SlideShare a Scribd company logo
PROSES PENETASAN
KELOMPOK 2
Teknologi Penetasan Th 2017/2018
Tri Doni Saputra - 1514141009
Dinda Maisyaroh - 1514141011
Aang Suhendra - 1514141040
Ede Sutisna - 1414141025
Lusia Komala Widiastuti - 1514141010
Viesta Septi Dyana - 1514141017
PENGOLAHAN TELUR TETAS
• Pada hatchery skala besar kondisi telur tetas harus diketahui sehingga
dapat tentukan proses inkubasi yang tebat.
Hal yang perlu diketahui
Jenis
telur
Sumber
telur
Status
kesehatan
flock
Usia induk di
kandang
Koleksi telur
tetas di
kandang
Lama
koleksi
Jumlah telur
tetas yang
dikirim
•Hal-hal tersebut perlu diketahui guna mengetahui
tindakan antisipasi sanitasi selama proses, mulai dari
terminal, setter, hatcher, dan pada DOC.
•Sanitasi telur tetas dilakukan pnyemprotan
desinfektan (H202) pada saatserah terima di terminal
dan diulang lebih merata pada saat seleksi per egg
tray, kemudian telur tetas difumigasi
Agar fumigasi terlaksana dengan efektif
• Konsentrasi formaldehyde dalam formalin 40%
• Suhu ruang fumigasi 27-29oC
• Kelembapan ruang 70-75%
• Volume ruang dan jumlah telur dan dosis fumigasi (PK 60g + formalin
+ 20cc untuk ruang 2.83cm)
• Waktu fumigasi 15-20 menit
• Sistem sirkulasi serta exhaust fan yang baik
Beberapa hal yang penting dalam pemilihan
telur tetas:
a) Bobot telur
b) Bentuk telur
c) Kualitas dan kebersihan kerabang
d) Rongga udara
e) Umur telur tetas
• Setelah seleksi fisik, telur tetas dimasukan ke dalam egg holding
(cooling room) untuk menunggu jadwal masuk ke dalam setter.
• Penyimpanan telur tetas sebaiknya dilakukan di ruang bersuhu
rendah (18.3oC), dan kelembapan 75-80%
• Waktu simpan telur tetas yang baik maksimal 7 hari, agar tidak
berdampak negative terhadap daya tetas dan menyebabkan
bertambahnya waktu yang diperlukan untuk menetas
Pengaturan suhu dan kelembapan di dalam
cooling room
Lama penyimpanan (hari) Suhu (oC) Kelembapan (%) Posisi bagian tumpul
telur
1 – 3 19 -- 21 75 – 77 Di atas
1 – 4 14 – 16 77 – 80 Di atas
8 -- 14 11 – 12 80 -- 82 Di bawah dan perlu
turning
hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan
setting telur tetas (hatching egg)
• Melakukan sanitasi
• Posisi telur tidak terbalik
• Telur kotor dan retak harus diafkir
• Pengkodean kandang, tanggal produksi, kode stting harus benar
• Telur tetas dikelompokan per mesin, berdasarkan strain, tipe bulu, usia induk,
kandang dan lama koleksinya
• Sebelum setting, turning dipastikan sudah dalam posisi netral
• Egg buggy dimasukkan satu per satu untuk di-setting
• Waktu setting mesin chick master multy stage fix rack 40m3nit
(15.552butir)
• Posisi egg tray dipastikan sudah tepat
• Setelah setting, egg buggy harus diserahkan ke ruang pencucian
untuk dicuci
• Selama bekerja diruangan setter pintu selalu dalam keadaan tertutup
PENGELOLAAN MESIN SETTER
Mesin tetas
Mesin setter
(inkubasi)
Mesin hatcher
(menetaskan)
1 – 18 hari
18/19 – 21
(menetas)
Faktor yang mempengaruhi penetasan
• SUHU
• Sangat mempengaruhi perkembangan embrio. Suhu rendah embrio
tumbuh lambat selama diinkubasi, dan sebaliknya. Pengaturan set
point harus selaras dengan kelembapan
• Pada mesin tetas tanpa kipas suhu ideal 39-40.5oC sedangkan mesin
yang dilengkapi dengan kipas 37-37.5oC
• KELEMBAPAN
• Kelembapan (RH) pada setter sangat digunakan untuk mengontrol
weight loss pada telur. Menurut Sudaryani dan Santosa (1999),
kelembapan di setter adalah 52-55%, sedangkan menurut Nuryati,
dkk. (2000), kelembapan ideal dalam penetasan telur ayam hari ke-1
hingga ke-18 adalah 55-60%.
• Untuk daerah tropis seperti Indonesia, umumnya digunakan set point
wt bulb 50-55% untuk mencapai wight loss ideal (12-14%)
• Faktor yang mempengaruhi weight loss : bobot haching egg (HE),
umur induk, lama koleksi HE dalam sooling room, set point wet bulb,
waktu transfer, kualitas kerabang telur.
• TURNING (PEMUTARAN TELUR)
• bertujuan agar embrio dapat memanfaatkan seluruh
albumen protein yang tersedia dan mencegah menempelnya
embrio pada sel membrane, khususnya pada minggu
pertama inkubasi.
• Idealnya turning dilakukan setiap jam sekali dengan sudut
kemiringan 45o dengan system automatic electric.
• SIRKULASI UDARA
• Kebutuhan oksigen didalam mesin tetas sekitar 21% dan
setiap penurunan 1% oksigen dapat menurunkan hingga 5%
daya tetas telur. Sirkulasi udara dalam setter diatur dengan
adanya ventilasi yang berfungsi untuk mempermudah
gerakan udara atau oksigen dalam mesin dan
mendistribusikan panas secara merata.
•Penanganan Telur busuk
Telur busuk  menurunkan daya tetas dan kualitas DOC
Langkah untuk memperkecil adanya telur busuk
a. Menghindari telur kotor masuk ke setter
b. Pada ruang tidak representaif telur tetas harus ditangani di bawah 2
jam
c. Melakukan spray HE dengan dosis yang benar
d. Larutan desinfektan dibuat untuk sekali pakai
e. Fumigasi HE dilakukan sesuai standar operasi (SOP)
f. Telur busuk segera dikeluarkan
•Prewarming
• Prewarminga yaitu perlakuan atau pengenalan atau adaptasi telur terhadap suhu
inkubasi.
• Manfaat prewarming
a. Telur menetas lebih cepat dalam udara hagat
b. Menghemat pemakaian energi listrik
c. Mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mnegmbalikkan setter ke suhu operasional
normal
d. Mampu menaikkan daya tetas
• Kerugian prewarming
a. Kemungkinan terjadinya kontaminasi
b. Tidak seragamnya waktu menetas
c. Meemerlukan tenaga kerja dan kemungkinan adanya telur retak dan pecah saat
pengerjaan
Pengontrolan setter
• Dilakukan setiap 3 jam sekali yang meliputi pemeriksaan:
a. Display panel dry bul dan wet bulb
b. Fungsi alarm
c. Pengaman termostat
d. Kerja turning
e. Posisi egg tray pada rak triplat
f. Sumbu kelmbaban
g. Kipas
h. Bukaan cooling valve
i. Nozzle dan kondisi nozzle
C. Transfer Telur
• Merupakan kegiatan memindahkan telur tetas dari mesin setter ke mesin
hatcher yang sekaligus melakukan pemisahan telur infertile dengan telur
fertil
• Waktu transfer
Dilakukan pada umur 18-19hari
Tujuan waktu transfer
a. Pencapaian weight loss yang tepat sesuai telur yang di setting
b. Tidak ada telur pipping atau menetas di setter
c. Pelaksanaan transfer tidak berbenturan dengan persiapan mesin hatcher
d. Kemudahan pengaturan kerja
• Hal-hal yang perlu diperhatikan saat transfer
a. Suhu ruang hatcher 25—280C
b. Meja candling berfungsi dengan baik dan dalam kondisi bersih dan
kering
c. Telur diambil dengan hati-hati dan kodenya sudah benar, dan
pengambilan telur dilakukan per egg buggy
d. Selama pengambilan telur di setter, pintu harus selalu tertutup
e. Hindari tiupanatau terpaan udara dingin langsung mengenai telur
f. Pada saat berlangsung candling dimeja perlu diperhatikan apakah
ada telur yang terbalik atau retak ikut tersetting
D. Pengelolaan mesin hatcher
Suhu
Suhu ruangan hatcher berkisar 25—270C. Suhu yang lebih rendah menjelang
akhir penetasan yang berguna untuk:
a. Mengurangi pemakaian oksigen dan mengurangi produk CO2
b. Menurunkan frekuensi bernafas
c. Menambah panjang tarikan napas sehingga meningkatkan daya tetas
Kelembaban
Kelembaban di mesin hatcher 55-60 %. Stelah beerapa telur mulai pipping
dan menetas kelembaban dinaikkan menjadi 60-75 %
• Ventilasi
Ventlasi yang tepat di dalam hatcher merupakan faktor yang penting
