1. Nama Kelompok :
• Fida Mumtahanah
• Oki Fitriani
• Rahma Dian Pratiwi
• Safira Azzahra
• Shafa Nabila Eka Puteri
Bahasa Indonesia
BAB III
DIKSI DAN GAYA BAHASA
KESEHATAN MASYARAKAT / 1A
2. Pengertian Diksi
Diksi atau pilihan kata adalah hasil dari upaya memilih kata
yang tepat untuk dipakai dalam suatu tuturan bahasa.
Diksi bukan hanya sekedar memilih yang tepat tetapi
untuk menentukan kata mana yang cocok digunakan
dalam kalimat yang maknanya tidak bertentangan
dengan nilai-nilai yang diakui masyarakat.
Contohnya : kata mati, yang bermakna
meninggal, wafat, kembali ke haribaan Tuhan
3. Syarat-syarat Diksi
1. Ketepatan pemilihan kata
Indikator ketepatan pemilihan kata antara lain :
1. Mengomunikasikan gagasan berdasarkan pilihan kata
yang tepat dan sesuai berdasarkan kaidah bahasa
Indonesia
2. Menghasilkan komunikasi puncak (yang paling efektif)
tanpa salah penafsiran atau salah makna
3. Menghasilkan respon pembaca atau pendengar sesuai
dengan harapan penulis atau pembaca
4. Menghasilkan target komunikasi yang diharapkan
4. Ketepatan pemilihan kata terdiri dari beberapa pilihan
kata yaitu:
1. Denotatif dan konotatif
Konotatif adalah makna yang timbul sebagai
akibat dari sikap sosial pribadi dan kriteria
tambahan yang dikenakan pada sebuah makna
konseptual. Makna konotatif tidak tetap.
Contohnya: kamar kecil mengacu pada kamar
yang kecil (denotatif), tetapi kamar kecil berarti
jamban (konotatif)
Denotatif adalah makna wajar yang sesuai dengan apa adanya.
Contohnya : makan bermakna memasukkan sesuatu ke dalam
mulut, dikunyah dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah
makna denotatif.
5. 2. Kata umum dan kata khusus
Kata umum adalah kata yang cakupan maknanya lebih
luas atau disebut hipernim.
Kata khusus adalah kata yang cakupan maknanya
lebih sempit atau terbatas atau disebut hiponim.
Contoh
kata umum : melihat
kata khusus :
menyaksikan, meneliti, memeriksa, menonton, melirik, mel
otot
6. 3. Sinonim, Homofon dan Homograf
• Sinonim adalah kata-kata yang mempunyai makna yang
sama atau mirip
Contoh : muka, paras, wajah, tampang
• Homofon adalah kelompok kata yang mempunyai
kesamaan bunyi, tetapi tulisan berbeda dan maknanya pun
berbeda
Contoh : Bank (tempat menyimpan uang), Bang (kakak)
• Homograf adalah kelompok kata yang memepunyai
kesamaan huruf tetapi pengucapannya berbeda dan
meknanya berbeda
Contoh : Teras (inti –e keras) dan Teras (beranda rumah –e
lemah)
7. 4. Abstrak dan Konkret
Kata yang acuannya semakin mudah diserap oleh panca
indra disebut kata konkrit.
Contoh: lemari, kursi, mobil, tampan.
Jika acuannya sebuah kata tidak mudah diserap
pancaindra, kata itu disebut kata abstrak.
Contoh: kebijakan, usulan, khayalan, impian.
Contoh kalimat :
1.Pegawai Negri RI mendapatkan kenaikan sepuluh persen
(kata konkrit)
2.Kebaikan (kata abstrak) seseorang kepada orang lain
bersifat abstrak. (tidak berwujud atau tidak berbentuk)
3.kebenaran (kata abstrak) pendapat itu tidak terlalu
tampak.
