Materi kursus ini membahas pengelolaan airway dan pernapasan yang merupakan hal kritis dalam menyelamatkan pasien. Topik utama meliputi anatomi dan fisiologi pernapasan, penilaian gangguan airway dan pernapasan, teknik pembukaan airway, ventilasi tambahan, serta pemberian oksigen. Tujuannya agar peserta memahami konsep dasar dan mampu menangani gangguan airway serta menjaga ventilasi dan oksigenasi yang baik pada pasien.
Aspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat DaruratElon Yunus
Dokumen tersebut membahas tentang aspek etik dan hukum dalam pelayanan keperawatan darurat. Beberapa poin penting yang dijelaskan adalah definisi etik dan hukum dalam konteks pelayanan kesehatan, alasan pentingnya aspek hukum, berbagai kebijakan yang memberikan jaminan hukum terhadap pelayanan darurat seperti UU No. 29/2004 dan UU No. 36/2009, serta peraturan terkait kompetensi dan pelimp
Materi kursus ini membahas pengelolaan airway dan pernapasan yang merupakan hal kritis dalam menyelamatkan pasien. Topik utama meliputi anatomi dan fisiologi pernapasan, penilaian gangguan airway dan pernapasan, teknik pembukaan airway, ventilasi tambahan, serta pemberian oksigen. Tujuannya agar peserta memahami konsep dasar dan mampu menangani gangguan airway serta menjaga ventilasi dan oksigenasi yang baik pada pasien.
Aspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat DaruratElon Yunus
Dokumen tersebut membahas tentang aspek etik dan hukum dalam pelayanan keperawatan darurat. Beberapa poin penting yang dijelaskan adalah definisi etik dan hukum dalam konteks pelayanan kesehatan, alasan pentingnya aspek hukum, berbagai kebijakan yang memberikan jaminan hukum terhadap pelayanan darurat seperti UU No. 29/2004 dan UU No. 36/2009, serta peraturan terkait kompetensi dan pelimp
Dokumen tersebut memberikan ringkasan mengenai strategi pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa untuk beberapa gangguan jiwa seperti perilaku kekerasan, isolasi sosial, harga diri rendah, halusinasi, defisit perawatan diri, waham, dan resiko bunuh diri. Strategi pelaksanaan tersebut terdiri dari beberapa tahap seperti orientasi, kerja, dan terminasi dengan tujuan mengidentifikasi masalah, melakukan latihan, dan
Dokumen tersebut membahas tentang sistem triase dalam penanganan korban bencana. Sistem triase digunakan untuk menentukan prioritas perawatan korban berdasarkan tingkat keparahannya dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia. Dibahas pula pengertian kegawatdaruratan, kasus yang dapat terjadi, prinsip triase, dan penanganan prioritas berdasarkan pengkajian primer ABC (Airway, Breathing, Circulation).
Dokumen tersebut memberikan panduan dasar tentang bantuan hidup dasar (BLS) menurut pedoman 2015 American Heart Association (AHA) untuk tenaga kesehatan. BLS meliputi usaha mengembalikan fungsi pernapasan dan sirkulasi pada orang yang mengalami henti jantung atau henti napas. Urutan tindakan BLS yang disarankan adalah C-A-B, yaitu kompresi dada, pembukaan saluran napas, dan pemberian nafas buatan. Tindak
Dokumen tersebut membahas tentang irigasi telinga dan mata. Irigasi telinga bertujuan untuk membersihkan liang telinga dari nanah, serumen dan benda asing, sedangkan irigasi mata bertujuan untuk membersihkan atau mengeluarkan benda asing dalam mata. Kedua prosedur memerlukan peralatan steril dan langkah-langkah khusus untuk menghindari komplikasi seperti infeksi, cedera, atau kehilangan pendengaran/
Postural drainage merupakan kombinasi terapi pernafasan yang terdiri dari perkusi, vibrasi, dan posisi tertentu untuk mengalirkan sekresi paru-paru dengan pengaruh gravitasi guna membersihkan saluran pernafasan. Prosedur ini dilakukan untuk melepaskan lendir dan meningkatkan aliran mukus pada pasien dengan gangguan paru-paru tertentu.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai pengkajian sistem pernapasan, sistem kardiovaskuler, dan sistem lainnya yang relevan untuk mendeteksi gangguan kardiovaskuler. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi dada, jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, hati, usus, dan tulang untuk menilai gejala dan tanda-tanda klinis gangguan kardiovaskuler. Output urine dan
Dokumen ini memberikan panduan dasar tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang meliputi tindakan utama pada kondisi henti jantung dan henti nafas, prinsip 3A (Aman Penolong, Aman Pasien, Aman Lingkungan), penilaian kesadaran menggunakan skala RESPON (Respons, Nyeri, Tidak Responsif), pemeriksaan nadi karotis, kompresi dada 30:2, pembukaan saluran napas, dan tindakan selanjut
Ini adalah kuliah saya untuk keperawatan gawat darurat di Akademi Keperawatan Panti Rapih. Kuliah ini memuat sindrom koroner akut, henti jantung, dan syok kardiogenik.
