Rhinitis alergi adalah kelainan hidung yang ditandai oleh gejala seperti bersin-bersin, rinore, dan hidung tersumbat setelah paparan alergen. Patofisiologinya melibatkan reaksi IgE dan pelepasan mediator seperti histamin yang menyebabkan inflamasi. Diagnosis didasarkan pada riwayat paparan alergen dan gejala klinis, serta dapat didukung dengan tes alergi. Pengobatannya meliputi menghindari alergen, antihist
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Pasien perempuan usia 24 tahun datang dengan keluhan bentol merah yang gatal di berbagai bagian tubuh sejak 3 hari.
2. Pemeriksaan menemukan makula eritem dan urtika yang diduga urtikaria akut.
3. Terapi yang diberikan adalah loratadine tablet dan bedak untuk menghilangkan gejala.
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akibat infeksi bakteri atau jamur. Gejala utamanya nyeri telinga dan keluarnya cairan. Penatalaksanaannya meliputi antiseptik, antibiotik topikal atau oral, tergantung berat ringannya. Komplikasinya dapat berupa perikondritis, selulitis, atau otitis eksterna berat.
Dokumen tersebut membahas anatomi dan kelainan-kelainan telinga luar dan tengah. Terdapat penjelasan mengenai anatomi daun telinga, liang telinga, membran timpani, tulang pendengaran, otot telinga tengah, serta telinga dalam. Dibahas pula berbagai kelainan kongenital dan akuisitif yang dapat terjadi pada bagian-bagian tersebut seperti mikrotia, hematoma, infeksi, tumor, dan lain sebagain
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Pasien perempuan usia 24 tahun datang dengan keluhan bentol merah yang gatal di berbagai bagian tubuh sejak 3 hari.
2. Pemeriksaan menemukan makula eritem dan urtika yang diduga urtikaria akut.
3. Terapi yang diberikan adalah loratadine tablet dan bedak untuk menghilangkan gejala.
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akibat infeksi bakteri atau jamur. Gejala utamanya nyeri telinga dan keluarnya cairan. Penatalaksanaannya meliputi antiseptik, antibiotik topikal atau oral, tergantung berat ringannya. Komplikasinya dapat berupa perikondritis, selulitis, atau otitis eksterna berat.
Dokumen tersebut membahas anatomi dan kelainan-kelainan telinga luar dan tengah. Terdapat penjelasan mengenai anatomi daun telinga, liang telinga, membran timpani, tulang pendengaran, otot telinga tengah, serta telinga dalam. Dibahas pula berbagai kelainan kongenital dan akuisitif yang dapat terjadi pada bagian-bagian tersebut seperti mikrotia, hematoma, infeksi, tumor, dan lain sebagain
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Low back pain adalah nyeri punggung bawah yang umumnya terjadi pada diskus intervertebralis L4-L5 dan L5-S1.
2. Terdapat berbagai penyebab low back pain seperti degenerasi, inflamasi, osteoporosis, dan faktor psikologis.
3. Diagnosis low back pain didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti ront
[Ringkasan]
1. Dokumen tersebut membahas berbagai jenis konjungtivitis dan gejalanya.
2. Terdapat konjungtivitis bakteri, virus, jamur, dan alergi, yang dibedakan berdasarkan gejala klinis seperti sekret, pembengkakan, dan jenis sel radang.
3. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai patogen seperti bakteri, virus, atau kekurangan vitamin A.
Kasus pria berusia 55 tahun dengan keluhan sulit buang air kecil. Pemeriksaan fisik menunjukkan prostat membesar. Diagnosis beninga hiperplasia prostat. Pasien diobati dengan open prostatektomi.
Dokumen ini membahas tentang otitis media akut pada anak, termasuk definisi, etiologi, epidemiologi, faktor risiko, gejala klinis, diagnosis, dan penatalaksanaannya. Otitis media akut adalah peradangan telinga tengah yang biasanya terjadi pada anak akibat infeksi bakteri setelah ISPA, dengan gejala utama nyeri telinga dan demam. Diagnosis didasarkan pada anamnesa dan pemeriksaan fisik telinga, sed
Orchitis adalah kondisi inflamasi akut pada testis yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus seperti mumps. Pada kasus ini, pasien mengeluh nyeri pada buah zakar kiri selama 4 hari disertai demam dan bengkak pipi, yang didiagnosis menderita orchitis sebelah kiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang.
