Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang cedera kepala dan penanganannya di gawat darurat. Beberapa poin pentingnya adalah menjaga jalur nafas dan ventilasi pasien, menstabilkan sirkulasi darah, melakukan pemeriksaan neurologis seperti GCS dan pupil, mencegah terjadinya cedera otak sekunder, mencari kemungkinan cedera lain, dan melakukan penilaian lanjut serta konsultasi spesialis jika
Prinsip pengkajian pada pasien gawat darurat dan kritis adalah “treat first what kill first”
Pengkajian gawat darurat dilakukan dengan Primary survey dan Secondary Survey (pengkajian primer dan pengkajian sekunder)
Assessment dan intervensi dilakukan secara simultan/bersama-sama dan terus menerus atau Assess, Address, advance
Prinsip pengkajian pada pasien gawat darurat dan kritis adalah “treat first what kill first”
Pengkajian gawat darurat dilakukan dengan Primary survey dan Secondary Survey (pengkajian primer dan pengkajian sekunder)
Assessment dan intervensi dilakukan secara simultan/bersama-sama dan terus menerus atau Assess, Address, advance
EKG (Elektrokardiograf), tidak semua orang bisa membaca EKG. Begitu juga dokter. Banyak dokter umum yang tidak bisa lancar membaca EKG. Untuk dapat membaca EKG, perlu diketahui dahulu bagaiman grafik EKG itu terbentuk. Setidaknya, ilmu yang sangat dasar dari EKG perlu diketahui.
Beberapa catatan yang paling dasar yang mesti dipahami dahulu sebelum membaca EKG
Iskemia adalah suatu keadaan kekurangan oksigen yang bersifat sementara dan reversibel.
Iskemia yang lama akan menyebabkan kematian otot atau nekrosis.
Secara klinis nekrosis miokardium dikenal dengan nama infark miokard
Keasaman at kebasaan larutan tergantung ion hidrogen yg dikandung.
Peningkatan kadar H⁺ akan menurunkan pH shg larutan jd asam
Penurunan kadar H⁺ akan meningkatkan pH shg larutan jd basa.
2. PENYEBAB
Tidak diketahui, 9%
Penyerangan, 11%
Tersengat, 19%
kecelakaan, 20%
Jatuh, 28%
Lainnya, 7%
Sepeda, 3%
Bunuh diri, 1%
Potensi tinggi untuk hasil yang buruk
Kematian terjadi pada tiga titik pada waktunya setelahnya cedera:
- Segera setelah cedera
- Dalam 2 jam setelah cedera
- 3 minggu setelah cedera
6. 6
6
Cedera Otak Traumatik
Cedera Otak
Primer
Cedera Otak
Sekunder
Cedera yang terjadi akibat
langsung dari trauma
terhadap Tulang Kepala
dan Isinya.
Terjadi dalam beberapa
detik setelah cedera
TIDAK BISA diobati.
Proses lanjut Cedera Otak
primer seperti :
Iskemi, Edema Otak
Kenaikan TIK, ICH dan
Herniasi
Terjadi dalam beberapa
Menit, Jam, Hari setelah
Cedera Otak Primer.
Cedera Otak Sekunder
dapat dicegah - diobati.
7. MEKANISME CEDERA
Luka langsung
Cedera kepala yang luka (cedera kepala statis)
Cedera kepala yang cedera (cedera kepala yang
dinamis)
Cedera (cedera tidak langsung)
8. JENIS:
• Laserasi kulit kepala
• Patah tulang tengkorak
• Trauma Kepala Kecil
Gegar otak dan sindrom pasca-gegar otak
• Trauma Kepala Utama:
Cerebral contusion
Lacerasi
9. LASERASI KULIT KEPALA
• Jenis trauma kepala yang paling kecil
• Kulit kepala sangat vaskular berlimpah
perdarahan
• Komplikasi utama adalah infeksi
12. Angka Kematian Cedera Otak Traumatik
Dengan:
u Hipoksia : 56%
u Hipovolemia : 64%
u Hipoksia + Hipovolemia : 76%
u Tanpa hipoksia + Hipovolemia : 27%
13. GUIDELINES PRE HOSPITAL :
1. Oksigenasi dan Tekanan Darah
2. Penilaian : GCS
3. Penilaian : Pupil
4. Kelola : Airway, Ventilasi,
5. Kelola : Oksigenasi, Resusitasi
6. Kelola : Cerebral Herniasi
Brain Trauma Foundation 2007
14. • General Precaution
• Stabilisasi Kardiorespirasi (Airway, Breathing,Circulation)
• Survey Sekunder (Ax, Px Fisik)
• Pemeriksaan Neurologis
• Menentukan Dx Klinis dan pemeriksaan tambahan
• Menentukan Dx Pasti
• Menentukan Tatataksana
Guidelines di Gawat Darurat:
15. GENERAL PRECAUTION
• - Informed Consent
• - Perlindungan Diri
• - Persiapan Alat dan Sarana
16. • Airway dan Breathing
- Kontrol Jalan Nafas,
- Oksigenasi Adekuat,
- Cegah Hipoksia dan Hiperkapni (Normokapni).