karena di mesin hatcher produksi panas dan CO2 oleh embrio sangat
tinggi. Direkomendasikan konsentrasi CO2 pada kisaran 0,1 – 0, 3 %
Fumigasi dan penguapan
Setelah transfer telur selesai fumigasi segera dilakukan dengan
kekuatan 1 kali dosis dengan tujuan memindahkan mikroba yang ada
pada telur, mesin, dan peralatan penunjang.
Penguapan formalin dilakukan pada saat telur mulai menetas 10%
yang ditujukan untuk pewarnaan bulu agar menjadi kuning cerah dan
meminimalkan mikroba.
• Perawatan hatcher
a. Mesin hatcher yang beroperasi diperika setiap jam yang meliputi kontrol
fungsi alarm, pencatatan suhu, sumbu dan kelembaban serta kontrol
kondisi DOC menjelang panen
b. Pemeriksaan dilakukan pada seluruh basket hatcher dan dipastikan tidak
ada yang bocor
c. Pada saat mesin kosong, tempat termostat diperiksa daam kondisi bersih
dan kering
d. Dinding dalam dan luar serta atap mesin hatcher harus selalu bersih dan
kering
e. Nampan penadah air dan kelembaban yang ada paada mesin hatcher
diperhatikan jangan sampai ada yang bocor
f. Tidak boleh terdapat fluff pada lubang exhaust mesin
g. Dinding harus selalu bersih, kering dan tidak boleh ada fluff
E. Pull chick
Yaitu kegiatan pada saat telur tetas berubah menjadi anak ayam (DOC).
Kriteria dan syarat dilakukan pull chick
a. Semua telur secara keseluruhan sudah menetas
b. DOS sebaiknya dipanen ketika masih 5% basah di sekitar bulan
leher
c. Pusar sudah menutup rapat dan kering
d. DOC bernafas normal dan tidak terengah-engah
e. Pegang dan rasakan kondisi perut DOC, apakah yolk terserap
dengan baik. Kondisi perut yang normal adalah tidak
kempes/lembut dan tidak keras, akan tetapi kenyal-kenyal.
• Waktu pull chick
• a. Masa inkubasi normal untuk telur broiler di daerah tropis 498-501 jam
sedangkan layer adalah 504-506 jam
• Kontrol secra berkala kondisi DOC, khususnya pada 4-6 jam menjelang
waktu normal
• Turning waktu pull chick yang tepat akan memengaruhi jumlah culled chick
dan kualitas DOC
• Terlambat mengangkat anak ayam mengakibatkan DOC yang menetas dini
menjadi kekurangan cairan
• Anak ayam yang baru menetas memerlukan waktu istirahat 12 jam.
Analisa culled chick
pada saat memindahkan anak ayam, pada hatcher terdapat beberapa telur
tidak menetas. Telur-telur itu dikumpulkan dan dihitung jumlahnya
Macam-macam telur yang tidak menetas:
a. Mati dalam shell;
b. Telur busu (tetapi tidak melerus);
c. Telur retak pada saat pelaksanaan transfer, karena handling yang kasar;
d. Telur infertile;
e. Telur pipping (mati atau hidup);
f. Telur late.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat seleksi dan grading DOC:
a. Box-box DOC diletakkan sedemikian rupa sesuai denagn mesin dan asal kandang;
b. Jarak antar tumpukan DOC dibuat agar sirkulasi udara lebih lancar;
c. Meja seleksi digunakan agar mudah mengamati dan mengambil DOC yang akan diseleksi;
d. Fan sirkulasi diletakkan di tengah atau antar baris-baris tumpukan box-box DOC agar sirkulasi
udara lebih lancar dan merata ke semua box;
e. Seleksi dan grading DOC dilakukan denagn hati-hati;
f. Seleksi dan grading dilakuakn berdasarkan kelompoknya secara untas, dan per mesin, per flock
dan per kandang;
g. Pemeriksaan secara berkala dilakukan terhadap hasil seleksi operator grading yang sudah
dipacking, meliputi : akurasi jumlah, kondisi fisik DOC dan limbah atau ikutan kerabang telur.
Tanda-tanda DOC yang berkualitas baik:
a. Pusarnya kering dan tertutup dengan baik;
b. Mempunyai sisik kaki yang berwarna kuning cerah dan tidak kering, sikapnya lincah,
responsif dan warna bulu tidak kusam;
c. Besarnya relatif seragam (37—45 g);
d. Tidak cacat fisik;
e. Mata cerah terang;
f. Nostril bersih dan tidak ada bulu-bulu kecil menempel;
g. Cepat beradaptasi dengan lingkungan.
Indikator lain yang digunakan untuk mengamati keadaan DOC:
a. Tingkat mortalitas/kematian terutama sampai dengan minggu pertama setelah
menetas;
b. Mempunyai ND, IB, IBD, dan AE;
c. Tidak mengandung bibit penyakit yang ditularkan secara vertikal, misalnya Salmonella
pullorum, dan mycoplasma.
Sampling DOC
Sampling bobot badan DOC dilakukan dan masing-masing mesin, flock
dan kandang khususnya pada setiap perubahan usia produksi.
a. Usia awal produksi (25—30 minggu);
b. Usia 31—35 minggu;
c. Usia di atas 35 minggu.
Pelaksanaan pengambilan sample bobot DOC secara rutin:
a. Timbang DOC per ekor untuk masing-masing flock sebanyak 100
ekor;
b. Timbang DOC per box @ 102 untuk masing-masing mesin 5 box.
Sexing
Sexing adalah memisahkan DOC jantan dan betina melalui feather (bulu)
untuk broiler. Sexing dapat dilakukan melalui warna bulu, dan pemeriksaan
vent pada kloaka.
Aplikasi sexing bentuk bulu:
Male (jantan):
a. Bulu pelindung/penutup selalu lebih panjang dan paad bulu primer;
b. Bulu primer dan bulu coverts sama panjang;
c. Bulu coverts sedikit lebih panjang dari bulu primer;
d. Bulu coverts jelas terlihat lebih panjang dari bulu primer female (betina);
e. Bulu coverts selalu lebih pendek dari bulu primer;
f. Bulu primer sedikit lebih panjang (1/2 –3/4) dan bulu coverts.
Debeaking
Debeaking adalah suatu upaya peniadaan atau pemotongan bagian ujung teruncing paruh anak
ayam yang bertujuan untu:
a. Menghindari kanibalisme;
b. Efisiensi penggunaaan ransum.
Distribusi DOC
Pendistribusian DOC per pelanggan harus ditentukan dengan mengambil dari satu kelompok saja
sehingga DOC yang diterima oleh pelanggan relatif seragam.
Pedoman pengelompokkan DOC per pelanggan:
a. Dari satu strain dan tipe pertumbuhan bulu yang sama;
b. Dari satu mesin;
c. Dari flock yang sama;
d. Dari usia in duk yang sama;
e. Diharapkan satu pelanggan satu grade;
f. Dari DOC yang dipanen bersamaan.
Status atau kondisi DOC yang perlu mendapat perlakuan tersebut:
a. DOC silver turuna perlu injeksi dengan antibiotik dan cairan injeksi
(0,4 ce/dosis);
b. Pengiriman DOC ke luar pulau perlu tam bahan feed additive;
c. Pengiriman DOC dengan jarak tempuh kendaraan 12 jam perlu
tambahan feed additive;
d. DOC silver dan HE produksi awal minggu pertama betelur perlu
dipertimbangkan untuk diinjeksi antibiotik;
e. DOC yang menginap pada saat pengiriman karena tidak laku dan
akan dikirim besoknya perlu tambahan feed additive.
Suhu, kelembaban dan ventilasi pada saat pengiriman.
Administrasi
Pengiriman DOC melalui udara
Beberapa hal yang penting diperhatikan:
a. Ukuran box tidak boleh kurang dari 46x61x18 cm, bila suhu lingkungan di atas 21 C ,maka hanya
dapat diangkut 85 ayam/box standar, tetapi bila suhu lingkungan di bawah 21 C dapat diangkut
100 ekor/box standar;
b. DOC harus berada di bnadar 3 jam sebelum jadwal keberangkatan;
c. Diusahakan tidak ada penerbangan transit;
d. Pada kapal penumpang, perlu dilakukan pemeriksaan fasilitas pengangkutan DOC yang dimiliki;
e. Pada kapal barang, perlu diperhatikan bahwa maksimumb pengangkutan adalah 100 box,
digunakan pallet saat memuat box DOC, dan dilakukan pemeruksaan pada barang lain yang
diangkut supaya tidak mengganggu DOC;
f. Diinformasikan pada pilot tentang adanya DOC dalam kapal tersebut;
g. Penempatan DOC sedemikian rupa sehingga DOC nyaman, ( tidak melebihi 8 tumpukan, tidak
ditutup dengan terpal, tidak terkena sinar matahari langsung, tidak, hindarkan box basah, dan
lembab, dan lain-lain)

