Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang wabah African swine fever di China dan Vietnam. Wabah penyakit ini menyebabkan kerugian besar bagi industri babi di kedua negara akibat kematian massal babi dan gangguan produksi. Virus penyakit ini sangat resisten dan sulit dikendalikan, sehingga diperlukan upaya biosekuriti yang ketat.
Kajian singkat Lumpy Skin Disease - Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019Tata Naipospos
Lumpy skin disease (LSD) adalah penyakit viral pada sapi yang disebabkan oleh virus pox dan menyebabkan demam, nodul pada kulit, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Penyakit ini menyebabkan kerugian ekonomi karena menurunkan produksi susu dan daging serta fertilitas ternak. LSD menyebar di Afrika, Timur Tengah, dan Eropa melalui lalat dan nyamuk sebagai vektor. Strategi pengendalian meliputi vaksin
Kewaspadaan Penyakit Eksotik di Wilayah Indonesia - Rakornas Kepri, Tanjung P...Tata Naipospos
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemunculan penyakit zoonosis antara lain evolusi agen patogen, perubahan demografi dan perilaku manusia, serta perubahan lingkungan seperti perubahan iklim dan ekosistem. Pendekatan One Health diperlukan untuk mengelola ancaman kesehatan di antara kesehatan manusia, hewan dan lingkungan. Surveilans berbasis masyarakat, deteksi dini, serta kerja sama multi disiplin perlu ditingkatkan unt
Kajian singkat Lumpy Skin Disease - Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019Tata Naipospos
Lumpy skin disease (LSD) adalah penyakit viral pada sapi yang disebabkan oleh virus pox dan menyebabkan demam, nodul pada kulit, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Penyakit ini menyebabkan kerugian ekonomi karena menurunkan produksi susu dan daging serta fertilitas ternak. LSD menyebar di Afrika, Timur Tengah, dan Eropa melalui lalat dan nyamuk sebagai vektor. Strategi pengendalian meliputi vaksin
Kewaspadaan Penyakit Eksotik di Wilayah Indonesia - Rakornas Kepri, Tanjung P...Tata Naipospos
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemunculan penyakit zoonosis antara lain evolusi agen patogen, perubahan demografi dan perilaku manusia, serta perubahan lingkungan seperti perubahan iklim dan ekosistem. Pendekatan One Health diperlukan untuk mengelola ancaman kesehatan di antara kesehatan manusia, hewan dan lingkungan. Surveilans berbasis masyarakat, deteksi dini, serta kerja sama multi disiplin perlu ditingkatkan unt
Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang situasi, epidemiologi, dan mitigasi penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) pada sapi. LSD disebabkan oleh virus yang menyebabkan demam, nodul kulit, dan penurunan produktivitas sapi. Penyakit ini menyebar dengan bantuan vektor seperti lalat dan caplak, serta perdagangan sapi yang tidak terkendali. Upaya pengendalian meliputi vaksinasi, pengendalian vektor dan lalu lintas sapi
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas persyaratan status bebas Brucellosis menurut Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE). Secara umum, dibahas status bebas pada tingkat negara, zona, dan kelompok ternak, baik dengan atau tanpa vaksinasi. Juga dijelaskan definisi komponen-komponen penting seperti kasus, infeksi, zona, dan kelompok ternak.
Epidemiologi dan Dampak Ekonomi Lumpy Skin Disease - PDHI, Hotel Grand Swiz, ...Tata Naipospos
Lumpy skin disease (LSD) kini menjadi penyakit lintas batas setelah awalnya ditemukan di Afrika, Timur Tengah, dan Eropa Tenggara, dan menyebar ke Asia termasuk Asia Tenggara. Pola penyebarannya dipicu oleh pergerakan ternak yang terinfeksi dan potensi transportasi vektor yang terinfeksi. Faktor risiko penyebaran penyakit ini antara lain perdagangan ternak dan perpindahan ternak.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan dan rekomendasi terkait pengendalian dan penanganan wabah African Swine Fever di Indonesia. Beberapa poin penting yang disarankan antara lain melakukan surveilans pasif, meningkatkan biosekuritas di peternakan babi, dan melakukan pemulihan produksi hanya setelah kandang dikosongkan selama 4-6 bulan beserta penggunaan babi sentinel.
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia - ...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang Lumpy Skin Disease (LSD) dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada ternak di Indonesia, termasuk gejala, epidemiologi, penularan, pencegahan, dan tantangan pengendaliannya."
Epidemiologi, Dampak Ekonomi dan Peluang Pemberantasan LSD - IDHSI, 19 Maret ...Tata Naipospos
Webinar membahas Lumpy Skin Disease (LSD) yang menyerang sapi di Indonesia. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Provinsi Riau pada Februari 2022 dan sejak saat itu terus menyebar ke beberapa kabupaten di provinsi tersebut. LSD menyebabkan kerugian ekonomi besar akibat kematian ternak dan penurunan produktivitas. Upaya pemberantasan diperlukan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Kompartemen Bebas African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan, Jakarta, 16-17 Maret...Tata Naipospos
[Ringkasan]
Audit dan re-audit kompartemen bebas ASF merupakan hal penting untuk menjaga status bebas penyakit. Prinsip-prinsip penting dalam menentukan kompartemen adalah pemisahan epidemiologi, standar operasional prosedur, dan kontrol pergerakan ternak. Surveilans internal dan eksternal dilakukan untuk mendeteksi dini kemungkinan infeksi ASF di dalam kompartemen.
Pertimbangan Teknis Rencana Aksi dan Strategi Pengendalian LSD di Indonesia -...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas strategi dan pertimbangan teknis untuk rencana vaksinasi Lumpy Skin Disease di Indonesia, termasuk penjelasan mengenai penularan penyakit, kerugian ekonomi, situasi wabah global dan regional, serta pendekatan vaksinasi seperti jenis vaksin yang digunakan, cakupan vaksinasi, dan persyaratan program vaksinasi.
Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...Tata Naipospos
Tiga persyaratan utama untuk mendapatkan status negara/zona bebas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menurut Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH) adalah:
1. Tidak ada kasus PMK selama minimal 12 bulan terakhir
2. Dilaksanakannya surveilans rutin untuk mendeteksi gejala klinis PMK
3. Diterapkannya tindakan regulasi untuk mencegah dan mendeteksi dini PMK"
Mempertahankan Status Bebas PMK Indonesia Sesuai Ketentuan OIE - Pusvetma, Su...Tata Naipospos
1) Dokumen tersebut membahas pentingnya mempertahankan status bebas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sesuai ketentuan Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE). 2) Untuk mempertahankan status bebas, Indonesia perlu memenuhi persyaratan surveilans, deteksi dini kasus, dan pengendalian impor yang ketat. 3) Dokumen ini juga menjelaskan manfaat mempertahankan status bebas PMK bagi ketahanan pangan dan perdagangan
Surveilans dan Monitoring Vaksinasi Untuk Pengendalian PMK - RAKOR BVet Bukit...Tata Naipospos
Tiga metode utama surveilans penyakit mulut dan kuku menurut standar Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH) adalah surveilans klinis, virulogis, dan serologis. Surveilans klinis melibatkan pelaporan kasus mencurigakan oleh peternak dan dokter hewan serta pemeriksaan klinis untuk konfirmasi. Surveilans virulogis digunakan untuk isolasi virus dan karakterisasi epidemiologi. Sedangkan surveilans serologis bert
FGD Risiko Penyakit Zoonosis Terhadap Kesehatan Masyarakat - Badan Pemeriksa ...Tata Naipospos
Zoonosis merupakan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia. Dokumen ini membahas mengenai risiko penyakit zoonosis terhadap kesehatan masyarakat dan upaya pemerintah dalam mencegah, mendeteksi, dan merespons wabah penyakit zoonosis. Dokumen ini juga membahas mengenai beberapa penyakit zoonosis prioritas di Indonesia seperti avian influenza, rabies, anthrax, dan tantangan yang dihadapi untuk menanggulangi
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang lumpy skin disease (LSD) dari perspektif global. LSD merupakan penyakit menular yang penting secara ekonomi yang menyerang sapi. Penyakit ini telah menyebar dari Afrika ke berbagai belahan dunia. Perubahan iklim diduga berperan dalam penyebaran internasional penyakit ini. Pengendalian LSD meliputi vaksinasi, pembatasan lalu lintas ternak, dan pemusnahan hewan terinfeksi.
Dokumen tersebut membahas tentang simulasi penyakit African Swine Fever di Indonesia, termasuk produksi babi, epidemiologi penyakit, gejala klinis, diagnosa, dan opsi pengendalian penyakit.
Situasi, Epidemiologi dan Mitigasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Daring Pusat KH...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang situasi, epidemiologi, dan mitigasi penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) pada sapi. LSD disebabkan oleh virus yang menyebabkan demam, nodul kulit, dan penurunan produktivitas sapi. Penyakit ini menyebar dengan bantuan vektor seperti lalat dan caplak, serta perdagangan sapi yang tidak terkendali. Upaya pengendalian meliputi vaksinasi, pengendalian vektor dan lalu lintas sapi
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas persyaratan status bebas Brucellosis menurut Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE). Secara umum, dibahas status bebas pada tingkat negara, zona, dan kelompok ternak, baik dengan atau tanpa vaksinasi. Juga dijelaskan definisi komponen-komponen penting seperti kasus, infeksi, zona, dan kelompok ternak.
Epidemiologi dan Dampak Ekonomi Lumpy Skin Disease - PDHI, Hotel Grand Swiz, ...Tata Naipospos
Lumpy skin disease (LSD) kini menjadi penyakit lintas batas setelah awalnya ditemukan di Afrika, Timur Tengah, dan Eropa Tenggara, dan menyebar ke Asia termasuk Asia Tenggara. Pola penyebarannya dipicu oleh pergerakan ternak yang terinfeksi dan potensi transportasi vektor yang terinfeksi. Faktor risiko penyebaran penyakit ini antara lain perdagangan ternak dan perpindahan ternak.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan dan rekomendasi terkait pengendalian dan penanganan wabah African Swine Fever di Indonesia. Beberapa poin penting yang disarankan antara lain melakukan surveilans pasif, meningkatkan biosekuritas di peternakan babi, dan melakukan pemulihan produksi hanya setelah kandang dikosongkan selama 4-6 bulan beserta penggunaan babi sentinel.
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia - ...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang Lumpy Skin Disease (LSD) dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada ternak di Indonesia, termasuk gejala, epidemiologi, penularan, pencegahan, dan tantangan pengendaliannya."
Epidemiologi, Dampak Ekonomi dan Peluang Pemberantasan LSD - IDHSI, 19 Maret ...Tata Naipospos
Webinar membahas Lumpy Skin Disease (LSD) yang menyerang sapi di Indonesia. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Provinsi Riau pada Februari 2022 dan sejak saat itu terus menyebar ke beberapa kabupaten di provinsi tersebut. LSD menyebabkan kerugian ekonomi besar akibat kematian ternak dan penurunan produktivitas. Upaya pemberantasan diperlukan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Kompartemen Bebas African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan, Jakarta, 16-17 Maret...Tata Naipospos
[Ringkasan]
Audit dan re-audit kompartemen bebas ASF merupakan hal penting untuk menjaga status bebas penyakit. Prinsip-prinsip penting dalam menentukan kompartemen adalah pemisahan epidemiologi, standar operasional prosedur, dan kontrol pergerakan ternak. Surveilans internal dan eksternal dilakukan untuk mendeteksi dini kemungkinan infeksi ASF di dalam kompartemen.
Pertimbangan Teknis Rencana Aksi dan Strategi Pengendalian LSD di Indonesia -...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas strategi dan pertimbangan teknis untuk rencana vaksinasi Lumpy Skin Disease di Indonesia, termasuk penjelasan mengenai penularan penyakit, kerugian ekonomi, situasi wabah global dan regional, serta pendekatan vaksinasi seperti jenis vaksin yang digunakan, cakupan vaksinasi, dan persyaratan program vaksinasi.
Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...Tata Naipospos
Tiga persyaratan utama untuk mendapatkan status negara/zona bebas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menurut Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH) adalah:
1. Tidak ada kasus PMK selama minimal 12 bulan terakhir
2. Dilaksanakannya surveilans rutin untuk mendeteksi gejala klinis PMK
3. Diterapkannya tindakan regulasi untuk mencegah dan mendeteksi dini PMK"
Mempertahankan Status Bebas PMK Indonesia Sesuai Ketentuan OIE - Pusvetma, Su...Tata Naipospos
1) Dokumen tersebut membahas pentingnya mempertahankan status bebas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sesuai ketentuan Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE). 2) Untuk mempertahankan status bebas, Indonesia perlu memenuhi persyaratan surveilans, deteksi dini kasus, dan pengendalian impor yang ketat. 3) Dokumen ini juga menjelaskan manfaat mempertahankan status bebas PMK bagi ketahanan pangan dan perdagangan
Surveilans dan Monitoring Vaksinasi Untuk Pengendalian PMK - RAKOR BVet Bukit...Tata Naipospos
Tiga metode utama surveilans penyakit mulut dan kuku menurut standar Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH) adalah surveilans klinis, virulogis, dan serologis. Surveilans klinis melibatkan pelaporan kasus mencurigakan oleh peternak dan dokter hewan serta pemeriksaan klinis untuk konfirmasi. Surveilans virulogis digunakan untuk isolasi virus dan karakterisasi epidemiologi. Sedangkan surveilans serologis bert
FGD Risiko Penyakit Zoonosis Terhadap Kesehatan Masyarakat - Badan Pemeriksa ...Tata Naipospos
Zoonosis merupakan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia. Dokumen ini membahas mengenai risiko penyakit zoonosis terhadap kesehatan masyarakat dan upaya pemerintah dalam mencegah, mendeteksi, dan merespons wabah penyakit zoonosis. Dokumen ini juga membahas mengenai beberapa penyakit zoonosis prioritas di Indonesia seperti avian influenza, rabies, anthrax, dan tantangan yang dihadapi untuk menanggulangi
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang lumpy skin disease (LSD) dari perspektif global. LSD merupakan penyakit menular yang penting secara ekonomi yang menyerang sapi. Penyakit ini telah menyebar dari Afrika ke berbagai belahan dunia. Perubahan iklim diduga berperan dalam penyebaran internasional penyakit ini. Pengendalian LSD meliputi vaksinasi, pembatasan lalu lintas ternak, dan pemusnahan hewan terinfeksi.
Dokumen tersebut membahas tentang simulasi penyakit African Swine Fever di Indonesia, termasuk produksi babi, epidemiologi penyakit, gejala klinis, diagnosa, dan opsi pengendalian penyakit.
Risiko Virus ASF, Rute Masuknya dan Dampak Ekonomi - Kementan, Tangerang, 14...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang risiko masuknya virus African Swine Fever ke Indonesia, dampak ekonominya, dan upaya antisipasi. Virus ASF sangat berbahaya bagi industri babi dan dapat menyebar melalui produk daging babi ilegal yang dibawa penumpang pesawat udara internasional. Upaya kontrol perlu diperketat, seperti penggunaan anjing deteksi di bandara.
Faktor Risiko Pulau Karantina - Pusat KH dan Kehani, BARANTAN, Bogor, 26 Sept...Tata Naipospos
Faktor-faktor risiko yang perlu diantisipasi terhadap penyebaran penyakit dari pulau karantina meliputi:
1) Studi cross sectional dan case control perlu dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko penularan penyakit;
2) Berdasarkan pembelajaran dari negara lain, faktor-faktor risiko yang perlu diantisipasi meliputi kepadatan ternak, lalu lintas ternak, dan kontak antara ternak dan satwa liar.
Penyakit Hewan Yang Ditularkan Melalui Media Pembawa Lain dan Dampak Yang Dit...Tata Naipospos
Studi ini memperkirakan risiko penularan penyakit mulut dan kuku pada ternak di Inggris akibat impor sisa makanan dari kapal dan pesawat. Ada dua jenis sisa makanan yaitu dari dapur pesawat/kapal dan kabin pesawat. Risiko diestimasi berdasarkan empat faktor: jumlah sisa yang diimpor, kemungkinan terkontaminasi virus, kontak hewan dengan sisa, dan kemungkinan infeksi pada hewan.
Kondisi African Swine Fever di dunia dan jalur penularannya - Pusat KH dan Ke...Tata Naipospos
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas sejarah dan persebaran wabah penyakit African swine fever di dunia dari tahun 1921 hingga 2019, termasuk jalur penularannya melalui hewan atau produk hewani dan transportasi. Dokumen tersebut juga memberikan saran untuk memperketat aturan karantina hewan di bandara dan pelabuhan untuk mencegah masuknya virus penyakit tersebut ke Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang Avian Influenza (Flu Burung) yang merupakan penyakit flu yang disebabkan oleh virus influenza tipe A pada burung liar atau unggas. Virus ini dapat menginfeksi manusia dan menyebabkan epidemi maupun pandemi. Pemerintah Indonesia telah menetapkan berbagai kebijakan dan strategi untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit ini, diantaranya melalui Komite Nasional Pengendalian Flu Burung. W
Flu Burung dan Fenomena Pandemi Influenza - Starbuck, 10 April 2007Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang pandemi influenza yang disebabkan oleh virus baru H5N1 dan langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk menghadapinya, termasuk memperkuat sistem deteksi dini, mengurangi risiko penularan ke manusia, serta persiapan stok obat dan produksi vaksin.
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...Tata Naipospos
Tiga penyakit hewan penting yaitu African Swine Fever (ASF), Lumpy Skin Disease (LSD), dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) telah menyebar ke beberapa negara dan wilayah di Indonesia. Untuk mengendalikan penyebarannya diperlukan kerja sama antar instansi terkait melalui penguatan sistem surveilans, penerapan tindakan biosekuriti yang ketat, serta manajemen risiko dan komunikasi yang tepat.
Risiko Masuknya AFS ke Indonesia - Direktorat Kesehatan Hewan, Solo, 31 Oktob...Tata Naipospos
Presentasi ini membahas sejumlah hal mengenai African Swine Fever yang telah menyebar di China dan potensi masuknya ke Indonesia dengan topik-topik sebagai berikut:
(1) Faktor yang memicu penyebaran African Swine Fever
(2) African Swine Fever di China (Oktober 2018)
(3) Peta Sebaran Ternak Babi di Indonesia dan Importasi Babi dan Produknya (2017)
(4) Potensi masuknya African Swine Fever Lewat Media Pembawa
(5) Belajar dari China: Pencegahan masuk dan menyebarnya African Swine Fever di Indonesia
Risiko Masuk dan Menyebarnya ASF- Asosiasi Epidemiologi Veteriner (AEVI), Bog...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas mengenai risiko masuknya virus African Swine Fever ke Indonesia. Virus ini sangat menular dan dapat menyebabkan kematian hampir semua babi yang terinfeksi. Virus ini telah menyebar luas di berbagai negara termasuk China baru-baru ini. Dokumen ini juga menganalisis pola sebaran ternak babi di Indonesia dan potensi media pembawa virus masuk ke negara ini.
