SlideShare a Scribd company logo
1 of 106
Manajemen ASN
Heru Syah Putra SE., MA
Course: Analisis Sistem Administrasi Negara
FISIP-UIN, 14 November 2017
Pertemuan 6 dan 7
Aparatur Sipil Negara
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai negeri sipil
dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada
instansi pemerintah.
•Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah
dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina
kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan
atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
•PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.
•PPPK adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka
waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
MANAJEMEN ASN
• Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk
menghasilkan Pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai
dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
• Sistem Informasi ASN adalah rangkaian informasi dan data
mengenai Pegawai ASN yang disusun secara sistematis,
menyeluruh, dan terintegrasi dengan berbasis teknologi.
• Tiga jabatan:
1. Jabatan Pimpinan Tinggi adalah sekelompok jabatan tinggi
pada instansi pemerintah.
2. Jabatan Administrasi adalah sekelompok jabatan yang berisi
fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan publik serta
administrasi pemerintahan dan pembangunan.
3. Jabatan Fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi
fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional
yang berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu.
MANAJEMEN ASN
Penyelenggaraan kebijakan dan Manajemen ASN
berdasarkan pada asas:
• Kepastian hukum;
• Profesionalitas;
• Proporsionalitas;
• Keterpaduan;
• Delegasi;
• Netralitas;
• Akuntabilitas;
• Efektif dan efisien;
• Keterbukaan;
• Nondiskriminatif;
• Persatuan dan kesatuan;
• Keadilan dan kesetaraan;
dan
• Kesejahteraan.
MANAJEMEN ASN
ASN sebagai profesi berlandaskan pada prinsip sebagai
berikut:
a.Nilai dasar;
b.Kode etik dan kode perilaku;
c.Komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada
pelayanan publik;
d.Kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang
tugas;
e.Kualifikasi akademik;
f.Jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas; dan
g.Profesionalitas jabatan.
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 11 TAHUN 2017
MANAJEMEN PEGAWAI NEGERI SIPIL
Sumber: Bahan Tayang Badan Kepegawaian Negara
Badan Kepegawaian Negara
MANAJEMEN PNS
1. penyusunan dan penetapan kebutuhan;
2. pengadaan;
3. pangkat dan Jabatan;
4. pengembangan karier;
5. pola karier;
6. promosl;
7. mutasi;
8. penilaian kinerja;
9. penggajian dan tunj angan;
10. penghargaan;
11. disiplin;
12. pemberhentian;
13. jaminan pensiun dan jaminan hari tua; dan
14. perlindungan.
PEJABAT PEMBINA KEPEGAWAIAN
• Presiden.
• Menteri di kementerian;
• Pimpinan lembaga di LPNK;
• Sekjen di sekretariat lembaga negara dan LNS;
• Jaksa Agung
• Kepala POLRI;
• Kepala BIN;
• Sekretaris MA
• Gubernur di provinsi;
• Bupati/Walikota di kabupaten/kota; dan
• Pejabat lain yang ditentukan Presiden
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN KEBUTUHAN
Setiap Instansi Pemerintah
menyusun kebutuhan jenis jabatan
dan jumlah PNS berdasarkan Anjab
dan ABK, peta jabatan, dan
ketersediaan pegawai
9
ANALISIS
JABATAN
PETA
JABAT
AN
ANALISIS
BEBAN KERJA
KEBUTUHAN ASN
KEKURANGAN
KEBUTUHAN
PNS
Penetapan kebutuhan PNS secara
nasional setiap tahun anggaran
ditetapkan oleh Menteri, setelah
memperhatikan pendapat Menteri
Keuangan dan pertimbangan teknis
Kepala BKN
Dilakukan untuk jangka waktu 5
tahun dan diperinci setiap tahun
berdasarkan prioritas kebutuhan
dan Renstra
1
2
3
4
5
Panitia Seleksi Nasional Pengadaan Calon PNS
Ketua Kepala BKN
Diumumkan secara terbuka paling lambat 15 hari
kalender sblm tgl penerimaan lamaran
Harus memenuhi persyaratan administrasi
Pendaftaran dengan online
• Pengangkatan Calon PNS oleh PPK setelah
mendapat persetujuan teknis dari Kepala BKN
• Calon PNS wajib menjalani masa percobaan selama
1 tahun
• Seleksi administrasi, seleksi kompetensi dasar dan
seleksi kompetensi bidang dilakukan dengan CAT
• Pengumuman hasil seleksi secara terbuka
PENGADAAN
Dilakukan secara nasional untuk menjamin kualitas hasil
PENGADAAN
• Dilaksanakan oleh Panselnas yang diketuai Kepala BKN dan Pansel
Instansi yang diketuai oleh Pejabat yang berwenang
• Persyaratan pelamar usia s/d 35 tahun dimungkinkan s/d 40 tahun
untuk jabatan tertentu yang ditetapkan Presiden
• Substansi Seleksi : Administrasi, Test TKD, TKB, dapat melakukan uji
fisik, psikologis, dan/atau kesehatan jiwa
• Bagi pelamar yang lulus diangkat oleh PPK setelah ada pertimbangan
teknis dan NIP oleh BKN
• Masa percobaan adalah 1 tahun dan wajib ikut prajab terintegrasi 1x
• PNS wajib mengucapkan sumpah sesuai agama & aturan kepegawaian
kecuali yang harus mengucapkan janji
UTAMA
MADYA
PRATAMA
ADMINSTRATOR
PENGAWAS
PELAKSANA
JABATAN ADMINISTRASI
JABATAN FUNGSIONAL
 Utama
 Madya
 Muda
 Pertama
 Utama
 Madya
 Muda
 Pertama
KEAHLIAN
 Penyelia
 Mahir
 Terampil
 Pemula
 Penyelia
 Mahir
 Terampil
 Pemula
KETERAMPILAN
BKN
 Pangkat : kedudukan yang menunjukan tingkatan jabatan berdasarkan tingkat
kesulitan, tanggungjawab, dampak dan persyaratan kualifikasi pekerjaan yang
digunakan sebagai dasar penggajian.
JABATAN PIMPINAN TINGGI
SYARAT JABATAN ADMINISTRATOR
• Berstatus PNS;
• Memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan paling rendah sarjana
atau diploma IV;
• Memiliki integritas dan moralitas yang baik;
• Memiliki pengalaman pada Jabatan pengawas paling singkat 3
(tiga) tahun atau JF yang setingkat dengan Jabatan pengawas
sesuai dengan bidang tugas Jabatan yang akan diduduki;
• Setiap unsur penilaian prestasi kerja paling sedikit bernilai baik
dalam 2 (dua) tahun terakhir;
• Memiliki Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial, dan
Kompetensi Sosial Kultural sesuai standar kompetensi yang
dibuktikan berdasarkan hasil evaluasi oleh tim penilai kinerja PNS di
instansinya; dan
• Sehat jasmani dan rohani
SYARAT JABATAN PENGAWAS
• Berstatus PNS;
• Memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan paling rendah sarjana
atau diploma III;
• Memiliki integritas dan moralitas yang baik;
• memiliki pengalaman pada Jabatan pelaksana paling singkat 4
(empat) tahun atau JF yang setingkat dengan Jabatan pelaksana
sesuai dengan bidang tugas Jabatan yang akan diduduki;
• setiap unsur penilaian prestasi kerja paling sedikit bernilai baik
dalam 2 (dua) tahun terakhir;
• memiliki Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial, dan
Kompetensi Sosial Kultural sesuai standar kompetensi; dan
• sehat jasmani dan rohani
SYARAT JABATAN PELAKSANA
• berstatus PNS;
• memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan paling rendah sekolah
lanjutan tingkat atas atau yang setara;
• telah mengikuti dan lulus pelatihan terkait dengan bidang tugas
dan/ atau lulus pendidikan dan pelatihan terintegrasi;
• memiliki integritas dan moralitas yang baik;
• memiliki Kompetensi Teknis, Kompetensi anajerial, dan Kompetensi
Sosial Kultural sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan;
• setiap unsur penilaian prestasi kerja paling sedikit bernilai baik
dalam 2 (dua) tahun terakhir; dan
• sehat jasmani dan rohani
PELANTIKAN DAN PENGAMBILAN SUMPAH
• Setiap PNS yang diangkat menjadi pejabat administrator
dan pejabat pengawas wajib dilantik dan diambil
sumpah/janji menurut agama atau kepercayaannya
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
• Sumpah/janji Jabatan diambil oleh PPK dilingkungannya
masing-masing
• PPK dapat menunjuk pejabat lain di lingkungannya
untuk mengambil sumpah/janji Jabatan.
PEMBERHENTIAN
JABATAN ADMINISTRASI
• Mengundurkan diri dari Jabatan (dapat ditunda paling
lama 1 tahun);
• Diberhentikan sementara sebagai PNS;
• Menjalani cuti di luar tanggungan negara;
• Menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan;
• Ditugaskan secara penuh di luar JA; atau
• Tidak memenuhi persyaratan Jabatan.
JABATAN FUNGSIONAL
• JF memiliki tugas memberikan pelayanan fungsional yang
berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu.
• JF dikelompokkan dalam klasifikasi Jabatan berdasarkan kesamaan
karakteristik, mekanisme, dan pola kerja.
• Penetapan JF dilakukan oleh Menteri berdasarkan usulan dari
pimpinan Instansi Pemerintah dengan mengacu pada klasifrkasi
darr kriteria JF.
• Pejabat Fungsional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
secara langsung kepada pejabat pimpinan tinggi pratama, pejabat
administrator, atau pejabat pengawas yang memiliki keterkaitan
dengan pelaksanaan tugas JF.
PENGANGKATAN JABATAN FUNGSIONAL
Pengangkatan PNS ke dalam JF keahlian
dan JF keterampilan dilakukan melalui :
 Pengangkatan Pertama
 Perpindahan dari Jabatan lain;
 Penyesuaian/inpassing
 Promosi
PERSYARATAN PENGANGKATAN PERTAMA
• Berstatus PNS
• Memiliki integritas dan moralitas yang baik.
• sehat jasmani dan rohani;
• berijazah paling rendah sarjana atau diploma IV sesuai
dengan kualifrkasi pendidikan yang dibutuhkan.
• mengikuti dan lulus uji Kompetensi Teknis, Kompetensi
Manajerial, dan Kompetensi Sosial Kultural sesuai
standar kompetensi yang telah disusun oleh instansi
pembina;
• nilai prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam 1
(satu) tahun terakhir; dan
• syarat lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
PERSYARATAN PENGANGKATAN DARI
PERPINDAHAN DARI JABATAN
• Berstatus PNS
• Memiliki integritas dan moralitas yang baik.
• sehat jasmani dan rohani;
• berijazah paling rendah sarjana atau diploma IV sesuai dengan kualifrkasi
pendidikan yang dibutuhkan.
• mengikuti dan lulus uji Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial, dan
Kompetensi Sosial Kultural sesuai standar kompetensi yang telah disusun
oleh instansi pembina;
• memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di bidang JF yang akan
diduduki paling kurang 2 (dua) tahun;
• nilai prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir;
• Berusia paling tinggi :
a. 53 (lima puluh tiga) tahun untuk JF ahli pertama dan JF ahli muda
b. 55 (lima puluh lima) tahun untuk JF ahli madya; dan
c. 60 (enam puluh) tahun untuk JF ahli utama bagi PNS yang telah
menduduki JPT;
• syarat lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
PERSYARATAN PENGANGKATAN
MELALUI INPASSING
• Berstatus PNS
• Memiliki integritas dan moralitas yang baik.
• Sehat jasmani dan rohani;
• Berijazah paling rendah sarjana atau diploma IV sesuai
dengan kualifrkasi pendidikan yang dibutuhkan.
• Memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di
bidang JF yang akan diduduki paling kurang 2 (dua)
tahun;
• Nilai prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam 1
(satu) tahun terakhir; dan
• Syarat lainnya yang ditetapkan oleh menteri.
PELANTIKAN DAN PENGAMBILAN SUMPAH
• Setiap PNS yang diangkat menjadi pejabat
fungsional wajib dilantik dan diambil
sumpah/janji menurut agama atau
kepercayaannya kepada Trhan Yang Maha
Esa.
• Sumpah/janji Jabatan diambil oleh PPK
dilingkungannya masing-masing
• PPK dapat menunjuk pejabat lain di
lingkungannya untuk mengambil sumpah/janji
Jabatan.
PERSYARATAN PENGANGKATAN MELALU PROMOSI
• mengikuti dan lulus uji Kompetensi Teknis,
Kompetensi Manajerial, dan Kompetensi
Sosial Kultural sesuai standar kompetensi
yang telah disusun oleh instansi pembina;
• nilai prestasi kerja paling sedikit bernilai baik
dalam 1 (satu) tahun terakhir; dan
• syarat lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
RANGKAP JABATAN
• Dalam rangka optimalisasi pelaksanaan tugas dan pencapaian
kineda organisasi, pejabat fungsionaldilarang rangkap Jabatan
dengan JA atau JPT, kecuali untuk JA atau JPT yang kompetensi
dan bidang tugas Jabatannya sama dan tidak dapat dipisahkan
dengan kompetensi dan bidang tugas JF.
• Pengecualian yang dimaksud dalam Pasal ini seperti:
a. Jaksa yang diangkat menjadi kepala kejaksaan tinggi, wakil
kepala kejaksaan tinggi, kepala kej alsaan negeri, atau kepala
cabang kejaksaan negeri;
b. Perancang peraturan perundang-undangan ahli madya yang
diangkat menjadi Direktur Perancangan Peraturan Perundang-
undangan ada Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-
undangan; atau
c. Diplomat ahli utama yang diangkat menjadi Direktur Jenderal
Amerika Eropa
PENGEMBANGAN KARIER, PENGEMBANGAN
KOMPETENSI, POLA KARIER, PROMOSI DAN
MUTASI
• Dilakukan dengan menerapkan prinsip sistem merit untuk meningkatkan
kompetensi, kinerja dan profesionalitas PNS.
• Setiap instansi wajib memiliki Sistem Informasi Manajemen Karier yg
merupakan bagian terintegrasi dari Sistem Informasi ASN
PENGEMBANGAN KARIER
• dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja,
dan kebutuhan Instansi Pemerintah.
• dilakukan melalui manajemen pengembangan karier dengan
mempertimbangkan integritas dan moralitas
• dilakukan melalui manajemen pengembangan karier dalam rangka
penyesuaian kebutuhan organisasi, kompetensi dan pola karier
PNS
• Manajemen pengembangan melalui:
a. mutasi; dan/ atau
b. promosi.
c. penugasan khusus
POLA KARIER
• merupakan pola dasar mengenai urutan penempatan
dan/ atau perpindahan PNS dalam dan antar posisi di
setiap jenis Jabatan secara berkesinambungan.
• Pola karier PNS terdiri atas:
a. pola karier instansi; dan
b. pola karier nasional
• Pola karier nasional disusun dan ditetapkan oleh
Menteri.
• Setiap Instansi Pemerintah menyusun pola karier
instansi secara khusus sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan pola karier nasional
MUTASI
• Instansi Pemerintah menyusun perencanaan mutasi
PNS di lingkungannyaPola karier PNS terdiri atas:
• Mutasi dilakukan paling singkat 2 (dua) tahun dan paling
lama 5 (lima) tahun
• Mutasi PNS dilakukan dengan memperhatikan prinsip
larangan konflik kepentingan.
• Selain mutasi karena tugas dan /atau lokasi, PNS dapat
• mengajukan mutasi tugas dan/atau lokasi atas
permintaan sendiri.
KEWENANGAN MUTASI
• Mutasi dalam 1 (satu) Instansi Pusat atau dalam 1 (satu)
Instansi Daerah dilakukan oleh PPK, setelah
memperoleh pertimbangan tim penilai kinerja PNS
• Mutasi PNS antar-kabupaten/kota dalam satu provinsi
ditetapkan oleh gubernur setelah memperoleh
pertimbangan Kepala BKN.
• Mutasi PNS antar kabupaten / kota antar provinsi, dan
antar provinsi ditetapkan oleh menteri dalam negeri
setelah memperoleh pertimbangan Kepala BKN.
• Mutasi PNS provinsi/kabupaten/kota ke Instansi Pusat
atau sebaliknya, ditetapkan oleh Kepala BKN.
• Mutasi PNS antar-Instansi Pusat ditetapkan oleh Kepala
BKN
PROMOSI
• PNS dapat dipromosikan di dalam dan/atau antar JA dan
JF keterampilan, JF ahli pertama, dan JF ahli muda
sepanjang memenuhi persyaratan Jabatan, dengan
memperhatikan kebutuhan organisasi.
• PNS yang menduduki Jabatan administrator dan JF ahli
madya dapat dipromosikan ke dalam JPT pratama
sepanjang memenuhi persyaratan Jabatan, mengikuti,
dan lulus seleksi terbuka, dengan memperhatikan
kebutuhan organisasi.
• PNS yang menduduki JF ahli utama dapat dipromosikan
ke dalam JPT madya sepanjang memenuhi persyaratan
Jabatan, mengikuti, dan lulus seleksi terbuka, dengan
memperhatikan kebutuhan organisasi.
TIM PENILAI KINERJA PNS
• Tim penilai kinerja PNS pada Instansi Pemerintah
dibentuk oleh PyB
• Tim penilai kinerja PNS pada Instansi pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. PyB;
b. pejabat yang menangani bidang kepegawaian;
c. pejabat yang menangani bidang pengawasan
internal;
d. pejabat pimpinan tinggi terkait.
• Tim penilai kinerja PNS berjumlah gasal paling sedikit 5
(lima) orang
PENGEMBANGAN KOMPETENSI
• Pengembangan kompetensi merupakan upaya untuk
pemenuhan kebutuhan kompetensi PNS dengan standar
kompetensi Jabatan dan rencana pengembangan karier.
• Pengembangan kompetensi dilakukan pada tingkat:
a. instansi; dan
b. nasional
• Pengembangan kompetensi bagi setiap PNS dilakukan
paling sedikit 20 (dua puluh) jam pelajaran dalam 1
(satu) tahun.
• Pengembangan kompetensi menjadi dasar
pengembangan karier dan menjadi salah satu dasar bagi
pengangkatan Jabatan.
• Presiden dan Wakil
Presiden,
• Ketua, Wakil Ketua, dan
Anggota DPR, DPD;
• Gubernur dan Wakil
Gubernur;
• Bupati/Walikota dan Wakil
Bupati/Wakil Walikota.
PNS YANG DIANGKAT MENJADI PEJABAT NEGARA
DAN PIMPINAN ATAU ANGGOTA LEMBAGA
NONSTRUKTURAL
• Ketua, Wakil Ketua, dan
Anggota MA, MK, BPK, KY,
KPK
• Menteri dan jabatan
setingkat menteri,
• Kepala perwakilan Republik
Indonesia di Luar Negeri
yang berkedudukan
sebagai Duta Besar Luar
Biasa dan Berkuasa Penuh
PENILAIAN KINERJA DAN DISIPLINPENILAIANKINERJADISIPLIN
• Kenaikan pangkat istimewa diberikan kepada PNS berdasarkan pada
penilaian kinerja dan keahlian yang luar biasa dalam menjalankan tugas
jabatannya
• Kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi diberikan kepada
PNS yang mempunyai nilai prestasi kerja yang sangat baik, memiliki dedikasi
dan loyalitas yang tinggi pada organisasi
Penghargaan berupa :
a. Tanda Kehormatan
b. Kenaikan pangkat istimewa
c. kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi
d. kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan
Didasarkan atas kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, kedisiplinan, dan
prestasi kerja dalam melaksanakan tugasnya
PENGHARGAAN
PEMBERHENTIAN
• Pemberhentian atas permintaan sendiri
• Pemberhentian karena mencapai batas usia pensiun
• Pemberhentian karena perampingan organisasi atau kebijakan
pemerintah
• Pemberhentian karena tidak cakap jasmani dan/ atau rohani
• Pemberhentian karena meninggal dunia, tewas, atau hilang
• Pemberhentian karena melakukan pemberhentian karena
melakukan
• Tindak pidana/ penyelewengantindak pidana/ penyelewengan
• Pemberhentian karena pelanggaran disiplin
• Pemberhentian karena mencalonkan menjadi pejabat negara yang
dipilih
• Pemberhentian karena menjadi anggota dan/atau pengurus partai
politik
• Pemberhentian karena tidak menjabat lagi sebagai pejabat negara
• Pemberhentian karena hal lain
Pemberhentian Atas Permintaan Sendiri
• PNS yang mengajukan permintaan berhenti, diberhentikan dengan
hormat sebagai PNS.
• Permintaan berhenti dapat ditunda untuk paling lama 1 (satu)
tahun, apabila PNS yang bersangkutan masih diperlukan untuk
kepentingan dinas.
• Permintaan berhenti ditolak apabila:
a. sedang dalam proses peradilan karena diduga melakukan
tindak pidana kejahatan;
b. terikat kewajiban bekerja pada Instansi Pemerintah
c. dalam pemeriksaan pejabat yang berwenang memeriksa karena
diduga melakukan pelanggaran disiplin PNS;
d. sedang mengajukan upaya banding administratif karena dijatuhi
hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan hormat tidak
atas permintaan sendiri sebagai PNS;
e. sedang menjalani hukuman disiplin; dan/ atau
f. alasan lain menurut pertimbangan PPK.
Pemberhentian Karena Mencapai
Batas Usia Pensiun
• PNS yang telah mencapai Batas Usia Pensiun diberhentikan
dengan hormat sebagai PNS.
• Batas Usia Pensiun PNS yaitu:
a. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi pejabat administrasi, pejabat
fungsional ahli muda, pejabat fungsional ahli pertama, dan
pejabat fungsional keterampilan;
b. 60 (enam puluh) tahun bagi pejabat pimpinan tinggi dan pejabat
fungsional madya; dan
c. 65 (enam puluh lima) tahun bagi PNS yang memangku pejabat
fungsional ahli utama.
• Batas Usia Pensiun bagi PNS yang menduduki JF yang ditentukan
dalam undang-undang, berlaku ketentuan sesuai dengan Batas
Usia Pensiun yang ditetapkan dalam undang-undang yang
bersangkutan.
Pemberhentian karena Perampingan Organisasi
atau Kebijakan Pemerintah
• Dalam hal terjadi perampingan organisasi atau kebijakan
pemerintah yang mengakibatkan kelebihan PNS maka PNS
tersebut terlebih dahulu disalurkan pada Instansi Pemerintah lain
• Apabila tidak dapat disalurkan dan pada saat terjadi perampingan
organisasi sudah mencapai usia 50 (lima puluh) tahun dan masa
kerja l0 (sepuluh) tahun, diberhentikan dengan hormat dengan
mendapat hak kepegawaian.
• Apabila belum mencapai usia 50 (lima puluh) tahun dan masa kerja