More Related Content

What's hot

UJI KUALITAS TELUR
UJI KUALITAS TELURUJI KUALITAS TELUR
UJI KUALITAS TELUR
Muhammad Eko
 
Teknologi pengolahan pakan sapi
Teknologi pengolahan pakan sapiTeknologi pengolahan pakan sapi
Teknologi pengolahan pakan sapi
Ramaiyulis Ramai
 
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi
kutarni
 
RPH
RPHRPH
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur KomersialPemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
SIlfani Sabila
 
organ reproduksi jantan
organ reproduksi jantanorgan reproduksi jantan
organ reproduksi jantan
REVINA SRI UTAMI,S.Pd
 
Teknologi fermentasi kecap
Teknologi fermentasi kecapTeknologi fermentasi kecap
Teknologi fermentasi kecap
Nuruliswati
 
Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi Biogas
Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi BiogasTeknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi Biogas
Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi Biogas
Ramaiyulis Ramai
 
Susu
SusuSusu
Handling (penanganan) Domba kel. 7
Handling (penanganan) Domba kel. 7Handling (penanganan) Domba kel. 7
Handling (penanganan) Domba kel. 7
Jajat Rohmana
 
Bioreaktor
BioreaktorBioreaktor
Bioreaktor
indirahayu
 
PPT SAPI manajemen pemeliharaan.pptx
PPT SAPI manajemen pemeliharaan.pptxPPT SAPI manajemen pemeliharaan.pptx
PPT SAPI manajemen pemeliharaan.pptx
duniaimaji
 
Telur
Telur Telur
Analisis proksimat Bahan Pakan
Analisis proksimat Bahan PakanAnalisis proksimat Bahan Pakan
Analisis proksimat Bahan Pakan
Yusuf Ahmad
 
Analisis bahan pakan van soest
Analisis bahan pakan van soestAnalisis bahan pakan van soest
Analisis bahan pakan van soest
Yusuf Ahmad
 
Template undip presentation
Template undip presentationTemplate undip presentation
Template undip presentation
frendyakhmadtaufan
 
Persyaratan pembuatan dan tataletak Kandang
Persyaratan pembuatan dan tataletak KandangPersyaratan pembuatan dan tataletak Kandang
Persyaratan pembuatan dan tataletak Kandang
Thonce Thesia
 
04. Rancangan Acak Lengkap
04. Rancangan Acak Lengkap04. Rancangan Acak Lengkap
04. Rancangan Acak LengkapIr. Zakaria, M.M
 
Dasar Dasar Peternakan
Dasar Dasar PeternakanDasar Dasar Peternakan
Dasar Dasar Peternakan
lombkTBK
 
Powerpoint daging abang
Powerpoint daging abangPowerpoint daging abang
Powerpoint daging abang
sepha20
 

What's hot (20)

UJI KUALITAS TELUR
UJI KUALITAS TELURUJI KUALITAS TELUR
UJI KUALITAS TELUR
 
Teknologi pengolahan pakan sapi
Teknologi pengolahan pakan sapiTeknologi pengolahan pakan sapi
Teknologi pengolahan pakan sapi
 
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi
 
RPH
RPHRPH
RPH
 
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur KomersialPemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
 
organ reproduksi jantan
organ reproduksi jantanorgan reproduksi jantan
organ reproduksi jantan
 
Teknologi fermentasi kecap
Teknologi fermentasi kecapTeknologi fermentasi kecap
Teknologi fermentasi kecap
 
Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi Biogas
Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi BiogasTeknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi Biogas
Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi Biogas
 
Susu
SusuSusu
Susu
 
Handling (penanganan) Domba kel. 7
Handling (penanganan) Domba kel. 7Handling (penanganan) Domba kel. 7
Handling (penanganan) Domba kel. 7
 
Bioreaktor
BioreaktorBioreaktor
Bioreaktor
 
PPT SAPI manajemen pemeliharaan.pptx
PPT SAPI manajemen pemeliharaan.pptxPPT SAPI manajemen pemeliharaan.pptx
PPT SAPI manajemen pemeliharaan.pptx
 
Telur
Telur Telur
Telur
 
Analisis proksimat Bahan Pakan
Analisis proksimat Bahan PakanAnalisis proksimat Bahan Pakan
Analisis proksimat Bahan Pakan
 
Analisis bahan pakan van soest
Analisis bahan pakan van soestAnalisis bahan pakan van soest
Analisis bahan pakan van soest
 
Template undip presentation
Template undip presentationTemplate undip presentation
Template undip presentation
 
Persyaratan pembuatan dan tataletak Kandang
Persyaratan pembuatan dan tataletak KandangPersyaratan pembuatan dan tataletak Kandang
Persyaratan pembuatan dan tataletak Kandang
 
04. Rancangan Acak Lengkap
04. Rancangan Acak Lengkap04. Rancangan Acak Lengkap
04. Rancangan Acak Lengkap
 
Dasar Dasar Peternakan
Dasar Dasar PeternakanDasar Dasar Peternakan
Dasar Dasar Peternakan
 
Powerpoint daging abang
Powerpoint daging abangPowerpoint daging abang
Powerpoint daging abang
 

