SlideShare a Scribd company logo
Page 1 of 10
UNIVERSITY RESIDENCE - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
KARASIBAZHU
(Kajian Rabu Siang Ba’da Zhuhur)
Bid’ah: “Apakah Itu?”
Apakah bid’ah itu? Inilah pertanyaan sederhana yang – ternyata –
memerlukan jawaban yang tidak sederhana. Karena, persoalan
bid’ah adalah persoalan yang sangat memerlukan jawaban yang
akurat. Semua orang harus terbuka untuk menjelajah dalam
rangka menemukan jawaban yang tepat atas pertanyaan sederhana
ini. Sebab, dengan jawaban yang tuntas terhadap pertanyaan ini,
semua pertanyaan tentang bid’ah pun – dengan prasyarat
kejujuran dan keterbukaan -- akan terjawab dengan tepat dan
memuaskan.
A. Pengertian Bid’ah
Al-Bid’ah (‫)البدعة‬ – dalam pengertian umum -- sama artinya dengan
al-ikhtira’ (‫,)االختراع‬ yang bermakna al-Îdâ’ (‫,)اإليداع‬ yaitu sesuatu (penemuan)
yang baru, kreasi atau sesuatu yang diciptakan tanpa ada contoh
sebelumnya.1
Bid’ah secara bahasa (etimologi) adalah: “hal yang baru dalam
agama setelah agama ini sempurna”.2
Atau sesuatu yang dibuat-buat setelah
wafatnya Nabi (Muhammad) shallallâhu ‘alaihi wa sallam berupa kemauan
nafsu dan amal perbuatan.3
Apabila dikatakan: “Aku membuat bid’ah,
artinya melakukan satu ucapan atau perbuatan tanpa adanya contoh
sebelumnya...” Asal kata bid’ah berarti menciptakan tanpa contoh
sebelumnya.4
Di antaranya adalah firman Allah Subhânahu wa Ta’âlâ:
“Allah pencipta langit dan bumi...” (QS al-Baqarah/2: 117)
1
Menurut Imam ath-Thurthusyi dalam al-Hawâdits wal Bida’, hal. 40,
dengan tahqiq Syaikh ‘Ali bin Hasan bin ‘Ali ‘Abdul Hamid al-Halaby al-Atsari.
2
Ar-Razi, Mukhtârush Shihâh, hal. 44.
3
Al-Fairuzabadi, Al-Qâmûs al Muhîth, Ibnnu Manzhur, Lisânul ‘Arab dan
Ibnu Taimiyah, Al-Fatâwâ.
4
Ibnu Faris, Mu’jamul Maqâyis fil Lughah, hal. 119.
Page 2 of 10
Yakni, bahwa Allah menciptakan keduanya tanpa ada contoh
sebelumnya.5
Bid’ah secara istilah (terminologi) memiliki beberapa definisi yang
saling melengkapi menurut penjelasan para ulama, di antaranya:
Al-Imam Ibnu Taimiyyah rahimahullâh: Beliau rahimahullâh
mengungkapkan: “Bid’ah dalam Islam adalah segala yang tidak disyari’atkan
oleh Allah dan Rasul-Nya, yakni yang tidak diperintahkan baik dalam wujud
perintah wajib atau bentuk anjuran.”6
Bid’ah itu sendiri ada dua macam. Pertama, bid’ah dalam bentuk
ucapan atau keyakinan. Kedua, bid’ah dalam bentuk perbuatan dan ibadah.
Bentuk kedua ini mencakup juga bentuk pertama, sebagaimana bentuk
pertama dapat menggiring pada bentuk yang kedua.7
Atau dengan kata lain,
hukum asal dari ibadah adalah dilarang, kecuali yang disyari’atkan.
Sedangkan hukum asal dalam masalah mu’amalah (keduniaan) dibolehkan
kecuali yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.
Ibadah asal mulanya tidak diperbolehkan, kecuali yang
disyari’atkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Dan segala sesuatu (selain ibadah)
asal mulanya diperbolehkan, kecuali yang dilarang oleh Allah.8
Beliau (Ibnu Taimiyyah rahimahullâh) juga menyatakan: “Bid’ah
adalah yang bertentangan dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah
shallallâhu ‘alaihi wa sallam , atau ijma’ para ulama as-Salaf berupa ibadah
maupun keyakinan, seperti pandangan kalangan al-Khawarij, ar-Rafidhah,
al-Qadariyyah dan al-Jahmiyyah. Mereka beribadah dengan tarian dan
nyanyian dalam masjid. Demikian juga mereka beribadah dengan cara
mencukur jenggot, mengkonsumsi ganja dan berbagai bid’ah lainnya yang
dijadikan sebagai ibadah oleh sebagian golongan yang bertentangan dengan
Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam . Wallâhu
a’lam.”9
Imam asy-Syathibi rahimahullâh (wafat tahun 790 H.),
menyatakan:10
5
Lihat: Ar-Râghib al-Ashfahani, Al-Mufradât li Alfâzhil Qur-ân, hal. 111,
dalam materi (kata) bada’a.
6
Ibnu Taimiyyah Majmû’ Fatâwâ, juz IV, hal. 107-108.
7
Ibid., juz XXII, hal. 306.
8
Ibid., juz IV, hal. 196.
9
Ibid., juz XVIII, hal. 346 dan juz XXXV, hal. 414.
10
Asy-Syathibi, Al-I’tisham, hal. 50, Abu Ishaq Ibrahim bin Musa bin
Muhammad al-Gharnathi asy-Syathibi, tahqiq Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilaly, cet.
Page 3 of 10
.
“Bid’ah adalah cara baru dalam agama yang dibuat menyerupai syari’at dengan
maksud untuk berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah Subhânahu wa
Ta'âlâ.”
Ungkapan: “Cara baru dalam agama,” maksudnya bahwa cara yang
dibuat itu disandarkan oleh pembuatnya kepada agama. Tetapi
sesungguhnya cara baru yang dibuat itu tidak ada dasar pedomannya dalam
syari’at. Sebab dalam agama terdapat banyak cara, di antaranya ada cara
yang berdasarkan pedoman dalam syari’at, tetapi juga ada cara yang tidak
mempunyai pedoman dalam syari’at. Maka, cara dalam agama yang
termasuk dalam kategori bid’ah adalah apabila cara itu baru dan tidak ada
dasar-nya dalam syari’at.
Artinya, bid’ah adalah cara baru yang dibuat tanpa ada contoh dari
syari’at. Sebab bid’ah adalah sesuatu yang ke luar dari apa yang telah
ditetapkan dalam syari’at.
Ungkapan “menyerupai syari’at” sebagai penegasan bahwa sesuatu
yang diada-adakan dalam agama itu pada hakikatnya tidak ada dalam
syari’at, bahkan bertentangan dengan syari’at dari beberapa sisi, seperti
mengharuskan cara dan bentuk tertentu yang tidak ada dalam syari’at. Juga
mengharuskan ibadah-ibadah tertentu yang tidak ada ketentuannya dalam
syari’at.
Ungkapan “untuk melebih-lebihkan dalam beribadah kepada
Allah”, adalah pelengkap makna bid’ah. Sebab demikian itulah tujuan para
pelaku bid’ah. Yaitu menganjurkan untuk tekun beribadah, karena manusia
diciptakan Allah hanya untuk beribadah kepada-Nya seperti disebutkan
dalam firman-Nya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku.” (QS adz-Dzâriyât/51: 56). Seakan-akan orang yang membuat
bid’ah melihat bahwa maksud dalam membuat bid’ah adalah untuk
beribadah sebagaimana maksud ayat tersebut. Dia merasa bahwa apa yang
telah ditetapkan dalam syari’at tentang undang-undang dan hukum-hukum
II/Dâr Ibni ‘Affân, 1414 H.
Page 4 of 10
belum mencukupi sehingga dia berlebih-lebihan dan menambahkan serta
mengulang-ulanginya.11
Beliau rahimahullâh juga mengungkapkan definisi lain: “Bid’ah
adalah satu cara dalam agama ini yang dibuat-buat, bentuknya menyerupai
ajaran syari’at yang ada, tujuan dilaksanakannya adalah sebagaimana tujuan
syari’at.”12
Beliau rahimahullâh menetapkan definisi yang kedua tersebut bahwa
kebiasaan itu bila dilihat sebagai kebiasaan semata tidak akan mengandung
kebid’ahan apa-apa, namun bila dilakukan dalam wujud ibadah, atau
diletakkan dalam kedudukan sebagai ibadah, ia bisa dimasuki oleh bid’ah.
Dengan cara itu, berarti beliau telah mengkorelasikan berbagai definisi yang
ada. Beliau memberikan contoh untuk kebiasaan yang pasti mengandung
nilai ibadah, seperti jual beli, pernikahan, perceraian, penyewaan, hukum
pidana,... karena semuanya itu diikat oleh berbagai hal, persyaratan dan
kaedah-kaedah syari’at yang tidak menyediakan pilihan lain bagi seorang
muslim selain ketetapan baku itu.13
Imam al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali (wafat th. 795 H.)
rahimahullâh14
, Beliau rahimahullâh menyebutkan: “Yang dimaksud dengan
bid’ah adalah yang tidak memiliki dasar hukum dalam ajaran syari’at yang
mengindikasikan keabsahannya. Adapun yang memiliki dasar dalam syari’at
yang menunjukkan kebenarannya, maka secara syari’at tidaklah dikatakan
sebagai bid’ah, meskipun secara bahasa dikatakan bid’ah. Maka setiap orang
yang membuat-buat sesuatu lalu menisbatkannya kepada ajaran agama,
namun tidak memiliki landasan dari ajaran agama yang bisa dijadikan
sandaran, berarti itu adalah kesesatan. Ajaran Islam tidak ada hubungannya
dengan bid’ah semacam itu. Tak ada bedanya antara perkara yang berkaitan
dengan keyakinan, amalan ataupun ucapan, lahir maupun batin.
Terdapat beberapa riwayat dari sebagian Ulama Salaf yang
menganggap baik sebagian perbuatan bid’ah, padahal yang dimaksud tidak
lain adalah bid’ah secara bahasa, bukan menurut syari’at.
Contohnya adalah ucapan ‘Umar bin al-Khaththab rahimahullâh,
ketika beliau mengumpulkan kaum muslimin untuk melaksanakan shalat
malam di bulan Ramadhan (shalat Tarawih) dengan mengikuti satu imam di
11
Lihat: ‘Ali Hasan ‘Ali ‘Abdul Hamid, ‘Ilmu Ushûlil Bida’, hal. 24-25.
12
Al-I’tishâm , hal. 51.
13
Al-I’tishâm, juz II, hal. 568, 569, 570, 594. Lihat juga Sa’id bin Wahf al-
Qahthaniy, Nûrus Sunnah wa Zhulumâtul Bid’ah, hal. 30-31.
14
Ibnu Rajab al-Hanbali, Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam, hal. 501, cet. II, Dâr
Ibnul Jauzi, th. 1420 H. tahqiq Thariq bin ‘Awadillah bin Muhammad. Lihat: Nûrus
Sunnah wa Zhulumâtul Bid’ah, hal. 30-31.
Page 5 of 10
masjid. Ketika beliau rahimahullâh keluar, dan melihat mereka shalat
berjamaah. Maka beliau rahimahullâh berkata: “Sebaik-baik bid’ah adalah
yang semacam ini.”15
B. Pembagian Bid’ah16
1. Bid’ah Haqîqiyyah
Bid’ah Haqîqiyyah adalah bid’ah yang tidak memiliki indikasi sama
sekali dari syar’i baik dari Kitabullah, as-Sunnah ataupun Ijma’. Serta tidak
ada dalil yang digunakan oleh para ulama baik secara global maupun rinci.
Oleh sebab itu, disebut sebagai bid’ah karena ia merupakan hal yang dibuat-
buat dalam perkara agama tanpa contoh sebelumnya.17
Di antara contohnya adalah bid’ahnya perkataan Jahmiyyah yang
menafikan Sifat-Sifat Allah, bid’ah(nya) Qadariyyah, bid’ah(nya) Murji’ah
dan lainnya yang mereka mengatakan apa-apa yang tidak dikatakan oleh
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya radhiyallâhu
anhum.
Contoh lain adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan hidup
kependetaan (seperti pendeta) dan mengadakan perayaan Maulid Nabi
shallallâhu ‘alaihi wa sallam, Isra’ Mi’raj dan lainnya, rangkaian upacara
kultural (budaya), yang dianggapnya sebagai bagian dari syariat Islam
(kewajiban dalam beragama), yang harus dilaksanakan sebagai pemenuhan
atas ketentuan syari’at Islam.
2. Bid’ah Idhâfiyyah18
Adapun Bid’ah Idhâfiyyah adalah bid’ah yang mempunyai dua sisi.
Pertama, terdapat hubungannya dengan dalil. Maka dari sisi ini dia bukan
bid’ah. Kedua, tidak ada hubungannya samasekali dengan dalil melainkan
seperti apa yang terdapat dalam bid’ah haqîqiyyah. Artinya ditinjau dari satu
sisi ia adalah ‘Sunnah’, karena bersandar kepada as-Sunnah, namun ditinjau
dari sisi lain ia adalah bid’ah karena hanya berlandaskan pada ‘syubhat’
(asumsi), dan bukan dengan dalil yang jelas.
15
Shahîhul Bukhâriy, hadits no. 2010.
16
Lihat al-I’tishaam, juz I, hal. 367 dan seterusnya.
17
Ibid.
18
Para ulama – pada umumnya, saat ini – menjelaskan bahwa “Bid’ah
Idhâfiyyah”, yaitu bid’ah yang bermakna: “sesuatu yang pada dasarnya bukan agama,
sehingga hukumnya “mubah atau masuk dalam kategori sunnah”, tetapi dilakukan
dalam konteks ibadah atau pelaksanaan ajaran agama Islam yang tidak mendapatkan
legitimasi keagamaan dari dalil-dalil agama, baik dari al-Quran maupun as-Sunnah”.
Page 6 of 10
Adapun perbedaan antara keduanya dari sisi makna adalah bahwa
dari sisi asalnya terdapat dalil padanya. Tetapi jika dilihat dari sisi cara, sifat,
