Dokumen tersebut membahas tentang biosecurity dan manajemen pembibitan ayam di Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan UNPAD. Dokumen menjelaskan tiga komponen biosecurity yaitu konseptual, struktural, dan operasional serta berbagai persiapan dan prosedur untuk memastikan kesehatan dan kesuburan ayam bibit.
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...Tata Naipospos
Potensi kerugian ekonomi yang besar apabila terjadi wabah penyakit mulut dan kuku di Indonesia. Populasi ternak yang rentan sangat besar dengan biaya pengendalian yang tinggi, termasuk biaya pemusnahan ternak terinfeksi. Keterlambatan deteksi akan memperburuk dampak ekonominya dengan meluasnya wilayah wabah.
Resistensi Antimikroba pada Peternakan Unggas dan Ancamannya Terhadap Kesehat...Tata Naipospos
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang penggunaan antibiotik yang berlebihan pada peternakan unggas di Indonesia yang dapat menyebabkan timbulnya resistensi antibiotik dan membahayakan kesehatan masyarakat.
Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...Tata Naipospos
Kompartemen merupakan subpopulasi hewan yang dipisahkan secara epidemiologis berdasarkan manajemen dan praktik budidaya. Kompartemen harus memenuhi 7 kriteria OIE yaitu prinsip penetapan, pemisahan epidemiologi, dokumentasi, surveilans, diagnostik, respons darurat, dan supervisi. Otoritas veteriner bertanggung jawab mengatur dan mengawasi kompartemen sesuai standar OIE.
Sosialisasi penggunaan biosecurity berbasis lingkungan pada peternakan+pptSaka Hikmawan
Dokumen tersebut membahas penerapan biosecurity berbasis lingkungan pada peternakan ayam petelur di Desa Ampelbendo untuk mencegah penyakit. Biosecurity meliputi upaya mengendalikan agen penyakit, memberikan kondisi lingkungan yang layak bagi ayam, dan mengamankan produk dan resiko bagi konsumen serta karyawan. Program biosecurity yang dilakukan meliputi kontrol lalu lintas, vaksinasi, pencatatan riwayat ayam, dan sanitasi k
Dokumen tersebut membahas tentang ayam kampung, termasuk spesies, bibit, pakan, sistem pemeliharaan, perkandangan, dan penyakitnya. Ayam kampung merupakan hasil domestikasi dari ayam liar yang tersebar di Indonesia.
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...Tata Naipospos
Potensi kerugian ekonomi yang besar apabila terjadi wabah penyakit mulut dan kuku di Indonesia. Populasi ternak yang rentan sangat besar dengan biaya pengendalian yang tinggi, termasuk biaya pemusnahan ternak terinfeksi. Keterlambatan deteksi akan memperburuk dampak ekonominya dengan meluasnya wilayah wabah.
Resistensi Antimikroba pada Peternakan Unggas dan Ancamannya Terhadap Kesehat...Tata Naipospos
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang penggunaan antibiotik yang berlebihan pada peternakan unggas di Indonesia yang dapat menyebabkan timbulnya resistensi antibiotik dan membahayakan kesehatan masyarakat.
Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...Tata Naipospos
Kompartemen merupakan subpopulasi hewan yang dipisahkan secara epidemiologis berdasarkan manajemen dan praktik budidaya. Kompartemen harus memenuhi 7 kriteria OIE yaitu prinsip penetapan, pemisahan epidemiologi, dokumentasi, surveilans, diagnostik, respons darurat, dan supervisi. Otoritas veteriner bertanggung jawab mengatur dan mengawasi kompartemen sesuai standar OIE.
Sosialisasi penggunaan biosecurity berbasis lingkungan pada peternakan+pptSaka Hikmawan
Dokumen tersebut membahas penerapan biosecurity berbasis lingkungan pada peternakan ayam petelur di Desa Ampelbendo untuk mencegah penyakit. Biosecurity meliputi upaya mengendalikan agen penyakit, memberikan kondisi lingkungan yang layak bagi ayam, dan mengamankan produk dan resiko bagi konsumen serta karyawan. Program biosecurity yang dilakukan meliputi kontrol lalu lintas, vaksinasi, pencatatan riwayat ayam, dan sanitasi k
Dokumen tersebut membahas tentang ayam kampung, termasuk spesies, bibit, pakan, sistem pemeliharaan, perkandangan, dan penyakitnya. Ayam kampung merupakan hasil domestikasi dari ayam liar yang tersebar di Indonesia.
Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang situasi, epidemiologi, dan mitigasi penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) pada sapi. LSD disebabkan oleh virus yang menyebabkan demam, nodul kulit, dan penurunan produktivitas sapi. Penyakit ini menyebar dengan bantuan vektor seperti lalat dan caplak, serta perdagangan sapi yang tidak terkendali. Upaya pengendalian meliputi vaksinasi, pengendalian vektor dan lalu lintas sapi
Dokumen tersebut membahas tentang lingkungan dan tingkah laku ternak. Lingkungan mempengaruhi produktivitas ternak, termasuk faktor lingkungan seperti pakan, manajemen, perkandangan, dan iklim. Tingkah laku ternak dipengaruhi oleh lingkungan dan stres, seperti makan, minum, eliminasi, seksualitas, dan sosial. Kesejahteraan hewan perlu diperhatikan untuk mengurangi stres dan meningkatkan produktivitas
African swine fever: Pembelajaran dari wabah di China dan Vietnam - Seminar A...Tata Naipospos
Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang wabah African swine fever di China dan Vietnam. Wabah penyakit ini menyebabkan kerugian besar bagi industri babi di kedua negara akibat kematian massal babi dan gangguan produksi. Virus penyakit ini sangat resisten dan sulit dikendalikan, sehingga diperlukan upaya biosekuriti yang ketat.
Epidemiologi dan Dampak Ekonomi Lumpy Skin Disease - PDHI, Hotel Grand Swiz, ...Tata Naipospos
Lumpy skin disease (LSD) kini menjadi penyakit lintas batas setelah awalnya ditemukan di Afrika, Timur Tengah, dan Eropa Tenggara, dan menyebar ke Asia termasuk Asia Tenggara. Pola penyebarannya dipicu oleh pergerakan ternak yang terinfeksi dan potensi transportasi vektor yang terinfeksi. Faktor risiko penyebaran penyakit ini antara lain perdagangan ternak dan perpindahan ternak.
Kajian singkat Lumpy Skin Disease - Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019Tata Naipospos
Lumpy skin disease (LSD) adalah penyakit viral pada sapi yang disebabkan oleh virus pox dan menyebabkan demam, nodul pada kulit, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Penyakit ini menyebabkan kerugian ekonomi karena menurunkan produksi susu dan daging serta fertilitas ternak. LSD menyebar di Afrika, Timur Tengah, dan Eropa melalui lalat dan nyamuk sebagai vektor. Strategi pengendalian meliputi vaksin
Dokumen ini membahas desain kandang sapi potong yang meliputi fungsi, persyaratan, dan model kandang sapi potong. Fungsi kandang antara lain melindungi ternak dan memudahkan pengelolaan ternak. Persyaratan kandang mencakup pemilihan lokasi, konstruksi, bahan bangunan, dan perlengkapan. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa model kandang seperti kandang pedet, box, sapi dara, dan induk.
Dokumen tersebut membahas tentang teknis pemeliharaan ternak sapi penggemukan, termasuk jenis sapi yang digunakan, pemilihan bakalan, persyaratan kandang, pakan penggemukan, dan suplemen mineral. Dokumen ini memberikan panduan lengkap untuk menggemukkan sapi secara efektif.
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas pengendalian lalu lintas ternak dan vaksinasi khususnya di daerah bebas penyakit mulut dan kuku. Dokumen menjelaskan tentang pola lalu lintas ternak, klasifikasi zona berdasarkan risiko penyakit, dan aturan lalu lintas berdasarkan situasi penyakit di suatu daerah.
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Tata Naipospos
PMK dan penyakit hewan lainnya seperti LSD dan PPR merupakan penyakit lintas batas yang berpotensi menyebar dengan cepat dan menimbulkan dampak sosial ekonomi yang signifikan. Strategi pengendalian utama untuk PMK adalah karantina, vaksinasi, surveilans epidemiologi, zonasi, depopulasi, dan biosekuriti. Vaksinasi massal digunakan untuk mengendalikan wabah PMK di Indonesia, namun vaksin yang tersedia belum d
Proses penetasan telur ayam meliputi pengolahan telur tetas, pengaturan suhu dan kelembapan di setter dan hatcher, transfer telur ke hatcher, pengelolaan mesin hatcher, dan pengangkatan DOC. Faktor-faktor seperti suhu, kelembapan, sirkulasi udara, dan sanitasi mempengaruhi hasil penetasan.
Tinjauan Keswan Terhadap Impor Sapi dan Daging Dari Brazil - USM-ISPI - 25 Me...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang tinjauan kesehatan hewan terhadap impor sapi dan daging dari Brazil. Brazil merupakan produsen dan eksportir daging sapi terbesar di dunia dengan populasi ternak sapi terbesar ke-2 setelah India. Namun demikian, Brazil masih menghadapi tantangan penyakit hewan seperti Penyakit Mulut dan Kuku meskipun telah berupaya mengendalikannya melalui program eradikasi dan vaksinasi.
Dokumen tersebut membahas beberapa penyakit non infeksius pada ternak, seperti asidosis rumen, indigesti, milk fever, downer cow syndrome, grass tetany, asetonemia, dan pregnancy toxemia. Penyakit-penyakit tersebut disebabkan oleh berbagai faktor seperti pemberian pakan yang tidak seimbang, produksi susu tinggi, perubahan lingkungan, dan kebuntingan lanjut.
