Makalah ini membahas tentang pembagian hadis berdasarkan kualitasnya menjadi shahih dan hasan. Hadis shahih didefinisikan sebagai hadis dengan sanad yang muttashil dan diriwayatkan oleh periwayat yang adil dan dhabit tanpa kejanggalan dan cacat. Hadis dibagi menjadi shahih li dhatihi dan shahih li ghairihi. Kitab-kitab hadis shahih utama adalah Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Hadis hasan memiliki
Mengetahui kriteria suatu hadis diperlukan untuk menentukan suatu hadis dapat digunakan untuk dalil atau tidak boleh sebab itu dalam makalah kali ini akan dibahas tentang hadis dhaif meliputi, Kriteria dan Macam-macam Hadis Dhaif, Hadis-hadis daif ditinjau dari segi terputusnya sanad Hadis-hadis daif ditinjau dari segi cacat perawi, dan Hukum Meriwayatkan dan Mengamalkan Hadis dhaif
Mengetahui kriteria suatu hadis diperlukan untuk menentukan suatu hadis dapat digunakan untuk dalil atau tidak boleh sebab itu dalam makalah kali ini akan dibahas tentang hadis dhaif meliputi, Kriteria dan Macam-macam Hadis Dhaif, Hadis-hadis daif ditinjau dari segi terputusnya sanad Hadis-hadis daif ditinjau dari segi cacat perawi, dan Hukum Meriwayatkan dan Mengamalkan Hadis dhaif
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai AspeknyaRafi Mariska
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya merupakan suatu makalah yang sengaja dibuat untuk memenuhi tugas Ulumul Quran&Ulumul Hadist di UIN Arraniry. Makalah ini menjelaskan tentang Pengklasifikasian hadis berdasarkan kuantitas (banyaknya) perawi dan berdasarkan kualitas perawi serta hadis maudhu' (palsu) yang meliputi sejarah hadis maudhu', perkembangan dan sebagainya sehingga bisa dijadikan referensi bagi saudara pembaca. Makalah ini lebih ditujukan kepada pelajar, baik mahasiswa, siswa bahkan dosen sekali pun.
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas sanad (1).pptFaizakbar251
Hadfits shahih ini hukumnya wajib diamalkan dan ulama ahli hadits membaginya kepada dua bagiian yaitu shahihg li dzatihi dan shahih li ghairihi. Perbedaan antara kedua bagian hadits ini terletak pada segi hafalan atau ingatan perawinya. Pada shahih li dzatihi, ingatan perwinya sempurna sedangkan pada hadits shahih li ghairihi, ingatan perawinya kurang sempurna.
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
1. 1
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1
(SHAHIH DAN HASAN)
KELOMPOK 4:
DENI KESUMA (11850110443)
RUMI MAGISTRA (11850114932)
MUHAMMAD FAUZAN (11850114639)
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2019
2. 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya.
Makalah ini membahas mengenai “Pembagian Hadist Dari Segi Kualitas 1 (Shahih
dan Hasan)”.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Studi Hadis. Kami juga berharap semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Penulis
3. 3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................1
KATA PENGANTAR ...........................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................4
C. Tujuan penulisan........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................5
A. Pengertian Hadis Shahih…………...……………...……………………...5
B. Klasifikasi Hadis Shahih………………………………………….………7
C. Kitab-kitab Hadis Shahih……...……………………………………...…..9
D. Pengertian Hadis Hasan…………………………………………………..11
E. Klasifikasi Hadis Hasan…………………………………………………..12
F. Kehujjahan Hadis Hasan………………………………………………....14
G. Kriteria Hadis Hasan……………………………………………………..15
H. Kitab-Kitab Hadis Hasan…………………………………………………15
BAB III PENUTUP...............................................................................................17
A. Kesimpulan.................................................................................................17
B. Saran…………………………………………………………………….. 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
4. 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hadis adalah sumber hukum kedua setelah Al Quran, sehingga umat
islam dalam menentukan hukum taklifi musti berdalil dan beragumentasi
dengan menggunakan Al Quran dan jika tidak ada keterangan yang jelas di
dalam Al Quran biasanya mengambil dari hadis. Dalam mengambil dalil dari
hadis ada klasifikasi hadis yang bisa dijadikan hujjah untuk menentukan
masalah aqidah atau keimanan dan menentukan halal atau haram dan ada yang
bisa dijadikan dalil untuk anjuran untuk meninggalkan hal-hal yang makruh
atau tarhib. Dalam bab ini disajikan pembahasan pembagian Hadist dari segi
kualitas 1, hadist Shahih dan Hasan
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hadis shahih?