kondisi pelaksanaannya atau perinciannya, tidak ada dalil sama sekali,
padahal kala itu ‘ia’ membutuhkan dalil. Bid’ah semacam itu kebanyakan
terjadi dalam ibadah dan bukan ‘kebiasaan’ (budaya) semata.
Atas dasar ini, maka bid’ah haqîqiyyah lebih besar dosanya karena
dilakukan langsung oleh pelakunya tanpa perantara, sebagai pelanggaran
murni dan sangat jelas telah keluar dari syari’at, seperti ucapan kaum
Qadariyyah yang menyatakan baik dan buruk menurut akal, mengingkari
hadits ahad sebagai hujjah,19
mengingkari adanya Ijma’, mengingkari
haramnya khamr, mengatakan bahwa para Imam adalah ma’shum
(terpelihara dari dosa)20
... dan hal-hal lain yang seperti itu.21
Dikatakan bid’ah idhâfiyyah, artinya bahwa bid’ah itu jika ditinjau
dari satu sisi disyari’atkan, tetapi dari sisi lain ia hanyalah pendapat belaka.
Sebab dari sisi orang yang membuat bid’ah itu, dalam sebagian kondisinya,
masuk dalam kategori pendapat pribadi dan tidak didukung oleh dalil-dalil
dari setiap sisi.22
Sebagai contoh bid’ah di sini adalah ‘dzikir jama’i’. Tidak diragukan
lagi bahwa dzikir dianjurkan dalam syari’at Islam, namun apabila
dilaksanakan dengan berjama’ah, beramai-ramai (massal) dan dengan satu
suara, maka amalan ini tidak ada contohnya dalam syari’at Islam.
Contoh kongkret (yang lain) dari bid’ah ini misalnya: “makan dan
minum”. Perbuatan ini pada dasarnya boleh dikejakan oleh siapa pun.
Tetapi, perbuatan ini menjadi “bid’ah” andaikata dilakukan dengan
“kaifiyyât” (tata-cara) tertentu, di tempat dan waktu tertentu dan dengan
maksud-maksud tertentu, yang ketika mengerjakannya dimaksudkan untuk
mengerjakan sesuatu yang dianggap atau diasumsikan sebagai pengamalan
keagamaan yang diyakini sebagai sesuatu yang diajarkan oleh syari’at Islam.
Misalnya makan-minum dalam rangka menyambut datangnya “bulan
Muharram”, dengan disertai keyakinan bahwa pada saat itu orang Islam
disyari’atkan untuk menyambutnya dengan makan-minum sebagaimana
yang dilakukannya, padahal tidak ada satu pun ketentuan syari’at Islam yang
menentukannya demikian. Atau yang pada mulanya berkategori sunnah.
Seperti: “membaca al-Quran”. Membacanya di sembarang waktu adalah
sunnah, tetapi ketika “membaca al-Quran” tersebut kita tentukan waktunya
19
Sebagaimana yang dilakukan oleh sekelompok orang yang berpendapat
bahwa hanya hadits mutawatirlah yang bisa dijadikan sebagai hujjah syar’iyyah. Lihat
kitab ‘Ilmu Ushûlil Bida’ (hal. 148).
20
Seperti yang diyakini oleh Syi’ah Imamiyyah.
21
Al-I’tishâm, juz I, hal. 221.
22
Ibid.
Page 7 of 10
dengan prosedur standar, yang ketika menentukannya disertai “keyakinan”
bahwa ketentuan itu adalah bersifat “syar’iyyah”, padahal tidak ada satu pun
ketentuan agama yang mengajarkannya, maka perbuatan itu pun dapat
dikategorikan “bid’ah”. Contoh kongkretnya adalah: upacara ritual
“Yasinan”. Membaca surat Yasin adalah bagian dari sunnah Rasulullah
shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang dapat dirujuk dalilnya dari keumuman
perintah “membaca al-Quran”. Tetapi, begitu kita tentukan suratnya “harus
Yâsîn”, di tempat tertentu, pada waktu tertentu, dengan prosedur tertentu,
yang – penentuan-penentuan tersebut -- tidak mendapatkan legitimasi
syari’ah (tidak ada nash (teks) al-Quran dan atau as-Sunnahnya yang
mengajarkannya), maka perbuatan tersebut termasuk “bid’ah”.
C. Hukum Bid’ah Dalam Agama Islam
Sesungguhnya agama Islam sudah sempurna setelah wafatnya
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman:
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QSS al-
Mâidah/5: 3)
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan semua
risalah, tidak ada satupun yang ditinggalkan. Beliau (Rasulullah) shallallâhu
‘alaihi wa sallam telah menunaikan amanah dan menasihati umatnya.
Kewajiban seluruh umat mengikuti petunjuk Nabi Muhammad shallallâhu
‘alaihi wa sallam, karena sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi
Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan sejelek-jelek perkara adalah
yang diada-adakan. Wajib bagi seluruh umat untuk mengikuti beliau (Nabi)
shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan tidak berbuat bid’ah serta tidak mengadakan
perkara-perkara yang baru karena setiap yang baru dalam agama adalah
bid’ah dan setiap yang bid’ah adalah sesat.
Tidak diragukan lagi bahwa setiap bid’ah dalam agama adalah sesat
dan haram, berdasarkan sabda Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam:
.
Page 8 of 10
“Hati-hatilah kalian terhadap perkara-perkara yang baru. Setiap perkara-perkara
yang baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.”23
Demikian juga sabda beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam:
.
“Barangsiapa yang mengada-ngada dalam urusan (agama) kami ini, sesuatu yang
bukan bagian darinya, maka ia tertolak.”24
Kedua hadits di atas menunjukkan bahwa perkara baru yang dibuat-
buat dalam agama ini adalah bid’ah, dan setiap bid’ah itu sesat dan tertolak.
Bid’ah dalam agama itu diharamkan. Namun tingkat keharamannya
berbeda-beda tergantung jenis bid’ah itu sendiri.
Ada bid’ah yang menyebabkan kekufuran (Bid’ah Kufriyah), seperti
berthawaf keliling kuburan untuk mendekatkan diri kepada para
penghuninya, memersembahkan sembelihan dan nadzar kepada kuburan-
kuburan itu, berdo’a kepada mereka, meminta keselamatan kepada mereka,
demikian juga pendapat kalangan Jahmiyyah, Mu’tazilah dan Rafidhah.
Ada juga bid’ah yang menjadi sarana kemusyrikan, seperti
mendirikan bangunan di atas kuburan, shalat dan berdoa di atas kuburan
dan mengkhususkan ibadah di sisi kubur.
Ada juga perbuatan bid’ah yang bernilai kemaksiatan, seperti bid’ah
membujang -- yakni menghindari pernikahan -- puasa sambil berdiri di terik
panas matahari, mengebiri kemaluan dengan niat menahan syahwat dan
lain-lain.25
23
HR Abu Dawud, Sunan Abî Dâwud, juz IV, hal. 200, hadits no. 4607; At-
Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, juz V, hal. 44, hadits no. 2676, Ahmad bin Hanbal,
Musnad Ahmad ibn Hanbal, juz IV, hal. 126, hadits no. 17184; Al-Hakim, Al-
Mustadrak, juz I, hal. 176, jadits no. 332. dan Ibnu Majah, Sunan ibn Mâjah, juz I, hal.
31, hadits no. 45 dan 46, dari Sahabat Irbadh bin Sariyah radhiyallâhu ‘anhu, hasan
shahîh.
24
HR Al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy, juz III, hal. 241, hadits no. 2697;
Muslim, Shahîh Muslim, juz V, hal. 132, hadits no. 45898; Ibnu Majah, Sunan ibn
Mâjah, juz I, hal. 10, hadits no. 14; Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad ibn Hanbal,
juz VI, hal. 270, hadits no. 26372, Ibnu Hibban, Shahîh ibn Hibban, juz I, hal. 209,
hadits no. 27 dan Al-Baihaqi, As-Sunan al-Kubrâ, juz X, hal. 150, hadits no. 21041,
dari ‘Aisyah radhiyallâhu anhâ.
25
Lihat: Al-Baihaqi dari Abdullah bin Umar, Al-Madkhal Ilâ as-Sunan al-
Kubrâ, juz I, hal. 141, hadits no. 139; Kitâbut Tauhîd, hal. 82 oleh Syaikh Shalih bin
Page 9 of 10
Para ulama di kalangan ‘Ahlus Sunnah’ telah sepakat tentang
wajibnya mengikuti al-Qur-an dan as-Sunnah menurut pemahaman Salafush
Shâlih, yaitu tiga generasi yang terbaik (Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in)
yang disaksikan oleh Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bahwa mereka adalah
sebaik-baik manusia. Mereka juga sepakat tentang keharamannya bid’ah dan
setiap bid’ah adalah sesat dan kebinasaan, tidak ada di dalam Islam bid’ah
yang hasanah.
Ibnu ‘Umar radhiyallâhu anhumâ berkata:
.
“Setiap bid’ah adalah sesat, meskipun manusia memandangnya baik.”26
Imam Sufyan ats-Tsaury rahimahullâh (wafat th. 161 H.)27
berkata:
.
“Perbuatan bid’ah lebih dicintai oleh iblis daripada kemaksiyatan dan pelaku
kemaksiyatan masih mungkin ia untuk bertaubat dari kemaksiyatannya sedangkan
pelaku kebid’ahan sulit untuk bertaubat dari kebid’ahannya.”28
Imam Abu Muhammad al-Hasan bin ‘Ali bin Khalaf al-Barbahari
(beliau adalah Imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah pada zamannya, wafat th.
329 H.) rahimahullâh berkata: “Jauhilah setiap perkara bid’ah sekecil apa
pun, karena bid’ah yang kecil lambat laun akan menjadi besar. Demikian
pula kebid’ahan yang terjadi pada umat ini berasal dari perkara kecil dan
remeh yang mirip kebenaran sehingga banyak orang terpedaya dan terkecoh,
Fauzan al-Fauzan dan Nûrus Sunnah wa Zhulumâtul Bid’ah, hal. 76-77.
26
Riwayat al-Lalika-i dalam Syarh Ushûl I’tiqâd Ahlis Sunnah wal Jamâ’ah, juz
I, hal. 192, hadits no. 126, Ibnu Baththah al-‘Ukbari dalam al-Ibânah, juz I, hal. 339,
hadits no. 205. Lihat: ‘Ilmu Ushûlil Bid’ah, hal. 92.
27
Nama lengkap beliau adalah Sufyan bin Sa’id bin Masruq ats-Tsauri, Abu
‘Abdillah al-Kufi, seorang hafizh yang tsiqah, faqih, ahli ibadah dan Imâmul Hujjah.
Beliau wafat tahun 161 H pada usia 64 tahun. Lihat biografi beliau dalam kitab
Taqrîbut Tahdzîb, juz I, hal. 371.
28
Riwayat al-Lalika-i dalam Syarah Ushûl I’tiqâd Ahlis Sunnah wal Jamâ’ah,
hadits no. 238; Ibnu Taimiyah, At-Tuhafh al-‘Irâqiyyah Fî al-A’mâl al-Qalbiyyah, juz I,
hal. 4 dan Al-Qahthani, Al-Walâ wal Barâ’, juz I, hal. 116.
Page 10 of 10
lalu mengikat hati mereka sehingga susah untuk keluar dari jeratannya dan
akhirnya mendarah daging lalu diyakini sebagai agama. Tanpa disadari,
pelan-pelan mereka menyelisihi jalan lurus dan keluar dari Islam.”29
Khâtimah.
Dalam penutup tulisan ini, saya ingin menegaskan dengan kalimat
pendek. Kata “Bid’ah” selalu terkait dengan sesuatu yang ditambah-
tambahkan atau diada-adakan. Tetapi, tidak semua yang ditambah-
tambahkan atau diada-adakan setelah Rasulullah saw secara mutlak dapat
kita artikan “Bid’ah.
Umat Islam telah melakukan inovasi-inovasi – yang relatif – baru,
yang belum pernah dilakukan oleh Rasulullah saw dan Salaf al-Shâlih, tetapi
sama sekai tidak dapat disebut bid’ah, karena sama-sekali tidak terkait
dengan masalah ibadah dan ketentuan agama. Bahkan dalam beberapa hal
telah menunjukkan “pengamalan” ajaran agama Islam secara kongkret
dalam wilayah “mu’âmalah-dunyâwiyyah”. Misalnya: “pengembangan Ilmu
dan Teknologi dan penerapan-penerapan teori keilmuan dan teknologi yang
selaras dengan tujuan syariat Islam itu sendiri”. Inilah yang oleh para ulama
disebut dengan istilah ikhtirâ’.
Di dalam bangunan teori keilmuan Islam ada istilah yang dikenal
dengan sebutan: “al-mashlahah al-mursalah” (kemashlahatan yang terlepas),
yang bermakna: “memelihara maksud agama, dengan cara menolak segala
macam kerusakan, atas dasar keinginan untuk memelihara kemashlahatan
yang tidak – secara tekstual – ditunjukkan oleh nash (teks) al-Quran maupun
as-Sunnah, tetapi dapat dipahami secara tersirat bahwa nash (teks) al-Quran
maupun as-Sunnah menghendakinya. Inilah yang – kemudian dalam
wacana umat Islam – dikatakan sebagai “Kontekstualisasi Doktrin Islam”.
Akhirnya, penulis berharap “mudah-mudahan tulisan ini bisa
mengingatkan kepada kita, utama seluruh warga Muhammadiyah, untuk
selalu bersikap kritis dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam.
29
Al-Barbahari, Syarhus Sunnah lil Imâm al-Barbahâriy, hadits no. 7, tahqiq
Khalid bin Qasim ar-Radadi, cet. II, Darus Salaf, th. 1418 H.