Update:
Tanggal 15 Oktober 2015, American Heart Association menerbitkan panduan baru untuk Cardiopulmonary Resuscitation & Emergency Cardiac Care. Panduan baru tersebut dapat diunduh di http://circ.ahajournals.org/content/132/18_suppl_2.toc
Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang sistem konduksi jantung dan elektrokardiografi. Sistem konduksi jantung terdiri dari beberapa sel pacemaker yang mengeluarkan impuls untuk menciptakan depolarisasi dan repolarisasi. Elektrokardiografi merekam aktivitas listrik jantung untuk tujuan diagnostik gangguan jantung. Terdapat beberapa gelombang dan interval khas pada elektrokardiogram normal.
Dokumen tersebut membahas tentang tren dan isu dalam keperawatan di abad ke-21. Tren yang dihadapi perawat antara lain adalah masyarakat yang semakin maju dengan peningkatan pendidikan dan pendapatan yang menuntut perawat untuk meningkatkan mutu pelayanan secara profesional dan berwawasan luas. Isu yang dihadapi meliputi permasalahan pendidikan keperawatan, pelayanan keperawatan, serta isu kesehatan umum seperti abors
Dokumen tersebut membahas tentang pengelolaan pasien dalam keadaan syok. Secara garis besar dibahas tentang definisi syok, gejala klinis, penyebab, prinsip penanganan dengan menghentikan perdarahan dan memperbaiki volume cairan tubuh, serta asuhan keperawatan yang meliputi monitoring respon pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan fisik sistem perkemihan yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi organ-organ terkait seperti ginjal, kandung kemih, dan meatus urinaria untuk mendeteksi gangguan pada sistem tersebut.
Laporan ini membahas asuhan keperawatan pada klien amputasi. Mencakup pengertian amputasi sebagai pemotongan sebagian anggota tubuh, penyebabnya seperti trauma dan penyakit vaskular, tanda dan gejalanya seperti nyeri dan keterbatasan gerak, serta penanganannya seperti balutan dan pencegahan infeksi.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan mengenai strategi pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa untuk beberapa gangguan jiwa seperti perilaku kekerasan, isolasi sosial, harga diri rendah, halusinasi, defisit perawatan diri, waham, dan resiko bunuh diri. Strategi pelaksanaan tersebut terdiri dari beberapa tahap seperti orientasi, kerja, dan terminasi dengan tujuan mengidentifikasi masalah, melakukan latihan, dan
Dokumen tersebut membahas tentang sistem triase dalam penanganan korban bencana. Sistem triase digunakan untuk menentukan prioritas perawatan korban berdasarkan tingkat keparahannya dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia. Dibahas pula pengertian kegawatdaruratan, kasus yang dapat terjadi, prinsip triase, dan penanganan prioritas berdasarkan pengkajian primer ABC (Airway, Breathing, Circulation).
Dokumen tersebut memberikan panduan dasar tentang bantuan hidup dasar (BLS) menurut pedoman 2015 American Heart Association (AHA) untuk tenaga kesehatan. BLS meliputi usaha mengembalikan fungsi pernapasan dan sirkulasi pada orang yang mengalami henti jantung atau henti napas. Urutan tindakan BLS yang disarankan adalah C-A-B, yaitu kompresi dada, pembukaan saluran napas, dan pemberian nafas buatan. Tindak
Dokumen tersebut membahas tentang irigasi telinga dan mata. Irigasi telinga bertujuan untuk membersihkan liang telinga dari nanah, serumen dan benda asing, sedangkan irigasi mata bertujuan untuk membersihkan atau mengeluarkan benda asing dalam mata. Kedua prosedur memerlukan peralatan steril dan langkah-langkah khusus untuk menghindari komplikasi seperti infeksi, cedera, atau kehilangan pendengaran/
Postural drainage merupakan kombinasi terapi pernafasan yang terdiri dari perkusi, vibrasi, dan posisi tertentu untuk mengalirkan sekresi paru-paru dengan pengaruh gravitasi guna membersihkan saluran pernafasan. Prosedur ini dilakukan untuk melepaskan lendir dan meningkatkan aliran mukus pada pasien dengan gangguan paru-paru tertentu.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai pengkajian sistem pernapasan, sistem kardiovaskuler, dan sistem lainnya yang relevan untuk mendeteksi gangguan kardiovaskuler. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi dada, jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, hati, usus, dan tulang untuk menilai gejala dan tanda-tanda klinis gangguan kardiovaskuler. Output urine dan
Dokumen ini memberikan panduan dasar tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang meliputi tindakan utama pada kondisi henti jantung dan henti nafas, prinsip 3A (Aman Penolong, Aman Pasien, Aman Lingkungan), penilaian kesadaran menggunakan skala RESPON (Respons, Nyeri, Tidak Responsif), pemeriksaan nadi karotis, kompresi dada 30:2, pembukaan saluran napas, dan tindakan selanjut
Ini adalah kuliah saya untuk keperawatan gawat darurat di Akademi Keperawatan Panti Rapih. Kuliah ini memuat sindrom koroner akut, henti jantung, dan syok kardiogenik.
Update:
Tanggal 15 Oktober 2015, American Heart Association menerbitkan panduan baru untuk Cardiopulmonary Resuscitation & Emergency Cardiac Care. Panduan baru tersebut dapat diunduh di http://circ.ahajournals.org/content/132/18_suppl_2.toc
Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang sistem konduksi jantung dan elektrokardiografi. Sistem konduksi jantung terdiri dari beberapa sel pacemaker yang mengeluarkan impuls untuk menciptakan depolarisasi dan repolarisasi. Elektrokardiografi merekam aktivitas listrik jantung untuk tujuan diagnostik gangguan jantung. Terdapat beberapa gelombang dan interval khas pada elektrokardiogram normal.
