SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
1
SEPUTAR PENGERTIAN BID’AH
Menurut Ibn ‘Âsyûr yang menjadi penyebab kebanyakan orang mengira bahwa
kata Bid’ah, Muhdastât, dan munkar adalah murâdif (bersinonim) adalah karena ketiga
lapad ini sudah biasa dipakai untuk mencela. padahal dalam hadis diriwayatkan dari al-
Turmudzî “kullu bid’atin dalâlatin” berkata al-Qâdî Abû Bakar bin al-‘Arabî sebagai
pen-syarah dalam kitabnya âridatul ahwadzî ‘alâ Sunan al-Tirmidzî, sebagai berikut:
‫ملعنامها‬ ‫وال‬ ‫بدعة‬ ‫لفظ‬‫و‬ ‫حمدث‬ ‫للفظ‬ ،‫مذمومني‬ ‫البدعة‬‫و‬ ‫احملدث‬ ‫ليس‬
Muhdats dan bid’ah bukanlah hal yang tercela, keduanya mempunyai makna yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Muhdats (jamaknya Muhdatatsât) dan bid’ah sesuatu yang tidak sama1
, begitupun
tidak setiap bid’ah adalah munkar, karena bid’ah seringkali hukumnya mandûb, mubâh,
makrûh misalnya ketika Umar bin al-Khattâb berkata dalam masalah Salat Tarawih
“ni’ma al-bid’ah Hâdihi. Sementara itu Munkar adalah haram, munkar adalah sesuatu
diingkari oleh Syara. diwajibkan untuk seluruh umat muslim menghindari munkar
berdasarkan ayat wal takun minkum dan man ra’a minkum munkaran falyugâdir
biyâdihî2
. Jelaslah perbedaan antara mungkar, muhdas dan bid’ah baik itu dalam ranah
1
muhdatsât adalah bagian dari bid’ah sesuai dengan hadis
‫ضاللة‬ ‫بدعة‬ ‫كل‬‫فان‬ ،‫األمور‬ ‫وحمدثات‬ ‫إياكم‬
Dalâlah adalah lawan dari al hidayah, Dalâlah dikenal pula dengan maksiat. Contohnya seperti
membarukan jenis i’tiqâd atau ibadah atau asal dalam syariat dan tidak ada kembali (asal) terhadap ushul
syariah maka itu adalah Dalâlah.
2
Tidak perlu bagi pelaku amar ma’ruf dan nahyi munkar mengikutkan manusia terhadap hasil
ijtihad dan madzhabnya, namun hal itu dilakukan sesuasai dengan bahwa hal itu sudah menjadi ijma’ akan
2
lugah atau ranah istilah, hubungan diantaranya adalah ‘Umûm khusus min wajh, maka
sebagian munkar adalah bid’ah dan muhdats, dan sebagian bid’ah dan muhdats adalah
munkar, namun tidak semua bida’h adalah munkar sampai ada dalil yang menunjukkan
akan keharamannya.
Bid’ah menjadi sebuah kata yang paling mashyur dikenal pada masa sekarang,
secara bahasa adalah “al-amr al-Jadîd alladzî lam yasbiq bi nadîrihî (sesuatu yang baru
tanpa terdahului dengan yang serupa), adapun Bid’ah dalam Islam adalah bisa terjadi
dalam dua hal pertama: sesuatu yang baru dan tidak ada contoh dalam agama, kedua:
sesuatu yang diada-adakan dalam urusan agama. Definisi awal diberikan oleh Izuddîn bin
Abî Salam
‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫عهد‬ ‫ىف‬ ‫يعهد‬ ‫مل‬ ‫ما‬
Adapun definisi yang kedua adalah definisi dari Abû Ishaq al-Syâtibî : dalam kitabnya al-
I’tisâm3
‫التعبد‬ ‫ىف‬ ‫املبالغة‬ ‫كها‬‫بسلو‬ ‫يقصد‬ ‫الشرعية‬ ‫تضاهي‬ ‫خمرتعة‬ ‫الدين‬ ‫ىف‬ ‫يقة‬‫ر‬‫ط‬‫سبحانه‬ ‫هلل‬
Amalan atau ucapan, yang tidak ada asalnya dalam syari’at, yang menyerupai urusan
syara’ padahal bukan, dengan bermakud untuk menglebih-lebihkan dalam beribadah
kepad Allah swt.
Bid’ah juga terbagi dua: Pertama yang kembali kepada adat, kedua: kembali
kepada urusan agama, Bid’ah yang tercela adalah sesuatu yang membawa kepada
kemungkarannya. dan syarat untuk melaksanakan amar ma’ruf adalah dengan ilmu, ketika sesuatu sudah
menjadi kesepakatan seperti wajibnya salat dan haram nya zina. Akan tetapi masalah yang khilaf, atau hasil