More Related Content

What's hot

Maqashid al-Syariah
Maqashid al-SyariahMaqashid al-Syariah
Maqashid al-Syariah
Mufarrijul Ikhwan
 
Fiqh - Muamalah
Fiqh - MuamalahFiqh - Muamalah
Fiqh - Muamalah
Anisah Rofihandrini
 
Fiqih Zakat Fitrah Dan Zakat Uang
Fiqih Zakat Fitrah Dan Zakat UangFiqih Zakat Fitrah Dan Zakat Uang
Fiqih Zakat Fitrah Dan Zakat Uang
MaulanaFirdaus19
 
Ibu, Engkaulah Penyelamat Generasi
Ibu, Engkaulah Penyelamat GenerasiIbu, Engkaulah Penyelamat Generasi
Ibu, Engkaulah Penyelamat Generasi
tsaqafahpemuda.wordpress.com
 
asbabun nuzuldan asbabul wurud
asbabun nuzuldan asbabul wurudasbabun nuzuldan asbabul wurud
asbabun nuzuldan asbabul wurudamoyrenyrosida
 
Hukum Tas’iir (Kebijakan Penetapan Harga)
Hukum Tas’iir (Kebijakan Penetapan Harga)Hukum Tas’iir (Kebijakan Penetapan Harga)
Hukum Tas’iir (Kebijakan Penetapan Harga)
Anas Wibowo
 
