Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Trauma medulla spinalis adalah cedera pada tulang belakang yang menyebabkan lesi di medulla spinalis dan gangguan neurologis; (2) Penatalaksanaan meliputi pemeriksaan penunjang seperti X-Ray dan MRI, penatalaksanaan medis seperti operasi, terapi, dan imobilisasi, serta pengelolaan komplikasi seperti sistem pernafasan dan genitourinaria; (3) Tujuannya adalah memp

1. Asuhan Keperawatan Trauma
Medulla Spinalis
Kelompok 5
Abdul Aziz
Dhea Nur Fadilah
Irna Lutfiyami H
Likha Uswatun
Novia Sari
Nur’aeni
Silvy Maryanti
Yuyun Yulianingsih

2. Pengertian
• Trauma pada tulang belakang adalah cedera yang
mengenai servikalis, vertebralis, dan lumbalis
akibat dari suatu trauma yang mengenai tulang
belakang.
• Trauma medulla spinalis adalah cedera pada
tulang belakang baik langsung maupun tidak
langsung, yang menyebabkan lesi di medulla
spinalis sehingga menimbulkan gangguan
neurologis, dapat menyebabkan kecacatan
menetap atau kematian.

3. klasifikasi
Cedera Tulang Cedera Neurologis

4. Etiologi
• Kecelakaan dijalan raya ( penyebab paling sering).
• Olahraga.
• Menyelam pada air yang dangkal.
• Luka tembak atau luka tikam.
• Gangguan lain yang dapat menyebabkan cedera
medula spinalis seperti spondiliosis servikal dengan
mielopati

5. Manifestasi Klinis
 Antara C1 sampai C5
Respiratori paralisis dan kuadriplegia, biasanya pasien meninggal.
 Antara C5 dan C6
Paralisis kaki, tangan, pergelangan; abduksi bahu dan fleksi siku yang lemah;
kehilangan reflex brachioradialis.
 Antara C6 dan C7
Paralisis kaki, pergelangan, dan tangan, tapi pergerakan bahu dan fleksi siku
masih bisa dilakukan; kehilangan refleks bisep.
 Antara C7 dan C8
Paralisis kaki dan tangan.
 C8 sampai T1
Horner’s syndrome (ptosis, miotic pupils, facial anhidrosis), paralisis kaki.
 Antara T11 dan T12
Paralisis otot-otot kaki diatas dan bawah lutut.

6.  T12 sampai L1
Paralisis dibawah lutut.
 Cauda equine
Hiporeflex atau paresis extremitas bawah, biasanya
nyeri dan usually pain and hyperesthesia, kehilangan
control bowel dan bladder.
 S3 sampai S5 atau conus medullaris pada L1
Kehilangan control bowel dan bladder secara total.

7. Patofisiologi
• Trauma pada servikal bisa menyebabkan cedera spinalis stabil
dan tidak stabil. Cedera stabil adalah cedera yang komponen
vertebralnya tidak akan tergeser oleh gerakan normal sehingga
sumsum tulang belakang yang tidak rusak dan biasanya
risikonya lebih rendah. Cedera yang tak stabil adalah cedera
yang dapat mengalami pergeseran lebih jauh dimana terjadi
perubahan struktur dari oseoligamentosa posterior (pedikulus,
sendi-sendi permukaan, arkus tulang posterior, ligamen
interspinosa dan supraspinosa), komponen pertengahan
(sepertiga bagian posterior badan vertebral, bagian posterior
dari diskus intervertebralis dan ligament longitudinal
posterior), dan kolumna anterior (dua pertiga bagian anterior
korpus vertebra, bagian anterior diskus intervertebralis, dan
ligamen longitudinal anterior).

8. • Pada cedera hiperekstensi servikal, pukulan pada
muka atau dahi akan memaksa kepala ke belakang
dan tak ada yang menyangga oksiput hingga kepala
itu membentur bagian atas punggung. Ligamen
anterior dan diskus dapat rusak atau arkus saraf
mungkin mengalami kerusakan.
• Pada cedera fleksi akan meremukkan badan vertebral
menjadi baji, ini adalah cedera yang stabil dan
merupakan tipe fraktur vertebral yang paling sering
ditemukan. Jika ligament posterior tersobek, cedera
bersifat tak stabil dan badan vertebra bagian atas
dapat miring ke depan di atas badan vertebra di
bawahnya.

9. Pathway.docx

10. Pemeriksaan Penunjang
• X-Ray Spinal
Menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur atau
dislokasi)
• CT Scan Spinal
Untuk menentukan tempat luka/jejas, mengevaluasi
gangguan structural
• MRI Spinal
Untuk mengidentifikasi kerusakan syaraf spinal, edema
dan kompresi

11. Penatalaksanaan Medis
• Terapi dilakukan untuk mempertahankan fungsi neurologis
yang masih ada, memaksimalkan pemulihan neurologis,
tindakan atas cedera lain yang menyertai, mencegah serta
mengobati komplikasi dan kerusakan neural lebih lanjut.
Reabduksi atas subluksasi (dislokasi sebagian pada sensi
disalah satu tulang) untuk mendekompresi koral spiral dan
tindakan imobilisasi tulang belakang untuk melindungi koral
spiral.
• Operasi lebih awal sebagai indikasi dekompresi neural, fiksasi
internal, atau debridemen luka terbuka.
• Fiksasi internal elektif dilakukan pada klien dengan
keridakstabilan tulang belakang, cedera ligamen tanpa fraktur,
dedormitas tulang belakamg progresif, cidera yang tidak dapat
direabduksi dan fraktur non-union.

12. • Terapi steroid, nomidipin, atau dopamin untuk
memperbaiki aliran darah koral spiral.
• Penilaian keadaan neurologis setiap jam, termasuk
pengamatan fungsi sensori, motorik, dan penting untuk
melacak defisit yang progresif atau asenden.
• Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat, fungsi
ventilisasi, dan melacak keadaan dekompensasi.
• Pengolaan cidera stabil tanpa defisit neurologis seperti
angulasi atau baji dari bahan ruas tulang belakang,
fraktur proses transversus, spinosus, dan lainnya.
Tindakannya simptomatis (istirahat baring hingga nyeri
berkurang), imobilisasi dengan fisioterapi untuk
pemulihan kekuatan otot secara bertahap.

13. Pengelolaan Cedera
• Pengelolaan hemodinamik
• Pengelolaan sistem pernafasan
• Pengelolaan nitrisional dan sistem pencernaan
• Pengelolaan gangguan koagulasi
• Pengelolaan genitourinaria

14. Asuhan Keperawatan.docx

15. Syukron
Katsiran
Ziddan 