SlideShare a Scribd company logo
Filsafat Pendidikan,
Pengajaran, dan
Kebudayaan 

Ki Hajar Dewantara
Oleh: Iwan Syahril

Dosen Fakultas Pendidikan, Universitas Sampoerna 

Peneliti Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK)
Alur Presentasi
• Pengantar

• Visualisasi filosofi Ki Hajar Dewantara

• Kerangka Utama filosofi Ki Hajar Dewantara

• Kebudayaan, Pendidikan, dan Pengajaran

• Kritik Ki Hajar Dewantara terhadap Sistem Pendidikan Barat dan SIstem
Pendidikan Indonesia

• Pentingnya Ilmu Pendidikan dan Pengajaran (dan Kebudayaan)

• Pentingnya Politilk dalam Pendidikan dan Kebudayaan
Cara pandang dalam memaknai 

filosofi Ki Hajar Dewantara
• Saya seorang guru, bukan filsuf

• Mencoba memanusiakan 

Ki Hajar Dewantara

• Membaca primary multimodal texts 

• Mencari benang merah beragam tema 

di dalam tulisan Ki Hajar Dewantara
Tri-tunggal Perjuangan Ki Hajar Dewantara
Perjuangan kemerdekaan 

(wartawan, politikus)





Perjuangan pendidikan 

(pendidik)
Perjuangan kebudayaan 

(budayawan)
Doktor Honoris Causa dalam Ilmu Kebudayaan,
Universitas Gajah Mada, 19/12/1956
Kerangka Utama (1)

Yang Tetap dan Yang Berubah: Kodrat Keadaan
Kodrat Keadaan
• Kodrat Alam (Sifat, Bentuk)

- Sifat pokok tiap-tiap kebudayaan adalah universal (perikemanusiaan)

- Bentuk kebudayaan berbeda-beda sesuai kodrat alam

• Kodrat Zaman (Isi, Irama)

- Isi kebudayaan timbul karena pengaruh zaman yang ditempati masyarakat

- Irama kebudayaan adalah cara menggunakan segala unsur kebudayaan

Bentuk, Isi, dan Irama bisa, dan perlu, berubah.
Kerangka Utama (2) 

Prinsip Melakukan Perubahan: 

Asas Tri-Kon
1. Kontinuiteit 

Pertukaran satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya harus
kontinuiteit dengan alam kebudayaannya sendiri.
2. Konvergensi 

Pertukaran kebudayaan mengarah pada kesatuan dengan alam universal.
3. Konsentris 

Sebuah kebudayaan memiliki satu titik pusat dengan alam-alam
kebudayaan sedunia, tetapi masih memiliki garis lingkaran sendiri-sendiri.
Kerangka Utama (3)

Hal Yang Berubah: Budi Pekerti
• BUDI —> Batin —> Tri-Sakti —> Pikiran + Rasa + Kemauan [Cipta + Rasa + Karsa]

PEKERTI —> Lahir —> Tenaga

• BUDI PEKERTI = Bulatnya Jiwa manusia —> hasil dari bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan
kemauan (budi) sehingga menimbulkan tenaga (pekerti).

• Pikiran mempunyai tugas memisah-misahkan, membanding-bandingkan, 

dan menetapkan benar atau tidaknya sesuatu.

Rasa mempunyai tugas menetapkan baik atau buruknya sesuatu.

Kemauan adalah keinginan yang sudah tetap dan pasti, tinggal melaksanakan saja.

• Tidak ada dua budi pekerti yang sama sehingga kita dapat membedakan orang yang satu dengan
lainnya.

• Kebersihan budi = bersatunya cipta-rasa-karsa = tajamnya pikiran, halusnya rasa, kuatnya kemauan 

—> Hal ini akan membawa kepada kebijaksanaan.

• Budi manusia itu menginginkan segala sesuatu yang baik (luhur, etika) dan indah (halus, estetika)
yang berdasar pada ketertiban (orde).
Kebudayaan
Pendidikan
Pengajaran
Kebudayaan • Kebudayaan adalah buah budi manusia (lahir dan batin), 

hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh yang kuat, 

yakni alam dan zaman.

• Kebudayaan memelihara dan memajukan hidup manusia ke arah
keadaban.

• Pemeliharaan kebudayaan harus bermaksud memajukan dan
menyesuaikan kebudayaan dengan tiap-tiap pergantian alam dan
zaman. 

• !!! Kegiatan memuja-muja kerapkali menyebabkan bekunya
kebudayaan.

• !!! Isolasi kebudayaan menyebabkan kemunduran dan matinya
kebudayaan.

• Kemajuan kebudayaan harus berupa lanjutan langsung dari
kebudayaan sendiri (kontinuitet) menuju ke arah kesatuan kebudayaan
dunia (konvergensi) dan tetap terus mempunyai sifat kepribadian di
dalam lingkungan kemanusiaan dunia (konsentrisitet).
Kebudayaan
Pendidikan
Pengajaran
Pendidikan • Pendidikan: tempat persemaian benih-benih kebudayaan
yang hidup dalam masyarakat kebangsaan, dengan maksud
agar segala unsur peradaban dan kebudayaan dapat tumbuh
dengan sebaik-baiknya dan dapat kita teruskan kepada anak
cucu kita yang akan datang.

• Pendidikan: daya upaya untuk memajukan perkembangan
budi pekerti (kekuatan batin), fikiran (intelek) dan jasmani
anak-anak, dengan maksud supaya kita dapat memajukan
kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan
anak-anak, selaras dengan alamnya dan masyarakatnya. 

• Pendidikan nasional: pendidikan yang berdasarkan garis-
garis bangsanya (kultural-nasional) dan ditujukan untuk
keperluan perikehidupan, yang dapat mengangkat derajat
negeri dan rakyatnya, sehingga bersamaan kedudukan dan
pantas bekerjasama dengan lain-lain bangsa untuk kemuliaan
segenap manusia di seluruh dunia.
Perspektif Ekologis: Nature + Nurture
Pendidikan itu hanya bisa menuntun. 

Namun faedahnya bagi hidup tumbuhnya anak sangat besar.