Bahan Penyusunan Masterplan Pengendalian & Pemberantasan Classical Swine Feve...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas prinsip dan strategi pengendalian serta pemberantasan penyakit Classical Swine Fever di Indonesia, termasuk vaksinasi, diagnostik, surveilans, regulasi, dan status kesehatan menurut standar OIE.
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas pentingnya penerapan biosekuriti, terutama biosekuriti eksternal dan internal, dalam pencegahan penularan penyakit pada peternakan ternak. Biosekuriti eksternal meliputi pengaturan karantina, pemeriksaan hewan pengganti, dan aturan masuk area peternakan bagi manusia dan kendaraan.
Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Untuk Meminimalkan Risiko Penyebaran ASF...Tata Naipospos
African swine fever (ASF) adalah penyakit menular pada babi yang disebabkan oleh virus dan dapat menyebabkan kerugian ekonomi besar bagi peternak. Untuk meminimalkan risiko penyebaran ASF di peternakan babi skala kecil, diperlukan tindakan biosekuriti seperti isolasi kelompok ternak, karantina babi baru, dan larangan pemberian pakan sisa."
Kondisi COVID-19 Pada Hewan dan Satwa Liar Secara Global dan di Indonesia Saa...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas kondisi terkait COVID-19 pada hewan dan satwa liar secara global dan di Indonesia. Dokumen menjelaskan bahwa virus corona dapat menginfeksi hewan dan manusia, kelelawar diyakini sebagai sumber SARS-CoV-2, dan perlu dilakukan tindakan pencegahan terhadap penularan dari hewan ke manusia.
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Tata Naipospos
The document provides details regarding an upcoming PVS Evaluation Follow-Up mission in Indonesia from 2-13 October 2023 that will evaluate the country's Veterinary Services. The previous PVS Evaluation in 2007 assessed Indonesia at Level 2, and a 2011 Gap Analysis set a target of Level 3 within 5 years. The upcoming mission will evaluate progress towards this Level 3 target. It outlines the scope of the evaluation, procedures to be followed, and provides an overview of data and documents that will be reviewed. Ideal sampling sites across different categories are also listed.
The document discusses challenges that remained from the 2011 Gap Analysis, including legislation, management and coordination, staff development, surveillance capabilities, and disease control programs. It notes that reports
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Tata Naipospos
Virus influenza aviar tingkat patogenisitas tinggi (HPAI) dan rendah (LPAI) masih menyebar luas di Indonesia, terutama di sektor perunggasan skala kecil. Virus-virus baru seperti LPAI H9N2 pertama kali dideteksi pada 2017. Pasar unggas hidup (PUH) memainkan peran penting dalam penyebaran berulang virus melalui kontak erat antara unggas dari berbagai daerah. Dinamika evolusi virus H5N1 menunjukkan be
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Tata Naipospos
1. WOAH bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang resistensi antimikroba melalui survei, pengembangan strategi komunikasi, dan materi edukasi.
2. Survei mengenai pengetahuan, sikap, dan praktik peternak unggas menunjukkan perlu ditingkatkannya pemahaman tentang penggunaan antibiotik.
3. Upaya berkelanjutan dibutuhkan untuk mempromosikan penggunaan
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Tata Naipospos
PMK dan penyakit hewan lainnya seperti LSD dan PPR merupakan penyakit lintas batas yang berpotensi menyebar dengan cepat dan menimbulkan dampak sosial ekonomi yang signifikan. Strategi pengendalian utama untuk PMK adalah karantina, vaksinasi, surveilans epidemiologi, zonasi, depopulasi, dan biosekuriti. Vaksinasi massal digunakan untuk mengendalikan wabah PMK di Indonesia, namun vaksin yang tersedia belum d
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Tata Naipospos
Kesejahteraan hewan memainkan peran penting dalam perdagangan internasional dan status kinerja layanan veteriner suatu negara. Standar kesejahteraan hewan internasional dipromosikan untuk maksimalkan implementasinya di seluruh dunia.
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Tata Naipospos
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas survei Knowledge, Attitude, and Practices (KAP) mengenai penggunaan antimikroba pada peternakan unggas di Indonesia.
2. Survei ini dilaksanakan di dua kabupaten di Jawa Timur, yaitu Blitar dan Malang, dengan target 60 peternak unggas.
3. Tujuan survei ini adalah untuk menilai pengetahuan, sikap, dan praktik peternak mengenai pen
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya Veterinary Statutory Body (VSB) bagi peningkatan kualitas profesi kedokteran hewan di Indonesia. Dokumen ini menjelaskan definisi profesi dokter hewan, peran pentingnya bagi masyarakat, serta unsur-unsur yang menentukan kualitas layanan kesehatan hewan seperti tenaga kerja kesehatan hewan dan kinerja layanan kesehatan hewan berdasarkan standar Organisasi Kesehatan Hewan Dun
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas pengendalian lalu lintas ternak dan vaksinasi khususnya di daerah bebas penyakit mulut dan kuku. Dokumen menjelaskan tentang pola lalu lintas ternak, klasifikasi zona berdasarkan risiko penyakit, dan aturan lalu lintas berdasarkan situasi penyakit di suatu daerah.
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
African swine fever: Pembelajaran dari wabah di China dan Vietnam - Seminar ASOHI, Ungaran, 12 Oktober 2019
1. African swine fever:
Pembelajaran dari Wabah
di China dan Vietnam
Drh Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD
Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner
dan Karantina Hewan
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kementerian Pertanian
Seminar dan Diskusi mengenai Strategi Antisipasi Penyebaran
Virus African Swine Fever (ASF)
Bandarjo, Ungaran Barat, Semarang – 12 Oktober 2019
2. Topik presentasi
• Apa itu African swine fever (ASF)?