Aliran murjiah 1
Aliran murjiah 1Aliran murjiah 1
Aliran murjiah 1
Brury Arismanto
 
Keutamaan shodaqoh
Keutamaan shodaqohKeutamaan shodaqoh
Keutamaan shodaqoh
Mabsus Abu Fatih
 
Ummat yang terbaik
Ummat yang terbaikUmmat yang terbaik
Ummat yang terbaik
Satrio Adi
 
Masail Fiqhiyyah - Makalah Pandangan Hukum Islam Terhadap Aborsi
Masail Fiqhiyyah - Makalah Pandangan Hukum Islam Terhadap AborsiMasail Fiqhiyyah - Makalah Pandangan Hukum Islam Terhadap Aborsi
Masail Fiqhiyyah - Makalah Pandangan Hukum Islam Terhadap Aborsi
Haristian Sahroni Putra
 
Tugas al quran hadist power point
Tugas al quran hadist power pointTugas al quran hadist power point
Tugas al quran hadist power pointLontongSayoer
 
istihsan, istishhab, mashlahah mursalah
istihsan, istishhab, mashlahah mursalahistihsan, istishhab, mashlahah mursalah
istihsan, istishhab, mashlahah mursalah
Marhamah Saleh
 
Hukum Taklifi Wadh'i
Hukum Taklifi Wadh'iHukum Taklifi Wadh'i
Hukum Taklifi Wadh'i
Marhamah Saleh
 
I'jaz Al Qur'an
 I'jaz Al Qur'an I'jaz Al Qur'an
I'jaz Al Qur'an
Annas Sulthon
 
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)Marhamah Saleh
 
Bahaya Komunisme by Shiddiq al-Jawi 27 juni 2020
Bahaya Komunisme by Shiddiq al-Jawi 27 juni 2020Bahaya Komunisme by Shiddiq al-Jawi 27 juni 2020
Bahaya Komunisme by Shiddiq al-Jawi 27 juni 2020
Anas Wibowo
 
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabatSejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Khairul Muttaqin
 

What's hot (20)

Maqashid al-Syariah
Maqashid al-SyariahMaqashid al-Syariah
Maqashid al-Syariah
 
Fiqh - Muamalah
Fiqh - MuamalahFiqh - Muamalah
Fiqh - Muamalah
 
Fiqih Zakat Fitrah Dan Zakat Uang
Fiqih Zakat Fitrah Dan Zakat UangFiqih Zakat Fitrah Dan Zakat Uang
Fiqih Zakat Fitrah Dan Zakat Uang
 
Ibu, Engkaulah Penyelamat Generasi
Ibu, Engkaulah Penyelamat GenerasiIbu, Engkaulah Penyelamat Generasi
Ibu, Engkaulah Penyelamat Generasi
 
asbabun nuzuldan asbabul wurud
asbabun nuzuldan asbabul wurudasbabun nuzuldan asbabul wurud
asbabun nuzuldan asbabul wurud
 
Hukum Tas’iir (Kebijakan Penetapan Harga)
Hukum Tas’iir (Kebijakan Penetapan Harga)Hukum Tas’iir (Kebijakan Penetapan Harga)
Hukum Tas’iir (Kebijakan Penetapan Harga)
 
Aliran murjiah 1
Aliran murjiah 1Aliran murjiah 1
Aliran murjiah 1
 
Keutamaan shodaqoh
Keutamaan shodaqohKeutamaan shodaqoh
Keutamaan shodaqoh
 
Ummat yang terbaik
Ummat yang terbaikUmmat yang terbaik
Ummat yang terbaik
 
Masail Fiqhiyyah - Makalah Pandangan Hukum Islam Terhadap Aborsi
Masail Fiqhiyyah - Makalah Pandangan Hukum Islam Terhadap AborsiMasail Fiqhiyyah - Makalah Pandangan Hukum Islam Terhadap Aborsi
Masail Fiqhiyyah - Makalah Pandangan Hukum Islam Terhadap Aborsi
 
Tugas al quran hadist power point
Tugas al quran hadist power pointTugas al quran hadist power point
Tugas al quran hadist power point
 
Perang Khaibar
Perang KhaibarPerang Khaibar
Perang Khaibar
 
istihsan, istishhab, mashlahah mursalah
istihsan, istishhab, mashlahah mursalahistihsan, istishhab, mashlahah mursalah
istihsan, istishhab, mashlahah mursalah
 
Khutbah jum'at pertama dan kedua
Khutbah jum'at pertama dan keduaKhutbah jum'at pertama dan kedua
Khutbah jum'at pertama dan kedua
 
Hukum Taklifi Wadh'i
Hukum Taklifi Wadh'iHukum Taklifi Wadh'i
Hukum Taklifi Wadh'i
 
Tasyri' masa sahabat
Tasyri'  masa sahabatTasyri'  masa sahabat
Tasyri' masa sahabat
 
I'jaz Al Qur'an
 I'jaz Al Qur'an I'jaz Al Qur'an
I'jaz Al Qur'an
 
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
 
Bahaya Komunisme by Shiddiq al-Jawi 27 juni 2020
Bahaya Komunisme by Shiddiq al-Jawi 27 juni 2020Bahaya Komunisme by Shiddiq al-Jawi 27 juni 2020
Bahaya Komunisme by Shiddiq al-Jawi 27 juni 2020
 
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabatSejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
 

Viewers also liked

The Library Technology Prototyping Service at Illinois
The Library Technology Prototyping Service at IllinoisThe Library Technology Prototyping Service at Illinois
The Library Technology Prototyping Service at Illinois
Jim Hahn
 
Career
CareerCareer
Career
Ali Smith
 
JBoye Presentation: WCM Trends for 2010
JBoye Presentation: WCM Trends for 2010JBoye Presentation: WCM Trends for 2010
JBoye Presentation: WCM Trends for 2010
David Nuescheler
 
MOVOX Mobile Application User Guide
MOVOX Mobile Application User GuideMOVOX Mobile Application User Guide
MOVOX Mobile Application User Guide
MOVOX
 
Water Supply Advisory Committee Draft Agreement on New Supply Options
Water Supply Advisory Committee Draft Agreement on New Supply OptionsWater Supply Advisory Committee Draft Agreement on New Supply Options
Water Supply Advisory Committee Draft Agreement on New Supply Options
Robert Singleton
 
Enfoque cualitativo
Enfoque cualitativoEnfoque cualitativo
Enfoque cualitativoyulianaparra
 
Janice Hughes, Redshift, Preparing for change
Janice Hughes, Redshift, Preparing for changeJanice Hughes, Redshift, Preparing for change
Janice Hughes, Redshift, Preparing for change
dcmsdigital
 
Daur baur Digital activation
Daur baur Digital activationDaur baur Digital activation
Daur baur Digital activation
Muhammad Hibatullah
 
Customer data management - great tool for increasing sales
Customer data management - great tool for increasing salesCustomer data management - great tool for increasing sales
Customer data management - great tool for increasing sales
Максим Остархов
 
Carpeta comercial Feria del Mueble y la Decoración 2016
Carpeta comercial Feria del Mueble y la Decoración 2016Carpeta comercial Feria del Mueble y la Decoración 2016
Carpeta comercial Feria del Mueble y la Decoración 2016
FERIA BADAJOZ IFEBA
 
Tec16grupo9 ide9610177 anexos1
Tec16grupo9 ide9610177 anexos1Tec16grupo9 ide9610177 anexos1
Tec16grupo9 ide9610177 anexos1
miguel angel monterroso manzo
 
Ap feb scene
Ap feb sceneAp feb scene
Ap feb scene
CalumetPress
 
15 web tools for administrators
15 web tools for administrators15 web tools for administrators
15 web tools for administratorsBrandon Raymo
 
Tahun 4 mobail buah-buahan
Tahun 4 mobail   buah-buahanTahun 4 mobail   buah-buahan
Tahun 4 mobail buah-buahanong2012
 
Internship authenticity prof adi milman
Internship authenticity prof adi milmanInternship authenticity prof adi milman
Internship authenticity prof adi milmanleadinghr
 
Daftar isi fix revisi
Daftar isi fix  revisiDaftar isi fix  revisi
Daftar isi fix revisi
anomwiradana
 
Get Noticed! Flyer
Get Noticed! FlyerGet Noticed! Flyer
Get Noticed! Flyerdgamache
 
Business communication (zayani)
Business communication (zayani)Business communication (zayani)
Business communication (zayani)
hassan777898
 

Viewers also liked (20)

The Library Technology Prototyping Service at Illinois
The Library Technology Prototyping Service at IllinoisThe Library Technology Prototyping Service at Illinois
The Library Technology Prototyping Service at Illinois
 
Career
CareerCareer
Career
 
JBoye Presentation: WCM Trends for 2010
JBoye Presentation: WCM Trends for 2010JBoye Presentation: WCM Trends for 2010
JBoye Presentation: WCM Trends for 2010
 
MOVOX Mobile Application User Guide
MOVOX Mobile Application User GuideMOVOX Mobile Application User Guide
MOVOX Mobile Application User Guide
 
Water Supply Advisory Committee Draft Agreement on New Supply Options
Water Supply Advisory Committee Draft Agreement on New Supply OptionsWater Supply Advisory Committee Draft Agreement on New Supply Options
Water Supply Advisory Committee Draft Agreement on New Supply Options
 
Enfoque cualitativo
Enfoque cualitativoEnfoque cualitativo
Enfoque cualitativo
 
Janice Hughes, Redshift, Preparing for change
Janice Hughes, Redshift, Preparing for changeJanice Hughes, Redshift, Preparing for change
Janice Hughes, Redshift, Preparing for change
 
Daur baur Digital activation
Daur baur Digital activationDaur baur Digital activation
Daur baur Digital activation
 
Customer data management - great tool for increasing sales
Customer data management - great tool for increasing salesCustomer data management - great tool for increasing sales
Customer data management - great tool for increasing sales
 