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas pentingnya penerapan biosekuriti, terutama biosekuriti eksternal dan internal, dalam pencegahan penularan penyakit pada peternakan ternak. Biosekuriti eksternal meliputi pengaturan karantina, pemeriksaan hewan pengganti, dan aturan masuk area peternakan bagi manusia dan kendaraan.
Dokumen tersebut membahas tentang tahapan pemeliharaan ayam petelur mulai dari fase starter, grower, hingga layer. Termasuk didalamnya adalah target pertumbuhan berat badan, kepadatan kandang, program vaksinasi, dan pengobatan untuk mendapatkan produksi telur yang optimal.
Modul ini membahas manajemen kesehatan dan kandang untuk ayam pedaging, termasuk persiapan, sanitasi, dan biosekuriti kandang. Topik utama lainnya adalah penyakit ayam yang sering terjadi, vaksinasi, dan pengobatan. Tujuannya adalah memberikan pedoman untuk membesarkan ayam dengan kondisi sehat dan produktif.
Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang situasi, epidemiologi, dan mitigasi penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) pada sapi. LSD disebabkan oleh virus yang menyebabkan demam, nodul kulit, dan penurunan produktivitas sapi. Penyakit ini menyebar dengan bantuan vektor seperti lalat dan caplak, serta perdagangan sapi yang tidak terkendali. Upaya pengendalian meliputi vaksinasi, pengendalian vektor dan lalu lintas sapi
Dokumen tersebut membahas tentang lingkungan dan tingkah laku ternak. Lingkungan mempengaruhi produktivitas ternak, termasuk faktor lingkungan seperti pakan, manajemen, perkandangan, dan iklim. Tingkah laku ternak dipengaruhi oleh lingkungan dan stres, seperti makan, minum, eliminasi, seksualitas, dan sosial. Kesejahteraan hewan perlu diperhatikan untuk mengurangi stres dan meningkatkan produktivitas
African swine fever: Pembelajaran dari wabah di China dan Vietnam - Seminar A...Tata Naipospos
Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang wabah African swine fever di China dan Vietnam. Wabah penyakit ini menyebabkan kerugian besar bagi industri babi di kedua negara akibat kematian massal babi dan gangguan produksi. Virus penyakit ini sangat resisten dan sulit dikendalikan, sehingga diperlukan upaya biosekuriti yang ketat.
Epidemiologi dan Dampak Ekonomi Lumpy Skin Disease - PDHI, Hotel Grand Swiz, ...Tata Naipospos
Lumpy skin disease (LSD) kini menjadi penyakit lintas batas setelah awalnya ditemukan di Afrika, Timur Tengah, dan Eropa Tenggara, dan menyebar ke Asia termasuk Asia Tenggara. Pola penyebarannya dipicu oleh pergerakan ternak yang terinfeksi dan potensi transportasi vektor yang terinfeksi. Faktor risiko penyebaran penyakit ini antara lain perdagangan ternak dan perpindahan ternak.
Kajian singkat Lumpy Skin Disease - Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019Tata Naipospos
Lumpy skin disease (LSD) adalah penyakit viral pada sapi yang disebabkan oleh virus pox dan menyebabkan demam, nodul pada kulit, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Penyakit ini menyebabkan kerugian ekonomi karena menurunkan produksi susu dan daging serta fertilitas ternak. LSD menyebar di Afrika, Timur Tengah, dan Eropa melalui lalat dan nyamuk sebagai vektor. Strategi pengendalian meliputi vaksin
Dokumen ini membahas desain kandang sapi potong yang meliputi fungsi, persyaratan, dan model kandang sapi potong. Fungsi kandang antara lain melindungi ternak dan memudahkan pengelolaan ternak. Persyaratan kandang mencakup pemilihan lokasi, konstruksi, bahan bangunan, dan perlengkapan. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa model kandang seperti kandang pedet, box, sapi dara, dan induk.
Dokumen tersebut membahas tentang teknis pemeliharaan ternak sapi penggemukan, termasuk jenis sapi yang digunakan, pemilihan bakalan, persyaratan kandang, pakan penggemukan, dan suplemen mineral. Dokumen ini memberikan panduan lengkap untuk menggemukkan sapi secara efektif.
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas pengendalian lalu lintas ternak dan vaksinasi khususnya di daerah bebas penyakit mulut dan kuku. Dokumen menjelaskan tentang pola lalu lintas ternak, klasifikasi zona berdasarkan risiko penyakit, dan aturan lalu lintas berdasarkan situasi penyakit di suatu daerah.
