Dokumen tersebut membahas rencana tata ruang Kabupaten Musi Banyuasin untuk periode 2011-2031. Rencana ini mengatur pemanfaatan ruang untuk fungsi lindung dan budidaya dengan mempertimbangkan kebijakan tata ruang nasional, provinsi, dan kabupaten sebelumnya serta kriteria kawasan lindung seperti hutan, resapan air, sekitar danau dan sungai, serta kawasan rawan bencana.
Penyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecilDidi Sadili
Rencana Strategis wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tingkat prov/kab/kota adalah rencana yang memuat arah kebijakan lintas sektor untuk kawasan perencanaan pembangunan pesisr
Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...Oswar Mungkasa
disampaikan oleh Iman Soedrajat (Direktur Tata Ruang Nasional, KemenPU) dalam Sosialisasi Raperpres RTR Pulau Papua dan Kepulauan maluku di Ambon 1 Oktober 2013
Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan ...bramantiyo marjuki
Review Proses Perencanaan Keruangan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan di Bukit Tekenang, Taman Nasional Danau Sentarum, Kapuas Hulu Kalimantan Barat Indonesia.
Penyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecilDidi Sadili
Rencana Strategis wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tingkat prov/kab/kota adalah rencana yang memuat arah kebijakan lintas sektor untuk kawasan perencanaan pembangunan pesisr
Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...Oswar Mungkasa
disampaikan oleh Iman Soedrajat (Direktur Tata Ruang Nasional, KemenPU) dalam Sosialisasi Raperpres RTR Pulau Papua dan Kepulauan maluku di Ambon 1 Oktober 2013
Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan ...bramantiyo marjuki
Review Proses Perencanaan Keruangan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan di Bukit Tekenang, Taman Nasional Danau Sentarum, Kapuas Hulu Kalimantan Barat Indonesia.
Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Propinsi MalukuOswar Mungkasa
disampaikan oleh Kepala Bappeda Propinsi Maluku pada Lokakarya Regional Penyusunan Background Study Buku III RPJMN 2015-2019 Pembangunan Berdimensi Kewilayahan: Nusa Tenggara- Maluku- Papua di Kuta, Bali 23 September 2013
Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan ...bramantiyo marjuki
Review Perencanaan Spasial Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan Bukit Tekenang, Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan. 2016. Planning Stages and Approaches.
Pengelolaaan dalam Pelaksanaan Rencana Tata Ruang Pulau Papua dan Rencana Ta...Oswar Mungkasa
disampaikan oleh Edy Soegiharto (Direktur Fasilitasi Tata Ruang dan Lingkungan Hidup, Kemendagri) pada Sosialisasi Rancangan Peraturan Presiden tentang RTR Kepulauan Maluku dan Pulau Papua di Ambon 1 Oktober 2013
Hierarki Rencana Tata Ruang dan Rencana Zonasi
PENYUSUNAN RENCANA ZONASI RINCI WP3K
PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA ZONASI RINCI WP3K
Wilayah Perencanaan Rencana Zonasi Rinci WP3K
KERANGKA PROSES PENYUSUNAN RENCANA ZONASI RINCI
INTERPRETASI CITRA
Analisis Citra Untuk Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Zona Dasar dan Tujuan Penetapannya
SEMESTER 5. PPT buat Presentasi Final Studio Perencanaan bareng sama kelas A di ruang teater. Layout by Teh Sally. Pas presentasi, poster dan x-banner dipasang di depan. PWK FT UNDIP Semarang 2015 angkatan 2013.
Studio 1 belajar ttg memahami profil wilayah, dari situ bisa ditarik garis besar permasalahan utama di swatu wilayah. Nah di studio 2 ini, diselesaikan masalahnya. Jadi wilstudnya ya sama. Cari data juga, cuma data yg buat perencanaan ini lebih dalam, kalo yg di studio 1 kan kaya secara umum aja gituw. Jadi yg studio 2 ini nentuin dulu mau direncanain kaya gimana, aspek dan objek apa aja yang kena perencanaan, terus nyari data mendalam ttg aspek dan objek itu.
Jadi alurnya bukan survey-->dapat masalah-->tujuan--> rencana, karena itu udah di studio 1; tetapi yang ini tujuan-->rencana-->survey-->perencanaan.
Studio Perencanaan kebagi jadi perencanaan wilayah (regional) sama perencanaan focused area (perkotaan). Kalau kurikulum dulu, studio perencanaannya dipisah jadi 2 itu, kalo sekarang dirapel.
Disini aku ganti wilstud, di studio 1 aku di kelompok Weleri Raya (Welerich), di studio 2 aku di kelompok Kendal Raya (Bondokenceng) haha sempet baper
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANGPENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...Fitri Indra Wardhono
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil merupakan merupakan kekayaan yang dikuasai oleh negara, yang perlu dijaga kelestariannya dan dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, baik bagi generasi sekarang maupun bagi generasi yang akan datang.
Pengelolaan Wilayah Pesisir dilakukan dengan cara mengintegrasikan kegiatan: antara Pemerintah-Pemerintah Daerah, antar Pemerintah Daerah, antar sektor, antara Pemerintah,dunia usaha dan masyarakat, antara ekosistem daratan & lautan; dan antara ilmu pengetahuan dan manajemen.
Analisa Isu-Isu Strategis RPJMD Propinsi Maluku UtaraOswar Mungkasa
disampaikan oleh Bappeda Maluku Utara pada Lokakarya Regional Penyusunan Background Study Buku III RPJMN 2015-2019 Pembangunan Berdimensi Kewilayahan: Nusa Tenggara- Maluku- Papua di Kuta, Bali 23 September 2013
Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Propinsi MalukuOswar Mungkasa
disampaikan oleh Kepala Bappeda Propinsi Maluku pada Lokakarya Regional Penyusunan Background Study Buku III RPJMN 2015-2019 Pembangunan Berdimensi Kewilayahan: Nusa Tenggara- Maluku- Papua di Kuta, Bali 23 September 2013
Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan ...bramantiyo marjuki
Review Perencanaan Spasial Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan Bukit Tekenang, Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan. 2016. Planning Stages and Approaches.
Pengelolaaan dalam Pelaksanaan Rencana Tata Ruang Pulau Papua dan Rencana Ta...Oswar Mungkasa
disampaikan oleh Edy Soegiharto (Direktur Fasilitasi Tata Ruang dan Lingkungan Hidup, Kemendagri) pada Sosialisasi Rancangan Peraturan Presiden tentang RTR Kepulauan Maluku dan Pulau Papua di Ambon 1 Oktober 2013
Hierarki Rencana Tata Ruang dan Rencana Zonasi
PENYUSUNAN RENCANA ZONASI RINCI WP3K
PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA ZONASI RINCI WP3K
Wilayah Perencanaan Rencana Zonasi Rinci WP3K
KERANGKA PROSES PENYUSUNAN RENCANA ZONASI RINCI
INTERPRETASI CITRA
Analisis Citra Untuk Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Zona Dasar dan Tujuan Penetapannya
SEMESTER 5. PPT buat Presentasi Final Studio Perencanaan bareng sama kelas A di ruang teater. Layout by Teh Sally. Pas presentasi, poster dan x-banner dipasang di depan. PWK FT UNDIP Semarang 2015 angkatan 2013.
Studio 1 belajar ttg memahami profil wilayah, dari situ bisa ditarik garis besar permasalahan utama di swatu wilayah. Nah di studio 2 ini, diselesaikan masalahnya. Jadi wilstudnya ya sama. Cari data juga, cuma data yg buat perencanaan ini lebih dalam, kalo yg di studio 1 kan kaya secara umum aja gituw. Jadi yg studio 2 ini nentuin dulu mau direncanain kaya gimana, aspek dan objek apa aja yang kena perencanaan, terus nyari data mendalam ttg aspek dan objek itu.
Jadi alurnya bukan survey-->dapat masalah-->tujuan--> rencana, karena itu udah di studio 1; tetapi yang ini tujuan-->rencana-->survey-->perencanaan.
Studio Perencanaan kebagi jadi perencanaan wilayah (regional) sama perencanaan focused area (perkotaan). Kalau kurikulum dulu, studio perencanaannya dipisah jadi 2 itu, kalo sekarang dirapel.
Disini aku ganti wilstud, di studio 1 aku di kelompok Weleri Raya (Welerich), di studio 2 aku di kelompok Kendal Raya (Bondokenceng) haha sempet baper
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANGPENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...Fitri Indra Wardhono
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil merupakan merupakan kekayaan yang dikuasai oleh negara, yang perlu dijaga kelestariannya dan dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, baik bagi generasi sekarang maupun bagi generasi yang akan datang.
Pengelolaan Wilayah Pesisir dilakukan dengan cara mengintegrasikan kegiatan: antara Pemerintah-Pemerintah Daerah, antar Pemerintah Daerah, antar sektor, antara Pemerintah,dunia usaha dan masyarakat, antara ekosistem daratan & lautan; dan antara ilmu pengetahuan dan manajemen.
Analisa Isu-Isu Strategis RPJMD Propinsi Maluku UtaraOswar Mungkasa
disampaikan oleh Bappeda Maluku Utara pada Lokakarya Regional Penyusunan Background Study Buku III RPJMN 2015-2019 Pembangunan Berdimensi Kewilayahan: Nusa Tenggara- Maluku- Papua di Kuta, Bali 23 September 2013
Disampaikan oleh Sony Heru Prasetyo, Kasubag Penyusunan Peraturan Perundang-undangan Ditjen Minerba, pada penajaman desain program Selamatkan Hutan dan Lahan Melalui Tata Kelola Hutan dan Lahan yang Baik (SETAPAK), 3 Februari 2016.
Isu-Isu Strategis dan Peraturan Subsektor Mineral dan Batubara. Disampaikan pada: Coffee Morning Ditjen Mineral dan Batubara. Jakarta, 2 Februari 2017.
ORDER https://wa.me/6282186148884 , Pelita Mas adalah perusahaan yang bergerak di bidang Industri Beton dan Paving Block. Paving Untuk Taman, Pelita Mas Paving Block, Pengunci Paving, Pengunci Paving Block, Pinggiran Paving.
Temukan keindahan luar biasa dalam taman paving kami yang eksklusif. Dengan desain yang elegan dan tahan lama, taman paving kami menciptakan ruang luar yang memikat. Pilihlah kualitas terbaik untuk keindahan yang abadi. Jual taman paving, wujudkan taman impian Anda hari ini!
Kami melayani pengiriman ke area Kota Malang dan Kota Batu. Kami Juga melayani Berbagai Macam Pemesanan Genteng Beton dan Paving Block dalam jumlah Besar untuk keperluan Perumahan, Perkantoran, Villa, Gedung, Pembangunan Kampus, Masjid, dan lainnya.
Produk yang kami produksi terdiri dari :
1. Genteng Beton Multiline
2. Genteng Beton Urat Batu
3. Genteng Beton Royal
4. Genteng Beton Vertical
5. Wuwung Genteng
6. Paving ukuran 20x20, 10,5x21, Diagonal
7. Kanstin dan Topi Uskup
8. Pagar Panel
9. Paving Corso 50x50
10. Paving Grass Block Lubang
Untuk informasi lebih lanjut serta pemesanan, hubungi :
Pabrik Genteng Beton dan Paving Pelita Mas
Jl Raya Tlogowaru No 41, Tajinan, Kedungkandang, Malang
Hub kami via whatsapp
https://wa.me/6282186148884
Hub kami via whatsapp
https://wa.me/6282186148884
Lokasi Pabrik kami
https://maps.app.goo.gl/bmDrQ87yF6gQvHnf8
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDFRajaclean
Jasa Cuci Sofa Bogor Barat Bogor, Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor, Laundry Sofa Bogor Barat Bogor, Cuci Sofa Jakarta Bogor Barat Bogor, Cuci Sofa Kulit Bogor Barat Bogor, Cuci Sofa Panggilan Bogor Barat Bogor, Cuci Sofa Di Rumah Bogor Barat Bogor, Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor, Cuci Sofa Fabric Bogor Barat Bogor, Laundry Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor,
Jasa cuci sofa kini semakin diminati karena kepraktisannya. Dengan menggunakan jasa ini, Anda tidak perlu repot mencuci sofa sendiri. Profesional dalam bidang ini dilengkapi dengan peralatan modern yang mampu membersihkan sofa hingga ke serat terdalam, menghilangkan kotoran dan bakteri yang tidak terlihat.