Similar to Proses Penetasan Telur Tetas

Kegiatan Penetasan Telur
Kegiatan Penetasan TelurKegiatan Penetasan Telur
Kegiatan Penetasan Telur
SIlfani Sabila
 
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
DediKusmana2
 
kajian penetasan telur walet
kajian penetasan telur waletkajian penetasan telur walet
kajian penetasan telur walet
Umifadilah Umifadilah
 
Biosecurity breeding
Biosecurity breedingBiosecurity breeding
Biosecurity breeding
Muhammad Eko
 
kuliah-9-penanganan-pasca-panen.ppt
kuliah-9-penanganan-pasca-panen.pptkuliah-9-penanganan-pasca-panen.ppt
kuliah-9-penanganan-pasca-panen.ppt
WahyuSholehudin
 
Presentasi lusi ( setting)
Presentasi lusi ( setting)Presentasi lusi ( setting)
Presentasi lusi ( setting)
DediKusmana2
 
Menternak-Ayam-Penelur. Satu perniagaanpdf
Menternak-Ayam-Penelur. Satu perniagaanpdfMenternak-Ayam-Penelur. Satu perniagaanpdf
Menternak-Ayam-Penelur. Satu perniagaanpdf
Ahmad Awang
 
10 hari pertama pemeliharaan broiler
10 hari pertama pemeliharaan broiler10 hari pertama pemeliharaan broiler
10 hari pertama pemeliharaan broilermuhammad zamroni
 
BAHAN TAYANG_SOSIALISASI_SNI PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA_BPSI TANAMAN SEREA...
BAHAN TAYANG_SOSIALISASI_SNI PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA_BPSI TANAMAN SEREA...BAHAN TAYANG_SOSIALISASI_SNI PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA_BPSI TANAMAN SEREA...
BAHAN TAYANG_SOSIALISASI_SNI PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA_BPSI TANAMAN SEREA...
ryanbrvpangkey88
 
Manajemen penetasan telur ayam kampung
Manajemen penetasan telur ayam kampungManajemen penetasan telur ayam kampung
Manajemen penetasan telur ayam kampung
AhmatRifai4
 
Juknis bibit induk
Juknis bibit indukJuknis bibit induk
Juknis bibit induk
BPA_ADMIN
 
Juknis bibit induk
Juknis bibit indukJuknis bibit induk
Juknis bibit indukBPA_ADMIN
 
Power point tugas mekatronika perancangan mesin pembuat tahu otomatis
Power point tugas mekatronika   perancangan mesin pembuat tahu otomatisPower point tugas mekatronika   perancangan mesin pembuat tahu otomatis
Power point tugas mekatronika perancangan mesin pembuat tahu otomatis
Bayuardika
 
Budidaya burung walet
Budidaya burung waletBudidaya burung walet
Budidaya burung walet
Warta Wirausaha
 
PRESENTASI ELVIA.pptx
PRESENTASI ELVIA.pptxPRESENTASI ELVIA.pptx
PRESENTASI ELVIA.pptx
zulfahendra4
 
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budi
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budiLaporan akhir praktikum penetasan 1 budi
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budi
fernandasyahputra1
 
MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK UNGGAS.pdf
MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK UNGGAS.pdfMANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK UNGGAS.pdf
MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK UNGGAS.pdf
YuziNosfris
 
Jusriadi_I011191015_Tugas resume Bioteknologi.pdf
Jusriadi_I011191015_Tugas resume Bioteknologi.pdfJusriadi_I011191015_Tugas resume Bioteknologi.pdf
Jusriadi_I011191015_Tugas resume Bioteknologi.pdf
Jusriadi6
 
Arindyah kusumartanti karindyah@yahoo
Arindyah kusumartanti karindyah@yahooArindyah kusumartanti karindyah@yahoo
Arindyah kusumartanti karindyah@yahoo
Susanti Susanti
 
HANA,PINTA,NURUL
HANA,PINTA,NURULHANA,PINTA,NURUL
HANA,PINTA,NURUL
Hana Lidiana
 

Similar to Proses Penetasan Telur Tetas (20)

Kegiatan Penetasan Telur
Kegiatan Penetasan TelurKegiatan Penetasan Telur
Kegiatan Penetasan Telur
 
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
 
kajian penetasan telur walet
kajian penetasan telur waletkajian penetasan telur walet
kajian penetasan telur walet
 
Biosecurity breeding
Biosecurity breedingBiosecurity breeding
Biosecurity breeding
 
kuliah-9-penanganan-pasca-panen.ppt
kuliah-9-penanganan-pasca-panen.pptkuliah-9-penanganan-pasca-panen.ppt
kuliah-9-penanganan-pasca-panen.ppt
 
Presentasi lusi ( setting)
Presentasi lusi ( setting)Presentasi lusi ( setting)
Presentasi lusi ( setting)
 
Menternak-Ayam-Penelur. Satu perniagaanpdf
Menternak-Ayam-Penelur. Satu perniagaanpdfMenternak-Ayam-Penelur. Satu perniagaanpdf
Menternak-Ayam-Penelur. Satu perniagaanpdf
 
10 hari pertama pemeliharaan broiler
10 hari pertama pemeliharaan broiler10 hari pertama pemeliharaan broiler
10 hari pertama pemeliharaan broiler
 
BAHAN TAYANG_SOSIALISASI_SNI PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA_BPSI TANAMAN SEREA...
BAHAN TAYANG_SOSIALISASI_SNI PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA_BPSI TANAMAN SEREA...BAHAN TAYANG_SOSIALISASI_SNI PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA_BPSI TANAMAN SEREA...
BAHAN TAYANG_SOSIALISASI_SNI PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA_BPSI TANAMAN SEREA...
 
Manajemen penetasan telur ayam kampung
Manajemen penetasan telur ayam kampungManajemen penetasan telur ayam kampung
Manajemen penetasan telur ayam kampung
 
Juknis bibit induk
Juknis bibit indukJuknis bibit induk
Juknis bibit induk
 
Juknis bibit induk
Juknis bibit indukJuknis bibit induk
Juknis bibit induk
 
Power point tugas mekatronika perancangan mesin pembuat tahu otomatis
Power point tugas mekatronika   perancangan mesin pembuat tahu otomatisPower point tugas mekatronika   perancangan mesin pembuat tahu otomatis
Power point tugas mekatronika perancangan mesin pembuat tahu otomatis
 
Budidaya burung walet
Budidaya burung waletBudidaya burung walet
Budidaya burung walet
 
PRESENTASI ELVIA.pptx
PRESENTASI ELVIA.pptxPRESENTASI ELVIA.pptx
PRESENTASI ELVIA.pptx
 
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budi
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budiLaporan akhir praktikum penetasan 1 budi
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budi
 
MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK UNGGAS.pdf
MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK UNGGAS.pdfMANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK UNGGAS.pdf
MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK UNGGAS.pdf
 
Jusriadi_I011191015_Tugas resume Bioteknologi.pdf
Jusriadi_I011191015_Tugas resume Bioteknologi.pdfJusriadi_I011191015_Tugas resume Bioteknologi.pdf
Jusriadi_I011191015_Tugas resume Bioteknologi.pdf
 
Arindyah kusumartanti karindyah@yahoo
Arindyah kusumartanti karindyah@yahooArindyah kusumartanti karindyah@yahoo
Arindyah kusumartanti karindyah@yahoo
 
HANA,PINTA,NURUL
HANA,PINTA,NURULHANA,PINTA,NURUL
HANA,PINTA,NURUL
 

More from Lusia Komala Widiastuti

Pengertian dan Konsep Dasar Sejarah Etika Profesi
Pengertian dan Konsep Dasar Sejarah Etika ProfesiPengertian dan Konsep Dasar Sejarah Etika Profesi
Pengertian dan Konsep Dasar Sejarah Etika Profesi
Lusia Komala Widiastuti
 