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Tata Naipospos
PMK dan penyakit hewan lainnya seperti LSD dan PPR merupakan penyakit lintas batas yang berpotensi menyebar dengan cepat dan menimbulkan dampak sosial ekonomi yang signifikan. Strategi pengendalian utama untuk PMK adalah karantina, vaksinasi, surveilans epidemiologi, zonasi, depopulasi, dan biosekuriti. Vaksinasi massal digunakan untuk mengendalikan wabah PMK di Indonesia, namun vaksin yang tersedia belum d
Proses penetasan telur ayam meliputi pengolahan telur tetas, pengaturan suhu dan kelembapan di setter dan hatcher, transfer telur ke hatcher, pengelolaan mesin hatcher, dan pengangkatan DOC. Faktor-faktor seperti suhu, kelembapan, sirkulasi udara, dan sanitasi mempengaruhi hasil penetasan.
Tinjauan Keswan Terhadap Impor Sapi dan Daging Dari Brazil - USM-ISPI - 25 Me...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang tinjauan kesehatan hewan terhadap impor sapi dan daging dari Brazil. Brazil merupakan produsen dan eksportir daging sapi terbesar di dunia dengan populasi ternak sapi terbesar ke-2 setelah India. Namun demikian, Brazil masih menghadapi tantangan penyakit hewan seperti Penyakit Mulut dan Kuku meskipun telah berupaya mengendalikannya melalui program eradikasi dan vaksinasi.
Dokumen tersebut membahas beberapa penyakit non infeksius pada ternak, seperti asidosis rumen, indigesti, milk fever, downer cow syndrome, grass tetany, asetonemia, dan pregnancy toxemia. Penyakit-penyakit tersebut disebabkan oleh berbagai faktor seperti pemberian pakan yang tidak seimbang, produksi susu tinggi, perubahan lingkungan, dan kebuntingan lanjut.
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas pentingnya penerapan biosekuriti, terutama biosekuriti eksternal dan internal, dalam pencegahan penularan penyakit pada peternakan ternak. Biosekuriti eksternal meliputi pengaturan karantina, pemeriksaan hewan pengganti, dan aturan masuk area peternakan bagi manusia dan kendaraan.
Dokumen tersebut membahas tentang tahapan pemeliharaan ayam petelur mulai dari fase starter, grower, hingga layer. Termasuk didalamnya adalah target pertumbuhan berat badan, kepadatan kandang, program vaksinasi, dan pengobatan untuk mendapatkan produksi telur yang optimal.
Modul ini membahas manajemen kesehatan dan kandang untuk ayam pedaging, termasuk persiapan, sanitasi, dan biosekuriti kandang. Topik utama lainnya adalah penyakit ayam yang sering terjadi, vaksinasi, dan pengobatan. Tujuannya adalah memberikan pedoman untuk membesarkan ayam dengan kondisi sehat dan produktif.
Budidaya ayam kampung membahas tentang cara membudidayakan ayam kampung secara intensif, meliputi pemilihan bibit, pemberian pakan, pengaturan kandang, manajemen kesehatan, pencatatan, panen, dan pemasaran.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen pemeliharaan ayam lokal unggul yang meliputi pemeliharaan mulai dari umur nol hingga empat minggu, empat hingga sepuluh minggu, sepuluh hingga dua puluh minggu, dan ayam dewasa. Dokumen juga membahas pencegahan penyakit, pakan, analisis usaha, serta strategi keberlanjutan usaha ayam lokal.
Dokumen tersebut membahas tentang usaha peternakan ayam pedaging. Mencakup manajemen kandang, pemberian pakan dan minum, sanitasi, vaksinasi, serta prestasi beberapa bibit ayam pedaging seperti Babcock B-300, Dekalb XL-Link, dan Hisex white. Tujuannya adalah memproduksi ayam pedaging dalam skala waktu yang relatif cepat serta menciptakan lapangan kerja.
Ternak unggas seperti ayam dan itik memegang peranan penting dalam penyediaan protein hewani murah di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Populasi unggas lokal di provinsi ini mencapai 17 juta ekor yang terdiri dari berbagai jenis unggas. Pengembangan ternak unggas di pesantren diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian pesantren. Pemeliharaan ayam arab dan anak ayam membutuhkan persiapan kand
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen kesehatan ternak, yang meliputi biosecurity atau kebersihan lingkungan, pakan, dan sanitasi kandang untuk mencegah penyakit pada ternak. Program kesehatan ternak juga mencakup vaksinasi, pemberian vitamin dan obat cacing, serta kontrol parasit. Tujuan manajemen kesehatan ternak adalah untuk memaksimalkan produktivitas dan kesehatan ternak.