1. IV-1
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
4.1 DASAR PERUMUSAN RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN
Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi :
1. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten;
2. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk dua puluh tahun; dan
4. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten.
5. Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria :
Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta rencana rincinya;
1. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWP beserta rencana rincinya;
2. Mengakomodasi kebijakan pengembangan kawasan andalan nasional yang berada di wilayah kabupaten bersangkutan;
3. Memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;
2. IV-2
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
4. Mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah kabupaten yang terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budidaya, sebagai berikut :
4.1.1 KEBIJAKAN POLA RUANG RTRW NASIONAL DAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
RTRW NASIONAL : Suaka margasatwa merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari suatu jenis satwa yang perlu di lakukan upaya konservasinya, memiliki keanekaragaman satwa yang tinggi, merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu, memiliki luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan. Kawasan lindung suaka margasatwa, yaitu Suaka Margasatwa (SM) SM Bentayan di Kabupaten Banyuasin dan Musi Banyuasin, SM Dangku di Kabupaten Musi Banyuasin;.
RTRW PROVINSI : Hutan Lindung merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya Buatan, nilai sejarah serta budaya. Penetapan kawasan lindung antara lain
1. Hutan Lindung
Kawasan Hutan Lindung yang ditetapkan di Kabupaten Musi Banyuasin seluas 19.529,74Ha berlokasi di Bayung Lencir dan Batanghari Leko
2. Kawasan Hutan Bergambut
Kawasan Bergambut adalah kawasan yang unsur pembentuk tanahnya sebagian besar berupa sisa sisa bahan organik yang tertimbun dalam waktu lama. Berdasarkan Keppres Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, bahwa gambut yang termasuk dalam kategori kawasan lindung apabila mempunyai ketebalan lebih dari 3 meter. Kawasan gambut yang memenuhi kriteria sebagai kawasan lindung terdapat di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin dan Muara Enim seluas 617.415,00 Ha atau 6,73 % dari total luas wilayah.
3. Kawasan suaka alam
Rencana kawasan pelestarian alam, suaka alam dan cagar budaya di Provinsi Sumatera Selatan direncanakan seluas 726.920,61 Ha (belum termasuk kawasan perlindungan Buaya Senyulong) atau 7,92% dari total luas wilayah yang merupakan kawasan yang berada di
3. IV-3
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
daratan, 58.236,52 Ha atau 0,63% dari total luas wilayah merupakan kawasan yang berada di perairan.
Tabel 4.1
Identifikasi Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam
dan Cagar Budaya di Provinsi Sumatera Selatan No Nama Kawasan Kabupaten/ Kota Luas (Ha) % Terhadap Luas Wilayah A Suaka Margasatwa 726.920,61 7,92
1
Gunung Raya
OKU Selatan 2 Padang Sugihan OKI dan Banyuasin
3
Isau-isau Pasemah
Muara Enim dan Lahat 4 Gumai Pasemah Lahat, Empat Lawang
5
Dangku
Musi Banyuasin 6 Bentayan Musi Banyuasin, Banyuasin
B
Taman Nasional 1 Taman Nasional Kerinci Seblat Musi Rawas dan Lubuk Linggau
2
Taman Nasional Sembilang
Banyuasin C Taman Hutan Raya Kemampo Banyuasin
D
Taman Wisata Alam Punti Kayu
Palembang E Cagar Budaya
1
Bukit Siguntang dan
Taman Purbakala Sriwijaya
Palembang 2 Megalith Pagar Alam dan Lahat
3
Situs Candi Bumiayu
Muara Enim F Taman Nasional Laut/Perairan (TN Sembilang) Banyuasin 58.236,52 0,63
G
Perlindungan Buaya Senyulong*
Musi Banyuasin
13.871,94
0,15
Sumber : RTRW Sumsel
Keterangan : *), Berada pada kawasan hutan produksi sehingga luasan tidak termasuk dalam luas total.
4. Kawasan sempadan danau/waduk
Kawasan sempadan danau/waduk di Provinsi Sumatera Selatan direncanakan seluas 420,37 Ha atau 0,05 % dari total luas wilayah. Kawasan sempadan danau/waduk Provinsi Sumatera Selatan berada di 3 (tiga) kabupaten, yaitu Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ilir dan Musi Banyuasin.
4. IV-4
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Tabel 4.2
Rencana Kawasan Sempadan Sungai
di Provinsi Sumatera Selatan Sungai Besar Sungai Kecil Luas (Ha) % Terhadap Luas Wilayah Musi, Banyuasin, Calik, Lalan, Rawas, Ogan, Komering, Batanghari Leko, Semangus, Lematang, Lakitan, Kelingi, Sugihan, Sembilang, Mesuji, Upang , Saleh Kapas, Menanti, Lain, Rupit, Liam, Lumpang, Kemang, Kulus,Kutu, Mengkulam, Hitam, Megang, Malus, Pelikai, Sumuk, Makai, Belumat, Ketuha, Naman, Meles, Alang, Saling, Keruh, Lintang, Kungkupring, Beliti, Noman, Kati, Lingsing, Pengi, Cawang, Gasing, Telang, Bulan,Padi, Saleh Upang, Padang, Keruh, Keras, Sialang, Temuan, Sembuta, Enim, Selangis, Endikat, Lengi, Kelekar, Rambang, Lubai, Kuang, Laye, Saka, Penaku, Gilas, Lempuing, Ro, Saleh, Muara Pulo, Sugihan, Padang, Kumbang, Rambai, Sebubus. 203.640,55 2,22
Sumber : RTRW sumsel
5. Kawasan Rawan Bencana
Kawasan rawan bencana banjir di Provinsi Sumatera Selatan terdapat di 9 (sembilan) kabupaten/kota dengan luas wilayah rawan bencana seluas 1.001.838,30 atau 10,91 % dari total luas wilayah.
Tabel 4.3
Kawasan Rawan Bencana Banjir
di Provinsi Sumatera Selatan No Banjir Intensitas Bencana (Ha) Jumlah (Ha) % Terhadap Luas Wilayah Sangat Tinggi Tinggi
1
Banyuasin
45.992,68
290.038,19
336.030,87
3,66 2 Muara Enim 49.499,15 16.777,32 66.276,46 0,72
3
Musi Banyuasin
1.489,30
127.628,27
129.117,56
1,41 4 Musi Rawas - 39.266,15 39.266,15 0,43
5
Ogan Komering Ilir
80.313,28
271.740,88
352.054,16
3,83 6 Ogan Komering Ulu - 17,28 17,28 0,00
7
Ogan Komering Ulu Selatan
-
367,84
367,84
0,00 8 Ogan Komering Ulu Timur - 71.097,89 71.097,89 0,77
9
Palembang
-
7.610,09
7.610,09
0,08 Total 177.294,40 824.543,89 1.001.838,30 10,91
Sumber : RTRW Sumsel, 2010.
5. IV-5
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
4.1.2 RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
Pola ruang wilayah Kabupaten Musi Banyuasin dikembangkan dengan sepenuhnya memperhatikan pola ruang wilayah yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan dan Rencana Pola Ruang RTRW Kabupaten Musi Banyuasin sebelumnya serta rencana-rencana lainnya yang terkait dengan pengembangan wilayah Kabupaten Musi Banyuasin. Pola Ruang di Kabupaten Musi Banyuasin secara garis besar diwujudkan dalam arahan pemanfaatan kawasan lindung dan kawasan budi daya dengan tetap mengedepankan kelestarian lingkungan hidup.
A. KAWASAN HUTAN LINDUNG
Kawasan untuk fungsi lindung mempunyai status yang amat penting dalam pembangunan berwawasan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan, nilai sejarah serta budaya. Untuk kepentingan pembangunan berkelanjutan, penetapan kawasan lindung berpedoman kepada Keppres No. 32/1990 yang pengidentifikasiannya dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa faktor antara lain ketinggian, kemiringan/sudut lereng, keadaan hidrologi serta kawasan-kawasan yang dinyatakan sebagai kawasan bahaya alamiah maupun kawasan- kawasan berupa cagar alam dan taman nasional.
TABEL 4.4
KRITERIA KAWASAN LINDUNG Pemanfaatan ruang Kriteria Kawasan Hutan lindung Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, dan curah hujan yang melebihi nilai skor 175; Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan > 40% dan pada daerah yang tanahnya peka terhadap erosi dengan kelerengan lapangan lebih dari 25%;
6. IV-6
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian 2000 meter atau lebih di atas permukaan laut;
Kawasan resapan air Kawasan dengan curah hujan rata-rata lebih dari 1000 mm/tahun; Struktur tanah yang mudah meresapkan air tanah; Memiliki bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar; Lapisan tanahnya berupa pasir halus berukuran minimal 1/16 mm; Mempunyai kemampuan meluruskan air dengan kecepatan lebih dari 1 mm/hari; Kedalaman muka air tanah lebih dari 10 m terhadap permukaan tanah setempat; Kelerengan kurang dari 15%; dan atau Kedudukan muka air tanah dangkal lebih tinggi dari kedudukan muka air tanah dalam. Ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan laut. Kawasan sekitar danau Kawasan sekitar danau/waduk/situ yang lebarnya proporsional dengan bentuk dankondisi fisik danau/waduk/situ sekurang- kurangnya 50 m dari titik pasang tertinggi kearah darat.
Kawasan sempadan sungai Sekurang-kurangnya 100 m dikanan kiri sungai besar dan 50 meter dikanan kiri sungai kecil yang tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan; Sekurang-kurangnya 10 m dari tepi sungai untuk mempunyai kedalaman tidak lebih besar dari 3 m; Sekurang-kurangnya 15 m dari tepi sungai untuk mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 m sampai dengan 20 m; Sekurang-kurangnya 20 m dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 m; Sekurang-kurangnya 100 m dari tepi sungai untuk sungai
7. IV-7
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
yang terpengaruh oleh pasang surut air laut, dan berfungsi sebagai jalur hijau; dan atau Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan infeksi antara 10-15 meter. Kawasan sekitar mata air Kawasan di sekitar mata air dengan radius sekurang- kurangnya 200 m, bagian hilir dapat difungsikan untuk kawasan berfungsi lindung sepanjang tidak bertentangan dengan fungsi konservasi.