Pendidik ibarat petani.

“Seorang petani yang menanam padi hanya dapat menuntun tumbuhnya
padi. Ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi,
memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang
mengganggu hidup tanaman padi, dan lain sebagainya. Meskipun
pertumbuhan tanaman padi dapat diperbaiki, tetapi ia tidak dapat
mengganti kodrat iradatnya padi. Misalnya, ia tak akan dapat
menjadikan padi yang ditanamnya itu tumbuh sebagai jagung. Selain itu, ia
juga tak dapat memelihara tanaman padi tersebut seperti halnya cara
memelihara tanaman kedelai atau tanaman lainnya. Memang benar, ia
dapat memperbaiki keadaan tanaman padi yang ditanam, bahkan ia dapat
juga menghasilkan tanaman padi itu lebih besar daripada tanaman padi
yang tidak diperlihara, tetapi mengganti kodratnya padi itu tetap mustahil.”
Perspektif Ekologis: Nature + Nurture
Perlu tidaknya pendidikan/tuntunan ibarat perlu tidaknya
pemeliharaan tanaman.

“Kalau sebutir jagung yang baik dasarnya jatuh pada tanah yang
baik, banyak airnya, dan mendapat sinar matahari yang cukup,
maka pemeliharaan dari bapak tani tentu akan menambah baiknya
keadaan tanaman. Kalau tidak ada pemeliharaan, sedangkan
keadaan tanahnya tidak baik, atau tempat jatuhnya biji jagung itu
tidak mendapat sinar matahari atau kekurangan air, maka biji jagung
itu (walaupun dasarnya baik), tidak akan dapat tumbuh baik karena
pengaruh keadaan. Sebaliknya kalau sebutir jagung tidak baik
dasarnya, akan tetapi ditanam dengan pemeliharaan yang sebaik-
baiknya oleh bapak tani, maka biji itu akan dapat tumbuh lebih baik
daripada biji lainnya yang juga tidak baik dasarnya.”
Pendidikan • Convergentic-theorie. Anak lahir diumpamakan 

sehelai kertas yang sudah ditulisi penuh tapi semua
tulisan itu suram. Pendidikan berkewajiban dan
berkuasa menebalkan segala tulisan yang suram dan
berisi baik agar kelak nampak sebagai budi pekerti yang
baik. Segala tulisan yang mengandung arti jahat
hendaknya dibiarkan agar jangan menjadi tebal, bahkan
jika bisa dibikin lebih suram.

• Pendidikan hanya ‘tuntunan’ di dalam hidup tumbuhnya
anak-anak. Hidup tumbuhnya anak-anak itu terletak di
luar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik.
Anak-anak itu sebagai makhluk, manusia, dan benda
hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut
kodratnya sendiri. Kita kaum pendidik hanya dapat
menuntun agar dapat memperbaiki lakunya (bukan
dasarnya) hidup dan tumbuhnya anak-anak.
Pendidikan • Keluarga memberi dasar-dasar sosial yang suci, murni, dan
penuh cinta kasih.

• Metode Among Siswa. 

Tut Wuri Handayani, Ing Madya Mangun Karsa, 

Ing Ngarsa Sung Tulodo

• Asas Taman Siswa

“Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak,
tidak untuk meminta sesuatu hak, namun untuk berhamba
kepada sang anak.”

• “Berikan kemerdekaan dan kebebasan kepada anak-anak kita;
bukan kemerdekaan yang leluasa, namun yang terbatas oleh
tuntutan kodrat alam menuju ke arah kebudayaan….perlulah
dipakai dasar kebangsaan, akan tetapi jangan sekali-sekali dasar
ini melanggar atau bertentangan dengan dasar yang lebih luas,
yaitu dasar kemanusiaan.”
Frobel 

(romantik, sahabat
anak-anak, keutuhan
jiwa)

—> panca indra
sebagai konsentrasi,
tapi yang diutamakan
permainan anak-anak
(kodrat anak: bergerak
dan berfantasi),
kegembiraan anak-
anak, tapi dalam proses
pembelajarannya anak
masih terperintah
Montessori 

(rasionalistis, ahli anak-anak, sebagian
dari jiwa)

—> mementingkan pelajaran panca
indra, anak diberi kemerdekaan yang
luas (ini sesuai dg tuntutan zaman kala
itu, merdeka), tapi permainan tidak
dipentingkan. Perintah atau paksaan
pendidik mungkin bertentangan dengan
tuntutan jiwa dan jasmani anak sehingga
menghambat pertumbuhan. Anak-anak
jangan diberi pengajaran, tapi tuntunan.
Guru adalah penuntun yang mengamati
anak secara individual dan tidak boleh
melarang perbuatan spontan anak, yang
adalah kodratnya
Taman Siswa

memakai kedua metode ini (Frobel
dan Montessori) dengan
menyatukan pelajaran panca indra
dan permainan anak (Metode
Kodrat Iradat, Metode Among
Siswa). Taman Siswa percaya
bahwa segala tingkah laku dan
kehidupan anak sudah diisi oleh
Sang Maha Among (Pemelihara)
dengan segala alat-alat yang
bersifat mendidik si anak.
Kebudayaan
Pendidikan
Pengajaran
Pengajaran
Pengajaran adalah bagian dari pendidikan
dengan cara memberi ilmu yang berfaedah buat
hidup anak-anak, baik lahir dan batin.

Pengajaran pengetahuan adalah sebagian dari
pendidikan, yang terutama dipergunakan untuk
mendidik pikiran; dan ini perlu sekali, tidak saja
untuk memajukan kecerdasan batin, namun pula
untuk melancarkan hidup pada umumnya.
Seyogyanyalah pendidikan pikiran ini dibangun
setinggi-tingginya, sedalam-dalamnya, dan
selebar-lebarnya, agar anak-anak kelak dapat
membangun perikehidupannya lahir dan batin
dengan sebaik-baiknya.
Kebudayaan
Pendidikan
Pengajaran
Kritik Ki Hajar Dewantara 

terhadap Sistem Pendidikan Belanda dan Barat
• Sistem pendidikan Barat hanya bersifat tempat pendidikan pikiran,
balai wiyata, menyiarkan ilmu pengetahuan dan kecerdasan saja. 

