Kelompok 11 rangkuman materi pengantar filsafat kls_sAtikatulLatifah
RANGKUMAN MATERI PENGANTAR FILSAFAT ILMU
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : 11 MHS SEMESTER 4 KELAS S
1. Atikatul Latifah 1211900343
2. Tri Agustin 1211900336
3. Jefri Ardiansyah 1211900338
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN 3 (TEORI KEBENARAN) - DJOKO AWDjoko Adi Walujo
Teori yang pertama ialah teori korespondensi [Correspondence Theory of Truth], yang kadang kala disebut The accordance Theory of Truth. Menurut teori ini dinyatakan bahwa, kebenaran atau keadaan benar itu berupa kesesuaian [correspondence] antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan dengan apa yang sungguh-sungguh terjadi merupakan kenyataan atau faktanya.
epistemology is theory of knowledge, episteme and logos.
Sumber pengetahuan adalah apa yang menjadi titik-tolak atau apa yang merupakan objek pengetahuan itu sendiri. Sumber itu dapat bersifat atau berasal dari "dunia eksternal" atau juga terkait dan berasal dari dunia internal" atau kemampuan subjek.
Kelompok 11 rangkuman materi pengantar filsafat kls_sAtikatulLatifah
RANGKUMAN MATERI PENGANTAR FILSAFAT ILMU
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : 11 MHS SEMESTER 4 KELAS S
1. Atikatul Latifah 1211900343
2. Tri Agustin 1211900336
3. Jefri Ardiansyah 1211900338
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN 3 (TEORI KEBENARAN) - DJOKO AWDjoko Adi Walujo
Teori yang pertama ialah teori korespondensi [Correspondence Theory of Truth], yang kadang kala disebut The accordance Theory of Truth. Menurut teori ini dinyatakan bahwa, kebenaran atau keadaan benar itu berupa kesesuaian [correspondence] antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan dengan apa yang sungguh-sungguh terjadi merupakan kenyataan atau faktanya.
epistemology is theory of knowledge, episteme and logos.
Sumber pengetahuan adalah apa yang menjadi titik-tolak atau apa yang merupakan objek pengetahuan itu sendiri. Sumber itu dapat bersifat atau berasal dari "dunia eksternal" atau juga terkait dan berasal dari dunia internal" atau kemampuan subjek.
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAHSoga Biliyan Jaya
makalah kali mencoba menjelaskan tentang ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah, yang meliputi hakikat ilmu pengetahuandan pengethuan ilmiah, hubungan ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah, dan apakah pengetahuan tersebut merupakan pengetahuan yang benar adanya atau sebaliknya
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAHSoga Biliyan Jaya
makalah kali mencoba menjelaskan tentang ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah, yang meliputi hakikat ilmu pengetahuandan pengethuan ilmiah, hubungan ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah, dan apakah pengetahuan tersebut merupakan pengetahuan yang benar adanya atau sebaliknya
"Awal dari agama adalah ma’rifatullah, mengenal Allah”. Setelah itu barulah kita bisa mengingat Allah dalam setiap keadaan. Mengingat Allah di dalam shalat, di luar shalat, ketika berdiri, duduk, berbaring, berjalan, maupun bekerja”. Hampir seluruh manusia di dunia ini, sejak dari dulu sampai sekarang, baik secara samar-samar ataupun secara tegas, meyakini bahwa alam semesta ini termasuk diri kita sendiri sedang berjalan di bawah sebuah “sistem kerja” yang sangat hebat. Keteraturan dan kepatuhan “perilaku” setiap penghuni alam semesta ini, mulai dari atom-atom yang sangat kecil sampai kepada bintang-bintang yang besarnya tak terperikan, kepada sistem yang mengatur itu sungguh mutlak. Seluruh penghuni alam semesta ini seperti tidak bisa melawan dan menentang aturan-aturan yang sangat tegas dari sistem itu. Melawan berarti hancur lebur dan musnah. Menentang berarti siksa dan derita yang sangat pedih.
Sebelum kita shalat, kita harus mengenal Allah (ma’rifatullah) terlebih dahulu. Kalau tidak, maka kita tidak akan pernah bisa mengingat Allah di dalam shalat kita. Yang kita ingat di dalam shalat itu malah berbagai benda dan milik kita, serta berbagai peristiwa yang akan muncul silih berganti melalui “pintu-pintu ingatan” kita. Tepatnya, kita tidak akan pernah bisa IHSAN kepada Allah.
