Raja Ali Haji)Paper Geologi Sedimentologi Laut  (Universitas Maritim Raja Ali Haji)
Paper Geologi Sedimentologi Laut (Universitas Maritim Raja Ali Haji)Universitas Maritim Raja Ali Haji
 
Makalah pelestarian lingkungan yang telah rusak
Makalah pelestarian lingkungan yang telah rusakMakalah pelestarian lingkungan yang telah rusak
Makalah pelestarian lingkungan yang telah rusakSeptian Muna Barakati
 
Presentasi hukum lingkungan
Presentasi hukum lingkunganPresentasi hukum lingkungan
Presentasi hukum lingkunganYuli Aulia
 
Kerusakan Lingkungan DI Bangka-Pengling
Kerusakan Lingkungan DI Bangka-PenglingKerusakan Lingkungan DI Bangka-Pengling
Kerusakan Lingkungan DI Bangka-PenglingAdel del
 
Pengetahuan Lingkungan
Pengetahuan  LingkunganPengetahuan  Lingkungan
Pengetahuan LingkunganAdel del
 
PT. freepot indonesia
PT. freepot indonesiaPT. freepot indonesia
PT. freepot indonesiaWiddy azendri
 
Paper Perencanaan Perusahaan Offshore Oil Driling
Paper Perencanaan Perusahaan Offshore Oil DrilingPaper Perencanaan Perusahaan Offshore Oil Driling
Paper Perencanaan Perusahaan Offshore Oil DrilingCandra Rudyatmoko
 
Materi Bahtsul Masail Munas NU 2019
Materi Bahtsul Masail Munas NU 2019Materi Bahtsul Masail Munas NU 2019
Materi Bahtsul Masail Munas NU 2019Erhaje88
 
Makalah pelestarian lingkungan yang telah rusak
Makalah pelestarian lingkungan yang telah rusakMakalah pelestarian lingkungan yang telah rusak
Makalah pelestarian lingkungan yang telah rusakOperator Warnet Vast Raha
 

Similar to PT Freeport dan Lingkungan (20)

Industri sebagai sumber pencemaran
Industri sebagai sumber pencemaranIndustri sebagai sumber pencemaran
Industri sebagai sumber pencemaran
 
Pencemaran laut dan upaya penegakan hukumnya di indonesia
Pencemaran laut dan upaya penegakan hukumnya di indonesiaPencemaran laut dan upaya penegakan hukumnya di indonesia
Pencemaran laut dan upaya penegakan hukumnya di indonesia
 
Isi
IsiIsi
Isi
 
Kerusakan Alam INDONESIA
Kerusakan Alam INDONESIAKerusakan Alam INDONESIA
Kerusakan Alam INDONESIA
 
Kul_1_Analisis-Pencemaran_2015.ppt
Kul_1_Analisis-Pencemaran_2015.pptKul_1_Analisis-Pencemaran_2015.ppt
Kul_1_Analisis-Pencemaran_2015.ppt
 
Dampak industri terhadap lingkungan hidup
Dampak industri terhadap lingkungan hidupDampak industri terhadap lingkungan hidup
Dampak industri terhadap lingkungan hidup
 
Globalisasi dan pt._freeport_indonesia
Globalisasi dan pt._freeport_indonesiaGlobalisasi dan pt._freeport_indonesia
Globalisasi dan pt._freeport_indonesia
 
Makalah pencemaran lingkungan akibat industri
Makalah pencemaran lingkungan akibat industriMakalah pencemaran lingkungan akibat industri
Makalah pencemaran lingkungan akibat industri
 
Keterangan Pihak Terkait Dalam Perkara Nomor 10/PUU-XII/2014 Perihal Pengujia...
Keterangan Pihak Terkait Dalam Perkara Nomor 10/PUU-XII/2014 Perihal Pengujia...Keterangan Pihak Terkait Dalam Perkara Nomor 10/PUU-XII/2014 Perihal Pengujia...
Keterangan Pihak Terkait Dalam Perkara Nomor 10/PUU-XII/2014 Perihal Pengujia...
 
Paper Geologi Sedimentologi Laut (Universitas Maritim Raja Ali Haji)
Paper Geologi Sedimentologi Laut  (Universitas Maritim Raja Ali Haji)Paper Geologi Sedimentologi Laut  (Universitas Maritim Raja Ali Haji)
Paper Geologi Sedimentologi Laut (Universitas Maritim Raja Ali Haji)
 
Makalah pelestarian lingkungan yang telah rusak
Makalah pelestarian lingkungan yang telah rusakMakalah pelestarian lingkungan yang telah rusak
Makalah pelestarian lingkungan yang telah rusak
 
Insiden Montara
Insiden MontaraInsiden Montara
Insiden Montara
 
Pklh pelabuhan
Pklh pelabuhanPklh pelabuhan
Pklh pelabuhan
 
Presentasi hukum lingkungan
Presentasi hukum lingkunganPresentasi hukum lingkungan
Presentasi hukum lingkungan
 
Kerusakan Lingkungan DI Bangka-Pengling
Kerusakan Lingkungan DI Bangka-PenglingKerusakan Lingkungan DI Bangka-Pengling
Kerusakan Lingkungan DI Bangka-Pengling
 
Pengetahuan Lingkungan
Pengetahuan  LingkunganPengetahuan  Lingkungan
Pengetahuan Lingkungan
 
PT. freepot indonesia
PT. freepot indonesiaPT. freepot indonesia
PT. freepot indonesia
 
Paper Perencanaan Perusahaan Offshore Oil Driling
Paper Perencanaan Perusahaan Offshore Oil DrilingPaper Perencanaan Perusahaan Offshore Oil Driling
Paper Perencanaan Perusahaan Offshore Oil Driling
 
Materi Bahtsul Masail Munas NU 2019
Materi Bahtsul Masail Munas NU 2019Materi Bahtsul Masail Munas NU 2019
Materi Bahtsul Masail Munas NU 2019
 