• Situasi global ASF
• Kompleksitas dan sifat virus ASF
• ASF dan produksi babi di China
• ASF dan produksi babi di Vietnam
• Pendapat ahli (Peiffer & McCracken)
• Catatan penutup (1 dan 2)
3. African swine fever (ASF):
“Top killer” industri babi
• Suatu penyakit virus yang menyerang babi
yang disebabkan oleh virus African swine fever
sejak ditemukan di Kenya pada 1921.
• Mortalitas dapat mencapai 100%.
• Tidak ada vaksin/obat-obatan komersial.
• Tidak menimbulkan infeksi pada manusia.
• Penyakit wajib dilaporkan ke OIE.
• Menimbulkan konsekuensi politik, ekonomi
dan sosial yang signifikan.
• Suatu keprihatinan terhadap praktik biosafety
dan sebagai senjata biologi potensial.
4. Penyebab ASF, suatu virus yang unik
• Satu-satunya anggota keluarga Asfarviridae
• Satu-satunya virus DNA yang dapat
ditularkan oleh caplak (tick-borne DNA virus)
• Genom yang besar, dengan setengah dari
proteinnya tidak diketahui fungsinya
• Siklus penularan yang unik di antara babi-
babi domestik, babi hutan liar dan caplak
lunak
• Daya tahan (survivability) in vitro yang tinggi
5. Morbiditas dan Mortalitas ASF
• Pada babi domestik, morbiditas dapat mendekati 100%.
• Mortalitas bergantung pada virulensi isolat, dan dapat berkisar dari
<5% sampai 100%.
• Isolat yang virulensinya tinggi dapat menyebabkan hampir 100%
mortalitas pada babi semua umur.
• Isolat yang virulensinya rendah mungkin menjadi fatal bagi babi,
terutama babi bunting dan babi muda.
• Mortalitas juga cnderung menjadi tinggi jika virus ASF diintroduksi ke
wilayah baru, dengan peningkatan insidensi dari kasus sub-akut dan
subklinis begitu menjadi endemik.
• Pada kasus sub-akut, mortalitas berkisar dari 30% sampai 70%, dan
bisa berbeda antar kelompok umur.
• Kasus ringan atau asimptomatik biasanya terlihat pada warthog dan
babi hutan.
Sumber: Center for Food Security and Public Health, Iowa Statesity, 2018
6. Penularan ASF dari babi ke babi
• Babi terinfeksi terutama lewat rute oro-nasal setelah
kontak dengan babi terinfeksi atau setelah makan daging
babi yang mengandung virus atau produk terkontaminasi.
• Seluruh ekskresi dan sekresi dari babi yang terinfeksi
seperti darah, feses, urin atau saliva dapat mengandung
virus, dan virus ASF tetap bertahan hidup dalam darah
dan jaringan untuk jangka waktu lama (EFSA 2013;
Gallardo et al. 2014; Sánchez-Vizcaíno et al. 2010).
• Onset viremia yang diamati antara 3 – 5 hari pasca infeksi
dan penularan lewat kontak langsung dapat terjadi dalam
beberapa minggu (Wilkinson 1989).
7. Alur penularan penyakit
• Kontak langsung babi-ke-babi.
• Konsumsi pakan terkontaminasi (swill feeding).
• Kendaraan dan fomit lainnya, pakaian, alas kaki,
peralatan bedah.
• Pekerja dan pengunjung tamu.
• Lumpur limbah (slurry).
• Material genetik.
• Gigitan caplak.
8. Surveilans
• Surveilans klinis adalah alat yang paling efektif untuk
deteksi dini ASF (EFSA, 2015).
• Meskipun demikian, mengingat gejala klinis yang
hampir sama dengan penyakit babi lainnya,
surveilans klinis harus disuplementasi, sesuai yang
diperlukan dengan surveilans serologis dan virologis
(OIE, 2016).
9. Situasi global ASF saat ini
Tahap Durasi Eradikasi Distribusi geografis
1 1921 - …. Tidak Afrika
2 1957 -1995 Ya, kecuali
Sardinia
Eropa, Amerika Selatan,
wilayah Karibia
3 2007 - …. Tidak Eropa Timur, Trans-kaukasus
4 2018 - …. Tidak Asia (China, Mongolia, Vietnam,
Kamboja, Hongkong, Korea
Utara, Laos, Filipina, Myanmar,
Timor Leste, Korea Selatan)
Sumber: QIU Hua-Ji, Harbin Veterinary Research Institute, CAAS
(Presentation 12 March 2019, Beijing).
10. Pelaporan kejadian ASF pertama kali ke OIE
(September 2018 – September 2019)
• Hampir semua negara melaporkan secara cepat berkisar antara 6-19
hari setelah wabah dimulai.
• Korea Selatan melaporkannya sangat cepat yaitu 1 hari sesudah
wabah terjadi.
• Filipina melaporkan agak lambat yaitu 46 hari.
Negara Wabah dimulai Konfirmasi Tgl pelaporan Tgl pengiriman
China 17-Agu-18 22-Agu-18 23-Agu-18 23-Agu-18
Mongolia 9-Jan-19 10-Jan-19 15-Jan-19 15-Jan-19
Vietnam 1-Feb-19 18-Feb-19 20-Feb-19 20-Feb-19
Kamboja 22-Mar-19 2-Apr-19 3-Apr-19 3-Apr-19
Hongkong 2-Mei-19 10-Mei-19 12-Mei-19 12-Mei-19
Korea Utara 23-Mei-19 25-Mei-19 30-Mei-19 30-Mei-19
Laos 2-Jun-19 17Jun-19 20-Jun-19 20-Jun-19
Filipina 25-Jul-19 30-Agu-19 9-Sep-19 9-Sep-19
Myanmar 1-Agu-19 9-Agu-19 14-Agu-19 14-Agu-19
Timor Leste 9-Sep-19 26-Sep-19 27-Sep-19 27-Sep-19
Korea Selatan 16-Sep-19 17-Sep-19 17-Sep-19 17-Sep-19
11. Situasi ASF pada 2019
Asia
China, menyebar ke
10 negara
Eropa Timur
9 negara, berjangkit
pada babi domestik dan
babi hutan liar
Afrika
Endemik atau wabah
sporadik di 4 negara
13. Wabah ASF di Asia (sampai 3 Okt 2019)
Sumber: FAO - ASF situation in Asia update (September 2019)
Penyakit ASF masuk
Daftar penyakit OIE, dan
wajib dilaporkan ke OIE
14. Produksi babi di Asia Tenggara
• Produsen skala kecil di China berkontribusi sekitar 30% dari
produksi daging babi nasional.