Teori Peluang Genetika - Materi Genetika Ternak
Teori Peluang Genetika - Materi Genetika TernakTeori Peluang Genetika - Materi Genetika Ternak
Teori Peluang Genetika - Materi Genetika Ternak
Lusia Komala Widiastuti
 
Alel dan Gen Ganda - Materi Genetika Ternak
Alel dan Gen Ganda - Materi Genetika TernakAlel dan Gen Ganda - Materi Genetika Ternak
Alel dan Gen Ganda - Materi Genetika Ternak
Lusia Komala Widiastuti
 
Penyusunan Karya Ilmiah - Usulan Penelitian (Bagian Metode Penelitian) - Mate...
Penyusunan Karya Ilmiah - Usulan Penelitian (Bagian Metode Penelitian) - Mate...Penyusunan Karya Ilmiah - Usulan Penelitian (Bagian Metode Penelitian) - Mate...
Penyusunan Karya Ilmiah - Usulan Penelitian (Bagian Metode Penelitian) - Mate...
Lusia Komala Widiastuti
 
Seleksi pada Ruminansia Besar - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
Seleksi pada Ruminansia Besar - Materi Pemuliaan Ternak DasarSeleksi pada Ruminansia Besar - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
Seleksi pada Ruminansia Besar - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
Lusia Komala Widiastuti
 
Korelasi Genetik, Nilai Pemuliaan, dan MPPA - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
Korelasi Genetik, Nilai Pemuliaan, dan MPPA - Materi Pemuliaan Ternak DasarKorelasi Genetik, Nilai Pemuliaan, dan MPPA - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
Korelasi Genetik, Nilai Pemuliaan, dan MPPA - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
Lusia Komala Widiastuti
 
Ripitabilitas - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
Ripitabilitas - Materi Pemuliaan Ternak DasarRipitabilitas - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
Ripitabilitas - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
Lusia Komala Widiastuti
 
Heritabilitas - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
Heritabilitas - Materi Pemuliaan Ternak DasarHeritabilitas - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
Heritabilitas - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
Lusia Komala Widiastuti
 
Parameter Genetik - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
Parameter Genetik - Materi Pemuliaan Ternak DasarParameter Genetik - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
Parameter Genetik - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
Lusia Komala Widiastuti
 
Penyusunan Karya Ilmiah - Usulan Penelitian (Bagian Tinjauan Pustaka) - Mater...
Penyusunan Karya Ilmiah - Usulan Penelitian (Bagian Tinjauan Pustaka) - Mater...Penyusunan Karya Ilmiah - Usulan Penelitian (Bagian Tinjauan Pustaka) - Mater...
Penyusunan Karya Ilmiah - Usulan Penelitian (Bagian Tinjauan Pustaka) - Mater...
Lusia Komala Widiastuti
 
Penyusunan Karya Ilmiah - Usulan Penelitian (Bagian Pendahuluan) - Materi Met...
Penyusunan Karya Ilmiah - Usulan Penelitian (Bagian Pendahuluan) - Materi Met...Penyusunan Karya Ilmiah - Usulan Penelitian (Bagian Pendahuluan) - Materi Met...
Penyusunan Karya Ilmiah - Usulan Penelitian (Bagian Pendahuluan) - Materi Met...
Lusia Komala Widiastuti
 
Penulisan Pustaka serta Aturan Sitasi dalam Penulisan Karya Ilmiah - Materi M...
Penulisan Pustaka serta Aturan Sitasi dalam Penulisan Karya Ilmiah - Materi M...Penulisan Pustaka serta Aturan Sitasi dalam Penulisan Karya Ilmiah - Materi M...
Penulisan Pustaka serta Aturan Sitasi dalam Penulisan Karya Ilmiah - Materi M...
Lusia Komala Widiastuti
 
Format Penulisan Karya Ilmiah di Fakultas Peternakan Universitas Tulang Bawang
Format Penulisan Karya Ilmiah di Fakultas Peternakan Universitas Tulang BawangFormat Penulisan Karya Ilmiah di Fakultas Peternakan Universitas Tulang Bawang
Format Penulisan Karya Ilmiah di Fakultas Peternakan Universitas Tulang Bawang
Lusia Komala Widiastuti
 
Dasar-dasar Penelitian - Materi Metode Penelitian
Dasar-dasar Penelitian - Materi Metode PenelitianDasar-dasar Penelitian - Materi Metode Penelitian
Dasar-dasar Penelitian - Materi Metode Penelitian
Lusia Komala Widiastuti
 
Materi Genetik Kromosom, Gen, DNA, dan RNA - Materi Genetika Ternak
Materi Genetik Kromosom, Gen, DNA, dan RNA - Materi Genetika TernakMateri Genetik Kromosom, Gen, DNA, dan RNA - Materi Genetika Ternak
Materi Genetik Kromosom, Gen, DNA, dan RNA - Materi Genetika Ternak
Lusia Komala Widiastuti
 
Pengertian Genotip, Fenotip, dan Parameter Genetik Ternak - Materi Genetika T...
Pengertian Genotip, Fenotip, dan Parameter Genetik Ternak - Materi Genetika T...Pengertian Genotip, Fenotip, dan Parameter Genetik Ternak - Materi Genetika T...
Pengertian Genotip, Fenotip, dan Parameter Genetik Ternak - Materi Genetika T...
Lusia Komala Widiastuti
 
Domestikasi dan Terbentuknya Bangsa-Bangsa Ternak - Materi Genetika Ternak
Domestikasi dan Terbentuknya Bangsa-Bangsa Ternak - Materi Genetika TernakDomestikasi dan Terbentuknya Bangsa-Bangsa Ternak - Materi Genetika Ternak
Domestikasi dan Terbentuknya Bangsa-Bangsa Ternak - Materi Genetika Ternak
Lusia Komala Widiastuti
 
Pengertian Genetika Ternak - Materi Genetika Ternak
Pengertian Genetika Ternak - Materi Genetika TernakPengertian Genetika Ternak - Materi Genetika Ternak
Pengertian Genetika Ternak - Materi Genetika Ternak
Lusia Komala Widiastuti
 
Warga Komunitas
Warga KomunitasWarga Komunitas
Warga Komunitas
Lusia Komala Widiastuti
 
Komunikasi Sosial dalam Pengembangan Masyarakat
Komunikasi Sosial dalam Pengembangan MasyarakatKomunikasi Sosial dalam Pengembangan Masyarakat
Komunikasi Sosial dalam Pengembangan Masyarakat
Lusia Komala Widiastuti
 

More from Lusia Komala Widiastuti (20)

Pengertian dan Konsep Dasar Sejarah Etika Profesi
Pengertian dan Konsep Dasar Sejarah Etika ProfesiPengertian dan Konsep Dasar Sejarah Etika Profesi
Pengertian dan Konsep Dasar Sejarah Etika Profesi
 
Teori Peluang Genetika - Materi Genetika Ternak
Teori Peluang Genetika - Materi Genetika TernakTeori Peluang Genetika - Materi Genetika Ternak
Teori Peluang Genetika - Materi Genetika Ternak
 
Alel dan Gen Ganda - Materi Genetika Ternak
Alel dan Gen Ganda - Materi Genetika TernakAlel dan Gen Ganda - Materi Genetika Ternak
Alel dan Gen Ganda - Materi Genetika Ternak
 
Penyusunan Karya Ilmiah - Usulan Penelitian (Bagian Metode Penelitian) - Mate...
Penyusunan Karya Ilmiah - Usulan Penelitian (Bagian Metode Penelitian) - Mate...Penyusunan Karya Ilmiah - Usulan Penelitian (Bagian Metode Penelitian) - Mate...
Penyusunan Karya Ilmiah - Usulan Penelitian (Bagian Metode Penelitian) - Mate...
 