Materi ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dkDediKusmana2
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Materi ini membahas tentang pencegahan dan pengendalian penyakit pada unggas petelur, meliputi manajemen kandang, sanitasi, dan biosekuriti untuk mencegah penyakit, serta pengendalian penyakit melalui vaksinasi.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit yang ditularkan oleh lalat dan tindakan pengendaliannya. Lalat dapat menularkan penyakit seperti kolera, tipus, dan disentri melalui kontak dengan kotoran manusia atau hewan yang terinfeksi. Untuk mengendalikan penyakit ini perlu dilakukan survei kepadatan lalat, perbaikan higiene dan sanitasi lingkungan, serta pemberantasan lalat secara langsung menggunak
5 hal Mendasar Dalam Penyusunan Desain Laboratorium Mikrobiologi.
Materi ini diberikan dalam seminar " Preview and Latest Technology On Microbiology Laboratory " 31 Januari 2013 di International Convention Centre Bogor.
Info lebih lengkap silahkan kunjungi website kami di www.TrainingLaboratorium.com
Ia merupakan contoh slide PPT untuk penyiaran PdP di dalam TV Pendidikan yang telah ditayangkan pada Januari 2021. Sesuai digunakan sebagai garis panduan penyediaan bahan tayangan subjek vokasional khususnya Akuakultur.
Dokumen ini memberikan panduan mengenai persyaratan dan prosedur untuk memproses dan mengeksport udang beku yang telah dimasak. Persyaratan kilang meliputi lantai, dinding, siling, pencahayaan, pengudaraan, dan kebersihan untuk mencegah kontaminasi. Prosedur pengeksportan melibatkan pemeriksaan kilang, pensampelan, dan permit ekspor. Sampel diuji untuk memenuhi standar mikrobiologi dan kimia untuk mem
This document provides an overview of the historical discoveries related to mineral nutrition and the current understanding of mineral requirements in livestock. Key points include:
- Early studies in the 18th-19th centuries identified calcium, phosphorus, and other minerals in animal tissues and linked their deficiencies to specific disorders.
- Rigorous experimentation in the 1920s-1930s proved certain minerals were essential nutrients for health. Currently, 22 mineral elements are considered essential.
- Recent research has greatly increased understanding of mineral transport mechanisms, metalloprotein functions, and gene regulation related to mineral status. Minerals play critical roles in body structures, physiological processes, catalytic functions, and cellular regulation.
- Individual minerals often have multiple functions simultaneously.
This document provides a summary of the National Swine Nutrition Guide, which was produced through a collaboration between universities and the agricultural industry. It includes tables on nutrient recommendations, feed ingredient compositions, and usage rates. The guide aims to enhance understanding of swine nutrition and feeding practices. It provides nutrient recommendations for different classes of pigs based on standards for performance. The recommendations include levels for amino acids, minerals, and vitamins. Safety margins are applied to account for variability in nutrient availability and commercial production conditions.
This document provides an overview of poultry nutrition and feeding. It discusses the commercial poultry production industry and factors that influence feed costs such as disease control and genetic improvement. It describes the general steps in poultry diet formulation and common feed ingredients such as corn, soybean meal, fish meal, and supplemental vitamins and minerals. The document also outlines the nutritional needs and common diet types for different stages of growth in chickens, turkeys, and laying hens including starter, broiler, growing, and laying diets.
Distillers grains feeding recommendations for poultryMuhammad Eko
This document summarizes research on the use of distillers dried grains with solubles (DDGS) in poultry diets. Key points include:
- DDGS can be included at levels up to 10% for broilers, 15% for turkeys and layers, providing protein, energy and phosphorus. Higher levels may be used with proper diet formulation.
- DDGS has a metabolizable energy value of at least 1250 kcal/lb and digestible lysine content as high as 83%. It contributes pigmentation to eggs and meat.
- Research shows DDGS can replace up to 40% of soybean meal protein if amino acids are adjusted. Body weight and feed conversion are not affected
Horse nutrition and feeding involves providing adequate nutrients through forages like pasture and hay as well as grain supplements when needed. Key aspects include:
- Forages should form the basis of horse diets and provide fiber, vitamins and minerals. Pasture is ideal when available.
- Energy, protein, water, minerals and vitamin requirements vary depending on the horse's age, activity level, physiological state and environment. Nutrient needs are met through a combination of forages and grain supplements.
- Proper feeding is important for health, performance and reproduction but some common beliefs about feeding are unfounded. Careful balancing of nutrients is needed to avoid issues like colic.
This document provides an introduction to "The Encyclopedia of Farm Animal Nutrition". It lists the editor-in-chief and section editors for the encyclopedia, which covers topics in non-ruminant mammalian nutrition, fish nutrition, avian nutrition, ruminant nutrition, and nutritional deficiencies and disorders. It also provides information on the publisher, CABI Publishing, and lists key contributors to the encyclopedia.
This document provides the proceedings from the Recent Advances in Animal Nutrition - Australia conference held in July 2011. It contains invited papers and short communications on topics related to improving animal nutrition and feed efficiency. The organizing committee for the conference is listed, with the goal of identifying research that could impact the livestock industry by addressing issues of greenhouse gas emissions, environmental pollution, and nitrogen recycling from livestock production.