Makalah pelestarian lingkungan yang telah rusak
Makalah pelestarian lingkungan yang telah rusakMakalah pelestarian lingkungan yang telah rusak
Makalah pelestarian lingkungan yang telah rusak
 

More from SINDINALURITA1

13, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, hak atas kekayaan intelektual, universita...
13, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, hak atas kekayaan intelektual, universita...13, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, hak atas kekayaan intelektual, universita...
13, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, hak atas kekayaan intelektual, universita...SINDINALURITA1
 
12, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, hukum perbankan dan asuransi, universitas...
12, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, hukum perbankan dan asuransi, universitas...12, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, hukum perbankan dan asuransi, universitas...
12, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, hukum perbankan dan asuransi, universitas...SINDINALURITA1
 
11, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, penanaman modal dalam negeri dan asing, p...
11, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, penanaman modal dalam negeri dan asing, p...11, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, penanaman modal dalam negeri dan asing, p...
11, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, penanaman modal dalam negeri dan asing, p...SINDINALURITA1
 
10, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan bisnis tidak...
10, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan bisnis tidak...10, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan bisnis tidak...
10, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan bisnis tidak...SINDINALURITA1
 
4, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, moratorium hutang dan bpr, universitas mer...
4, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, moratorium hutang dan bpr, universitas mer...4, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, moratorium hutang dan bpr, universitas mer...
4, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, moratorium hutang dan bpr, universitas mer...SINDINALURITA1
 
3, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, bentuk badan hukum dan perseroan terbatas ...
3, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, bentuk badan hukum dan perseroan terbatas ...3, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, bentuk badan hukum dan perseroan terbatas ...
3, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, bentuk badan hukum dan perseroan terbatas ...SINDINALURITA1
 
2, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa, universitas ...
2, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa, universitas ...2, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa, universitas ...
2, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa, universitas ...SINDINALURITA1
 

More from SINDINALURITA1 (7)

13, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, hak atas kekayaan intelektual, universita...
13, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, hak atas kekayaan intelektual, universita...13, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, hak atas kekayaan intelektual, universita...
13, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, hak atas kekayaan intelektual, universita...
 
12, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, hukum perbankan dan asuransi, universitas...
12, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, hukum perbankan dan asuransi, universitas...12, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, hukum perbankan dan asuransi, universitas...
12, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, hukum perbankan dan asuransi, universitas...
 
11, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, penanaman modal dalam negeri dan asing, p...
11, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, penanaman modal dalam negeri dan asing, p...11, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, penanaman modal dalam negeri dan asing, p...
11, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, penanaman modal dalam negeri dan asing, p...
 
10, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan bisnis tidak...
10, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan bisnis tidak...10, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan bisnis tidak...
10, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, anti monopoli dan persaingan bisnis tidak...
 
4, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, moratorium hutang dan bpr, universitas mer...
4, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, moratorium hutang dan bpr, universitas mer...4, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, moratorium hutang dan bpr, universitas mer...
4, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, moratorium hutang dan bpr, universitas mer...
 
3, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, bentuk badan hukum dan perseroan terbatas ...
3, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, bentuk badan hukum dan perseroan terbatas ...3, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, bentuk badan hukum dan perseroan terbatas ...
3, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, bentuk badan hukum dan perseroan terbatas ...
 
2, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa, universitas ...
2, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa, universitas ...2, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa, universitas ...
2, hbl, sindi nalurita, hapzi ali, alternatif resolusi sengketa, universitas ...
 

Recently uploaded

Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxumusilmi2019
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganlangkahgontay88
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptSalsabillaPutriAyu
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISHakamNiazi
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptwxmnxfm57w
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxFrida Adnantara
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalAthoillahEconomi
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...OknaRyana1
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaarmanamo012
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxMunawwarahDjalil
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxRito Doank
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppttami83
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaWahyuKamilatulFauzia
 

Recently uploaded (20)

Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
 

PT Freeport dan Lingkungan

  • 1. Kasus Pencemaran Lingkungan oleh PT. Freeport terhadap Keamanan Manusia di Mimika Papua DISUSUN OLEH : NAMA : SINDI NALURITA NIM : 43218010018 RUANG KELAS : B-204 DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. Hapzi Ali, Ir, CMA, MM, MPM FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS AKUNTANSI 2018 Jalan Meruya Selatan, Kembangan Jakarta Barat 11650 Telp 085877718365
  • 2. ABSTRACT Korporasi multinasional semakin menyebar di seluruh negara berkembang yang memiliki sumber daya. Kehadiran perusahaan multinasional sangat tepat dalam meningkatkan investasi tetapi juga menyebabkan polusi dan kerusakan lingkungan di negara-negara di mana perusahaan beroperasi. Salah satu operasinya adalah kegiatan penambangan oleh PT. Freeport di Mimika, Papua. Anak perusahaan dari perusahaan ini, McMoRan Copper & Gold Inc., yaitu PT. Freeport Indonesia mengelola pertambangan aset sumber daya dalam bentuk tembaga dan emas dan telah beroperasi sejak 1967 di Jakarta - Indonesia. Perusahaan ini adalah pembayar pajak terbesar kepada Indonesia dan merupakan perusahaan penghasil emas terbesar di dunia melalui tambang Grasberg. Freeport Indonesia telah melakukan eksplorasi di dua tempat di Papua, masing-masing tambang Erstberg (dari 1967) dan tambang Grasberg (sejak 1988), di kawasan Tembaga Pura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. Freeport berkembang menjadi perusahaan dengan penghasilan 2,3 miliar dolar AS. Menurut Freeport, keberadaannya memberikan manfaat langsung dan tidak langsung kepada Indonesia sebesar 33 miliar dolar dari tahun 1992–2004. Angka ini hampir sama dengan 2 persen PDB Indonesia. Dengan harga emas mencapai nilai tertinggi dalam 25 tahun terakhir, yaitu 540 dolar per ons, Freeport diperkirakan akan mengisi kas pemerintah sebesar 1 miliar dolar. PT. Freeport ini sering menimbulkan berbagai masalah.Masalah yang sering muncul tersebut sebagai akibat dari aktivitas penambangan lingkungan yang berpolusi itu mulai membuat banyak orang terganggu. Sebuah organisasi non-pemerintah lokal, Wahana Lingkungan Hidup melaporkan tentang dampak polusi dan kerusakan lingkungan. Artikel ini dimaksudkan untuk mendiskusikan tentang kebijakan Indonesia dalam menangani pencemaran lingkungan dan kasus kerusakan oleh PT. Freeport yang mempengaruhi keamanan manusia. Kata Kunci: pencemaran lingkungan, PT. Freeport, kebijakan Indonesia, keamanan manusia.
  • 3. BAB I PENDAHULUAN (INTRODUCTION) Globalisasi yang terjadi saat ini telah memperlihatkan 2 (dua) dimensi yakni, pertama dimensi ekonomi dan korporasi (economic and corporation globalization). Kedua, dimensi politik dan negara (political and state globalization). Kedua dimensi tersebut terlihat pada kebijakan yang diskenariokan dan didesain oleh negara-negara maju yang tergabung dalam G8 melalui 3 (tiga) lembaga yaitu, lembaga keuangan internasional (International Financial Institutions/IFI’s), organisasi perdagangan dunia (World Trade Organization/WTO), dan perusahaan multinasional (Multinational Corporation/MNC) Indonesia sebagai negara berkembang mulai didatangi berbagai investor asing. Penanaman modal oleh investor secara tidak langsung menunjukkan prospek perkembangan ekonomi Indonesia yang membaik karena telah memenuhi standar investasi asing. Investasi diwujudkan dengan berbagai cara, salah satunya melalui perusahaan multinasional. Investasi asing melalui perusahaan multinasional ternyata tidak hanya memberikan dampak positif tetapi juga dampak negatif bagi negara tempat perusahaan beroperasi, khususnya kontribusi terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan yang berdampak pada ancaman keamanan manusia. Beberapa perusahaan multinasional yang tercatat pernah melakukan pencemaran dan kerusakan lingkungan antara lain, kasus Teluk Buyat oleh PT. Newmont Minahasa Raya tahun 2004, kasus limbah merkuri di Nangroe Aceh Darussalam oleh PT. Exxon Mobil Oil Indonesia tahun 2005, dan kasus minyak montara di Laut Timor oleh PT. TEP Australia (Ashomre Cartier) di tahun 2009. Masalah lingkungan hidup yang marak terjadi kemudian menjadi isu penting untuk dibahas dalam politik domestik maupun wacana global. Masalah lingkungan semakin kompleks dengan melibatkan perusahaan multinasional dimana membutuhkan pengambilan keputusan baik di tingkat negara maupun sistem internasional khususnya dibidang lingkungan. Untuk mengatasi masalah lingkungan tersebut muncullah environmental movements yaitu rezim internasional yang bergerak di bidang lingkungan dengan memprakarsai konferensi- konferensi di tahun 1960-an, seperti Konferensi Stockhlolm dan konferensi bentukan badan PBB. Perusahaan multinasional lain yang ada di Indonesia yaitu PT. Freeport Indonesia. PT. Freeport merupakan anak perusahaan Freeport - McMoran Copper & Gold Inc. yaitu