l0 (sepuluh) tahun, diberikan uang tunggu paling lama 5 (lima)
tahun.
• Apabila sampai dengan 5 (lima) tahun tidak dapat disalurkan maka
PNS tersebut diberhentikan dengan hormat dan diberikan hak
kepegawaian.
• Apabila pada saat berakhirnya pemberian uang tunggu belum
berusia 50 (lima puluh) tahun, jaminan pensiun bagi PNS mulai
diberikan pada saat mencapai usia 50 (lima puluh) tahun.
Pemberhentian Karena Tidak Cakap
Jasmani dan/ atau Rohani
• PNS yang tidak cakap jasmani dan/atau rohani diberhentikan dengan
hormat apabila:
a. tidak dapat bekerja lagi dalam semua karena kesehatannya;
b. menderita penyakit atau kelainan yang berbahaya bagi dirinya
sendiri atau lingkungan kerjanya; atau
c. tidak mampu bekerja kembali setelah berakhirnya cuti sakit.
• Ketentuan mengenai tidak cakap jasmani dan/atau rohani
berdasarkan hasil pemeriksaan tim penguji kesehatan yang dibentuk
oleh menteri kesehatan dan beranggotakan dokter pemerin tah
• PNS yang diberhentikan dengan hormat mendapat hak kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pemberhentian Karena Meninggal Dunia,
• PNS yang meninggal dunia atau tewas diberhentikan
dengan hormat sebagai PNS dengan mendapat hak
kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
• PNS dinyatakan meninggal dunia apabila :
a. meninggalnya tidak dalam dan karena menjalankan
tugas;
b. meninggalnya sedang menjalani masa uang tunggu;
atau.
c. meninggalnya pada waktu menjalani cuti di luar
tanggungan negara
Pemberhentian Karena Tewas (1)
• PNS dinyatakan tewas apabila meninggal:
a. dalam dan karena menjalankan tugas dan
kewajibannya;
b. dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan
dinas, sehingga kematian itu disamakan dengan
keadaan sebagaimana dimaksud pada huruf a;
c. meninggalnya pada waktu menjalani cuti di luar
tanggungan negara
• langsung diakibatkan oleh luka atau cacat rohani atau
jasmani yang didapat dalam dan karena menjalankan
tugas kewajibannya atau keadaan lain yang ada
hubungannya dengan kedinasan; dan/ atau
• karena perbuatan anasir yang tidak bertanggung jawab
atau sebagai akibat tindakan anasir itu
Pemberhentian Karena Tewas (2)
• Apabila PNS meninggal dunia atau tewas
telah berkeluarga, kepada janda/duda
atau anaknya diberikan hak kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
• Apabila PNS meninggal dunia atau tewas
tidak berkeluarga, kepada orang tuanya
diberikan hak kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Pemberhentian Karena Hilang (1)
• Seorang PNS dinyatakan hilang di luar kemampuan dan
kemauan PNS yang bersangkutan apabila:
a. Tidak diketahui keberadaannya;
b. Tidak diketahui masih hidup atau telah meninggal dunia
• PNS yang hilang dianggap telah meninggal dunia dan
dapat diberhentikan dengan hormat sebagai PNS pada
akhir bulan ke-12 (dua belas) sejak dinyatakan hilang.
• Pernyataan hilang dibuat oleh PPK atau pejabat lain yang
ditunjuk berdasarkan surat keterangan atau berita acara
pemeriksaan dari pihak Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
• Janda/duda atau anak PNS diberikan hak kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemberhentian Karena Hilang (2)
• Dalam hal PNS yang hilang ditemukan kembali dan masih
hidup, dapat diangkat kembali sebagai PNS sepanjang
yang bersangkutan belum mencapai BUP.
• Pengangkatan kembali dilakukan setelah PNS yang
bersangkutan diperiksa oleh PPK dan pihak Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
• Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan terbukti hilang
karena kemauan dan kemampuan yang bersangkutan,
PNS yang bersangkutan dijatuhi hukuman disiplin sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemberhentian Karena Hilang (3)
• Dalam hal PNS yang hilang ditemukan kembali dan telah
mencapai BUP, PNS yang bersangkutan diberhentikan
dengan hormat dan diberikan hak kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Pemberhentian setelah dilakukan pemeriksaan oleh PPK
dan pihak Kepolisian Negara Republik Indonesia.
• Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan terbukti hilang
karena kemauan dan kemampuan yang bersangkutan,
PNS yang bersangkutan wajib mengembalikan hak
kepegawaian yang telah diterima oleh janda/duda atau
anaknya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pemberhentian karena Melakukan
Tindak Pidana/ Penyelewengan (1)
• PNS dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak diberhentikan
karena dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
dengan hukuman pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
pidana yang dilakukan tidak berencana.
• PNS yang dipidana dengan pidana penjara 2 (dua) tahun atau lebih
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana tidak dengan berencana, tidak
diberhentikan sebagai PNS apabila :
a. perbuatannya tidak menurunkan harkat dan martabat dari PNS;
b. mempunyai prestasi kerja yang baik;
c. tidak mempengaruhi lingkungan kerja setelah diaktifkan kembali;
dan
d. tersedia lowongan Jabatan.
Pemberhentian karena Melakukan
Tindak Pidana/ Penyelewengan (2)
• PNS dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak diberhentikan
karena dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
dengan hukuman pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
pidana yang dilakukan tidak berencana.
• PNS yang dipidana dengan pidana penjara 2 (dua) tahun atau lebih
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana tidak dengan berencana, tidak
diberhentikan sebagai PNS apabila :
a. perbuatannya tidak menurunkan harkat dan martabat dari PNS;
b. mempunyai prestasi kerja yang baik;
c. tidak mempengaruhi lingkungan kerja setelah diaktifkan kembali;
dan
d. tersedia lowongan Jabatan.
Pemberhentian karena Melakukan
Tindak Pidana/ Penyelewengan (3)
• PNS yang dipidana dengan pidana penjara kurang dari 2 (dua) tahun
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana tidak dengan berencana, tidak
diberhentikan sebagai PNS apabila tersedia lowongan Jabatan.
• PNS yang tidak diberhentikan, selama yang bersangkutan menjalani
pidana penjara maka tetap bersatus sebagai PNS dan tidak menerima
hak kepegawaiannya sampai diaktifkan kembali sebagai PNS.
• PNS diaktilkan kembali sebagai PNS apabila tersedia lowongan
Jabatan.
• Dalam hal tidak tersedia lowongan jabatan dalam jangka waktu paling
lama 2 (dua) tahun, PNS yang bersangkutan diberhentikan dengan
hormat.
• PNS yang menjalani pidana penjara dan sudah berusia 58 (lima puluh
delapan) tahun, diberhentikan dengan hormat.
Pemberhentian karena Melakukan
Tindak Pidana/ Penyelewengan (4)
PNS diberhentikan tidak dengan hormat apabila :
a. melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. dipidana dengan pidana penjara atau kurungan berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana kejahatan Jabatan atau tindak pidana
kejahatan yang ada hubungannya dengan Jabatan dan/ atau pidana
umum;
c. menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; atau
d. dipidana dengan pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
pidana dengan hukuman pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun
dan pidana yang dilalukan dengan berencana.
Pemberhentian karena Melakukan
Tindak Pidana/ Penyelewengan (5)
• PNS yang dipidana dengan pidana penjara kurang
dari 2 (dua) tahun berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana dengan
berencana, diberhentikan dengan hormat tidak
atas permintaan sendiri sebagai PNS.
• Pemberhentian karena melakukan tindak pidana
ditetapkan terhitung mulai akhir bulan sejak
putusan pengadilan atas perkaranya yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap.
Pemberhentian karena Pelanggaran Disiplin
• PNS diberhentikan dengan hormat tidak
atas permintaan sendiri apabila melakukan
pelanggaran disiplin PNS tingkat berat.
• Pemberhentian dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai disiplin
PNS.
Pemberentian Karena Menjadi
Pejabat Negara yang Dipilh (1)
PNS wajib mengundurkan diri sebagai PNS
pada saat ditetapkan sebagai calon Presiden
dan Wakil presiden,Ketua, Wakil Ketua, dan
Anggota Dewan perwakilan Rakrat, Ketua,
Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Perwakilan
Daerah, Gubernur dan Wakil Gubernur, atau
Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil
Walikota oleh lembaga yang bertugas
melaksanakan pemilihan umum.
Pemberentian Karena Menjadi
Pejabat Negara yang Dipilh (2)
• Pernyataan pengunduran diri yang diajukan oleh
PNS tidak dapat ditarik kembali.
• PNS yang mengundurkan diri diberhentikan
dengan hormat sebagai PNS.
• PNS yang melanggar kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberhentikan dengan
hormat sebagai PNS.
• Pemberhentian dengan hormat sebagai PNS
berlaku terhitung mulai akhir bulan sejak PNS
yang bersangkutan ditetapkan sebagai calon
pejabat negara tersebut.
Pemberhentian karena Menjadi
Anggota dan/atau Pengurus Partai Politik
• PNS dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai
politik.
• PNS yang menjadi anggota dan/atau pengurus partai
politik wajib mengundurkan diri secara tertulis.
• PNS yang mengundurkan diri diberhentikan dengan
hormat sebagai PNS terhitung mulai akhir bulan
pengunduran diri PNS yang bersangkutan.
• PNS yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud
diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS.
• PNS yang menjadi anggota dan/ atau pengurus partai
politik diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS
terhitung mulai akhir bulan PNS yang bersangkutan
menjadi anggota dan/ atau pengurus partai politik.
Pemberhentian karena Tidak Menjabat Lagi
Sebagai Pejabat Negara (1)
PNS yang tidak menjabat lagi sebagai ketua, wakil
ketua, dan anggota Mahkamah Konstitusi, ketua,
wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa
Keuangan, ketua, wakil ketua, dan anggota Komisi
Yudisial, ketua dan wakil ketua Komisi
Pemberantasan Korupsi, menteri dan jabatan
setingkat menteri, kepala perwakilan Republik
Indonesia di Luar Negeri yang berkedudukan
sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa
Penuh, diberhentikan dengan hormat sebagai PNS
apabila dalam waktu paling lama 2 (dua) tahun tidak
tersedia lowongan Jabatan.
Pemberhentian karena Tidak Menjabat Lagi
Sebagai Pejabat Negara (2)
• Selama menunggu tersedianya lowongan Jabatan
sesuai dengan kompetensi dan kualilikasi PNS,
diaktifkan kembali sebagai PNS dan diberikan
penghasilan sebesar 50% (lima puluh persen) dari
penghasilan Jabatan terakhir sebagai PNS
sebelum diangkat sebagai pejabat negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
• Pemberhentian dengan hormat sebagai PNS
terhitung mulai akhir bulan sejak 2 (dua) tahun
tidak tersedia lowongan Jabatan.
Pemberhentian Karena Hal Lain (1)
• PNS yang telah selesai menjalankan cuti di luar
tanggungan negara wajib melaporkan diri secara tertulis
kepada instansi induknya.
• Batas waktu melaporkan diri secara tertulis paling lama 1
(satu) bulan setelah selesai menjalankan cuti di luar
tanggungan negara.
• PNS yang tidak melaporkan diri secara tertulis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberhentikan
dengan hormat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
• PNS yang melaporkan diri, tetapi tidak dapat diangkat
dalam Jabatan pada instansi induknya, disalurkan pada
instansi lain.
Pemberhentian Karena Hal Lain (2)
• Penyaluran pada instansi lain dilakukan oleh PPK
setelah berkoordinasi dengan Kepala BKN
• PNS yang melaporkan diri diaktifkan kembali
sebagai PNS sesuai Jabatan yang tersedia..
• PNS yang tidak dapat disalurkan dalam waktu
paling lama I (satu) tahun diberhentikan dengan
hormat sebagai PNS.
• PNS yang diberhentikan dengan hormat karena
tidak dapat disalurkan diberikan hak kepegawaian
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemberhentian Karena Hal Lain (3)
• PNS yang terbukti menggunakan ijazah palsu dalam
pembinaan kepegawaian diberhentikan dengan
hormat
• PNS yang telah selesai menjalankan tugas belajar
wajib melapor kepada PPK paling lama 15 (lima
belas) hari kerja sejak berakhirnya masa tugas
belajar.
• Dalam hal PNS tidak melapor kepada PPK, PNS yang
bersangkutan diberhentikan dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri dan dikenakan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sistem Informasi Manajemen
Pemberhentian dan Pensiun
• Sistem informasi manajemen pemberhentian dan pensiun
secara nasional dikelola oleh BKN berdasarkan informasi
dan data pengelolaan
• Instansi Pemerintah wajib memutakhirkan informasi dan
data PNS melalui sistem informasi manajemen
pemberhentian dan pensiun
• BKN melakukan verifikasi terhadap informasi dan data
pengelolaan pensiun untuk pemberian pertimbangan teknis
pensiun PNS kepada Instansi Pemerintah.
• Sistem informasi manajemen pemberhentian dan pensiun
merupakan bagian dari Sistem Informasi ASN.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi
manajemen pemberhentian dan pensiun diatur dengan
Peraturan Kepala BKN.
PEMBERHENTIAN
SEMENTARA
• DIANGKAT MENJADI PEJABAT
NEGARA
• DIANGKAT MENJADI
KOMISIONER/ANGGOTA LNS
• DITAHAN KARENA MENJADI
TERSANGKA TINDAK PIDANA
PEJABAT NEGARA DIBEREHENTIKAN SEMENTARA (1)
a. Ketua, wakil ketua, dan anggota mahkamah
konstitusi;
b. Ketua, wakil ketua, dan anggota badan pemeriksa
keuangan;
c. Ketua, wakil ketua, dan anggota komisi yudisial;
d. Ketua dan wakil ketua komisi pemberantasan tindak
pidana korupsi;
e. Menteri dan jabatan setingkat menteri; dan
f. Kepala perwakilan republik indonesia di luar negeri
yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa
dan Berkuasa penuh,kecuali berasal dari JF Diplomat
PEJABAT NEGARA DIBEREHENTIKAN SEMENTARA (2)
• Pemberhentian sementara bagi pejabat negara, komisioner,
atau anggota lembaga nonstruktural berlaku sejak yang
bersangkutan dilantik dan berakhir pada saat selesainya masa
tugas sebagai pejabat negara, komisioner, atau anggota
lembaga nonstruktural.
• PNS yang telah selesai masa tugas sebagai pejabat negara,
komisioner, atau anggota lembaga nonstruktural melapor
kepada PPK paling lama 1 (satu) bulan sejak selesainya masa
tugas.
• PNS yang diberhentikan sementara sebagai pejabat negara,
komisioner, atau anggota lembaga nonstruktural tidak diberikan
penghasilan sebagai PNS pada bulan berikutnya sejak dilantik
sebagai pejabat negara, komisioner, atau anggota lembaga
nonstruktural
PEMBERHENTIAN SEMENTARA KARENA
MENJADI TERSANGKA TINDAK PIDANA
• Pemberhentian sementara berlaku akhir bulan sejak PNS ditahan
• Apabila dinyatakan tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan
yang mempunyai kekuatan hukum tetap, melapor kepada PPK paling
lama 1 (satu) bulan sejak putusan pengadilan yang mempunyai
kekuatan hukum tetap.
• selama diberhentikan sementara tidak diberikan penghasilan
• Diberikan uang pemberhentian sementara sebesar 50% (lima puluh
persen) dari penghasilan jabatan terakhir sebagai PNS sebelum
diberhentikan sementara pada bulan berikutnya sejak ditetapkannya
pemberhentian sementara.
• Pemberhentian sementara berlaku sejak dikenakan penahanan
sampai dengan:
• dibebaskannya tersangka dengan surat perintah penghentian
penyidikan atau penuntutan oleh pejabat yang berwenang; atau
b. ditetapkannya putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap
.
PEMBERHENTIAN SEMENTARA KARENA
MENJADI TERSANGKA TINDAK PIDANA
• Pemberhentian sementara berlaku akhir bulan sejak PNS
ditahan
• PNS yang dinyatakan tidak bersalah berdasarkan putusan
pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap, melapor
kepada PPK paling lama 1 (satu) bulan sejak putusan
pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.
• PNS selama diberhentikan sementara tidak diberikan
penghasilan
• PNS yang diberhentikan sementara diberikan uang
pemberhentian sementara sebesar 50% (lima puluh persen) dari
penghasilan jabatan terakhir sebagai PNS sebelum
diberhentikan sementara sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan
PEMBERHENTIAN SEMENTARA KARENA
MENJADI TERSANGKA TINDAK PIDANA
• PNS yang dikenakan pemberhentian sementara pada saat mencapai
Batas Usia Pensiun:
a. apabila belum ada putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap, diberikan penghasilan sebesar 75% (tujuh
puluh lima persen) dari hak pensiun;
b. apabila berdasarkan putusan pengadilan dinyatakan tidak
bersalah, diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan
mendapat hak kepegawaian dengan memperhitungkan uang
pemberhentian sementara yang sudah diterima, terhitung sejak
akhir bulan dicapainya Batas Usia Pensiun;
c. apabila berdasarkan putusan pengadilan dinyatakan bersalah
melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2
(dua) tahun dan tidak berencana, diberhentikan dengan hormat
sebagai PNS dengan mendapat hak kepegawaian terhitung sejak
akhir bulan yang bersangkutan mencapai BUP dan hak atas
pensiun dibayarkan mulai bulan berikutnya; dan
PEMBERHENTIAN SEMENTARA KARENA
MENJADI TERSANGKA TINDAK PIDANA
d. apabila berdasarkan putusan pengadilan dinyatakan bersalah
melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2
(dua) tahun dan tidak berencana, diberhentikan dengan hormat
sebagai PNS dengan mendapat hak kepegawaian terhitung sejak
akhir bulan yang bersangkutan mencapai Batas Usia Pensiun dan
hak atas pensiun dibayarkan mulai bulan berikutnya; dan
e. apabila berdasarkan putusan pengadilan dinyatakan bersalah
melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2
(dua) tahun dan berencana, diberhentikan tidak dengan hormat
sebagai PNS dengan mendapat hak kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, terhitung sejak akhir
bulan yang bersangkutan mencapai Batas Usia Pensiun dan tidak
mengembalikan penghasilan yang telah dibayarkan.
f. apabila PNSmeninggal dunia sebelum ada putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap,diberhentikan dengan
hormat sebagai PNS dengan mendapat hak kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PENGAKTIFAN KEMBALI
1. PNS diaktifkan kembali apabila menjadi :
a. tersangka tindak pidana ditahan pada tingkat penyidikan, dan
menurut Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
bersangkutan dihentikan dugaan tindak pidananya;
b. tersangka tindak pidana ditahan pada tingkat penuntutan, dan
menurut Jaksa yang bersangkutan dihentikan penuntutannya;
c. terdakwa tindak pidana ditahan pada tingkat pemeriksaan, dan
menurut putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum
tetap, dinyatakan tidak bersalah atau dilepaskan dari segala
tuntutan,
2. PNS yang diaktifkan kembali diberikan penghasilan yang
dibayarkan sejak diangkat dalam Jabatan
UANG TUNGGU DAN UANG PENGABDIAN (1)
• Uang tunggu diberikan setiap tahun untuk paling lama 5 (Iima) tahun.
• Uang tunggu diberikan dengan ketentuan:
a. 100% (seratus persen) dari gaji, untuk tahun pertama; dan
b. 80% (delapan puluh persen) dari gaji untuk tahun selanjutnya,
c. Besarnya uang tunggu tidak boleh kurang dari gaji terendah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Uang tunggu diberikan mulai bulan berikutnya terhitung sejak tanggal
PNS yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat dari
Jabatannya.
e. PNS yang menerima uang tunggu wajib melaporkan diri kepada PPK
melalui grB paling lambat 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya
pemberian uang tunggu.
UANG TUNGGU DAN UANG PENGABDIAN (2)
• PNS yang menerima uang tunggu, dapat diangkat kembali dalam
Jabatan apabila ada lowongan.
• PNS yang menerima uang tunggu yang menolak untuk diangkat
kembali dalam Jabatan, diberhentikan dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri sebagai PNS pada akhir bulan yang bersangkutan
menolak untuk diangkat kembali
• PNS yang menerima uang tunggu, dapat diangkat kembali dalam
Jabatan apabila ada lowongan.
• PNS yang menerima uang tunggu yang menolak untuk diangkat
kembali dalam Jabatan, diberhentikan dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri sebagai PNS pada akhir bulan yang bersangkutan
menolak untuk diangkat kembali
• PNS yang menerima uang tunggu dan diangkat kembali dalam
Jabatan, dicabut pemberian uang tunggunya terhitung sejak