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptSyscha Lumempouw
Dokumen tersebut berisi laporan kasus tentang pasien laki-laki berusia 1 tahun yang mengalami diare akut disertai dehidrasi ringan. Pasien mengalami buang air besar lebih dari 5 kali sehari selama 2 hari dengan isi ampas dan berwarna kuning. Setelah pemeriksaan fisik dan diagnostik, pasien didiagnosis mengalami diare akut dan dehidrasi ringan serta mendapatkan penatalaksanaan berupa rehidrasi oral dan pengaw
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. bWoro Nugroho
Pasien laki-laki berusia 29 tahun datang dengan keluhan muntah dan nyeri perut sejak 2 hari. Didiagnosis dengan ileus obstruksi letak tinggi berdasarkan riwayat operasi sebelumnya dan hasil pemeriksaan fisik serta laboratorium. Dilakukan laparotomi eksplorasi dan penatalaksanaan.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang appendisitis. Appendisitis adalah peradangan pada appendix vermiformis yang dapat menyebabkan nyeri perut dan komplikasi seperti peritonitis. Diagnosa appendisitis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan penunjang seperti USG atau CT scan. Penatalaksanaannya adalah appendiktomi untuk kasus akut dan komplikasinya, sedangkan kasus kronis dapat ditangani secara elektif.
"[Ringkasan] Dokumen tersebut membahas tentang muntah pada anak, meliputi pengertian, patofisiologi, etiologi, diagnosis, pendekatan diagnosis, komplikasi, dan penatalaksanaan muntah pada anak, termasuk obat-obatan anti muntah seperti ondansetron, metoklopramide, dan domperidone beserta mekanisme kerja dan efek sampingnya."
Dokumen tersebut membahas tentang hernia inguinalis yang merupakan penonjolan isi perut melalui defek di dinding perut di daerah inguen. Hernia inguinalis dibedakan menjadi direk dan indirek, dan disebabkan oleh prosesus vaginalis yang terbuka serta peningkatan tekanan intraabdomen. Diagnosa dan terapi hernia inguinalis hanya dapat dilakukan melalui operasi untuk mencegah komplikasi seperti inkarserasi.
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Low back pain adalah nyeri punggung bawah yang umumnya terjadi pada diskus intervertebralis L4-L5 dan L5-S1.
2. Terdapat berbagai penyebab low back pain seperti degenerasi, inflamasi, osteoporosis, dan faktor psikologis.
3. Diagnosis low back pain didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti ront
[Ringkasan]
1. Dokumen tersebut membahas berbagai jenis konjungtivitis dan gejalanya.
2. Terdapat konjungtivitis bakteri, virus, jamur, dan alergi, yang dibedakan berdasarkan gejala klinis seperti sekret, pembengkakan, dan jenis sel radang.
3. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai patogen seperti bakteri, virus, atau kekurangan vitamin A.
Kasus pria berusia 55 tahun dengan keluhan sulit buang air kecil. Pemeriksaan fisik menunjukkan prostat membesar. Diagnosis beninga hiperplasia prostat. Pasien diobati dengan open prostatektomi.
Dokumen ini membahas tentang otitis media akut pada anak, termasuk definisi, etiologi, epidemiologi, faktor risiko, gejala klinis, diagnosis, dan penatalaksanaannya. Otitis media akut adalah peradangan telinga tengah yang biasanya terjadi pada anak akibat infeksi bakteri setelah ISPA, dengan gejala utama nyeri telinga dan demam. Diagnosis didasarkan pada anamnesa dan pemeriksaan fisik telinga, sed
Orchitis adalah kondisi inflamasi akut pada testis yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus seperti mumps. Pada kasus ini, pasien mengeluh nyeri pada buah zakar kiri selama 4 hari disertai demam dan bengkak pipi, yang didiagnosis menderita orchitis sebelah kiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang.