ijtihad tidak diwajibkan karena ijtihad akan menghasilkan sesuatu yang benar, dan sekalipun salah tidak
akan berdosa, maka keluar dari khilaf adalah pilihan terbaik
3
H. 37 Abî Ishâq Ibrâhîm bin Mûsâ bin Muhammad al-Syâtibî (Beirtu: Dâr al-Tsaqâfah al-
Islâmiyyah, t.th).
3
kesesatan dan menyalahi sunnah atau sesuatu yang ditolak dalam Qawa’id Ushul. Maka
tidak menjadi bid’ah dan bukan kesesatan sunnah Khulafa dan Umat-umat generasi awal.
Bid’ah menjadi terlarang karena melawan (berbalikan) dengan sunnah yang
ditetapkan dan menghilangkan urusan dalam dari syara’ padahal jelas adanya. Bahkan
bid’ah adalah sebuah keniscayaan karena berubahnya sebab-sebab (konteks)4
Bi’dah
yang wâjib, mandzûb, mubâh, ataupun makruh, tidak benar kalau keempat hukum diatas
adalah sesat. Alasan menghadiahkan pahala membaca al-Qu’ran adalah sesuatu yang
bid’ah yang dolalah adalah:
1. Terdapat dalil-dalil yang menunjukkan akan wajib atau istihsan (menganggap)
perbuatan banyak yang baru setelah rasul saw. Setiap hal yang telah menjadi
tradisi dikalangan Umat Islam yang di ACC oleh Syara’ dalam hal wajib, atau
sunat, atau yang telah diizinkan oleh sya’ra bahwa hal itu adalah mubah, atau
sesuatu yang tidak diancam dengan siksaan dengan dikerjakannya yakni makruh,
maka mengerjakannya bukan termasuk perilaku dolalah,perbuatan yang makruh
tanpa termasuk dolalah, sekalipun lapad bid’ah diartikan dengan mengada-adakan
yang cenderung haram dalam agama seperti perspektif al-Syatibi
2. Pesan dari ayat “al-yauma akmaltu lakum dînikum” adalah hal-hal yang bersifat
kulliyah/keseluruhan agama bukan parsialnya, seperti halnya penjelasan Abu
Ishak al-Syatibi, jika tidak demikian maka batal kaidah qiyas dan selainnya dari
sesuatu yang datang baru bermunculan demi kemaslahatan bagi umat. adapun
urusan furu’iyah allah berfirman “likullin ja’alna minkum syiratan wa minhajan
4
Ihya Ulumuddin 2/3.
4
Bid’ah yang terlarang adalah jenis baru dalam perbuatan, i’tiqad ataupun ucapan
yang tidak ada sangkut paut dan kesamaan dengan syara’ yang telah berlaku seperit
ucapan, Tuhan tidak mempunyai kekuasaan, dan seperti keyakinan orang-orang jabariyah
dan murjiah, dan keyakinan untuk mengkafirkan perbuatan dosa, karena para imam
terdahulu memvonis orang seperti ini adalah dengan ahli bid’ah dan pengikut hawa nafsu,
contoh dari bid’ah dalam peribadahan adalah seperti menyiksa diri dengan diam dibawah
matahari lihat juga seperti dalam hadis muwatha.
Adapun yang ada kembali dan seperti syara’ maka hal itu tidak termasuk seperti
bidah yang dilarang, baik yang kembalinya secara kulli seperti ruju’nya kaum
mutakalimin dalam beristidalal tentang hudusnya alam, karena hal itu bagian dari berpikir
yang diperintahkan dalam agama, begitu pula mendefinisikan dan mengklasifikasikan
sifat Allah terhadap sifat Nafsi, salabi, ma’ani dan ma’nawiyah, hal ini justru bagian dari
jalan dari bertauhid kepada Allah swt, karenanya Ulama Kalam tidak pernah divonis
sebagai ahli Bid’ah, begitupula seperti menruju’kan bilangan salat tarawih di Ramadhan
kepada hukum sunatnya pada malam hari, karena penentuan waktu dan bilangan yang
disertai dengan ibadah tidak termasuk bid’ah, karenanya Umar berkata terkait salat
Tarawih “ni’ma al-bid’ah hadihi”. Dan seperti menruju’kan haramnya “nabid” terhadap
asal haramnya khamar