Dokumen tersebut membahas tentang tren dan isu dalam keperawatan di abad ke-21. Tren yang dihadapi perawat antara lain adalah masyarakat yang semakin maju dengan peningkatan pendidikan dan pendapatan yang menuntut perawat untuk meningkatkan mutu pelayanan secara profesional dan berwawasan luas. Isu yang dihadapi meliputi permasalahan pendidikan keperawatan, pelayanan keperawatan, serta isu kesehatan umum seperti abors
Dokumen tersebut membahas tentang pengelolaan pasien dalam keadaan syok. Secara garis besar dibahas tentang definisi syok, gejala klinis, penyebab, prinsip penanganan dengan menghentikan perdarahan dan memperbaiki volume cairan tubuh, serta asuhan keperawatan yang meliputi monitoring respon pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan fisik sistem perkemihan yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi organ-organ terkait seperti ginjal, kandung kemih, dan meatus urinaria untuk mendeteksi gangguan pada sistem tersebut.
Laporan ini membahas asuhan keperawatan pada klien amputasi. Mencakup pengertian amputasi sebagai pemotongan sebagian anggota tubuh, penyebabnya seperti trauma dan penyakit vaskular, tanda dan gejalanya seperti nyeri dan keterbatasan gerak, serta penanganannya seperti balutan dan pencegahan infeksi.
Elektrokardiogram merupakan rekaman aktivitas listrik jantung yang digunakan untuk mendeteksi gangguan jantung. Dokumen ini menjelaskan pengertian elektrokardiogram, fungsinya untuk mengetahui denyut jantung dan deteksi kelainan, serta komponen utama sinyal EKG seperti gelombang P, QRS, dan T beserta parameternya.
EKG digunakan untuk mengukur aktivitas listrik jantung dan mendeteksi kelainan seperti aritmia dan penyakit jantung. EKG merekam gelombang P, QRS, dan T yang mencerminkan proses depolarisasi dan repolarisasi jantung. EKG berguna untuk mendiagnosis berbagai kondisi medis seperti nyeri dada, gangguan irama, dan penyakit jantung.
Elektrokardiogram (EKG) merupakan rekaman listrik jantung yang menggambarkan aktivitas kontraksi otot jantung. EKG berguna untuk mendeteksi gangguan irama dan struktur jantung dengan menganalisis gelombang P, QRS, dan T. Parameter utama yang dianalisis meliputi denyut jantung, interval PR, dan bentuk gelombang. Pemahaman tentang sistem konduksi listrik jantung penting untuk memahami hasil pemeriksaan EKG.
Dokumen tersebut membahas tentang elektrokardiograf (EKG) yang digunakan untuk memperoleh informasi kerja jantung dengan mengukur potensial listriknya sebagai fungsi waktu. Dokumen ini menjelaskan cara membaca hasil EKG, komponen gelombangnya, letak elektroda, dan contoh kesalahan saat perekaman EKG seperti pasien bergerak, elektroda kotor, atau kurangnya penggunaan gel pada elektroda.
ECG adalah alat yang merekam aktivitas listrik jantung berupa gelombang. ECG digunakan untuk mendeteksi kelainan irama dan struktur jantung serta pengaruh obat-obat tertentu. ECG merekam gelombang P, QRS, dan T yang masing-masing merepresentasikan depolarisasi atrium, ventrikel, dan repolarisasi ventrikel.
1. Elektrokardiogram (EKG) merupakan rekaman aktivitas listrik jantung yang digunakan untuk mendeteksi gangguan jantung. Dokumen ini membahas pengertian, fungsi, sistem konduksi, teknik monitoring, dan parameter EKG.
2. EKG merekam gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T yang merepresentasikan aktivitas listrik jantung. Parameter EKG seperti denyut jantung dapat dihitung untuk mendeteksi kelainan.
3.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai:
1. Pengertian EKG dan komponennya seperti gelombang P, kompleks QRS, dan segmen ST
2. Teknik perekaman EKG termasuk posisi elektrode dan sandapan
3. Bacaan dan interpretasi EKG untuk mengetahui frekuensi jantung, aksis, aritmia, dan gangguan lainnya
Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) penting untuk mengidentifikasi dan lokasi infark miokard akut. Distorsi terminal kompleks QRS pada EKG infark miokard inferior berhubungan dengan risiko tinggi terjadinya blok AV tingkat tinggi selama perawatan. Penelitian menunjukkan pasien dengan distorsi kompleks QRS memiliki risiko blok AV tingkat tinggi yang lebih besar dibandingkan tanpa distorsi.
Dokumen tersebut merangkum tentang Elektrokardiogram (ECG) yang merupakan alat pencatat aktivitas listrik jantung. ECG dapat digunakan untuk mendeteksi kelainan irama jantung, otot jantung, dan pengaruh obat tertentu pada jantung. Dokumen ini menjelaskan bagian-bagian ECG, gelombang yang terbentuk, cara kerja, dan pengoperasiannya."