  • 4. perusahaan tambang internasional utama dengan pusat di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat. PT. Freeport beroperasi di Indonesia berdasarkan Kontrak Karya yang ditandatangani pada tahun 1967 berdasarkan UU 11/1967 mengenai PMA. Berdasarkan KK ini, Freeport memperoleh konsesi penambangan di wilayah seluas kurang lebih 1,000 hektar. Masa berlaku KK pertama ini adalah 30 tahun. Kemudian pada tahun 1991 KK Freeport di perpanjang menjadi 30 tahun dengan opsi perpanjangan 2 kali masing-masing 10 tahun. Situs tambang PT. Freeport berada di puncak gunung pada ketinggian 4.270 meter dengan suhu terendah mencapai 2 derajat Celcius. Dengan kondisi alam seperti ini, kawasan di bawah areal pertambangan PT. Freeport mempunyai tingkat kerawanan tinggi terhadap bencana tanah longsor. Bencana tanah longsor di wilayah pertambangan PT. Freeport pernah terjadi beberapa kali sepanjang tahun 2004-2017. PT. Freeport Indonesia selalu mengklaim bahwa berbagai bencana yang terjadi di wilayah operasinya adalah kejadian tidak sengaja dari bencana alam. PT. Freeport harusnya menyadari resiko operasi didaerah dengan curah hujan dan aktivitas seismik yang tinggi, namun hal ini tidak menghalangi perusahaan meningkatkan kapasitas produksi dalam meningkatkan keuntungan. Dampak lingkungan terhadap kesehatan masyarakat dan penghidupan telah menjadi masalah yang terus-menerus di wilayah tambang PT. Freeport dan telah banyak didokumentasikan di media nasional dan internasional, diantaranya yaitu: deforestasi dan polusi dimana tailing dibuang langsung ke Sungai Agabagong lalu menyusut ke Sungai Aikwa dan kemudian ke Laut Arafura. Deposisi tailing tambang langsung ke Sungai Aikwa menyebabkan banjir yang menghancurkan sebagian besar hutan dataran rendah dan mengancam kota Timika. Adanya banjir atau dumping limbah tambang ke Danau Wanagong telah mengakibatkan kematian pekerja perusahaan dan adanya kekhawatiran tentang kelangsungan hidup permukiman jangka panjang di bawah danau. Pencemaran drainase batu asam juga mengancam kehidupan karena mencemari pasokan air lokal. Pasokan air berasal dari daerah aliran sungai yang berdekatan dengan operasi PT. Freeport dan telah terjadi peningkatan kadar tembaga pada fauna laut. Pencemaran ini berdampak pada ancaman keamanan manusia masyarakat di sekitar tambang.
  • 5. BAB II PEMBAHASAN (LITERATURE REVIEW) PT. FREEPORT INDONESIA PT. Freeport Indonesia merupakan anak perusahaan Freeport-McMoran Copper & Gold Inc dan beroperasi di Indonesia berdasarkan Kontrak Karya yang ditandatangani pada tahun 1967. Beroperasinya PT. Freeport di Indonesia menunjukkan bahwa Pemerintah telah memberikan wewenang secara legal bagi PT. Freeport untuk melakukan pertambangan dengan telah memenuhi persyaratan beroperasinya perusahaan berdasarkan Undang-Undang yang berlaku di Indonesia. Kasus pencemaran lingkungan oleh PT. Freeport telah bergulir sejak tahun 2000 dimana telah terjadi pendangkalan sungai serta tanah longsor yang memakan korban jiwa disekitar tambang. Kemudian tahun 2006 LSM Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) merilis laporan tentang dampak pertambangan PT. Freeport berdasarkan sejumlah laporan pemantauan oleh pemerintah dan perusahaan yang tidak dipublikasikan untuk umum. Laporan tersebut memaparkan dampak pencemaran dan kerusakan lingkungan oleh PT. Freeport di udara, air, kerusakan lingkungan, serta menyalahi ketentuan Amdal diluar wilayah yang telah diatur.
  • 6. PT. Freeport telah mencemari lingkungan akibat limbah sisa pertambangan, air sungai, pengendapan sedimen, kandungan limbah logam dan berbahaya, serta penggunaan hutan lindung berdasarkan data yang dirilis oleh LSM Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) serta Program Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup. Perusahaan tersebut membuang tailing dengan kategori limbah B3 (Bahan Beracun Berbahaya) melalui Sungai Ajkwa. Limbah ini telah mencapai pesisir laut Arafura. Tailing yang dibuang PT. Freeport ke Sungai Ajkwa melampaui baku mutu total suspend solid (TSS) yang diperbolehkan menurut hukum Indonesia. Limbah tailing PT. Freeport juga telah mencemari perairan di muara Sungai Ajkwa dan mengontaminasi sejumlah besar jenis mahluk hidup serta mengancam perairan dengan air asam tambang berjumlah besar. Dari hasil audit lingkungan yang dilakukan oleh Parametrix terungkap bahwa tailing yang dibuang PT. Freeport merupakan bahan yang mampu menghasilkan cairan asam berbahaya bagi kehidupan akuatik. Pencemaran air yang dilakukan oleh PT Freport telah melanggar Undang-undang nomor 7 tahun 2004 tentang sumber daya air Pasal 4 “Sumber daya air mempunyai fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi yang diselenggarakan dan diwujudkan secara selaras.” Pasal 5 “Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif.” Bahkan sejumlah spesies akuatik sensitif di sungai Ajkwa telah punah akibat tailing PT. Freeport. Menurut perhitungan Greenomics Indonesia, biaya yang dibutuhkan untuk memulihkan lingkungan yang rusak adalah Rp 67 trilliun. PT. Freeport mengklaim, sepanjang 1992-2005 Pemerintah Pusat mendapatkan keuntungan langsung US$ 3,8 miliar atau kurang lebih Rp 36 trilliun. Namun, juga dihitung dari perkiraan biaya lingkungan yang harus dikeluarkan, Indonesia dirugikan sekitar Rp 31 trilliun. Beberapa media dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) mengungkapkan bahwa aktivitas pertambangan PT. Freeport telah menimbulkan kerusakan lingkungan yang kian parah. Pencemaran dan kerusakan lingkungan oleh PT. Freeport telah bergulir sebelum tahun 2000. Tetapi, hasil pencemaran tersebut baru dirilis oleh Walhi pada tahun 2006. Pencemaran masih berlangsung diperkuat oleh temuan tim audit BPK tahun 2013 serta hasil evaluasi program pengelolaan lingkungan oleh Kementerian Lingkungan tahun 2015- 2016. Sanksi administratif yang telah diberikan Pemerintah Indonesia kepada PT. Freeport ternyata belum memberikan efek jera karena pencemaran masih terus berlansung bahkan menjadi ancaman bagi keamanan manusia di Mimika.