Seleksi pada Ruminansia Besar - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
Seleksi pada Ruminansia Besar - Materi Pemuliaan Ternak DasarSeleksi pada Ruminansia Besar - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
Seleksi pada Ruminansia Besar - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
 
Korelasi Genetik, Nilai Pemuliaan, dan MPPA - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
Korelasi Genetik, Nilai Pemuliaan, dan MPPA - Materi Pemuliaan Ternak DasarKorelasi Genetik, Nilai Pemuliaan, dan MPPA - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
Korelasi Genetik, Nilai Pemuliaan, dan MPPA - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
 
Ripitabilitas - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
Ripitabilitas - Materi Pemuliaan Ternak DasarRipitabilitas - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
Ripitabilitas - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
 
Heritabilitas - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
Heritabilitas - Materi Pemuliaan Ternak DasarHeritabilitas - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
Heritabilitas - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
 
Parameter Genetik - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
Parameter Genetik - Materi Pemuliaan Ternak DasarParameter Genetik - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
Parameter Genetik - Materi Pemuliaan Ternak Dasar
 
Penyusunan Karya Ilmiah - Usulan Penelitian (Bagian Tinjauan Pustaka) - Mater...
Penyusunan Karya Ilmiah - Usulan Penelitian (Bagian Tinjauan Pustaka) - Mater...Penyusunan Karya Ilmiah - Usulan Penelitian (Bagian Tinjauan Pustaka) - Mater...
Penyusunan Karya Ilmiah - Usulan Penelitian (Bagian Tinjauan Pustaka) - Mater...
 
Penyusunan Karya Ilmiah - Usulan Penelitian (Bagian Pendahuluan) - Materi Met...
Penyusunan Karya Ilmiah - Usulan Penelitian (Bagian Pendahuluan) - Materi Met...Penyusunan Karya Ilmiah - Usulan Penelitian (Bagian Pendahuluan) - Materi Met...
Penyusunan Karya Ilmiah - Usulan Penelitian (Bagian Pendahuluan) - Materi Met...
 
Penulisan Pustaka serta Aturan Sitasi dalam Penulisan Karya Ilmiah - Materi M...
Penulisan Pustaka serta Aturan Sitasi dalam Penulisan Karya Ilmiah - Materi M...Penulisan Pustaka serta Aturan Sitasi dalam Penulisan Karya Ilmiah - Materi M...
Penulisan Pustaka serta Aturan Sitasi dalam Penulisan Karya Ilmiah - Materi M...
 
Format Penulisan Karya Ilmiah di Fakultas Peternakan Universitas Tulang Bawang
Format Penulisan Karya Ilmiah di Fakultas Peternakan Universitas Tulang BawangFormat Penulisan Karya Ilmiah di Fakultas Peternakan Universitas Tulang Bawang
Format Penulisan Karya Ilmiah di Fakultas Peternakan Universitas Tulang Bawang
 
Dasar-dasar Penelitian - Materi Metode Penelitian
Dasar-dasar Penelitian - Materi Metode PenelitianDasar-dasar Penelitian - Materi Metode Penelitian
Dasar-dasar Penelitian - Materi Metode Penelitian
 
Materi Genetik Kromosom, Gen, DNA, dan RNA - Materi Genetika Ternak
Materi Genetik Kromosom, Gen, DNA, dan RNA - Materi Genetika TernakMateri Genetik Kromosom, Gen, DNA, dan RNA - Materi Genetika Ternak
Materi Genetik Kromosom, Gen, DNA, dan RNA - Materi Genetika Ternak
 
Pengertian Genotip, Fenotip, dan Parameter Genetik Ternak - Materi Genetika T...
Pengertian Genotip, Fenotip, dan Parameter Genetik Ternak - Materi Genetika T...Pengertian Genotip, Fenotip, dan Parameter Genetik Ternak - Materi Genetika T...
Pengertian Genotip, Fenotip, dan Parameter Genetik Ternak - Materi Genetika T...
 
Domestikasi dan Terbentuknya Bangsa-Bangsa Ternak - Materi Genetika Ternak
Domestikasi dan Terbentuknya Bangsa-Bangsa Ternak - Materi Genetika TernakDomestikasi dan Terbentuknya Bangsa-Bangsa Ternak - Materi Genetika Ternak
Domestikasi dan Terbentuknya Bangsa-Bangsa Ternak - Materi Genetika Ternak
 
Pengertian Genetika Ternak - Materi Genetika Ternak
Pengertian Genetika Ternak - Materi Genetika TernakPengertian Genetika Ternak - Materi Genetika Ternak
Pengertian Genetika Ternak - Materi Genetika Ternak
 
Warga Komunitas
Warga KomunitasWarga Komunitas
Warga Komunitas
 
Komunikasi Sosial dalam Pengembangan Masyarakat
Komunikasi Sosial dalam Pengembangan MasyarakatKomunikasi Sosial dalam Pengembangan Masyarakat
Komunikasi Sosial dalam Pengembangan Masyarakat
 

Recently uploaded

Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Sosdiklihparmassdm
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
mukminbdk
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
GusniartiGusniarti5
 
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptxPOWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
cikgumeran1
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
fadlurrahman260903
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
NirmalaJane
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
MashudiMashudi12
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
AsyeraPerangin1
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
NiaTazmia2
 

Recently uploaded (20)

Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
 
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptxPOWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
 