pengangkatannya, dan yang bersangkutan menerima penghasilan
penuh sebagai PNS.
UANG TUNGGU DAN UANG PENGABDIAN (3)
• PNS yang tidak dapat disalurkan pada Instansi Pemerintah
lain karena perampingan organisasi atau kebijakan
pemerintah diberikan uang tunggu.
• PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada saat
masa uang tunggu berakhir, memiliki masa kerja pensiun
kurang dari 10 (sepuluh) tahun diberhentikan dengan
hormat dan diberi uang pengabdian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Besar uang pengabdian adalah 6 (enam) kali masa kerja
kali gaji terakhir yang diterima
Selain GajiSelain Gaji (Pasal 79), PNS juga menerima TunjanganTunjangan & Fasilitas& Fasilitas
Tunjangan terdiri dari: Tunjangan Kinerja & Tunjangan KemahalanTunjangan Kinerja & Tunjangan Kemahalan
Sistem
Penggajian
ASN
TunjanganTunjangan
FasilitasFasilitas
Tunjangan
Kinerja
Tunjangan
Kemahalan
GajiGaji
JAMINAN PENSIUN DAN JAMINAN HARI TUA (1)
• PNS yang berhenti bekerja berhak atas jaminan pensiun
dan jaminan hari tua PNS sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
• Jaminan pensiun PNS dan jaminan hari tua PNS diberikan
sebagai perlindungan kesinambungan penghasilan hari
tua, sebagai hak dan sebagai penghargaan atas
pengabdian PNS.
• Jaminan pensiun dan jaminan hari tua PNS mencakup
jaminan pensiun dan jaminan hari tua yang diberikan
dalam program jaminan sosial nasional.
• Sumber pembiayaan jaminan pensiun dan jaminan hari tua
PNS berasal dari pemerintah selaku pemberi kerja dan
iuran PNS yang bersangkutan.
JAMINAN PENSIUN DAN JAMINAN HARI TUA (2)
• Jaminan pensiun PNS diberikan kepada:
a. PNS yang diberhentikan dengan hormat karena meninggal
dunia;
b. PNS yang diberhentikan dengan hormat atas permintaan
sendiri apabila telah berusia 45 (empat puluh lima) tahun
dan masa kerja paling sedikit 2O (dua puluh) tahun;
c. PNS yang diberhentikan dengan hormat karena mencapai
Batas Usia Pensiun apabila telah memiliki masa kerja
untuk pensiun paling sedikit 10 (sepuluh) tahun;
JAMINAN PENSIUN DAN JAMINAN HARI TUA (3)
d. PNS yang diberhentikan dengan hormat karena perampingan
organisasi atau kebijalan pemerintah yang mengakibatkan
pensiun dini apabila telah berusia paling sedikit 50 (lima puluh)
tahun dan masa kerja paling sedikit l0 (sepuluh) tahun;
e. PNS yang diberhentikan dengan hormat karena dinyatakan
tidak dapat bekerja lagi dalam Jabatan apapun karena keadaan
jasmani dan/ atau rohani yang disebabkan oleh dan karena
menjalankan kewajiban Jabatan tanpa mempertimbangkan
usia dan masa kerja; atau
f. PNS yang diberhentikan dengan hormat karena dinyatakan
tidak dapat bekerja lagi dalam Jabatan apapun karena keadaan
jasmani dan/ atau rohani ng tidak disebabkan oleh dan karena
menjalankan kewajiban Jabatan apabila telah memiliki masa
kerja untuk pensiun paling singkat 4 (empat) tahun
PERLINDUNGAN
Jaminan kesehatan
Jaminan kecelakaan kerja
Jaminan kematian
Bantuan hukum
dalam perkara yang dihadapi di pengadilan
terkait pelaksanaan tugasnya
diberikan on top dari
program jaminan sosial
nasional
CUTI
a. Cuti Tahunan;
b. Cuti Besar;
c. Cuti Sakit;
d. Cuti Melahirkan;
e. Cuti Karena Alasan Penting;
f. Cuti Bersama;
g. Cuti Di Luar Tanggungan Negara.
CUTI TAHUNAN (1)
• PNS dan calon PNS yang telah bekerja paling kurang I
(satu) tahun secara terus menerus berhak atas cuti
tahunan.
• Lamanya hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah 12 (dua belas) hari kerja.
• Untuk menggunakan hak atas cuti tahunan, PNS atau
calon PNS yang bersangkutan mengajukan permintaan
secara tertulis kepada PPK atau pejabat yang menerima
delegasi wewenang untuk memberikan hak atas cuti
tahunan.
• Hak atas cuti tahunan diberikan secara tertulis oleh PPK
atau pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk
memberikan hak atas cuti tahunan.
CUTI TAHUNAN (2)
• Dalam hal hak atas cuti tahunan yang akan digunakan di
tempat yang sulit perhubungannya, jangka waktu cuti
tahunan tersebut dapat ditambah untuk paling lama 12
(dua belas) hari kalender
• Hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan dalam tahun
yang bersangkutan, dapat digunakan dalam tahun
berikutnya untuk paling lama 18 (delapan belas) hari kerja
termasuk cuti tahunan dalam tahun berjalan.
• Hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan 2 (dua) tahun
atau lebih berturut-turut, dapat digunakan dalam tahun
berikutnya untuk paling lama 24 (dua puluh empat) hari
kerja termasuk hak atas cuti tahunan dalam tahun berjalan.
CUTI TAHUNAN (3)
• Hak atas cuti tahunan dapat ditangguhkan penggunaannya
oleh PPK atau pejabat yang menerima delegasi wewenang
untuk memberikan hak atas cuti untuk paling lama 1 (satu)
tahun, apabila kepentingan dinas mendesak.
• Hak atas cuti tahunan yang ditangguhkan dapat digunakan
dalam tahun berikutnya selama 24 (dua puluh empat) hari
kerja termasuk hak atas cuti tahunan dalam tahun berjalan.
• PNS yang menduduki Jabatan guru pada sekolah dan
Jabatan dosen pada perguruan tinggi yang mendapat
liburan menurut peraturan perundang-undangan,
disamakan dengan PNS yang telah menggunakan hak cuti
tahunan.
CUTI BESAR (1)
• PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima) tahun
secara terus menerus berhak atas cuti besar lama 3 (tiga)
bulan
• Ketentuan paling singkat 5 (lima) tahun secara terus
menerus dikecualikan bagi PNS yang masa kerjanya
belum 5 (lima) tahun, untuk kepentingan agama.
• PNS yang menggunakan hak atas cuti besar tidak berhak
atas cuti tahunan dalam tahun yang bersangkutan.
• Untuk mendapatkan hak atas cuti besar, PNS yang
bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis
kepada PPK atau pejabat yang menerima delegasi
wewenang untuk memberikan hak atas cuti besar.
CUTI BESAR (2)
• PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima) tahun secara terus
menerus berhak atas cuti besar lama 3 (tiga) bulan
• Ketentuan paling singkat 5 (lima) tahun secara terus menerus
dikecualikan bagi PNS yang masa kerjanya belum 5 (lima) tahun,
untuk kepentingan agama.
• PNS yang menggunakan hak atas cuti besar tidak berhak atas cuti
tahunan dalam tahun yang bersangkutan.
• Untuk mendapatkan hak atas cuti besar, PNS yang bersangkutan
mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK atau pejabat yang
menerima delegasi wewenang untuk memberikan hak atas cuti besar..
• Hak cuti besar dapat ditangguhkan penggunaannya untuk paling lama
1 (satu) tahun apabila kepentingan dinas mendesak, kecuali untuk
kepentingan agama.
• Selama menggunakan hak atas cuti besar, PNS yang bersangkutan
menerima penghasilan PNS.
CUTI SAKIT (1)
• Setiap PNS yang menderita sakit berhak atas cuti sakit.
• PNS yang sakit lebih dari 1 (satu) hari sampai dengan 14
(empat belas) hari berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan PNS
yang bersangkutan harus mengajukan permintaan secara
tertulis dengan melampirkan surat keterangan dokter.
• PNS yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) hari
berhak atas cuti sakit untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun.,
dengan ketentuan PNS yang bersangkutan harus mengajukan
permintaan secara tertulis dengan melampirkan surat
keterangan dokter pemerintah.
• Apabila dalam jangka waktu 1 tahun belum sembuh, maka
dapat ditambah untuk paling lama 6 (enam) bulan apabila
diperlukan, berdasarkan surat keterangan tim penguji kesehatan
yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.
CUTI SAKIT (2)
• PNS yang tidak sembuh dari penyakitnya dalam jangka waktu 1 1/2
tahun, harus diuji kembali kesehatannya oleh tim penguji kesehatan
yang ditetapkan oleh menteri yzulg menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.
• Apabila berdasarkan hasil pengujian kesehatan PNS belum sembuh
dari penyakitnya, PNS yang bersangkutan diberhentikan dengan
hormat dari Jabatannya karena sakit dengan mendapat uang tunggu
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• PNS yang mengalami gugur kandungan berhak atas cuti sakit untuk
paling lama 1 1/2 (satu setengah) bulan. Dengan melampirkan surat
keterangan dokter atau bidan.
• PNS yang mengalami kecelakaan dalam dan oleh karena menjalankan
tugas kewajibannya sehingga yang bersangkutan perlu mendapat
perawatan berhak atas cuti sakit sampai yang bersangkutan sembuh
dari penyakitnya.
Cuti Melahirkan
• Untuk kelahiran anak pertama sampai dengan
kelahiran anak ketiga pada saat menjadi PNS,
berhak atas cuti melahirkan.
• Untuk kelahiran anak keempat dan seterusnya,
kepada PNS diberikan cuti besar.
• Lamanya cuti melahirkan 3 (tiga) bulan.
• Selama cuti bersalin PNS menerima penghasilan
CUTI KARENA ALASAN PENTING (1)
• Diberikan kepada PNS karena :
a. ibu, bapak, isteri atau suami, anak, adik, kakak, mertua,
atau menantu salit keras atau meninggal dunia;
b. salah seorang anggota keluarga yang dimaksud pada huruf
a meninggal dunia, dan menurut peraturan perundang-
undangan PNS yang bersangkutan harus mengurus hak-
hak dari anggota keluarganya yang meninggal dunia; atau
c. Melangsungkan perkawinan.
• PNS yang ditempatkan pada perwakilan Republik
Indonesia yang rawan dan/ atau berbahaya dapat
mengajukan cuti karena alasan penting guna memulihkan
kondisi kejiwaan PNS yang bersangkutan
CUTI KARENA ALASAN PENTING (2)
• Diberikan kepada PNS karena :
a. ibu, bapak, isteri atau suami, anak, adik, kakak, mertua, atau
menantu salit keras atau meninggal dunia;
b. salah seorang anggota keluarga yang dimaksud pada huruf a
meninggal dunia, dan menurut peraturan perundang-undangan
PNS yang bersangkutan harus mengurus hak-hak dari anggota
keluarganya yang meninggal dunia; atau
c. melangsungkan perkawinan.
• PNS yang ditempatkan pada perwakilan Republik Indonesia
yang rawan dan/ atau berbahaya dapat mengajukan cuti karena
alasan penting guna memulihkan kondisi kejiwaan PNS yang
bersangkutan
• Cuti karena alasan penting diberikan untuk paling lama 1 (satu)
bulan
CUTI BERSAMA
• Presiden dapat menetapkan cuti bersama.
• Cuti bersama tidak mengurangi hak cuti tahunan.
• PNS yang karena Jabatannya tidak diberikan hak
atas cuti bersama, hak cuti tahunannya ditambah
sesuai dengan jumlah cuti bersama yang tidak
diberikan.
• Cuti bersama ditetapkan dengan Keputusan
Presiden.
CUTI DI LUAR TANGGUNGAN NEGARA (1)
• PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima) tahun
secara terus-menerus karena alasan pribadi dan mendesak
dapat diberikan cuti di luar tanggungan negara.
• Cuti di luar tanggungan negara dapat diberikan untuk paling
lama 3 (tiga) tahun.
• Jangka waktu cuti di luar tanggungan negara dapat
diperpanjang paling lama I (satu) tahun apabila ada alasan-
alasan yang penting untuk memperpanjangnya.
• Cuti di luar tanggungan negara mengakibatkan PNS yang
bersangkutan diberhentikan dari Jabatannya.
• Jabatan yang menjadi lowong karena pemberian cuti di luar
tanggungan negara harus diisi.
CUTI DI LUAR TANGGUNGAN NEGARA (2)
• Untuk mendapatkan cuti di luar tanggungan negara, PNS
yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis
kepada PPK disertai dengan alasan.
• Cuti di luar tanggungan negara hanya dapat diberikan
dengan surat keputusan PPK setelah mendapat
persetujuan dari Kepala BKN.
• PPK tidak dapat mendelegasikan kewenangan pemberian
cuti di luar tanggungan negara.
• Permohonan cuti di luar tanggungan negara dapat ditolak.
• Selama menjalankan cuti di luar tanggungan negara, PNS
yang bersangkutan tidak menerima penghasilan PNS.
• Selama menjalankan cuti di luar tanggungan negara tidak
diperhitungkan sebagai masa kerja PNS.
KETENTUAN LAIN-LAIN (1)
• Selama menjadi pejabat negara dan pimpinan atau
anggota lembaga nonstruktural, masa kerja sebagai
pejabat negara dan pimpinan atau anggota lembaga
nonstruktural tidak diperhitungkan sebagai masa kerja
PNS.
• PNS yang diangkat menjadi pejabat negara dan pimpinan
atau anggota lembaga nonstruktural berhak atas
penghasilan sebagai pejabat negara dan pimpinan atau
anggota lembaga nonstruktural sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
• PNS yang diangkat menjadi pejabat negara dan pimpinan
atau anggota lembaga nonstruktural tidak dibayarkan
penghasilan sebagai PNS
MASA PERSIAPAN PENSIUN
• PNS yang akan mencapai Batas Usia Pensiun, sebelum
diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan hak
pensiun, dapat mengambil masa persiapan pensiun dan
dibebaskan dari Jabatan ASN untuk jangka waktu paling
lama 1 (satu) tahun.
• Selama masa persiapan pensiun, PNS yang bersangkutan
mendapat uang masa persiapan pensiun setiap bulan
sebesar 1 (satu) kali penghasilan PNS terakhir yang
diterima.
• Dalam hal ada alasan kepentingan dinas mendesak,
permohonan masa persiapan pensiun PNS dapat ditolak
atau ditangguhkan
KETENTUAN PERALIHAN
• Calon PNS dengan masa kerja lebih dari 1 (satu) tahun dan
belum mengikuti pelatihan prajabatan sampai dengan
Peraturan Pemerintah ini ditetapkan, wajib mengikuti
pelatihan prajabatan berdasarkan Peraturan Pemerintah ini
dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun terhitung
sejak tanggal Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku.
• Pangkat dan golongan ruang PNS yang sudah ada pada
saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, tetap berlaku
sampai dengan diberlakukannya ketentuan mengenai gaji
dan tunjangan berdasarkan Peraturan Pemerintah
mengenai gaji dan tunjangan sebagai pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara.
KETENTUAN PERALIHAN
• PNS yang berusia di atas 60 (enam puluh) tahun dan
sedang menduduki JF ahli madya, yang sebelum Peraturan
Pemerintah ini mulai berlaku Batas Usia Pensiunnya
ditetapkan 65 (enam puluh lima) tahun, Batas Usia
Pensiunnya tetap 65 (enam puluh lima) tahun.
• PNS yang berusia di atas 58 (lima puluh delapan) tahun
dan sedang menduduki JF ahli pertama, JF ahli muda, dan
JF penyelia, yang sebelum Peraturan Pemerintah ini mulai
berlaku Batas Usia Pensiunnya ditetapkan 60 (enam puluh)
tahun, Batas Usia Pensiunnya tetap 60 (enam puluh) tahun.
KETENTUAN PERALIHAN
• PNS yang berusia di atas 60 (enam puluh) tahun dan
sedang menduduki JF ahli madya, yang sebelum Peraturan
Pemerintah ini mulai berlaku Batas Usia Pensiunnya
ditetapkan 65 (enam puluh lima) tahun, Batas Usia
Pensiunnya tetap 65 (enam puluh lima) tahun.
• PNS yang berusia di atas 58 (lima puluh delapan) tahun
dan sedang menduduki JF ahli pertama, JF ahli muda, dan
JF penyelia, yang sebelum Peraturan Pemerintah ini mulai
berlaku Batas Usia Pensiunnya ditetapkan 60 (enam puluh)
tahun, Batas Usia Pensiunnya tetap 60 (enam puluh) tahun.
KETENTUAN PERALIHAN
• PNS yang telah menduduki JPT tetapi belum memenuhi
persyaratan Jabatan berdasarkan Peraturan Pemerintah ini,
wajib memenuhi persyaratan Jabatan dalam jangka waktu paling
lama 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal Peraturan Pemerintah
ini mulai berlaku.
• Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, PNS yang
sedang menjalani pemberhentian sementara yang ditahan
karena menjadi tersangka atau terdakwa tetap menerima
penghasilan PNS sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan sampai dengan selesainya masa
pemberhentian sementara.
• PNS yang sedang menjalankan cuti berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri
Sipil sisa masa cutinya berlaku sesuai dengan ketentuan dalam
Peraturan Pemerintah ini.
PERATURAN YANG DICABUT
• Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang
Pemberhentian/Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri
sepanjang mengenai ketentuan yang berkaitan dengan
PNS.
• Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang
Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil
• Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti
Pegawai Negeri Sipil
• Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1979 tentang
Daftar Urutan Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil
• Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
PERATURAN YANG DICABUT
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipi
• Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1997 tentang
Pegawai Negeri Sipil Yang Menduduki Jabatan Rangkap
• Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang
Formasi Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2003
• Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 Jo Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002 tentang Pengadaan
Pegawai Negeri Sipil
• Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 jo Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002 tentang Kenaikan
Pangkat Pegawai Negeri Sipil
PERATURAN YANG DICABUT
• Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 jo Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2OO2 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri
Sipil Dalam Jabatan Struktural
• Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang
Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil
• Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2001 tentang
Pengalihan Status Anggota Tentara Nasional Indonesia dan
Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia Menjadi
PNSUntuk Menduduki Jabatan Struktural
• Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 jo Peraturan
Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009 tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian PNS
• Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014 tentang
Pemberhentian PNS Yang Mencapai BUP BagI Pejabat
Fungsional
KETENTUAN PENUTUP
Peraturan pelaksanaan dari peraturan perundangundangan
yang mengatur mengenai penyusunan dan penetapan
kebutuhan, pengadaan, pangkat dan Jabatan, pengembangan
karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja,
penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin,
pemberhentian, jaminan pensiun dan jaminan hari tua, dan
perlindungan, dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan atau belum diganti berdasarkan ketentuan
dalam Peraturan Pemerintah ini.
NO. Nama
Perka/Kepka BKN
TENTANG KET
1 a. Kepka 26 Th
2004
b.Perka 19 Th
2011
a. Ketentuan Pelaksanaan PP
97/2000 tentang Formasi
PNS jo. PP 54/2003
b.Pedoman Umum
Penyusunana Kebutuhan
PNS
Masih berlaku sepanjang belum
ditetapkannya Perka BKN yg mengatur
Tata Cara Pelaksanaan Penyusunan
Kebutuhan PNS
2 Perka 9 Th 2012 Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Calon PNS
Masih berlaku sepanjang belum
ditetapkannya Perka BKN yang
mengatur Petunjuk Teknis Pengadaan
PNS
3 a. Kepka 12 Th
2002
b.Perka 33 Th
2011
c. Perka 25 Th
2013
a. Ketentuan Pelaksanaan PP
99/2000 tentang Kenaikan
Pangkat PNS jo. PP 12/2002
b.Kenaikan Pangkat bagi PNS
yg memperoleh STTB/Ijazah
c. Pedoman Pemberian Pertek
KP Reguler PNS untuk
menjadi pembina tk I gol ru
IV/b ke bawah
Ketentuan mengenai Kenaikan pangkat
Masih berlaku, sepanjang belum
ditetapkannya PP yang mengatur
mengenai gaji dan tunjangan sebagai
pelaksanaan UU 5 Th 2014
NO. Nama
Perka/Kepka
BKN
TENTANG KET
4 Kepka 13 Th
2003
a. Ketentuan Pelaksanaan PP
100/2000 tentang Pengangkatan
PNS dlm Jab. Struktural jo. PP
13/2002
Ketentuan mengenai mekanisme
pengangkatan dlm jab sturktural Masih
berlaku, sepanjang bukan ketentuan
yang mengatur persyaratan
pengangkatan dlm jabatan dan belum
ditetapkannya PP yang mengatur
mengenai Tim Penilai Kinerja sebagai
pelaksanaan UU 5 Th 2014
5 Perka 13 Th
2003
a. Petunjuk Teknis Pelaksanaan PP
9/2003 tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemndahan, dan
Pemberhentian PNS jo. PP
63/2009
Masih berlaku sepanjang ketentuan
yang mengatur mengenai Prosedur
sebagaimana dimaksud dalam angka IV
Lampiran Perka dimaksud dan belum
ditetapkannya Perka BKN mengenai
Tata Cara Pelaksanaan Mutasi
6 a. Kepka 14
Th 2003
b.Perka 26
Th 2013
a. Petunjuk Teknis Pemberhentian
dan Pemberian Pensiun PNS serta
Pensiun Janda/Dudanya sebagai
Pelaksanaan PP 9 Th 2003
b.Pedoman Pemberhentian dan
Pemberian Pensiun PNS yang
mencapai BUP yg akan
diberhentiakn dlm pangkat
Pembina Tk I golru IV b ke bawah
Masih berlaku sepanjang belum
ditetapkannya Perka BKN tentang Tata
Cara Pemberhentian PNS dan Perka
tentang Tata Cara MPP
SEMOGA BERMANFAAT
BKN