Di situ kita tidak dapat melakukan pendidikan sosial. 

• Intelektualisme acapkali menentang kesosialan.

• Disamping pendidikan kecerdasan harus ada pendidikan kultural.
Jangan sampai kita hanya meniru sistem pendidikan dan pengajaran
yang sepi pengaruh kebudayaan, seperti yang kita alami di zaman
Belanda dengan pendidikannya yang intelektualistis, materialistis,
dan kolonial itu.

• Pendidikan dan pengajaran yang dilakukan dengan sistem Barat
tidak mengapa, asalkan anak-anak kita diberi pendidikan kultural dan
nasional, yang semua-semuanya kita tujukan ke arah keluhuran
manusia, nusa, dan bangsa, tidak dengan memisahkan diri dari
kesatuan perikemanusiaan.
Kritik terhadap pendidikan era kemerdekaan
• 







• Putus naluri, tradisi, kontinuitas dengan zaman
lampau

• “Bentuk, isi, dan irama yang kita dapati di zaman
sekarang ini, baik yang menjadi milik badan-
badan perguruan partikelir maupun yang
diperlihara oleh Kementrian P.P. dan K, pada
umumnya masih doordruk (sekalipun doordruk
yang sudah dikoreksi sana sini) dari sekolah-
sekolah yang terpakai dalam sistem Belanda.
Malah kadang-kadang masih nampak juga,
sekalipun suram-suram, tendens-tendes yang
materialistis itu dan kolonial.” (h. 205)

• “Kita lihat di zaman sekarang masih terpakainya
bentuk-bentuk rumah sekolah, daftar-daftar
pelajaran yang tidak memberi cukup semangat
mencari ilmu pengetahuan sendiri, karena tiap-
tiap hari, tiap-tiap tri wulan, tiap-tiap tahun,
pelajar-pelajar kita terus menerus terancam oleh
sistem penilaian dan penghargaan yang
intelektualis. Anak-anak dan pemuda-pemuda
kita sukar dapat belajar dengan tentram, karena
dikejar-kejar oleh ujian-ujian yang sangat keras
dalam tuntutan-tuntutannya. Mereka belajar tidak
untuk perkembangan hidup kejiwaannya;
sebaliknya, mereka belajar untuk dapat nilai-nilai
yang tinggi dalam school raport-nya atau untuk
dapat ijazah. Dalam soal ini sebaiknyalah kita
para pemimpin perguruan, bersama-sama
dengan Kementerian P.P. dan K. mencari
bagaimana caranya kita dapat memberantas
penyakit examen cultus dan diploma jacht itu.”
Pemikiran untuk Sistem Pendidikan Indonesia
• Kesatuan pendidikan

- sifat-sifat pokok (core curriculum)

- kesamaan hak-hak kesempatan menuntut pelajaran sesuai
keinginan dan bakat masing-masing

• Diferensiasi

- Diferensiasi untuk memperbesar efisiensi bagi kemanfaaatan
anak didik, masyarakat dan negara

- Kebebasan memilih apa yang sesuai pikiran dan perasaannya

- mengakomodasi bakat dan keadaan hidup anak didik
Ilmu Pendidikan, Pengajaran
dan Kebudayaan
• Ilmu pendidikan dan pengajaran yang “kontinu” dengan
zaman lampau. Masing-masing zaman mempunyai ruh
yang berbeda yang menjelma dalam ilmu pendidikan.

• Insting (naluri) mendidik saja tidak cukup. Praktik
pendidikan hanya dengan intuisi tak dapat berlaku
dengan baik.

• Pendidikan yang baik harus dipandu oleh teori atau
pengetahuan tentang pendidikan, sehingga tidak
berdasar subyektif atau rabaan saja.

• Kebudayaan salah satu kurikulum inti di sekolah
keguruan.
Politik, Pendidikan, dan Kebudayaan
“Untuk dapat bekerja dengan tentram dan
seksama (yakni tugas para pendidik dan
pejuang kebudayaan), sangat kita perlukan
adanya pagar yang kokoh dan kuat, untuk
menolak segala bahaya yang mengancam
dari segala kekuasaan dan kekuatan yang
mungkin dapat merusak sawah, ladang,
serta tanaman-tanamannya yang kita
pelihara. “Pagar” tadi tak bukan dan tak lain
ialah pergerakan politik rakyat kita.” 

(h. 202)
Filsafat Pendidikan,
Pengajaran, dan
Kebudayaan 

Ki Hajar Dewantara
Oleh: Iwan Syahril

Dosen Fakultas Pendidikan, Universitas Sampoerna 

Peneliti Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK)

More Related Content

What's hot

Topik 1-3 Ruang Kolaborasi Proyek Kepemimpinan (1).doc
Topik 1-3 Ruang Kolaborasi Proyek Kepemimpinan (1).docTopik 1-3 Ruang Kolaborasi Proyek Kepemimpinan (1).doc
Topik 1-3 Ruang Kolaborasi Proyek Kepemimpinan (1).doc
RawindyAuliiaHapsari
 
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar - Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar (1)....
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar - Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar (1)....Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar - Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar (1)....
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar - Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar (1)....
HilmanZhulmy
 
Power Point IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA.pptx
Power Point IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA.pptxPower Point IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA.pptx
Power Point IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA.pptx
Tesah2
 
Modul 2.2. Angkatan 5 Reguler. Pembelajaran Sosial dan Emosional - Final.pdf
Modul 2.2. Angkatan 5 Reguler. Pembelajaran Sosial dan Emosional - Final.pdfModul 2.2. Angkatan 5 Reguler. Pembelajaran Sosial dan Emosional - Final.pdf
Modul 2.2. Angkatan 5 Reguler. Pembelajaran Sosial dan Emosional - Final.pdf
Irman Ramly
 

What's hot (20)

UbD Klp 3.pptx
UbD Klp 3.pptxUbD Klp 3.pptx
UbD Klp 3.pptx
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR.pptx.pdf
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR.pptx.pdfAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR.pptx.pdf
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR.pptx.pdf
 