• Di Vietnam, kontribusinya lebih tinggi 50% dan mencapai
hampir 80% di Kamboja dan Laos.
• Produsen skala kecil normalnya memberikan pakan kepada
babinya dengan sisa-sisa dapur atau limbah organik yang tidak
dimasak (swill), dimana virus dapat bertahan apabila tidak
dimasak sebelumnya.
• Kurangnya integrasi vertikal dalam industri daging babi di
sebagian besar negara-negara terjangkit ASF, sehingga anak
babi dan induk harus ditransportasikan antar peternakan dan
bahkan kadang-kadang antar wilayah.
Sumber: FAO. GIEWS Update 2 July 2019
15. Tingkat konsumsi babi di Asia
• Mayoritas negara-negara Asia yang terjangkit ASF
mengonsumsi daging babi sebagai sumber daging
primer dibandingkan dengan seluruh produk-produk
daging lainnya.
• Tingkat konsumsi babi dunia rata-rata adalah 12,3 kg
per kapita.
• Tingkat konsumsi daging babi per kapita (OECD, 2019):
- China 30,4 kg - Thailand 10,0 kg
- Korea Selatan 30,1 kg - Malaysia 5,4 kg
- Vietnam 29,7 kg - Indonesia 1,0 kg
- Filipina 14,9 kg
16. Kompleksitas Virus ASF
• Kompleksitas virus ASF adalah salah satu alasan mengapa
penyakit ini sangat sulit ditangani.
• Virus ASF menginfeksi dan mereplikasi diri dalam makrofag tapi
juga menginduksi kematian sel limfosit B dan T, sehingga
menghapuskan secara efektif sistim kekebalan.
• Virus ASF membunuh babi dengan menyebabkan demam
hemoragik yang ekstrim dan menghancurkan limfosit secara
masif dalam jaringan limfa.
• Pengembangan vaksin dengan cara membunuh atau
menginaktivasi virus dan menyuntikkannya ke hewan sehat
dalam upaya agar sistim kekebalan menghasilkan antibodi
terhadap infeksi, tidak berhasil. Antibodi protektif yang dihasilkan
tidak cukup untuk menangkal infeksi ASF.
17. Sifat virus ASF (1)
• Virus ASF memiliki kemampuan luar biasa untuk bertahan dalam
jangka waktu lama di lingkungan kaya protein dan tetap stabil
pada pH 4-10 (Geering et al. 2001).
• Virus ASF tidak terpengaruh proses maturasi daging dan daging
dari babi yang dipotong pada tahap infektif ASF atau yang mati
spontan akibat ASF bertindak sebagai sumber virus yang baik.
• Virus ASF bertahan dalam jaringan sampai lebih dari 6 bulan dan
dapat menjadi infeksius bagi hewan peka yang diberi makan
daging tersebut (Sánchez-Vizcaíno et al. 2010).
• Virus ASF dapat bertahan hidup dalam limfonoda dari babi-babi
yang selamat dari ASF, dan dalam keadaan seperti itu kematian
alami dari babi-babi tersebut dapat menginisiasi ulang suatu siklus
epidemi ASF baru, jika bangkai karkas tidak dibuang secara benar
dan virus dapat kontak dengan hewan rentan (Wilkinson 1984;
Gallardo et al. 2015).
18. Sifat virus ASF (2)
• Virus ASF cukup resisten terhadap temperatur tinggi dan
memerlukan paparan pada temperatur 60°C setidaknya 20 menit
untuk inaktivasi (Costard et al, 2013).
• Daging babi segar dan beku dan juga daging babi asap,
diasinkan dan kering dapat mengandung jumlah virus ASF yang
infektif (McKercher et al. 1987; Mebus et al. 1997).
• Produk-produk komersial (seperti ham dan cured pork loin) tidak
mengandung virus 140 hari setelah proses daging segar dimulai.
• Virus ASF juga dapat bertahan untuk jangka waktu lama dalam
sejumlah jaringan, seperti sumsum tulang, meskipun telah terjadi
pembusukan (Penrith et al., 2009).
• Resistensi virus terhadap inaktivasi berarti juga penularan
dimungkinkan lewat fomit seperti pakaian dan sepatu, peralatan
dan kendaraan yang terkontaminasi.
19. Resistensi virus ASF
• Sebagian besar disinfektan tidak efektif
• Disinfektan yang efektif untuk ASF (mengandung
zat aktif):
• Sodium hydroxide 2%;
• Detergen dan phenol substitutes;
• Sodium atau calcium hypochlorite (2-3% chlorine);
• Sodium dichloro-striazinetrione;
• Citric acid; dan
• iodine compounds
Sumber: Center for Food Security and Public Health, Iowa State University, 2018
20. Negara # wabah # wabah
berlangsung
% wilayah
administratif tertular
# hewan yang
dimusnahkan
China 158 54 97% (32/33) 1.170.000
Mongolia 11 0 28,6% (6/21) 3.155
Vietnam 6.083 6.083 98,4% (62/63) 3.798.010
Kamboja 13 0 20% (5/25) 3.673
Hongkong 2 0 100% (1/1) 4.160
Korea Utara 1 1 9% (1/11) 99
Laos 94 94 83,3% (15/18) 25.776
Myanmar 3 3 6,6% (1/15) 69
Kumulatif Wabah ASF (sejak Agustus 2018
– September 2019)
Sumber: OIE Regional Representation for Asia and the Pacific. Situational updates
of ASF in Asia and the Pacific (September 2019)
Merah – belum berhasil dikendalikan
21. ASF di China
• Sejak ditemukannya pada Agustus 2018, ASF telah menyebar
ke setiap provinsi di daratan China.
• ASF saat ini diperkirakan menjangkiti 150-200 juta ekor babi,
dugaan kerugian produksi daging babi mencapai 30%.