  • 7. Keamanan manusia melihat kerusakan lingkungan merupakan ancaman bagi kehidupan manusia yang seharusnya tinggal dengan aman serta hidup dengan baik. Kebijakan pemerintah dalam menangani lingkungan harus mendapat perhatian lebih dan tindakan serius dari negara karena berkaitan dengan hajat hidup masyarakat serta peran negara dalam menjamin hak-hak hidup yang mendasar bagi warga negaranya. Keberadaan PT. Freeport untuk melakukan pertambangan memiliki resiko yang tinggi dan dampak meluas yang seharusnya telah diketahui. Kilang pemrosesan berada pada ketinggian 3.000 m, curah hujan tahunan di daerah tersebut 4.000-5.000 mm, sedangkan kaki bukit menerima curah hujan tahunan lebih tinggi yaitu 12.100 mm dan suhu berkisar 18-30 derajat Celcius. Dengan kondisi alam seperti ini, kawasan di bawah areal pertambangan PT. Freeport mempunyai tingkat kerawanan tinggi terhadap bencana tanah longsor. Bencana tanah longsor di wilayah pertambangan PT. Freeport sering kali terjadi, yaitu 9 Oktober 2003 di bagian selatan area tambang terbuka Grasberg menewaskan 13 orang karyawan, 5 Mei 2008 di camp 35 mil 72 Tembaga pura yang menimbun 20 pendulang emas tradisional, 13 Desember 2009 di Bukit Astonel mil 72 dengan 1 orang meninggal dan 5 orang luka-luka, 14 Mei 2013 di Area Quality Management Service Mil 74 dimana 40 karyawan yang sedang mengikuti pelatihan terjebak reruntuhan sebanyak 28 orang tewas, serta 1 Desember 2013 di Area Ground Mil 74 menyebabkan 1 orang tewas dan 1 orang luka-luka. Kegiatan pertambangan juga mempengaruhi lingkungan hidup karena PT. Freeport telah menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan akibat pembuangan limbah operasional penambangan (tailing) di sungai, hutan, estuari dan telah mencapai kawasan laut. PT. Freeport Indonesia juga merupakan perusahaan yang belum memiliki izin penggunaan kawasan hutan terutama di wilayah kawasan hutan lindung. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 mengamanatkan bahwa aktivitas penambangan tidak dibolehkan di kawasan hutan lindung. Di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Pemerintah Indonesia melakukan perubahan Undang-Undang Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun 2009 yang jelas menyatakan akan menindak tegas setiap aktor baik individu, kelompok, maupun korporasi yang jelas melakukan pencemaran lingkungan melebihi baku mutu yang ditentukan (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 69). Pada tahun 2012 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membentuk tim yang bertugas mengevaluasi kontrak pertambangan skala besar yang tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2012 tentang Tim Evaluasi untuk Penyesuaian Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara. Tetapi, hasil tim
  • 8. evaluasi ini tidak disampaikan kepada publik hingga berakhirnya masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selesai. Masa Presiden Joko Widodo PT. Freeport Indonesia akhirnya setuju untuk melepas saham (divestasi) dengan total sebesar 51 persen kepada pihak nasional. Hal ini merupakan satu dari empat poin negosiasi yang disepakati PT. Freeport seiring perubahan status Kontrak Karya (KK) menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Sayangnya, dua kali renegoisasi masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2014 dan masa Joko Widodo tahun 2017 sama sekali tidak memasukkan poin masalah pencemaran dan kerusakan sebagai kesepakatan untuk segera diselesaikan sebelum kontrak diperpanjang. Padahal fenomena ini sangat krusial untuk diselesaikan karena kegiatan pertambangan mempengaruhi lingkungan serta keamanan manusia bagi masyarakat di Mimika Papua. Hal ini bertentangan dengan melanggar prinsip pembangunan berwawasan lingkungan yang diamanatkan UUD 1945 pasal 33 ayat (3) “ Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pencemaran oleh PT. Freeport menjadi krisis lingkungan hidup di Mimika merupakan konsekuensi atas pembangunan dan kemajuan industri pertambangan secara besar-besaran. Krisis lingkungan hidup utamanya adalah pencemaran polusi udara dan polusi air yang bukan hanya berdampak pada kerusakan dan kerugian secara ekologis melainkan juga berdampak pada terganggunya aspek-aspek dalam keamanan manusia, khsususnya dalam keamanan lingkungan, ekonomi, pangan, kesehatan, dan pribadi. Kebijakan Indonesia dalam menangani kasus pencemaran lingkungan berimplikasi terhadap keamanan manusia karena masalah pencemaran oleh PT. Freeport tahun 2004- 2017 belum juga selesai. Akibatnya menurut konsep human security pencemaran mengancam aspek-aspek kehidupan manusia dimana terjadi pencemaran terhadap keamanan lingkungan seperti rusaknya ekosistem alami, menurunnya mata pencaharian dan pemasukan dalam mencari ikan akibat pencemaran disungai dari segi keamanan ekonomi, pasokan air dan udara bersih serta makanan yang terkontaminasi kadar logam yang mengancam keamanan pangan, kehidupan masyarakat disekitar tambang yang belum direhabilitasi dari pencemaran lingkungan dari segi keamanan kesehatan, serta keamanan pribadi untuk mendapatkan hidup bersih dan layak serta keamanan karena adanya potensi ancaman militer di sekitar wilayah pertambangan. Teori elit menambahkan bahwa selama ini negara terlalu memikirkan pembangunan dan pemasukan bagi keuangan nasional. Negara memberikan izin investasi usaha asing melalui perusahaan multinasional salah satunya PT. Freeport Indonesia dengan tujuan