Kriteria Intubasi
• GCS < 8
• iregular breathing
• RR < 10 or > 40 per minutes
• volume tidal < 3,5 ml / kg BB
• vital capacity < 15 ml / kg BB
• PaO2 < 70 mmHg
• PaCO2 > 50 mmHg
STABILISASI A-B-C
17. • Circulation
- Cegah peningkatan / penurunan TD
- Kontrol BP / CPP Normotensi/Slight hypertensi 10-20%.
- CPP (CPP = MAP – ICP) = > 70 mmHg
- Hindari CPP < 50 atau > 90 mmHg.
- Kontrol TIK, obati bila TIK > 20 mmHg.
- Koreksi Asidosis, Gangguan Elektrolit, GDS
18. Terapi Cairan pada Hipotensi
Tujuan : Untuk kestabilan sirkulasi.
Target : Normovolumia, Normotensi, Normoglikemia
: Iso-osmoler.
Pilihan : NaCl 0,9%, Ringerfundin, Koloid,
: Cairan Pemeliharaan : 1-1,5 ml/kg/h
: Hindari RL, Hindari Dekstrose.
Dekstrose : diberikan jika hypoglikemi. (GDR < 60 mg%).
19. PENGELOLAAN PENINGKATAN TIK
• Tindakan umum
• Elevasi kepala 30°
• Meningkatkan venous return CBV menurun TIK turun
• Hiperventilasi ringan
• Menyebabkan PCO2 vasokonstriksi CBV TIK
• Pertahankan tekanan perfusi otak
• (CPP) > 70 mmHg >> (CPP=MAP-ICP)
• Pertahankan normovolemia
• Tidak perlu dilakukan dehidrasi, karena menyebabkan CPP
hipoperfusi iskemia
• Pertahankan normothermia
• Suhu dipertahankan 36-37°C
• Terapi hipothermia (ruangan berAC)
20. • Pencegahan kejang
• Profilaksi Fenitoin efektif utk mencegah kejang fase dini pasca trauma.
• Kortikosteroid
• Tidak dianjurkan untuk cedera otak
• Bermanfaat untuk anti edema pada peningkatan TIK non trauma, misal tumor /
abses otak
21. • Manitol
• Osmotik diuresis, bekerja intravaskuler pada BBB yang utuh
• Efek
• Dehidrasi (osmotik diuresis)
• Rheologis
• Antioksidan (free radical scavenger)
• Dosis 0,25-1g/kgBB/pemberian, diberikan 4-6x/hari
• Diberikan atas indikasi:
• Ada tanda klinis terjadinya herniasi
• Klinis & radiologis TIK meningkat
22. SURVEY SEKUNDER
• Anamnesis
- Identitas
- Keluhan utama
- Mekanisme, waktu, kesadaran, amnesia
- Riwayat mabuk, narkotika, penyakit penyerta dll
• Pemeriksaan Fisik
- Dari ujung kepala – ujung kaki atau
- Per Organ B1 – B6 (Breath, Blood, Brain, Bowel, Bladder,
Bone)
- Pemeriksaan khusus berkaitan dengan cedera otak
23. Glasgow Coma Scale Score
Eye Opening
Spontaneous 4
To Speech 3
To Pain 3
None 1
Verbal Score
Oriented Conversation 5
Confused Conversation 4
Inappropriate Words 3
Incomprehensible Sounds 2
No vocal sounds 1
Motor Score
Obeys Commands 6
Localized Pain 5
Flex/Withdraw to Pain 4
Abnormal Flexion to Pain 3
Extension to Pain 2
No Movement 1
Total Score: 3 to 15
• Status Mental
• Sadar ?
• Tidak kooperatif?
• Tidak Sadar?
• Glasgow Coma Scale
• <10 Jelek
• < 8 Intubasi
PEMERIKSAAN
NEUROLOGI
Berat : GCS 3-8
Sedang : GCS 9-12
Ringan : GCS 13-15
24. PENILAIAN GCS
Merupakan Interaksi dg pasien meliputi :
Gerak Mata,
Verbal, Motorik.