More Related Content

What's hot

Beriman kepada Kitab - Kitab Allah
Beriman kepada Kitab - Kitab AllahBeriman kepada Kitab - Kitab Allah
Beriman kepada Kitab - Kitab AllahBellaNindaThania
 
Qurdist 11 semester 2 berlomba dalam kebaikan
Qurdist 11 semester 2 berlomba dalam kebaikanQurdist 11 semester 2 berlomba dalam kebaikan
Qurdist 11 semester 2 berlomba dalam kebaikanTatik Suwartinah
 
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratKaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratArif Arif
 
Makalah nasikh dan mansukh
Makalah nasikh dan mansukhMakalah nasikh dan mansukh
Makalah nasikh dan mansukhMuhammad Iqbal
 
Kitab-kitab allah
Kitab-kitab allahKitab-kitab allah
Kitab-kitab allahJodhy Putra
 
12 hadits lemah dan palsu seputar ramadhan
12 hadits lemah dan palsu seputar ramadhan12 hadits lemah dan palsu seputar ramadhan
12 hadits lemah dan palsu seputar ramadhanJaka Supriyanta
 
Tasyri' masa nabi Muhammad Saw
Tasyri'  masa nabi Muhammad SawTasyri'  masa nabi Muhammad Saw
Tasyri' masa nabi Muhammad SawMarhamah Saleh
 
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidihaKaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidihaDodyk Fallen
 
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al qur’an
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al  qur’anKedudukan dan fungsi hadits terhadap al  qur’an
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al qur’anVia Dewi Syahara
 
Sanksi berciuman dalam buku terbitan hizbut tahrir
Sanksi berciuman dalam buku terbitan hizbut tahrirSanksi berciuman dalam buku terbitan hizbut tahrir
Sanksi berciuman dalam buku terbitan hizbut tahrirRizky Faisal
 
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihad
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihadPendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihad
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihadMarhamah Saleh
 
Konsep bid'ah dan toleransi fiqih
Konsep bid'ah dan toleransi fiqihKonsep bid'ah dan toleransi fiqih
Konsep bid'ah dan toleransi fiqihImamApandi
 
Sumber ajaran islam
Sumber ajaran islamSumber ajaran islam
Sumber ajaran islameviy ana
 
Presentasi terminologi Tarikh Tayri'
Presentasi  terminologi Tarikh Tayri'Presentasi  terminologi Tarikh Tayri'
Presentasi terminologi Tarikh Tayri'Marhamah Saleh
 
Fungsi hadits dalam ajaran islam
Fungsi hadits dalam ajaran islamFungsi hadits dalam ajaran islam
Fungsi hadits dalam ajaran islamSri Wiji Lestari
 

