Dokumen tersebut membahas tentang definisi bahasa menurut dua pakar yaitu Kridalaksana dan Djoko Kentjono, yaitu bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh anggota kelompok sosial untuk berkomunikasi. Dokumen tersebut juga menjelaskan bahwa salah satu ciri bahasa adalah sebagai sistem yang terdiri atas unsur-unsur yang tersusun secara teratur menurut pola tertentu. Jen
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
Bahasa sebagai sistem
1.
2. Disusun oleh Ester Emilia (2115130412)
Kelas 1B Semester 099
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGRI JAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2013
3. Apa yang dilakukan oleh orang-orang ketika mereka bersama? Ketika mereka
bermain, bertanding, menyatakan cinta, atau memacu mobil balapnya? Mereka saling
berbicara. Kita hidup dalam dunia kata-kata. Kita berbicara kepada teman, perkumpulan,
pasangan, atau kepada guru. Kita berbicara dengan bertemu muka atau telepon.
Kebanyakan orang melakukan tanggapan dengan berbicara. Alhasil, setiap masalah
dalam kehidupan kita tidak pernah lepas dari menggunakan kata-kata.
Penguasaan terhadap bahasa adalah suatu hal yang sangat penting melebihi
atribut apapun, serta apa yang membedakan manusia dengan mahluk hidup lainnya.
Untuk memahami kemanusiaan kita, orang harus memahami atau mengetahui bahasa
yang menjadikan kita sebagai manusia. Oleh karena itu, menurut kepercayaan ini kita
semua menjadi “manusia” karena kita setidak-tidaknya menguasai atau mengetahui
sebuah bahasa. Tetapi apakah bahasa itu?
Maka, jawaban dari pertanyaan diatas haruslah berkenaan dengan “sosok”
bahasa itu, bukan tentang fungsi atau lainnya. Seperti yang dikemukakan oleh
Kridalaksana dan juga Djoko Kentjono “Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter
yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,
dan mengidentifikasikan diri”. Dapat dilihat diatas bahwa definisi bahasa menurut dua
pakar lebih ditekankan pada ciri bahasa itu sendiri. Kalau dibutiri akan didapatkan
beberapa ciri yang hakiki dari bahasa, salah satunya adalah bahasa sebagai sebuah
sistem.
4. Kata sistem sudah biasa digunakan dalam kehidupan seharihari dengan makna „cara‟ atau „aturan‟, seperti dalam kalimat “Kalau
tahu sistemnnya, tentu mudah mengerjakannya”. Dalam kaitan dengan
keilmuan, sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk
suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Sistem ini dibentuk
oleh sejumlah unsur atau komponen yang satu dengan lainnya dan
berhubungan secara fungsional. Sebagaimana yang telah dijelaskan
diatas tentang sistem, bahasa terdiri atas unsur-unsur yang tersusun
secara teratur. Bahasa bukanlah sejumlah unsur yang terkumpul
secara acak atau tak beraturan.
Untuk mendapat pengertian yang lebih baik, kita ambil contoh
yang konkret, yaitu sebuah sepeda. Sebuah sepeda dapat berfungsi
kalau unsur atau komponennya (roda, rantai, kemudi, dan sebagainya)
tersusun sesuai dengan pola atau tempatnya. Kalau komponennya
tidak terletak pada tempat yang seharusnya, meskipun secara
keseluran tampaknya utuh, maka sepeda itu tak dapat berfungsi
karena susunannya tidak membentuk sebuah sistem.
5. Bahasa terdiri dari unsur-unsur atau komponen-komponen
yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu yang
berulang, dan memebentuk suatu kesatuan, sehingga kalau salah
satu unsur saja tidak muncul, keseluruhan unsur itu dapat
diramalkan (diduga) kehadirannya. Sebagai contoh bila kita
menemukan kalimat berikut
1)
2)
melompatlah kucing itu ke meja.
Kemudian kucing itu melompatlah ke meja.
Kita
secara
intuisi,
sebagai
penutur
bahasa
Indonesia, akan tahu bahwa deretan (1) adalah sebuah kalimat
bahasa Indonesia karena tersusun dengan benar menurut pola
aturan kaidah bahasa Indonesia. Sebaliknya, deretan (2) bukan
kalimat bahasa Indonesia yang baik karena tidak tersusun
menurut pola aturan atau sistem bahasa Indonesia.
6. Pola-pola sistem dapat kita pelajari. Karena itu kita
akan tahu kalau sudah kita pelajari, apakah suatu kalimat
adalah bahasa Indonesia yang benar atau tidak. Kita juga
bisa mengenali suatu kalimat bahasa Indonesia yang benar
atau tidak meskipun ada unsur yang ditaanggalkan.