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptSyscha Lumempouw
Dokumen tersebut berisi laporan kasus tentang pasien laki-laki berusia 1 tahun yang mengalami diare akut disertai dehidrasi ringan. Pasien mengalami buang air besar lebih dari 5 kali sehari selama 2 hari dengan isi ampas dan berwarna kuning. Setelah pemeriksaan fisik dan diagnostik, pasien didiagnosis mengalami diare akut dan dehidrasi ringan serta mendapatkan penatalaksanaan berupa rehidrasi oral dan pengaw
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. bWoro Nugroho
Pasien laki-laki berusia 29 tahun datang dengan keluhan muntah dan nyeri perut sejak 2 hari. Didiagnosis dengan ileus obstruksi letak tinggi berdasarkan riwayat operasi sebelumnya dan hasil pemeriksaan fisik serta laboratorium. Dilakukan laparotomi eksplorasi dan penatalaksanaan.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang appendisitis. Appendisitis adalah peradangan pada appendix vermiformis yang dapat menyebabkan nyeri perut dan komplikasi seperti peritonitis. Diagnosa appendisitis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan penunjang seperti USG atau CT scan. Penatalaksanaannya adalah appendiktomi untuk kasus akut dan komplikasinya, sedangkan kasus kronis dapat ditangani secara elektif.
"[Ringkasan] Dokumen tersebut membahas tentang muntah pada anak, meliputi pengertian, patofisiologi, etiologi, diagnosis, pendekatan diagnosis, komplikasi, dan penatalaksanaan muntah pada anak, termasuk obat-obatan anti muntah seperti ondansetron, metoklopramide, dan domperidone beserta mekanisme kerja dan efek sampingnya."
Dokumen tersebut membahas tentang hernia inguinalis yang merupakan penonjolan isi perut melalui defek di dinding perut di daerah inguen. Hernia inguinalis dibedakan menjadi direk dan indirek, dan disebabkan oleh prosesus vaginalis yang terbuka serta peningkatan tekanan intraabdomen. Diagnosa dan terapi hernia inguinalis hanya dapat dilakukan melalui operasi untuk mencegah komplikasi seperti inkarserasi.
Dokumen tersebut membahas tentang status pasien yang mengeluhkan bersin berulang sejak usia 15 tahun. Berdasarkan pemeriksaan ditemukan hiperemis mukosa hidung dan edema concha. Diagnosis yang ditetapkan adalah rhinitis kronik dengan kemungkinan rhinitis alergika atau vasomotor. Terapi yang direncanakan antara lain pemberian antihistamin dan kortikosteroid intranasal.
Dokumen tersebut membahas fisiologi dan patofisiologi sistem fonasi mulai dari anatomi organ penghasil suara seperti faring dan laring hingga berbagai kondisi gangguan seperti radang faring-laring, hipertrofi adenoid, tonsilitis, laringitis, dan kelainan laring lainnya.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang tuli kongenital yang merupakan ketulian yang terjadi sejak lahir akibat berbagai faktor seperti infeksi selama kehamilan, kelahiran prematur, atau trauma selama persalinan. Dokumen tersebut juga menjelaskan pendekatan diagnosis dan penatalaksanaan tuli kongenital seperti pemeriksaan audiometri dan penggunaan alat bantu dengar.
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis rinitis yaitu rinitis akut, rinitis atrofi, rinitis alergi, dan rinitis vasomotor. Rinitis akut disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri sementara rinitis atrofi disebabkan oleh infeksi hidung kronik yang menyebabkan atrofi mukosa dan tulang hidung. Rinitis alergi disebabkan oleh reaksi alergi terhadap alergen yang melibatkan IgE sementara rinitis
Laryngopharyngeal reflux atau refluks laringofaring merupakan kondisi abnormal dimana terjadi aliran balik cairan lambung ke laring dan faring, menyebabkan gejala seperti suara serak, batuk, dan rasa tidak enak di mulut. Diagnosis didasarkan pada riwayat keluhan pasien dan pemeriksaan endoskopi. Pengobatan utamanya adalah menggunakan inhibitor pompa proton dalam jangka panjang untuk mencegah kembalinya asam lambung.
Kanker laring adalah keganasan yang terjadi pada laring yang umumnya berupa sel skuamosa, dengan faktor risiko utama merokok dan minum alkohol. Gejalanya meliputi suara serak, sesak napas, dan gangguan menelan. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik, laringoskopi, biopsi jaringan, dan pemeriksaan radiologi seperti CT-Scan. Penatalaksanaannya meliputi radioterapi, bedah, dan kemoterapi sesuai den
Dokumen tersebut merupakan ringkasan tentang rinosinusitis kronis. Rinosinusitis kronis adalah kondisi peradangan pada mukosa hidung dan sinus paranasal yang berlangsung lebih dari 3 bulan. Penyebabnya meliputi infeksi, alergi, dan iritasi. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang seperti CT-scan. Pengobatannya meliputi antibiotik, kortikosteroid, i
Dokumen ini membahas kasus seorang pasien laki-laki yang mengalami penurunan pendengaran akibat paparan bising di tempat kerja. Pemeriksaan menemukan tuli sensorineural koklea pada frekuensi 3000-6000 Hz dengan adanya notch pada 4000 Hz. Diagnosis yang ditegakkan adalah ketulian akibat bising yang bersifat permanen dan tidak dapat diobati.