Dynamics of animal nutrition developmentMuhammad Eko
The document discusses topics related to animal nutrition and the feed industry. It begins by outlining the learning objectives of better understanding emerging issues in nutrition and developing innovative solutions to problems. Key areas of knowledge and skills are then described, including metabolic processes, ration formulation, and leading research teams. Learning strategies incorporate self-study, writing papers, seminars and feedback. Recent advances focus on the current state of the field and future challenges. The document also examines trends in the global feed industry, particularly in Southeast Asian countries following the 1997 economic crisis. Current issues outlined include feed supply, additives, efficiency, and food safety. Student evaluation emphasizes class participation, written work, discussion skills and attitude.
This document discusses hatchery design and technology standards. It notes that modern hatcheries are expected to meet higher standards around preventing disease spread, improving efficiency, meeting animal welfare requirements, and optimizing incubation conditions for performance. Key factors in hatchery design include layout, airflow, sanitation procedures, incubation equipment tailored to current high-yield genetics, automation, and addressing food safety, welfare and labor concerns. The optimal design considers the unique needs of the embryo at each stage of incubation to maximize chick quality and yield.
This document outlines the process for grading day-old chicks. It describes 7 key steps: 1) removing chicks from the hatcher and disposing of debris, 2) grading and counting chicks and recording information, 3) vaccinating chicks according to veterinary and manufacturer guidelines, 4) carrying out operations like beak trimming according to welfare codes, 5) maintaining temperature and humidity in the processing room, 6) packing chicks for transport in boxes labeled with information, and 7) cleaning and maintaining the processing room and equipment according to procedures and specifications.
This document discusses key considerations for hatchery design and operation. It recommends laying out facilities to minimize walking distances and avoid cross-contamination. Specific areas like egg receiving, incubation, and chick handling are examined. Proper temperature, humidity, ventilation and egg turning are essential incubation factors. Good sanitation, egg selection and handling also impact hatchability. Overall the document provides guidance on facility layout and best practices for incubation to achieve cost-effective hatchery operation.
Telur terdiri atas kuning telur, putih telur, membran shell, dan kerabang telur. Proses penetasan membutuhkan suhu dan kelembaban yang tepat selama 21 hari agar embrio berkembang dengan baik hingga menetas menjadi anak ayam. Perkembangan embrio meliputi pembentukan organ-organ utama seperti jantung, otak, paru-paru, kaki, dan sayap pada minggu-minggu pertama.
Nekropsi ayam melibatkan pengamatan seluruh tubuh untuk mendeteksi kelainan, pembunuhan, pembukaan bagian tubuh untuk memeriksa organ-organ dalam seperti paru-paru, usus, jantung, hati, dan ginjal guna mendeteksi penyakit atau kelainan.
Parasit cacing menyebabkan berbagai penyakit pada unggas yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi. Terdapat tiga kelas utama parasit cacing yaitu nematoda, trematoda, dan cestoda yang menyerang berbagai organ tubuh unggas seperti mata, trakea, usus, dan sekum. Siklus hidup kebanyakan parasit cacing melibatkan inang antara sebelum menginfeksi unggas definitif.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
2. PENDAHULUAN
Masalah penyakit merupakan gangguan dan ancaman
terbesar dalam usaha peningkatan produksi ternak ayam.
Maka, perlu dilakukan berbagai usaha untuk mencegah
terjangkitnya penyakit yaitu salah satunya dengan
melaksanakan program biosecurity .
3. BIOSECURITY
• Biosecurity dapat diartikan sebagai segala usaha
yang dilakukan untuk mencegah masuknya
infeksi bibit penyakit ke dalam area farm
• Biosecurity terdiri atas tiga komponen yaitu :
– biosecurity konseptual
– biosecurity struktural
– biosecurity operasional.
4. • Biosecurity konseptual
Merupakan program pencegahan penyakit
yang meliputi pemilihan lokasi farm di daerah tertentu
yang bertujuan untuk memisahkan populasi ayam
berdasarkan jenis ayam atau umur ayam, dan
menghindari kontak dengan unggas liar
• Biosecurity struktural
biosecurity tingkat kedua yang meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan tataletak (lay-out) peternakan
• Biosecurity operasional
Merupakan prosedur manajemen dan rutin yang
dimaksudkan untuk mencegah kejadian dan
penyebaran infeksi di dalam komplek peternakan.