Kawasan ruang terbuka hijau (RTH) Lokasi sasaran kawasan terbuka hijau kota termasuk didalamnya hutan kota antara laindi kawasan permukiman, industry, tepi sungai/jalan yang berada di kawasan perkotaan; Hutan yang terletak di dalam wilayah perkotaan atau sekitar kota dengan luas hutan minimal 0,25 Ha; Hutan yang terbentuk dari komunitas tumbuhan yang berbentuk kompak pada satu hamparan, berbentuk jalur atau merupakan kombinasi dari bentuk kompak dan bentuk jalur; Jenis tanaman untuk hutan kota adalah tanaman tahunan berupa pohon-pohanan,bukan tanaman hias atau herba, dari berbagai jenis baik jenis asing atau eksotik,maupun jenis asli atau domestik; dan atau
Jenis tanaman untuk kawasan terbuka hijau kota adalah berupa pohon-pohonan dan tanaman hias atau herba, dari berbagai jenis baik jenis asing atau eksotik, maupun jenisasli atau domestik. Kawasan Cagar alam Mewakili formasi biota tertentu dan /atau unit-unit penyusunannya; Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan tidak atau belum diganggu manusia;
8. IV-8
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang efektif dengan daerah penyangga yang cukup luas; dan atau Mempunyai ciri khas yang dapat merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah sertakeberadaannya memerlukan konversi
Taman Hutan rakyat Wilayah dengan ciri khas asli maupun buatan, baik pada kawasan yang ekosistemnya masih utuh atau kawasan yang sudah berubah. Memiliki keindahan alam, tumbuhan, satwa, dan gejala alam; dan atau Mempunyai luas wilayah yang memungkinkan untuk membangun koleksi tumbuhandan/atau tidak asli. Taman wisata alam Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa beserta ekosistemnya yang masih asli serta formasi geologinya yang indah, unik dan nyaman; Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin sumberdaya alam hayati yang dapat dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam; dan atau Kondisi lingkungan sekitarnya mendukung upaya pengembangan pariwisata alam.
Kawasan perairan
Wilayah yang merupakan genangan air baik berupa sungai, danau/situ, tambak dan sejenisnya. Kawasan rawan gunung merapi Kawasan dengan jarak atau radius tertentu dari pusat letusan yang terpengaruh lansung dan tidak langsung, dengan tingkat kerawanan yang berbeda; dan atau Kawasan berupa lembah yang akan menjadi daerah aliran lahar dan lava.
Kawasan rawan gempa bumi Daerah yang mempunyai sejarah kegempaan yang merusak; Daerah yang dilalui oleh patahan aktif;
9. IV-9
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Daerah yang mempunyai catatan kegempaan dengan kekuatan (magnitudo) lebih besar dari 5 pada skala richter; Daerah dengan batuan dasar berupa endapan lepas seperti endapan sungai, endapan pantai dan batuan lapuk; dan atau Kawasan lembah bertebing curam yang disusun batuan mudah longsor. Kawasan rawan gerakan tanah Daerah dengan kerentanan tinggi untuk terkena gerakan tanah, terutama jika kegiatan manusia menimbulkan gangguan pada lereng di kawasan ini.
Kawasan rawan banjir
Daerah dengan kerentanan tinggi terkena banjir.
Sumber : Keppres No 32 tahun 1990
B. KAWASAN BUDIDAYA
Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi untuk dibudidayakan atas dasar kondisi potensi sumber daya alam, manusia dan buatan. Termasuk dalam kawasan budidaya ini adalah kawasan pertanian, kawasan permukiman dan industri. Pola pemanfaatan ruang kawasan budidaya secara spasial mencakup wilayah yang berdasarkan analisis daya dukung lahan tergolong sangat tinggi dan tinggi, baik untuk pengembangan kawasan budidaya pertanian maupun perkotaan. Kriteria penetapan kawasan budidaya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini
TABEL 4.5
KRITERIA PENETAPAN KELAYAKAN/
KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN DAN PERKOTAAN No Jenis Kawasan Kriteria KEPRES No.32 / 1990 1 Kawasan Hutan Produksi tetap/biasa Kawasan Hutan Produksi terbatas Kawasan Hutan Rakyat Ketinggian < 1000 m dpl kecuali lahan yang sudah ditanami tanamantahunan dan tidak mengganggu kelestarian tanah dan air; Mempunyai sistem dan atau potensi pengembangan perairan dan drainase;
10. IV-10
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
c. Kemiringan tanah < 30% kecuali jenis tanah regosol, litosol, regina, dan organosol, dengan kemiringan < 15%; Kedalaman efektif tanah > 30 cm; dan e. Bukan daerah kritis/bahaya lingkungan beraspek geologi: daerah longsoran, patahan aktif dan daerah erosi.
2
Kawasan tanaman perkebunan/tahunan Ketinggian <1000m dpl Kedalaman efektif tanah >60% Di luar kawasan lindung; Berfungsi sebagai daerah resapan air; dan Daerah kritis / bahaya lingkungan, longsoran, patahan aktif, daerah kritis erosi permukaan. 3 Tanaman pangan lahan basah/tanaman pangan tadah hujan Ketinggian <1000 m dpl kecuali lahan yang sudah ditanami tanaman tahunan dan tidak mengganggu kelestarian tanah dan air Kemiringan tanah < 40% kecuali jenis tanah regosol, litosol, regina, dan organosol dengan kemiringan < 15%.
4
Kawasan tanaman lahan kering Kemiringan tanah <30% Daerah kritis/bahaya lingkungan, longsoran, patahan aktif, daerah krisis erosi permukaan 5 Kawasan Peternakan Ketinggian > 1000 m dpl Kemiringan lereng < 15% Jenis tanah/iklim sesuai dengan padang rumput
6
Kawasan Perikanan Kemiringan lereng < 8% Persediaan air permukaan cukup. 7 Kawasan Pertambangan/ESDM Mempunyai potensi bahan tambang
8
Kawasan Pariwisata Memiliki keindahan dan panorama alam
11. IV-11
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Memiliki kebudayaan yang bernilai tinggi Memiliki bangunan sejarah 9 Kawasan Permukiman Kemiringan lereng < 15% Ketersediaan air terjamin Aksesibilitas yang baik Tidak berada pada daerah rawan bencana Berada dekat dengan pusat kegiatan
10
Kawasan Peruntukan Industri Ketinggian < 1000 m dpl Kemiringan lereng < 3% Ketersediaan air baku yang cukup Adanya sistem pembuangan limbah Tidak terletak di kawasan tanaman pangan lahan basah 11 Kawasan Perdagangan dan Jasa Kemiringan lereng < 15% Ketersediaan air terjamin Aksesibilitas baik Terletak di pusat kota/kegiatan
Sumber : Keppres No 57 Tahun 1989 tentang Kawasan Budidaya
4.2 RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG
Kawasan lindung yang akan dimantapkan diwilayah Kabupaten Musi Banyuasin yang dinyatakan sebagai kawasan non-budidaya adalah kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, yaitu daerah-daerah yang memiliki kendala fisik tertentu seperti lereng curam, rawan banjir, rawan longsor dan erosi. Selain itu juga dimaksudkan untuk melindungi kelestarian wilayah bawahannya berupa kawasan budidaya yang keberadaannya sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat setempat. Kawasan tersebut adalah perkebunan rakyat dan lahan pertanian lahan basah/sawahirigasi. Di Kabupaten Musi Banyuasin yang terdapat 3 (tiga) jenis kawasan lindung, yaitu: (1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, (2) Kawasan perlindungan setempat, dan (3) Kawasan rawan bencana alam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta rencana pola ruang Kabupaten Musi Banyuasin.
12. IV-12
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
A. KAWASAN HUTAN LINDUNG (HUTAN BERFUNGSI LINDUNG)
Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Musi Banyuasin di tetapkan seluas 19.131 Ha, Pelestarian fungsi ekologis kawasan ini sangat penting untuk dipertahankan. Untuk itu perlu dilakukan pengendalian ketat terhadap aktivitas pembangunan. Kawasan hutan yang masih lestari perlu dijaga dari perambahan masyarakat. Sedangkan kawasan yang sudah terbuka agar dilakukan reboisasi dengan berbagai jenis tanaman hutan, seperti: Merbau (Intsia biyuga), Bintangur (Calophyllum inophyllum), Mersawa (Anoisopterapolyandra),Nyatoh (Palaquium gutta), Terentang (Campnosperma auriculata), Medang (Litsea firma), Terap (Artocarpus spp), dan lain-lain.
Tabel 4.6
Rencana Luas Kawasan Hutan Lindung
Kabupaten Musi Banyuasin 2011 Kecamatan Luas ( Ha)
1
Kec. Batanghari Leko
Hutan Lindung
18864
2
Kec. Bayung Lencir
Hutan Lindung
136
3
Kec. Sanga Desa
131
Jumlah
19.131
Sumber : Hasil Rencana 2011
B. KAWASAN YANG MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP KAWASAN BAWAHANNYA KAWASAN RESAPAN AIR
Kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air. Dengan indicator sebagai berikut : Kawasan ini terletak di daerah tangkapan air (chathment area) hulu sungai, yakni disebagian kawasan ini merupakan kawasan hutan produksi dan sebagian lainnya merupakan ladang/tegalan, dan permukiman. Secara fisik kawasan ini memiliki karakteristik bentuk wilayah agak bergunung dan bergunung (lereng>40%), jenis tanah umumnya podsolik litik, dengan kemampuan meresapkan air cukup baik, dan curah hujan cukup tinggi>2000 mm/tahun.
13. IV-13
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Fungsi ekologis kawasan ini perlu dilestarikan agar kemampuan untuk meresapkan air hujan dapat dijaga dan ditingkatkan. Untuk itu pemanfaatan lahan di kawasan ini perlu dilaksanakan dengan pengendalian ketat dengan mempertahankan tutupan lahan secara optimal.
14. IV-14
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Peta potensi hutan
15. IV-15
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Tabel 4.7
Rencana Hutan Produksi
Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2030 KLASIFIKASI RENCANA POLA RUANG LUAS (Ha) Budidaya Kehutanan Kec. Babat Supat
Hutan Produksi Terbatas
81 Hutan Produksi Tetap 4795
Hutan Produksi Konversi
27594 Kec. Babat Toman
Hutan Produksi Tetap
345 Kec. Batanghari Leko
Hutan Produksi Konversi
8035 Hutan Produksi Terbatas 74800
Hutan Produksi Konversi
8035 Kec. Bayung Lencir
Hutan Produksi Terbatas
19113 Hutan Produksi Tetap 304569
Hutan Produksi Konversi
7975 Kec. Lais
Hutan Produksi Tetap
401 Kec Keluang
Hutan Produksi Konversi
19230 Kec. Lalan
Hutan Produksi Tetap
12366 Hutan Produksi Konversi 9910
Kec. Plakat Tinggi
Hutan Produksi Tetap 742
Kec Sekayu
Hutan Produksi Konversi 199
Kec. Sanga Desa
Hutan Produksi Tetap 1045
Hutan Produksi Konversi
8288 Kec. Sungai Keruh
Hutan Produksi Tetap
11612 Kec Sungai Lilin
Hutan Produksi Konversi
29148 Kec. Tungkal Jaya
Hutan Produksi Tetap
6010 Jumlah 554293
16. IV-16
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Adapun arahan pemanfaatan lahan di kawasan resapan air ini antara lain: Di kawasan hutan produksi tetap, dengan kemiringan lereng >40%, diarahkan untuk penanaman jenis tanaman hutan yang secara endemik telah tumbuh di kawasan ini, seperti: Merbau (Intsia biyuga), Bintangur (Calophyllum inophyllum), Mersawa (Anoisoptera polyandra), Nyatoh (Palaquium gutta), Terentang (Campnosperma auriculata), Medang (Litsea firma), Terap (Artocarpus spp), dan lain-lain. Di kawasan non hutan, dengan kemiringan lahan >40% diarahkan untuk pengembangan hutan rakyat, dengan jenis tanaman penghasil kayu bangunan, seperti mahoni dan sungkai (tanaman jati dan akasia tidak direkomendasikan. Karena di kawasan ini curah hujan tinggi, sehingga jati akan tumbuh subur tetapi kualitas kayunya rendah. Sedangkan tanaman akasia tidak direkomendasikan, karena daunnya mengandung lignin, sehingga licin dan kurang mampu mengintersep curah hujan, serta serasahnya sulit terdekomposisi.
C. KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT
Sungai-sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting dalam rangka mempertahankan kelestarian fungsi sungai tersebut. Kawasan sempadan ini memiliki lebar sekurang-kurangnya 100 meter di kiri-kanan sungai besar dan 50 meter di kiri-kanan anak sungai.
Tujuan pemantapan kawasan sempadan sungai adalah melindungi daerah sempadan sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.
Arahan kebijakan pemantapan kawasan ini antara lain: Pengamanan daerah sepanjang kiri-kanan sungai yang harus dilindungi 100 meter untuk sungai besar dan 50 meter untuk sungai kecil/anak sungai, atau disesuaikan dengan kondisi fisiknya. Mencegah kegiatan budidaya secara bertahap di kawasan tepi sungai dimana kegiatan tersebut dapat merusak kawasan tepi sungai. Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar tepi sungai dan anak sungai yang berada diluar permukiman.
17. IV-17
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Lokasi wilayah perlindungan setempat Kabupaten Musi Banyuasin berada di sungai-sungai besar seperti Sungai Musi, Sungai Batanghari Leko, Sungai Air Lalan, Sungai Air Calik.
Namun ada perlakuan khusus untuk di wilayah sungai Musi, karena sungai musi memiliki wilayah yang penduduk sudah bermukim dan hidup di dekat sungai sehingga hal ini menjadikan satu tradisi dan kebudayaan serta sebagai mata pencaharian, sehingga diperlukan hanya arahan penataan permukiman di kawasan Sungai Musi
D. KAWASAN SUAKA ALAM
Kawasan Suaka Alam terdiri dari :
1. Kawasan Cagar Alam
2. Kawasan Suaka Margasatwa
Syarat suatu kawasan ditunjuk sebagai Kawasan Cagar Alam, apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut: mempunyai keanekragaman jenis tumbuhan dan satwa dan tipe ekosistem; mewakili formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusunnya; mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan tidak atau belum diganggu manusia; mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang efektif dan menjamin berlangsungnya proses ekologis secara alami; mempunyai ciri khas potensi, dan dapat merupakan contoh ekosistem yang keberadaannya memerlukan upaya konservasi; dan atau mempunyai komunitas tumbuhan dan atau satwa beserta ekosistemnya yang langka atau yang keberadaannya terancam punah.
Syarat suatu kawasan ditunjuk sebagai Kawasan Suaka Margasatwa apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut: merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari jenis satwa yangperlu dilakukan upaya konservasinya; memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi; merupakan habitat dari suatu jenis satwa langka dan atau dikhawatirkan akan punah;
18. IV-18
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu; dan atau mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan.
Kabupaten Musi Banyuasin memiliki Kawasan Suaka Alam margasatwa, Kawasan Suaka Marga Satwa ditetapkan 53042 Ha
Tabel 4.8
Rencana Pola Ruang Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2030 KLASIFIKASI RENCANA POLA RUANG LUAS (Ha) Kawasan Lindung Kec. Batanghari Leko
Suaka Marga Satwa
17411 Kec. Bayung Lencir
Suaka Alam
2 Suaka Marga Satwa 9410
Kec. Keluang
Suaka Marga Satwa 2121
Kec. Lalan
Suaka Marga Satwa 3123
Kec. Tungkal Jaya
Suaka Marga Satwa 20975
53042
Sumber : Hasil Rencana 2011
Arahan pengelolaan suaka alam dan suaka margasatwa antara lain: Pelestarian ekosistem yang masih berkembang Memperketat patroli untuk menghindari adanya penebangan pohon liar serta membatasi merambahnya kawasan budidaya ke kawasan lindung. Penerapan kerjasama antar wilayah dalam pengelolaan kawasan tersebut, terutama dalam melakukan pengawasan terhadap ancaman berkurangnya lahan kawasan lindung.
19. IV-19
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
PETA FUNGSI KAWASAN HUTAN
20. IV-20
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
PETA USULAN PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN
21. IV-21
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
E. KAWASAN TAMAN NASIONAL DAN TAMAN NASIONAL LAUT
Kabupaten Musi banyuasin memiliki kawasan taman nasional dan taman nasional Laut, dimana lokasi kawasan berada di Kecamatan Lalan dengan jumlah kawasan Taman Nasional berjumlah 210,649,922 Ha, dan taman nasional Laut berjumlah
Tabel
Luasan Kawasan Taman Nasional dan taman nasional Laut
Kabupaten Musi banyuasin 2011 No. Nama Kecamatan Taman nasional Taman nasional Laut
1
Kec. Babat Supat
2
Kec. Babat Toman
3
Kec. Batanghari Leko
4
Kec. Bayung Lencir
5
Kec. Keluang
6
Kec. Lais
7
Kec. Lalan
2831
210
8
Kec. Lawang Wetan
9
Kec. Plakat Tinggi
10
Kec. Sanga Desa
11
Kec. Sekayu
12
Kec. Sungai Keruh
13
Kec. Sungai Lilin
14
Kec. Tungkal Jaya
Sumber : Hasil rencana 2011
F. KAWASAN RAWAN BENCANA
Penanggulangan bencana adalah serangkaian kegiatan baik sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, menghindari dan memulihkan diri dari dampak bencana. Secara umum kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam penanggulangan bencana adalah sebagai berikut: pencegahan, pengurangan dampak bahaya, kesiapsiagaan, tanggap darurat, pemulihan (rehabilitasi dan rekonstruksi), dan pembangunan berkelanjutan yang mengurangi risiko bencana.
Pengurangan risiko bencana adalah kerangka kerja konseptual yang terdiri dari elemen- elemen yang dipandang mempunyai kemungkinan untuk meminimalkan kerentanan dan risiko bencana di seluruh masyarakat, untuk menghindari (pencegahan) atau membatasi
22. IV-22
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
(mitigasi dan kesiapsiagaan) dampak merugikan yang ditimbulkan oleh bahaya dalam konteks luas pembangunan berkelanjutan. Kerangka kerja pengurangan risiko bencana terdiri dari bidang aksi sebagai berikut: Kesadaran dan pengkajian risiko, termasuk analisis bahaya dan analisis kerentanan atau kapasitas pengembangan pengetahuan, termasuk pendidikan, pelatihan, penelitian dan informasi komitmen publik dan kerangka kerja institusional, termasuk aksi kelembagaan, kebijakan, perundangan dan komunitas penerapan langkah-langkah, termasuk pengelolaan lingkungan, perencanaan penggunaan lahan dan tata kota, perlindungan fasilitas penting, penerapan sains dan teknologi, kemitraan, jejaring dan instrumen finansial. Sistem peringatan dini termasuk peramalan, penyebaran peringatan, tindakan-tindakan kesiapsiagaan dan kapasitas untuk memberikan reaksi.
Pada dasarnya peristiwa bencana di Kabupaten Musi Banyuasin terdiri dari bencana banjir, Kebakaran hutan dan kemungkinan bencana tanah longsor. Peristiwa bencana di Kabupaten Musi Banyuasin bisa saja terjadi akibat dari dinamisasi karakteristik alam maupun pengaruh kelalaian manusia. Oleh karena itu pengelolaan serta perencanaan Wilayah Kabupaten Musi Banyuasin perlu memperhitungkan bencana sebagai salah satu aspek yang mempengaruhinya. Untuk keperluan perencanaan dan pengelolaan kawasan bencana diperlukan data dan informasi sehingga menghasilkan prediksi dan analisa secara signifikan. Data dan Informasi tersebut dapat digali dari informasi geologi dan hidrologi atau dari kejadian bencana yang selama ini terjadi.
Keterlibatan aktif masyarakat lokal dalam mengurangi resiko rawan bencana dengan mengurangi kerentanan dan memperkuat ketahanan mereka adalah sangat penting. Melalui program pengelolaan bencana berbasis masyarakat, sasaran penataan ruang dalam penanggulangan bencana adalah untuk mendukung dan memberdayakan masyarakat yang hidup di daerah rawan bencana di Kabupaten Musi Banyuasin untuk bersama-sama bekerja mengurangi dampak dari bencana yang dapat berpengaruh kepada mereka. Diharapkan melalui pengaturan penataan ruang, stakeholder akan lebih memperkuat mekanisme mereka terhadap bahaya bencana.
Pencegahan adalah upaya yang dilakukan untuk menghilangkan sama sekali atau mengurangi ancaman. Berikut beberapa tindakan pencegahan dalam penanggulangan bencana:
1. Pembuatan hujan buatan untuk mencegah terjadinya kekeringan di suatu wilayah;
23. IV-23
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
2. Melarang atau menghentikan penebangan hutan;
3. Menanam tanaman bahan pangan pokok alternatif;
4. Menanam pepohonan di lereng gunung
Gambar 4.1 Konsep Penanganan Bencana
Mitigasi atau pengurangan adalah upaya untuk mengurangi atau meredam risiko. Kegiatan mitigasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu fisik dan nonfisik. Tindakan mitigasi atau peredaman dampak ancaman dapat berupa :
1. Membuat bendungan, tanggul, kanal untuk mengendalikan banjir; pembangunan tanggul sungai dan lainnya;
2. Penetapan dan pelaksanaan peraturan, sanksi; pemberian penghargaan mengenai penggunaan lahan, tempat membangun rumah, aturan bangunan;
3. Penyediaan informasi, penyuluhan, pelatihan, penyusunan kurikulum pendidikan penanggulangan bencana.
24. IV-24
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Tindakan Kesiagaaan dalam meminimalisir dampak bencana adalah :
1. Pembuatan sistem peringatan dini;
2. Membuat sistem pemantauan ancaman;
3. Membuat sistem penyebaran peringatan ancaman;
4. Pembuatan rencana evakuasi;
5. Membuat tempat dan sarana evakuasi;
6. Penyusunan rencana darurat, rencana siaga;
7. Pelatihan, gladi dan simulasi atau ujicoba;
8. Memasang rambu evakuasi dan peringatan dini.
Tindakan tanggap darurat dalam meminimalisir dampak bencana:
1. Evakuasi;
2. Pencarian dan penyelamatan;
3. Penanganan Penderita Gawat Darurat (PPGD);
4. Pengkajian cepat kerusakan dan kebutuhan;
5. Penyediaan kebutuhan dasar seperti air dan sanitasi, pangan, sandang, papan, kesehatan, konseling;
6. Pemulihan segera fasilitas dasar seperti telekomunikasi, transportasi, listrik, pasokan air;
7. untuk mendukung kelancaran kegiatan tanggap darurat.
Konsep Mitigasi bencana Kawasan Rawan Bencana pada Kabupaten Musi Banyuasin adalah sebagai berikut :
1. Daerah Rawan Banjir
Banjir adalah ancaman musiman yang terjadi apabila meluapnya tubuh air dari saluran yang ada dan menggenangi wilayah sekitarnya. Banjir adalah ancaman alam yang paling sering terjadi dan paling banyak merugikan, baik dari segi kemanusiaan maupun
25. IV-25
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
ekonomi. Sembilan puluh persen dari kejadian bencana alam (tidak termasuk bencana kekeringan) berhubungan dengan banjir. Jenis banjir yang sering terjadi: bandang atau kiriman dan pasang-surut akibat gelombang pasang.