8. 5. Jargon dan Slang
• Jargon adalah kata-kata yang digunakan secara
terbatas dalam bidang ilmu, profesi, atau kelompok
Contoh : sikon (situasi dan kondisi), dok (dokter)
• Slang adalah kata-kata yang tidak baku yang dibentuk
secara khas sebagai cetusan keinginan untuk tampil
beda, jika telah usang akan muncul kata-kata baru
Contoh: asoi, mana tahan, meneketehe
9. 6. Perubahan makna
Ada beberapa jenis perubahan makna terdiri dari :
1. Generalisasi
2. Spesialisasi
3. Perubahan Total
4. Ameliorasi
5. Peyorasi
6. Sinestesia
7. Asosiasi
10. Syarat-syarat Diksi
2. Kesesuaian Kata
Syarat kesesuaian kata, sebagai berikut :
1. Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampur adukan
dengan kata tidak baku yang digunkan dalam pergaulan.
Contoh: hakikat (baku) : hakekat (tidak baku)
2. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat.
Contoh: kencing (kurang sopan) : buang air kecil (lebih sopan)
3. Menggunakan kata berpasangan dan berlawanan makna dengan cermat.
Contoh: sesuai bagi (salah) : sesuai dengan (benar)
4. Menggunakan kata dengan suasana tertentu.
Contoh: berjalan lambat, mengesot, dan merangkak
5. Menggunakan kata ilmiah untuk penulisan karya ilmiah dan komunikasi
non ilmiah menggunakan kata populer.
Contoh: argumentasi (ilmiah), pembuktian (populer)
6. Menghindarkan penggunaan ragam lisan (pergaulan) dalam bahasa tulis.
Contoh : tulis, baca, kerja (bahasa lisan) : menulis, membaca, mengerjakan
(bahasa tulis)
11. GAYA BAHASA
Pengertian Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah penggunaan kata kiasan dan
perbandingan yang tepat untuk mengungkapkan
perasaan dan pikiran dengan maksud tertentu. Gaya
bahasa berguna untuk menimbulkan keindahan dalam
karya sastra atau dalam berbicara.
12. Macam-Macam Gaya Bahasa
1. Gaya bahasa penegasan
Gaya bahasa penegasan terdiri dari beberapa jenis antara lain :
1. Inversi adalah gaya bahasa yang berupa susunan kalimat
terbalik dari subjek-predikat menjadi predikat-subjek. Inversi
disebut juga susun balik. Contoh: Indah benar
pemandangannya
2. Retoris adalah gaya bahasa berupa kalimat tanya yang
tidak memerlukan jawaban. Contoh: Bukankah tugas kalian
masih banyak?
3. Koreksio adalah gaya bahasa yang mengoreksi kata-kata
yang dianggap salah dengan kata-kata pembetulannya.
Contoh : dia sedang tidur, oh ternyata sedang di kamar kecil
4. Repetisi adalah gaya bahasa dengan mengulang-ulang kata
atau kelompok kata. Repetisi sering digunakan dalam pidato.
Contoh : kita harus berusaha, kita harus belajar, kita harus
bisa sehingga kita harus pintar.
13. 5. Paralelisme adalah gaya bahasa dengan pengulangan yang
sering dipakai dalam puisi. Paralelisme dapat dibedakan
menjadi dua yaitu anafora dan epifora.
6. Enomerasio adalah gaya bahasa yang menyebutkan
beberapa peristiwa saling berkaitan sehingga membentuk
satu kesatuan. Contoh : Bintang-bintang
gemerlapan, rembulan bersinar, angin berembus sepoi-
sepoi, malam itu indah sekali.
7. Klimaks adalah gaya bahasa yang mengungkapkan
beberapa hal secara berturut-turut semakin memuncak.
Contoh: Sejak detik, menit, jam, dan hari ini saya tidak
merokok lagi.