5. Beberapa hal yang mempengaruhi
program biosecurity didalam suatu
perusahaan ternak, antara lain :
• Lokasi dan Rancangan
• Penanganan air dan pakan
6. Lokasi dan Rancangan
• Kandang sebaiknya terletak pada lokasi khusus peternakan
• Gerbang dan pintu harus selalu dalam keadaan tertutup
• Lantai kandang terbuat dari semen agar mudah didesinfeksi
• Dinding dan pintu tahan tikus dan hewan liar
• Tempat minum tertutup (nipple) lebih baik dari sistim terbuka
(paralon)
• Gunakan waring agar serangga, burung dan hewan liar lainnya
tidak masuk area kandang
7. Lokasi Farm
• Farm parent jaraknya 5 mil dari farm komersil
• Flock yang belum dewasa jarak 2 mil , Broiler 0,5 – 1 mil
• Lokasi jauh untuk membatasi kendaraan dan manusia
• Lokasi jauh untuk mencegah burung liar, hean liar da angin
menyebarkan penyakit
Layout & Design Farm
• Sistim all in all out untuk mengosongkan kandang dan
kontaminasi
• Peternakan petelur yang multiple brooding, mengkarantina
setiap kandang, pekerja mengganti pakaian , sepatu, mandi
• Kandang sebaiknya 30 m dari pagar
8. Penanganan air dan pakan
• Supaya kualitas air terjaga diperlukan pemeriksaan kimiawi
maupun bakteriologi, karena air merupakan sumber infeksi
bacterial (salmonelosis) dan kontaminasi jamur.
Air bebas penyakit , beri chlorine 2 ppm
• Langkah awal program biosecurity pakan :
1. Hindari kontaminasi setelah pengiriman
2. Bersihkan dari debu ----- menarik serangga, tikus
3. Ruang ransum dibersihkan sebelum diisi ransum baru
4. Tempatkan silo pakan di pagar untuk parent
5. Pengemudi dan pegawai yang menangani ransum paham
prinsif kerja program biosecurity
10. a. Manusia
Bagi yang akan masuk ke area
farm harus melewati prosedur
sanitasi
Salah satu prosedur sanitasinya
ialah tata cara masuk kedalam
spray desinfektan seperti
Flow Chart berikut :
shower room
11. Entrance
Take All Clothes Off
Spraying Room
Shower Room
Use Farm Uniform
Exit
flow Chart Masuk ke Ruang Desinfektan
12. b. Barang
Sebelum memasuki areal farm barang harus di disinfeksi
terlebih dahulu
Untuk barang anti air dapat menggunakan kotak ultraviolet
yang disediakan.
c. Kendaraan
Kendaraan Truk pengantar Pullet, telur harus dibersihkan
dan didisinfeksi terlebih dulu sebelum dan sesudah masuk
dengan melewati car spray saat akan masuk
Truk pengangkut pakan merupakan bahaya utama karena
mereka membawa dari farm satu ke farm yang lain.
Jika tidak mungkin untuk didisinfektan, maka truk & sopir
tidak masuk farm (pakan dibongkar diluar area pagar)
13. d. Areal perkandangan
Sebaiknya di rawat dengan menerapkan program
biosecurity yang benar, meliputi :
- Menjaga kebersihan sekitar dng mencegah rumput/gulma tumbuh
- Gunakan racun tikus dan semprot insektisida untuk membasmi
hewan liar seperti tikus dan kumbang
- Pasang waring disekitar pintu masuk untuk mencegah masuknya
debu, serangga dan burung liar
- Membakar ayam mati/ bangkai dengan incenerator
14. Persiapan Kandang
1. Penyemprotan Desintektan Pertama
2. Basmi Tikus
3. Keluarkan Peralatan Kandang seperti :
• Feeder betina dan jantan,
• Sangkar digantung,
• Alas sangkar,
• Semua Peralatan simpan digudang
kandang.
4. Angkat Pupuk/feeces
5. Penyemprot Desinfectant kedua,
6. Sapu sisa pupuk
7. Cuci kandang
8. Repair Lantai + Kapur dinding kandang
9. Pasang slat
10. Semprot desinfektan ke tiga,
11. Pembersihan kandang dan lingkungan
BREEDING MAGEMENT
15. 12. Pengecekan alat – alat, seperti pipa nipple,
blower hood, frame kipas dan panel box
13. Pemasangan cell pad
14. Pemasangan Tirai
15. Penyemprotan desinfectant keempat
16. Semprot Formalin 10%
17. Tabur kapur hidup, dalam kandang 10
karung dan luar kandang 5 karung
18. Pemasangan peralatan makanan
19. Pemasangan cover slat sekam
20. Tabur sekam
21. Pemasangan waring + Chick Guard
22. Pemasangan tudung blower
23. Pemasangan instalasi gasolec
24. Memasukan Peralatan DOC, seperti feed
tray dan gallon
25. Semprot desinfektan kelima,
26. Semprot desinfektan keenam,
27. Selama kandang ditutup dilakukan
pembersihan dilingkungan kandang.