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxEmohAsJohn
PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL
Gangguan neurologi sangat beragam bentuknya, banyak dari pasien yang menderita gangguan memori dan tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Penyakit-penyakit neurologi kebanyakan memiliki efek melemahkan kehidupan pasien, sehingga memberikan pengobatan neurologis sangat penting bagi kehidupan pasien.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
1. RHINTIS ALERGI
Pembimbing: dr Yan Edwin Bunde Sp.THT-KL., MH.Kes.
Oleh: Wintang Parama Iswari
1915036
Bagian KSM Ilmu Kesehatan THT-KL
RS Immanuel – FK UK Maranatha
Bandung
2019
2. Anamnesis
◦ Identitas
Nama, umur, Jenis Kelamin, alamat, pekerjaan, agama, status pernikahan
◦ Adakah Gejala : Hidung Tersumbat?
Sejak kapan?
Munculnya terus-menerus atau hilang timbul? Setiap hari?
Sumbatan pada satu sisi hidung atau kedua-duanya?
Apakah dipengaruhi oleh cuaca, debu, bulu binatang?
◦ Keluhan Penyerta:
◦ Apakah gejala disertai hidung berair?
◦ Kental/cair? Warna?
◦ Keluar dari satu atau kedua lubang hidung?
3. Cont
◦ Apakah gejala disertai bersin-bersin?
◦ Hidung gatal ?
◦ Diikuti keluarnya cairan atau gatal di hidung/mata/
tenggorok/telinga?
◦ Apakah fungsi penciuman berkurang?
◦ Adakah nyeri di daerah dahi, sekitar hidung?
◦ Apakah hidung pernah mengalami trauma?
◦ Sampai menganggu saat aktivitas atau istirahat?
◦ Pencetus?
4. Cont
◦ Riwayat Penyakit Dahulu:
Pernah punya keluhan seperti ini sebelumnya? Bila pernah, apa yang biasa
dilakukan untuk menghilangkan keluhan?
Asma?
Sering bersin-bersin dipagi hari ?
◦ Riwayat penyakit keluarga :
Ada yang mengalami keluhan serupa?
Asma?
◦ Riwayat pengobatan :
Sudah pernah berobat? mengonsumsi obat apa sebelumnya?
◦ Riwayat alergi : makanan, obat-obatan, debu?
5. Pemeriksaan Fisik
◦ Keadaan umum :
Kesadaran : compos mentis
Kesan sakit : ringan/sedang/berat?
◦ Status Gizi : BB, TB, BMI
◦ Tanda – tanda vital :
Tekanan darah
Nadi
Respirasi
Suhu
6. Pemeriksaan Fisik
◦ Kepala :
Wajah: bentuk dan ukuran simetris
Mata : konjungtiva? Sklera? Allergic Shiner?
Telinga :
Meatus acusticus externus, canalis acusticus (mukosa, serumen, sekret)?
Membran timpani?
Hidung : Mukosa hiperemis? Deviasi septum nasi? Nyeri tekan daerah sinus
paranasal? Allergic Salute dan Allergic Crease
Rhinoskopi anterior : Mukosa hiperemis/ edema? Sekret? Hipertrofi konka?
Mulut : mukosa, ukuran dan permukaan tonsil? mukosa faring? Mukosa lidah ?
7. Pemeriksaan Fisik
◦ Leher : letak trakea sentral? KGB
membesar?
◦ Thoraks
Pulmo
Inspeksi :bentuk dan pergerakan?
Palpasi : bentuk dan pergerakan,
taktil fremitus?
Perkusi : Sonor?
Auskultasi : VBS kanan dan kiri,
suara nafas tambahan, vocal
fremitus, wheezing? Ronchi?