  • 9. membangun ekonomi di Mimika Papua. Padahal yang terjadi dilapangan sangat berbeda. Keuntungan tambang PT. Freeport bernilai $232 juta pada tahun 2005 sedangkan masyarakat hidup dalam kemiskinan dan mengalami dampak pencemaran. Pembayaran pajak PT. Freeport 87% disetorkan kepada pemerintah nasional dan hanya 13% bagi provinsi Papua serta pemerintah lokal. Selain itu, hanya 20% dari tenaga kerja ditambang PT. Freeport berasal dari Papua. Artinya Pemerintah dan PT. Freeport telah gagal dalam menyediakan porsi lapangan kerja yang lebih besar bagi penduduk setempat. Padahal kegiatan operasional PT. Freeport telah beroperasi selama hampir 40 tahun dengan dampak pencemaran lingkungan dan merugikan kehidupan masyarakat Papua. Menurut konsep Human Security dampak kerusakan lingkungan yang terjadi dinilai oleh para ahli rentan terhadap konflik akibat kesenjangan serta hak-hak yang tidak diperoleh masyarakat. Di negara-negara berkembang kerusakan lingkungan akan menyebabkan efek sosial yang pada akhirnya dapat menimbulkan beberapa tipe konflik, seperti persengketaan, benturan antara kelompok adat, pertentangan penduduk sipil dan kerusuhan. Dalam kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan oleh PT. Freeport kebijakan yang diambil selama ini antara Pemerintah Indonesia dan PT. Freeport tanpa keterlibatan masyarakat juga telah menimbulkan masalah baru. Akibat kesenjangan kelas, kerusakan lingkungan, bantuan militer untuk penjagaan wilayah pertambangan telah memunculkan banyak tuntutan dari komunitas dan orang-orang pribumi asli. Terjadinya berbagai konflik di Papua merupakan salah satu bentuk perlawanan. Tidak hanya secara individu saja melainkan juga secara kelompok baik dari kalangan aktivis, praktisi, tokoh-tokoh masyarakat adat maupun lembaga adat. Perlawanan dilakukan karena perasaan kecewa terhadap kebijakan Pemerintah Indonesia yang tidak mampu memproteksi rakyatnya. Dikotomi struktural di tingkat pemerintahan antara kelas atas dan kelas bawah secara faktual telah memperkokoh hegemoni elit penguasa terhadap rakyatnya. Peristiwa konflik pernah terjadi pada tahun 1999/2000 dimana adanya penembakan di areal pertambangan oleh orang tidak di kenal, tahun 2000/2011 Timika kembali memanas dengan konflik antara masyarakat Papua dan pihak militer Indonesia yang memprotes dengan keras keberadaan PT. Freeport dan menuntut kemerdekaan bagi Papua Merdeka. Tahun 2005 Abepura Berdarah dimana situasi Kota Jayapura memanas ketika masa memblokade jalan dan menuntut pemerintah Indonesia untuk menutup PT. Freeport, serta tahun 2006, Kota Jayapura memanas karena mahasiswa papua melakukan aksi ricuh yang melibatkan 4 anggota militer meninggal dan lainnya luka-luka serta aksi penculikan terjadi di seluruh kota Jayapura. Tuntunnya sama yaitu Pemerintah
  • 10. Indonesia bertanggung jawab atas ketidakadilan dan ketidaksejateraan Bangsa Papua selama PT. Freeport mengeksploitasi sumber daya alam serta mencemari wilayah Papua. Teori elit juga menyatakan paradigma yang di bangun pemerintah adalah sistem pembangunan yang menekankan pada sektor pertumbuhan ekonomi yang di topang oleh investasi modal asing secara besar-besaran. kegiatan ekonomi yang menjadi prioritas adalah kegiatan industrialisasi menengah dan besar. Industri yang di kembangkan tidak berbasis atau bertumbuh pada sektor pertambangan saja tetapi juga sektor pembangunan ekonomi masyarakat, namun lagi-lagi akses dan aset sumber daya alam Papua hanyalah dimiliki oleh kaum kapitalis sebagai pengusaha dan penguasa. Studi terkini dari Project On Environment Population And Security (EPS) menyimpulkan bahwa kelangkaan sumber daya lingkungan meningkatkan tuntutan masyarakat terhadap negara sementara secara terus-menerus menurunkan kemampuan negara untuk memenuhi tuntutan tersebut. Kekurangan sumber daya bisa melemahkan atau menguatkan posisi atau potensi kekuatan negara. Masalah lingkungan tidak akan secara langsung menyebabkan timbulnya kekerasan tetapi setelah melewati periode yang lebih panjang kedua hal tersebut sangat mungkin berinteraksi dengan tekanan-tekanan lingkungan hidup dan demografi serta menambah ketegangan. Selain itu, eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya alam tidak hanya mengancam ekosistem tetapi juga telah menghasilkan pengangguran dan kesulitan ekonomi. Peneliti EPS menyimpulkan bahwa kelangkaan sumber daya lingkungan hidup dapat berinteraksi dengan faktor-faktor seperti tadi untuk kemudian menyebabkan efek-efek sosial yang signifikan seperti kelangkaan sumber daya, lingkungan bisa memperburuk perpecahan sosial, menciptakan segmentasi sosial baru, atau juga meningkatkan konflik antar kelas maupun etnik. Selain itu, implikasinya bisa berpengaruh bagi hubungan antar negara. Kelangkaan sumber daya alam dapat menghasilkan perselisihan kewilayahan, kepemilikan, dan kontrol atas sumber daya. Kemiskinan akan menambah tekanan untuk bermigrasi lalu menyebabkan tegangan etnis terutama ketika sumber daya alam telah berkurang atau langka. Di kebanyakan tempat di dunia berkembang dimana masyarakat sipil memiliki demokrasi yang lemah dan rentan dengan kondisi-kondisi lingkungan hidup yang kian memburuk semakin lama bisa menghancurkan legitimasi pemerintah dan lembaga-lembaga sosial. Jika ketersediaan kesempatan politik yang memungkinkan masyarakat untuk mengubah situasi mereka makin sedikit maka kekerasan politik lebih banyak kemungkinannya. Konflik tidak harus langsung berbentuk kekerasan fisik tetapi dapat berarti perbedaan-perbedaan sudut pandang yang masing-masing berkomitmen untuk menyelesaikan
  • 11. suatu perbedaan menurut caranya sendiri. Lalu muncullah konflik mendasar dalam berbagai kelompok masyarakat manusia antara masyarakat industri yang cenderung menghancurkan lingkungan atau mendukung paradigma pertumbuhan dan mereka yang menentang cara mengatur masyarakat dengan pembatasan pertumbuhan. Pemerintah Indonesia selaku pemegang kekuasaan tertinggi kehilangan kedaulatan di bidang lingkungan karena tidak mampu menekan PT. Freeport. Bahkan Pemerintah juga telah melakukan kekerasan terhadap masyarakat Papua akibat pencemaran yang tidak ditangani karena mereka tidak memperoleh hak hidup di lingkungan yang bersih dan sehat. Pemerintah juga tidak menyediakan informasi yang transparan bagi hasil audit lingkungan PT. Freeport. Hal ini menimbulkan kecurigaan dan kerancuan informasi dimasyarakat. Akibatnya, ruang publik tertutup untuk membahas dan menuntut masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan.