Diskusi Refleksi Akhir PPL I.docx
Diskusi Refleksi Akhir PPL I.docxDiskusi Refleksi Akhir PPL I.docx
Diskusi Refleksi Akhir PPL I.docx
 
Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Pemikiran Ki Hajar DewantaraPemikiran Ki Hajar Dewantara
Pemikiran Ki Hajar Dewantara
 
Topik 1-3 Ruang Kolaborasi Proyek Kepemimpinan (1).doc
Topik 1-3 Ruang Kolaborasi Proyek Kepemimpinan (1).docTopik 1-3 Ruang Kolaborasi Proyek Kepemimpinan (1).doc
Topik 1-3 Ruang Kolaborasi Proyek Kepemimpinan (1).doc
 
2.1.a.9. KONEKSI ANTAR MATERI.pdf
2.1.a.9. KONEKSI ANTAR MATERI.pdf2.1.a.9. KONEKSI ANTAR MATERI.pdf
2.1.a.9. KONEKSI ANTAR MATERI.pdf
 
Diferensiasi .ppt
Diferensiasi .pptDiferensiasi .ppt
Diferensiasi .ppt
 
2. UbD.pptx
2. UbD.pptx2. UbD.pptx
2. UbD.pptx
 
Aksi Nyata Topik 1 Merdeka Belajar Iwan sumantri.pdf
Aksi Nyata Topik 1  Merdeka Belajar Iwan sumantri.pdfAksi Nyata Topik 1  Merdeka Belajar Iwan sumantri.pdf
Aksi Nyata Topik 1 Merdeka Belajar Iwan sumantri.pdf
 
PPT AKSI NYATA MERDEKA BELAJAR.pptx
PPT AKSI NYATA MERDEKA BELAJAR.pptxPPT AKSI NYATA MERDEKA BELAJAR.pptx
PPT AKSI NYATA MERDEKA BELAJAR.pptx
 
PRESENTASI P5.pptx
PRESENTASI P5.pptxPRESENTASI P5.pptx
PRESENTASI P5.pptx
 
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
 
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar - Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar (1)....
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar - Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar (1)....Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar - Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar (1)....
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar - Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar (1)....
 
Topik 2 Kelompok 4 - Ruang Kolaborasi.pptx
Topik 2 Kelompok 4 - Ruang Kolaborasi.pptxTopik 2 Kelompok 4 - Ruang Kolaborasi.pptx
Topik 2 Kelompok 4 - Ruang Kolaborasi.pptx
 
Power Point IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA.pptx
Power Point IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA.pptxPower Point IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA.pptx
Power Point IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA.pptx
 
TOPIK 1 KONEKSI ANTAR MATERI.pptx
TOPIK 1 KONEKSI ANTAR MATERI.pptxTOPIK 1 KONEKSI ANTAR MATERI.pptx
TOPIK 1 KONEKSI ANTAR MATERI.pptx
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah?.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah?.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah?.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah?.pdf
 
Modul 2.2. Angkatan 5 Reguler. Pembelajaran Sosial dan Emosional - Final.pdf
Modul 2.2. Angkatan 5 Reguler. Pembelajaran Sosial dan Emosional - Final.pdfModul 2.2. Angkatan 5 Reguler. Pembelajaran Sosial dan Emosional - Final.pdf
Modul 2.2. Angkatan 5 Reguler. Pembelajaran Sosial dan Emosional - Final.pdf
 
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloomKata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
 
Kurikulum Hilda Taba, Olivia Beauchamp dan Rogers, .pdf
Kurikulum Hilda Taba, Olivia Beauchamp dan Rogers, .pdfKurikulum Hilda Taba, Olivia Beauchamp dan Rogers, .pdf
Kurikulum Hilda Taba, Olivia Beauchamp dan Rogers, .pdf
 

Similar to Filsafat Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Ki Hajar Dewantara

1 2. hakekat pendidikan
1 2. hakekat pendidikan1 2. hakekat pendidikan
1 2. hakekat pendidikan
FAS DC
 
Pendidikan dan pengajaran tidak dapat dipisahkan.docx
Pendidikan dan pengajaran tidak dapat dipisahkan.docxPendidikan dan pengajaran tidak dapat dipisahkan.docx
Pendidikan dan pengajaran tidak dapat dipisahkan.docx
uud efendi
 
Pengantar pendd-slide
Pengantar pendd-slidePengantar pendd-slide
Pengantar pendd-slide
mutia123
 
lily ayanka'imocie
lily ayanka'imocielily ayanka'imocie
lily ayanka'imocie
lilyolanda
 
lilyaayanka'imocie
lilyaayanka'imocielilyaayanka'imocie
lilyaayanka'imocie
lilyolanda
 
1. konsep dari ki hajar dewatara
1. konsep dari ki hajar dewatara1. konsep dari ki hajar dewatara
1. konsep dari ki hajar dewatara
amin-mipa
 

Similar to Filsafat Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Ki Hajar Dewantara (20)

Aliran aliran pendidikan
Aliran aliran pendidikanAliran aliran pendidikan
Aliran aliran pendidikan
 
1 2. hakekat pendidikan
1 2. hakekat pendidikan1 2. hakekat pendidikan
1 2. hakekat pendidikan
 
AKSI NYATA.pptx
AKSI NYATA.pptxAKSI NYATA.pptx
AKSI NYATA.pptx
 
Aksi Nyata Pemahaman Merdeka Belajar.pdf.pdf
Aksi Nyata Pemahaman Merdeka Belajar.pdf.pdfAksi Nyata Pemahaman Merdeka Belajar.pdf.pdf
Aksi Nyata Pemahaman Merdeka Belajar.pdf.pdf
 
Pendidikan dan pengajaran tidak dapat dipisahkan.docx
Pendidikan dan pengajaran tidak dapat dipisahkan.docxPendidikan dan pengajaran tidak dapat dipisahkan.docx
Pendidikan dan pengajaran tidak dapat dipisahkan.docx
 