2. Bagaimana klasifikasi hadis shahih?
3. Bagaimana kitab-kitab hadis shahih?
4. Apa pengertian hadis hasan?
5. Bagaimana klasifikasi hadis hasan?
6. Bagaimana kehujjahan hadis Hasan?
7. Bagaimana kriteria Hadist Hasan?
8. Bagaimana kitab-kitab hadis hasan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian hadis shahih
2. Untuk mengetahui klasifikasi hadis shahih
3. Untuk mengetahui kitab-kitab hadis shahih
4. Untuk mengetahui pengertian hadis Hasan
5. Untuk mengetahui klasifikasi hadis Hasan
6. Untuk mengetahui kehujjahan hadis Hasan
5. 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadis Shahih
Kata shahih berasal dari bahasa Arab as-shahih, bentuk pluralnya
ashihha’ dan berakal kata pada shahha. Dari segi bahasa, kata ini memilik i
beberapa arti di antaranya : (1) selamat dari penyakit, (2) bebas dari aib/cacat.
Sedangkan pengertian hadis adalah khabar (berita).
Dari segi istilah, para ulama berpendapat bahwa hadis sahih adalah: “hadis
yang sanadnya bersambung (sampai kepada Nabi Muhammad), diriwayatkan oleh
(periwayat) yang ‘adil dan dhabith sampai akhir sanad, (di dalam hadis itu) tidak
terdapat kejanggalan (syadz) dan cacat (‘illat).
Dari definisi diatas dikemukakan Ibn as-Shalah oleh an-Nawawi “Hadis
shahih adalah hadis yang sanadnya bersambung sampai Nabi dan diriwayatkan oleh
orang-orang yang adil dan dhabith serta tidak terdapat dalam hadis itu kejanggalan
(syadz) dan cacat (‘illat).1
Syarat-syarat hadis shahih, yaitu :
1. Sanadnya bersambung
Yang dimaksud dengan ketersambungan sanad adalah bahwa setiap
rawi hadis yang bersangkutan benar-benar menerimanya dari rawi yang
berada di atasnya dan begitu selanjutnya sampai kepada pembicara yang
pertama.
Untuk mengetahui bersambung atau tidaknya suatu sanad, biasanya
ulama hadis menempuh tata kerja penelitian berikut:
a. Mencatat semua nama rawi dalam sanad yang teliti.
b. Mempelajari sejarah hidup masing-masing rawi.
c. Meneliti kata-kata yang menghubungkan antara para rawi dan rawi
yang terdekat dengan sanad. 2
1 M.Alfatih Suryadilaga, Ulumul Hadis, (Yogyakarta:Kalimedia,2009), h.244.
2
M. Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia,2013), hal.141
6. 6
Jadi, suatu sanad hads dapat dinyatakan bersambung apabila :
1) Seluruh rawi dalam sanad itu benar-benar tsiqat (adil dan dhabit)
2) Antara masing-masing rawi dengan rawi terdekat sebelumnya dalam
sanad itu bnar-benar telah terjadi hubungan periwayatan hadis secara
sah menurut ketentuan tahamul wa ada al-hadis.
2. Rawinya bersifat adil
Menurut Ar-Razi, keadilan adalah tenaga yang mendorong untuk selalu
bertidak takwa, menjauhi dosa-dosa besar, menjauhi kebiasaan melakukan
dosa-dosa kecil, dan meninggalkan perbuatan-perbuatan mubah yang
menodai muru’ah, seperti makan sambil berdiri di jalan, buang air
(kencing) di tempat yang terbuka disediakan untuknya, dan bergurau yang
berlebihan.
Menurut Syuhudi Ismail, kriteria-kriteria periwayan yang bersifat adil,
adalah:
a. Beragama Islam .
b. Berstatus mukalaf (Al-Mukallaf)
c. Melaksanakan ketentuan agama
d. Memelihara muru’ah (memelihara kehormatan dirinya).
3. Rawinya bersifat dhabith
Dhabit adalah bahwa rawi yang bersangkutan dapat menguasai
hadisnya dengan baik, baik dengan hafalan yang kuat atau dengan kitabnya,
lalu dia mampu mengungkapkannya kembali ketika meriwayatkannya.
Kalau seseorang mempunyai inggatan yang kuat, sejak menerima hingga
menyampaikan kepada orang lain dan inggatannya itu sanggup
dikeluarkan kapan dan dimana saja dikehendaki, orang itu dinamakan
dhabtu shadri .Kemudian, kalau apa yang disampaikan itu berdasarkan
pada buku catatannya (teks book) ia disebut dhabtu kitab. Rawi yang ‘adil
dan sekaligus dhabith disebut tsiqat.3
3 Ibid,.
7. 7
4. Tidak ber-illat
Maksudnya bahwa hadis yang bersangkutan bebas dari cacat
kesahihannya, yakni hadis itu terbebas dari sifat-sifat samar yang
membuatnya cacat.
5. Tidak syadz (janggal)
Kejanggalan hadis terletak pada adanya perlawanan antara suatu hadis
yang diriwayatkan oleh rawi yang maqbul (yang dapat diterima
periwayatannya) dengan hadis yang diriwayatkan oleh oleh rawi yang lebih
kuat (rajih) dari padanya, disebabkan kelebihan jumlah sanad dalam ke-
dhabit-an atau adanya segi-segi tarjih yang lain.4
Jadi, hadis sahih adalah hadis yang rawinya adil dan sempurna ke-
dhabit-annya, sanadnya muttashil, dan tidak cacat matannya marfu’, tidak
cacat dan tidak janggal.
B. Klasifikasi Hadis Shahih
1. Hadis Shahih Li Dhatihi
Adalah hadis yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh rijalu
Alhadis yang adil dan sempurna kedabitannya, tidak Shadh dan tidak
ber’illat. 5
Contohnya :
ُدبَع َانَث َدَح
ب ِ ه
اَّلل
ُن
ُي
ُس و
َ
ف
َق
َل ا
مطعم بن خبير بن دّمحم عن ب شها ابن عن لك ما نا أخبر
ر وُّلط با ب المغر في أ قر وسلم عليه هللا صلى هللا ل رسو سمعت قل أبيه عن
Hadis ini dinamakan hadis shahih li dhatihi karena:
a. Sanadnya muttasil : semua periwayatnya mendengar hadis langsung
dari gurunya.
b. Para periwayatnya semua adil, sempurna dhabitnya, dan menjaga
muruah(kehormatan)
Abdullah bin yusuf dijuluki oleh ulama hadis sebagai rijal yang
thiqah dan muttaqin.6
4 Ibid,. Ulumul Hadis, h.142
5 Tim Guru Provinsi Jawa Timur, Hadis, (Surabaya:Mutiara Ilmu Mojosari Mojokerto, 2012),
h.52.
6 Ibid,.
8. 8
Malik bin anas adalah imam muhadditsin dan fuqaha’, alhafis, dan
amiru al-mukminin fi alhadis (hafal semua hadis yang jumlah lebih
dari 300.000 hadis).
c. Ibnu shihab az-zuhri adalah faqih, muttaqin, amiru al-mu’minin fi al
hadis.
d. Muhammad bin Jabir adalah thiqat.
e. Jabir bin muth’im adalah sahabat yang adil dan dhabit.
f. Hadisnya tidak bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan oleh rijal
yang lebih thiqah.
g. Tidak terdapat cacat yang menjelekkan kesahihhan hadis.7
2. Sahih li ghairihi
Hadis shahih ligharih adalah hadis yang sahihnya lantaran dibantu oleh
keterangan yang lain. Jadi, pada diri hadis itu belum mencapai kualitas
shahih, kemudian ada petunjuk atau dalil lain yang menguatkannya
sehingga hadis tersebut meningkat menjadi shahih li ghairihi.
Syuhudi Ismail memberikan contoh sebagai berikut : misalnya, 2 hadis
yang semakna dan sama-sama berkualitas hasan lidzatih atau sebuah hadis
hasan lidzatih kemudian ada ayat yang bersesuaian benar dengan hadis
tersebut maka kualitas hadis itu meningkat menjadi hadis hasan lidzatih li
ghairih. Demikian juga bila ada hadis hasan lidzatih maka dilihat dari
jurusan hadis yang tadinya berkualitas hasan tersebut menjadilah ia hadis
shahih li ghairih. Sedang yang berkualitas shahih lidzatih tetap berkualitas
sebagaimana asalnya.
Contoh: lawla an asyuqqa ‘ala ummatiy la-amartahum bi as-siwak
‘inda kulli shalatin rawahu al-bukharin’an abiy hurairah (sekiranya tidak
akan memberatkan kepada umatku, niscaya akan ku perintahkan untuk
siwakan setiap menjelang shalat).8
Salah seorang perawi dari sanad hadis ini ada yang bernama
Muhammad ibn Amr ibn ‘Alqamah, dia termasuk orang yang kepercayaan,
tetapi hapalannyaoleh ulama diperselisihkan kesempurnaannya. Tetapi
7 Ibid,.
8 Ibid,. h.250.
9. 9
rawi-rawi yang lain yang lain pada saat itu semuanya tsiqah. Karenanya,
kualitas hadis tersebut termasuk hasan lidzatih. Kemudian, ada sanad lain
yang membuat hadis tersebut. Alhasil, hadis tersebut meningkat derajatnya
menjadi hadis shahih lighairih.9
C. Kitab-kitab Hadis Shahih
Kitab-kitab shahih ialah kitab-kitab yang memuat hadis-hadis yang
shahih saja. Di antara kitab-kitab hadis yang oleh para ulama hadis diakui dan
dinilai sebagai paling sahih adalah :
1. Kitab Shahih al-Bukhari yang aslinya berjudul al-Jami’as-Shahih al-
Musnad min Hadist Rasulillahi Shallallah ‘alaihi wa sallama wa Sunanihi
wa Ayyamih atau al-Jami’ al-Musnad as-Shahih al-Mukhtashshar min
Umar Rasulillah Shallallah ‘alaih wa Sallama wa Sunannih wa Ayyamih
karya Imam Muhammad bin Ismailmbin Ibrahim al Bukhari (w.256 H/870
M)
2. Shahih al-Mujarrad al-Musnad ila Rasulillah yang lebih popular dengan
nama al-Jami’ as-Shahih Muslim karya Imam Abu al-Husain Muslim bin
Hajjal al-Qusyairi an-Naisaburi (w.261 H/875 M).
3. Di samping Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, masih ada sejumlah
kitab yang disebut shahih seperti as-Shahih karya Ibnu Khuzaimah (w.313
H), at-Taqsim wa al-Anwa’ karya Ibnu Hibban (w. 304 H), shahih-nya Ibnu
as-Sakan (w.353 H), shahih-nya Ibnu as-Syarqi (seorang murid imam
Muslim yang wafat tahun 325 H).10
a. Shahih al-Bukhari
Kitab ini merupakan kitab hadis pertama yang menghimpun hadis-
hadis shahih. Kitab yang diselesaikan selama 16 tahun berisi hadis-hadis
tentang masail fiqhiyah, al-fadhail, berita-berita masa lampau dan masa
datang, adab (etika biasa), dan lain-lain. Karena mencangkup berbagai
persoalan maka dinamakan al-Jami’.11
9 Ibid,. h.250.
10 Ibid,. h.204.
11 Ibid,. h.205.
10. 10
Semua hadis yang terangkum di dalam al-Jami’ ini secara umum
berkualitas shahih, dan tidak ada yang dha’if. Sebagaimana dinyatakan
sendiri oleh al-Bukhari :”Saya tidak memasukan dalam kitab saya ini selain
hadis yang shahih”.
Shahih al-Bukhari (al-Jami’) juga bersifat mukhtadsar,yakni bahwa
tidak semua hadis shahih yang diriwayatkannya di himpun dalam kitab
tersebut. Sebagaimana di nyatakan sendiri oleh beliau :”Saya telah
menghafal 100.000 hadis shahih dan 200.000 hadis yang tidak shahih”.
Namun, saya tidak memasukkan dalam kitab ini kecuali yang shahih saja,
dan sesungguhnya masih banyak hadis shahih lainnya yang tidak saya
masukkan dalam kitab ini.“12
b. Kitab Shahih Muslim
Judul asli kitab Shahih Muslim adalah as-Shahih al-Mujarrad al-
Musnad Illa Sholallohu ‘alaihi wa sallama yang lebih popular dengan nama
al-Jami’ as-Shahih Muslim. Imam Muslim bernama lengkap Abu al-Husein
Muslim bin Hajjaj bin Muslim bin Kusyaz al-Qusyairi an-Naisaburi, lahir
pada 204 H. ada juga yang mengatakan 206 H. Dan wafat [ada Senin 25
Rajab 261 H dalam usia 55 tahun. Ia mulia belajar hadis sejak berusia 15
(ada juga yang mengatakan 18 tahun) dengan mengunjungi hampir seluruh
pusat-pusat pengajaran hadis, seperti Mekah, Irak, Syiria, Hijaz, dan Mesir.
Diantara beberapa gurunya: Zuhair bin Harb, Ibnu Abi Syaibah, Syaiban
bin Farkh, Ibnu Ma’in, al-Bukhari, Muhammad bin Musanna, Harun bin
Sa’id al-Ayli, Qutaibah bin Sa’id dan lain-lain.
Meskipun Muslim tidak menyatakan secara eksplisit mengenai
syarat criteria hadis shahih, namun melalui kajian secara intes terhadap
kitab dan syarah-syarahnya, para ulama hadis menyimpulkan beberapa
syarat yang dipegangi oleh Imam Muslim dalam menerima sebuah hadis
dari perawi, antara lain:13
1) Para perawi hadis harus adil, kuat hafalannya, dan dapat dipertanggung
jawabkan kejujurannya, amanah dan daya ingatnya.
12 Ibid,. h.205.
13 Ibid,. h.208-209.
11. 11
2) Sanadnya harus lengkap, muttashil, terbatas dari Syadz dan ‘illat serta
marfu (sampai kepada Rasulullah).
Namun demikian, beliau juga menerima periwatan dari perawi yang
memiliki sifat-sifat lebih rendah dari pada sifat-sifat tersebut. Karenanya
ia tetap menerima beberapa hadis (misalnya:dari perawi tingkat ketiga)
yang oleh al-Bukhari tidak dicantumkan dalam shahihnya. Ini berarti
bahwa Muslim tidak selamanya berpegang pada ketentuan yang dipakai
oleh al-Bukhari yang menerima hadis dari murid-muridnya (perawi).14
D. Pengertian Hadis Hasan
Secara etimologi, pengertian kata “Hasan” berarti sifat yang bermakna Indah.
sedangkan secara terminologi para ulama mempunyai pendapat sendiri, seperti
yang disebutkan berikut ini: menurut jumhur “ulama”15 memberikan definisi hadits
Hasan, ialah:
16
14 Ibid,. h.209.
15 Mahmud yunus, Ilmu Mustalah Hadist, (Jakarta, PT. Hidakarya Agung,1998), hal. 133.
12. 12
17Dari semua pengertian hadis di atas bahwa Hasan berarti baik, dan derajat hadits
Hasan berada dibawah Hadits Shahih, dan perbedaan antara Hadits Shahih dan
Hasan adalah hanya terletak pada soal ke Dabit-an rawi.
E. Klasifikasi Hadits Hasan
1. Hadits Hasan Lidzatihi
Hadits Hasan lidzatihi adalah yang memenuhi segala syarat-syarat hadits
Hasan,18 hadits Hasan dengan sendirinya, karena telah memenuhi segala kriteria
dan persyaratan yang ditentukan. sebuah hadis dikategorikan sebagai Hasan
lidzatihi Karena jalur periwayatnya, hanya melalui satu jalur periwayatan saja.
sementara hadis Hasan pada umumnya, Ada kemungkinan melalui jalur riwayat
yang lebih dari satu. Atau didukung dengan riwayat yang lainnya, bila hadis Hasan
ini jumlah jalur riwayatnya hanya satu, maka hadits Hasan ini disebut dengan hadits
Hasan lidzatihi. tetapi jika jumlahnya banyak, maka ia akan saling menguatkan dan
akan naik derajatnya menjadi Hadits Shahih lighairihi.
Contoh Hadits shahih Lidzatihi:
Diriwayatkan oleh At Tirmidzi, Dia berkata: telah bercerita kepada kami
qutaibah, telah bercerita kepada kami Ja'far bin Sulaiman Ad-Dhab'i, dari Imran
aljauni, dari abu bakar bin abu Musa Al-asy'ari, dia berkat, "aku telah mendengar
Ayah Ku berkata di hadapan musuh, Rasulullah bersabda:
4 perawi Hadis tersebut adalah tsiqah, kecuali ja'far bin Sulaiman bin Ad-dhab'i,
hingga hadis ini sebagai hadis Hasan.19
2. Hadits Hasan Lighairihi
Hadits Hasan lighairihi adalah Hadits Dhaif yang bukan dikarenakan perawinya
pelupa banyak salah dan orang fasik yang mempunyai mutabi dan syahid, hadits
yang Dhaif dikuatkan dengan beberapa jalan, dan sebab kedhaifannya bukan karena
kefasikan perawi ( yang keluar dari jalan kebenaran) atau kedustaannya. Seperti
17 M.solahuddin & Agus suyadi, Ummul Hadist,(Bandung, Pustaka Setia, 2011), 145-146
18 M.solahuddin & Agus suyadi, Ummul Hadist,(Bandung, Pustaka Setia, 2011), 146
19 Syaikh Manna’ Al-qottan, Pengantar Studi Ilmu Hadist, terj. Mifdhol Abdurrahman,..122
13. 13
satu Hadis yang dalam sanadnya ada perawi Mastur (tidak di ketahui keadaannya),
atau Rawi yang kurang kuat hafalannya, atau Rawi yang tercampur hafalannya
karena tuanya, atau Rawi yang pernah keliru dalam meriwayatkan lalu dilakukan
dengan jalan lain yang sebanding dengan nya, atau yang lebih kuat darinya. Hadits
ini derajatnya lebih rendah daripada Hasan lidzatihi dan dapat dijadikan hujjah.
Contoh hadits Hasan lighairihi
Seperti hadis yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi dan dia menilainya Hasan,
dari riwayat syu'bah dari ashim bin Ubaidah dari Abdullah bin Amir bin rabiah dari
ayahnya, berbunyi sebagai berikut:
At-tirmidzi mengomentari bahwa hadits itu terdapat riwayat riwayat lain, yaitu dari
Umar, Abu Hurairah, Aisyah, dan Abu hadhrat. Dalam hal ini At-tirmidzi menilai
hadis tersebut hasan, karena meskipun 'Asim dalam sanad hadist yang
diriwayatkanya itu dhaif karena jeleknya, hadist ini di dukung oleh riwayat-riwayat
lain.