Carpeta comercial Feria del Mueble y la Decoración 2016
Carpeta comercial Feria del Mueble y la Decoración 2016Carpeta comercial Feria del Mueble y la Decoración 2016
Carpeta comercial Feria del Mueble y la Decoración 2016
 
Tec16grupo9 ide9610177 anexos1
Tec16grupo9 ide9610177 anexos1Tec16grupo9 ide9610177 anexos1
Tec16grupo9 ide9610177 anexos1
 
J query 17-visual-cheat-sheet
J query 17-visual-cheat-sheetJ query 17-visual-cheat-sheet
J query 17-visual-cheat-sheet
 
Ap feb scene
Ap feb sceneAp feb scene
Ap feb scene
 
15 web tools for administrators
15 web tools for administrators15 web tools for administrators
15 web tools for administrators
 
Tahun 4 mobail buah-buahan
Tahun 4 mobail   buah-buahanTahun 4 mobail   buah-buahan
Tahun 4 mobail buah-buahan
 
Sharon recommendation Ltr
Sharon recommendation LtrSharon recommendation Ltr
Sharon recommendation Ltr
 
Internship authenticity prof adi milman
Internship authenticity prof adi milmanInternship authenticity prof adi milman
Internship authenticity prof adi milman
 
Daftar isi fix revisi
Daftar isi fix  revisiDaftar isi fix  revisi
Daftar isi fix revisi
 
Get Noticed! Flyer
Get Noticed! FlyerGet Noticed! Flyer
Get Noticed! Flyer
 
Business communication (zayani)
Business communication (zayani)Business communication (zayani)
Business communication (zayani)
 

Similar to Bid’ah, apakah itu

BID’AH TERCELA DALAM ISLAM.pptx
BID’AH TERCELA DALAM ISLAM.pptxBID’AH TERCELA DALAM ISLAM.pptx
BID’AH TERCELA DALAM ISLAM.pptx
RizqiyaniKhoiriyah
 
PPT ILMU FIKIH KLP 11mm-dikonversi.pdf
PPT ILMU FIKIH KLP 11mm-dikonversi.pdfPPT ILMU FIKIH KLP 11mm-dikonversi.pdf
PPT ILMU FIKIH KLP 11mm-dikonversi.pdf
AndiAstri3
 
Pembagian bid-ah-dan-hukum-bid-ah-dalam-agama-islam
Pembagian bid-ah-dan-hukum-bid-ah-dalam-agama-islamPembagian bid-ah-dan-hukum-bid-ah-dalam-agama-islam
Pembagian bid-ah-dan-hukum-bid-ah-dalam-agama-islamRa Hardianto
 
Amalan bidaah dalam masyarakat melayu
Amalan bidaah dalam masyarakat melayuAmalan bidaah dalam masyarakat melayu
Amalan bidaah dalam masyarakat melayuKamarudin Jaafar
 
Amalan bidaah dalam masyarakat melayu
Amalan bidaah dalam masyarakat melayuAmalan bidaah dalam masyarakat melayu
Amalan bidaah dalam masyarakat melayuKamarudin Jaafar
 
sunnah dan bidaah
sunnah dan bidaahsunnah dan bidaah
sunnah dan bidaahNur Hidayah
 
Pemahaman bid'ah
Pemahaman bid'ahPemahaman bid'ah
Pemahaman bid'ah
Gua Syed Al Yahya
 
Bid'ah al fauzan
Bid'ah   al fauzanBid'ah   al fauzan
Bid'ah al fauzan
roronoaaka
 
Pengertian Bid'ah hasanah dan sayyi'ah (mengenal dalil umum dan dalil khusus)
Pengertian Bid'ah hasanah dan sayyi'ah (mengenal dalil umum dan dalil khusus)Pengertian Bid'ah hasanah dan sayyi'ah (mengenal dalil umum dan dalil khusus)
Pengertian Bid'ah hasanah dan sayyi'ah (mengenal dalil umum dan dalil khusus)
Dul Bjn
 
definisi Bid'ah menurut Ibn Asyur
definisi Bid'ah menurut Ibn Asyurdefinisi Bid'ah menurut Ibn Asyur
definisi Bid'ah menurut Ibn Asyur
Madani
 
Bidah dalam pandangan ahlussunnah wal jamaah
Bidah dalam pandangan ahlussunnah wal jamaahBidah dalam pandangan ahlussunnah wal jamaah
Bidah dalam pandangan ahlussunnah wal jamaahErman Hidayat
 
BERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJI
BERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJIBERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJI
BERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJI
Yunisa Astuti
 
Dzari’ah dan hiyal syar’iyyah
Dzari’ah dan hiyal syar’iyyahDzari’ah dan hiyal syar’iyyah
Dzari’ah dan hiyal syar’iyyahMuhsin Hariyanto
 
Konsep bid'ah dan toleransi fiqih
Konsep bid'ah dan toleransi fiqihKonsep bid'ah dan toleransi fiqih
Konsep bid'ah dan toleransi fiqih
ImamApandi
 
Bidah
BidahBidah
Bidah
El Wafi
 

Similar to Bid’ah, apakah itu (20)

BID’AH TERCELA DALAM ISLAM.pptx
BID’AH TERCELA DALAM ISLAM.pptxBID’AH TERCELA DALAM ISLAM.pptx
BID’AH TERCELA DALAM ISLAM.pptx
 
PPT ILMU FIKIH KLP 11mm-dikonversi.pdf
PPT ILMU FIKIH KLP 11mm-dikonversi.pdfPPT ILMU FIKIH KLP 11mm-dikonversi.pdf
PPT ILMU FIKIH KLP 11mm-dikonversi.pdf
 
Pembagian bid-ah-dan-hukum-bid-ah-dalam-agama-islam
Pembagian bid-ah-dan-hukum-bid-ah-dalam-agama-islamPembagian bid-ah-dan-hukum-bid-ah-dalam-agama-islam
Pembagian bid-ah-dan-hukum-bid-ah-dalam-agama-islam
 
Amalan bidaah dalam masyarakat melayu
Amalan bidaah dalam masyarakat melayuAmalan bidaah dalam masyarakat melayu
Amalan bidaah dalam masyarakat melayu
 
Amalan bidaah dalam masyarakat melayu
Amalan bidaah dalam masyarakat melayuAmalan bidaah dalam masyarakat melayu
Amalan bidaah dalam masyarakat melayu
 
Bida'ah Dalam Masyarakat
Bida'ah Dalam MasyarakatBida'ah Dalam Masyarakat
Bida'ah Dalam Masyarakat
 
Bida'ah dalam masyarakat
Bida'ah dalam masyarakatBida'ah dalam masyarakat
Bida'ah dalam masyarakat
 
sunnah dan bidaah
sunnah dan bidaahsunnah dan bidaah
sunnah dan bidaah
 
Fatwa
FatwaFatwa
Fatwa
 
Pemahaman bid'ah
Pemahaman bid'ahPemahaman bid'ah
Pemahaman bid'ah
 
Bid'ah al fauzan
Bid'ah   al fauzanBid'ah   al fauzan
Bid'ah al fauzan
 
Pengertian Bid'ah hasanah dan sayyi'ah (mengenal dalil umum dan dalil khusus)
Pengertian Bid'ah hasanah dan sayyi'ah (mengenal dalil umum dan dalil khusus)Pengertian Bid'ah hasanah dan sayyi'ah (mengenal dalil umum dan dalil khusus)
Pengertian Bid'ah hasanah dan sayyi'ah (mengenal dalil umum dan dalil khusus)
 
Maksud bid
Maksud bidMaksud bid
Maksud bid
 
definisi Bid'ah menurut Ibn Asyur
definisi Bid'ah menurut Ibn Asyurdefinisi Bid'ah menurut Ibn Asyur
definisi Bid'ah menurut Ibn Asyur
 
Bidah dalam pandangan ahlussunnah wal jamaah
Bidah dalam pandangan ahlussunnah wal jamaahBidah dalam pandangan ahlussunnah wal jamaah
Bidah dalam pandangan ahlussunnah wal jamaah
 
BERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJI
BERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJIBERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJI
BERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJI
 
Bid'ah
Bid'ahBid'ah
Bid'ah
 
Dzari’ah dan hiyal syar’iyyah
Dzari’ah dan hiyal syar’iyyahDzari’ah dan hiyal syar’iyyah
Dzari’ah dan hiyal syar’iyyah
 
Konsep bid'ah dan toleransi fiqih
Konsep bid'ah dan toleransi fiqihKonsep bid'ah dan toleransi fiqih
Konsep bid'ah dan toleransi fiqih
 
Bidah
BidahBidah
Bidah
 

More from Muhsin Hariyanto

Fenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserlFenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserl
Muhsin Hariyanto
 
Al mukhbitun-01
Al mukhbitun-01Al mukhbitun-01
Al mukhbitun-01
Muhsin Hariyanto
 
Membuka pintu (yang) terkunci
Membuka pintu (yang) terkunciMembuka pintu (yang) terkunci
Membuka pintu (yang) terkunci
Muhsin Hariyanto
 
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’alaTawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Muhsin Hariyanto
 
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharramPuasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Muhsin Hariyanto
 
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Muhsin Hariyanto
 
Jalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulisJalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulis
Muhsin Hariyanto
 
Meraih haji mabrur
Meraih haji mabrurMeraih haji mabrur
Meraih haji mabrur
Muhsin Hariyanto
 
Politik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politikPolitik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politik
Muhsin Hariyanto
 
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulamaMenimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Muhsin Hariyanto
 
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosialMembangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Muhsin Hariyanto
 
Menjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halalMenjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halal
Muhsin Hariyanto
 
Lailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta maknaLailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta makna
Muhsin Hariyanto
 