Aliran aliran-pendidikan
Aliran aliran-pendidikanAliran aliran-pendidikan
Aliran aliran-pendidikan
 
Pengantar pendd-slide
Pengantar pendd-slidePengantar pendd-slide
Pengantar pendd-slide
 
Manusia sebagai animal educandum
Manusia sebagai animal educandumManusia sebagai animal educandum
Manusia sebagai animal educandum
 
PPT KKG SDN 2.pptx
PPT KKG SDN 2.pptxPPT KKG SDN 2.pptx
PPT KKG SDN 2.pptx
 
Cicimel
CicimelCicimel
Cicimel
 
lily ayanka'imocie
lily ayanka'imocielily ayanka'imocie
lily ayanka'imocie
 
lilyaayanka'imocie
lilyaayanka'imocielilyaayanka'imocie
lilyaayanka'imocie
 
1. konsep dari ki hajar dewatara
1. konsep dari ki hajar dewatara1. konsep dari ki hajar dewatara
1. konsep dari ki hajar dewatara
 
aksi nyata topik 1 Darmawans.pdf
aksi nyata topik 1 Darmawans.pdfaksi nyata topik 1 Darmawans.pdf
aksi nyata topik 1 Darmawans.pdf
 
MERDEKA BELAJAR Aksi Nyata Merdeka Belajar.pptx
MERDEKA BELAJAR Aksi Nyata Merdeka Belajar.pptxMERDEKA BELAJAR Aksi Nyata Merdeka Belajar.pptx
MERDEKA BELAJAR Aksi Nyata Merdeka Belajar.pptx
 
Presentation2.pptx
Presentation2.pptxPresentation2.pptx
Presentation2.pptx
 
Pengantar pendidikan ppt
Pengantar pendidikan pptPengantar pendidikan ppt
Pengantar pendidikan ppt
 
AKSI NYATA.docx
AKSI NYATA.docxAKSI NYATA.docx
AKSI NYATA.docx
 
Presentation1.pptx
Presentation1.pptxPresentation1.pptx
Presentation1.pptx
 
Poster Demonstrasi modul 1_1 PGP.pptx
Poster Demonstrasi modul 1_1 PGP.pptxPoster Demonstrasi modul 1_1 PGP.pptx
Poster Demonstrasi modul 1_1 PGP.pptx
 

More from Iwan Syahril

Sejarah Guru dan Pendidikan Guru di Indonesia dari Zaman ke Zaman
Sejarah Guru dan Pendidikan Guru di Indonesia dari Zaman ke ZamanSejarah Guru dan Pendidikan Guru di Indonesia dari Zaman ke Zaman
Sejarah Guru dan Pendidikan Guru di Indonesia dari Zaman ke Zaman
Iwan Syahril
 

More from Iwan Syahril (20)

Transformasi Pendidikan Guru Indonesia, Transformasi LPTK
Transformasi Pendidikan Guru Indonesia, Transformasi LPTKTransformasi Pendidikan Guru Indonesia, Transformasi LPTK
Transformasi Pendidikan Guru Indonesia, Transformasi LPTK
 
How Can ESL/EFL Teacher Education Improve the Education Quality of, and Trans...
How Can ESL/EFL Teacher Education Improve the Education Quality of, and Trans...How Can ESL/EFL Teacher Education Improve the Education Quality of, and Trans...
How Can ESL/EFL Teacher Education Improve the Education Quality of, and Trans...
 
Teacher Professional Development in Indonesia: What Have Learned So Far?
Teacher Professional Development in Indonesia: What Have Learned So Far?Teacher Professional Development in Indonesia: What Have Learned So Far?
Teacher Professional Development in Indonesia: What Have Learned So Far?
 
Sejarah Guru dan Pendidikan Guru di Indonesia dari Zaman ke Zaman
Sejarah Guru dan Pendidikan Guru di Indonesia dari Zaman ke ZamanSejarah Guru dan Pendidikan Guru di Indonesia dari Zaman ke Zaman
Sejarah Guru dan Pendidikan Guru di Indonesia dari Zaman ke Zaman
 
A workshop on writing "Rencana Pembelajaran Semester" (RPS) and "Satuan Acara...
A workshop on writing "Rencana Pembelajaran Semester" (RPS) and "Satuan Acara...A workshop on writing "Rencana Pembelajaran Semester" (RPS) and "Satuan Acara...
A workshop on writing "Rencana Pembelajaran Semester" (RPS) and "Satuan Acara...
 
Pembelajaran, Tanggung Jawab, & Profesionalisme: Sebuah Rekomendasi Kebijakan...
Pembelajaran, Tanggung Jawab, & Profesionalisme: Sebuah Rekomendasi Kebijakan...Pembelajaran, Tanggung Jawab, & Profesionalisme: Sebuah Rekomendasi Kebijakan...
Pembelajaran, Tanggung Jawab, & Profesionalisme: Sebuah Rekomendasi Kebijakan...
 
A case study of preservice teacher development using korthagen's three level ...
A case study of preservice teacher development using korthagen's three level ...A case study of preservice teacher development using korthagen's three level ...
A case study of preservice teacher development using korthagen's three level ...
 
Computational Thinking in Teaching and Learning
Computational Thinking in Teaching and LearningComputational Thinking in Teaching and Learning
Computational Thinking in Teaching and Learning
 
Teaching Writing
Teaching WritingTeaching Writing
Teaching Writing
 
Key Elements in An Accountability System
Key Elements in An Accountability SystemKey Elements in An Accountability System
Key Elements in An Accountability System
 
Indonesian Education and the National Awakening in the 21st Century
Indonesian Education and the National Awakening in the 21st CenturyIndonesian Education and the National Awakening in the 21st Century
Indonesian Education and the National Awakening in the 21st Century
 
The Evolution of Indonesian Education: The Independence Era
The Evolution of Indonesian Education: The Independence EraThe Evolution of Indonesian Education: The Independence Era
The Evolution of Indonesian Education: The Independence Era
 