• Kerugian ini tidak dapat dengan mudah digantikan oleh protein
lain (ayam, bebek, makanan laut, daging sapi dan daging
domba/kambing), atau dengan impor yang lebih besar – dapat
sepenuhnya mengimbangi kerugian.
• Pembangunan kembali industri babi di China akan berjalan
lambat dan butuh bertahun-tahun.
• Produsen akan tetap waspada mengingat risiko kontaminasi
ulang dan difokuskan kepada peningkatan biosekuriti pada
operasi yang tersisa.
22. Skala peternakan babi di China
• Populasi China sekitar 440 juta ekor babi, dengan produksi babi
~54,04 juta ton (2018).
• Lebih dari 90% rumah tangga di China memelihara babi.
• 50% babi dunia diproduksi oleh China.
• Tradisional: <30%; kepemilikan 1-3 ekor; belakang rumah,
produksi tanaman lebih utama.
• Semi-komersial: >30%; pendapatan utama dari babi;
mendominasi produk babi di pasar lokal; produksi tanaman.
• Komersial: ratusan/ribuan ekor; manajemen dan tindakan
pengendalian penyakit; lokasi di wilayah pinggiran kota.
• Intensifikasi sistim produksi dan kaitan dengan rantai nilai
meningkat secara cepat.
Sumber: Presentation Ding Shijun et al. Undertanding Animal Disease:
In Intensifying Livestock Systems in China.
23. China: Peternakan skala kecil
dengan biosekuriti terbatas
• Babi di China sebagian besar tersebar dalam bentuk peternakan
skala kecil, jumlah masing-masing kurang dari seratus ekor.
• Seringkali dengan biosekuriti terbatas — sedikit atau tidak ada
mekanisme pengendalian yang dapat digunakan untuk
memastikan virus tidak ditularkan lewat truk, atau pakaian orang
yang masuk ke peternakan, atau dalam pakan, dimana virus
bertahan untuk jangka waktu lama.
• Virus ASF adalah salah satu virus yang kuat dalam pH ekstrim
dan juga temperatur ekstrim, sehingga dapat bertahan secara
berkelanjutan untuk jangka waktu lama dan mempertahankan
infektivitasnya dalam berbagai kondisi lingkungan.
24. Gejala klinis (China)
• Demam tinggi (41-42℃)
• Kehilangan nafsu makan dan tidak aktif (berbaring saja)
• Kemerahan pada kulit di bagian dada, abdomen, ekor
dan kaki
Sumber: Presentation Dr. Shengqiang Ge. Current Situation and Control Strategy of
African Swine Fever in China.
25. Gejala klinis
Babi menunjukkan telinga
memerah, konjuctivitis dan
temperatur tinggi temperatur
(lebih dari 41
o
C).
Babi terinfeksi dengan virus
ASF virulen, diarrhea
berdarah (dysentery)
kadang-kadang teramati.
Sumber: The Pirbright Institute
26. Patologi yang menciri (China)
Sumber: Presentation Dr. Shengqiang Ge. Current Situation and Control Strategy
of African Swine Fever in China.
• Limpa membengkak
27. Patologi yang menciri (China)
• Efusi darah dalam
ruang abdomen
• Hemoragik
Sumber: Presentation Dr. Shengqiang Ge. Current Situation and Control Strategy
of African Swine Fever in China.
28. Mengapa babi harus dimusnahkan?
• Virus ASF menyebabkan babi mengalami perdarahan
internal sampai kemudian mati
• Kematian babi pasti akan terjadi
• Babi mati dalam kurun waktu 2-10 hari sampai
setelah mengalami penderitaan
• Jadi satu-satunya opsi untuk menghentikan penyakit
adalah dengan membunuh setiap ekor babi yang
terinfeksi
29. Pemusnahan babi
• Jutaan babi telah dimusnahkan dalam suatu upaya putus
asa yang dilakukan untuk menghentikan penyakit ini di
negara-negara yang terjangkit ASF di Asia
• Menurut angka terbaru yang dikeluarkan Badan Pangan
dan Pertanian Dunia (FAO) adalah:
- 1,2 juta ekor di China;
- 4,5 juta ekor di Vietnam;
- 25.000 ekor di Laos;
- 7.000 ekor di Filipina;
- 3.115 ekor di Mongolia; dan
- 2.400 ekor di Kamboja.
30. Penyebab penyebaran ASF di China
Lalu lintas jarak jauh babi hidup
dan produk babi
Transportasi kendaraan dan orang
Sisa-sisa makanan untuk babi
(swill feeding)
16,3%
40,8%
42,9%
Sumber: Dr. Shengqiang Ge, China Animal Health and Epidemiology Center
31. ASF di Vietnam
• Pada Februari 2019, konfirmasi wabah ASF pertama
terdeteksi di Provinsi Thai Binh dan Hung Yen, yang
lokasinya di tenggara ibukota Hanoi, kira-kira 160 km dari
perbatasan China.
• Pada Mei 2019, ASF di Vietnam secara menyeluruh tidak
terkendali dan penyebaran terus berlangsung.
• Pada September 2019, total wabah mencapai 6.083 di 63
provinsi (seluruh Vietnam).
• Vaksin yang dikembangkan di National University of
Agriculture menunjukkan sukses awal dalam memerangi
ASF, tapi para ahli skeptis dan mengatakan diperlukan
lebih banyak penelitian.
32. Skala peternakan babi di Vietnam
• Vietnam memiliki sekitar 29 juta ekor babi,
dengan produksi babi ~3,7 juta ton (2018).
• Red River Delta memiliki sekitar 7,4 juta ekor
babi dan produksi babi sekitar 1,1 juta ton.
• Peternakan komersial: 11.737 dengan 16,6
juta ekor babi (51,9%).
• Peternakan kontrak: 2.982 dengan 3,9 juta
ekor babi.
• Rantai produksi babi (kelompok koperasi):
973 dengan 1,2 juta ekor babi
• Peternakan skala kecil: 2,5 juta rumah
tangga.
33. Vietnam: Konsumsi daging babi
• Daging babi merepresentasikan lebih dari 70%
konsumsi daging di Vietnam, dan produksi babi
menyediakan kehidupan bagi lebih dari 4 juta
peternak kecil di negara tersebut.
• 93% daging babi dikonsumsi secara segar, dan
7% masuk ke perusahaan-perusahaan
pengolahan makanan (10% di kota-kota besar).