Coping with the impact of Covid-19 pandemic on primary education: teachers' s...Ali Murfi
Purpose
The research aimed to explore the issues in the implementation of online education practice in elementary school, to study teachers' coping strategy to the online education issues and to evaluate teachers' problem-solving skill in online learning practice during the Covid-19 pandemic.
Design/methodology/approach
An exploratory research focused on identifying the obstacles in teaching practice faced by elementary school teachers as well as their coping strategy with eight convenience sampled schools.
Findings
Online education practice faced unpreparedness and competency issues. Unpreparedness was found in terms of social, technical and cultural factors, while competency issue was related to online education competency and digital competency. Teachers’ struggle to cope with the issue in online education practice was focused on the performing conventional education in the online manner, suggesting teachers' lack of competency in encouraging learning success. Teachers neglected the development of students' readiness and competencies to engage in online learning. Moreover, teachers’ struggle had the least impact on the development of their online teaching competency and digital competency that are required for carrying out online teaching. In general, teachers' problem-solving skill was below the expected level. These findings suggested that improvement of teachers' competencies is important in order to cope with the issues such as in online education practice during Covid-19 pandemic and to face future challenges in education.
Originality/value
This study evaluated the gap between actual action and expected action of elementary school teachers in coping with the issues regarding online education practice.
From teachers to students creativity? the mediating role of entrepreneurial e...Ali Murfi
Enhancing creativity is beneficial for students to be involved in entrepreneurial activities and entrepreneurship education to promote students’ creative thinking abilities. This paper examines how teacher creativity drives students’ ingenuity and investigates entrepreneurship education’s pivotal role in explaining this relationship. A quantitative method was involved in obtaining a better understanding of the relationship between variables using variance-based Structural Equation Modeling Partial Least Square (SEM-PLS). Participants in this study were gathered from numerous vocational schools in Yogyakarta of Indonesia undergoing an online survey. The findings indicate that teacher creativity has a positive effect on entrepreneurship education and students’ creativity. It also reveals a strong correlation between entrepreneurship education in the schools and their students’ creativity.
Human Resources Approach for Optimization of Knowledge Management Implementat...Ali Murfi
Professional human resources view knowledge management as a guarantor of knowledge owned, acquired, and developed together with other people in the organization so that personal knowledge can become organizational knowledge that can contribute to organizational performance. This study aims to analyze the optimization of the implementation of knowledge management at Bina Nusantara University to approach human resources. This approach is carried out to gain commitment and at the same time increase the competence of human resources in using knowledge management. This study uses a qualitative research method with the type of case study. The research results at Bina Nusantara University show that the resource approach focuses on empowering stakeholders, managing perceptions, developing individual competencies and commitments, and appreciating all achievements. This human resource approach is grouped into students, alumni, and parents. Second, industry, business people, and the community. Third, faculty members, and fourth, staff. This research contributes to a deep understanding of the human resource approach for optimizing knowledge management in higher education.
Strategi Pembelajaran Aktif Question Student Have (QSH) Pada Mata Pelajaran F...Ali Murfi
Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan anak didik ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Salah satu aplikasi daripada aktif learning adalah strategi Question Students Have (pertanyaan dari siswa). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami bentuk-bentuk, langkah-langkah, kelebihan dan kekurangan dari strategi pembelajaran Question Student Have (QSH), serta bagaimana model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada mata pelajaran Fiqh di MTs Negeri 9 Bantul.
Kepemimpinan Sekolah dalam Situasi Krisis Covid-19 di IndonesiaAli Murfi
Coronavirus disease (Covid-19) is shaking the world. This massive event triggered by infectious disease is beyond the predictions of many people, even practitioners, and experts in the field of crisis management. Now all sectors are affected, including the world of Education. Academic leaders respond by moving their educational activities and those related online. The decision to pivot into distance learning is made quickly. This research focuses on highlighting how the headmaster's leadership in carrying out crisis management in the Islamic School of Al-Azhar Cairo Yogyakarta by going through the stages, namely 1) Before the Crisis, 2) During the Crisis, 3) After the Crisis. This research uses a qualitative method with the type of case study. The results showed that Before the Crisis stage was carried out by implementing the Covid-19 Prevention Literacy policy. The stages during the crisis are carried out with (a) Health Talk, (b) Learning from Home Policy, and (c) Video and Podcast Challenge. After the crisis phase, the principal develops a collaborative approach to leadership, evaluating, and controlling the various effects of the crisis to prevent future crises. Crisis management is needed so that schools can be better prepared to deal with crises and reduce their impact so that the learning process and managerial activities can continue to run productively.