8. Antiklimaks adalah gaya bahasa yang menyatakan
beberapa hal secara berturut-turut semakin menurun. Contoh:
Jangankan seribu, seratus, serupiah, bahkan sesen pun aku
tidak membawa uang.
14. 9. Asidenton adalah gaya bahasa yang menjelaskan
beberapa hal sederajat secara berturut-turut tanpa kata
penghubung. Contoh: Baju, celana, kaos, sarung, dan kaos
kaki dicuci semuanya.
10. Polisidenton adalah gaya bahasa yang menjelaskan
beberapa hal sederajat secara berturut-turut dengan kata
penghubung. Contoh: Buku cerita dan sepatu serta tas
dibeli kakak untuk adik.
11. Pleonasme adalah gaya bahasa yang menggunakan
kata tambahan secara berlebihan. Contoh : Anak-anak
sedang turun ke bawah
12. Tautologi adalah gaya bahasa dengan pengulangan
kata, kelompok kata, atau sinonimnya. Contoh :
Datang, datanglah malam ini juga wahai sahabatku.
15. 13. Praterito adalah gaya bahasa yang menyembunyikan
maksud agar ditebak oleh pembaca atau pedengarnya.
Contoh: Senang sekali bisa diterima kuliah di UGM. Kelak
kalian dapat merasakan sendiri
14. Elipsis adalah gaya bahasa yang menggunakan kalimat
elips (kalimat tidak lengkap). Contoh : Ayo, tidur!
(maksudnya : ayo, anak-anak tidur!)
15. Interupsi adalah gaya bahasa yang menggunakan kata
atau kelompok kata yang disisipkan untuk menjelaskan
sesuatu. Contoh : Buku ini, yang ku cari selama ini, yang
kudapatkan dari seorang teman.
16. Ekslamasio adalah gaya bahasa yang menggunakan
kata seru. Yang termasuk kata seru di antaranya, yaitu ah,
aduh, amboi, astaga, awas, oh, wah. Contoh: awas, ada
anjing galak!
16. Gaya bahasa perbandingan
1. Tropen adalah gaya bahasa yang menggunakan kata atau istilah
lain dalam istilah sejajar. Contoh : pikirannya melambung tinggi
(sejajar dengan memikirkan yang hebat-hebat)
2. Simbolik adalah gaya bahasa yang menggunakan perbandingan
simbol (lambang) benda, binatang, atau tumbuhan. Contoh: Lintah
darat harus dibasmi.
3. Antonomasia adalah gaya bahasa yang menggunakan kata
(sebutan) tertentu untuk menggantikan nama orang atau
sebaliknya. Contoh: Kartini adalah Srikandi Indonesia.
4. Alusio adalah gaya bahasa yang menggunakan
ungkapan, pribahasa, atau sampiran pantun secara lazim. Contoh :
petugas itu dijadikan kambing hitam.
5. Eufimisme adalah gaya bahasa yang menggunakan kata atau
kelompok kata penghalus. Contoh: Ia sedang ke kamar belakang
(kamar belakang penghalus dari WC)
17. 6. Litotes adalah gaya bahasa yang menggunakan kata berlawanan untuk
merendahkan diri. Contoh: Ayo, mampir ke gubuk kami (rumah)
7. Hiperbola adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu secara
berlebihan. Contoh: Tawanya menggelegar hingga membelah bumi.
8. Perifrasis adalah gaya bahasa yang menggunakan suatu kata atau
kelompok kata dengan kata atau kelompok kata lain. Contoh: Aku
merasa senang dapat belajar di kota pelajar (Yogyakarta).
9. Personifikasi adalah gaya bahasa yang menggambarkan benda mati
seolah-olah benda hidup atau bernyawa. Contoh: Buih laut menjilat pantai.
10. Sinekdoke adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian, tetapi yang
dimaksud ialah seluruh bagian atau sebaliknya.