Evolusi Pendidikan Indonesia Era Pra Kemerdekaan
Evolusi Pendidikan Indonesia Era Pra KemerdekaanEvolusi Pendidikan Indonesia Era Pra Kemerdekaan
Evolusi Pendidikan Indonesia Era Pra Kemerdekaan
 
Technology in Language Learning
Technology in Language LearningTechnology in Language Learning
Technology in Language Learning
 
Academic English Skills: Speaking and Presentation Skills
Academic English Skills: Speaking and Presentation SkillsAcademic English Skills: Speaking and Presentation Skills
Academic English Skills: Speaking and Presentation Skills
 
Academic English Skills: Introduction to Academic Writing Skills
Academic English Skills: Introduction to Academic Writing SkillsAcademic English Skills: Introduction to Academic Writing Skills
Academic English Skills: Introduction to Academic Writing Skills
 
Academic English Skills: Reading Comprehension
Academic English Skills: Reading ComprehensionAcademic English Skills: Reading Comprehension
Academic English Skills: Reading Comprehension
 
Some Ideas about effective teaching and assessment
Some Ideas about effective teaching and assessmentSome Ideas about effective teaching and assessment
Some Ideas about effective teaching and assessment
 
A workshop on multiple intelligences
A workshop on multiple intelligencesA workshop on multiple intelligences
A workshop on multiple intelligences
 
Masks from Indonesia
Masks from IndonesiaMasks from Indonesia
Masks from Indonesia
 

Recently uploaded

PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
muhammadyudiyanto55
 

Recently uploaded (20)

MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNajwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
 
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptxSejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
 
Bukti dukung E kinerja kepala sekolah.pdf
Bukti dukung E kinerja  kepala sekolah.pdfBukti dukung E kinerja  kepala sekolah.pdf
Bukti dukung E kinerja kepala sekolah.pdf
 
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptxPresentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptxSolusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
 
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis JurnalRepi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
 
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
 
AKSI NYATA PENYEBARAN PEMAHAMAN MERDEKA BELAJAR
AKSI NYATA PENYEBARAN PEMAHAMAN MERDEKA BELAJARAKSI NYATA PENYEBARAN PEMAHAMAN MERDEKA BELAJAR
AKSI NYATA PENYEBARAN PEMAHAMAN MERDEKA BELAJAR
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptxModul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
 
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfSusi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisaiKonflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
 
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.pptperumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 

Filsafat Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Ki Hajar Dewantara

  • 1. Filsafat Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan 
 Ki Hajar Dewantara Oleh: Iwan Syahril Dosen Fakultas Pendidikan, Universitas Sampoerna Peneliti Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK)
  • 2. Alur Presentasi • Pengantar • Visualisasi filosofi Ki Hajar Dewantara • Kerangka Utama filosofi Ki Hajar Dewantara • Kebudayaan, Pendidikan, dan Pengajaran • Kritik Ki Hajar Dewantara terhadap Sistem Pendidikan Barat dan SIstem Pendidikan Indonesia • Pentingnya Ilmu Pendidikan dan Pengajaran (dan Kebudayaan) • Pentingnya Politilk dalam Pendidikan dan Kebudayaan
  • 3. Cara pandang dalam memaknai 
 filosofi Ki Hajar Dewantara • Saya seorang guru, bukan filsuf • Mencoba memanusiakan 
 Ki Hajar Dewantara • Membaca primary multimodal texts • Mencari benang merah beragam tema 
 di dalam tulisan Ki Hajar Dewantara
  • 4. Tri-tunggal Perjuangan Ki Hajar Dewantara Perjuangan kemerdekaan 
 (wartawan, politikus)
 