Belajar memberi maaf
Belajar memberi maafBelajar memberi maaf
Belajar memberi maaf
Muhsin Hariyanto
 
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raihKebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
Muhsin Hariyanto
 
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezekiIstighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Muhsin Hariyanto
 
Bermuhammadiyah
BermuhammadiyahBermuhammadiyah
Bermuhammadiyah
Muhsin Hariyanto
 
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Muhsin Hariyanto
 
Mimpi, apa maknanya
Mimpi, apa maknanyaMimpi, apa maknanya
Mimpi, apa maknanya
Muhsin Hariyanto
 
Strategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyahStrategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyah
Muhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Fenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserlFenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserl
 
Al mukhbitun-01
Al mukhbitun-01Al mukhbitun-01
Al mukhbitun-01
 
Membuka pintu (yang) terkunci
Membuka pintu (yang) terkunciMembuka pintu (yang) terkunci
Membuka pintu (yang) terkunci
 
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’alaTawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
 
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharramPuasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
 
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
 
Jalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulisJalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulis
 
Meraih haji mabrur
Meraih haji mabrurMeraih haji mabrur
Meraih haji mabrur
 
Politik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politikPolitik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politik
 
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulamaMenimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
 
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosialMembangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
 
Menjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halalMenjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halal
 
Lailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta maknaLailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta makna
 
Belajar memberi maaf
Belajar memberi maafBelajar memberi maaf
Belajar memberi maaf
 
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raihKebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
 
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezekiIstighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
 
Bermuhammadiyah
BermuhammadiyahBermuhammadiyah
Bermuhammadiyah
 
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
 
Mimpi, apa maknanya
Mimpi, apa maknanyaMimpi, apa maknanya
Mimpi, apa maknanya
 
Strategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyahStrategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyah
 

Recently uploaded

Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratPendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Eldi Mardiansyah
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
SdyokoSusanto1
 
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkdpenjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
jaya35ml2
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
zakkimushoffi41
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
denunugraha
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
Kanaidi ken
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptxRefleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
SholahuddinAslam
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptxPenjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
GuneriHollyIrda
 
PERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptx
PERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptxPERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptx
PERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptx
TeukuEriSyahputra
 

Recently uploaded (20)

Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratPendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
 
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkdpenjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptxRefleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptxPenjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
 
PERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptx
PERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptxPERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptx
PERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptx
 