Sinekdoke dibagi dua yaitu :
a. Pars Prototo adalah gaya bahasa yang menyatakan sebagian, tetapi
untuk seluruh bagian. Contoh: Setiap kepala harus membayar uang dua
ribu rupiah (setiap kepala : setiap orang)
b. Totem proparte adalah gaya bahasa yang menyatakan seluruh
bagian untuk sebagian. Contoh: Flu burung menyerang Indonesia.
(maksudnya penyakit flu burung menyerang beberapa orang Indonesia)
18. 11. Metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan suatu
nama barang, tetapi yang dimaksud ialah benda lain. Contoh:
Setiap hari aku minum aqua (maksudnya adalah air minum)
12. Alegori adalah gaya bahasa yang membandingkan
kehidupan manusia dengan alam secara utuh. Contoh:
Keduanya selamatlah sampai di pantai yang dituju.
(maksudnya mencapai kehidupan yang bahagia)
13. Metafora adalah gaya bahasa yang mengunakan kata atau
kelompok kata dengan arti bukan sesungguhnya untuk
membandingkan suatu benda dengan benda lainnya. Contoh :
si jantung hatinya telah pergi tanpa pesan (jantung hati :
kekasih).
14. Simile adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata
perbandingan antara lain seperti bak umpama, laksana,
bagaikan. Contoh: Wajah kedua orang itu bagaikan pinang
dibelah dua.
19. Gaya Bahasa Pertentangan
1. Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung dua
pernyataan saling bertentangan, tetapi mengandung kebenaran.
Contoh: Hatinya bersedih dihari ulang tahunnya yang meriah ini.
2. Antitesis adalah gaya bahasa yang menggunakan paduan
harta dengan arti bertentangan. Contoh: Kaya atau miskin sama
dihadapan Tuhan.
3. Anokronisme adalah gaya bahasa yang pernyataannya tidak
sesuai dengan peristiwa. Contoh: Kerajaan Majapahit runtuh
karena diserang Sriwijaya.
4. Kontradiksio adalah gaya bahasa yang mengandung
pertentangan. Contoh: Semua pengunjung dilarang masuk
kecuali petugas.
5. Okupasi adalah gaya bahasa yang mengandung
pertentangan, tetapi diberi penjelasan. Contoh: Dulunya ia anak
bandel, tetapi sekarang ia baik.
20. Gaya Bahasa Sindiran
1. Ironi adalah gaya bahasa sindiran yang halus. Contoh:
Harum benar bau badanmu, sudah dua hari kamu belum
mandi.
2. Sinisme adalah gaya bahasa sindiran yang agak kasar.
Contoh: Aku muak setiap melihat tampangnya.
3. Sarkasme adalah gaya bahasa sindiran yang sangat
kasar. Contoh: Benar-benar kamu badak.
4. Antifrasis adalah gaya bahasa ironi dengan kata atau
kelompok kata yang berlawanan. Contoh: “Lihatlah si
gendut ini”, ketika si kurus datang.
5. Inuendo adalah gaya bahasa sindiran yang mengecilkan
kenyataan sebenarnya. Contoh: Jangan heran bahwa ia
menjadi kaya karena pelit.
21. Idiom dan ungkapan indiomatis
Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung
dapat dijabarkan dari unsur-unsurnya, misalnya gulung tikar, adu
domba, muka tembok, tidak boleh dipertukarkan susunannya menjadi
tikar gulung, domba adu, tembok muka karena tiga kelompok kata
yang terakhir bukan idiom.
Kedua contoh kata dibawah ini belum idiomatik.
1. Polisi bertemu maling
2. Berita selengkapnya dibacakan Tiara Indrian.
Seharusnya:
1. Polisi bertemu dengan maling
2. Berita selengkapnya dibacakan oleh Tiara Indrian.
Jadi, dalam hal pemakaian kata ada kalanya kita perlu memperhatikan
kata berpasangan karena kedua kata itu secara bersama dapat
menciptakan ungkapan indiomatik