More Related Content

What's hot

Tugas, Fungsi dan Wewenang KASN dalam Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi...
Tugas, Fungsi dan Wewenang KASN dalam Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi...Tugas, Fungsi dan Wewenang KASN dalam Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi...
Tugas, Fungsi dan Wewenang KASN dalam Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi...Bayu Wahyudi
 
Kajian Penataan Pola Karier PNS Pada Pemerintah Daerah di Kalimantan.
Kajian Penataan Pola Karier PNS Pada Pemerintah Daerah di Kalimantan.Kajian Penataan Pola Karier PNS Pada Pemerintah Daerah di Kalimantan.
Kajian Penataan Pola Karier PNS Pada Pemerintah Daerah di Kalimantan.Tri Widodo W. UTOMO
 
Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi dalam Perspektif UU ASN
Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi dalam Perspektif UU ASNPengisian Jabatan Pimpinan Tinggi dalam Perspektif UU ASN
Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi dalam Perspektif UU ASNBayu Wahyudi
 
UU ASN (kem dalam negeri)
UU ASN (kem dalam negeri)UU ASN (kem dalam negeri)
UU ASN (kem dalam negeri)Ilham Ismail
 
Penjabaran UU 5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Penjabaran UU 5/2014 tentang Aparatur Sipil NegaraPenjabaran UU 5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Penjabaran UU 5/2014 tentang Aparatur Sipil NegaraDadang Solihin
 
Kajian Penataan Pola Karier Pada Pemerintah Daerah Di Kalimantan
Kajian Penataan Pola Karier Pada Pemerintah Daerah Di KalimantanKajian Penataan Pola Karier Pada Pemerintah Daerah Di Kalimantan
Kajian Penataan Pola Karier Pada Pemerintah Daerah Di KalimantanBidang ANDROIDA-Puslatbang KDOD LAN
 
Sosialisasi uu asn 2014
Sosialisasi uu asn 2014Sosialisasi uu asn 2014
Sosialisasi uu asn 2014mojangjasinga
 
Materi sosialisasi manajemen pns sesuai pp 11 tahun 2017
Materi sosialisasi manajemen pns sesuai pp 11 tahun 2017Materi sosialisasi manajemen pns sesuai pp 11 tahun 2017
Materi sosialisasi manajemen pns sesuai pp 11 tahun 2017Abdi Sri Kuncoro
 
Utoyo pokok – pokok kepegawaian
Utoyo   pokok – pokok kepegawaianUtoyo   pokok – pokok kepegawaian
Utoyo pokok – pokok kepegawaianAyah Raihaana
 
Review UU No 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Review UU No 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil NegaraReview UU No 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Review UU No 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil NegaraW. Riany
 
problematika implementasi lelang jabatan asn
problematika  implementasi lelang jabatan asnproblematika  implementasi lelang jabatan asn
problematika implementasi lelang jabatan asnMAHMUN SYARIF
 
MSDM SP - Analisa Perbandingan UU Kepegawaian
MSDM SP - Analisa Perbandingan UU KepegawaianMSDM SP - Analisa Perbandingan UU Kepegawaian
MSDM SP - Analisa Perbandingan UU KepegawaianHerlambang Bagus
 

What's hot (20)

Tugas, Fungsi dan Wewenang KASN dalam Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi...
Tugas, Fungsi dan Wewenang KASN dalam Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi...Tugas, Fungsi dan Wewenang KASN dalam Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi...
Tugas, Fungsi dan Wewenang KASN dalam Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi...
 
Kajian Penataan Pola Karier PNS Pada Pemerintah Daerah di Kalimantan.
Kajian Penataan Pola Karier PNS Pada Pemerintah Daerah di Kalimantan.Kajian Penataan Pola Karier PNS Pada Pemerintah Daerah di Kalimantan.
Kajian Penataan Pola Karier PNS Pada Pemerintah Daerah di Kalimantan.
 
Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi dalam Perspektif UU ASN
Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi dalam Perspektif UU ASNPengisian Jabatan Pimpinan Tinggi dalam Perspektif UU ASN
Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi dalam Perspektif UU ASN
 
Manajemen ASN
Manajemen ASNManajemen ASN
Manajemen ASN
 
UU ASN (kem dalam negeri)
UU ASN (kem dalam negeri)UU ASN (kem dalam negeri)
UU ASN (kem dalam negeri)
 
Bab v sampai vii
Bab v sampai viiBab v sampai vii
Bab v sampai vii
 
Penjabaran UU 5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Penjabaran UU 5/2014 tentang Aparatur Sipil NegaraPenjabaran UU 5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Penjabaran UU 5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara
 
Kajian Penataan Pola Karier Pada Pemerintah Daerah Di Kalimantan
Kajian Penataan Pola Karier Pada Pemerintah Daerah Di KalimantanKajian Penataan Pola Karier Pada Pemerintah Daerah Di Kalimantan
Kajian Penataan Pola Karier Pada Pemerintah Daerah Di Kalimantan
 
Manajemen asn
Manajemen asnManajemen asn
Manajemen asn
 
Sosialisasi uu asn 2014
Sosialisasi uu asn 2014Sosialisasi uu asn 2014
Sosialisasi uu asn 2014
 
Materi sosialisasi manajemen pns sesuai pp 11 tahun 2017
Materi sosialisasi manajemen pns sesuai pp 11 tahun 2017Materi sosialisasi manajemen pns sesuai pp 11 tahun 2017
Materi sosialisasi manajemen pns sesuai pp 11 tahun 2017
 
Peran Diklat dalam Meningkatkan Kompetensi ASN
Peran Diklat dalam Meningkatkan Kompetensi ASNPeran Diklat dalam Meningkatkan Kompetensi ASN
Peran Diklat dalam Meningkatkan Kompetensi ASN
 
Paparan Manajemen Karier ASN (Perspektif UU ASN)
Paparan Manajemen Karier ASN (Perspektif UU ASN)Paparan Manajemen Karier ASN (Perspektif UU ASN)
Paparan Manajemen Karier ASN (Perspektif UU ASN)
 
Utoyo pokok – pokok kepegawaian
Utoyo   pokok – pokok kepegawaianUtoyo   pokok – pokok kepegawaian
Utoyo pokok – pokok kepegawaian
 
Kajian Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN)
Kajian Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN)Kajian Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN)
Kajian Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN)
 
Pp 11 tahun 2017
Pp 11 tahun 2017Pp 11 tahun 2017
Pp 11 tahun 2017
 
12102021-DIKLAT ASN
12102021-DIKLAT ASN12102021-DIKLAT ASN
12102021-DIKLAT ASN
 
Review UU No 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Review UU No 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil NegaraReview UU No 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Review UU No 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
 
problematika implementasi lelang jabatan asn
problematika  implementasi lelang jabatan asnproblematika  implementasi lelang jabatan asn
problematika implementasi lelang jabatan asn
 
MSDM SP - Analisa Perbandingan UU Kepegawaian
MSDM SP - Analisa Perbandingan UU KepegawaianMSDM SP - Analisa Perbandingan UU Kepegawaian
MSDM SP - Analisa Perbandingan UU Kepegawaian
 

Similar to Bahan Tayang Analisis SANRI 6 dan 7

2. 101 -Materi Sosialisasi Manajemen PNS sesuai PP 11 Tahun 2017.ppt
2. 101 -Materi Sosialisasi Manajemen PNS sesuai PP 11 Tahun 2017.ppt2. 101 -Materi Sosialisasi Manajemen PNS sesuai PP 11 Tahun 2017.ppt
2. 101 -Materi Sosialisasi Manajemen PNS sesuai PP 11 Tahun 2017.pptatharkia93
 
Manajemen-PNS-Sesuai-PP-11-Th-2017.ppt
Manajemen-PNS-Sesuai-PP-11-Th-2017.pptManajemen-PNS-Sesuai-PP-11-Th-2017.ppt
Manajemen-PNS-Sesuai-PP-11-Th-2017.pptYemimaGraceTangke
 
Sosialisasi manajemen pns sesuai pp 11 tahun 2017
Sosialisasi manajemen pns sesuai pp 11 tahun 2017Sosialisasi manajemen pns sesuai pp 11 tahun 2017
Sosialisasi manajemen pns sesuai pp 11 tahun 2017Siti Sahati
 
pert 13 PPSDM Pengembangan KARIER TGL 16 des 2022.pptx
pert 13 PPSDM Pengembangan KARIER TGL 16 des 2022.pptxpert 13 PPSDM Pengembangan KARIER TGL 16 des 2022.pptx
pert 13 PPSDM Pengembangan KARIER TGL 16 des 2022.pptxZulkarnainTamim1
 
ATURAN DASAR KEPEGAWAIAN Aparatur Sipil Negara.pptx
ATURAN DASAR KEPEGAWAIAN Aparatur Sipil Negara.pptxATURAN DASAR KEPEGAWAIAN Aparatur Sipil Negara.pptx
ATURAN DASAR KEPEGAWAIAN Aparatur Sipil Negara.pptxsabarpsormin1
 