Bid’ah, apakah itu

  • 1. Page 1 of 10 UNIVERSITY RESIDENCE - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA KARASIBAZHU (Kajian Rabu Siang Ba’da Zhuhur) Bid’ah: “Apakah Itu?” Apakah bid’ah itu? Inilah pertanyaan sederhana yang – ternyata – memerlukan jawaban yang tidak sederhana. Karena, persoalan bid’ah adalah persoalan yang sangat memerlukan jawaban yang akurat. Semua orang harus terbuka untuk menjelajah dalam rangka menemukan jawaban yang tepat atas pertanyaan sederhana ini. Sebab, dengan jawaban yang tuntas terhadap pertanyaan ini, semua pertanyaan tentang bid’ah pun – dengan prasyarat kejujuran dan keterbukaan -- akan terjawab dengan tepat dan memuaskan. A. Pengertian Bid’ah Al-Bid’ah (‫)البدعة‬ – dalam pengertian umum -- sama artinya dengan al-ikhtira’ (‫,)االختراع‬ yang bermakna al-Îdâ’ (‫,)اإليداع‬ yaitu sesuatu (penemuan) yang baru, kreasi atau sesuatu yang diciptakan tanpa ada contoh sebelumnya.1 Bid’ah secara bahasa (etimologi) adalah: “hal yang baru dalam agama setelah agama ini sempurna”.2 Atau sesuatu yang dibuat-buat setelah wafatnya Nabi (Muhammad) shallallâhu ‘alaihi wa sallam berupa kemauan nafsu dan amal perbuatan.3 Apabila dikatakan: “Aku membuat bid’ah, artinya melakukan satu ucapan atau perbuatan tanpa adanya contoh sebelumnya...” Asal kata bid’ah berarti menciptakan tanpa contoh sebelumnya.4 Di antaranya adalah firman Allah Subhânahu wa Ta’âlâ: “Allah pencipta langit dan bumi...” (QS al-Baqarah/2: 117) 1 Menurut Imam ath-Thurthusyi dalam al-Hawâdits wal Bida’, hal. 40, dengan tahqiq Syaikh ‘Ali bin Hasan bin ‘Ali ‘Abdul Hamid al-Halaby al-Atsari. 2 Ar-Razi, Mukhtârush Shihâh, hal. 44. 3 Al-Fairuzabadi, Al-Qâmûs al Muhîth, Ibnnu Manzhur, Lisânul ‘Arab dan Ibnu Taimiyah, Al-Fatâwâ. 4 Ibnu Faris, Mu’jamul Maqâyis fil Lughah, hal. 119.
  • 2. Page 2 of 10 Yakni, bahwa Allah menciptakan keduanya tanpa ada contoh sebelumnya.5 Bid’ah secara istilah (terminologi) memiliki beberapa definisi yang saling melengkapi menurut penjelasan para ulama, di antaranya: Al-Imam Ibnu Taimiyyah rahimahullâh: Beliau rahimahullâh mengungkapkan: “Bid’ah dalam Islam adalah segala yang tidak disyari’atkan oleh Allah dan Rasul-Nya, yakni yang tidak diperintahkan baik dalam wujud perintah wajib atau bentuk anjuran.”6 Bid’ah itu sendiri ada dua macam. Pertama, bid’ah dalam bentuk ucapan atau keyakinan. Kedua, bid’ah dalam bentuk perbuatan dan ibadah. Bentuk kedua ini mencakup juga bentuk pertama, sebagaimana bentuk pertama dapat menggiring pada bentuk yang kedua.7 Atau dengan kata lain, hukum asal dari ibadah adalah dilarang, kecuali yang disyari’atkan. Sedangkan hukum asal dalam masalah mu’amalah (keduniaan) dibolehkan kecuali yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Ibadah asal mulanya tidak diperbolehkan, kecuali yang disyari’atkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Dan segala sesuatu (selain ibadah) asal mulanya diperbolehkan, kecuali yang dilarang oleh Allah.8 Beliau (Ibnu Taimiyyah rahimahullâh) juga menyatakan: “Bid’ah adalah yang bertentangan dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam , atau ijma’ para ulama as-Salaf berupa ibadah maupun keyakinan, seperti pandangan kalangan al-Khawarij, ar-Rafidhah, al-Qadariyyah dan al-Jahmiyyah. Mereka beribadah dengan tarian dan nyanyian dalam masjid. Demikian juga mereka beribadah dengan cara mencukur jenggot, mengkonsumsi ganja dan berbagai bid’ah lainnya yang dijadikan sebagai ibadah oleh sebagian golongan yang bertentangan dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam . Wallâhu a’lam.”9 Imam asy-Syathibi rahimahullâh (wafat tahun 790 H.), menyatakan:10 5 Lihat: Ar-Râghib al-Ashfahani, Al-Mufradât li Alfâzhil Qur-ân, hal. 111, dalam materi (kata) bada’a. 6 Ibnu Taimiyyah Majmû’ Fatâwâ, juz IV, hal. 107-108. 7 Ibid., juz XXII, hal. 306. 8 Ibid., juz IV, hal. 196. 9 Ibid., juz XVIII, hal. 346 dan juz XXXV, hal. 414. 10 Asy-Syathibi, Al-I’tisham, hal. 50, Abu Ishaq Ibrahim bin Musa bin Muhammad al-Gharnathi asy-Syathibi, tahqiq Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilaly, cet.
  • 3. Page 3 of 10 . “Bid’ah adalah cara baru dalam agama yang dibuat menyerupai syari’at dengan maksud untuk berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah Subhânahu wa Ta'âlâ.” Ungkapan: “Cara baru dalam agama,” maksudnya bahwa cara yang dibuat itu disandarkan oleh pembuatnya kepada agama. Tetapi sesungguhnya cara baru yang dibuat itu tidak ada dasar pedomannya dalam syari’at. Sebab dalam agama terdapat banyak cara, di antaranya ada cara yang berdasarkan pedoman dalam syari’at, tetapi juga ada cara yang tidak mempunyai pedoman dalam syari’at. Maka, cara dalam agama yang termasuk dalam kategori bid’ah adalah apabila cara itu baru dan tidak ada dasar-nya dalam syari’at. Artinya, bid’ah adalah cara baru yang dibuat tanpa ada contoh dari syari’at. Sebab bid’ah adalah sesuatu yang ke luar dari apa yang telah ditetapkan dalam syari’at. Ungkapan “menyerupai syari’at” sebagai penegasan bahwa sesuatu yang diada-adakan dalam agama itu pada hakikatnya tidak ada dalam syari’at, bahkan bertentangan dengan syari’at dari beberapa sisi, seperti mengharuskan cara dan bentuk tertentu yang tidak ada dalam syari’at. Juga mengharuskan ibadah-ibadah tertentu yang tidak ada ketentuannya dalam syari’at. Ungkapan “untuk melebih-lebihkan dalam beribadah kepada Allah”, adalah pelengkap makna bid’ah. Sebab demikian itulah tujuan para pelaku bid’ah. Yaitu menganjurkan untuk tekun beribadah, karena manusia diciptakan Allah hanya untuk beribadah kepada-Nya seperti disebutkan dalam firman-Nya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS adz-Dzâriyât/51: 56). Seakan-akan orang yang membuat bid’ah melihat bahwa maksud dalam membuat bid’ah adalah untuk beribadah sebagaimana maksud ayat tersebut. Dia merasa bahwa apa yang telah ditetapkan dalam syari’at tentang undang-undang dan hukum-hukum II/Dâr Ibni ‘Affân, 1414 H.
  • 4. Page 4 of 10 belum mencukupi sehingga dia berlebih-lebihan dan menambahkan serta mengulang-ulanginya.11 Beliau rahimahullâh juga mengungkapkan definisi lain: “Bid’ah adalah satu cara dalam agama ini yang dibuat-buat, bentuknya menyerupai ajaran syari’at yang ada, tujuan dilaksanakannya adalah sebagaimana tujuan syari’at.”12 Beliau rahimahullâh menetapkan definisi yang kedua tersebut bahwa kebiasaan itu bila dilihat sebagai kebiasaan semata tidak akan mengandung kebid’ahan apa-apa, namun bila dilakukan dalam wujud ibadah, atau diletakkan dalam kedudukan sebagai ibadah, ia bisa dimasuki oleh bid’ah. Dengan cara itu, berarti beliau telah mengkorelasikan berbagai definisi yang ada. Beliau memberikan contoh untuk kebiasaan yang pasti mengandung nilai ibadah, seperti jual beli, pernikahan, perceraian, penyewaan, hukum pidana,... karena semuanya itu diikat oleh berbagai hal, persyaratan dan kaedah-kaedah syari’at yang tidak menyediakan pilihan lain bagi seorang muslim selain ketetapan baku itu.13 Imam al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali (wafat th. 795 H.) rahimahullâh14 , Beliau rahimahullâh menyebutkan: “Yang dimaksud dengan bid’ah adalah yang tidak memiliki dasar hukum dalam ajaran syari’at yang mengindikasikan keabsahannya. Adapun yang memiliki dasar dalam syari’at yang menunjukkan kebenarannya, maka secara syari’at tidaklah dikatakan sebagai bid’ah, meskipun secara bahasa dikatakan bid’ah. Maka setiap orang yang membuat-buat sesuatu lalu menisbatkannya kepada ajaran agama, namun tidak memiliki landasan dari ajaran agama yang bisa dijadikan sandaran, berarti itu adalah kesesatan. Ajaran Islam tidak ada hubungannya dengan bid’ah semacam itu. Tak ada bedanya antara perkara yang berkaitan dengan keyakinan, amalan ataupun ucapan, lahir maupun batin. Terdapat beberapa riwayat dari sebagian Ulama Salaf yang menganggap baik sebagian perbuatan bid’ah, padahal yang dimaksud tidak lain adalah bid’ah secara bahasa, bukan menurut syari’at. Contohnya adalah ucapan ‘Umar bin al-Khaththab rahimahullâh, ketika beliau mengumpulkan kaum muslimin untuk melaksanakan shalat malam di bulan Ramadhan (shalat Tarawih) dengan mengikuti satu imam di 11 Lihat: ‘Ali Hasan ‘Ali ‘Abdul Hamid, ‘Ilmu Ushûlil Bida’, hal. 24-25. 12 Al-I’tishâm , hal. 51. 13 Al-I’tishâm, juz II, hal. 568, 569, 570, 594. Lihat juga Sa’id bin Wahf al- Qahthaniy, Nûrus Sunnah wa Zhulumâtul Bid’ah, hal. 30-31. 14 Ibnu Rajab al-Hanbali, Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam, hal. 501, cet. II, Dâr Ibnul Jauzi, th. 1420 H. tahqiq Thariq bin ‘Awadillah bin Muhammad. Lihat: Nûrus Sunnah wa Zhulumâtul Bid’ah, hal. 30-31.
  • 5. Page 5 of 10 masjid. Ketika beliau rahimahullâh keluar, dan melihat mereka shalat berjamaah. Maka beliau rahimahullâh berkata: “Sebaik-baik bid’ah adalah yang semacam ini.”15 B. Pembagian Bid’ah16 1. Bid’ah Haqîqiyyah Bid’ah Haqîqiyyah adalah bid’ah yang tidak memiliki indikasi sama sekali dari syar’i baik dari Kitabullah, as-Sunnah ataupun Ijma’. Serta tidak ada dalil yang digunakan oleh para ulama baik secara global maupun rinci. Oleh sebab itu, disebut sebagai bid’ah karena ia merupakan hal yang dibuat- buat dalam perkara agama tanpa contoh sebelumnya.17 Di antara contohnya adalah bid’ahnya perkataan Jahmiyyah yang menafikan Sifat-Sifat Allah, bid’ah(nya) Qadariyyah, bid’ah(nya) Murji’ah dan lainnya yang mereka mengatakan apa-apa yang tidak dikatakan oleh Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya radhiyallâhu anhum. Contoh lain adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan hidup kependetaan (seperti pendeta) dan mengadakan perayaan Maulid Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam, Isra’ Mi’raj dan lainnya, rangkaian upacara kultural (budaya), yang dianggapnya sebagai bagian dari syariat Islam (kewajiban dalam beragama), yang harus dilaksanakan sebagai pemenuhan atas ketentuan syari’at Islam. 2. Bid’ah Idhâfiyyah18 Adapun Bid’ah Idhâfiyyah adalah bid’ah yang mempunyai dua sisi. Pertama, terdapat hubungannya dengan dalil. Maka dari sisi ini dia bukan bid’ah. Kedua, tidak ada hubungannya samasekali dengan dalil melainkan seperti apa yang terdapat dalam bid’ah haqîqiyyah. Artinya ditinjau dari satu sisi ia adalah ‘Sunnah’, karena bersandar kepada as-Sunnah, namun ditinjau dari sisi lain ia adalah bid’ah karena hanya berlandaskan pada ‘syubhat’ (asumsi), dan bukan dengan dalil yang jelas. 15 Shahîhul Bukhâriy, hadits no. 2010. 16 Lihat al-I’tishaam, juz I, hal. 367 dan seterusnya. 17 Ibid. 18 Para ulama – pada umumnya, saat ini – menjelaskan bahwa “Bid’ah Idhâfiyyah”, yaitu bid’ah yang bermakna: “sesuatu yang pada dasarnya bukan agama, sehingga hukumnya “mubah atau masuk dalam kategori sunnah”, tetapi dilakukan dalam konteks ibadah atau pelaksanaan ajaran agama Islam yang tidak mendapatkan legitimasi keagamaan dari dalil-dalil agama, baik dari al-Quran maupun as-Sunnah”.