Islam Nusantara: Religion Dialectic and Cultural for Pluralism-Democratic Soc...Ali Murfi
Seeing the face of Islamic nowadays, Islam Nusantara is very needed, because its characteristic proposes solution in moderate ways, not right or left extreme, always balance, inclusive, tolerance, can live in harmonization with other religion followers and can accept the democracy well. Islam Nusantara is delivered through in friendly, harmonize and respectful way, so that it does not suppress the culture. Islam Nusantara is neither a new religion nor a new school, but Islam Nusantara is the face of Islam in Southeast Asia. The teachings of Islam are implemented in a society in which the mental and character are influenced by the structure of the islands. Islam Nusantara's characteristic can be formulated in operational form as the basic of life for the pluralism and nationality society so that it can be defined as a process of Islam Nusantara actualization through local wisdom. In the level of practice, it can be done by inserting Islam Nusantara's values, not only in knowledge's source and structure but also in society's morality. Those values are moderate, tolerance, balance and inclusive.
Islamic Education System in Singapore: Current Issues and ChallengesAli Murfi
Although Singapore cannot be used as a model for global Islamic education, this country has quite several madrasahs. The Singapore government is also quite responsive in providing support for the continuation of Islamic education activities. This study aims to analyze the Islamic education system—madrasah management and curriculum in Singapore. Most importantly, this study identifies how the role of madrasahs in the Singapore education system is. The study in this paper is qualitative. This study uses library research, and the method of content analysis and constant comparative analysis becomes the first option of the writer. The results show that Singapore's Islamic Ugama Majlis (MUIS) plays a significant role in monitoring and managing the development of Islamic education in Singapore, which performs three types of Islamic education, Part-Time Education, Full Time Education, and Islamic Study Program for the Community. MUIS created a special curriculum by proposing the Singapore Islamic Education System (SIES) by introducing the ALIVE curriculum. The role and relevance of madrasahs cannot be underestimated or dismissed because the growing Muslim community and society will always need the right channels for real Islamic education regardless of how progressive or modern it is. This paper provides a broad view of madrasah in Singapore and looks at management, curriculum, and the role of madrasahs.
COMPARISON OF PAI AND PAK: AN OVERVIEW OF VALUES OF MULTICULTURAL EDUCATION Ali Murfi
This research to reveal comparative Islamic Education (PAI) with Christian Education (PAK) through a textbook’s lesson in terms of content values of multicultural education. The comparative’s analysis includes three aspects, differences, similarities, and common platform. The results showed that substance of values of multicultural education contained in the textbooks have much in similarities which eventually became common platform both than the differences that exist, so that PAI and PAK should move bind themselves to each other in one joint effort to raise the noble values of multicultural, where both scientific traditions stand firm through efforts integration and comprehension charge of teaching materials. Keywords: Multicultural Education, Differences, Similarities, Common Platform A. Introduction The issue of the value of multiculturalism is a major challenge faced by the religions of the world, every religion emerged from a pluralistic religious environment. At the same time, the followers of religions have formed an exclusive insight into their religious and contrary to the spirit of multiculturalism. Various movements often arise and are often the cause of the emergence of new insights and religious development.
Bias Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan KristenAli Murfi
This research has been done to reveal the gender bias in text books of Islamic and Christian religious educationas as the basis for promoting gender concept religious education factually. These findings show that the text books of Islamic and Christian religious, which are learnt by students nowadays, are found only a little value of gender norm. Because of this, it is necessary for the religious education lessons are to be revised and implemented the comprehension of gender bias by professional teacher. This is as the innovative movement of religious education about equality and equity of women and men in the access of economic, social, cultural and political activities.
Posdaya Sebagai Alternatif Pemerataan Pendidikan Anak Usia Dini Ali Murfi
This research is intended to reveal the importance of Posdaya as an alternative in equal distribution of early childhood education which is the community-based organization or educational embodiment of, by and for the community. The results showed that the implementation of the model of Posdaya is one of alternative in the equal distribution of early childhood educational levels or it which is called PAUD. The organization of PAUD Posdaya is evidence of the the answers of credibility the challenge of demographic bonus the year 2045, or 100 years of independence of Indonesia and can be a solution related to a classical problem of educational about equal distribution that occurred in Indonesia. Some of the things that make Posdaya important to be held because the first, Posdaya get higher percentage of community pasticipation. The second, it can be reached by all circles of society, especially medium to bottom class people. The third is as media to synergize the existence of each instituiton in society, such as government programs related to toddler, mothers, and society as Posyandu, PKK, BKB, KB, the national program for community empowerment (PNPM Mandiri), and other empowerment programs.
Keywords: Posdaya, Community Pasticipation, Equal Distribution of Education
1. Hakekat Ilmu : “Mencari Alternatif Kebenaran Baru”
Mengkaji Pemikiran Jujun Suparjan Suriasumantri1
Oleh : Ali Murfi2
A. Pendahuluan
Membincangkan pemikiran Jujun S. Suriasumantri tidaklah mudah, karena
terlalu luas spectrum pemikiranya, merambah mulai dari social, budaya, pendidikan,
sampai filsafat. Pemikiranya dapat dilihat dari pelbagai aspek, tapi basis analisinya
dalam melihat realitas tetap sama, yaitu filsafat. Sebagai seorang yang telah lama
berkecimpung dalam dunia kademik dan berinteraksi dengan pelbagai teks- teks yang
membebaskan, tidak mengherankan jika dia telah memiliki paradigm atau pandangan
dasar yang khas. Cara pendang yang khas tersebut merupakan stand point, tempat
berpijak, atau paradigma.
Basis analisisnya dalam melihat realitas dengan filsafat inilah, yang hendak
penulis lihat sebagai bahan konstruksi pemikiran Jujun Suparjan Suriasumntri tentang
hakikat ilmu untuk mencari kebenaran baru.
B. Mencari Alternatif Kebenaran Baru
Pengetahuan
Pengetahuan diartikan secara luas, mencakup segala hal yang kita ketahui
tentang suatu obyek tertentu. Pengetahuan adalah terminology generic yang mencakup
segenap pengetahuan yang kita miliki. Manusia mendapatkan pengetahuan tersebut
berdasarkan kemampuanya selaku makhluk berpikir, merasa, dan mengindera. Di
samping itu manusia bisa juga mendapatkan pengetahuanya lewat intusi dan wahyu dari
Tuhan yang disampaikan lewat utusan-Nya.
Secara garis besar kita dapat menggolongkan pengetahuan menjadi tiga kategori utama
yakni :
(1) Pengetahuan tentang yang baik dan yang buruk (etika)
1
Jujun Suparjan Suriasumantri. Lahir di Tasikmalaya, tanggal 9 April 1940. Setelah melalui pendidikan di SD V,
SMP III dan SMA II, yang semuanya berada di Bandung melanjutkan ke institute Pertanian (IPB) di Bogor, dan lulus
tahun 1969 sebagai insinyur pertanian. Pada tahun 1970, sebagai dosen IPB, mewakili Konsorsium Ilmu-Ilmu
Pertanian dalam Latihan Educational System Analysis selama 8 bulan, yang diselenggarakan Unesco di Jakarta. Selesai
dari latihan tersebut, pada tahun 1971 melanjutkan studi ke Harvard University sebagai Unesco fellow, dan lulus
tahun 1975, dengan disertasi yang berjudul The Utilities of PPBS and Organization Development Planning: An
Indonesian Case.
2
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Kependidikan Islam 2011, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
1
2. (2) Pengetahuan tentang yang indah dan yang jelek (estetika)
(3) Pengetahuan tentang yang benar dan yang salah (logika).
Apakah Ilmu ?
Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan baru yang mempunyai cirri-ciri tertentu
yang membedakan ilmu dengan pengetahuan-pengetahuan lainya. Cirri-ciri keilmuan
didasarkan pada jawaban yang diberikan ilmu terhadap tiga matra kefalsafahan, yakni
Apa yang ingin kita ketahui ? Bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan ? Dan
apakah nilai pengetahuan tersebut bagi kita ?
Pengetahuan mempunyai cabang berbagai cabang pengetahuan dan ilmu merupakan
salah satu dari cabang pengetahuan tersebut. Karakteristik keilmuan itulah yang
mencirikan hakikat keilmuan dan sekaligus membedakan dari berbagai cabang
pengetahuan lainya atau dengan perkataan lain, karakteristik keilmuan menjadikan ilmu
merupakan suatu oengetahuan yang bersifat ilmiah. Dengan demikian, maka sinonim
dari ilmu adalah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge).