What's hot (20)

Materi Al Qur'an
Materi Al Qur'anMateri Al Qur'an
Materi Al Qur'an
 
Beriman kepada Kitab - Kitab Allah
Beriman kepada Kitab - Kitab AllahBeriman kepada Kitab - Kitab Allah
Beriman kepada Kitab - Kitab Allah
 
Qurdist 11 semester 2 berlomba dalam kebaikan
Qurdist 11 semester 2 berlomba dalam kebaikanQurdist 11 semester 2 berlomba dalam kebaikan
Qurdist 11 semester 2 berlomba dalam kebaikan
 
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratKaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
 
Makalah nasikh dan mansukh
Makalah nasikh dan mansukhMakalah nasikh dan mansukh
Makalah nasikh dan mansukh
 
Kitab-kitab allah
Kitab-kitab allahKitab-kitab allah
Kitab-kitab allah
 
12 hadits lemah dan palsu seputar ramadhan
12 hadits lemah dan palsu seputar ramadhan12 hadits lemah dan palsu seputar ramadhan
12 hadits lemah dan palsu seputar ramadhan
 
Tasyri' masa nabi Muhammad Saw
Tasyri'  masa nabi Muhammad SawTasyri'  masa nabi Muhammad Saw
Tasyri' masa nabi Muhammad Saw
 
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidihaKaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
 
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al qur’an
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al  qur’anKedudukan dan fungsi hadits terhadap al  qur’an
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al qur’an
 
Makalah al yakin la yuzalu bi syak
Makalah al yakin la yuzalu bi syakMakalah al yakin la yuzalu bi syak
Makalah al yakin la yuzalu bi syak
 
Asbabul wurud
Asbabul wurudAsbabul wurud
Asbabul wurud
 
Sanksi berciuman dalam buku terbitan hizbut tahrir
Sanksi berciuman dalam buku terbitan hizbut tahrirSanksi berciuman dalam buku terbitan hizbut tahrir
Sanksi berciuman dalam buku terbitan hizbut tahrir
 
Bab i uq
Bab i uq Bab i uq
Bab i uq
 
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihad
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihadPendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihad
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihad
 
Konsep bid'ah dan toleransi fiqih
Konsep bid'ah dan toleransi fiqihKonsep bid'ah dan toleransi fiqih
Konsep bid'ah dan toleransi fiqih
 
Presentasi kitab zabur
Presentasi kitab zaburPresentasi kitab zabur
Presentasi kitab zabur
 
Sumber ajaran islam
Sumber ajaran islamSumber ajaran islam
Sumber ajaran islam
 
Presentasi terminologi Tarikh Tayri'
Presentasi  terminologi Tarikh Tayri'Presentasi  terminologi Tarikh Tayri'
Presentasi terminologi Tarikh Tayri'
 
Fungsi hadits dalam ajaran islam
Fungsi hadits dalam ajaran islamFungsi hadits dalam ajaran islam
Fungsi hadits dalam ajaran islam
 

Similar to definisi Bid'ah menurut Ibn Asyur

Similar to definisi Bid'ah menurut Ibn Asyur (20)

Rukun al fahmu pt 5
Rukun al fahmu pt 5Rukun al fahmu pt 5
Rukun al fahmu pt 5
 
Bid'ah
Bid'ahBid'ah
Bid'ah
 
Pengertian Bid'ah hasanah dan sayyi'ah (mengenal dalil umum dan dalil khusus)
Pengertian Bid'ah hasanah dan sayyi'ah (mengenal dalil umum dan dalil khusus)Pengertian Bid'ah hasanah dan sayyi'ah (mengenal dalil umum dan dalil khusus)
Pengertian Bid'ah hasanah dan sayyi'ah (mengenal dalil umum dan dalil khusus)
 