16. Persiapan Penerimaan DOC
• Gasolec dinyalakan 3 jam sebelum DOC datang,
• Temperatur litter dan lantai minimal 30 ⁰ C ideal 33 ⁰ C,
• Gasolec dalam kondisi menyala dengan baik,
• Feeder tray, gallon dan nipple sudah tersedia dengan
cukup,
• Gallon telah diisi larutan antibiotik (Quinabik) 500ml
(20 gr / 150 lt),
• Pemakaian kertas koran dibawah nipple dengan
pemberian pakan selama dua hari,
• Pasang temperatur tiap brooder + form record suhu.
18. Prosedur Penerimaan DOC
Pengecekan Surat
Jalan
Menurunkan DOC
Menimbang DOC 5 %
Memasukan DOC ke
dalam kandang
Vaksinasi IBH
DOC diberikan minum
yang mengandung
antibiotik (Quinabik)
19. Manajemen Brooder
Meliputi penempatan DOC berdasarkan jenis kelamin
dan untuk men-design suatu tempat pemeliharan
yang menyerupai induk dari anak ayam
Dihari pertama area brooder diisi 50 ekor/m2, dan
untuk hari selanjutnya terjadi pelebaran sekat (chick
guard), Sesuai dengan pertumbuhan bobot badan
ayam bersangkutan.
21. • Setiap kandang dilakukan pembagian brooder untuk jantan
dan betina, sehingga dalam pemeliharaan pada fase brooding
dan growing terpisah.
Pembagian Brooder dalam Kandang
22. Pemberian Ransum
• Program pemberian ransum dibuat berdasarkan standar
keperluan ayam yang telah ditentukan oleh perusahaan.
Jumlah keperluan ransum didasarkan pada tuntutan per ekor
ayam per hari (gr) dikenal dengan point feed.
• Ayam berumur 1-21 hari menggunakan feeder chick/feeder tray
• Apabila ayam tinggi badannya sudah mencukupi untuk makan pada
hanging feeder, maka feeder chick diganti dengan round feeder atau
hanging feeder.
Umur 1-7 hari
adalah 23
gram/ekor/hari
Umur 8-14 hari
Adalah 27
gram/ekor/hari
Umur 15-21 hari
adalah 30
gram/ekor/hari
Umur 21-28
hari adalah 33
gram/ekor/hari.
24. Pemberian Minum
• Pemberian air minum pada fase brooding diberikan
secara ad-libitum tetapi terkontrol dengan
menggunakan nipple dan round waterer / gallon.
• Umur 1-5 hari ayam diberikan air minum dengan
menggunakan round waterer / gallon putih selain
nipple system dan selanjutnya system pemberian air
minum hanya melalui nipple.
• Pemberian air minum melalui gallon putih adalah
untuk pemberian antibiotik dan nopstres selama 5 hari
26. • Pemotongan jari kaki bagian belakang pada ayam jantan
dilakukan di hatchery pada saat DOC.
• Pemotongan jari kaki belakang dimaksudkan agar kuku dan
jari kaki ternak tidak tumbuh karena kalau tumbuh dengan
baik sampai dewasa biasanya pada saat kawin akan melukai
punggung betinanya.
Pemotongan Jari Kaki Bagian Belakang
(Males Toe Clipped)
27. Pemotongan Paruh (debeaking)
Dilaksanakan pada umur 6
hari oleh karyawan kandang
yang berpengalaman.
Pisau yang tajam/masih baru
(1 Pisau untuk 1000 ekor)
Dengan sangat hati-hati dan
teliti (maksimum 1/3 yang
dipotong)
28. Grading
• Grading merupakan teknik untuk
meningkatkan keseragaman ayam baik dari
bobot badan maupun keseragamaan
kerangka tubuh.
• Grading yang biasa dilakukan untuk anak
ayam ialah :
Grading Visual, &
Grading Total.
29. • Setiap diadakan Vaksinasi juga sambil dilakukan seleksi anak
ayam
• Sewaktu Vaksin ND/IB juga dilakukan grading ayam
• Ayam kecil hasil seleksi dipisahkan dan disimpan di pen kecil.
• Grading total dilakukan umur 19 hari dan langsung
ditempatkan penuh satu kandang berdasarkan grade masing-
masing.
Beberapa hal yang dilakukan pada saat grading, yaitu:
32. • Jumlah ayam jantan sex ratio dengan betina dari total awal
penerimaan DOC sebanyak 15% jantan dapat dipresentasekan
sebagai berikut:
– Umur 7 -14 hari seleksi ; tinggal 14.5 % jantan
– Umur 20 minggu tinggal 13% jantan
– Umur 30 minggu tinggal 12-12.5% jantan
– Umur 60 minggu tinggal 9% jantan
Grading
Editor's Notes
Setiap brooder harus ada pen unyil dengan sekatan waring, setelah turun sekam pen macan permanen (BRC) harus langsung digunakan dengan menggunakan pengaman dari jaring vaksin, jangan menggunakan kawat loket.