• Kebanyakan daging babi dikonsumsi sekitar 10
km dari tempat pemotongan.
• Produksi babi dibatasi oleh kurangnya perbaikan
pakan, kualitas yang rendah dan pemotongan dan
fasilitas pengolahan yang kurang higienis.
34. Faktor risiko ASF potensial di Vietnam
• Panjang perbatasan dimana lebih dari ribuan orang dan
kendaraan melintas setiap hari.
• Virus ASF terdeteksi pada produk daging babi ilegal.
• Perjalanan internasional ke Vietnam dengan jutaan orang
dapat membawa daging dan produk makanan lainnya.
• Biosekuriti buruk; hanya ada satu laporan wabah pada
peternakan komersial.
• Penyakit non-zoonosis tetapi peternak menjual karena
panik, terutama selama festival Tet.
• Vektor insekta? (caplak, kutu, nyamuk dlsb)
Sumber: Presentation of Hung Nguyen. OIE webinar on African swine fever for South East
Asia: Risk communication. Bangkok, Thailand, 1 August 2019
35. Tindakan mencegah penyebaran ASF
• Dengan tidak adanya vaksin atau pengobatan yang
efektif, introduksi dan penyebaran ASF ke peternakan
babi domestik hanya dapat dicegah dengan kepatuhan
yang ketat terhadap tindakan pengendalian.
• Tindakan pencegahan yang penting untuk komersial, non-
komersial dan belakang rumah adalah:
– Identifikasi ternak dan catatan peternakan;
– Penegakan aturan pelarangan pemberian sisa-sisa
makanan (swill feeding); dan
– Pengandangan babi, sehingga tidak memungkinkan
kontak langsung atau tidak langsung antara babi
dengan babi dan/atau babi dengan babi hutan liar.
Sumber: Cristina Jurado et al. (2018). Relevant Measures to Prevent the Spread of African
Swine Fever in the European Union Domestic Pig Sector. Front. Vet. Sci. 5:77.
36. Tindakan pencegahan lain untuk
seluruh peternakan
• Edukasi peternak, pekerja dan operator;
• Tidak ada kontak antara peternak dan pekerja peternakan
dan babi dari luar;
• Pembuangan yang tepat karkas, residu pemotongan dan
sisa-sisa pakan;
• Disposal yang layak kotoran ternak dan bangkai hewan;
• Pantang melakukan kegiatan berburu selama 48 hari
sebelumnya (memungkinkan interval 48 hari antara berburu
dan melakukan kontak dengan babi domestik).
• Peningkatan akses ke dokter hewan dan layanan kesehatan
bagi peternakan non-komersial dan belakang rumah.
Sumber: Cristina Jurado et al. (2018). Relevant Measures to Prevent the Spread of African
Swine Fever in the European Union Domestic Pig Sector. Front. Vet. Sci. 5:77.
37. Tindakan pada saat wabah
• Isolasi secara fisik kelompok ternak.
• Tidak ada introduksi babi baru ke dalam kelompok ternak.
• Pergerakan babi harus berhenti (stand still).
• Pasar babi harus berada dalam supervisi veteriner yang ketat dan babi
yang diizinkan masuk pasar hanya yang disertai dengan sertifikat
kesehatan hewan.
• Disposal bangkai babi dan bagian-bagian babi yang berasal dari
pemotongan babi harus diinsinerasi atau dikubur di tanah yang berizin.
• Kawin alam dengan babi pejantan dari luar tidak diperbolehkan.
• Pelarangan konsumsi pakan terkontaminasi (swill feeding) dengan
peraturan.
• Kendaraan yang digunakan untuk transportasi babi harus dibersihkan
dan didisinfeksi segera setelah setiap transportasi dilakukan.
• Pengunjung, termasuk pekerja, harus menggunakan pakaian dan alas
kaki khusus dan meninggalkannya di peternakan.
• Disposal kotoran babi, material alas kandang dan lumpur limbah.
38. Pendapat Ahli tentang ASF
• Dirk Pfeiffer - ahli epidemiologi City University
Hong Kong dan Royal Veterinary College Inggris
“wabah penyakit hewan terbesar yang pernah
terjadi” ketika mencapai China pada bulan
Agustus lalu, menyebar seperti api liar ke seluruh
flok babi terbesar di dunia.
• Christine McCracken - Rabbobank
“Ini bersejarah; tidak pernah ada yang seperti ini
dalam sejarah produksi ternak modern dan ini
suatu situasi yang menakutkan hanya karena
tidak ada pengendalian saat ini”. Wabah ASF
jauh lebih buruk dari wabah flu burung dalam hal
kerugian ternak.
39. Catatan penutup (1)
• Peternak skala kecil yang banyak, sistim produksi babi dengan
biosekuriti rendah membuat Asia Tenggara menjadi sangat
berisiko terhadap ASF.
• Penyebaran ASF jarak pendek/menengah/jauh kemungkinan
dikaitkan dengan faktor risiko yang berbeda.
• Wabah ASF akan menyebabkan lalu lintas babi jarak jauh,
didorong oleh perbedaan harga dan faktor-faktor sosiologis.
• Penyebaran ASF antar perbatasan sulit untuk dikendalikan
karena panjangnya perbatasan dan adanya celah-celah di
perbatasan antara negara.
Sumber: Presentation Dr Yu Qiu, OIE SRR-SEA. Pig Production System
and Value-Chain in South-East Asia. 10 April 2019. Beijing, China.
40. Catatan penutup (2)
• Begitu wabah ASF terjadi, lingkungan kemungkinan
menjadi terkontaminasi berat karena ketergantungan yang
tinggi pada lingkungan dan sistim produksi multi-integratif.
• Surveilan dan pengendalian ASF harus mempertimbangkan
sistim produksi lokal dan budaya sosio-ekonomi setempat.
• Krisis ASF mungkin dapat menyebabkan perubahan yang
signifikan terhadap sistim produksi dan rantai nilai (value
chain) saat ini.
• Penelitian lebih mendalam mengenai rantai nilai diperlukan
untuk mendukung pendekatan kompartementalisasi.
Sumber: Presentation Dr Yu Qiu, OIE SRR-SEA. Pig Production System
and Value-Chain in South-East Asia. 10 April 2019. Beijing, China.