Indikator Signifikan Keparahan COT
Menunjukan Perbaikan - Perburukan COT
Dinilai Setelah Penilaian ABC dan Resusitasi.
Pengukuran GCS :
Bebas Sedasi, Pelumpuh Otot, Alkohol.
BTF Guideline 2007
25. PENILAIAN PUPIL
• Dilakukan sejak di lapangan, untuk menentukan :
• Diagnosis, Treatment, and Prognosis.
• Adanya trauma orbital harus dicatat.
• Dilakukan setelah pasien : Resusitasi - Stabilisasi
• Penilaian dilakukan pada Kedua Pupil Kanan-Kiri.
• Fiks atau Dilatasi pupil Dilatasi unilateral/bilateral.
• Fiks : Perbedaan Respon cahaya < 1 mm
• Asimetri : Perbedaan diameter > 1 mm.
Masalah utama pada cedera kepala berat adalah adanya hipoksia dan hipotensi, peningkatan ICP, dan adanya fraktur cervical spine. Limapuluh persen (50%) pasien cedera kepala berat mengalami hipoksia dan hipotensi yang akan memperburuk outcome> disebut hipokis bila PaO2<60 mmHg ( SpO2 < 90%) dan disebut hipovolemia atau syok adalah bila tekanan sistolik < 90 mmHg. Peningkatan ICP dapat menimbulkan terjadinya herniasai dan iskemi otak. Kejadian fraktur servical spine pada cedra otak berat sekitar 10-20%.
Adanya hipoksia dan hipovolemia akan meningkatkan mortalitas. Pasen cedera otak dengan hipoksia mortalitasnya 56&, dengan hipovolemia 64%, dengan hipoiksia + hipovolemia menjadi 76&, tapi bila tidak ada hipoksia dan hipovolemia turun menjadi 27%. Itu pentingnya penangan pasien di UGD atau tempat kecelakaan untuk menghilangkan hipoksia dan hipovolemia.
Tuntunan tindakan pra RS berdasarkan Brain Trauma Foundation (BTF) guideline tahun 2007 adalah: Oksigenasi dan Tekanan Darah,
Assessment: GCS
Assessment : Pemeriksaan pupil
Terapi: airway, ventilasi, dan Oksigenasi
Terapi: resusitasi Cairan
Terapi: herniasi serebral
Di Unit Gawat Darurat dilakukan resusitasi Otak dengan cara: 1) metode dasar (airway, breathing, circulation), 2) hipotermia dengan target hipotermi rendah, dan 3) secara farmakologik dengan anestetika intravena, anestetika inhalasi, lidokain, Magnesium, mannitol, natrum laktat hipertonik, alpha-2 agonist dexmedetomidin.
Metode dasar dilakukan dengan cara: Kendalikan airway, oksigenasi adekuat, hindari hipoksia, hiperkapnia (pertahankan normokapnia).
Hiperventilasi hanya bila ada herniasi.
Kendalikan TD/CPP normotensi atau sedikit hipertensi 10-20%. CPP (CPP = MAP – ICP) 50-70 mmHg (jangan < 50 atau > 70 mmHg).
Kendalikan ICP, Terapi bila ICP 20 mmHg.
Koreksi asidosis, gangguan elektrolit, gula darah
Masalah Hipotensi: Terapi Cairan: Untuk mempertahankan sirkulasi stabil
Target normovolemia, normotensi, iso-osmoler, normoglikemia.
Pilihan : NaCl 0,9%, Ringerfundin, hindari RL, koloid, jangan dextrose
Dextrose: hanya bila ada hipoglikemia (glukosa darah < 60 mg%).
Rumatan 1-1,5 ml/kg/jam
Skore GCS: Pemeriksaan GCS suatu indikator yg nyata harus dilakukan berulang-ulang.
Harus dilakukan melalui interaksi dg pasien: rangsangan verbal, sakit
GCS harus diukur setelah ABC dinilai dan diresusitasi.
GCS diukur sebelum memberikan sedatif atau setelah obat tsb dimetabolisme
Pemeriksaan pupil: Harus dinilai untuk digunakan dalam diagnosa, terapi, dan prognosis.
Bila ada trauma orbita harus dicatat, pupil dinilai setelah pasien diresusitasi dan di stabilisasi.
Pupil kiri dan kanan harus diidentifikasi: pupil dilatasi bilateral atau unilateral, dilatasi atau fix. Asimetris bila terdapat perbedaan diamter > 1 mm, fix vila respons terhadap cahaya < 1 mm.