PP 11 Tahun 2017 Selvi Dwi Anitappt.pptx
PP 11 Tahun 2017 Selvi Dwi Anitappt.pptxPP 11 Tahun 2017 Selvi Dwi Anitappt.pptx
PP 11 Tahun 2017 Selvi Dwi Anitappt.pptxssuserf17139
 
26-Pengembangan Karier ASN.pptx
26-Pengembangan Karier ASN.pptx26-Pengembangan Karier ASN.pptx
26-Pengembangan Karier ASN.pptxKang Ulil abshar
 
MATERI BU EVI SLIDE UU ASN 2014.ppt
MATERI BU EVI SLIDE UU ASN 2014.pptMATERI BU EVI SLIDE UU ASN 2014.ppt
MATERI BU EVI SLIDE UU ASN 2014.pptbidangppibkpsdmmatar
 
1 Tata Kelola JFK.pdf
1 Tata Kelola JFK.pdf1 Tata Kelola JFK.pdf
1 Tata Kelola JFK.pdfssuser9f27db
 
ARAH_STRATEGI_DAN_KEBIJAKAN_PENGEMBANGAN.pptx
ARAH_STRATEGI_DAN_KEBIJAKAN_PENGEMBANGAN.pptxARAH_STRATEGI_DAN_KEBIJAKAN_PENGEMBANGAN.pptx
ARAH_STRATEGI_DAN_KEBIJAKAN_PENGEMBANGAN.pptxRezha Purbaya
 
Manajemen ASN.pptx
Manajemen ASN.pptxManajemen ASN.pptx
Manajemen ASN.pptxUDPUTRI1
 
JABFUNG-KEPEGAWAIAN-PUSBANG-ASN (1).pptx
JABFUNG-KEPEGAWAIAN-PUSBANG-ASN (1).pptxJABFUNG-KEPEGAWAIAN-PUSBANG-ASN (1).pptx
JABFUNG-KEPEGAWAIAN-PUSBANG-ASN (1).pptxJanggalaSunda
 
Formasi pengadaan-recruitment-seleksi
Formasi pengadaan-recruitment-seleksiFormasi pengadaan-recruitment-seleksi
Formasi pengadaan-recruitment-seleksiBayu Rizky Aditya
 
Ak jafung penghulu perspektif peraturan ari pujiatno manado
Ak jafung penghulu perspektif peraturan ari pujiatno manadoAk jafung penghulu perspektif peraturan ari pujiatno manado
Ak jafung penghulu perspektif peraturan ari pujiatno manadobimasislamsulut
 

Similar to Bahan Tayang Analisis SANRI 6 dan 7 (20)

2. 101 -Materi Sosialisasi Manajemen PNS sesuai PP 11 Tahun 2017.ppt
2. 101 -Materi Sosialisasi Manajemen PNS sesuai PP 11 Tahun 2017.ppt2. 101 -Materi Sosialisasi Manajemen PNS sesuai PP 11 Tahun 2017.ppt
2. 101 -Materi Sosialisasi Manajemen PNS sesuai PP 11 Tahun 2017.ppt
 
Manajemen-PNS-Sesuai-PP-11-Th-2017.ppt
Manajemen-PNS-Sesuai-PP-11-Th-2017.pptManajemen-PNS-Sesuai-PP-11-Th-2017.ppt
Manajemen-PNS-Sesuai-PP-11-Th-2017.ppt
 
Sosialisasi manajemen pns sesuai pp 11 tahun 2017
Sosialisasi manajemen pns sesuai pp 11 tahun 2017Sosialisasi manajemen pns sesuai pp 11 tahun 2017
Sosialisasi manajemen pns sesuai pp 11 tahun 2017
 
BAHAN_KABUPATEN_MALANG (1).pptx
BAHAN_KABUPATEN_MALANG (1).pptxBAHAN_KABUPATEN_MALANG (1).pptx
BAHAN_KABUPATEN_MALANG (1).pptx
 
managemen asn.pptx
managemen asn.pptxmanagemen asn.pptx
managemen asn.pptx
 
pert 13 PPSDM Pengembangan KARIER TGL 16 des 2022.pptx
pert 13 PPSDM Pengembangan KARIER TGL 16 des 2022.pptxpert 13 PPSDM Pengembangan KARIER TGL 16 des 2022.pptx
pert 13 PPSDM Pengembangan KARIER TGL 16 des 2022.pptx
 
ATURAN DASAR KEPEGAWAIAN Aparatur Sipil Negara.pptx
ATURAN DASAR KEPEGAWAIAN Aparatur Sipil Negara.pptxATURAN DASAR KEPEGAWAIAN Aparatur Sipil Negara.pptx
ATURAN DASAR KEPEGAWAIAN Aparatur Sipil Negara.pptx
 
PP 11 Tahun 2017 Selvi Dwi Anitappt.pptx
PP 11 Tahun 2017 Selvi Dwi Anitappt.pptxPP 11 Tahun 2017 Selvi Dwi Anitappt.pptx
PP 11 Tahun 2017 Selvi Dwi Anitappt.pptx
 
26-Pengembangan Karier ASN.pptx
26-Pengembangan Karier ASN.pptx26-Pengembangan Karier ASN.pptx
26-Pengembangan Karier ASN.pptx
 
UU-ASN.pptx
UU-ASN.pptxUU-ASN.pptx
UU-ASN.pptx
 
MATERI BU EVI SLIDE UU ASN 2014.ppt
MATERI BU EVI SLIDE UU ASN 2014.pptMATERI BU EVI SLIDE UU ASN 2014.ppt
MATERI BU EVI SLIDE UU ASN 2014.ppt
 
Bimbingan teknis uu asn unri
Bimbingan teknis uu asn unriBimbingan teknis uu asn unri
Bimbingan teknis uu asn unri
 
1 Tata Kelola JFK.pdf
1 Tata Kelola JFK.pdf1 Tata Kelola JFK.pdf
1 Tata Kelola JFK.pdf
 
ARAH_STRATEGI_DAN_KEBIJAKAN_PENGEMBANGAN.pptx
ARAH_STRATEGI_DAN_KEBIJAKAN_PENGEMBANGAN.pptxARAH_STRATEGI_DAN_KEBIJAKAN_PENGEMBANGAN.pptx
ARAH_STRATEGI_DAN_KEBIJAKAN_PENGEMBANGAN.pptx
 
Manajemen ASN.pptx
Manajemen ASN.pptxManajemen ASN.pptx
Manajemen ASN.pptx
 
JABFUNG-KEPEGAWAIAN-PUSBANG-ASN (1).pptx
JABFUNG-KEPEGAWAIAN-PUSBANG-ASN (1).pptxJABFUNG-KEPEGAWAIAN-PUSBANG-ASN (1).pptx
JABFUNG-KEPEGAWAIAN-PUSBANG-ASN (1).pptx
 
Formasi pengadaan-recruitment-seleksi
Formasi pengadaan-recruitment-seleksiFormasi pengadaan-recruitment-seleksi
Formasi pengadaan-recruitment-seleksi
 
Dupak asdma
Dupak asdmaDupak asdma
Dupak asdma
 
Ak jafung penghulu perspektif peraturan ari pujiatno manado
Ak jafung penghulu perspektif peraturan ari pujiatno manadoAk jafung penghulu perspektif peraturan ari pujiatno manado
Ak jafung penghulu perspektif peraturan ari pujiatno manado
 
War iriyoko diklat
War iriyoko   diklatWar iriyoko   diklat
War iriyoko diklat
 

More from Heru Syah Putra

Bahan Tayang MK SANRI: REVIEW BEFORE EXAM
Bahan Tayang MK SANRI: REVIEW BEFORE EXAMBahan Tayang MK SANRI: REVIEW BEFORE EXAM
Bahan Tayang MK SANRI: REVIEW BEFORE EXAMHeru Syah Putra
 
Bahan Tayang MK Reformasi Administrasi Publik 1
Bahan Tayang MK Reformasi Administrasi Publik 1Bahan Tayang MK Reformasi Administrasi Publik 1
Bahan Tayang MK Reformasi Administrasi Publik 1Heru Syah Putra
 
Bahan Tayang Analisis SANRI 1 dan 2
Bahan Tayang Analisis SANRI 1 dan 2Bahan Tayang Analisis SANRI 1 dan 2
Bahan Tayang Analisis SANRI 1 dan 2Heru Syah Putra
 
Bahan Tayang Analisis SANRI 8 dan 9
Bahan Tayang Analisis SANRI 8 dan 9Bahan Tayang Analisis SANRI 8 dan 9
Bahan Tayang Analisis SANRI 8 dan 9Heru Syah Putra
 
Bahan Tayang Analisis SANRI 4
Bahan Tayang Analisis SANRI 4Bahan Tayang Analisis SANRI 4
Bahan Tayang Analisis SANRI 4Heru Syah Putra
 
Bahan Tayang MK Analisis SANRI 3
Bahan Tayang MK Analisis SANRI 3Bahan Tayang MK Analisis SANRI 3
Bahan Tayang MK Analisis SANRI 3Heru Syah Putra
 
Mengoptimalkan Mendeley dalalam Penyusunan KTI
Mengoptimalkan Mendeley dalalam Penyusunan KTIMengoptimalkan Mendeley dalalam Penyusunan KTI
Mengoptimalkan Mendeley dalalam Penyusunan KTIHeru Syah Putra
 
Different perspective on public service innovation in Indonesia
Different perspective on public service  innovation  in IndonesiaDifferent perspective on public service  innovation  in Indonesia
Different perspective on public service innovation in IndonesiaHeru Syah Putra
 
SINERGITAS PEMBANGUNAN DI PROVINSI ACEH GUNA MENGHADAPI ANCAMAN NON MILITER
SINERGITAS PEMBANGUNAN DI PROVINSI ACEH GUNA MENGHADAPI ANCAMAN NON MILITER SINERGITAS PEMBANGUNAN DI PROVINSI ACEH GUNA MENGHADAPI ANCAMAN NON MILITER
SINERGITAS PEMBANGUNAN DI PROVINSI ACEH GUNA MENGHADAPI ANCAMAN NON MILITER Heru Syah Putra
 
Different perspective on public service innovation in indonesia heru syah p...
Different perspective on public service  innovation  in indonesia heru syah p...Different perspective on public service  innovation  in indonesia heru syah p...
Different perspective on public service innovation in indonesia heru syah p...Heru Syah Putra
 
E-Gov and Gov's Performance
E-Gov and Gov's PerformanceE-Gov and Gov's Performance
E-Gov and Gov's PerformanceHeru Syah Putra
 
Tantangan Pembangunan Aceh Masa Depan
Tantangan Pembangunan Aceh Masa DepanTantangan Pembangunan Aceh Masa Depan
Tantangan Pembangunan Aceh Masa DepanHeru Syah Putra
 
Kompetensi Pelayanan Publik bagi CPNS
Kompetensi Pelayanan Publik bagi CPNSKompetensi Pelayanan Publik bagi CPNS
Kompetensi Pelayanan Publik bagi CPNSHeru Syah Putra
 

More from Heru Syah Putra (14)

Bahan Tayang MK SANRI: REVIEW BEFORE EXAM
Bahan Tayang MK SANRI: REVIEW BEFORE EXAMBahan Tayang MK SANRI: REVIEW BEFORE EXAM
Bahan Tayang MK SANRI: REVIEW BEFORE EXAM
 
Bahan Tayang MK Reformasi Administrasi Publik 1
Bahan Tayang MK Reformasi Administrasi Publik 1Bahan Tayang MK Reformasi Administrasi Publik 1
Bahan Tayang MK Reformasi Administrasi Publik 1
 
Bahan Tayang Analisis SANRI 1 dan 2
Bahan Tayang Analisis SANRI 1 dan 2Bahan Tayang Analisis SANRI 1 dan 2
Bahan Tayang Analisis SANRI 1 dan 2
 
Bahan Tayang Analisis SANRI 8 dan 9
Bahan Tayang Analisis SANRI 8 dan 9Bahan Tayang Analisis SANRI 8 dan 9
Bahan Tayang Analisis SANRI 8 dan 9
 
Bahan Tayang SANRI 5
Bahan Tayang SANRI 5Bahan Tayang SANRI 5
Bahan Tayang SANRI 5
 
Bahan Tayang Analisis SANRI 4
Bahan Tayang Analisis SANRI 4Bahan Tayang Analisis SANRI 4
Bahan Tayang Analisis SANRI 4
 
Bahan Tayang MK Analisis SANRI 3
Bahan Tayang MK Analisis SANRI 3Bahan Tayang MK Analisis SANRI 3
Bahan Tayang MK Analisis SANRI 3
 
Mengoptimalkan Mendeley dalalam Penyusunan KTI
Mengoptimalkan Mendeley dalalam Penyusunan KTIMengoptimalkan Mendeley dalalam Penyusunan KTI
Mengoptimalkan Mendeley dalalam Penyusunan KTI
 
Different perspective on public service innovation in Indonesia
Different perspective on public service  innovation  in IndonesiaDifferent perspective on public service  innovation  in Indonesia
Different perspective on public service innovation in Indonesia
 
SINERGITAS PEMBANGUNAN DI PROVINSI ACEH GUNA MENGHADAPI ANCAMAN NON MILITER
SINERGITAS PEMBANGUNAN DI PROVINSI ACEH GUNA MENGHADAPI ANCAMAN NON MILITER SINERGITAS PEMBANGUNAN DI PROVINSI ACEH GUNA MENGHADAPI ANCAMAN NON MILITER
SINERGITAS PEMBANGUNAN DI PROVINSI ACEH GUNA MENGHADAPI ANCAMAN NON MILITER
 
Different perspective on public service innovation in indonesia heru syah p...
Different perspective on public service  innovation  in indonesia heru syah p...Different perspective on public service  innovation  in indonesia heru syah p...
Different perspective on public service innovation in indonesia heru syah p...
 
E-Gov and Gov's Performance
E-Gov and Gov's PerformanceE-Gov and Gov's Performance
E-Gov and Gov's Performance
 
Tantangan Pembangunan Aceh Masa Depan
Tantangan Pembangunan Aceh Masa DepanTantangan Pembangunan Aceh Masa Depan
Tantangan Pembangunan Aceh Masa Depan
 
Kompetensi Pelayanan Publik bagi CPNS
Kompetensi Pelayanan Publik bagi CPNSKompetensi Pelayanan Publik bagi CPNS
Kompetensi Pelayanan Publik bagi CPNS
 

Recently uploaded

tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 

Recently uploaded (20)

tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 

Bahan Tayang Analisis SANRI 6 dan 7

  • 1. Manajemen ASN Heru Syah Putra SE., MA Course: Analisis Sistem Administrasi Negara FISIP-UIN, 14 November 2017 Pertemuan 6 dan 7
  • 2. Aparatur Sipil Negara Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. •Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan. •PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. •PPPK adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
  • 3. MANAJEMEN ASN • Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. • Sistem Informasi ASN adalah rangkaian informasi dan data mengenai Pegawai ASN yang disusun secara sistematis, menyeluruh, dan terintegrasi dengan berbasis teknologi. • Tiga jabatan: 1. Jabatan Pimpinan Tinggi adalah sekelompok jabatan tinggi pada instansi pemerintah. 2. Jabatan Administrasi adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan. 3. Jabatan Fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu.
  • 4. MANAJEMEN ASN Penyelenggaraan kebijakan dan Manajemen ASN berdasarkan pada asas: • Kepastian hukum; • Profesionalitas; • Proporsionalitas; • Keterpaduan; • Delegasi; • Netralitas; • Akuntabilitas; • Efektif dan efisien; • Keterbukaan; • Nondiskriminatif; • Persatuan dan kesatuan; • Keadilan dan kesetaraan; dan • Kesejahteraan.
  • 5. MANAJEMEN ASN ASN sebagai profesi berlandaskan pada prinsip sebagai berikut: a.Nilai dasar; b.Kode etik dan kode perilaku; c.Komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik; d.Kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; e.Kualifikasi akademik; f.Jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas; dan g.Profesionalitas jabatan.
  • 6. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 11 TAHUN 2017 MANAJEMEN PEGAWAI NEGERI SIPIL Sumber: Bahan Tayang Badan Kepegawaian Negara Badan Kepegawaian Negara
  • 7. MANAJEMEN PNS 1. penyusunan dan penetapan kebutuhan; 2. pengadaan; 3. pangkat dan Jabatan; 4. pengembangan karier; 5. pola karier; 6. promosl; 7. mutasi; 8. penilaian kinerja; 9. penggajian dan tunj angan; 10. penghargaan; 11. disiplin; 12. pemberhentian; 13. jaminan pensiun dan jaminan hari tua; dan 14. perlindungan.
  • 8. PEJABAT PEMBINA KEPEGAWAIAN • Presiden. • Menteri di kementerian; • Pimpinan lembaga di LPNK; • Sekjen di sekretariat lembaga negara dan LNS; • Jaksa Agung • Kepala POLRI; • Kepala BIN; • Sekretaris MA • Gubernur di provinsi; • Bupati/Walikota di kabupaten/kota; dan • Pejabat lain yang ditentukan Presiden
  • 9. PENYUSUNAN DAN PENETAPAN KEBUTUHAN Setiap Instansi Pemerintah menyusun kebutuhan jenis jabatan dan jumlah PNS berdasarkan Anjab dan ABK, peta jabatan, dan ketersediaan pegawai 9 ANALISIS JABATAN PETA JABAT AN ANALISIS BEBAN KERJA KEBUTUHAN ASN KEKURANGAN KEBUTUHAN PNS Penetapan kebutuhan PNS secara nasional setiap tahun anggaran ditetapkan oleh Menteri, setelah memperhatikan pendapat Menteri Keuangan dan pertimbangan teknis Kepala BKN Dilakukan untuk jangka waktu 5 tahun dan diperinci setiap tahun berdasarkan prioritas kebutuhan dan Renstra
  • 10. 1 2 3 4 5 Panitia Seleksi Nasional Pengadaan Calon PNS Ketua Kepala BKN Diumumkan secara terbuka paling lambat 15 hari kalender sblm tgl penerimaan lamaran Harus memenuhi persyaratan administrasi Pendaftaran dengan online • Pengangkatan Calon PNS oleh PPK setelah mendapat persetujuan teknis dari Kepala BKN • Calon PNS wajib menjalani masa percobaan selama 1 tahun • Seleksi administrasi, seleksi kompetensi dasar dan seleksi kompetensi bidang dilakukan dengan CAT • Pengumuman hasil seleksi secara terbuka PENGADAAN Dilakukan secara nasional untuk menjamin kualitas hasil
  • 11. PENGADAAN • Dilaksanakan oleh Panselnas yang diketuai Kepala BKN dan Pansel Instansi yang diketuai oleh Pejabat yang berwenang • Persyaratan pelamar usia s/d 35 tahun dimungkinkan s/d 40 tahun untuk jabatan tertentu yang ditetapkan Presiden • Substansi Seleksi : Administrasi, Test TKD, TKB, dapat melakukan uji fisik, psikologis, dan/atau kesehatan jiwa • Bagi pelamar yang lulus diangkat oleh PPK setelah ada pertimbangan teknis dan NIP oleh BKN • Masa percobaan adalah 1 tahun dan wajib ikut prajab terintegrasi 1x • PNS wajib mengucapkan sumpah sesuai agama & aturan kepegawaian kecuali yang harus mengucapkan janji
  • 12. UTAMA MADYA PRATAMA ADMINSTRATOR PENGAWAS PELAKSANA JABATAN ADMINISTRASI JABATAN FUNGSIONAL  Utama  Madya  Muda  Pertama  Utama  Madya  Muda  Pertama KEAHLIAN  Penyelia  Mahir  Terampil  Pemula  Penyelia  Mahir  Terampil  Pemula KETERAMPILAN BKN  Pangkat : kedudukan yang menunjukan tingkatan jabatan berdasarkan tingkat kesulitan, tanggungjawab, dampak dan persyaratan kualifikasi pekerjaan yang digunakan sebagai dasar penggajian. JABATAN PIMPINAN TINGGI
  • 13. SYARAT JABATAN ADMINISTRATOR • Berstatus PNS; • Memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan paling rendah sarjana atau diploma IV; • Memiliki integritas dan moralitas yang baik; • Memiliki pengalaman pada Jabatan pengawas paling singkat 3 (tiga) tahun atau JF yang setingkat dengan Jabatan pengawas sesuai dengan bidang tugas Jabatan yang akan diduduki; • Setiap unsur penilaian prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir; • Memiliki Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial, dan Kompetensi Sosial Kultural sesuai standar kompetensi yang dibuktikan berdasarkan hasil evaluasi oleh tim penilai kinerja PNS di instansinya; dan • Sehat jasmani dan rohani
  • 14. SYARAT JABATAN PENGAWAS • Berstatus PNS; • Memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan paling rendah sarjana atau diploma III; • Memiliki integritas dan moralitas yang baik; • memiliki pengalaman pada Jabatan pelaksana paling singkat 4 (empat) tahun atau JF yang setingkat dengan Jabatan pelaksana sesuai dengan bidang tugas Jabatan yang akan diduduki; • setiap unsur penilaian prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir; • memiliki Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial, dan Kompetensi Sosial Kultural sesuai standar kompetensi; dan • sehat jasmani dan rohani
  • 15. SYARAT JABATAN PELAKSANA • berstatus PNS; • memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau yang setara; • telah mengikuti dan lulus pelatihan terkait dengan bidang tugas dan/ atau lulus pendidikan dan pelatihan terintegrasi; • memiliki integritas dan moralitas yang baik; • memiliki Kompetensi Teknis, Kompetensi anajerial, dan Kompetensi Sosial Kultural sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan; • setiap unsur penilaian prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir; dan • sehat jasmani dan rohani
  • 16. PELANTIKAN DAN PENGAMBILAN SUMPAH • Setiap PNS yang diangkat menjadi pejabat administrator dan pejabat pengawas wajib dilantik dan diambil sumpah/janji menurut agama atau kepercayaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. • Sumpah/janji Jabatan diambil oleh PPK dilingkungannya masing-masing • PPK dapat menunjuk pejabat lain di lingkungannya untuk mengambil sumpah/janji Jabatan.
  • 17. PEMBERHENTIAN JABATAN ADMINISTRASI • Mengundurkan diri dari Jabatan (dapat ditunda paling lama 1 tahun); • Diberhentikan sementara sebagai PNS; • Menjalani cuti di luar tanggungan negara; • Menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan; • Ditugaskan secara penuh di luar JA; atau • Tidak memenuhi persyaratan Jabatan.
  • 18. JABATAN FUNGSIONAL • JF memiliki tugas memberikan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu. • JF dikelompokkan dalam klasifikasi Jabatan berdasarkan kesamaan karakteristik, mekanisme, dan pola kerja. • Penetapan JF dilakukan oleh Menteri berdasarkan usulan dari pimpinan Instansi Pemerintah dengan mengacu pada klasifrkasi darr kriteria JF. • Pejabat Fungsional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab secara langsung kepada pejabat pimpinan tinggi pratama, pejabat administrator, atau pejabat pengawas yang memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan tugas JF.
  • 19. PENGANGKATAN JABATAN FUNGSIONAL Pengangkatan PNS ke dalam JF keahlian dan JF keterampilan dilakukan melalui :  Pengangkatan Pertama  Perpindahan dari Jabatan lain;  Penyesuaian/inpassing  Promosi
  • 20. PERSYARATAN PENGANGKATAN PERTAMA • Berstatus PNS • Memiliki integritas dan moralitas yang baik. • sehat jasmani dan rohani; • berijazah paling rendah sarjana atau diploma IV sesuai dengan kualifrkasi pendidikan yang dibutuhkan. • mengikuti dan lulus uji Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial, dan Kompetensi Sosial Kultural sesuai standar kompetensi yang telah disusun oleh instansi pembina; • nilai prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir; dan • syarat lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
  • 21. PERSYARATAN PENGANGKATAN DARI PERPINDAHAN DARI JABATAN • Berstatus PNS • Memiliki integritas dan moralitas yang baik. • sehat jasmani dan rohani; • berijazah paling rendah sarjana atau diploma IV sesuai dengan kualifrkasi pendidikan yang dibutuhkan. • mengikuti dan lulus uji Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial, dan Kompetensi Sosial Kultural sesuai standar kompetensi yang telah disusun oleh instansi pembina; • memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di bidang JF yang akan diduduki paling kurang 2 (dua) tahun; • nilai prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir; • Berusia paling tinggi : a. 53 (lima puluh tiga) tahun untuk JF ahli pertama dan JF ahli muda b. 55 (lima puluh lima) tahun untuk JF ahli madya; dan c. 60 (enam puluh) tahun untuk JF ahli utama bagi PNS yang telah menduduki JPT; • syarat lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
  • 22. PERSYARATAN PENGANGKATAN MELALUI INPASSING • Berstatus PNS • Memiliki integritas dan moralitas yang baik. • Sehat jasmani dan rohani; • Berijazah paling rendah sarjana atau diploma IV sesuai dengan kualifrkasi pendidikan yang dibutuhkan. • Memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di bidang JF yang akan diduduki paling kurang 2 (dua) tahun; • Nilai prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir; dan • Syarat lainnya yang ditetapkan oleh menteri.
  • 23. PELANTIKAN DAN PENGAMBILAN SUMPAH • Setiap PNS yang diangkat menjadi pejabat fungsional wajib dilantik dan diambil sumpah/janji menurut agama atau kepercayaannya kepada Trhan Yang Maha Esa. • Sumpah/janji Jabatan diambil oleh PPK dilingkungannya masing-masing • PPK dapat menunjuk pejabat lain di lingkungannya untuk mengambil sumpah/janji Jabatan.
  • 24. PERSYARATAN PENGANGKATAN MELALU PROMOSI • mengikuti dan lulus uji Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial, dan Kompetensi Sosial Kultural sesuai standar kompetensi yang telah disusun oleh instansi pembina; • nilai prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir; dan • syarat lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
  • 25. RANGKAP JABATAN • Dalam rangka optimalisasi pelaksanaan tugas dan pencapaian kineda organisasi, pejabat fungsionaldilarang rangkap Jabatan dengan JA atau JPT, kecuali untuk JA atau JPT yang kompetensi dan bidang tugas Jabatannya sama dan tidak dapat dipisahkan dengan kompetensi dan bidang tugas JF. • Pengecualian yang dimaksud dalam Pasal ini seperti: a. Jaksa yang diangkat menjadi kepala kejaksaan tinggi, wakil kepala kejaksaan tinggi, kepala kej alsaan negeri, atau kepala cabang kejaksaan negeri; b. Perancang peraturan perundang-undangan ahli madya yang diangkat menjadi Direktur Perancangan Peraturan Perundang- undangan ada Direktorat Jenderal Peraturan Perundang- undangan; atau c. Diplomat ahli utama yang diangkat menjadi Direktur Jenderal Amerika Eropa
  • 26. PENGEMBANGAN KARIER, PENGEMBANGAN KOMPETENSI, POLA KARIER, PROMOSI DAN MUTASI • Dilakukan dengan menerapkan prinsip sistem merit untuk meningkatkan kompetensi, kinerja dan profesionalitas PNS. • Setiap instansi wajib memiliki Sistem Informasi Manajemen Karier yg merupakan bagian terintegrasi dari Sistem Informasi ASN
  • 27. PENGEMBANGAN KARIER • dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja, dan kebutuhan Instansi Pemerintah. • dilakukan melalui manajemen pengembangan karier dengan mempertimbangkan integritas dan moralitas • dilakukan melalui manajemen pengembangan karier dalam rangka penyesuaian kebutuhan organisasi, kompetensi dan pola karier PNS • Manajemen pengembangan melalui: a. mutasi; dan/ atau b. promosi. c. penugasan khusus
  • 28. POLA KARIER • merupakan pola dasar mengenai urutan penempatan dan/ atau perpindahan PNS dalam dan antar posisi di setiap jenis Jabatan secara berkesinambungan. • Pola karier PNS terdiri atas: a. pola karier instansi; dan b. pola karier nasional • Pola karier nasional disusun dan ditetapkan oleh Menteri. • Setiap Instansi Pemerintah menyusun pola karier instansi secara khusus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan pola karier nasional
  • 29. MUTASI • Instansi Pemerintah menyusun perencanaan mutasi PNS di lingkungannyaPola karier PNS terdiri atas: • Mutasi dilakukan paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun • Mutasi PNS dilakukan dengan memperhatikan prinsip larangan konflik kepentingan. • Selain mutasi karena tugas dan /atau lokasi, PNS dapat • mengajukan mutasi tugas dan/atau lokasi atas permintaan sendiri.
  • 30. KEWENANGAN MUTASI • Mutasi dalam 1 (satu) Instansi Pusat atau dalam 1 (satu) Instansi Daerah dilakukan oleh PPK, setelah memperoleh pertimbangan tim penilai kinerja PNS • Mutasi PNS antar-kabupaten/kota dalam satu provinsi ditetapkan oleh gubernur setelah memperoleh pertimbangan Kepala BKN. • Mutasi PNS antar kabupaten / kota antar provinsi, dan antar provinsi ditetapkan oleh menteri dalam negeri setelah memperoleh pertimbangan Kepala BKN. • Mutasi PNS provinsi/kabupaten/kota ke Instansi Pusat atau sebaliknya, ditetapkan oleh Kepala BKN. • Mutasi PNS antar-Instansi Pusat ditetapkan oleh Kepala BKN
  • 31. PROMOSI • PNS dapat dipromosikan di dalam dan/atau antar JA dan JF keterampilan, JF ahli pertama, dan JF ahli muda sepanjang memenuhi persyaratan Jabatan, dengan memperhatikan kebutuhan organisasi. • PNS yang menduduki Jabatan administrator dan JF ahli madya dapat dipromosikan ke dalam JPT pratama sepanjang memenuhi persyaratan Jabatan, mengikuti, dan lulus seleksi terbuka, dengan memperhatikan kebutuhan organisasi. • PNS yang menduduki JF ahli utama dapat dipromosikan ke dalam JPT madya sepanjang memenuhi persyaratan Jabatan, mengikuti, dan lulus seleksi terbuka, dengan memperhatikan kebutuhan organisasi.
  • 32. TIM PENILAI KINERJA PNS • Tim penilai kinerja PNS pada Instansi Pemerintah dibentuk oleh PyB • Tim penilai kinerja PNS pada Instansi pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. PyB; b. pejabat yang menangani bidang kepegawaian; c. pejabat yang menangani bidang pengawasan internal; d. pejabat pimpinan tinggi terkait. • Tim penilai kinerja PNS berjumlah gasal paling sedikit 5 (lima) orang
  • 33. PENGEMBANGAN KOMPETENSI • Pengembangan kompetensi merupakan upaya untuk pemenuhan kebutuhan kompetensi PNS dengan standar kompetensi Jabatan dan rencana pengembangan karier. • Pengembangan kompetensi dilakukan pada tingkat: a. instansi; dan b. nasional • Pengembangan kompetensi bagi setiap PNS dilakukan paling sedikit 20 (dua puluh) jam pelajaran dalam 1 (satu) tahun. • Pengembangan kompetensi menjadi dasar pengembangan karier dan menjadi salah satu dasar bagi pengangkatan Jabatan.
  • 34. • Presiden dan Wakil Presiden, • Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota DPR, DPD; • Gubernur dan Wakil Gubernur; • Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota. PNS YANG DIANGKAT MENJADI PEJABAT NEGARA DAN PIMPINAN ATAU ANGGOTA LEMBAGA NONSTRUKTURAL • Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota MA, MK, BPK, KY, KPK • Menteri dan jabatan setingkat menteri, • Kepala perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh
  • 35. PENILAIAN KINERJA DAN DISIPLINPENILAIANKINERJADISIPLIN
  • 36. • Kenaikan pangkat istimewa diberikan kepada PNS berdasarkan pada penilaian kinerja dan keahlian yang luar biasa dalam menjalankan tugas jabatannya • Kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi diberikan kepada PNS yang mempunyai nilai prestasi kerja yang sangat baik, memiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi pada organisasi Penghargaan berupa : a. Tanda Kehormatan b. Kenaikan pangkat istimewa c. kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi d. kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan Didasarkan atas kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi kerja dalam melaksanakan tugasnya PENGHARGAAN
  • 37. PEMBERHENTIAN • Pemberhentian atas permintaan sendiri • Pemberhentian karena mencapai batas usia pensiun • Pemberhentian karena perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah • Pemberhentian karena tidak cakap jasmani dan/ atau rohani • Pemberhentian karena meninggal dunia, tewas, atau hilang • Pemberhentian karena melakukan pemberhentian karena melakukan • Tindak pidana/ penyelewengantindak pidana/ penyelewengan • Pemberhentian karena pelanggaran disiplin • Pemberhentian karena mencalonkan menjadi pejabat negara yang dipilih • Pemberhentian karena menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik • Pemberhentian karena tidak menjabat lagi sebagai pejabat negara • Pemberhentian karena hal lain
  • 38. Pemberhentian Atas Permintaan Sendiri • PNS yang mengajukan permintaan berhenti, diberhentikan dengan hormat sebagai PNS. • Permintaan berhenti dapat ditunda untuk paling lama 1 (satu) tahun, apabila PNS yang bersangkutan masih diperlukan untuk kepentingan dinas. • Permintaan berhenti ditolak apabila: a. sedang dalam proses peradilan karena diduga melakukan tindak pidana kejahatan; b. terikat kewajiban bekerja pada Instansi Pemerintah c. dalam pemeriksaan pejabat yang berwenang memeriksa karena diduga melakukan pelanggaran disiplin PNS; d. sedang mengajukan upaya banding administratif karena dijatuhi hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; e. sedang menjalani hukuman disiplin; dan/ atau f. alasan lain menurut pertimbangan PPK.
  • 39. Pemberhentian Karena Mencapai Batas Usia Pensiun • PNS yang telah mencapai Batas Usia Pensiun diberhentikan dengan hormat sebagai PNS. • Batas Usia Pensiun PNS yaitu: a. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi pejabat administrasi, pejabat fungsional ahli muda, pejabat fungsional ahli pertama, dan pejabat fungsional keterampilan; b. 60 (enam puluh) tahun bagi pejabat pimpinan tinggi dan pejabat fungsional madya; dan c. 65 (enam puluh lima) tahun bagi PNS yang memangku pejabat fungsional ahli utama. • Batas Usia Pensiun bagi PNS yang menduduki JF yang ditentukan dalam undang-undang, berlaku ketentuan sesuai dengan Batas Usia Pensiun yang ditetapkan dalam undang-undang yang bersangkutan.
  • 40. Pemberhentian karena Perampingan Organisasi atau Kebijakan Pemerintah • Dalam hal terjadi perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan kelebihan PNS maka PNS tersebut terlebih dahulu disalurkan pada Instansi Pemerintah lain • Apabila tidak dapat disalurkan dan pada saat terjadi perampingan organisasi sudah mencapai usia 50 (lima puluh) tahun dan masa kerja l0 (sepuluh) tahun, diberhentikan dengan hormat dengan mendapat hak kepegawaian. • Apabila belum mencapai usia 50 (lima puluh) tahun dan masa kerja l0 (sepuluh) tahun, diberikan uang tunggu paling lama 5 (lima) tahun. • Apabila sampai dengan 5 (lima) tahun tidak dapat disalurkan maka PNS tersebut diberhentikan dengan hormat dan diberikan hak kepegawaian. • Apabila pada saat berakhirnya pemberian uang tunggu belum berusia 50 (lima puluh) tahun, jaminan pensiun bagi PNS mulai diberikan pada saat mencapai usia 50 (lima puluh) tahun.