 
 Perjuangan pendidikan 
 (pendidik) Perjuangan kebudayaan 
 (budayawan)
  • 5. Doktor Honoris Causa dalam Ilmu Kebudayaan, Universitas Gajah Mada, 19/12/1956
  • 6.
  • 7. Kerangka Utama (1)
 Yang Tetap dan Yang Berubah: Kodrat Keadaan Kodrat Keadaan • Kodrat Alam (Sifat, Bentuk)
 - Sifat pokok tiap-tiap kebudayaan adalah universal (perikemanusiaan)
 - Bentuk kebudayaan berbeda-beda sesuai kodrat alam • Kodrat Zaman (Isi, Irama)
 - Isi kebudayaan timbul karena pengaruh zaman yang ditempati masyarakat
 - Irama kebudayaan adalah cara menggunakan segala unsur kebudayaan Bentuk, Isi, dan Irama bisa, dan perlu, berubah.
  • 8. Kerangka Utama (2) 
 Prinsip Melakukan Perubahan: 
 Asas Tri-Kon 1. Kontinuiteit 
 Pertukaran satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya harus kontinuiteit dengan alam kebudayaannya sendiri. 2. Konvergensi 
 Pertukaran kebudayaan mengarah pada kesatuan dengan alam universal. 3. Konsentris 
 Sebuah kebudayaan memiliki satu titik pusat dengan alam-alam kebudayaan sedunia, tetapi masih memiliki garis lingkaran sendiri-sendiri.
  • 9. Kerangka Utama (3)
 Hal Yang Berubah: Budi Pekerti • BUDI —> Batin —> Tri-Sakti —> Pikiran + Rasa + Kemauan [Cipta + Rasa + Karsa]
 PEKERTI —> Lahir —> Tenaga • BUDI PEKERTI = Bulatnya Jiwa manusia —> hasil dari bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kemauan (budi) sehingga menimbulkan tenaga (pekerti). • Pikiran mempunyai tugas memisah-misahkan, membanding-bandingkan, 
 dan menetapkan benar atau tidaknya sesuatu.
 Rasa mempunyai tugas menetapkan baik atau buruknya sesuatu.
 Kemauan adalah keinginan yang sudah tetap dan pasti, tinggal melaksanakan saja. • Tidak ada dua budi pekerti yang sama sehingga kita dapat membedakan orang yang satu dengan lainnya. • Kebersihan budi = bersatunya cipta-rasa-karsa = tajamnya pikiran, halusnya rasa, kuatnya kemauan 
 —> Hal ini akan membawa kepada kebijaksanaan. • Budi manusia itu menginginkan segala sesuatu yang baik (luhur, etika) dan indah (halus, estetika) yang berdasar pada ketertiban (orde).
  • 11. Kebudayaan • Kebudayaan adalah buah budi manusia (lahir dan batin), 
 hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh yang kuat, 
 yakni alam dan zaman. • Kebudayaan memelihara dan memajukan hidup manusia ke arah keadaban. • Pemeliharaan kebudayaan harus bermaksud memajukan dan menyesuaikan kebudayaan dengan tiap-tiap pergantian alam dan zaman. • !!! Kegiatan memuja-muja kerapkali menyebabkan bekunya kebudayaan. • !!! Isolasi kebudayaan menyebabkan kemunduran dan matinya kebudayaan. • Kemajuan kebudayaan harus berupa lanjutan langsung dari kebudayaan sendiri (kontinuitet) menuju ke arah kesatuan kebudayaan dunia (konvergensi) dan tetap terus mempunyai sifat kepribadian di dalam lingkungan kemanusiaan dunia (konsentrisitet).
  • 13. Pendidikan • Pendidikan: tempat persemaian benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan, dengan maksud agar segala unsur peradaban dan kebudayaan dapat tumbuh dengan sebaik-baiknya dan dapat kita teruskan kepada anak cucu kita yang akan datang. • Pendidikan: daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), fikiran (intelek) dan jasmani anak-anak, dengan maksud supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak, selaras dengan alamnya dan masyarakatnya. • Pendidikan nasional: pendidikan yang berdasarkan garis- garis bangsanya (kultural-nasional) dan ditujukan untuk keperluan perikehidupan, yang dapat mengangkat derajat negeri dan rakyatnya, sehingga bersamaan kedudukan dan pantas bekerjasama dengan lain-lain bangsa untuk kemuliaan segenap manusia di seluruh dunia.
  • 14. Perspektif Ekologis: Nature + Nurture Pendidikan itu hanya bisa menuntun. 
 Namun faedahnya bagi hidup tumbuhnya anak sangat besar. Pendidik ibarat petani. “Seorang petani yang menanam padi hanya dapat menuntun tumbuhnya padi. Ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi, dan lain sebagainya. Meskipun pertumbuhan tanaman padi dapat diperbaiki, tetapi ia tidak dapat mengganti kodrat iradatnya padi. Misalnya, ia tak akan dapat menjadikan padi yang ditanamnya itu tumbuh sebagai jagung. Selain itu, ia juga tak dapat memelihara tanaman padi tersebut seperti halnya cara memelihara tanaman kedelai atau tanaman lainnya. Memang benar, ia dapat memperbaiki keadaan tanaman padi yang ditanam, bahkan ia dapat juga menghasilkan tanaman padi itu lebih besar daripada tanaman padi yang tidak diperlihara, tetapi mengganti kodratnya padi itu tetap mustahil.”
  • 15. Perspektif Ekologis: Nature + Nurture Perlu tidaknya pendidikan/tuntunan ibarat perlu tidaknya pemeliharaan tanaman. “Kalau sebutir jagung yang baik dasarnya jatuh pada tanah yang baik, banyak airnya, dan mendapat sinar matahari yang cukup, maka pemeliharaan dari bapak tani tentu akan menambah baiknya keadaan tanaman. Kalau tidak ada pemeliharaan, sedangkan keadaan tanahnya tidak baik, atau tempat jatuhnya biji jagung itu tidak mendapat sinar matahari atau kekurangan air, maka biji jagung itu (walaupun dasarnya baik), tidak akan dapat tumbuh baik karena pengaruh keadaan. Sebaliknya kalau sebutir jagung tidak baik dasarnya, akan tetapi ditanam dengan pemeliharaan yang sebaik- baiknya oleh bapak tani, maka biji itu akan dapat tumbuh lebih baik daripada biji lainnya yang juga tidak baik dasarnya.”
  • 16. Pendidikan • Convergentic-theorie. Anak lahir diumpamakan 
 sehelai kertas yang sudah ditulisi penuh tapi semua tulisan itu suram. Pendidikan berkewajiban dan berkuasa menebalkan segala tulisan yang suram dan berisi baik agar kelak nampak sebagai budi pekerti yang baik. Segala tulisan yang mengandung arti jahat hendaknya dibiarkan agar jangan menjadi tebal, bahkan jika bisa dibikin lebih suram. • Pendidikan hanya ‘tuntunan’ di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Hidup tumbuhnya anak-anak itu terletak di luar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik. Anak-anak itu sebagai makhluk, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Kita kaum pendidik hanya dapat menuntun agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya anak-anak.
  • 17. Pendidikan • Keluarga memberi dasar-dasar sosial yang suci, murni, dan penuh cinta kasih. • Metode Among Siswa. 
 Tut Wuri Handayani, Ing Madya Mangun Karsa, 
 Ing Ngarsa Sung Tulodo • Asas Taman Siswa
 “Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, tidak untuk meminta sesuatu hak, namun untuk berhamba kepada sang anak.” • “Berikan kemerdekaan dan kebebasan kepada anak-anak kita; bukan kemerdekaan yang leluasa, namun yang terbatas oleh tuntutan kodrat alam menuju ke arah kebudayaan….perlulah dipakai dasar kebangsaan, akan tetapi jangan sekali-sekali dasar ini melanggar atau bertentangan dengan dasar yang lebih luas, yaitu dasar kemanusiaan.”
  • 18. Frobel 
 (romantik, sahabat anak-anak, keutuhan jiwa)
 —> panca indra sebagai konsentrasi, tapi yang diutamakan permainan anak-anak (kodrat anak: bergerak dan berfantasi), kegembiraan anak- anak, tapi dalam proses pembelajarannya anak masih terperintah Montessori 
 (rasionalistis, ahli anak-anak, sebagian dari jiwa)
 —> mementingkan pelajaran panca indra, anak diberi kemerdekaan yang luas (ini sesuai dg tuntutan zaman kala itu, merdeka), tapi permainan tidak dipentingkan. Perintah atau paksaan pendidik mungkin bertentangan dengan tuntutan jiwa dan jasmani anak sehingga menghambat pertumbuhan. Anak-anak jangan diberi pengajaran, tapi tuntunan. Guru adalah penuntun yang mengamati anak secara individual dan tidak boleh melarang perbuatan spontan anak, yang adalah kodratnya Taman Siswa
 memakai kedua metode ini (Frobel dan Montessori) dengan menyatukan pelajaran panca indra dan permainan anak (Metode Kodrat Iradat, Metode Among Siswa). Taman Siswa percaya bahwa segala tingkah laku dan kehidupan anak sudah diisi oleh Sang Maha Among (Pemelihara) dengan segala alat-alat yang bersifat mendidik si anak.
  • 20. Pengajaran Pengajaran adalah bagian dari pendidikan dengan cara memberi ilmu yang berfaedah buat hidup anak-anak, baik lahir dan batin. Pengajaran pengetahuan adalah sebagian dari pendidikan, yang terutama dipergunakan untuk mendidik pikiran; dan ini perlu sekali, tidak saja untuk memajukan kecerdasan batin, namun pula untuk melancarkan hidup pada umumnya. Seyogyanyalah pendidikan pikiran ini dibangun setinggi-tingginya, sedalam-dalamnya, dan selebar-lebarnya, agar anak-anak kelak dapat membangun perikehidupannya lahir dan batin dengan sebaik-baiknya.
  • 22. Kritik Ki Hajar Dewantara 
 terhadap Sistem Pendidikan Belanda dan Barat • Sistem pendidikan Barat hanya bersifat tempat pendidikan pikiran, balai wiyata, menyiarkan ilmu pengetahuan dan kecerdasan saja. 
 Di situ kita tidak dapat melakukan pendidikan sosial. • Intelektualisme acapkali menentang kesosialan. • Disamping pendidikan kecerdasan harus ada pendidikan kultural. Jangan sampai kita hanya meniru sistem pendidikan dan pengajaran yang sepi pengaruh kebudayaan, seperti yang kita alami di zaman Belanda dengan pendidikannya yang intelektualistis, materialistis, dan kolonial itu. • Pendidikan dan pengajaran yang dilakukan dengan sistem Barat tidak mengapa, asalkan anak-anak kita diberi pendidikan kultural dan nasional, yang semua-semuanya kita tujukan ke arah keluhuran manusia, nusa, dan bangsa, tidak dengan memisahkan diri dari kesatuan perikemanusiaan.
  • 23. Kritik terhadap pendidikan era kemerdekaan • 
 