PPT ILMU FIKIH KLP 11mm-dikonversi.pdf
PPT ILMU FIKIH KLP 11mm-dikonversi.pdfPPT ILMU FIKIH KLP 11mm-dikonversi.pdf
PPT ILMU FIKIH KLP 11mm-dikonversi.pdf
 
Bid’ah, apakah itu
Bid’ah, apakah ituBid’ah, apakah itu
Bid’ah, apakah itu
 
Hadis Sebagai sumber Ajaran islam
Hadis Sebagai sumber Ajaran islamHadis Sebagai sumber Ajaran islam
Hadis Sebagai sumber Ajaran islam
 
Bidah dalam pandangan ahlussunnah wal jamaah
Bidah dalam pandangan ahlussunnah wal jamaahBidah dalam pandangan ahlussunnah wal jamaah
Bidah dalam pandangan ahlussunnah wal jamaah
 
makalah studi hadis
makalah studi hadismakalah studi hadis
makalah studi hadis
 
Amalan bidaah dalam masyarakat melayu
Amalan bidaah dalam masyarakat melayuAmalan bidaah dalam masyarakat melayu
Amalan bidaah dalam masyarakat melayu
 
Amalan bidaah dalam masyarakat melayu
Amalan bidaah dalam masyarakat melayuAmalan bidaah dalam masyarakat melayu
Amalan bidaah dalam masyarakat melayu
 
Akidah akhlak~ALIRAN MUKTAZILAH
Akidah akhlak~ALIRAN MUKTAZILAHAkidah akhlak~ALIRAN MUKTAZILAH
Akidah akhlak~ALIRAN MUKTAZILAH
 
Fatwa
FatwaFatwa
Fatwa
 
Fiqih bid’ah
Fiqih bid’ahFiqih bid’ah
Fiqih bid’ah
 
Ahlu Sunah Waljama'ah (Aswaja)
Ahlu Sunah Waljama'ah (Aswaja)Ahlu Sunah Waljama'ah (Aswaja)
Ahlu Sunah Waljama'ah (Aswaja)
 
Bida'ah Dalam Masyarakat
Bida'ah Dalam MasyarakatBida'ah Dalam Masyarakat
Bida'ah Dalam Masyarakat
 
Bida'ah dalam masyarakat
Bida'ah dalam masyarakatBida'ah dalam masyarakat
Bida'ah dalam masyarakat
 
FENOMENA INKAR SUNNAH
FENOMENA INKAR SUNNAHFENOMENA INKAR SUNNAH
FENOMENA INKAR SUNNAH
 
Makalah tentang bid'ah
Makalah tentang bid'ahMakalah tentang bid'ah
Makalah tentang bid'ah
 