  • 41. Pemberhentian Karena Tidak Cakap Jasmani dan/ atau Rohani • PNS yang tidak cakap jasmani dan/atau rohani diberhentikan dengan hormat apabila: a. tidak dapat bekerja lagi dalam semua karena kesehatannya; b. menderita penyakit atau kelainan yang berbahaya bagi dirinya sendiri atau lingkungan kerjanya; atau c. tidak mampu bekerja kembali setelah berakhirnya cuti sakit. • Ketentuan mengenai tidak cakap jasmani dan/atau rohani berdasarkan hasil pemeriksaan tim penguji kesehatan yang dibentuk oleh menteri kesehatan dan beranggotakan dokter pemerin tah • PNS yang diberhentikan dengan hormat mendapat hak kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
  • 42. Pemberhentian Karena Meninggal Dunia, • PNS yang meninggal dunia atau tewas diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan mendapat hak kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan • PNS dinyatakan meninggal dunia apabila : a. meninggalnya tidak dalam dan karena menjalankan tugas; b. meninggalnya sedang menjalani masa uang tunggu; atau. c. meninggalnya pada waktu menjalani cuti di luar tanggungan negara
  • 43. Pemberhentian Karena Tewas (1) • PNS dinyatakan tewas apabila meninggal: a. dalam dan karena menjalankan tugas dan kewajibannya; b. dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinas, sehingga kematian itu disamakan dengan keadaan sebagaimana dimaksud pada huruf a; c. meninggalnya pada waktu menjalani cuti di luar tanggungan negara • langsung diakibatkan oleh luka atau cacat rohani atau jasmani yang didapat dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya atau keadaan lain yang ada hubungannya dengan kedinasan; dan/ atau • karena perbuatan anasir yang tidak bertanggung jawab atau sebagai akibat tindakan anasir itu
  • 44. Pemberhentian Karena Tewas (2) • Apabila PNS meninggal dunia atau tewas telah berkeluarga, kepada janda/duda atau anaknya diberikan hak kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. • Apabila PNS meninggal dunia atau tewas tidak berkeluarga, kepada orang tuanya diberikan hak kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan
  • 45. Pemberhentian Karena Hilang (1) • Seorang PNS dinyatakan hilang di luar kemampuan dan kemauan PNS yang bersangkutan apabila: a. Tidak diketahui keberadaannya; b. Tidak diketahui masih hidup atau telah meninggal dunia • PNS yang hilang dianggap telah meninggal dunia dan dapat diberhentikan dengan hormat sebagai PNS pada akhir bulan ke-12 (dua belas) sejak dinyatakan hilang. • Pernyataan hilang dibuat oleh PPK atau pejabat lain yang ditunjuk berdasarkan surat keterangan atau berita acara pemeriksaan dari pihak Kepolisian Negara Republik Indonesia. • Janda/duda atau anak PNS diberikan hak kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
  • 46. Pemberhentian Karena Hilang (2) • Dalam hal PNS yang hilang ditemukan kembali dan masih hidup, dapat diangkat kembali sebagai PNS sepanjang yang bersangkutan belum mencapai BUP. • Pengangkatan kembali dilakukan setelah PNS yang bersangkutan diperiksa oleh PPK dan pihak Kepolisian Negara Republik Indonesia. • Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan terbukti hilang karena kemauan dan kemampuan yang bersangkutan, PNS yang bersangkutan dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
  • 47. Pemberhentian Karena Hilang (3) • Dalam hal PNS yang hilang ditemukan kembali dan telah mencapai BUP, PNS yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat dan diberikan hak kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. • Pemberhentian setelah dilakukan pemeriksaan oleh PPK dan pihak Kepolisian Negara Republik Indonesia. • Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan terbukti hilang karena kemauan dan kemampuan yang bersangkutan, PNS yang bersangkutan wajib mengembalikan hak kepegawaian yang telah diterima oleh janda/duda atau anaknya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
  • 48. Pemberhentian karena Melakukan Tindak Pidana/ Penyelewengan (1) • PNS dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak diberhentikan karena dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan hukuman pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang dilakukan tidak berencana. • PNS yang dipidana dengan pidana penjara 2 (dua) tahun atau lebih berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana tidak dengan berencana, tidak diberhentikan sebagai PNS apabila : a. perbuatannya tidak menurunkan harkat dan martabat dari PNS; b. mempunyai prestasi kerja yang baik; c. tidak mempengaruhi lingkungan kerja setelah diaktifkan kembali; dan d. tersedia lowongan Jabatan.
  • 49. Pemberhentian karena Melakukan Tindak Pidana/ Penyelewengan (2) • PNS dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak diberhentikan karena dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan hukuman pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang dilakukan tidak berencana. • PNS yang dipidana dengan pidana penjara 2 (dua) tahun atau lebih berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana tidak dengan berencana, tidak diberhentikan sebagai PNS apabila : a. perbuatannya tidak menurunkan harkat dan martabat dari PNS; b. mempunyai prestasi kerja yang baik; c. tidak mempengaruhi lingkungan kerja setelah diaktifkan kembali; dan d. tersedia lowongan Jabatan.
  • 50. Pemberhentian karena Melakukan Tindak Pidana/ Penyelewengan (3) • PNS yang dipidana dengan pidana penjara kurang dari 2 (dua) tahun berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana tidak dengan berencana, tidak diberhentikan sebagai PNS apabila tersedia lowongan Jabatan. • PNS yang tidak diberhentikan, selama yang bersangkutan menjalani pidana penjara maka tetap bersatus sebagai PNS dan tidak menerima hak kepegawaiannya sampai diaktifkan kembali sebagai PNS. • PNS diaktilkan kembali sebagai PNS apabila tersedia lowongan Jabatan. • Dalam hal tidak tersedia lowongan jabatan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun, PNS yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat. • PNS yang menjalani pidana penjara dan sudah berusia 58 (lima puluh delapan) tahun, diberhentikan dengan hormat.
  • 51. Pemberhentian karena Melakukan Tindak Pidana/ Penyelewengan (4) PNS diberhentikan tidak dengan hormat apabila : a. melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. dipidana dengan pidana penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan Jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan Jabatan dan/ atau pidana umum; c. menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; atau d. dipidana dengan pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan hukuman pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang dilalukan dengan berencana.
  • 52. Pemberhentian karena Melakukan Tindak Pidana/ Penyelewengan (5) • PNS yang dipidana dengan pidana penjara kurang dari 2 (dua) tahun berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan berencana, diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS. • Pemberhentian karena melakukan tindak pidana ditetapkan terhitung mulai akhir bulan sejak putusan pengadilan atas perkaranya yang telah memiliki kekuatan hukum tetap.
  • 53. Pemberhentian karena Pelanggaran Disiplin • PNS diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri apabila melakukan pelanggaran disiplin PNS tingkat berat. • Pemberhentian dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang mengatur mengenai disiplin PNS.
  • 54. Pemberentian Karena Menjadi Pejabat Negara yang Dipilh (1) PNS wajib mengundurkan diri sebagai PNS pada saat ditetapkan sebagai calon Presiden dan Wakil presiden,Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan perwakilan Rakrat, Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Gubernur dan Wakil Gubernur, atau Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota oleh lembaga yang bertugas melaksanakan pemilihan umum.
  • 55. Pemberentian Karena Menjadi Pejabat Negara yang Dipilh (2) • Pernyataan pengunduran diri yang diajukan oleh PNS tidak dapat ditarik kembali. • PNS yang mengundurkan diri diberhentikan dengan hormat sebagai PNS. • PNS yang melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberhentikan dengan hormat sebagai PNS. • Pemberhentian dengan hormat sebagai PNS berlaku terhitung mulai akhir bulan sejak PNS yang bersangkutan ditetapkan sebagai calon pejabat negara tersebut.
  • 56. Pemberhentian karena Menjadi Anggota dan/atau Pengurus Partai Politik • PNS dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. • PNS yang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik wajib mengundurkan diri secara tertulis. • PNS yang mengundurkan diri diberhentikan dengan hormat sebagai PNS terhitung mulai akhir bulan pengunduran diri PNS yang bersangkutan. • PNS yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS. • PNS yang menjadi anggota dan/ atau pengurus partai politik diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS terhitung mulai akhir bulan PNS yang bersangkutan menjadi anggota dan/ atau pengurus partai politik.
  • 57. Pemberhentian karena Tidak Menjabat Lagi Sebagai Pejabat Negara (1) PNS yang tidak menjabat lagi sebagai ketua, wakil ketua, dan anggota Mahkamah Konstitusi, ketua, wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan, ketua, wakil ketua, dan anggota Komisi Yudisial, ketua dan wakil ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, menteri dan jabatan setingkat menteri, kepala perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh, diberhentikan dengan hormat sebagai PNS apabila dalam waktu paling lama 2 (dua) tahun tidak tersedia lowongan Jabatan.
  • 58. Pemberhentian karena Tidak Menjabat Lagi Sebagai Pejabat Negara (2) • Selama menunggu tersedianya lowongan Jabatan sesuai dengan kompetensi dan kualilikasi PNS, diaktifkan kembali sebagai PNS dan diberikan penghasilan sebesar 50% (lima puluh persen) dari penghasilan Jabatan terakhir sebagai PNS sebelum diangkat sebagai pejabat negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. • Pemberhentian dengan hormat sebagai PNS terhitung mulai akhir bulan sejak 2 (dua) tahun tidak tersedia lowongan Jabatan.
  • 59. Pemberhentian Karena Hal Lain (1) • PNS yang telah selesai menjalankan cuti di luar tanggungan negara wajib melaporkan diri secara tertulis kepada instansi induknya. • Batas waktu melaporkan diri secara tertulis paling lama 1 (satu) bulan setelah selesai menjalankan cuti di luar tanggungan negara. • PNS yang tidak melaporkan diri secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberhentikan dengan hormat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. • PNS yang melaporkan diri, tetapi tidak dapat diangkat dalam Jabatan pada instansi induknya, disalurkan pada instansi lain.
  • 60. Pemberhentian Karena Hal Lain (2) • Penyaluran pada instansi lain dilakukan oleh PPK setelah berkoordinasi dengan Kepala BKN • PNS yang melaporkan diri diaktifkan kembali sebagai PNS sesuai Jabatan yang tersedia.. • PNS yang tidak dapat disalurkan dalam waktu paling lama I (satu) tahun diberhentikan dengan hormat sebagai PNS. • PNS yang diberhentikan dengan hormat karena tidak dapat disalurkan diberikan hak kepegawaian sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
  • 61. Pemberhentian Karena Hal Lain (3) • PNS yang terbukti menggunakan ijazah palsu dalam pembinaan kepegawaian diberhentikan dengan hormat • PNS yang telah selesai menjalankan tugas belajar wajib melapor kepada PPK paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak berakhirnya masa tugas belajar. • Dalam hal PNS tidak melapor kepada PPK, PNS yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri dan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
  • 62. Sistem Informasi Manajemen Pemberhentian dan Pensiun • Sistem informasi manajemen pemberhentian dan pensiun secara nasional dikelola oleh BKN berdasarkan informasi dan data pengelolaan • Instansi Pemerintah wajib memutakhirkan informasi dan data PNS melalui sistem informasi manajemen pemberhentian dan pensiun • BKN melakukan verifikasi terhadap informasi dan data pengelolaan pensiun untuk pemberian pertimbangan teknis pensiun PNS kepada Instansi Pemerintah. • Sistem informasi manajemen pemberhentian dan pensiun merupakan bagian dari Sistem Informasi ASN. • Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi manajemen pemberhentian dan pensiun diatur dengan Peraturan Kepala BKN.
  • 63. PEMBERHENTIAN SEMENTARA • DIANGKAT MENJADI PEJABAT NEGARA • DIANGKAT MENJADI KOMISIONER/ANGGOTA LNS • DITAHAN KARENA MENJADI TERSANGKA TINDAK PIDANA
  • 64. PEJABAT NEGARA DIBEREHENTIKAN SEMENTARA (1) a. Ketua, wakil ketua, dan anggota mahkamah konstitusi; b. Ketua, wakil ketua, dan anggota badan pemeriksa keuangan; c. Ketua, wakil ketua, dan anggota komisi yudisial; d. Ketua dan wakil ketua komisi pemberantasan tindak pidana korupsi; e. Menteri dan jabatan setingkat menteri; dan f. Kepala perwakilan republik indonesia di luar negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa penuh,kecuali berasal dari JF Diplomat
  • 65. PEJABAT NEGARA DIBEREHENTIKAN SEMENTARA (2) • Pemberhentian sementara bagi pejabat negara, komisioner, atau anggota lembaga nonstruktural berlaku sejak yang bersangkutan dilantik dan berakhir pada saat selesainya masa tugas sebagai pejabat negara, komisioner, atau anggota lembaga nonstruktural. • PNS yang telah selesai masa tugas sebagai pejabat negara, komisioner, atau anggota lembaga nonstruktural melapor kepada PPK paling lama 1 (satu) bulan sejak selesainya masa tugas. • PNS yang diberhentikan sementara sebagai pejabat negara, komisioner, atau anggota lembaga nonstruktural tidak diberikan penghasilan sebagai PNS pada bulan berikutnya sejak dilantik sebagai pejabat negara, komisioner, atau anggota lembaga nonstruktural
  • 66. PEMBERHENTIAN SEMENTARA KARENA MENJADI TERSANGKA TINDAK PIDANA • Pemberhentian sementara berlaku akhir bulan sejak PNS ditahan • Apabila dinyatakan tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap, melapor kepada PPK paling lama 1 (satu) bulan sejak putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. • selama diberhentikan sementara tidak diberikan penghasilan • Diberikan uang pemberhentian sementara sebesar 50% (lima puluh persen) dari penghasilan jabatan terakhir sebagai PNS sebelum diberhentikan sementara pada bulan berikutnya sejak ditetapkannya pemberhentian sementara. • Pemberhentian sementara berlaku sejak dikenakan penahanan sampai dengan: • dibebaskannya tersangka dengan surat perintah penghentian penyidikan atau penuntutan oleh pejabat yang berwenang; atau b. ditetapkannya putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap .
  • 67. PEMBERHENTIAN SEMENTARA KARENA MENJADI TERSANGKA TINDAK PIDANA • Pemberhentian sementara berlaku akhir bulan sejak PNS ditahan • PNS yang dinyatakan tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap, melapor kepada PPK paling lama 1 (satu) bulan sejak putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. • PNS selama diberhentikan sementara tidak diberikan penghasilan • PNS yang diberhentikan sementara diberikan uang pemberhentian sementara sebesar 50% (lima puluh persen) dari penghasilan jabatan terakhir sebagai PNS sebelum diberhentikan sementara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
  • 68. PEMBERHENTIAN SEMENTARA KARENA MENJADI TERSANGKA TINDAK PIDANA • PNS yang dikenakan pemberhentian sementara pada saat mencapai Batas Usia Pensiun: a. apabila belum ada putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, diberikan penghasilan sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari hak pensiun; b. apabila berdasarkan putusan pengadilan dinyatakan tidak bersalah, diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan mendapat hak kepegawaian dengan memperhitungkan uang pemberhentian sementara yang sudah diterima, terhitung sejak akhir bulan dicapainya Batas Usia Pensiun; c. apabila berdasarkan putusan pengadilan dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan tidak berencana, diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan mendapat hak kepegawaian terhitung sejak akhir bulan yang bersangkutan mencapai BUP dan hak atas pensiun dibayarkan mulai bulan berikutnya; dan
  • 69. PEMBERHENTIAN SEMENTARA KARENA MENJADI TERSANGKA TINDAK PIDANA d. apabila berdasarkan putusan pengadilan dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan tidak berencana, diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan mendapat hak kepegawaian terhitung sejak akhir bulan yang bersangkutan mencapai Batas Usia Pensiun dan hak atas pensiun dibayarkan mulai bulan berikutnya; dan e. apabila berdasarkan putusan pengadilan dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan berencana, diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS dengan mendapat hak kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, terhitung sejak akhir bulan yang bersangkutan mencapai Batas Usia Pensiun dan tidak mengembalikan penghasilan yang telah dibayarkan. f. apabila PNSmeninggal dunia sebelum ada putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap,diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan mendapat hak kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
  • 70. PENGAKTIFAN KEMBALI 1. PNS diaktifkan kembali apabila menjadi : a. tersangka tindak pidana ditahan pada tingkat penyidikan, dan menurut Kepolisian Negara Republik Indonesia yang bersangkutan dihentikan dugaan tindak pidananya; b. tersangka tindak pidana ditahan pada tingkat penuntutan, dan menurut Jaksa yang bersangkutan dihentikan penuntutannya; c. terdakwa tindak pidana ditahan pada tingkat pemeriksaan, dan menurut putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, dinyatakan tidak bersalah atau dilepaskan dari segala tuntutan, 2. PNS yang diaktifkan kembali diberikan penghasilan yang dibayarkan sejak diangkat dalam Jabatan
  • 71. UANG TUNGGU DAN UANG PENGABDIAN (1) • Uang tunggu diberikan setiap tahun untuk paling lama 5 (Iima) tahun. • Uang tunggu diberikan dengan ketentuan: a. 100% (seratus persen) dari gaji, untuk tahun pertama; dan b. 80% (delapan puluh persen) dari gaji untuk tahun selanjutnya, c. Besarnya uang tunggu tidak boleh kurang dari gaji terendah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. d. Uang tunggu diberikan mulai bulan berikutnya terhitung sejak tanggal PNS yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat dari Jabatannya. e. PNS yang menerima uang tunggu wajib melaporkan diri kepada PPK melalui grB paling lambat 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya pemberian uang tunggu.
  • 72. UANG TUNGGU DAN UANG PENGABDIAN (2) • PNS yang menerima uang tunggu, dapat diangkat kembali dalam Jabatan apabila ada lowongan. • PNS yang menerima uang tunggu yang menolak untuk diangkat kembali dalam Jabatan, diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS pada akhir bulan yang bersangkutan menolak untuk diangkat kembali • PNS yang menerima uang tunggu, dapat diangkat kembali dalam Jabatan apabila ada lowongan. • PNS yang menerima uang tunggu yang menolak untuk diangkat kembali dalam Jabatan, diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS pada akhir bulan yang bersangkutan menolak untuk diangkat kembali • PNS yang menerima uang tunggu dan diangkat kembali dalam Jabatan, dicabut pemberian uang tunggunya terhitung sejak pengangkatannya, dan yang bersangkutan menerima penghasilan penuh sebagai PNS.