Di Kabupaten Musi Banyuasin beberapa daerah yang dikhawatirkan akan mengalami banjir merupakan daerah yang berada di sekitar sepanjang Sungai Musi. Khususnya pada daerah-daerah yang terjadi di Wisalah Sungai Musi selain itu Wilayah lainnya mencakup sebagian Kec. Babat Toman, Kecamatan Lais, kecamatan lawang wetan , Kec. Sekayu dengan luasan keseluruhan 30.457,750 Ha. Pengelolaan daerah yang sering mengalami banjir adalah dengan membatasi kegiatan pembangunan khususnya perumahan dan permukiman pada daerah tersebut. Pada beberapa daerah tertentu perlu diarahkan menjadi Ruang Terbuka Hijau. Untuk mengurangi dampak kerugian dari bencana banjir serta antisipasinya, Pemerintah Daerah perlu merencanakan beberapa kegiatan antara lain :
a. Peningkatan Kualitas Lingkungan dan Peningkatan Partisipasi Masyarakat
Rusaknya daya dukung lingkungan diakibatkan kegiatan pembangunan perumahan dan permukiman di daerah resapan air, pembabatan hutan menjadi lahan pertanian dan bangunan serta pertambangan dapat mengakibatkan cepatnya aliran air menuju hilir. Kebiasaan masyarakat membuang sampah ke sungai di lain pihak menghambat dan menyumbat aliran. Kombinasi antara kedua keadaan tersebut dapat menimbulkan banjir serta genangan. Banjir semakin sering terutama jika terjadi hujan lebat, hal ini disebabkan pula karena sistem drainase yang tidak memadai.
Pengelolaan daya dukung lingkungan tergantung perilaku serta kebiasaan manusia dalam mengelola lingkungannya, diperlukan kesadaran serta inisiatif yang tinggi dari masyarakat untuk mewujudkannya. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, peningkatan kesadaran perlu ditunjang oleh kegiatan yang terprogram melalui sosialisasi dan pelatihan masyarakat mengenai pengelolaan baik sebelum, pada saat, maupun setelah bencana banjir.
26. IV-26
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Hal yang perlu direncanakan dalam mengantisipasi bencana banjir berkaitan dengan permasalahan lingkungan antara lain pembangunan dan peningkatan sarana kebersihan serta sanitasi di Wilayah aliran sungai serta anak sungainya. Hal lain yang perlu direncanakan adalah penghijauan daerah sempadan sungai dan konservasi lahan di wilayah hulu sungai, akan dapat membantu penyerapan serta salah satu upaya agar air tidak cepat mengalir. Dalam upaya menahan aliran air, direncanakan juga pembangunan bendung pada tiap anak sungai yang pengaruh debit air lepasannya signifikan menyumbang banjir. Selain itu bendung ini dapat berfungsi pula sebagai penahan sedimentasi serta dengan menerapkan konsep eko-hidrologi sehingga diperoleh bangunan- bangunan air yang ramah lingkungan.
b. Pembangunan Fasilitas Peringatan Dini (early warning) dan mekanisme tanggap darurat bencana banjir.
Sistem peringatan dini ini akan sangat efektif jika disertai dengan pelaksanaan mekanisme tanggap darurat. Mekanisme ini berkaitan dengan penyusunan petunjuk teknis operasional dan Aturan, termasuk sistem mobilisasi, penanganan bidang kesehatan serta sekolah darurat, yang harus dilakukan ketika dan setelah terjadi bencana banjir. Oleh karena itu perlu direncanakan juga pusat penanganan bencana dan pembangunan rumah singgah di daerah aman tidak jauh dari wilayah yang sering terkena banjir. Mekanisme tanggap darurat ini perlu disosialisasikan kepada masyarakat terutama yang tinggal di daerah langganan banjir Dalam rangka otomatisasi serta penanganan lebih lanjut, perlu dilakukan kegiatan inventarisasi data dan informasi dalam bentuk basis data kemudian dilakukan analisis banjir yang dapat diakses oleh masyarakat melalui internet secara on-line
c. Normalisasi Sungai dan Anak Sungai.
Normalisasi sungai dimaksudkan agar air yang mengalir lancar dan dapat dikendalikan.
d. Penepatan Jalur Pengungsian Yang Aman
Tiap lingkungan pemukiman yang rawan banjir harus punya rute penyelamatan yang aman, serta penampungan sementara dilokasi yang letaknya lebih tinggi dari
27. IV-27
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
permukaan air banjir. Strategi-strategi pencegahan lainnya adalah Badan-badan Pemerintah mengambil alih lahan-lahan di jalur banjir. Penghuninya diberi lahan lain yang lebih aman. Diberikan perangsang berupa pinjaman lunak, subsidi atau penghapusan Pajak Bumi dan Bangunan bagi rakyat dan penanam modal yang bersedia mengalihkan rencana pembangunan lokasi rawan banjir ke tempat lain yang lebih tahan banjir. Dilaksanakan penganekaragaman produksi pertanian, misalnya menanam pangan yang „kedap – banjir‟ atau menambahkan pepohonan di lahan atau menyesuaikan musim tanam dengan musim banjir. Juga dilaksanakan upaya membangun lumbung pangan cadangan dan penyimpanan yang aman untuk produk – produk pertanian. Penghijauan, pengelolaan ruang budi daya dan pengaturan areal merumput ternak untuk mencegah pengguguran dan penggundulan, agar tanah lebih mampu menyerap serta menahan air. Pembangunan gedung-gedung atau bukit-bukit buatan yang cukup tinggi yang akan dipakai sebagai tempat penampungan sementara para pengungsi seandainya penyelamatan ke lokasi lain tak mungkin dilaksanakan. Bagi negara-negara berkembang yang banyak memanfaatkan tanah seputar jalur banjir, harus dilakukan kerjasama dengan rakyat. Perencanaan teknis sistem pengendalian banjir (secara fisik) didasarkan pada debit banjir tertentu tanpa mengantisipasi terjadinya debit banjir yang lebih besar dari debit banjir rencana. Terjadinya kerusakan dan bencana banjir yang relatif besar yang sering terjadi akhir-akhir ini antara lain disebabkan oleh masalah ini. Terdapat berbagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut, yang disebut upaya non struktur. Masyarakat yang tinggal di lahan yang berupa dataran banjir harus sadar dan memahami bahwa meskipun telah dibangun prasarana fisik pengendali banjir, lahan tersebut sewaktu-waktu masih dapat tergenang banjir. Selalu siap dan waspada serta ikut berupaya menekan besarnya kerugian/ bencana, antara lain dengan membangun rumah panggung dan berbagai upaya “penyesuaian” lainnya. Antisipasi lainnya misalnya konstruksi bangunan pengendali banjir seperti misalnya tanggul untuk daerah permukiman / perkotaan padat harus cukup aman dan stabil serta tidak jebol pada saat terjadi limpasan banjir di atas tanggul. Upaya-upaya non-struktur tersebut dapat berupa :
1. Konservasi tanah dan air di DAS hulu untuk menekan besarnya aliran permukaan dan mengendalikan besarnya debit puncak banjir serta
28. IV-28
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
pengendalian erosi untuk mengurangi pendangkalan / sedimentasi di dasar sungai. Kegiatan ini merupakan gabungan antara rekayasa teknik sipil dengan teknik agro, yang bertujuan untuk mengendalikan aliran permukaan antara lain dengan terasering, bangunan terjunan, check dam /dam penahan sedimen, dam pengendali sedimen, kolam retensi, penghijauan, dan reboisasi serta sumur resapan.
2. Pengelolaan dataran banjir (flood plain management) berupa penataan ruang dan rekayasa di dataran banjir yang diatur dan menyesuaikan sedemikian rupa sehingga risiko / kerugian / bencana yang timbul apabila tergenang banjir sekecil mungkin (flood risk / flood damage management). Rekayasa yang berupa bangunan antara lain berupa: rumah tipe panggung, rumah susun, jalan layang, jalan dengan perkerasan beton, pengaturan penggunaan rumah / gedung bertingkat, dan sebagainya. Sedangkan rekayasa di bidang pertanian dapat berupa pemilihan varitas tanaman yang tahan genangan. Perangkat lunak yang diperlukan antara lain berupa flood plain zoning, flood risk map, dan rambu- rambu atau papan peringatan yang dipasang di dataran banjir.
3. Penataan ruang dan rekayasa di DAS hulu (yang dengan pertimbangan tertentu kemungkinan ditetapkan menjadi kawasan budidaya) sedemikian rupa sehingga pembudidyaan / pendayagunaan lahan tidak merusak kondisi hidrologi DAS dan tidak memperbesar debit dan masalah banjir.
4. Penanggulangan banjir (flood fighting) untuk menekan besarnya bencana dan mengatasinya secara darurat. Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan satkorlak penanggulangan banjir, yang dilaksanakan sebelum kejadian banjir (meliputi perondaan dan pemberian peringatan dini kepada masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir / dataran banjir), pada saat kejadian banjir berupa upaya penyelamatan, pengungsian penutupan tanggul yang bocor dan atau limpas, maupun kegiatan pasca banjir yang berupa penanganan darurat perbaikan kerusakan akibat banjir.
29. IV-29
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
5. Penerapan sistem prakiraan dan peringatan dini untuk menekan besarnya bencana bila banjir benar-benar terjadi. Upaya ini untuk mendukung kegiatan penanggulangan banjir.
6. Flood proofing yang dilaksanakan sendiri baik oleh perorangan, swasta maupun oleh kelompok masyarakat untuk mengatasi masalah banjir secara lokal, misalnya di kompleks perumahan / real estat, industri, antara lain, dengan membangun tanggul keliling, polder dan pompa, serta rumah panggung.
7. Peran masyarakat yang didukung penegakan hukum antara lain dalam menaati ketentuan menyangkut tata ruang dan pola pembudidayaan dataran banjir dan DAS hulu, menghindarkan terjadinya penyempitan dan pendangkalan alur sungai akibat sampah padat maupun bangunan / hunian dan tanaman di daerah sempadan sungai.
8. Penetapan sempadan sungai yang didukung dengan penegakan hukum. Dasar hukum yang dapat dipakai sebagai acuan adalah Peraturan Menteri PU No. 63 Tahun 1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai. Pada setiap sungai harus ditetapkan batas sempadannya yang diatur dengan Peraturan Daerah.
9. Penyuluhan dan pendidikan masyarakat lewat berbagai media menyangkut berbagai aspek dalam rangka meningkatan pemahaman, kepedulian dan perannya.
10. Penanggulangan kemiskinan (poverty alleviation). Masyarakat miskin di perkotaan banyak yang terpaksa menghuni daerah sempadan sungai yang seharusnya bebas hunian karena sangat membahayakan keselamatan jiwanya; demikian pula masyarakat petani lahan kering di DAS hulu pada umumnya miskin sehingga kesulitan untuk melaksanakan pola bercocok tanam yang menunjang upaya konservasi tanah dan air.
30. IV-30
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
2. Bencana Kebakaran
Kebakaran yang terjadi dipengaruhi oleh faktor alam yang berupa cuaca yang kering serta faktor manusia yang berupa pembakaran baik sengaja maupun tidak sengaja. Kebakaran ini akan menimbulkan efek panas yang sangat tinggi sehingga akan meluas dengan cepat. Kerusakan yang ditimbulkan berupa kerusakan lingkungan, jiwa dan harta benda. Dampak lebih lanjut adalah adanya asap yang ditimbulkan yang dapat mengakibatkan pengaruh pada kesehatan terutama pernafasan serta gangguan aktivitas sehari-hari seperti terganggunya jadwal penerbangan. Tebalnya asap juga dapat mengganggu cuaca. Wilayah bencana kebakaran ini mencakup wilayah Kecamatan Babat Toman, Kecamatan Bayung Lalan, Kecamatan Bayung Lencir, Kecamatan Lais, Kecamatan Plakat Tinggi, Kecamatan Sanga Desa, Kecamatan Sekayu dengan luas keseluruhan 218.608,803 Ha. Secara lebih rinci upaya pengurangan bencananya antara lain :
a. Pembuatan dan sosialisasi kebijakan Pencegahan dan Penanganan Kebakaran;
b. Peningkatan penegakan hukum;
c. Pembentukan pasukan pemadaman kebakaran khususnya untuk penanganan kebakaran secara dini;
d. Pembuatan waduk-waduk kecil, bak penampungan air dan hydran untuk pemadaman api;
e. Pembuatan barrier penghalang api terutama antara lahan perkebunan dengan hutan;
f. Hindarkan pembukaan lahan dengan cara pembakaran;
g. Pembakaran lahan bisa dilakukan jika selalu dalam pengawasan dan segera dimatikan jika sudah terlalu besar;
h. Hindarkan pembakaran lahan secara serentak sehingga membakar wilayah yang Iuas yang akan berpotensi menjadi kebakaran yang tak terkendali;
i. Hindarkan penanaman tanaman sejenis untuk daerah yang Iuas;
j. Melakukan pengawasan pembakaran lahan untuk pembukaan lahan secara ketat;
k. Melakukan penanaman kembali daerah yang telah terbakar dengan tanaman yang heterogen;
l. Meningkatkan partisipasi aktif dalam pemadaman awal kebakaran di daerahnya.