Hadits Maudlu
Hadits MaudluHadits Maudlu
Hadits Maudlu
 
Pemahaman bid'ah
Pemahaman bid'ahPemahaman bid'ah
Pemahaman bid'ah
 

definisi Bid'ah menurut Ibn Asyur

  • 1. 1 SEPUTAR PENGERTIAN BID’AH Menurut Ibn ‘Âsyûr yang menjadi penyebab kebanyakan orang mengira bahwa kata Bid’ah, Muhdastât, dan munkar adalah murâdif (bersinonim) adalah karena ketiga lapad ini sudah biasa dipakai untuk mencela. padahal dalam hadis diriwayatkan dari al- Turmudzî “kullu bid’atin dalâlatin” berkata al-Qâdî Abû Bakar bin al-‘Arabî sebagai pen-syarah dalam kitabnya âridatul ahwadzî ‘alâ Sunan al-Tirmidzî, sebagai berikut: ‫ملعنامها‬ ‫وال‬ ‫بدعة‬ ‫لفظ‬‫و‬ ‫حمدث‬ ‫للفظ‬ ،‫مذمومني‬ ‫البدعة‬‫و‬ ‫احملدث‬ ‫ليس‬ Muhdats dan bid’ah bukanlah hal yang tercela, keduanya mempunyai makna yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Muhdats (jamaknya Muhdatatsât) dan bid’ah sesuatu yang tidak sama1 , begitupun tidak setiap bid’ah adalah munkar, karena bid’ah seringkali hukumnya mandûb, mubâh, makrûh misalnya ketika Umar bin al-Khattâb berkata dalam masalah Salat Tarawih “ni’ma al-bid’ah Hâdihi. Sementara itu Munkar adalah haram, munkar adalah sesuatu diingkari oleh Syara. diwajibkan untuk seluruh umat muslim menghindari munkar berdasarkan ayat wal takun minkum dan man ra’a minkum munkaran falyugâdir biyâdihî2 . Jelaslah perbedaan antara mungkar, muhdas dan bid’ah baik itu dalam ranah 1 muhdatsât adalah bagian dari bid’ah sesuai dengan hadis ‫ضاللة‬ ‫بدعة‬ ‫كل‬‫فان‬ ،‫األمور‬ ‫وحمدثات‬ ‫إياكم‬ Dalâlah adalah lawan dari al hidayah, Dalâlah dikenal pula dengan maksiat. Contohnya seperti membarukan jenis i’tiqâd atau ibadah atau asal dalam syariat dan tidak ada kembali (asal) terhadap ushul syariah maka itu adalah Dalâlah. 2 Tidak perlu bagi pelaku amar ma’ruf dan nahyi munkar mengikutkan manusia terhadap hasil ijtihad dan madzhabnya, namun hal itu dilakukan sesuasai dengan bahwa hal itu sudah menjadi ijma’ akan
  • 2. 2 lugah atau ranah istilah, hubungan diantaranya adalah ‘Umûm khusus min wajh, maka sebagian munkar adalah bid’ah dan muhdats, dan sebagian bid’ah dan muhdats adalah munkar, namun tidak semua bida’h adalah munkar sampai ada dalil yang menunjukkan akan keharamannya. Bid’ah menjadi sebuah kata yang paling mashyur dikenal pada masa sekarang, secara bahasa adalah “al-amr al-Jadîd alladzî lam yasbiq bi nadîrihî (sesuatu yang baru tanpa terdahului dengan yang serupa), adapun Bid’ah dalam Islam adalah bisa terjadi dalam dua hal pertama: sesuatu yang baru dan tidak ada contoh dalam agama, kedua: sesuatu yang diada-adakan dalam urusan agama. Definisi awal diberikan oleh Izuddîn bin Abî Salam ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫عهد‬ ‫ىف‬ ‫يعهد‬ ‫مل‬ ‫ما‬ Adapun definisi yang kedua adalah definisi dari Abû Ishaq al-Syâtibî : dalam kitabnya al- I’tisâm3 ‫التعبد‬ ‫ىف‬ ‫املبالغة‬ ‫كها‬‫بسلو‬ ‫يقصد‬ ‫الشرعية‬ ‫تضاهي‬ ‫خمرتعة‬ ‫الدين‬ ‫ىف‬ ‫يقة‬‫ر‬‫ط‬‫سبحانه‬ ‫هلل‬ Amalan atau ucapan, yang tidak ada asalnya dalam syari’at, yang menyerupai urusan syara’ padahal bukan, dengan bermakud untuk menglebih-lebihkan dalam beribadah kepad Allah swt. Bid’ah juga terbagi dua: Pertama yang kembali kepada adat, kedua: kembali kepada urusan agama, Bid’ah yang tercela adalah sesuatu yang membawa kepada kemungkarannya. dan syarat untuk melaksanakan amar ma’ruf adalah dengan ilmu, ketika sesuatu sudah menjadi kesepakatan seperti wajibnya salat dan haram nya zina. Akan tetapi masalah yang khilaf, atau hasil ijtihad tidak diwajibkan karena ijtihad akan menghasilkan sesuatu yang benar, dan sekalipun salah tidak akan berdosa, maka keluar dari khilaf adalah pilihan terbaik 3 H. 37 Abî Ishâq Ibrâhîm bin Mûsâ bin Muhammad al-Syâtibî (Beirtu: Dâr al-Tsaqâfah al- Islâmiyyah, t.th).