 
 
 • Putus naluri, tradisi, kontinuitas dengan zaman lampau • “Bentuk, isi, dan irama yang kita dapati di zaman sekarang ini, baik yang menjadi milik badan- badan perguruan partikelir maupun yang diperlihara oleh Kementrian P.P. dan K, pada umumnya masih doordruk (sekalipun doordruk yang sudah dikoreksi sana sini) dari sekolah- sekolah yang terpakai dalam sistem Belanda. Malah kadang-kadang masih nampak juga, sekalipun suram-suram, tendens-tendes yang materialistis itu dan kolonial.” (h. 205) • “Kita lihat di zaman sekarang masih terpakainya bentuk-bentuk rumah sekolah, daftar-daftar pelajaran yang tidak memberi cukup semangat mencari ilmu pengetahuan sendiri, karena tiap- tiap hari, tiap-tiap tri wulan, tiap-tiap tahun, pelajar-pelajar kita terus menerus terancam oleh sistem penilaian dan penghargaan yang intelektualis. Anak-anak dan pemuda-pemuda kita sukar dapat belajar dengan tentram, karena dikejar-kejar oleh ujian-ujian yang sangat keras dalam tuntutan-tuntutannya. Mereka belajar tidak untuk perkembangan hidup kejiwaannya; sebaliknya, mereka belajar untuk dapat nilai-nilai yang tinggi dalam school raport-nya atau untuk dapat ijazah. Dalam soal ini sebaiknyalah kita para pemimpin perguruan, bersama-sama dengan Kementerian P.P. dan K. mencari bagaimana caranya kita dapat memberantas penyakit examen cultus dan diploma jacht itu.”
  • 24. Pemikiran untuk Sistem Pendidikan Indonesia • Kesatuan pendidikan
 - sifat-sifat pokok (core curriculum)
 - kesamaan hak-hak kesempatan menuntut pelajaran sesuai keinginan dan bakat masing-masing • Diferensiasi
 - Diferensiasi untuk memperbesar efisiensi bagi kemanfaaatan anak didik, masyarakat dan negara
 - Kebebasan memilih apa yang sesuai pikiran dan perasaannya
 - mengakomodasi bakat dan keadaan hidup anak didik
  • 25. Ilmu Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan • Ilmu pendidikan dan pengajaran yang “kontinu” dengan zaman lampau. Masing-masing zaman mempunyai ruh yang berbeda yang menjelma dalam ilmu pendidikan. • Insting (naluri) mendidik saja tidak cukup. Praktik pendidikan hanya dengan intuisi tak dapat berlaku dengan baik. • Pendidikan yang baik harus dipandu oleh teori atau pengetahuan tentang pendidikan, sehingga tidak berdasar subyektif atau rabaan saja. • Kebudayaan salah satu kurikulum inti di sekolah keguruan.
  • 26. Politik, Pendidikan, dan Kebudayaan “Untuk dapat bekerja dengan tentram dan seksama (yakni tugas para pendidik dan pejuang kebudayaan), sangat kita perlukan adanya pagar yang kokoh dan kuat, untuk menolak segala bahaya yang mengancam dari segala kekuasaan dan kekuatan yang mungkin dapat merusak sawah, ladang, serta tanaman-tanamannya yang kita pelihara. “Pagar” tadi tak bukan dan tak lain ialah pergerakan politik rakyat kita.” 
 (h. 202)
  • 27.
  • 28. Filsafat Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan 
 Ki Hajar Dewantara Oleh: Iwan Syahril Dosen Fakultas Pendidikan, Universitas Sampoerna Peneliti Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK)