1. KONSEP PEMINANGAN DAN KAFAAH
DALAM PERNIKAHAN
Mata Kuliah: Fiqih Munakahat A
Dosen Pengajar: Noor Efendy, SHI, MH
Disusun Oleh ;
Dini Rezki Amalia (2022110882)
Riska Amelia (2022110892)
3. Pengertian Khitbah
Khitbah dalam al-kitab berasal dari bahasa arab, dari kata yang
sama yang berarti “pembicaraan” dan jika terkait ihwal perempuan,
maka makna yang pertama kali ditangkap adalah percapakapan yang
terkait dengan pernikahan. Sedangkan kosa kata (peminangan) berasal
dari kata “pinang”, “meminang”, yang berarti meminta seorang
perempuan (untuk dijadikan istri) dan bersinonim dengan kata
“melamar”, serta dalam bahasa arab khitbah yang dimaksud ialah upaya
untuk terlibat dalam hubungan perjodohan anatara seorang pria dan
seorang Wanita dengan cara yang baik. Pinangan bukan suatu akad
tetapi berupa lamaran atau permohonan untuk menikah
5. Landasan Hukum Khitbah
Dasar menetapkan hukumnya tidak terdapat pendapat
ulama yang mewajibkannya, berarti hukumnya mubah. Akan
tetapi, Ibnu Rusyd dengan menukil pendapat Imam Daud Al-
Dzahiriy, mengatakan bahwa hukum pinangan adalah wajib.
Ulama ini mendasarkan pendapatnya pada hadits-hadist
nabi yang menggambarkan bahwa pinangan (khitbah) ini
merupakan perbuatan dan tradisi yang dilakukan nabi
dalam peminangan itu
6. Macam-macam Khitbah
ucapan yang tidak jelas dan tidak terus
terang atau dengan istilah kinayah. Dengan
pengertian lain ucapan itu dapat dipahami
dengan maksud lain, seperti pengucapan,
“tidakada orang yang tidaksepertimu”
A. Secaralangsung
Menggunakan ucapan yang jelas
dan terus terang sehingga tidak
mungkin dipahami dari ucapan itu
kecual peminangan, seperti
ucapan“saya berkeinginan untuk
menikahimu
B. Secaratidaklangsung
8. Batas melihat Wanita yang
di Khitbah
Ada beberapa batasan untuk melihat wanita yang akan di kitbah sebagai berikut:
a.Tidak diperbolehkan berduaan saat melihatnya
b. Tidak boleh disertai dengan syahwat saat melihatnya
c. Sudah memiliki keyakinan yang besar untuk menikahi Wanita yang hendak
dilamarnya
d. Tidak boleh bersentuhan fisik dengan Wanita yang telah dilamarnya
e. Lebih baik melihat sang akhwat sebelum melamarnya
f. Diperbolehkan mengobrol dan bertanya tentang berbagai macam persoalan yang
wajar,
g. Tidak boleh membawa akhwat yang dilamarnya keluar rumah
9. Hikmah Khitbah
Hikmah yang terdapat dalam khitbah ialah:
a. Memudahkan jalan perkenalan antara peminangan dan yang dipinang
b. Menguatkan tekad untuk melaksanakan pernikahan.
c. Menumbuhkan ketentraman jiwa
d. Dengan peminangan, apalagi dengan adanya jawaban penerimaan akan
menimbulkan perasaan kepastian pada kedua belah pihak.
e. Menjaga kesucian diri menjelang pernikahan.
f. Dengan peminangan, masing-masing pihak akan lebih menjaga kesucian
diri. Mereka merasa telah mulai menapaki perjalanan menuju kehidupan
rumah tangga,
g. Melengkapi persiapan diri.
h. Pinangan juga mengandung hikmah bahwa kedua belah pihak dituntut untuk
melengkapi persiapan diri guna menuju pernikahan
10. Pengertian kafaah
Secara etimologi kafaah atau kufu berasal dari bahasa Arab,
artinya “sepadan atau setingkat”, kesamaan, serupa, atau sebanding.
Semakna dengan didalam kamus al-Munawwir yaitu “sama, sepadan.
Menurut hukum Islam, kafaah artinya sejodoh, yaitu
keseimbangan atau keserasian antara calon suami dengan calon istri
sehingga bagi masing-masing calon tidak merasa keberatan untuk
melangsungkan pernikahan. Atau secara sederhananya, calon suami dan
istri sama kedudukan, baik setingkat didalam sosial, sederajat dalam
akhlak serta kekayaannya.