Cor :
Inspeksi : ictus cordis
Palpasi : ictus cordis
Perkusi : batas – batas jantung
Auskultasi : bunyi jantung S1, S2,
murmur
11. Pemeriksaan Penunjang
◦ Hematologi rutin Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis (Eosinofil), LED
◦ Total Serum IgE
◦ Skin prick test
◦ Apusan mukosa/sekret hidung (hanya pelengkap) untuk melihat adanya eosinofil
12. Penatalaksanaan
◦ Non-medikamentosa
Menghindari kontak dengan stimulus/faktor pencetus
◦ Medikamentosa
Antihistamin antagonis histamine H-1, yang bekerja secara inhibitor kompetitif pada reseptor H-1 sel
target.
Loratadine (10mg PO 1x1)
Dekongestan oral agonis adrenergic alfa
Pseudoefedrin (120mg PO 2x1 prn)
Kortikosteroid : Budesonide nasal spray 2x1 puff
*Rujuk Sp.THT-KL apabila tidak ada perbaikan
13. Penatalaksanaan Operatif
◦ Tindakan konkotomi parsial (pemotongan konka inferior sebagian), konkoplasti atau multiple
outfractured, inferior turbinoplasty perlu dipikirkan bila konka inferior hipertrofi berat.
14. Prognosis
◦ Quo ad vitam : ad bonam
◦ Quo ad functionam : dubia ad bonam
◦ Quo ad sanationam : dubia ad bonam
16. Definisi
◦ Rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-
bersin, rinore, rasa gatal, dan tersumbat setelah mukosa hidung
terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE. (WHO ARIA)
17. Klasifikasi Berdasarkan Rekomendasi dari WHO Initiative ARIA
(Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma)
• Intermiten (<4 hari dlm 1 minggu atau < 4 minggu)
• Persisten (>4 hari dlm 1 minggu dan > 4 minggu)
Berdasarkan sifat berlangsungnya
• Ringan (Tidak ada gangguan aktivitas, OR, Bekerja)
• Sedang-berat (Terdapat satu atau lebih gangguan)
Berdasarkan tingkatan
19. Patofisiologi
◦ Rinitis alergi merupakan penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi dan diikuti
dengan tahap provokasi / reaksi alergi.
◦ Reaksi alergi terdiri dari 2 fase:
- Fase cepat berlangsung sejak kontak sampai 1 jam
- Fase lambat berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8jam setelah pemaparan dan dapat
berlangsung selama 24-48 jam
20. Kontak pertama dengan alergen (tahap sensitisasi)
Makrofag / monosit berperan sebagai APC , menangkap alergen yg menempel di permukaan
mukosa hidung
Setelah diproses, antigen akan membentuk fragmen peptida dan bergabung dengan HLA II
Membentuk MHC II yang kemudian dipresentasi pada sel Th 0
Kemudian APC melepaskan sitokon seperti IL-1
mengaktifkan Th 0 menjadi Th1 dan Th2
Th2 melepaskan berbagai sitokin (IL-3, IL-4, IL-5 dan IL-13)
IL 4 dan IL 13 diikat oleh reseptornya di permukaan sel limfosit B
Limfosit B menjadi aktif, memproduksi IgE
21. IgE di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan diikat oleh reseptor IgE di permukaan sel mastosit
atau basofil
Sehingga kedua sel tsb menjadi aktif
(PROSES SENSITISASI, menghasilkan sel mediator yang tersensitisasi)
Bila mukosa yg sudah tersensitisasi terpapar dengan alergen yg sama
Kedua rantai IgE akan mengikat alergen spesifik
Terjadi degranulasi sel matosit dan basofil
Terlepasnya mediator kimia yang sudah terbentuk terutama histamin, selain itu; PGD2, Leukotrien,
bradikinin, PAF dan berbagai sitokin (IL3, IL4, IL5, IL6, GM-CSF)
REAKSI ALERGI FASE CEPAT (RAFC)
22. Histamin
REAKSI ALERGI FASE LAMBAT (RAFL)
Ditandai dengan penambahan jenis dan jumlah sel inflamasi (eosinofil, limfosit, neutrofil, basofil,
dan mastosit di mukosa hidung, serta peningkatan sitokin seperti IL3, IL4, IL5 dan GM-CSF
dan ICAM 1 pada sekret hidung)
Gejala hipereaktif dan hiperresponsif hidung (peranan eosinofil)
Merangsang reseptor
H1 pada ujung saraf
vidianus di mukosa
hidung
Hipersekresi sel goblet
dan kelenjar mukosa
Permeabilitas
kapiler meningkat
Vasodilatasi
sinusoid
Rasa gatal dan
bersin
rhinorrea
Hidung
tersumbat
Gejala berlanjut dan mencapai puncak 6-8 jam