Elektrokardiogram (EKG) adalah rekaman aktivitas listrik jantung yang ditimbulkan oleh sistem eksitasi dan konduktif khusus jantung. EKG digunakan untuk menganalisis sistem konduksi listrik jantung, mendeteksi kelainan irama jantung, dan gangguan lainnya. EKG terdiri atas gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T yang masing-masing merepresentasikan fase depolarisasi dan repolarisasi otot jantung.
EKG merupakan pemeriksaan penting untuk mendiagnosis penyakit jantung dengan merekam aktivitas listrik jantung. EKG memberikan informasi mengenai irama jantung, konduksi listrik jantung, dan kelainan struktural jantung.
Dokumen tersebut menjelaskan tentang elektrokardiogram (EKG) yang merupakan alat untuk mencatat aktivitas listrik jantung. Terdapat berbagai jenis sandapan (lead) dan kurva EKG yang menggambarkan proses depolarisasi dan repolarisasi atrium dan ventrikel.
Menurut Pery dan Potter, 2005, berpikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginterfensikan atau mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilain atau keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman.
Menurut Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran,masalah, kepercayaan, dan tindakan.
Dokumen tersebut membahas tentang rujukan dan transportasi pasien trauma. Prinsip utama adalah tidak boleh melukai pasien lebih lanjut (do no further harm). Rujukan hanya dilakukan jika RS tidak mampu menangani pasien, setelah stabilisasi. Transportasi harus diantisipasi masalahnya, dengan petugas terlatih dan peralatan memadai. Komunikasi antar RS sangat penting.
Pelatihan ini membahas penatalaksanaan pasien dengan cedera gawat darurat seperti multiple trauma, luka, perdarahan, dan fraktur, termasuk teknik penanganan awal, diagnosa, tata laksana definitif, dan pencegahan komplikasi.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai definisi keracunan, penyebab keracunan (makanan, obat-obatan, bahan kimia), gejala awal, dan tindakan pertolongan dasar pada kasus keracunan."
Dokumen tersebut membahas tentang etika dan hukum dalam keperawatan gawat darurat yang mencakup kode etik profesi kesehatan dan hukum kesehatan serta implikasinya terhadap asuhan keperawatan gawat darurat."
Dokumen tersebut membahas tentang cedera kepala, meliputi definisi, anatomi, mekanisme, klasifikasi, gejala, penatalaksanaan awal, dan tindakan keperawatan untuk cedera kepala. Topik utama yang dibahas adalah anatomi otak dan kepala, jenis-jenis cedera kepala beserta penyebabnya, penilaian awal korban cedera kepala, serta langkah-langkah dasar dalam menangani korban ced
Dokumen ini membahas tentang biomekanika cedera trauma akibat kecelakaan. Terdapat penjelasan mengenai jenis-jenis tabrakan yang dapat menyebabkan cedera tertentu pada organ tubuh, seperti tabrakan depan, samping, dari belakang, atau terbalik. Dokumen ini juga menjelaskan mekanisme cedera sekunder, tersier, serta cedera akibat benturan langsung maupun percepatan dan perlambatan yang terjadi pada saat
Dokumen tersebut membahas tentang triage dalam keadaan bencana. Triage digunakan untuk mengklasifikasikan korban berdasarkan tingkat kegawatan menjadi merah, kuning, hijau, dan hitam. Klasifikasi ini digunakan untuk menentukan prioritas pertolongan dengan merah sebagai yang paling darurat. Contoh kasus triase pada kecelakaan bis 10 penumpang yang bertabrakan dengan mobil 5 penumpang dijelaskan beserta hasil klasifikasi tri
Dokumen tersebut membahas terapi elektrik pada henti jantung, yang meliputi defibrilasi dan penggunaan obat-obatan seperti adrenalin, atropin, dan amiodaron. Defibrilasi merupakan terapi paling efektif untuk ventrikel fibrilasi, sedangkan untuk asistoli dan aktivitas listrik tanpa denyut nadi dianjurkan pemberian obat dan resusitasi jantung paru.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxEmohAsJohn
PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL
Gangguan neurologi sangat beragam bentuknya, banyak dari pasien yang menderita gangguan memori dan tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Penyakit-penyakit neurologi kebanyakan memiliki efek melemahkan kehidupan pasien, sehingga memberikan pengobatan neurologis sangat penting bagi kehidupan pasien.
2. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
• Setelah melaksanakan pelatihan ini
peserta mampu melakukan
pemeriksaan diagnostik EKG ,
menginterprestasikan hasil dan
mengimplementasikan dalam kondisi
kegawat daruratan
TUJUAN UMUM
3. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Dapat menjelaskan definisi pemeriksaan
EKG
Dapat menjelaskan maksud dan tujuan
pemeriksaan EKG
Dapat menyebutkan jenis-jenis sadapan
EKG
Dapat melakukan pemasangan elektrode
dan merekam EKG sesuai standar
Dapat menginterprestasikan hasil
pemeriksaan EKG
TUJUAN KHUSUS
4. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
ELECTROCARDIOGRAM:
MESIN / ALAT UNTUK MEREKAM AKTIFITAS
LISTRIK JANTUNG
ELEKTROCARDIOGRAF :
SERANGKAIAN GRAFIK YANG DIHASILKAN PADA
PEREKAMAN AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG
EKTROCARDIOGRAFI :
ILMU YANG MEMPELAJARI AKTIFITAS LISTRIK
JANTUNG BESERTA KELAINAN KELAINANNYA
PENGERTIAN
5. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
MEREKAM AKTIFITAS LISTRIK
JANTUNG DARI PERMUKAAN TUBUH
TUJUAN PEREKAMAN EKG
6. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
EKG mempunyai fungsi diagnostik
diantaranya :
Aritmia jantung
Hipertrofi atrium dan ventrikel
Iskemik dan infark miokard
Efek obat-obatan seperti ( digitalis,
anti aritmia dll )
Gangguan keseimbangan elektrolit
khususnya kalium
Penilaian fungsi pacu jantung
FUNGSI PEREKAMAN EKG
10. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
• Terletak di atrium kanan di dekat
muara vena kava superior.