  • 12. BAB III METODE (METHODS) Negara seharusnya dapat menekan PT. Freeport karena negara merupakan otoritas tertinggi didalam negara. Ditambah lagi, PT. Freeport merupakan perusahaan asing yang berpotensi mengancam keamanan manusia melalui kerusakan lingkungan akibat kegiatan pertambangan. Ketidaktegasan pemerintah dalam menegakan hukum lingkungan menunjukkan Indonesia sebagai negara berkembang atau negara dunia ketiga masih berada dibawah bayang-bayang negara maju atau home country darimana PT. Freeport berasal yaitu Amerika Serikat. Dampak-dampak pencemaran dan kerusakan lingkungan yang menyebabkan krisis lingkungan hidup meluas ke dalam beragam sektor vital bagi kebutuhan manusia, seperti pangan, kesehatan, dan ekonomi. Dampak-dampak yang ditimbulkan bukan hanya terjadi dalam jangka pendek, melainkan juga jangka panjang khususnya apabila pemerintah Indonesia tidak segera melakukan usaha untuk mengatasi krisis tersebut. Terlebih, dampak dari krisis lingkungan juga telah berpotensi memicu konflik. Dampak-dampak yang ditimbulkan bisa jadi akan semakin memburuk di kemudian hari sehingga pemerintah Indonesia perlu mengambil tindakan dengan cepat dan tepat.
  • 13. BAB IV HASIL & DISKUSI (RESULT & DISCUSSION) 4.1 Keuntungan yang diberikan Freeport pada Indonesia Freeport berkembang menjadi perusahaan dengan penghasilan 2,3 Miliar Dollar AS. Menurut Freeport, keberadaannya memberikan manfaat langsung dan tidak langsung kepada Indonesia sebesar 33 Miliar dolar dari tahun 1992 - 2004. Angka ini hampir sama dengan 2 persen PDB Indonesia. Dengan harga emas mencapai nilai tertinggi dalam 25 tahun terakhir, yaitu 540 dollar per ons, Freeport diperkirakan akan mengisi kas pemerintah sebesar 1 miliar dollar. Mining International, sebuah majalah perdagangan, menyebut tambang emas Freeport sebagai yang terbesar di dunia. 4.2 Dampak pertambangan emas yang dilakukan Freeport terhadap alam sekitarnya Beberapa kerusakan lingkungan yang diungkap oleh media dan LSM adalah, Freeport telah mematikan 23.000 ha hutan di wilayah pengendapan tailing, Merubah bentang alam karena erosi maupun sedimentasi, Meluapnya sungai karena pendangkalan akibat endapan tailing. Freeport telah membuang tailing dengan kategori limbah B3 (Bahan Beracun Berbahaya) melalui Sungai Ajkwa. Limbah ini telah mencapai pesisir laut Arafura. Tailing yang dibuang Freeport ke Sungai Ajkwa melampaui baku mutu total suspend solid (TSS) yang diperbolehkan menurut hukum Indonesia. Limbah tailing Freeport mencemari perairan di muara sungai Ajkwa dan mengontaminasi sejumlah besar jenis mahluk hidup serta mengancam perairan dengan air asam tambang berjumlah besar. Tailing yang dibuang Freeport merupakan bahan yang mampu menghasilkan cairan asam berbahaya bagi kehidupan aquatik. Bahkan sejumlah spesies aquatik sensitif di sungai Ajkwa telah punah akibat tailing Freeport. Menurut perhitungan Greenomics Indonesia, biaya yang dibutuhkan untuk memulihkan lingkungan yang rusak adalah Rp. 67 trilliun. 4.3 Kehidupan Masyarakat di sekitar tambang emas Freeport Kegiatan penambangan dan ekonomi Freeport telah mencetak keuntungan finansial bagi perusahaan tersebut namun tidak bagi masyarakat lokal di sekitar wilayah pertambangan. Dari tahun ke tahun Freeport terus mereguk keuntungan dari tambang emas, perak, dan tembaga terbesar di dunia. Pendapatan utama Freeport adalah dari operasi tambangnya di Indonesia. Setiap hari hampir 700 ribu ton material dibongkar untuk menghasilkan 255 ribu ton bijih emas. Jumlah ini bisa disamakan dengan 70 ribu truk kapasitas angkut 10 ton berjejer sepanjang Jakarta hingga Surabaya (sepanjang 700 km)
  • 14. Para petinggi Freeport mendapatkan fasilitas, tunjangan dan keuntungan yang besarnya mencapai 1 juta kali lipat pendapatan tahunan penduduk Timika, Papua. Keuntungan Freeport tak serta merta melahirkan kesejahteraan bagi warga sekitar. Keberadaan Freeport tidak banyak berkontribusi bagi masyarakat Papua, bahkan pembangunan di Papua dinilai gagal. Kegagalan pembangunan di Papua dapat dilihat dari buruknya angka kesejahteraan manusia di Kabupaten Mimika. Penduduk Kabupaten Mimika, lokasi di mana Freeport berada, terdiri dari 35% penduduk asli dan 65% pendatang. Pada tahun 2002, BPS mencatat sekitar 41 persen penduduk Papua dalam kondisi miskin, dengan komposisi 60% penduduk asli dan sisanya pendatang. Pada tahun 2005, Kemiskinan rakyat di Provinsi Papua, yang mencapai 80,07% atau 1,5 juta penduduk. Hampir seluruh penduduk miskin Papua adalah warga asli Papua. Jadi penduduk asli Papua yang miskin adalah lebih dari 60% dan umumnya tinggal di pegunungan tengah, wilayah kontrak karya Frepoort. Kepala Biro Pusat Statistik propinsi Papua % JA Djarot Soesanto, merelease data kemiskinan tahun 2006, bahwa setengah penduduk Papua miskin 47,99 % Di sisi lain, pendapatan pemerintah daerah Papua demikian bergantung pada sektor pertambangan. Sejak tahun 1975-2002 sebanyak 50% lebih PDRB Papua berasal dari pembayaran pajak, royalti dan bagi hasil sumber daya alam tidak terbaharukan, termasuk perusahaan migas. Artinya ketergantungan pendapatan daerah dari sektor ekstraktif akan menciptakan ketergantungan dan kerapuhan yang kronik bagi wilayah Papua. Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Papua Barat memang menempati peringkat ke 3 dari 30 propinsi di Indonesi pada tahun 2005. Namun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Papua, yang diekspresikan dengan tingginya angka kematian ibu hamil dan balita karena masalah-masalah kekurangan gizi berada di urutan ke-9. Lebih parah lagi, kantong-kantong kemiskinan tersebut berada di kawasan konsesi pertambangan Freeport.