  • 3. 3 kesesatan dan menyalahi sunnah atau sesuatu yang ditolak dalam Qawa’id Ushul. Maka tidak menjadi bid’ah dan bukan kesesatan sunnah Khulafa dan Umat-umat generasi awal. Bid’ah menjadi terlarang karena melawan (berbalikan) dengan sunnah yang ditetapkan dan menghilangkan urusan dalam dari syara’ padahal jelas adanya. Bahkan bid’ah adalah sebuah keniscayaan karena berubahnya sebab-sebab (konteks)4 Bi’dah yang wâjib, mandzûb, mubâh, ataupun makruh, tidak benar kalau keempat hukum diatas adalah sesat. Alasan menghadiahkan pahala membaca al-Qu’ran adalah sesuatu yang bid’ah yang dolalah adalah: 1. Terdapat dalil-dalil yang menunjukkan akan wajib atau istihsan (menganggap) perbuatan banyak yang baru setelah rasul saw. Setiap hal yang telah menjadi tradisi dikalangan Umat Islam yang di ACC oleh Syara’ dalam hal wajib, atau sunat, atau yang telah diizinkan oleh sya’ra bahwa hal itu adalah mubah, atau sesuatu yang tidak diancam dengan siksaan dengan dikerjakannya yakni makruh, maka mengerjakannya bukan termasuk perilaku dolalah,perbuatan yang makruh tanpa termasuk dolalah, sekalipun lapad bid’ah diartikan dengan mengada-adakan yang cenderung haram dalam agama seperti perspektif al-Syatibi 2. Pesan dari ayat “al-yauma akmaltu lakum dînikum” adalah hal-hal yang bersifat kulliyah/keseluruhan agama bukan parsialnya, seperti halnya penjelasan Abu Ishak al-Syatibi, jika tidak demikian maka batal kaidah qiyas dan selainnya dari sesuatu yang datang baru bermunculan demi kemaslahatan bagi umat. adapun urusan furu’iyah allah berfirman “likullin ja’alna minkum syiratan wa minhajan 4 Ihya Ulumuddin 2/3.
  • 4. 4 Bid’ah yang terlarang adalah jenis baru dalam perbuatan, i’tiqad ataupun ucapan yang tidak ada sangkut paut dan kesamaan dengan syara’ yang telah berlaku seperit ucapan, Tuhan tidak mempunyai kekuasaan, dan seperti keyakinan orang-orang jabariyah dan murjiah, dan keyakinan untuk mengkafirkan perbuatan dosa, karena para imam terdahulu memvonis orang seperti ini adalah dengan ahli bid’ah dan pengikut hawa nafsu, contoh dari bid’ah dalam peribadahan adalah seperti menyiksa diri dengan diam dibawah matahari lihat juga seperti dalam hadis muwatha. Adapun yang ada kembali dan seperti syara’ maka hal itu tidak termasuk seperti bidah yang dilarang, baik yang kembalinya secara kulli seperti ruju’nya kaum mutakalimin dalam beristidalal tentang hudusnya alam, karena hal itu bagian dari berpikir yang diperintahkan dalam agama, begitu pula mendefinisikan dan mengklasifikasikan sifat Allah terhadap sifat Nafsi, salabi, ma’ani dan ma’nawiyah, hal ini justru bagian dari jalan dari bertauhid kepada Allah swt, karenanya Ulama Kalam tidak pernah divonis sebagai ahli Bid’ah, begitupula seperti menruju’kan bilangan salat tarawih di Ramadhan kepada hukum sunatnya pada malam hari, karena penentuan waktu dan bilangan yang disertai dengan ibadah tidak termasuk bid’ah, karenanya Umar berkata terkait salat Tarawih “ni’ma al-bid’ah hadihi”. Dan seperti menruju’kan haramnya “nabid” terhadap asal haramnya khamar