Proses Penetasan Telur Tetas

  • 2. KELOMPOK 2 Teknologi Penetasan Th 2017/2018 Tri Doni Saputra - 1514141009 Dinda Maisyaroh - 1514141011 Aang Suhendra - 1514141040 Ede Sutisna - 1414141025 Lusia Komala Widiastuti - 1514141010 Viesta Septi Dyana - 1514141017
  • 3. PENGOLAHAN TELUR TETAS • Pada hatchery skala besar kondisi telur tetas harus diketahui sehingga dapat tentukan proses inkubasi yang tebat. Hal yang perlu diketahui Jenis telur Sumber telur Status kesehatan flock Usia induk di kandang Koleksi telur tetas di kandang Lama koleksi Jumlah telur tetas yang dikirim
  • 4. •Hal-hal tersebut perlu diketahui guna mengetahui tindakan antisipasi sanitasi selama proses, mulai dari terminal, setter, hatcher, dan pada DOC. •Sanitasi telur tetas dilakukan pnyemprotan desinfektan (H202) pada saatserah terima di terminal dan diulang lebih merata pada saat seleksi per egg tray, kemudian telur tetas difumigasi
  • 5. Agar fumigasi terlaksana dengan efektif • Konsentrasi formaldehyde dalam formalin 40% • Suhu ruang fumigasi 27-29oC • Kelembapan ruang 70-75% • Volume ruang dan jumlah telur dan dosis fumigasi (PK 60g + formalin + 20cc untuk ruang 2.83cm) • Waktu fumigasi 15-20 menit • Sistem sirkulasi serta exhaust fan yang baik
  • 6. Beberapa hal yang penting dalam pemilihan telur tetas: a) Bobot telur b) Bentuk telur c) Kualitas dan kebersihan kerabang d) Rongga udara e) Umur telur tetas
  • 7. • Setelah seleksi fisik, telur tetas dimasukan ke dalam egg holding (cooling room) untuk menunggu jadwal masuk ke dalam setter. • Penyimpanan telur tetas sebaiknya dilakukan di ruang bersuhu rendah (18.3oC), dan kelembapan 75-80% • Waktu simpan telur tetas yang baik maksimal 7 hari, agar tidak berdampak negative terhadap daya tetas dan menyebabkan bertambahnya waktu yang diperlukan untuk menetas
  • 8. Pengaturan suhu dan kelembapan di dalam cooling room Lama penyimpanan (hari) Suhu (oC) Kelembapan (%) Posisi bagian tumpul telur 1 – 3 19 -- 21 75 – 77 Di atas 1 – 4 14 – 16 77 – 80 Di atas 8 -- 14 11 – 12 80 -- 82 Di bawah dan perlu turning
  • 9. hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan setting telur tetas (hatching egg) • Melakukan sanitasi • Posisi telur tidak terbalik • Telur kotor dan retak harus diafkir • Pengkodean kandang, tanggal produksi, kode stting harus benar • Telur tetas dikelompokan per mesin, berdasarkan strain, tipe bulu, usia induk, kandang dan lama koleksinya
  • 10. • Sebelum setting, turning dipastikan sudah dalam posisi netral • Egg buggy dimasukkan satu per satu untuk di-setting • Waktu setting mesin chick master multy stage fix rack 40m3nit (15.552butir) • Posisi egg tray dipastikan sudah tepat • Setelah setting, egg buggy harus diserahkan ke ruang pencucian untuk dicuci • Selama bekerja diruangan setter pintu selalu dalam keadaan tertutup
  • 11. PENGELOLAAN MESIN SETTER Mesin tetas Mesin setter (inkubasi) Mesin hatcher (menetaskan) 1 – 18 hari 18/19 – 21 (menetas)
  • 12. Faktor yang mempengaruhi penetasan • SUHU • Sangat mempengaruhi perkembangan embrio. Suhu rendah embrio tumbuh lambat selama diinkubasi, dan sebaliknya. Pengaturan set point harus selaras dengan kelembapan • Pada mesin tetas tanpa kipas suhu ideal 39-40.5oC sedangkan mesin yang dilengkapi dengan kipas 37-37.5oC
  • 13. • KELEMBAPAN • Kelembapan (RH) pada setter sangat digunakan untuk mengontrol weight loss pada telur. Menurut Sudaryani dan Santosa (1999), kelembapan di setter adalah 52-55%, sedangkan menurut Nuryati, dkk. (2000), kelembapan ideal dalam penetasan telur ayam hari ke-1 hingga ke-18 adalah 55-60%. • Untuk daerah tropis seperti Indonesia, umumnya digunakan set point wt bulb 50-55% untuk mencapai wight loss ideal (12-14%) • Faktor yang mempengaruhi weight loss : bobot haching egg (HE), umur induk, lama koleksi HE dalam sooling room, set point wet bulb, waktu transfer, kualitas kerabang telur.
  • 14. • TURNING (PEMUTARAN TELUR) • bertujuan agar embrio dapat memanfaatkan seluruh albumen protein yang tersedia dan mencegah menempelnya embrio pada sel membrane, khususnya pada minggu pertama inkubasi. • Idealnya turning dilakukan setiap jam sekali dengan sudut kemiringan 45o dengan system automatic electric.
  • 15. • SIRKULASI UDARA • Kebutuhan oksigen didalam mesin tetas sekitar 21% dan setiap penurunan 1% oksigen dapat menurunkan hingga 5% daya tetas telur. Sirkulasi udara dalam setter diatur dengan adanya ventilasi yang berfungsi untuk mempermudah gerakan udara atau oksigen dalam mesin dan mendistribusikan panas secara merata.
  • 16. •Penanganan Telur busuk Telur busuk  menurunkan daya tetas dan kualitas DOC Langkah untuk memperkecil adanya telur busuk a. Menghindari telur kotor masuk ke setter b. Pada ruang tidak representaif telur tetas harus ditangani di bawah 2 jam c. Melakukan spray HE dengan dosis yang benar d. Larutan desinfektan dibuat untuk sekali pakai e. Fumigasi HE dilakukan sesuai standar operasi (SOP) f. Telur busuk segera dikeluarkan
  • 17. •Prewarming • Prewarminga yaitu perlakuan atau pengenalan atau adaptasi telur terhadap suhu inkubasi. • Manfaat prewarming a. Telur menetas lebih cepat dalam udara hagat b. Menghemat pemakaian energi listrik c. Mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mnegmbalikkan setter ke suhu operasional normal d. Mampu menaikkan daya tetas • Kerugian prewarming a. Kemungkinan terjadinya kontaminasi b. Tidak seragamnya waktu menetas c. Meemerlukan tenaga kerja dan kemungkinan adanya telur retak dan pecah saat pengerjaan
  • 18. Pengontrolan setter • Dilakukan setiap 3 jam sekali yang meliputi pemeriksaan: a. Display panel dry bul dan wet bulb b. Fungsi alarm c. Pengaman termostat d. Kerja turning e. Posisi egg tray pada rak triplat f. Sumbu kelmbaban g. Kipas h. Bukaan cooling valve i. Nozzle dan kondisi nozzle
  • 19. C. Transfer Telur • Merupakan kegiatan memindahkan telur tetas dari mesin setter ke mesin hatcher yang sekaligus melakukan pemisahan telur infertile dengan telur fertil • Waktu transfer Dilakukan pada umur 18-19hari Tujuan waktu transfer a. Pencapaian weight loss yang tepat sesuai telur yang di setting b. Tidak ada telur pipping atau menetas di setter c. Pelaksanaan transfer tidak berbenturan dengan persiapan mesin hatcher d. Kemudahan pengaturan kerja
  • 20. • Hal-hal yang perlu diperhatikan saat transfer a. Suhu ruang hatcher 25—280C b. Meja candling berfungsi dengan baik dan dalam kondisi bersih dan kering c. Telur diambil dengan hati-hati dan kodenya sudah benar, dan pengambilan telur dilakukan per egg buggy d. Selama pengambilan telur di setter, pintu harus selalu tertutup e. Hindari tiupanatau terpaan udara dingin langsung mengenai telur f. Pada saat berlangsung candling dimeja perlu diperhatikan apakah ada telur yang terbalik atau retak ikut tersetting
  • 21. D. Pengelolaan mesin hatcher Suhu Suhu ruangan hatcher berkisar 25—270C. Suhu yang lebih rendah menjelang akhir penetasan yang berguna untuk: a. Mengurangi pemakaian oksigen dan mengurangi produk CO2 b. Menurunkan frekuensi bernafas c. Menambah panjang tarikan napas sehingga meningkatkan daya tetas Kelembaban Kelembaban di mesin hatcher 55-60 %. Stelah beerapa telur mulai pipping dan menetas kelembaban dinaikkan menjadi 60-75 %