• Normalnya menghasilkan impuls listrik
sebesar 60-100 kali per menit.
• Sesuai sifatnya sebagai sel generator,
nodus SA mampu menghasilkan impuls
dengan sendirinya.
SA NODE/ SINO ATRIAL NODUS
11. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Nodus atrioventrikuler (Nodus AV)
Nodus AV terletak di dalam dinding
septum atrium , sekat antara atrium
kanan dan kiri, tepat di atas katup
trikuspidalis dekat muara sinus
koronarius.
Dalam keadaan normal mampu
menghasilkan impuls 40-60 kali per
menit.
12. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Berkas his memiliki fungsi sebagai
pengantar impuls listrik dari nodus AV.
( Fathway )
Berkas his terbagi menjadi cabang
berkas kiri (left bundle branches, LBB)
dan berkas kanan (right bundle
branches, RBB).
BERKAS HIS/ HIS BUNDLE
13. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
LBB terdiri dari:
1. Fasikulus posterior menghantarkan
impuls listrik ke ventrikel kiri bagian
inferior dan posterior.
2. Fasikulus anterior menghantarkan
impuls ke ventrikel kiri bagian anterior
dan superior.
RBB menghantarkan impuls listrik dari
berkas his ke ventrikel kanan.
Pembagian berkas his
14. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
• Serabut bachman
merupakan jalur yang menghubungkan
impuls listrik dari atrium kanan dengan
atrium kiri.
• Serabut purkinje
terletak di dalam endokardium dan
merupakan akhir dari perjalanan impuls
listrik untuk disampaikan ke endokardium
agar terjadi depolarisasi di kedua ventrikel.
Serabut purkinje secara normal mampu
menghasilkan impuls 20-40 kali per menit.
SERABUT DALAM SISTIM KONDUKSI
16. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
• 1 KOTAK KECIL = 0,04 SEC
• 5 KOTAK KECIL = 1 KOTAK BESAR
• 1 KOTAK BESAR = 0,04 X 5 = 0,20 SEC
• 1 DETIK = 5 KOTAK BESAR
• 1 DETIK = 25 KOTAK KECIL
• 1 MENIT = 300 KOTAK BESAR
• 1 MENIT = 1500 KOTAK KECIL
HITUNGAN KERTAS PADA KECEPATAN 25
MM/DETIK
18. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
MERUPAKAN HASIL DEPOLARISASI DAN
REPOLARISASI DARI ATRIUM
AKTIFASI DARI SA NODE
SYARAT SUATU EKG IRAMA SINUS
SEPARUH PERJALANAN NAIK DARI GEL
MERUPAKAN PERJALANAN IMPULS DI RA
SEPARUH PERJALANAN TURUN GEL
MERUPAKAN PERJALANAN IMPULS DI LA
GELOMBANG P
19. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
• Normal
• Tinggi : < 0,3 mvolt
• Lebar : < 0,12 detik
• Selalu positif di L II
• Selalu negatif di aVR
• Kepentingan
• Mengetahui kelainan di Atrium
GELOMBANG P
20. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
HASIL DARI DEPOLARISASI
VENTRIKEL
Q : DEPLEKSI KEBAWAH SETELAH
GELOMBANG P
R : DEPLEKSI KEATAS SETELAH
ATAU TANPA GELOMBANG Q
S : DEPLEKSI KEBAWAH SETELAH
GELOMBANG R
GELOMBANG QRS/ QRS DURATION
24. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Interval PR merupakan gambaran dari
waktu yang dibutuhkan untuk
depolarisasi atrium dan jalannya arus
listrik melalui berkas His sampai
permulaan depolarisasi ventrikel.
Interval PR diukur dari awal
gelombang P sampai permulaan
gelombang QRS.
INTERVAL P R
26. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
• Segment ST merupakan awal repolarisasi
ventrikel yang berbentuk garis horizontal
atau kadang-kadang akan sedikit deviasi
keatas atau kebawah dari garis isoelektris,
atau sedikit cekung dari titik J (J point).
• Titik J (Junctional Point) adalah titik dimana
gelombang S berakhir. Segment ST diukur
dari akhir gelombang QRS sampai permulaan
gelombang T.
SEGMENT ST
28. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
• Interval QT adalah waktu yang dibutuhkan
saat depolarisasi ventrikel sampai repolarisasi
ventrikel, diukur dari permulaan gelombang
Q sampai akhir gelombang T.
• Panjang atau pendeknya interval QT
tergantung kecepatan laju jantung.