31. IV-31
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
PETA RAWAN BENCANA
32. IV-32
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
4.3 RENCANA POLA RUANG KAWASAN BUDIDAYA
Dalam konteks Kabupaten Musi Banyuasin, rencana pengembangan kawasan budi daya ini diarahkan kepada upaya untuk mengendalikan alih fungsi guna lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Prinsip penetapan kawasan ini adalah berdasarkan dominasi fungsi atau kegiatan utama yang ada dan yang akan dikembangkan pada kawasan tersebut. Analisis spasial arahan pola ruang kawasan budi daya di Kabupaten Musi Banyuasin menetapkan luas kawasan budi daya sebesar 1.326.112,732 Ha. Arahan pola ruang kawasan budidaya di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah.
Kawasan budidaya di Kabupaten Musi Banyuasin yang terdiri dari :
a. Kawasan Budidaya Kehutanan ;
b. Kawasan Permukiman;
c. Kawasan Perkebunan;
d. Kawasan Pertanian;
e. Kawasan Pertambangan;
f. Kawasan industri
g. Kawasan pariwisata
h. Kawasan lainnya
A. PERUNTUKAN HUTAN PRODUKSI
Kawasan budidaya yang berfungsi lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah. Perlindungan terhadap kawasan hutan lindung dilakukan untuk memelihara dan mempertahankan kawasan hutan lindung sebagai hutan dengan tutupan vegetasi. Kawasan hutan diharapkan dapat menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah, dan air permukaan.
33. IV-33
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Tabel 4.9 Kriteria Peruntukan Hutan Produksi Peruntukan Hutan Produksi Tujuan Meningkatkan pendapatan masyarakat di pedesaan sekaligus meningkatkan kesejahteraan dalam upaya mengentaskan kemiskinan; Memenuhi kebutuhan masyarakat pengguna bahan baku kayu untuk industri, kayu pertukangan dan kayu energi; Terpeliharanya kondisi tata air dan lingkungan yang baik,khususnya lahan milik rakyat; Menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kegiatan berusaha dan meningkatkan pendapatan negara; Pemberdayaan masyarakat pedesaan.
Kriteria/Penetapan
Kawasan yang dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang dibebani hak milik;
Memberikan dampak perkembangan terhadap pusat pengolahan hasil hutan seperti kawasan industri;
Mempunyai hubungan fungsional yang erat dengan pasar lokal, regional, nasional, dan internasional
(pelabuhan laut, angkutan sungai, jalan raya, kereta api);
Tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas sumberdaya lingkungan dan sumberdaya air (sungai,mata air, air tanah).
34. IV-34
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Tabel 4.10 Luasan Budidaya hutan produksi Kabupaten Musi Banyuasin 2010 KLASIFIKASI Hutan Produksi KECAMATAN LUAS (Ha) Budidaya Kehutanan Hutan Produksi Kec. Babat Supat 4795
Kec. Babat Toman
345 Kec. Batanghari Leko 70536
Kec. Bayung Lencir
304569 Kec. Lais 401
Kec. Lalan
12366 Kec. Plakat Tinggi 742
Kec. Sanga Desa
1045 Kec. Sungai Keruh 11612
Kec. Tungkal Jaya
6010 412421
Sumber : Hasil Rencana 2011
Gambar 4.4 Rencana Luasan Budidaya hutan produksi Kabupaten Musi Banyuasin 2011
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
Hutan produksi
Hutan produksi
35. IV-35
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Dilihat dari luasan serta produksi maka ditetapkan arahan pengembangan dan intensif pengembangan diarahkan ke Kecamatan
1. Kecamatan Bayung Lencir
2. Kecamatan Batanghari Leko
3. Kecamatan Lalan
Sedangkan Kawasan Hutan Produksi terbatas berada di Kecamatan Batanghari Leko 74800 Ha,Kecamatan Lencir 19113 Ha, Tabel 4.11 Rencana Luasan Budidaya hutan produksi terbatas Kabupaten Musi Banyuasin 2010 KLASIFIKASI RENCANA POLA RUANG LUAS (Ha) Budidaya Kehutanan Kec. Babat Supat
Hutan Produksi Terbatas
81 Kec. Batanghari Leko
Hutan Produksi Terbatas
74800 Kec. Bayung Lencir
Hutan Produksi Terbatas
19113
Sumber : Hasil Rencana 2011 Dilihat dari luasan serta produksi maka ditetapkan arahan pengembangan dan intensif pengembangan hutan produksi terbatas diarahkan ke Kecamatan
1. Kecamatan Bayung Lencir
2. Kecamatan Batanghari Leko
36. IV-36
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Gambar 4.5 Luasan Budidaya hutan produksi Kabupaten Musi Banyuasin 2011
Potensi kawasan hutan produksi dan produksi terbatas memiliki peluang besar bagi para pelaku ekonomi dan masyarakat sekitar, namun potensi tersebut diharuskan dikelola secara baik, berkelanjutan dan tentunya menjaga kelestarian hutan produksi dengan mengunakan pola pemberdayaan masyarakat. Rencana upaya arahan dalam pengembangan hutan produksi dapat di lakukan dengan langkah langkah sebagai berikut Pola Mandiri
Masyarakat setempat membentuk kelompok, pemerintah mengalokasikan areal untuk setiap individu dalam kelompok dan masing masing ketua kelompok bertanggung jawab atas pelaksanaan Hutan tanaman rakyat, pengajuan pengembalian kredit, pasar, dan pendampingan dari Pemda Pola Kemitraan dengan HTI BUMN/S
Masyarakat setempat membentuk kelompok diajukan oleh Bupati ke Menhut. Pemerintah menerbitkan SK IUPJJK-HTR ke individu dan menetapkan mitra, mitra bertanggung jawab atas pendampingan, input/modal, pelatihan dan pasar Pola Developer
BUMN/S sebagai developer membangun hutan tanaman rakyat dan selanjutnya diserahkan oleh pemerintah kepada masyarakat sebagai pemegang IUPHHK-HTR
0
20000
40000
60000
80000
100000
Kec. Batanghari Leko
Kec. Bayung Lencir
Kec. Keluang
Kec. Sekayu
Kec. Sungai Lilin
Hutan Produksi Terbatas
hutan produksi terbatas
37. IV-37
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
yang selanjutnya biaya pembangunannya diperhitungkan sebagai pinjaman pemgang IUPHHK-HTR dan dikembalikan secara bertahap sesuai akad kredit Pengembangan Hutan produksi dapat dilakukan dengan berbagai strategi antara lain : Menginventarisir sasaran pengembangan Hutan produksi, baik lahan yang belum menghasilkan, sudah menghasilkan, lahan kritis Manajemen kawasan meliputi pemantapan kawasan, penataan kawasan, dan pengamanan kawasan; Pengelolaan hutan yang meliputi kelola produksi, kelola lingkungan dan kelola sosial; Manajemen kelembagaan yang meliputi penataan organisasi, input pengelolaan sumberdaya hutan lestari (al. sumberdaya manusia, keuangan, material, metode dan waktu).
KAWASAN PERUNTUKAN PERTANIAN, MELIPUTI :
A. KAWASAN PERTANIAN LAHAN BASAH
Pertanian yang dilakukan di lahan basah dan memerlukan banyak air baik sawah irigasi, sawah lebak, sawah tadah hujan maupun sawah pasang surut. Kabupaten Musi Banyuasin terdapat 3 jenis produksi sawah yaitu
1. Sawah tadah hujan,
Yaitu Sawah tadah hujan adalah sawah yang sumber air utamanya berasal dari curah hujan.
2. Sawah jenis pasang surut
Yaitu Sawah yang pengairannya tergantung pada air sungai yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut.
3. Sawah Lebak
38. IV-38
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Sawah Lebak adalah sawah rendahan yang tergenang secara periodik sekurang- kurangnya tiga sampai enam bulan secara kumulatif dalam setahun, dan dapat kering atau lembab tiga bulan secara komulatif dalam setahun.
Arahan kawasan pertanian lahan basah diperlukan pengembangan selain bertujuan agar produksi semakin meningkat tetapi juga menjaga agar kawasan pertanian lahan basah tidak terjadi alih fungsi lahan menjadi non pertanian, untuk itu diperlukan pengendalian ketat dalam hal perijinan agar selain itu diperlukan juga pengembangan kawasan ini untuk di arahkan meningkatkan produktifitas lahan dengan memanfaatkan jaringan irigasi, karena Kabupaten Musi Banyuasin memiliki potensi sumber air yang melimpah karena wilayahnya dikelilingi oleh sungai sungai besar dan kecil. Kawasan sumber daya pertanian yang dimiliki oleh Kabupaten Musi Banyuasin adalah pertanian lahan basah berjenis sawah pasang surut, sawah lebak dan sawah tadah hujan, dengan rincian sebagai berikut
1. Sawah berjenis Pasang Surut
Luas lahan sawah ber jenis pasang surut terbesar berada di Kecamatan Lalan dengan luas lahan 26.091 Ha di ikuti oleh Kecamatan Sungai Lilin dengan luas lahan 5.685 Ha dan yang terkecil di Kecamatan Keluang dengan luas lahan 146 Ha
2. Sawah Berjenis Sawah Lebak
Luas lahan sawah berjenis sawah lebak berada di 6 kecamatan, namun sawah lebak terbesar berada di Kecamatan Sekayu dengan luas 5.789 Ha, Kecamatan Babat Toman dengan luas 4.889 Ha, Kecamatan Lais dengan luas 4155 ha, Kecamatan Sanga Desa dengan luas 3362 Ha, dan yang terakhir sungai Lilin dengan luas 1500 ha
3. Sawah berjenis Tadah Hujan
Luasan lahan basah untuk jenis tadah hujan di Kabupaten Musi Banyuasin tergolong kecil karena sawah tadah hujan hanya dimiliki 3 kecamatan dengan luasan terbesar
39. IV-39
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
berada di Kecamatan Sungai Keruh dengan luasan hanya mencapai 355 Ha, kemudian Kecamatan Bayung Lencir mencapai 135 ha dan Kecamatan Plakat tinggi mencapai 18 Ha Tabel 4.12 Pertanian Lahan basah berdasarkan Jenisnya Kabupaten Musi Banyuasin 2011 No Kecamatan Pasang Surut (Ha) Lebak (Ha) Tadah Hujan (Ha) 1 Babat Toman - 4.889 -
2
Plakat Tinggi
-
-
18 3 Batanghari Leko - - -
4
Sanga Desa
-
3.362
- 5 Sungai Keruh - - 355
6
Sekayu
-
5.786
- 7 Lais - 4.155 -
8
Sungai Lilin
5.685
1.500
- 9 Keluang 146 - -
10
Bayung Lencir
3.819
135 11 Lalan 26.091 - -
Jumlah
31.922
23511
508
Sumber : Dinas pertanian Kab Musi banyuasin 2011
40. IV-40
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Gambar 4.6 Pertanian Lahan basah berdasarkan Jenisnya Kabupaten Musi Banyuasin 2011 Berdasarkan hasil dari data eksisting serta dari hasil analisis kesesuaian lahan direncanakan pola ruang untuk kawasan pertanian lahan basah akan di intensifkan di wilayah sebagai berikut :
1. Kecamatan Lalan
2. Kecamatan Sungai Lilin
3. Kecamatan Babat toman
4. Kecamatan Lais
5. Kecamatan bayung lencir
6. Kecamatan Sanga Desa
B. PERTANIAN LAHAN KERING
Pertanian lahan kering adalah hamparan lahan yang didayagunakan tanpa penggenangan air, baik secara permanen maupun musiman dengan sumber air berupa hujan atau air irigasi (Suwardji, 2003)). Definisi yang diberikan oleh soil Survey Staffs (1998) dalam Haryati (2002), lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi air selama periode sebagian besar waktu dalam setahun. Tipologi lahan ini
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
Babat Toman
Plakat Tinggi
Batanghari Leko
Sanga Desa
Sungai Keruh
Sekayu
Lais
Sungai Lilin
Keluang
Bayung Lencir
Lalan
Pasang Surut
Lebak
Tadah Hujan
41. IV-41
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
dapat dijumpai dari dataran rendah (0-700 m dpl) hingga dataran tinggi (> 700m dpl). Dari pengertian diatas, maka jenis penggunaan lahan yang termasuk dalam kelompok lahan kering mencakup: lahan tadah hujan, tegalan, lading, kebun campuran, perkebunan, hutan, semak, padang rumput, dan padang alang-alang. Pertanian lahan kering memiliki ciri ciri sebagai berikut : untuk kawasan atau daerah yang memiliki jumlah evaporasi potensial melebihi jumlah curah hujan actual atau daerah yang jumlah curah hujannya tidak mencukupi untuk usaha pertanian tanpa irigasi disebut dengan “Daerah Kering”. untuk lahan dengan drainase alamiah lancar dan bukan merupakan daerah dataran banjir, rawa, lahan dengan air tanah dangkal, atau lahan basah alamiah lain istilahnya lahan atasan atau Upland. untuk lahan pertanian yang diusahakan tanpa penggenangan, istilahnya lahan kering.