  • 22. • Ventilasi Ventlasi yang tepat di dalam hatcher merupakan faktor yang penting karena di mesin hatcher produksi panas dan CO2 oleh embrio sangat tinggi. Direkomendasikan konsentrasi CO2 pada kisaran 0,1 – 0, 3 % Fumigasi dan penguapan Setelah transfer telur selesai fumigasi segera dilakukan dengan kekuatan 1 kali dosis dengan tujuan memindahkan mikroba yang ada pada telur, mesin, dan peralatan penunjang. Penguapan formalin dilakukan pada saat telur mulai menetas 10% yang ditujukan untuk pewarnaan bulu agar menjadi kuning cerah dan meminimalkan mikroba.
  • 23. • Perawatan hatcher a. Mesin hatcher yang beroperasi diperika setiap jam yang meliputi kontrol fungsi alarm, pencatatan suhu, sumbu dan kelembaban serta kontrol kondisi DOC menjelang panen b. Pemeriksaan dilakukan pada seluruh basket hatcher dan dipastikan tidak ada yang bocor c. Pada saat mesin kosong, tempat termostat diperiksa daam kondisi bersih dan kering d. Dinding dalam dan luar serta atap mesin hatcher harus selalu bersih dan kering e. Nampan penadah air dan kelembaban yang ada paada mesin hatcher diperhatikan jangan sampai ada yang bocor f. Tidak boleh terdapat fluff pada lubang exhaust mesin g. Dinding harus selalu bersih, kering dan tidak boleh ada fluff
  • 24. E. Pull chick Yaitu kegiatan pada saat telur tetas berubah menjadi anak ayam (DOC). Kriteria dan syarat dilakukan pull chick a. Semua telur secara keseluruhan sudah menetas b. DOS sebaiknya dipanen ketika masih 5% basah di sekitar bulan leher c. Pusar sudah menutup rapat dan kering d. DOC bernafas normal dan tidak terengah-engah e. Pegang dan rasakan kondisi perut DOC, apakah yolk terserap dengan baik. Kondisi perut yang normal adalah tidak kempes/lembut dan tidak keras, akan tetapi kenyal-kenyal.
  • 25. • Waktu pull chick • a. Masa inkubasi normal untuk telur broiler di daerah tropis 498-501 jam sedangkan layer adalah 504-506 jam • Kontrol secra berkala kondisi DOC, khususnya pada 4-6 jam menjelang waktu normal • Turning waktu pull chick yang tepat akan memengaruhi jumlah culled chick dan kualitas DOC • Terlambat mengangkat anak ayam mengakibatkan DOC yang menetas dini menjadi kekurangan cairan • Anak ayam yang baru menetas memerlukan waktu istirahat 12 jam. Analisa culled chick pada saat memindahkan anak ayam, pada hatcher terdapat beberapa telur tidak menetas. Telur-telur itu dikumpulkan dan dihitung jumlahnya
  • 26. Macam-macam telur yang tidak menetas: a. Mati dalam shell; b. Telur busu (tetapi tidak melerus); c. Telur retak pada saat pelaksanaan transfer, karena handling yang kasar; d. Telur infertile; e. Telur pipping (mati atau hidup); f. Telur late. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat seleksi dan grading DOC: a. Box-box DOC diletakkan sedemikian rupa sesuai denagn mesin dan asal kandang; b. Jarak antar tumpukan DOC dibuat agar sirkulasi udara lebih lancar; c. Meja seleksi digunakan agar mudah mengamati dan mengambil DOC yang akan diseleksi; d. Fan sirkulasi diletakkan di tengah atau antar baris-baris tumpukan box-box DOC agar sirkulasi udara lebih lancar dan merata ke semua box; e. Seleksi dan grading DOC dilakukan denagn hati-hati; f. Seleksi dan grading dilakuakn berdasarkan kelompoknya secara untas, dan per mesin, per flock dan per kandang; g. Pemeriksaan secara berkala dilakukan terhadap hasil seleksi operator grading yang sudah dipacking, meliputi : akurasi jumlah, kondisi fisik DOC dan limbah atau ikutan kerabang telur.
  • 27. Tanda-tanda DOC yang berkualitas baik: a. Pusarnya kering dan tertutup dengan baik; b. Mempunyai sisik kaki yang berwarna kuning cerah dan tidak kering, sikapnya lincah, responsif dan warna bulu tidak kusam; c. Besarnya relatif seragam (37—45 g); d. Tidak cacat fisik; e. Mata cerah terang; f. Nostril bersih dan tidak ada bulu-bulu kecil menempel; g. Cepat beradaptasi dengan lingkungan. Indikator lain yang digunakan untuk mengamati keadaan DOC: a. Tingkat mortalitas/kematian terutama sampai dengan minggu pertama setelah menetas; b. Mempunyai ND, IB, IBD, dan AE; c. Tidak mengandung bibit penyakit yang ditularkan secara vertikal, misalnya Salmonella pullorum, dan mycoplasma.
  • 28. Sampling DOC Sampling bobot badan DOC dilakukan dan masing-masing mesin, flock dan kandang khususnya pada setiap perubahan usia produksi. a. Usia awal produksi (25—30 minggu); b. Usia 31—35 minggu; c. Usia di atas 35 minggu. Pelaksanaan pengambilan sample bobot DOC secara rutin: a. Timbang DOC per ekor untuk masing-masing flock sebanyak 100 ekor; b. Timbang DOC per box @ 102 untuk masing-masing mesin 5 box.
  • 29. Sexing Sexing adalah memisahkan DOC jantan dan betina melalui feather (bulu) untuk broiler. Sexing dapat dilakukan melalui warna bulu, dan pemeriksaan vent pada kloaka. Aplikasi sexing bentuk bulu: Male (jantan): a. Bulu pelindung/penutup selalu lebih panjang dan paad bulu primer; b. Bulu primer dan bulu coverts sama panjang; c. Bulu coverts sedikit lebih panjang dari bulu primer; d. Bulu coverts jelas terlihat lebih panjang dari bulu primer female (betina); e. Bulu coverts selalu lebih pendek dari bulu primer; f. Bulu primer sedikit lebih panjang (1/2 –3/4) dan bulu coverts.
  • 30. Debeaking Debeaking adalah suatu upaya peniadaan atau pemotongan bagian ujung teruncing paruh anak ayam yang bertujuan untu: a. Menghindari kanibalisme; b. Efisiensi penggunaaan ransum. Distribusi DOC Pendistribusian DOC per pelanggan harus ditentukan dengan mengambil dari satu kelompok saja sehingga DOC yang diterima oleh pelanggan relatif seragam. Pedoman pengelompokkan DOC per pelanggan: a. Dari satu strain dan tipe pertumbuhan bulu yang sama; b. Dari satu mesin; c. Dari flock yang sama; d. Dari usia in duk yang sama; e. Diharapkan satu pelanggan satu grade; f. Dari DOC yang dipanen bersamaan.
  • 31. Status atau kondisi DOC yang perlu mendapat perlakuan tersebut: a. DOC silver turuna perlu injeksi dengan antibiotik dan cairan injeksi (0,4 ce/dosis); b. Pengiriman DOC ke luar pulau perlu tam bahan feed additive; c. Pengiriman DOC dengan jarak tempuh kendaraan 12 jam perlu tambahan feed additive; d. DOC silver dan HE produksi awal minggu pertama betelur perlu dipertimbangkan untuk diinjeksi antibiotik; e. DOC yang menginap pada saat pengiriman karena tidak laku dan akan dikirim besoknya perlu tambahan feed additive.
  • 32. Suhu, kelembaban dan ventilasi pada saat pengiriman. Administrasi Pengiriman DOC melalui udara Beberapa hal yang penting diperhatikan: a. Ukuran box tidak boleh kurang dari 46x61x18 cm, bila suhu lingkungan di atas 21 C ,maka hanya dapat diangkut 85 ayam/box standar, tetapi bila suhu lingkungan di bawah 21 C dapat diangkut 100 ekor/box standar; b. DOC harus berada di bnadar 3 jam sebelum jadwal keberangkatan; c. Diusahakan tidak ada penerbangan transit; d. Pada kapal penumpang, perlu dilakukan pemeriksaan fasilitas pengangkutan DOC yang dimiliki; e. Pada kapal barang, perlu diperhatikan bahwa maksimumb pengangkutan adalah 100 box, digunakan pallet saat memuat box DOC, dan dilakukan pemeruksaan pada barang lain yang diangkut supaya tidak mengganggu DOC; f. Diinformasikan pada pilot tentang adanya DOC dalam kapal tersebut; g. Penempatan DOC sedemikian rupa sehingga DOC nyaman, ( tidak melebihi 8 tumpukan, tidak ditutup dengan terpal, tidak terkena sinar matahari langsung, tidak, hindarkan box basah, dan lembab, dan lain-lain)