• Semakin cepat jantung berdenyut semakin
cepat waktu untuk repolarisasi maka semakin
pendek interval QT
Q T INTERVAL
32. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
• Sadapan bipolar
Sadapan ini merekam dua kutub listrik
yang berbeda, yaitu kutub positif dan
kutub negatif. Masing-masing elektrode
dipasang di kedua tangan dan kaki.
• Sadapan unipolar
Sadapan ini merekam satu kutub positif
dan lainnya dibuat indifferent. Sadapan
ini terbagi menjadi sadapan unipolar
ekstremitas dan unipolar prekordial.
SADAPAN EKG
33. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Merekam perbedaan potensial lsitrik
antara RA yang dibuat bermuatan
negatif dan LA yang dibuat
bermuatan positif sehingga arah
listrik jantung bergerak ke sudut 0
derajat (sudutnya ke arah lateral kiri).
Dengan demikian, bagian lateral
jantung dapat dilihat oleh sadapan I.
LEAD I
34. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Merekam dari perbedaan listrik
antara RA yang dibuat bermuatan
negatif dan LF yang bermuatan
positif sehingga arah listrik bergerak
sebesar positif 60 derajat (sudutnya
ke arah inferior).
Dengan demikian, bagian inferior
jantung dapat dilihat oleh sadapan II
LEAD II
35. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Merekam dari perbedaan antara LA
yang dibuat bermuatan negatif dan
RF yang dibuat bermuatan positif
sehingga listrik bergerak sebesar
positif 120 derajat (sudutnya ke arah
inferior).
Dengan demikian, bagian inferior
jantung dapat dilihat oleh sadapan III.
LEAD III
37. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Sadapan unipolar ekstremitas
merekam besar potensial listrik
pada ekstremitas. Gabungan
elektrode pada ekstremitas lain
membentuk elektrode indifferent
(potensial 0).
Sadapan ini diletakkan pada
kedua lengan dan kaki dengan
menggunakan kabel seperti yang
digunakan pada sadapan bipolar
UNIPOLAR EKSTREMITAS
38. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Sadapan aVR. dari perbedaan
antara muatan RA yang dibuat
bermuatan positif dengan LA dan
LF dibuat indifferent sehingga
listrik bergerak ke arah
berlawanan sehingga
menghasilkan defleksi negatif
LEAD aVR
39. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Sadapan aVL. dari perbedaan antara muatan
LA yang dibuat bermuatan positif dengan RA
dan LF yang dibuat indifferent sehingga listrik
bergerak ke arah -30 derajat (sudutnya ke
arah lateral kiri).
Dengan demikian, bagian lateral jantung
dapat dilihat juga oleh sadapan aVL.
Sedangkan hasil dari sadapan aVL sesuai
vektor biasanya dominan positip atau bipasik
kecil
LEAD aVL
40. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Sadapan aVF. dari perbedaan antara muatan
LF yang dibuat bermuatan positif dengan RA
dan LA dibuat indifferent sehingga listrik
bergerak ke arah positif 90 derajat (tepat ke
arah inferior).
Dengan demikian, bagian inferior jantung
selain sadapan II dan III dapat juga dilihat
oleh sadapan aVF. Sedangkan hasil dari
sadapan aVF sesuai vektor lebih dominan
positif
LEAD aVF
41. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
RESUME UNIPOLAR EKSTREMITAS
42. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Merekam besar potensial listrik
jantung dengan meletakkan
elektrode positif secara horizontal
pada dinding dada atau punggung
mengelilingi jantung.
Elektrode indiferen didapat
dengan menggabungkan ketiga
elektrode ekstermitas
UNIPOLAR PREKORDIAL
43. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Lead V1 :Elektrode ditempatkan pada interkostal
IV, garis sternum kanan
Lead V2 :Elektrode ditempatkan pada interkostal
IV, garis sternum kiri
Lead V3 :Elektrode ditempatkan pada
pertengahan antara V2 dan V4
Lead V4 :Elektrode ditempatkan pada interkostal
V, garis midklavikula kiri
Lead V5 :Elektrode ditempatkan sejajar dengan
V4, garis aksila depan
Lead V6 :Elektrode ditempatkan sejajar dengan
V4, garis aksila tengah
Pada umumnya perekaman EKG dibuat 12 lead,
tetapi pada keadaan tertentu dapat dibuat sampai
17 lead, meliputi lead V7, V8, V9, V3R dan V4R.
45. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
LARA
LL
ECG Recordings (QRS Vector pointing leftward, inferiorly
& posteriorly)
3 Bipolar Limb Leads:
I = RA vs. LA (+)
46. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
LARA
LL
ECG Recordings (QRS Vector pointing leftward, inferiorly
& posteriorly)
3 Bipolar Limb Leads:
I = RA vs. LA (+)
II = RA vs. LL (+)
47. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
LARA
LL
ECG Recordings (QRS Vector pointing leftward, inferiorly
& posteriorly)
3 Bipolar Limb Leads:
I = RA vs. LA (+)
II = RA vs. LL (+)
III = LA vs. LL (+)
48. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
LARA
LL
ECG Recordings (QRS Vector pointing leftward, inferiorly
& posteriorly)
3 Bipolar Limb Leads:
I = RA vs. LA (+)
II = RA vs. LL (+)
III = LA vs. LL (+)
3 Augmented Limb Leads:
aVR = (LA-LL) vs. RA(+)
49. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
LARA
LL
ECG Recordings (QRS Vector pointing leftward, inferiorly
& posteriorly)
3 Bipolar Limb Leads:
I = RA vs. LA (+)
II = RA vs. LL (+)
III = LA vs. LL (+)
3 Augmented Limb Leads:
aVR = (LA-LL) vs. RA(+)
aVL = (RA-LL) vs. LA(+)
50. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
LARA
LL
ECG Recordings (QRS Vector pointing leftward, inferiorly
& posteriorly)
3 Bipolar Limb Leads:
I = RA vs. LA (+)
II = RA vs. LL (+)
III = LA vs. LL (+)
3 Augmented Limb Leads:
aVR = (LA-LL) vs. RA(+)
aVL = (RA-LL) vs. LA(+)
aVF = (RA-LA) vs. LL(+)
51. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
V1 V2
V3
V4
V5
V6
6 PRECORDIAL (CHEST) LEADS
Spine
Sternum
52. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
AXIS
Axis yang umum dievaluasi adalah
axis dari kompleks QRS dalam
bidang frontal (frontal plane) yaitu
di lead I dan Avf.
Untuk menilai axis, kita
menggunakan Sistem Heksadesial
(Hexaxial Reference System).
53. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Tentukan Lead I pada posisi NOL derajat (0
degrees) sistem heksasial. Hitung tinggi
dan jumlah kotak gelombang R pada Lead
I, kemudian dikurangi jumlah kotak
kedalaman Q atau S
Tentukan Lead aVF pada posisi 90 derajat
(90 degrees) sistem heksasial. Hitung tinggi
dan jumlah kotak gelombang R pada Lead
aVF kemudian dikurangi jumlah kotak
kedalaman Q atau S
RUMUS AXIS
59. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Rhythm
Rate
Axis
P wave
PR Interval
QRS duration
ST-T change
Hipertrofi
LANGKAH INTERPRETASI
60. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
TERATUR /REGULAR : BILA JARAK KOMPLEK QRS SATU
DENGAN YANG LAINNYA TERATUR
IRREGULAR/TIDAK TERATUR : BILA JARAK KOMPLEK QRS
SATU DENGAN YANG LAINYA TIDAK TERATUR
CARANYA:
= GUNAKAN KERTAS ATAU ALAT BANTU YANG
DILETAKAN DIATAS HASIL EKG.
= CORET KERTAS TERSEBUT PADA PUNCAK QRS SATU
DAN BERIKUTNYA
= PINDAHKAN KERTAS ALAT BANTU DENGAN MELETAKAN
PADA QRS YANG LAIN
= BILA IRAMA TERATUR MAKA TANDA CORETAN AKAN
JATUH TEPAT PADA SETIAP EKG BERIKUTNYA
1. IRAMA / RYTHM
61. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
HITUNG JUMLAH KOTAK BESAR
ANTARA GRS SATU DENGAN QRS
BERIKUTNYA. RUMUS 300 DIBAGI
JUMLAH KOTAK BESAR.
HITUNG JUMLAH KOTAK KECIL
ANTARA SATU QRS DENGAN QRS
BERIKUTNYA . RUMUS 1500 DIBAGI
JUMLAH KOTAK KECIL
2 a. HEART RATE / NADI pada irama
teratur
62. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
1500
Jumlah kotak kecil antara R – R’
PADA IRAMA TERATUR
R'RantarabesarkotakJumlah
300
63. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Kedua cara diatas digunakan apabila
irama EKG teratur, bila irama EKG
tidak teratur gunakan cara benar.
Ambil rekaman EKG sepanjang 6
detik/ 30 kotak besar, hitung jumlah
QRS dalam 6 detik tersebut kemudian
kalikan 10 atau ambil rekaman EKG
sepanjang 12 detik, hitung jumlah
QRS kalikan 5.
HEART RATE PADA IRAMA TAK
TERATUR
64. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Interpretasi gelombang P yang normal
atau berasal dari SA node, karena adanya
gel P tapi belum tentu berasal dari SA
node.
Jadi bandingkan di dalam satu lead harus
mempunyai bentuk gel P yang sama.
Selalu ada gelombang P yang diikuti
komplek QRS dan gel T
Gelombang P wajib positip di lead II
Gelombang P wajib negatif di lead aVR
Komplek QRS normal (0,08 - 0,11 detik)
3 .Gelombang P
65. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Interval PR diukur dari awal gelombang P ke awal
kompleks QRS, yang biasanya panjangnya 0,12-
0,20 ms. Pada pencatatan EKG, ini berhubungan
dengan 3-5 kotak kecil.
Interval PR lebih dari 0,20 ms dapat menandakan
adanya AV blok
Interval PR yang pendek dapat menandakan
sindrom pra-eksitasi melalui jalur tambahan
pengaktifan awal ventrikel, seperti pada Sindrom
Wolff-Parkinson-White.
Interval PR yang bervariasi dapat menandakan
jenis lain blok jantung.
Depresi segmen PR dapat menandakan lesi
atrium atau perikarditis.