F. Kehujjahan Hadist Hasan
1. Kehujjahan dari Segi Wurut dan Dhalalah
menurut seluruh fuqaha, hadits Hasan dapat diterima sebagai hujjah dan
diamalkan walaupun kualitasnya di bawah hadits shohih. Demikian pula pendapat
kebanyakan hadits dan ahli ushul,20 Kecuali sedikit dari kalangan yang sangat ketat
dalam mempersyaratkan penerimaan Hadits (musyaddidi). Bahkan sebagian
muhaddits yang mempermudah dalam persyaratan Shahih mutasahil
memasukkannya ke dalam Hadits Shahih, seperti Al Hakim Ibnu Hibban dan Ibnu
khuzaimah.
2. Persamaan dan Perbedaan ke Hujjahan Hadist Shahih dan Hasan
20 Nuruddin, ‘Ummu Hadist, 268.
14. 14
a. Persamaan kehujahan Hadis Shahih dan Hasan
Sebagaimana hadis Hasan, Hadis Shahih dapat dijadikan hujjah untuk
menetapkan syariat Islam baik hadis itu ahad terlebih yang Mutawatir.21 Mengenai
kehujjahan hadis shohih, di kalangan ulama tidak ada perbedaan tentang kekuatan
hukumnya, terutama dalam menentukan halal dan haram (status hukum) sesuatu.
Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam surah al-hasyr: 59:
jadi hadis sahih dan hadis Hasan di dalam berargumentasi hukumnya sama
sekalipun dari sisi kekuatannya hadits Hasan berada di bawah Hadits Shahih. Oleh
karena itulah semua ahli fiqih menjadikannya sebagai hujjah dan mengamalkannya.
b. Perbedaan kehujjahan hadis Shahih dan Hasan
Hukum hadits Hasan dalam fungsinya sebagai hujjah dan implementasinya
adalah sama seperti Hadits Shahih, meskipun kualitasnya dibawah Hadits Shahih.
hanya saja jika terjadi pertentangan antara Hadits Shahih Dengan hadis Hasan,
maka harus mendahulukan Hadits Shahih karena tingkat kualitas hadis Hasan
berada di bawah Hadits Shahih.22 Hal ini merupakan konsekuensi logis dari dimensi
kesempurnaan ke dhabithan perawi Hadis Hasan, nilainya memang kurang jika
dibandingkan dengan perawi hadits shohih karena kedhabitan para perawi hadits
shahih sangat sempurna.
Hadits shohih itu ada yang Mutawatir dan ada yang Ahad berbeda dengan
hadits Hasan, hadits Hasan tidak ada berstatus Mutawatir dan kesemuanya berstatus
Ahad baik yang masyhur, 'Aziz, maupun gharib, sehingga status kehujjahannya
juga tidak Sama persis dengan hadis sahih
G. Kriteria Hadist Hasan
1. Pada saat nya tidak terdapat Rawi yang dicurigai berdusta. kriteria ini
mengecualikan Hadits seorang Rawi yang dituduh berdusta, dan mencakup
hadis yang sebagian rawinya memiliki daya hafal rendah tidak dijelaskan
jarah maupun takdilnya, atau di perselisihan jarh dan takdirnya namun dapat
ditentukan. atau Rawi mudallis meriwayatkan hadis dengan An anah,
(periwayatan dengan menggunakan banyak 'an). Karena sifat-sifat yang
demikian itu tidak bisa membuatnya dituduh dusta.
21 Idri,Studi Hdist, 175.
22 Muhammad, Ilmu Ushul Hadist, 60.
15. 15
2. Hadits tersebut tidak janggal. Orang yang peka dan waspada akan
mengetahui bahwa yang dimaksud dengan syadz (janggal) menurut
At-Turmudzi adalah hadits tersebut berbeda denganpara rawi yang tsiqah.
Jadi, diisyaratkan hadits hasan harus selamat dari pertentangan, karena bila
bertentangan dengan riwayat para rawi yang tsiqah, maka ia ditolak.
3. Hadits tersebut diriwayatkan pula melalui jalan lain yang sederajat. Hadist
Hasan itu harus diriwayatkan pula melalui jalan lain satu atau lebih, dengan
catatan sederajat dengannya atau lebih kuat dan bukan berada dibawahnya,
agar dengannya dapat diunggulkan salah satu dari dua kemungkinan
sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Sakhawi, akan tetapi tidak
diisyaratkan harus diriwayatkan dalam sanad yang lain dengan redaksi yang
sama, melainkan dapat diriwayatkan hanya maknanya dalam satu segi atau
segi-segi lainnya.