Kabupaten Musi Banyuasin memiliki potensi lahan pertanian kering seperti palawija, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedele, kacang hijau dan kacang tanah, dimana dilihat dari luasannya areal lahan kering di dominasi oleh palawija dan jagung yang berloksi di Kecamatan Lalan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini
42. IV-42
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Tabel 4.13 Luas Areal lahan pertanian Kering (Ha) Kabupaten Musi Banyuasin Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Total Palawija 442 284 124 235 53 68 44 1394 503 1.602 8025 12.774
Jagung
143
30
41
13
16
152
21
709
8605
9.730 Ubi kayu 124 159 29 31 34 31 42 497 47 209 45 1.248
Ubi jalar
89
29
12
19
7
6
7
38
21
126
35
389 Kacang Kedele 61 40 19 54 39 80 59 147 519
Kacang Hijau
42
15
1
13
8
6
4
45
21
75
230 Kacang Tanah 57 54 2 16 26 12 52 24 140 383
Total
958
611
187
409
167
136
113
2.258
696
3.008
16.710
25.273
Sumber : Dinas pertanian Kab Musi Banyuasin 2011
Kecamatan
Babat Toman
1
Plakat tinggi
2
Batanghari leko
3
Sanga Desa
4
Sungai Keruh
5
Sekayu
6
Lais
7
Sungai lilin
8
Keluang
9
Bayung lencir
10
lalan
11
Gambar 4.7 Luas Areal lahan pertanian Kering (Ha) Kabupaten Musi Banyuasin
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Palawija
Jagung
Ubi kayu
Ubi jalar
Kacang Kedele
Kacang Hijau
Kacang Tanah
43. IV-43
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Arahan penetapan untuk kawasan pertanian lahan kering di tetapkan di Wilayah Kecamatan sebagai berikut
1. Kecamatan Lalan
2. Kecamatan Bayung Lencir
3. Kecamatan Sungai Lilin
PERTANIAN HORTIKULTURA Pertanian Holtikultura yang tersedia di Kabupaten Musi Banyuasin terdiri dari kacang panjang, cabai, tomat, terong, ketimun, kangkung, bayam dan buncis. Total luasan untuk pertanian holtikultura mencapai 2.837 Ha dengan jumlah terbesar luasan pada pertanian kacang panjang dan cabai. Lokasi untuk luasan terbesar di kecamatan berada di Kecamatan Babat Toman, dengan lahan 895 Ha dengan luasan terbesar untuk pertanian kacang panjang, Kecamatan Sungai Lilin dengan luasan terbesar untuk pertanian terong dan Kecamatan Bayung Lencir dengan luasan pertanian terbesar cabai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini : Tabel 4.14 Luasan pertanian Hortikultura (HA) Kabupaten Musi Banyuasin 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Total Kacang panjang 165 24 18 22 8 29 10 138 23 142 35 614
Cabai
132
47
31
23
4
20
23
136
20
153
23
614 Tomat 155 25 16 15 4 15 19 26 275
Terong
71
23
15
17
5
21
5
148
30
41
11
187 Ketimun 114 13 8 19 5 28 7 126 25 116 10 471
Kangkung
141
13
3
12
9
70
11
54
313 Bayam 117 8 3 14 10 55 12 47 266
Buncis
2
15
22
15
39
97 Total 895 128 105 123 22 147 49 710 155 618 79 2837
Sumber : Dinas pertanian Kab Musi Banyuasin 2010
Kecamatan
Babat Toman
1
Plakat tinggi
2
Batanghari leko
3
Sanga Desa
4
Sungai Keruh
5
Sekayu
6
44. IV-44
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Lais
7
Sungai lilin
8
Keluang
9
Bayung lencir
10
lalan
11
Gambar 4.8 Luasan pertanian Hortikultura (HA) Kabupaten Musi Banyuasin PERTANIAN TANAMAN BUAH BUAHAN Potensi pertanian tanaman buah buahan yang di miliki oleh Kabupaten Musi Banyuasin terdiri dari mangga, jeruk, papaya, sawo, durian, duku, rambutan, pisang, nangka, jambu biji, nanas dan semangka dengan luasan mencapai 5.869 Ha, sedangkan untuk potensi pertanian buah buahan yang terbesar di Kabupaten Musi Banyuasin adalah pertanian tanaman buah rambutan, durian dan nangka Dilihat dari identifikasi masing masing pertanian buah buahan per kecamatan, durian terluas berada di Kecamatan Babat Toman, rambutan berada di Kecamatan Sungai Lilin dan pertanian nangka berada di Babat Toman, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kacang panjang
Cabai
Tomat
Terong
Ketimun
Kangkung
Bayam
Buncis
46. IV-46
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
KAWASAN PERKEBUNAN MELIPUTI Jenis perkebunan yang tersedia di Kabupaten Musi Banyuasin yaitu perkebunan kelapa sawit rakyat, perkebunan Karet dan perkebunan kelapa, rincian luas lahan dan produksi dapat dilihat pada table dibawah ini KAWASAN LUAS AREAL DAN PRODUKSI TANAMAN KELAPA SAWIT RAKYAT Kawasan produksi kelapa sawit di Kabupaten Musi Banyuasin tersebar merata di seluruh kecamatan Musi Banyuasin, namun dari identifikasi luasan dan produksi tanaman kelapa sawit rakyat terbesar berada di 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Bayung Lencir dengan luasan terbesar mencapai 14.4115 Ha, dengan produksi mencapai 212.529 ton,Kedua Kecamatan Sungai Lilin dengan luasan 4.155 Ha dengan produksi mencapai 37.848 ton, ketiga Kecamatan Keluang dengan luasan mencapai 933 Ha dan produksi mencapai 2.663 ton. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebaran luasan produksi tanaman kelapa sawit di bawah ini Tabel 4.16 Luas areal dan produksi Tanaman kelapa sawit Rakyat Kabupaten Musi Banyuasin No Kecamatan Luas areal (Ha) Produksi (Ton) 1 Babat Toman 202 391
2
Plakat Tinggi
253
288 3 Batanghari Leko 475 2654
4
Sanga Desa
63
130 5 Sungai keruh 225 875
6
Sekayu
212
617 7 Lais 239 1616
8
Sungai Lilin
4155
37848 9 Keluang 933 2663
10
Bayung lencir
14411
212529 11 Lalan 226 114
Total
21394
259725
Sumber : Dinas pertanian Kab Musi Banyuasin 2010
47. IV-47
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Gambar 4.10 Luas areal dan produksi Tanaman kelapa sawit Rakyat Kabupaten Musi Banyuasin KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN KELAPA SAWIT Arahan pengembangan untuk kawasan yang di berikan intesif pengembangan perkebunan kelapa sawit di arahkan pada Kecamatan
1. Kecamatan Bayung lencir
2. Kecamatan Sungai Lilin
3. Kecamatan Keluang
Kelapa sawit merupakan salah satu perkebunan yang memiliki nilai sangat tinggi hal ini dikarenakan kebutuhan kelapa sawit di pasaran dunia sangat dibutuhkan sekali, dan Kabupaten Musi Banyuasin memiliki lahan kelapa sawit yang sangat besar sekali, dengan adanya pengembangan kelapa sawit yang dilakukan secara profesional akan memberikan efek besar dalam pengentasan kemiskinan di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin, dan untuk mempersiapkan wilayah ini siap menjadi salah satu pengekspor kelapa sawit terbesar diperlukan tahapan arahan pengembangan sebagai berikut :
1. Mempertangguh bisnis pengembangan agribisnis kegiatan hulu dengan perhatian khusus kepada perkebunan rakyat
2. Pengembangan kemitraan antara pihak swasta dan rakyat
0
50000
100000
150000
200000
250000
Luas areal (Ha)
Produksi (Ton)
48. IV-48
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
3. Pengembangan jaringan infrastruktur di wilayah perkebunan kelapa sawit
4. Pengembangan industri hilir berbahan baku minyak sawit dan pemanfaatan berbagai hasil samping dan limbah lainnya
5. Pengembangan kelapa sawit kedepannya harus bercirikan pembangunan berkelanjutan dan menjadi bagian ingral dari pemecahan berbagai permasalahan spesifik seperti pengurangan penduduk miskin di pedesaan di sekitar kawasan perkebunan kelapa sawit, para perambah hutan, pemanfaatan lahan tidak produktif
LUAS AREAL DAN PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN KARET Kabupaten Musi Banyuasin memiliki perkebunan karet yang secara nilai jual memiliki nilai ekonomi tinggi, perkebunan karet di Kabupaten Musi Banyuasin memiliki tiga jenis kepemilikian yaitu perkebunan rakyat, proyek PRPTE dan swasta nasional Di lihat hasil identifikasi luasan terbesar dimiliki oleh perkebunan rakyat dengan total luasan mencapai 162.741,5 Ha dengan produksi mencapai 104.708 ton, kemudian perkebunan karet proyek PRPTE/SRDP memiliki luasan areal mencapai 1.354,5 Ha dengan produksi 1.349 ha dan yang terahir perkebunan karet milik swasta nasional 4.148 ha dengan produksi mencapai 4.166 ton, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini Tabel 4.17 Luas Areal dan produksi tanaman perkebunan Karet Kabupaten Musi Banyuasin No Perkebunan Luas areal (Ha) Produksi (Ton) 1 Perkebunan rakyat 162.741,5 104.708
2
Proyek PRPTE/SRDP
1.354,5
1.349 3 Swasta Nasional 4.148 4.166
Jumlah
Sumber : Dinas pertanian Kab Musi Banyuasin 2010
49. IV-49
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Gambar 4.11 Luas Areal tanaman perkebunan Karet Kabupaten Musi Banyuasin
Gambar 4.12 Produksi tanaman perkebunan Karet Kabupaten Musi Banyuasin Arahan pengembangan Perkebunan karet Strategi pengembagan perkebunan karet di antaranya
1. Pengunaan klon unggul dengan produktifitas tinggi
2. Percematan peremajaan karet tua
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
Perkebunan rakyat
Proyek PRPTE/SRDP
Swasta Nasional
Luas areal (Ha)
Luas areal (Ha)
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
Perkebunan rakyat
Proyek PRPTE/SRDP
Swasta Nasional
Produksi (Ton)
Produksi (Ton)
50. IV-50
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
3. Diversifikasi usaha tani karet dengan tanaman pangan sebagai tanaman sela dan ternak
4. Peningkatan efisiensi usaha tani