  • 6. Page 6 of 10 Adapun perbedaan antara keduanya dari sisi makna adalah bahwa dari sisi asalnya terdapat dalil padanya. Tetapi jika dilihat dari sisi cara, sifat, kondisi pelaksanaannya atau perinciannya, tidak ada dalil sama sekali, padahal kala itu ‘ia’ membutuhkan dalil. Bid’ah semacam itu kebanyakan terjadi dalam ibadah dan bukan ‘kebiasaan’ (budaya) semata. Atas dasar ini, maka bid’ah haqîqiyyah lebih besar dosanya karena dilakukan langsung oleh pelakunya tanpa perantara, sebagai pelanggaran murni dan sangat jelas telah keluar dari syari’at, seperti ucapan kaum Qadariyyah yang menyatakan baik dan buruk menurut akal, mengingkari hadits ahad sebagai hujjah,19 mengingkari adanya Ijma’, mengingkari haramnya khamr, mengatakan bahwa para Imam adalah ma’shum (terpelihara dari dosa)20 ... dan hal-hal lain yang seperti itu.21 Dikatakan bid’ah idhâfiyyah, artinya bahwa bid’ah itu jika ditinjau dari satu sisi disyari’atkan, tetapi dari sisi lain ia hanyalah pendapat belaka. Sebab dari sisi orang yang membuat bid’ah itu, dalam sebagian kondisinya, masuk dalam kategori pendapat pribadi dan tidak didukung oleh dalil-dalil dari setiap sisi.22 Sebagai contoh bid’ah di sini adalah ‘dzikir jama’i’. Tidak diragukan lagi bahwa dzikir dianjurkan dalam syari’at Islam, namun apabila dilaksanakan dengan berjama’ah, beramai-ramai (massal) dan dengan satu suara, maka amalan ini tidak ada contohnya dalam syari’at Islam. Contoh kongkret (yang lain) dari bid’ah ini misalnya: “makan dan minum”. Perbuatan ini pada dasarnya boleh dikejakan oleh siapa pun. Tetapi, perbuatan ini menjadi “bid’ah” andaikata dilakukan dengan “kaifiyyât” (tata-cara) tertentu, di tempat dan waktu tertentu dan dengan maksud-maksud tertentu, yang ketika mengerjakannya dimaksudkan untuk mengerjakan sesuatu yang dianggap atau diasumsikan sebagai pengamalan keagamaan yang diyakini sebagai sesuatu yang diajarkan oleh syari’at Islam. Misalnya makan-minum dalam rangka menyambut datangnya “bulan Muharram”, dengan disertai keyakinan bahwa pada saat itu orang Islam disyari’atkan untuk menyambutnya dengan makan-minum sebagaimana yang dilakukannya, padahal tidak ada satu pun ketentuan syari’at Islam yang menentukannya demikian. Atau yang pada mulanya berkategori sunnah. Seperti: “membaca al-Quran”. Membacanya di sembarang waktu adalah sunnah, tetapi ketika “membaca al-Quran” tersebut kita tentukan waktunya 19 Sebagaimana yang dilakukan oleh sekelompok orang yang berpendapat bahwa hanya hadits mutawatirlah yang bisa dijadikan sebagai hujjah syar’iyyah. Lihat kitab ‘Ilmu Ushûlil Bida’ (hal. 148). 20 Seperti yang diyakini oleh Syi’ah Imamiyyah. 21 Al-I’tishâm, juz I, hal. 221. 22 Ibid.
  • 7. Page 7 of 10 dengan prosedur standar, yang ketika menentukannya disertai “keyakinan” bahwa ketentuan itu adalah bersifat “syar’iyyah”, padahal tidak ada satu pun ketentuan agama yang mengajarkannya, maka perbuatan itu pun dapat dikategorikan “bid’ah”. Contoh kongkretnya adalah: upacara ritual “Yasinan”. Membaca surat Yasin adalah bagian dari sunnah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang dapat dirujuk dalilnya dari keumuman perintah “membaca al-Quran”. Tetapi, begitu kita tentukan suratnya “harus Yâsîn”, di tempat tertentu, pada waktu tertentu, dengan prosedur tertentu, yang – penentuan-penentuan tersebut -- tidak mendapatkan legitimasi syari’ah (tidak ada nash (teks) al-Quran dan atau as-Sunnahnya yang mengajarkannya), maka perbuatan tersebut termasuk “bid’ah”. C. Hukum Bid’ah Dalam Agama Islam Sesungguhnya agama Islam sudah sempurna setelah wafatnya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QSS al- Mâidah/5: 3) Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan semua risalah, tidak ada satupun yang ditinggalkan. Beliau (Rasulullah) shallallâhu ‘alaihi wa sallam telah menunaikan amanah dan menasihati umatnya. Kewajiban seluruh umat mengikuti petunjuk Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam, karena sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan. Wajib bagi seluruh umat untuk mengikuti beliau (Nabi) shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan tidak berbuat bid’ah serta tidak mengadakan perkara-perkara yang baru karena setiap yang baru dalam agama adalah bid’ah dan setiap yang bid’ah adalah sesat. Tidak diragukan lagi bahwa setiap bid’ah dalam agama adalah sesat dan haram, berdasarkan sabda Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam: .
  • 8. Page 8 of 10 “Hati-hatilah kalian terhadap perkara-perkara yang baru. Setiap perkara-perkara yang baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.”23 Demikian juga sabda beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam: . “Barangsiapa yang mengada-ngada dalam urusan (agama) kami ini, sesuatu yang bukan bagian darinya, maka ia tertolak.”24 Kedua hadits di atas menunjukkan bahwa perkara baru yang dibuat- buat dalam agama ini adalah bid’ah, dan setiap bid’ah itu sesat dan tertolak. Bid’ah dalam agama itu diharamkan. Namun tingkat keharamannya berbeda-beda tergantung jenis bid’ah itu sendiri. Ada bid’ah yang menyebabkan kekufuran (Bid’ah Kufriyah), seperti berthawaf keliling kuburan untuk mendekatkan diri kepada para penghuninya, memersembahkan sembelihan dan nadzar kepada kuburan- kuburan itu, berdo’a kepada mereka, meminta keselamatan kepada mereka, demikian juga pendapat kalangan Jahmiyyah, Mu’tazilah dan Rafidhah. Ada juga bid’ah yang menjadi sarana kemusyrikan, seperti mendirikan bangunan di atas kuburan, shalat dan berdoa di atas kuburan dan mengkhususkan ibadah di sisi kubur. Ada juga perbuatan bid’ah yang bernilai kemaksiatan, seperti bid’ah membujang -- yakni menghindari pernikahan -- puasa sambil berdiri di terik panas matahari, mengebiri kemaluan dengan niat menahan syahwat dan lain-lain.25 23 HR Abu Dawud, Sunan Abî Dâwud, juz IV, hal. 200, hadits no. 4607; At- Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, juz V, hal. 44, hadits no. 2676, Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad ibn Hanbal, juz IV, hal. 126, hadits no. 17184; Al-Hakim, Al- Mustadrak, juz I, hal. 176, jadits no. 332. dan Ibnu Majah, Sunan ibn Mâjah, juz I, hal. 31, hadits no. 45 dan 46, dari Sahabat Irbadh bin Sariyah radhiyallâhu ‘anhu, hasan shahîh. 24 HR Al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy, juz III, hal. 241, hadits no. 2697; Muslim, Shahîh Muslim, juz V, hal. 132, hadits no. 45898; Ibnu Majah, Sunan ibn Mâjah, juz I, hal. 10, hadits no. 14; Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad ibn Hanbal, juz VI, hal. 270, hadits no. 26372, Ibnu Hibban, Shahîh ibn Hibban, juz I, hal. 209, hadits no. 27 dan Al-Baihaqi, As-Sunan al-Kubrâ, juz X, hal. 150, hadits no. 21041, dari ‘Aisyah radhiyallâhu anhâ. 25 Lihat: Al-Baihaqi dari Abdullah bin Umar, Al-Madkhal Ilâ as-Sunan al- Kubrâ, juz I, hal. 141, hadits no. 139; Kitâbut Tauhîd, hal. 82 oleh Syaikh Shalih bin
  • 9. Page 9 of 10 Para ulama di kalangan ‘Ahlus Sunnah’ telah sepakat tentang wajibnya mengikuti al-Qur-an dan as-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shâlih, yaitu tiga generasi yang terbaik (Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in) yang disaksikan oleh Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bahwa mereka adalah sebaik-baik manusia. Mereka juga sepakat tentang keharamannya bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat dan kebinasaan, tidak ada di dalam Islam bid’ah yang hasanah. Ibnu ‘Umar radhiyallâhu anhumâ berkata: . “Setiap bid’ah adalah sesat, meskipun manusia memandangnya baik.”26 Imam Sufyan ats-Tsaury rahimahullâh (wafat th. 161 H.)27 berkata: . “Perbuatan bid’ah lebih dicintai oleh iblis daripada kemaksiyatan dan pelaku kemaksiyatan masih mungkin ia untuk bertaubat dari kemaksiyatannya sedangkan pelaku kebid’ahan sulit untuk bertaubat dari kebid’ahannya.”28 Imam Abu Muhammad al-Hasan bin ‘Ali bin Khalaf al-Barbahari (beliau adalah Imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah pada zamannya, wafat th. 329 H.) rahimahullâh berkata: “Jauhilah setiap perkara bid’ah sekecil apa pun, karena bid’ah yang kecil lambat laun akan menjadi besar. Demikian pula kebid’ahan yang terjadi pada umat ini berasal dari perkara kecil dan remeh yang mirip kebenaran sehingga banyak orang terpedaya dan terkecoh, Fauzan al-Fauzan dan Nûrus Sunnah wa Zhulumâtul Bid’ah, hal. 76-77. 26 Riwayat al-Lalika-i dalam Syarh Ushûl I’tiqâd Ahlis Sunnah wal Jamâ’ah, juz I, hal. 192, hadits no. 126, Ibnu Baththah al-‘Ukbari dalam al-Ibânah, juz I, hal. 339, hadits no. 205. Lihat: ‘Ilmu Ushûlil Bid’ah, hal. 92. 27 Nama lengkap beliau adalah Sufyan bin Sa’id bin Masruq ats-Tsauri, Abu ‘Abdillah al-Kufi, seorang hafizh yang tsiqah, faqih, ahli ibadah dan Imâmul Hujjah. Beliau wafat tahun 161 H pada usia 64 tahun. Lihat biografi beliau dalam kitab Taqrîbut Tahdzîb, juz I, hal. 371. 28 Riwayat al-Lalika-i dalam Syarah Ushûl I’tiqâd Ahlis Sunnah wal Jamâ’ah, hadits no. 238; Ibnu Taimiyah, At-Tuhafh al-‘Irâqiyyah Fî al-A’mâl al-Qalbiyyah, juz I, hal. 4 dan Al-Qahthani, Al-Walâ wal Barâ’, juz I, hal. 116.
  • 10. Page 10 of 10 lalu mengikat hati mereka sehingga susah untuk keluar dari jeratannya dan akhirnya mendarah daging lalu diyakini sebagai agama. Tanpa disadari, pelan-pelan mereka menyelisihi jalan lurus dan keluar dari Islam.”29 Khâtimah. Dalam penutup tulisan ini, saya ingin menegaskan dengan kalimat pendek. Kata “Bid’ah” selalu terkait dengan sesuatu yang ditambah- tambahkan atau diada-adakan. Tetapi, tidak semua yang ditambah- tambahkan atau diada-adakan setelah Rasulullah saw secara mutlak dapat kita artikan “Bid’ah. Umat Islam telah melakukan inovasi-inovasi – yang relatif – baru, yang belum pernah dilakukan oleh Rasulullah saw dan Salaf al-Shâlih, tetapi sama sekai tidak dapat disebut bid’ah, karena sama-sekali tidak terkait dengan masalah ibadah dan ketentuan agama. Bahkan dalam beberapa hal telah menunjukkan “pengamalan” ajaran agama Islam secara kongkret dalam wilayah “mu’âmalah-dunyâwiyyah”. Misalnya: “pengembangan Ilmu dan Teknologi dan penerapan-penerapan teori keilmuan dan teknologi yang selaras dengan tujuan syariat Islam itu sendiri”. Inilah yang oleh para ulama disebut dengan istilah ikhtirâ’. Di dalam bangunan teori keilmuan Islam ada istilah yang dikenal dengan sebutan: “al-mashlahah al-mursalah” (kemashlahatan yang terlepas), yang bermakna: “memelihara maksud agama, dengan cara menolak segala macam kerusakan, atas dasar keinginan untuk memelihara kemashlahatan yang tidak – secara tekstual – ditunjukkan oleh nash (teks) al-Quran maupun as-Sunnah, tetapi dapat dipahami secara tersirat bahwa nash (teks) al-Quran maupun as-Sunnah menghendakinya. Inilah yang – kemudian dalam wacana umat Islam – dikatakan sebagai “Kontekstualisasi Doktrin Islam”. Akhirnya, penulis berharap “mudah-mudahan tulisan ini bisa mengingatkan kepada kita, utama seluruh warga Muhammadiyah, untuk selalu bersikap kritis dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam. 29 Al-Barbahari, Syarhus Sunnah lil Imâm al-Barbahâriy, hadits no. 7, tahqiq Khalid bin Qasim ar-Radadi, cet. II, Darus Salaf, th. 1418 H.