11. Perspektif Imam Mazhab Tentang
Kafaah
1.) Pendapat Pertama
Yaitu disampaikan oleh Hasan Al-Bashi, al-Karkhi dari mazhab Abu Hanifah
berpendapat bahwa kafaah bukanlah menjadi syarat sah nya nikah, bukan pula keharusan
bagi suami istri, apakah kafaah atau tidak nikahnya tetap sah
2.) Pendapat Kedua
Yaitu pendapat dari empat Imam mazhab bahwa kafaah adalah syarat yang lazim bagi
perkawinan.
Secara garis besar terdapat dua pendapat, yaitu;
12. Tujuan Kafaah
Tujuan kafaah tidak lain adalah
untuk meminimalisir perselisihan
yang berakibat fatal pada
keharmonisan didalam hubungan
rumah tangga. Dengan adanya
kafaah diharapkan tidak ada
peluang untuk saling
merendahkan.
13. Kriteria Kafaah
Para ulama memiliki argumen yang berbeda-beda mengenai sifat kafaah, mengutip
didalam kitab Fiqih Islam Wa Adillatuhu karya Prof.Dr. Wahbah az-Zuhaili mengenai sifat-sifat
kafaah yaitu:
Menurut mazhab Imam Hanafi ada enam sifat kafaah,yaitu: agama Islam, , merdeka,
nasab,harta dan profesi.
Menurut mazhab Imam Syafi’i ada enam sifat kafaah, yaitu: agama, kesucian, merdeka, nasab,
terbebas dari aib yang menimbulkan pilihan, dan profesi.
Menurut mazhab Imam Hambali sifat kafaah ada lima, yaitu: agama, profesi, nasab,
kemakmuran (harta), merdeka.
Mazhab Imam Maliki berpendapat bahwa sifat kafaah ada dua, yaitu: agama dan kondisi,
maksudnya selamat dari aib yang menyebabkan timbulnya pilihan, bukan kondisi dalam arti
kehormatan dan nasab.
Mazhab Imam Hanafi sependapat dengan Imam Hambali mengenai harta. Dan mempunyai
pendapat tersendiri mengenai sifat Islam secara keturunan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa khitbah adalah permintaan atau permohonan seorang laki-laki untuk menguasai seorang perempuan dari keluarganya untuk bersekutu didalam sebuah pernikahan
Dasar menetapkan hukumnya tidak terdapat pendapat ulama yang mewajibkannya, berarti hukumnya mubah. Akan tetapi, Ibnu Rusyd dengan menukil pendapat Imam Daud Al-Dzahiriy, mengatakan bahwa hukum pinangan adalah wajib. Ulama ini mendasarkan pendapatnya pada hadits-hadist nabi yang menggambarkan bahwa pinangan (khitbah) ini merupakan perbuatan dan tradisi yang dilakukan nabi dalam peminangan itu
Ada dua cara melihat Wanita yang akan dipinangnya yaitu:
Mengirim seorang Wanita yang dipercaya untuk mengecek keadaan Wanita yang mau dipinang. Baik dari sifat, akhlak, serta penampilam setiap hari.
Seorang laki-laki yang ingin melamarnya langsung. Para Jumhur ulama, berpendapat bahwa seorang laki-laki disunahkan melihat calon istri pada bagian wajah dan telapak tangan, dengan begitu akan diketahui kehalusan tubuh dan kecantikannya. Sekalipun para ulama sepakat tentang kebolehan melihat ini tetapi mereka memberikan Batasan terhadap apa saja yang boleh dilihat pada diri Wanita itu, dalam hal ini mereka berbeda pendapat mengenai Batasan-batasan ini.
Sunnah-sunnah meminang adalah sebagai berikut:
Bagi peminang atau wakilnya menyampaikan khutbah sebelum meminang atau sebelum akad nikah, dimulai dengan memiji Allah dan Sholawat atas Nabi Muhammad SAW.
Setelah selesai memuji Allah dan bersholawat, dilanjutkan dengan menasehatkan supaya bertaqwa kepada Allah.
Kemudian, nyatakanlah keinginannya. Contoh :”aku dating kepada tuan-tuan untuk meminang putri tuan yang mulia”
Bagi wali yang dipinang juga menyampaikan khutbah dengan memulai memuji Allah dan bersholawat atas Nabi Muhammad SAW, dilanjutkan dengan memberi nasehat. Kemudian menyatakan dengan menerima. Contoh: “Kami tidak keberatan menerima engkau”
kafaah menjadi salah satu faktor yang dapat menciptakan kebahagian dan keharmonisan didalam pernikahan, sebab jika suami istri tidak memperhatikan prinsip tersebut rumah tangganyaa akan mengalami kesulitan untuk beradaptasi, bahkan bisa menjadi problematika yang berkelanjutan dan akan membawa kegagalan didalam bahtera pernikahan