Misalnya:
Ibu
a
mem...
b
seekor ......
c
d
Pada konstruksi (3) diatas unsur „b‟ dan „d‟
dihilangkan sebagian namun, sebagai penutur bahasa
Indonesia kita dapat memahami dari polanya, bahwa
konstruksi (3) itu adalah sebuah kalimat bahasa Indonesia
yang baik. Kita juga dapat meramalkan bagian „b‟ yang
dihilangkan, pasti sebuah kata yang dimulai dengan
konsosnan /b/, mungkin beli, bakar, atau bunuh. Bagian „d‟
yang dihilangkan juga dapat diramalkan berupa nama
binatang, mungkin ikan, kucing, atau tikus.
7. Sebagai sebuah sistem, bahasa itu sekaligus bersifat
sistematis dan sistemis. Dengan sistematis, artinya, bahasa
itu tersusun menurut suatu pola; tidak tersusun secara acak,
secara sembarangan. Sedangkan sistemis, artinya, bahasa
itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari
sub-subsistem; atau sistem dibawahnya. Disini dapat
disebutkan, antara lain, subsistem fonologi, subsistem
morfologi subsistem sintaksis, dan subsistem semantik.
Subsistem bahasa, terutama subsistem fonologi,
subsistem morfologi, dan subsistem sintaksis tersususn
secara hierarkis (mempunyai susunan atau struktur). Ketiga
subsistem itu (fonologi, morfologi, dan sintaksis) terkait
dengan subsistem semantik sedangkan subsistem leksikon
yang juga diliputi subsistem semantik berada diluar ketiga
subsistem struktural itu.
8. Jenjang subsistem ini dalam linguistik dikenal
dengan nama tataran linguistik atau tataran bahasa.
Tataran fonem masuk dalam bidang kajian fonologi;
tataran morfem dan kata masuk dalam bidang kajian
morfologi; tataran frase, klausa, kalimat, dan wacana
masuk dalam bidang kajian sintaksis. Tetapi perlu
dicatat, bahwa kata selain dikaji dalam morfologi juga
dikaji dalam sintaksis. Dalam morfologi, kata menjadi
satuan terbesar, sedangkan dalam sintaksis kata
menjadi satuan terkecil. Dalam kajian morfologi kata itu
dikaji secara struktur dan proses pembentukannya,
sedangkan dalam sintaksis dikaji sebagai unsur
pembentukan satuan sintaksis yang lebih besar.
9. Perlu dicatat pula, kajian linguistik itu sendiri dibagi
dalam beberapa tataran, yaitu tataran fonologi, tataran
morfologi, tataran sintaksis, tataran semantik, dan
tataran leksikon. Tataran morfoloi sering digabung
dengan tataran sintaksis menjadi, yang disebut,
tataran gramatikal atau tata bahasa. Secara hierarki,
tataran bahasa itu dapat dibagankan menjadi seperti
berikut:
Wacana
Kalimat
Klausa
Sintaksis
Frase
Gramatikal
Kata
Morfem
Morfologi
Fonem
Fon
Fonologi
10. Penguasaan terhadap bahasa adalah hal yang sangat penting melebihi atribut
apapun. Tetapi apakah bahasa itu? Maka, jawaban dari pertanyaan diatas haruslah
berkenaan dengan “sosok” bahasa itu, bukan tentang fungsi atau lainnya. Seperti yang
dikemukakan oleh Kridalaksana dan juga Djoko Kentjono “Bahasa adalah sistem lambang
bunyi yang arbiter yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama,
berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri”. Dapat dilihat diatas bahwa definisi bahasa
menurut dua pakar lebih ditekankan pada ciri bahasa itu sendiri. Kalau dibutiri akan
didapatkan beberapa ciri yang hakiki dari bahasa, salah satunya adalah bahasa sebagai
sebuah sistem.
Kata sistem sudah biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan makna
„cara‟ atau „aturan‟, dalam kaitan dengan keilmuan, sistem berarti susunan teratur berpola
yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Sebagaimana yang
telah dijelaskan diatas tentang sistem, bahasa terdiri dari unsur-unsur atau komponenkomponen yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu yang berulang, dan
memebentuk suatu kesatuan, sehingga kalau salah satu unsur saja tidak muncul,
keseluruhan unsur itu dapat diramalkan (diduga) kehadirannya.
Sebagai sebuah sistem, bahasa itu sekaligus bersifat sistematis dan sistemis.
Dengan sistematis, artinya, bahasa itu tersusun menurut suatu pola; tidak tersusun secara
acak, secara sembarangan. Sedangkan sistemis, artinya, bahasa itu bukan merupakan
sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari sub-subsistem; atau sistem dibawahnya. Disini dapat
disebutkan, antara lain, subsistem fonologi, subsistem morfologi subsistem sintaksis, dan
subsistem semantik. Jenjang subsistem ini dalam linguistik dikenal dengan nama tataran
linguistik atau tataran bahasa.
11. H.P, Achmad. Abdullah, Alek. 2012. Linguistik
Umum. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta:
Rineka Cipta.
Finoza, Lamuddin. 2009. Komposisi Bahasa
Indonesia untuk Mahasiswa. Jakarta: Diksi Insan
Mulya.