H. Kitab-Kitab Hadis Hasan
Kita bisa melihat Hadis-Hadis Hasan pada kitab-kitab yang memuat
Hadis-Hadis Hasantersebut:
1. Jami’ alTirmizi atau lebih dikenal dengan Sunan atTirmizi, oleh Abu Isa
MuhammadbinIsaMuhammadibnIsaibnSurahal-Tirmidzi(209-279H).
2. Sunan Abu Daud, oleh Sulaiman ibn alAsy’at ibn Ishak alAzali
alSijistaniataulebihdikenaldengansebutanAbuDaud(202-275H),
3. Sunan alDarquthni, olehh Abu alHasan Ali ibn ‘Umar ibn Ahmad alDar
Quhni(306-385H/919-995M).
17. 17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadis Sahih adalah hadis yang sehat dan benar tidak terdapat penyakit
dan cacat. Sedangkann hadist Hasan berarti baik dan derajat hadits Hasan
berada dibawah Hadits Shahih. Hadis Sahih dan hasan dibagi menjadi dua yaitu
sahih lidhatihi dan sahih li ghairihi. Kitab-kitab Hadis Sahih antara lain Sahih
Bukhari, Sahih Muslim, Sahih Ibnu Khuzaimah, Sahih Ibnu Hibban, Sahih Ibnu
As Sakan, Sahih Ibnu As Syarqi. Sedangkan kitab-kitab hadis hasan antara lain
Jami’ alTirmizi, Sunan Abu Daud, dan Sunan al-Darquthni. perbedaan antara
Hadits Shahih dan Hasan adalah hanya terletak pada soal ke Dabit-an rawi.
B. Saran
Puji dan syukur untuk Allah, Pencipta dan Pengatur seluruh alam, karena
dengan berkat rahmat dan ‘inayah-Nya Makalah Studi Hadis yang membahas
tentang hadis shohih dan hasan ini telah dapat kami selesaikan. Maka sampai
disini Makalah Studi Hadis ini.
Mengingat manusia itu tidak luput dari kekhilafan, tentu saja di samping
yang di sengaja ditinggalkan, ada pula yang tinggal tidak dengan sengaja.
Walaupun demikian, jika terjadi hal serupa itu, kami berbaik sangka bahwa
mereka yang mengetahui mengenai Hadis Sahih untuk menelaah kembali di
buku yang lain. Atau di antara para pembaca dapat bermurah hati untuk
menambahkan jika ada yang kurang dalam Makalah ini sehingga apa yang
menjadi kekurangan kami dalam menyusun Makalah ini bisa tercukupi.
Sebagai ucapan terakhir, dengan ini kami mengharapkan banyak maaf atas
segala kekhilafan dan kelupaan yang terdapat dalam Makalah ini dari awal
sampai akhir. Untuk itu atas perhatian pembaca, kami mengucapkan banyak
terima kasih.
18. 18
DAFTAR PUSTAKA
A. Syaikh Manna’, Pengantar Studi Ilmu Hadist, terj. Mifdhol Abdurrahman, 122
M.solahuddin & Agus suyadi, UmmulHadist,(Bandung, Pustaka Setia, 2011), 145-
146.
M. Agus Solahudin & Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia,2013),
hal.141
Provinsi Jawa Timur, Tim Guru, Hadis, Surabaya:Mutiara Ilmu Mojosari
Mojokerto, 2012
Solahudin, M. Agus, Suyadi, Agus, Ulumul Hadis, Bandung: Pustaka Setia,2013
Suryadilaga, M.Alfatih, Ulumul Hadis, Yogyakarta:Kalimedia, 2009
Yunus, M. Ilmu Mustalah Hadist, Jakarta, PT. Hidakarya Agung, 1998, hal. 133.