  • 73. UANG TUNGGU DAN UANG PENGABDIAN (3) • PNS yang tidak dapat disalurkan pada Instansi Pemerintah lain karena perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah diberikan uang tunggu. • PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada saat masa uang tunggu berakhir, memiliki masa kerja pensiun kurang dari 10 (sepuluh) tahun diberhentikan dengan hormat dan diberi uang pengabdian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. • Besar uang pengabdian adalah 6 (enam) kali masa kerja kali gaji terakhir yang diterima
  • 74. Selain GajiSelain Gaji (Pasal 79), PNS juga menerima TunjanganTunjangan & Fasilitas& Fasilitas Tunjangan terdiri dari: Tunjangan Kinerja & Tunjangan KemahalanTunjangan Kinerja & Tunjangan Kemahalan Sistem Penggajian ASN TunjanganTunjangan FasilitasFasilitas Tunjangan Kinerja Tunjangan Kemahalan GajiGaji
  • 75. JAMINAN PENSIUN DAN JAMINAN HARI TUA (1) • PNS yang berhenti bekerja berhak atas jaminan pensiun dan jaminan hari tua PNS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. • Jaminan pensiun PNS dan jaminan hari tua PNS diberikan sebagai perlindungan kesinambungan penghasilan hari tua, sebagai hak dan sebagai penghargaan atas pengabdian PNS. • Jaminan pensiun dan jaminan hari tua PNS mencakup jaminan pensiun dan jaminan hari tua yang diberikan dalam program jaminan sosial nasional. • Sumber pembiayaan jaminan pensiun dan jaminan hari tua PNS berasal dari pemerintah selaku pemberi kerja dan iuran PNS yang bersangkutan.
  • 76. JAMINAN PENSIUN DAN JAMINAN HARI TUA (2) • Jaminan pensiun PNS diberikan kepada: a. PNS yang diberhentikan dengan hormat karena meninggal dunia; b. PNS yang diberhentikan dengan hormat atas permintaan sendiri apabila telah berusia 45 (empat puluh lima) tahun dan masa kerja paling sedikit 2O (dua puluh) tahun; c. PNS yang diberhentikan dengan hormat karena mencapai Batas Usia Pensiun apabila telah memiliki masa kerja untuk pensiun paling sedikit 10 (sepuluh) tahun;
  • 77. JAMINAN PENSIUN DAN JAMINAN HARI TUA (3) d. PNS yang diberhentikan dengan hormat karena perampingan organisasi atau kebijalan pemerintah yang mengakibatkan pensiun dini apabila telah berusia paling sedikit 50 (lima puluh) tahun dan masa kerja paling sedikit l0 (sepuluh) tahun; e. PNS yang diberhentikan dengan hormat karena dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam Jabatan apapun karena keadaan jasmani dan/ atau rohani yang disebabkan oleh dan karena menjalankan kewajiban Jabatan tanpa mempertimbangkan usia dan masa kerja; atau f. PNS yang diberhentikan dengan hormat karena dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam Jabatan apapun karena keadaan jasmani dan/ atau rohani ng tidak disebabkan oleh dan karena menjalankan kewajiban Jabatan apabila telah memiliki masa kerja untuk pensiun paling singkat 4 (empat) tahun
  • 78. PERLINDUNGAN Jaminan kesehatan Jaminan kecelakaan kerja Jaminan kematian Bantuan hukum dalam perkara yang dihadapi di pengadilan terkait pelaksanaan tugasnya diberikan on top dari program jaminan sosial nasional
  • 79. CUTI a. Cuti Tahunan; b. Cuti Besar; c. Cuti Sakit; d. Cuti Melahirkan; e. Cuti Karena Alasan Penting; f. Cuti Bersama; g. Cuti Di Luar Tanggungan Negara.
  • 80. CUTI TAHUNAN (1) • PNS dan calon PNS yang telah bekerja paling kurang I (satu) tahun secara terus menerus berhak atas cuti tahunan. • Lamanya hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah 12 (dua belas) hari kerja. • Untuk menggunakan hak atas cuti tahunan, PNS atau calon PNS yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK atau pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk memberikan hak atas cuti tahunan. • Hak atas cuti tahunan diberikan secara tertulis oleh PPK atau pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk memberikan hak atas cuti tahunan.
  • 81. CUTI TAHUNAN (2) • Dalam hal hak atas cuti tahunan yang akan digunakan di tempat yang sulit perhubungannya, jangka waktu cuti tahunan tersebut dapat ditambah untuk paling lama 12 (dua belas) hari kalender • Hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan dalam tahun yang bersangkutan, dapat digunakan dalam tahun berikutnya untuk paling lama 18 (delapan belas) hari kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun berjalan. • Hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan 2 (dua) tahun atau lebih berturut-turut, dapat digunakan dalam tahun berikutnya untuk paling lama 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk hak atas cuti tahunan dalam tahun berjalan.
  • 82. CUTI TAHUNAN (3) • Hak atas cuti tahunan dapat ditangguhkan penggunaannya oleh PPK atau pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk memberikan hak atas cuti untuk paling lama 1 (satu) tahun, apabila kepentingan dinas mendesak. • Hak atas cuti tahunan yang ditangguhkan dapat digunakan dalam tahun berikutnya selama 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk hak atas cuti tahunan dalam tahun berjalan. • PNS yang menduduki Jabatan guru pada sekolah dan Jabatan dosen pada perguruan tinggi yang mendapat liburan menurut peraturan perundang-undangan, disamakan dengan PNS yang telah menggunakan hak cuti tahunan.
  • 83. CUTI BESAR (1) • PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima) tahun secara terus menerus berhak atas cuti besar lama 3 (tiga) bulan • Ketentuan paling singkat 5 (lima) tahun secara terus menerus dikecualikan bagi PNS yang masa kerjanya belum 5 (lima) tahun, untuk kepentingan agama. • PNS yang menggunakan hak atas cuti besar tidak berhak atas cuti tahunan dalam tahun yang bersangkutan. • Untuk mendapatkan hak atas cuti besar, PNS yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK atau pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk memberikan hak atas cuti besar.
  • 84. CUTI BESAR (2) • PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima) tahun secara terus menerus berhak atas cuti besar lama 3 (tiga) bulan • Ketentuan paling singkat 5 (lima) tahun secara terus menerus dikecualikan bagi PNS yang masa kerjanya belum 5 (lima) tahun, untuk kepentingan agama. • PNS yang menggunakan hak atas cuti besar tidak berhak atas cuti tahunan dalam tahun yang bersangkutan. • Untuk mendapatkan hak atas cuti besar, PNS yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK atau pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk memberikan hak atas cuti besar.. • Hak cuti besar dapat ditangguhkan penggunaannya untuk paling lama 1 (satu) tahun apabila kepentingan dinas mendesak, kecuali untuk kepentingan agama. • Selama menggunakan hak atas cuti besar, PNS yang bersangkutan menerima penghasilan PNS.
  • 85. CUTI SAKIT (1) • Setiap PNS yang menderita sakit berhak atas cuti sakit. • PNS yang sakit lebih dari 1 (satu) hari sampai dengan 14 (empat belas) hari berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan PNS yang bersangkutan harus mengajukan permintaan secara tertulis dengan melampirkan surat keterangan dokter. • PNS yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) hari berhak atas cuti sakit untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun., dengan ketentuan PNS yang bersangkutan harus mengajukan permintaan secara tertulis dengan melampirkan surat keterangan dokter pemerintah. • Apabila dalam jangka waktu 1 tahun belum sembuh, maka dapat ditambah untuk paling lama 6 (enam) bulan apabila diperlukan, berdasarkan surat keterangan tim penguji kesehatan yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
  • 86. CUTI SAKIT (2) • PNS yang tidak sembuh dari penyakitnya dalam jangka waktu 1 1/2 tahun, harus diuji kembali kesehatannya oleh tim penguji kesehatan yang ditetapkan oleh menteri yzulg menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan. • Apabila berdasarkan hasil pengujian kesehatan PNS belum sembuh dari penyakitnya, PNS yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat dari Jabatannya karena sakit dengan mendapat uang tunggu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. • PNS yang mengalami gugur kandungan berhak atas cuti sakit untuk paling lama 1 1/2 (satu setengah) bulan. Dengan melampirkan surat keterangan dokter atau bidan. • PNS yang mengalami kecelakaan dalam dan oleh karena menjalankan tugas kewajibannya sehingga yang bersangkutan perlu mendapat perawatan berhak atas cuti sakit sampai yang bersangkutan sembuh dari penyakitnya.
  • 87. Cuti Melahirkan • Untuk kelahiran anak pertama sampai dengan kelahiran anak ketiga pada saat menjadi PNS, berhak atas cuti melahirkan. • Untuk kelahiran anak keempat dan seterusnya, kepada PNS diberikan cuti besar. • Lamanya cuti melahirkan 3 (tiga) bulan. • Selama cuti bersalin PNS menerima penghasilan
  • 88. CUTI KARENA ALASAN PENTING (1) • Diberikan kepada PNS karena : a. ibu, bapak, isteri atau suami, anak, adik, kakak, mertua, atau menantu salit keras atau meninggal dunia; b. salah seorang anggota keluarga yang dimaksud pada huruf a meninggal dunia, dan menurut peraturan perundang- undangan PNS yang bersangkutan harus mengurus hak- hak dari anggota keluarganya yang meninggal dunia; atau c. Melangsungkan perkawinan. • PNS yang ditempatkan pada perwakilan Republik Indonesia yang rawan dan/ atau berbahaya dapat mengajukan cuti karena alasan penting guna memulihkan kondisi kejiwaan PNS yang bersangkutan
  • 89. CUTI KARENA ALASAN PENTING (2) • Diberikan kepada PNS karena : a. ibu, bapak, isteri atau suami, anak, adik, kakak, mertua, atau menantu salit keras atau meninggal dunia; b. salah seorang anggota keluarga yang dimaksud pada huruf a meninggal dunia, dan menurut peraturan perundang-undangan PNS yang bersangkutan harus mengurus hak-hak dari anggota keluarganya yang meninggal dunia; atau c. melangsungkan perkawinan. • PNS yang ditempatkan pada perwakilan Republik Indonesia yang rawan dan/ atau berbahaya dapat mengajukan cuti karena alasan penting guna memulihkan kondisi kejiwaan PNS yang bersangkutan • Cuti karena alasan penting diberikan untuk paling lama 1 (satu) bulan
  • 90. CUTI BERSAMA • Presiden dapat menetapkan cuti bersama. • Cuti bersama tidak mengurangi hak cuti tahunan. • PNS yang karena Jabatannya tidak diberikan hak atas cuti bersama, hak cuti tahunannya ditambah sesuai dengan jumlah cuti bersama yang tidak diberikan. • Cuti bersama ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
  • 91. CUTI DI LUAR TANGGUNGAN NEGARA (1) • PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima) tahun secara terus-menerus karena alasan pribadi dan mendesak dapat diberikan cuti di luar tanggungan negara. • Cuti di luar tanggungan negara dapat diberikan untuk paling lama 3 (tiga) tahun. • Jangka waktu cuti di luar tanggungan negara dapat diperpanjang paling lama I (satu) tahun apabila ada alasan- alasan yang penting untuk memperpanjangnya. • Cuti di luar tanggungan negara mengakibatkan PNS yang bersangkutan diberhentikan dari Jabatannya. • Jabatan yang menjadi lowong karena pemberian cuti di luar tanggungan negara harus diisi.
  • 92. CUTI DI LUAR TANGGUNGAN NEGARA (2) • Untuk mendapatkan cuti di luar tanggungan negara, PNS yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK disertai dengan alasan. • Cuti di luar tanggungan negara hanya dapat diberikan dengan surat keputusan PPK setelah mendapat persetujuan dari Kepala BKN. • PPK tidak dapat mendelegasikan kewenangan pemberian cuti di luar tanggungan negara. • Permohonan cuti di luar tanggungan negara dapat ditolak. • Selama menjalankan cuti di luar tanggungan negara, PNS yang bersangkutan tidak menerima penghasilan PNS. • Selama menjalankan cuti di luar tanggungan negara tidak diperhitungkan sebagai masa kerja PNS.
  • 93. KETENTUAN LAIN-LAIN (1) • Selama menjadi pejabat negara dan pimpinan atau anggota lembaga nonstruktural, masa kerja sebagai pejabat negara dan pimpinan atau anggota lembaga nonstruktural tidak diperhitungkan sebagai masa kerja PNS. • PNS yang diangkat menjadi pejabat negara dan pimpinan atau anggota lembaga nonstruktural berhak atas penghasilan sebagai pejabat negara dan pimpinan atau anggota lembaga nonstruktural sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan • PNS yang diangkat menjadi pejabat negara dan pimpinan atau anggota lembaga nonstruktural tidak dibayarkan penghasilan sebagai PNS
  • 94. MASA PERSIAPAN PENSIUN • PNS yang akan mencapai Batas Usia Pensiun, sebelum diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan hak pensiun, dapat mengambil masa persiapan pensiun dan dibebaskan dari Jabatan ASN untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun. • Selama masa persiapan pensiun, PNS yang bersangkutan mendapat uang masa persiapan pensiun setiap bulan sebesar 1 (satu) kali penghasilan PNS terakhir yang diterima. • Dalam hal ada alasan kepentingan dinas mendesak, permohonan masa persiapan pensiun PNS dapat ditolak atau ditangguhkan
  • 95. KETENTUAN PERALIHAN • Calon PNS dengan masa kerja lebih dari 1 (satu) tahun dan belum mengikuti pelatihan prajabatan sampai dengan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan, wajib mengikuti pelatihan prajabatan berdasarkan Peraturan Pemerintah ini dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku. • Pangkat dan golongan ruang PNS yang sudah ada pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, tetap berlaku sampai dengan diberlakukannya ketentuan mengenai gaji dan tunjangan berdasarkan Peraturan Pemerintah mengenai gaji dan tunjangan sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
  • 96. KETENTUAN PERALIHAN • PNS yang berusia di atas 60 (enam puluh) tahun dan sedang menduduki JF ahli madya, yang sebelum Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku Batas Usia Pensiunnya ditetapkan 65 (enam puluh lima) tahun, Batas Usia Pensiunnya tetap 65 (enam puluh lima) tahun. • PNS yang berusia di atas 58 (lima puluh delapan) tahun dan sedang menduduki JF ahli pertama, JF ahli muda, dan JF penyelia, yang sebelum Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku Batas Usia Pensiunnya ditetapkan 60 (enam puluh) tahun, Batas Usia Pensiunnya tetap 60 (enam puluh) tahun.
  • 97. KETENTUAN PERALIHAN • PNS yang berusia di atas 60 (enam puluh) tahun dan sedang menduduki JF ahli madya, yang sebelum Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku Batas Usia Pensiunnya ditetapkan 65 (enam puluh lima) tahun, Batas Usia Pensiunnya tetap 65 (enam puluh lima) tahun. • PNS yang berusia di atas 58 (lima puluh delapan) tahun dan sedang menduduki JF ahli pertama, JF ahli muda, dan JF penyelia, yang sebelum Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku Batas Usia Pensiunnya ditetapkan 60 (enam puluh) tahun, Batas Usia Pensiunnya tetap 60 (enam puluh) tahun.
  • 98. KETENTUAN PERALIHAN • PNS yang telah menduduki JPT tetapi belum memenuhi persyaratan Jabatan berdasarkan Peraturan Pemerintah ini, wajib memenuhi persyaratan Jabatan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku. • Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, PNS yang sedang menjalani pemberhentian sementara yang ditahan karena menjadi tersangka atau terdakwa tetap menerima penghasilan PNS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sampai dengan selesainya masa pemberhentian sementara. • PNS yang sedang menjalankan cuti berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil sisa masa cutinya berlaku sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.
  • 99. PERATURAN YANG DICABUT • Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentian/Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri sepanjang mengenai ketentuan yang berkaitan dengan PNS. • Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil • Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil • Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1979 tentang Daftar Urutan Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil • Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
  • 100. PERATURAN YANG DICABUT • Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipi • Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1997 tentang Pegawai Negeri Sipil Yang Menduduki Jabatan Rangkap • Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2003 • Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 Jo Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil • Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 jo Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil
  • 101. PERATURAN YANG DICABUT • Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 jo Pemerintah Nomor 13 Tahun 2OO2 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural • Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil • Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2001 tentang Pengalihan Status Anggota Tentara Nasional Indonesia dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia Menjadi PNSUntuk Menduduki Jabatan Struktural • Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 jo Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian PNS • Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014 tentang Pemberhentian PNS Yang Mencapai BUP BagI Pejabat Fungsional
  • 102. KETENTUAN PENUTUP Peraturan pelaksanaan dari peraturan perundangundangan yang mengatur mengenai penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan Jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensiun dan jaminan hari tua, dan perlindungan, dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.
  • 103.
  • 104. NO. Nama Perka/Kepka BKN TENTANG KET 1 a. Kepka 26 Th 2004 b.Perka 19 Th 2011 a. Ketentuan Pelaksanaan PP 97/2000 tentang Formasi PNS jo. PP 54/2003 b.Pedoman Umum Penyusunana Kebutuhan PNS Masih berlaku sepanjang belum ditetapkannya Perka BKN yg mengatur Tata Cara Pelaksanaan Penyusunan Kebutuhan PNS 2 Perka 9 Th 2012 Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Calon PNS Masih berlaku sepanjang belum ditetapkannya Perka BKN yang mengatur Petunjuk Teknis Pengadaan PNS 3 a. Kepka 12 Th 2002 b.Perka 33 Th 2011 c. Perka 25 Th 2013 a. Ketentuan Pelaksanaan PP 99/2000 tentang Kenaikan Pangkat PNS jo. PP 12/2002 b.Kenaikan Pangkat bagi PNS yg memperoleh STTB/Ijazah c. Pedoman Pemberian Pertek KP Reguler PNS untuk menjadi pembina tk I gol ru IV/b ke bawah Ketentuan mengenai Kenaikan pangkat Masih berlaku, sepanjang belum ditetapkannya PP yang mengatur mengenai gaji dan tunjangan sebagai pelaksanaan UU 5 Th 2014
  • 105. NO. Nama Perka/Kepka BKN TENTANG KET 4 Kepka 13 Th 2003 a. Ketentuan Pelaksanaan PP 100/2000 tentang Pengangkatan PNS dlm Jab. Struktural jo. PP 13/2002 Ketentuan mengenai mekanisme pengangkatan dlm jab sturktural Masih berlaku, sepanjang bukan ketentuan yang mengatur persyaratan pengangkatan dlm jabatan dan belum ditetapkannya PP yang mengatur mengenai Tim Penilai Kinerja sebagai pelaksanaan UU 5 Th 2014 5 Perka 13 Th 2003 a. Petunjuk Teknis Pelaksanaan PP 9/2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemndahan, dan Pemberhentian PNS jo. PP 63/2009 Masih berlaku sepanjang ketentuan yang mengatur mengenai Prosedur sebagaimana dimaksud dalam angka IV Lampiran Perka dimaksud dan belum ditetapkannya Perka BKN mengenai Tata Cara Pelaksanaan Mutasi 6 a. Kepka 14 Th 2003 b.Perka 26 Th 2013 a. Petunjuk Teknis Pemberhentian dan Pemberian Pensiun PNS serta Pensiun Janda/Dudanya sebagai Pelaksanaan PP 9 Th 2003 b.Pedoman Pemberhentian dan Pemberian Pensiun PNS yang mencapai BUP yg akan diberhentiakn dlm pangkat Pembina Tk I golru IV b ke bawah Masih berlaku sepanjang belum ditetapkannya Perka BKN tentang Tata Cara Pemberhentian PNS dan Perka tentang Tata Cara MPP