  • 15. BAB V KESIMPULAN, KRITIK & SARAN (CONCLUSION & RECOMENDATION) PT. Freeport dari segi Finansial memang memberikan pemasukan yang besar bagi Indonesia, tetapi hal tersebut tidak sebanding dengan pemasukan yang diterima oleh pihak Freeport yang merupakan perusahaan milik asing dan berbagai dampak negatif yang ditimbulkan oleh Freeport. Berbagai konflik dan pelanggaran HAM juga mewarnai perjalanan Freeport yang semua itu terkesan kurang mendapat perhatian dari pemerintah, karena semua kasus pelanggaran HAM yang terjadi tidak pernah terselesaikan dengan baik. Apabila dihubungkan dengan pancasila, maka Freeport telah melanggar sila kedua pancasila karena pihak Freeport telah banyak mengabaikan apa yang menjadi hak warga sekitar. Kebijakan Indonesia yang belum mengutamakan lingkungan dalam menangani kasus pencemaran menyebabkan krisis lingkungan hidup yang berbanding lurus dengan ancaman terhadap keamanan manusia di Mimika Papua. Melalui dampak-dampak yang ditimbulkan oleh krisis tersebut, ditemukan bahwa terdapat aspek-aspek keamanan manusia yang ikut terganggu, yaitu keamanan lingkungan, ekonomi, pangan, kesehatan, dan pribadi. Menurunnya kualitas lingkungan membuat kebutuhan masyarakat Mimika Papua untuk hidup dalam lingkungan yang baik dan terbebas dari bahaya kerusakan lingkungan tidak dapat terpenuhi. Biaya yang besar untuk menanggulangi krisis, menurunnya produktivitas mata pencaharian, dan sektor ekonomi lainnya akibat polusi menyebabkan terancamnya keamanan ekonomi. Polusi udara, air, dan tanah yang menjadi konsumsi harian masyarakat mengancam keamanan kesehatan karena mengandung logam berat yang berdampak pada timbulnya beragam penyakit seperti gangguan pernapasan, pencernaan, dan kematian prematur. Menurunnya kualitas lahan berdampak pada berkurangnya lahan pertanian produktif dan terkontaminasinya bahan pangan oleh timbal dan jenis bahan berbahaya lainnya sehingga kebutuhan keamanan pangan lambat laun akan ikut terancam. Krisis lingkungan hidup dapat memicu ketegangan sosial yang berdampak pada terganggunya keamanan pribadi. Dampak- dampak yang ditimbulkan oleh krisis lingkungan hidup tersebut sekaligus merupakan ancaman-ancaman terhadap keamanan manusia yang harus dihadapi oleh masyarakat Mimika setiap harinya. Keamanan manusia di Mimika terjadi karena negara masih mengutamakan ekonomi dan pembangunan negara dengan pertimbangan bahwa PT. Freeport memberikan pemasukan terbesar terhadap APBN. Hal ini tercermin dalam empat kebijakan strategis masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo. Pemerintah juga belum optimal dalam melaksanakan penegakan hukum terhadap kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan yang
  • 16. telah berlangsung kurang lebih selama 40 tahun. Pemberian sanksi administratif tidak memberikan efek jera bagi pelaku usaha khususnya PT. Freeport. KRITIK & SARAN Freeport merupakan salah satu perusahaan tambang yang dikelola oleh pihak asing. Sebagian besar keuntungan yang didapat dari hasil tambang pasti akan masuk ke devisa milik asing dan bukan ke Indonesia. Indonesia kaya akan hasil tambang, seharusnya kita lebih meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang kita miliki supaya berbagai tambang yang kita miliki dapat kita kelola sendiri dan keuntungan yang didapat akan mengalir ke cadangan devisa negara. Pemerintah juga sudah seharusnya lebih serius dalam menyelesaikan masalah yang terkait dengan Freeport agar tidak ada lagi kasus pelanggaran HAM yang terjadi yang kasusnya tidak pernah terselesaikan. Demikian artikel studi kasus yang dapat saya sampaikan. Saya menyadari bahwa artikel ini masih banyak kekurangan dari segi penulisan maupun penyusunan kata, untuk itu saya mohon saudara/i untuk memberi masukan ataupun kritikan demi membangun artikel ini agar dapat lebih baik dari sebelumnya.
  • 17. DAFTAR PUSTAKA (REFERENCE) 1. Adityowati, P. 2017. Tempo.co. (Enam Pelanggaran Lingkungan Freeport Versi BPK). https://bisnis.tempo.co/read/871310/enam-pelanggaran-lingkungan- freeportversi-bpk 2. Ahsinin, A. 2005. Ancaman Globalisasi terhadap Implementasi Hukum Lingkungan. http://pdfbit.com/li/lingkungan-globalisasipdf.html 3. Ambarwatie, T. 2001. Limbah Tailing PT Freeport Dinilai Merusak Lingkungan. Liputan6. http://news.liputan6.com/read/11389/limbah-tailing-pt-freeport-dinilai- merusaklingkungan 4. Saripedia. 2011. https://saripedia.wordpress.com/tag/pencemaran-lingkungan-oleh-pt- freeport-indonesia/ 5. Yulia, Dhea. 2016. https://www.academia.edu/24324601/Makalah_Kewarganegaraan_Analisis_Kasus_P T._Freeport_Indonesia_dan_Kaitannya_dengan_Pemenuhan_Hak_Asasi_Masyarakat_ Papua_dan_Keajiban_Pemerintah 6. Anonym. 2019. https://www.jpnn.com/news/masalah-lingkungan-freeport-sudah-ada- roadmap-penyelesaian 7. Amisim, Stefanus. 2016. https://www.academia.edu/28625023/MAKALAH_DAMPAK_KEHADIRAN_PT.FREEPOR T_INDONESIA_TERHADAP_EKOSISTEM 8. Anonym2. 2019. https://id.wikipedia.org/wiki/Freeport_Indonesia 9. Januar Rizki, Mochamad. 2019. https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5c35f52adc2c8/respons-klhk-soal- kerusakan-lingkungan-akibat-tambang-freeport/ (Diakses 15 Juli 2019, 16:14).