4. P – R Intervals
66. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
^ Kompleks QRS yang normal berdurasi
0,06-0.10 yang ditunjukkan dengan 3
kotak kecil atau kurang,
^ Setiap ketidak normalan konduksi bisa
lebih panjang, dan menyebabkan perluasan
kompleks QRS.
^ Tak setiap kompleks QRS memuat
gelombang Q, gelombang R, dan
gelombang S.
^ Menurut aturan, setiap kombinasi
gelombang-gelombang itu dapat disebut
sebagai kompleks QRS.
5. QRS Wave
67. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Segmen ST menghubungkan kompleks QRS dan
gelombang T serta berdurasi 0,08-0,12 s (80-
120 ms). Segmen ini bermula di titik J
(persimpangan antara kompleks QRS dan
segmen ST) dan berakhir di awal gelombang T
ST SEGMEN SEJAJAR/ ISOELEKTRIS DENGAN P-R
INTERVAL
ST DEPRESI/ T INVERTED BILA LEBIH RENDAH DARI PR
INTERVAL/ KLINIS PASEN DALAM KONDISI ISCHEMIK
ST ELEVASI BILA LEBIH TINGGI DARI PR INTERVAL/
KLINIS PASEN DALAM KONDISI AKUT MIOKARD INFARK
6. S-T SEGMEN
68. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Gelombang T terbalik (atau negatif) bisa
menjadi iskemia koroner, hipertrofi
ventrikel kiri.
Gelombang T yang tinggi atau "bertenda"
bisa menandakan hiperkalemia. Gelombang
T yang datar dapat menandakan iskemia
koroner atau hipokalemia.
Penemuan elektrokardiografi awal atas
infark otot jantung akut kadang-kadang
gelombang T hiperakut, yang dapat
dibedakan dari hiperkalemia oleh dasar
yang luas dan sedikit asimetri.
7. Gelombang T
69. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Axis normal berada antara -30° sampai 110°.
Lebih dari -30° disebut Axis LAD, lebih dari
+110° disebut Axis RAD dan lebih dari +180°
disebut Axis Ekstrem RAD
AXIS
70. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Irama : Teratur
Heart Rate : 70x/mnt
Gelombang P : Tinggi 1.5mv, Lebar : 0,08 det
Morfologi sama. Ratio 1:1
P – R Interval : 0.16 det
Durasi QRS : 0.06 det
Kesimpulan Sinus Rithme
71. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Irama : Teratur
Heart Rate : 40x/mnt
Gelombang P : Tinggi 1.5mv, Lebar : 0,08 det
Morfologi sama. Ratio 1:1
P – R Interval : 0.16 det
Durasi QRS : 0.06 det
Kesimpulan Sinus Bradikardi
72. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Irama : Teratur
Heart Rate : 40x/mnt
Gelombang P : Tinggi 1.5mv, Lebar : 0,08 det
Morfologi sama. Ratio 1:1
P – R Interval : 0.16 det
Durasi QRS : 0.06 det
Kesimpulan Sinus Bradikardi
73. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Irama : Teratur
Heart Rate : 130x/mnt
Gelombang P : Tinggi 1.5mv, Lebar : 0,08 det
Morfologi sama. Ratio 1:1
P – R Interval : 0.16 det
Durasi QRS : 0.06 det
Kesimpulan Sinus Takhikardi
75. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Irama : Tidak Teratur
Heart Rate : 130x/mnt
Gelombang P : Tinggi 1.5mv, Lebar : 0,08 det
Morfologi sama. Ratio 1:1
P – R Interval : 0.16 det
Durasi QRS : 0.06 det
Kesimpulan Sinus Arithmia
76. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Irama : Tidak Teratur
Heart Rate : 90x/mnt
Gelombang P : Tinggi 1.5mv, Lebar : 0,08 det
Morfologi beda pd beat 2 ,7
Rasio 1:1 kecuali beat 2 dan 7
P – R Interval : 0.16 det
Durasi QRS : 0.06 det
Kesimpulan Sinus Rthme dan AES
77. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Irama : Tidak Teratur
Heart Rate : mnt
Gelombang P : Tinggi 1.5mv, Lebar : 0,08 det
Morfologi
Ratio
P – R Interval : 0.16 det
Durasi QRS : 0.06 det
Kesimpulan Sinus Ritme dan ?????
78. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Irama : Tidak Teratur
Heart Rate : 130x/mnt
Gelombang P : Tinggi 1.5mv, Lebar : 0,08 det
Morfologi sama. Ratio 1:1
P – R Interval : 0.16 det
Durasi QRS : 0.06 det
Kesimpulan Sinus Arithmia
80. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Irama :
Heart Rate :
Gelombang P : Tinggi Lebar :
Morfologi . Ratio
P – R Interval :
Durasi QRS :
Kesimpulan
81. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Irama :
Heart Rate :
Gelombang P : Tinggi , Lebar :
Morfologi Ratio
P – R Interval :
Durasi QRS :
Kesimpulan
85. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Irama :
Heart Rate :
Gelombang P : Tinggi , Lebar : det
Morfologi . Ratio
P – R Interval :
Durasi QRS :
Kesimpulan
86. Basic Cardiac Life Support
GADAR Medik Indonesia
Irama :
Heart Rate : /mnt
Gelombang P : Tinggi mv, Lebar : det
Morfologi . Ratio
P – R Interval :
Durasi QRS :
Kesimpulan