Apakah kebenaran ?
Ilmu, dalam upaya untuk menemukan kebenaran, mendasarkan dirinya kepada
beberapa criteria kebenaran. Kriteria tersebut seringkali disebut sebagai teori, adalah
kriteria koherensi, korespondensi dan pragmatisme.
Koherensi merupakan terori kebenaran yang mendasarkan diri kepada criteria tentang
konsistensi argumentasi. Sekiranya terdapat konsistensi dalam alur berpikir, maka
kesimpulan yang ditariknya adalah benar. Sebaliknya, jika terdapat argumentasi yang
bersifat tidak konsisten, maka kesimpulan yang ditariknya adalah salah. Secara
keseluruhan argumentasi yang bersifat konsisten tersebut juga harus bersifat koheren
untuk dapat disebut benar. artinya, jalur - jalur pemikiran yang masing-masing bersifat
konsisten seluruhnya, maka juga harus terpada secara utuh (koheren), baik ditinjau dari
lingkup argumentasi, maupun dikaitkan dengan pengetahun-pengetahuan sebelumnya
yang dianggap benar. landasan koherensi inilah yang dipakai sebagai dasar kegiatan
keilmuan untuk menyusun pengetahuan yang bersifat sistematis dan konsisten.
Korespondensi merupakan teori kebenaran yang mendasarkan diri kepada criteria
tentang kesesuaian antara materi yang dikandung oleh suatu pernyataan dengan obyek
yang dikenai pernyataan tersebut. Artinya, bila kita menyatakan bahwa “gula itu rasany
manis”, maka pernyataan itu adalah benar sekiranya dalam kenyataanya gula itu rasanya
memang manis. Sebaliknya, jika kenytaanya tidak sesuai dengan materi pernyataan
yang dikandungnya, maka pernyataan itu adalah salah. Umpamanya saja, pernyataan
2
3. yamg menyebutkan bahwa “gula itu rasanya asin”. Dapat disimpulkan bahwa sifat salah
atau benar dalam teori korespondensi disimpulkan dalam proses pengujian (verifikasi)
untuk menentukan sesuai atau tidaknya suatu pernyataan dengan kenyataan yang
sebenarnya.
Pragmatisme merupkan teori kebenaran yang mendasarkan diri kepada criteria tentang
berfungsi atau tidaknya suatu pernyataan dalam lingkup ruang dan waktu tertentu. Jadi,
bila suatu teori keilmuan secara fungsional mampu menjelaskan, meramalkan dan
mengontrol suatu gejala alam tertentu, maka secara pragmatis teori iu adalah benar.
sekiranya, dalam kurun waktu yang berlainan, muncul teori lain yang (lebih) fungsional,
maka kebenaran kita alihkan kepada teori tersebut. Dalam dunia keilmuan, nilai
kegunaan pengetahuan didasarkan kepada preferensi kepada teori yang bersifat lebih
meyakinkan dan lebih bersifat umum (universal) dibandingkan dengan teori-teori
sebelumnya. Bukankah ilmu sekadar alat yang berfungsi untuk menjelaskan,
meramalkan, dan mengontrol gejala alam ?
Mencari Alternatif Paradigma Kebenaran Baru
Tidak puas dengan paradigma kebenaran keilmuan konvensional, terutama
paradigma kebenaran keilmuan yang bersifat pragmatis, akhir-akhir terdapat
kecenderungan untuk mncari alternative paradigma kebenaran baru. Alternatif ini
berorientasikan pada kebenaran yang bersifat mutlak dan deterministic dibandingkan
dengan paradigma keilmuan dewasa ini yang bersifat pragmatis dan probabilistic.
Sumber paradigma kebenaran baru ini ialah Agama.
Dalam khazanah kemerdekaan berpikir, tentu saja upaya semacam ini patut dihargai,
apalagi terdapat alas an-alasan kuat bagi orientasi pemikiran keilmuan yang baru itu.
Ilmu dan penerapanya yang bernama teknologi, ternyata tidak dapat memecahkan
semua permasalahan manusia, dan bahkan memberikan dampak yang bersifat negative
seperti dehumanisasi kebudayaan dan degradasi moral.3 Menghadapi kenyataan ini, ada
kalangan yang berpendapat bahwa kesemrawutan tersebut bersumber dari materi
kebenaran keilmuan itu sendiri. Atau secara filosofis, bila kita mempergunakan criteria
hakikat pengetahuan terkait denagn asas ontolohi dan epistemoloho keilmuan.
Bila kita mencoba menempuh jalan ini, terutama bila kita mengaitkanya dengan
kebenaran yang bersumber pada ajaran agama, maka terdapat beberapa hal yang patut
diperhatikan. Pertama, apakah pernyataan yang terkandung dalam ajaran agama
3
Lihat Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu,( Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1984), hal. 229-236
3
4. tersebut bersifat factual atau sombolik. Factual disini diartikan bahwa pernyataan yang
terkandung didalamnya dapat ditafsirkan secara harfiah. Gejala-gejala fisik untuk
dinyatakan secara harfiah, tetapi tubuh teori keilmuan tidak sekadar menganalisis gejala
namun lebih dalam dari itu, yakni mengkaji konsepsi yang merupakan reduksi dan
abstraksi dari gejala tersebut. Kedua, apakah pernyataan yang terkait denagan keilmuan
itu memang bersifat mengandung hakikat kebenaran itu sendiri (kognitif), ataukah
sekadar ilustrasi yang bersifat mengajak manusia untuk memepelajari alam dan
kehidupan (afektif).4 Permasalahan tentang factual-simbolik dan kognitif-afektif inilah
yang harus kita perhatiakan secara sungguh-sungguh sebelum kita melangkah lebih
jauh.
Saya sendiri berpendapat bahwa agama dapat berfungsi sebagai kendali moral bagi hal
tersebut. Dalam hal ini, saya juga berpendapat bahwa terdapat nilai-nilai universal
dalam berbagai agama yang dapat dijadikan rujukan bagi kendali moral kegunaan ilmu
tersebut. Agama mengajarkan kebaikan kepada manusia, dan ilmu didasarkan kepada
ajaran agama, seyogyanya diamalkan untuk kebaikan manusia. Impetus (energy gerak)
intelektual Muslim untuk mengkaji ilmu dikaitkan dengan ajaran agamanya, ditinjau
dari segi aksiologis ini, diharapkan bukan saja akan membawa berkah bagi umat Islam
itu sendiri, tetapi akan membawa berkah bagi umat manusia dengan mengajak
intelektual dari agama-agama lain untuk menemukan rujukan moral yang universal.
C. Kesimpulan
Dilihat dari perspektif makro, posisi Jujun Suria Sumantri dapat dikategorikan
sebagai kritikus diskursus filsafat. Kritik utamanya adalah ketidakpuasan dengan
paradigma kebenaran keilmuan konvensional, terutama paradigma kebenaran keilmuan
yang bersifat pragmatis, dia menawarkan pencarian alternatif paradigma kebenaran
baru. Alternatif ini berorientasikan pada kebenaran yang bersifat mutlak dan
deterministic dibandingkan dengan paradigma keilmuan dewasa ini yang bersifat
pragmatis dan probabilistic. Sumber paradigma kebenaran baru ini ialah Agama.
Dalam khazanah kemerdekaan berpikir, tentu saja upaya semacam ini patut
dihargai, apalagi terdapat alas an-alasan kuat bagi orientasi pemikiran keilmuan yang
baru itu. Ilmu dan penerapanya yang bernama teknologi, ternyata tidak dapat
memecahkan semua permasalahan manusia, dan bahkan memberikan dampak yang
4
Lihat Jujun S, Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial dan Politik, (Jakarta: Gramedia, 1986), hal.
194-205
4
5. bersifat negative seperti dehumanisasi kebudayaan dan degradasi moral. 5 Menghadapi
kenyataan ini, ada kalangan yang berpendapat bahwa kesemrawutan tersebut bersumber
dari materi kebenaran keilmuan itu sendiri, atau secara filosofis, bila kita
mempergunakan criteria hakikat pengetahuan terkait denagn asas ontologi dan
epistemologi keilmuan.
D. Daftar Pustaka
Suriasumantri, S. Jujun. 1997. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
. 1984. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
. 1986. Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial dan Politik. Jakarta:
Gramedia
Saefuddin, M. Ahmad. 1991. Desekularisasi Pemikiran: Landasan Islamisasi.
Bandung: Penerbit Mizan
5
Lihat Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu,( Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1984), hal. 229-236
5