5. Peningkatan kualitas bokar berdasarkan SNI
6. Peningkatan efisiesnsi pemasaran untuk meningkatan marjin harga petani
7. Penyediaan kredit untuk peremejaan, pengolahan dan pemasaran bersama
8. Pengembangan infrastruktur
9. Peningkatan pengembagan industri hilir
10. Peningkatan pendapatan petani melalui perbaikan system pemasaran
KAWASAN PETERNAKAN MELIPUTI Kawasan peternakan yang dimiliki Kabupaten Musi Banyuasin memiliki dua jenis peternakan yaitu peternakan kecil dan peternakan besar, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada sub bab di bawah ini PETERNAKAN KECIL Potensi peternakan di Kabupaten Musi banyuasi terdiri dari 3 jenis peternakan yaitu ayam daging ayam buras dan itik dimana peternakan terbesar berada di Kecamatan Bayung Lencir dengan rincian ayam daging sebanyak 168.000 ekor, ayam buras 126.580 ekor dan ituk 29.706 ekor , untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini Tabel 4.18 Potensi peternakan kecil Kabupaten Musi Banyuasin No Kecamatan Ayam pedaging Ayam Buras Itik 1 Babat Toman 18.000 41000 5700
2
Plakat Tinggi
39183
2600 3 Batanghari Leko 2.500 37.922 210
4
Sanga Desa
7.272
36.050
5100 5 Sungai keruh 5.500 7754 1915
6
Sekayu
22.000
10650
1890 7 Lais 2.000 24000 4625
51. IV-51
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
8
Sungai Lilin
18.100
82709
4382 9 Keluang 24.400 25565 906
10
Bayung lencir
168.000
126580
29706 11 Lalan - 53000 2100
Total
268772
484413
59134
Sumber : Dinas peternakan Kab Musi Banyuasin 2010
Gambar 4.13 Potensi peternakan kecil Kabupaten Musi Banyuasin PETERNAKAN BESAR
Potensi peternakan besar di Kabupaten Musi Banyuasin terdiri dari 4 jenis peternakan yaitu sapi, kerbau, kambing, domba, dimana peternakan terbesar berada di jenis peternakan sapi dengan jumlah mencapai 34.089 ekor, kemudian yang kedua peternakan kambing dengan jumlah 25.547 ekor. Peternakan domba mencapai 2100 ekor
0
50000
100000
150000
200000
250000
Ayam pedaging
Ayam Buras
Itik
52. IV-52
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
dan yang terakhir kerbau dengan 892 ekor untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini Tabel 4.19 Potensi peternakan besar Kabupaten Musi Banyuasin No Kecamatan Sapi Kerbau Kambing Domba 1 Babat Toman 8650 310 2150 370
2
Plakat Tinggi
4412
46
1616
20 3 Batanghari Leko 813 58 1421 109
4
Sanga Desa
2200
71
1220
545 5 Sungai keruh 2377 61 1862 408
6
Sekayu
945
27
1730
35 7 Lais 2749 27 1790 242
8
Sungai Lilin
5700
208
4885
237 9 Keluang 2243 10 898 82
10
Bayung lencir
2550
74
5425
42 11 Lalan 1450 2550 10
Total
34089
892
25547
2100
Sumber : Dinas pertanian Kab Musi Banyuasin 2010
Gambar 4.14 Potensi peternakan besar Kabupaten Musi Banyuasin
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
Sapi
Kerbau
Kambing
Domba
53. IV-53
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Arahan pengembangan peternakan baik peternakan kecil dan besar di rencanakan dengan lingkup rencana sebagai berikut
1. Pengembangan di sektor pembibitan
Ruang lingkup kegiatan di sektor perbibitan mulai dari hulu hingga hilir meliputi :
a. Perlindungan, pelestarian dan pengelolaan plasma nutfah secara berkelanjutan, termasuk kedalamnya penanganan berbagai hal yang terkait dengan pembinaan masyarakat petani peternak sehingga ada jaminan ketersediaan plasma nutfah ternak yang sudah terdomestikasi dan atau plasma nutfah ternak baru menjadi terdomestikasi. Hal tersebut terkait dengan implementasi program yang digulirkan oleh lembaga internasional seperti FAO dan lain sebagainya;
b. Pengadaan dan pengembangan bibit/benih ternak termasuk kedalamnya penanganan berbagai hal yang terkait dengan pengadaan dan pengembangan bibit dari luar negeri atau produk domestik; c. Pemilihan ternak untuk menghasilkan bibit yang baik. Hal tersebut terkait dengan upaya pemerintah untuk ikut berperan serta dalam penyediaan bibit ternak untuk masyarakat luas sehingga di masa yang akan datang dapat dihasilkan populasi ternak yang lebih berkualitas secara berkelanjutan; d. Pengawasan dan standarisasi mutu bibit. Hal tersebut berhubungan dengan pelaksanaan fungsi evaluasi dan akreditasi khusus perbibitan ternak baik yang dihasilkan oleh pemerintah maupun non-pemerintah.
2. Arahan Pengembangan Produktivitas peternakan
Selanjutnya dalam pengembangan peternakan di beberapa hal yang memerlukan perhatian dan upaya peningkatannya antara lain :
a. Inovasi teknologi dan upaya pengembangannya,
b. peningkatan kualitas SDM yang bekerja dalam bidang perbibitan/perbenihan,
c. Diseminasi dan komunikasi alih teknologi,
d. Peningkatan peluang pasar yang lebih luas
54. IV-54
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
KAWASAN PERUNTUKAN PERIKANAN, YANNG DIRINCI MELIPUTI
A. PERUNTUKAN PERIKANAN TANGKAP
Jenis perikanan tangkap yang tersedia di Kabupaten Musi Banyuasin berasal dari sungai besar dan sungai kecil di wilayah sepanjang sungai Musi Banyuasin, dengan rincian produksi dari masing masing kecamatan sebagai berikut : Tabel 4.20 Produksi perikanan tangkap Kabupaten Musi Banyuasin No Kecamatan Perikanan darat 1 Babat Toman 1259,83
2
Plakat Tinggi
487,14 3 Batanghari Leko 1064,68
4
Sanga Desa
1186,98 5 Sungai keruh 933,79
6
Sekayu
2132,76 7 Lais 1458,63
8
Sungai Lilin
1711,12 9 Keluang 405,97
10
Bayung lencir
1026,85 11 Lalan 797,63
Total
12465.38
Sumber : Dinas perikanan Kab Musi Banyuasin 2010
55. IV-55
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Gambar 4.16 Produksi perikanan tangkap Kabupaten Musi Banyuasin Dengan potensi sangat luas di Kabupaten Musi Banyuasin dikarenakan hampir seluruh kecamatan dilalui oleh sungai besar dan kecil, memberikan harapan besar akan peluang untuk meningkatkan produksi perikanan, namun hal ini diperlukan keseimbangan antara produksi dengan ketersediaan ikan, sehingga di perlukan arahan pengembagan denga empat grand strategi sebagai berikut :
1. memperkuat kelembagaan dan SDM secara terintegrasi,
2. mengelola sumberdaya perikanan secara berkelanjutan.
3. meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan,
4. memperluas akses pasar domestik
B. PERUNTUKAN BUDIDAYA PERIKANAN
Budidaya perikanan yang dimiliki oleh Kabupaten Musi Banyuasin adalah berupa perikanan darat, dimana total ada 5.300,51 ton dengan produksi terbesar berada di Sungai Keruh, Sungai Lilin dan Bayung Lencir, untuk lebuh jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini
0
500
1000
1500
2000
2500
produksi perikanan tangkap
produksi perikanan tangkap
56. IV-56
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Tabel 4.21 Produksi perikanan tangkap Kabupaten Musi Banyuasin No Kecamatan Perikanan darat 1 Babat Toman 523,64
2
Plakat Tinggi
130,38 3 Batanghari Leko 406,55
4
Sanga Desa
372,19 5 Sungai keruh 1158,57
6
Sekayu
481,82 7 Lais 195,59
8
Sungai Lilin
953,02 9 Keluang 133,03
10
Bayung lencir
676,99 11 Lalan 268,73
Total
5300.51
Sumber : Dinas perikanan Kab Musi Banyuasin 2010
Gambar 4.17 Produksi perikanan tangkap Kabupaten Musi Banyuasin
C. PERUNTUKAN KAWASAN PENGOLAHAN PERIKANAN
Potensi besar pada produksi perikanan di kabupaten Musi Banyuasin di perlukan perhatian khusus dengan memberikan sarana prasarana pendukung sehingga produksi
0
200
400
600
800
1000
1200
Babat Toman
Plakat Tinggi
Batanghari Leko
Sanga Desa
Sungai keruh
Sekayu
Lais
Sungai Lilin
Keluang
Bayung lencir
Lalan
Budidaya perikanan
Budidaya perikanan
57. IV-57
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
dan pemasaran perikanan di kabupaten Musi Banyuasin semakin meningkat, untuk itu diperlukan arahan pengolahan perikanan, yang direncanakan pengembangan adalah membuat rencana pengolahan perikanan yang ditempatkan di kawasan strategis terutama kawasan yang memiliki produksi perikanan yang tinggi, dan berdasarkan hasil analisa, rencana pengembangan kawasan pengolahan kawasan perikanan berupa pasar ikan di rencanakan penempatannya sebagai berikut :
1. Kecamatan Sekayu
2. Kecamatan Sungai Lilin
3. Kecamatan Lais
4. Kecamatan Bayung Lencir
Dengan adanya pasar ikan serta pendukung prasarana lainnya secara tidak langsung akan memberikan peluang kepada nelayan untuk dapat mengelola perikanan dan memasarkan perikanan bisa lebih baik lagi
KAWASAN PERUNTUKAN PERTAMBANGAN
Potensi sumber pertambangan yang tersedia di Kabupaten Musi Banyuasin adalah pertambangan minyak dan gas bumi, pertambangan batubara dan pertambangan pasir sungai, dimana dengan potensi kawasan pertambangan yang sangat besar di Kabupaten Musi Banyuasin dimana ada dua jenis status pertambangan yaitu status operasi produksi dan status masih eksploitasi, sehingga untuk menjaga keseimbangan ruang, diperlukan arahan penetapan sebagai berikut :
1. Yang masuk kedalam pola ruang Kabupaten Musi Banyuasin adalah Kawasan pertambanganyang telah berstatus operasi produksi
2. Kawasan pertambangan yang berstatus eksplorasi dalam pola ruang masih masuk kedalam usulan kawasan pertambangan, sehingga untuk bisa eksplotasi di wajibkan perusahaan harus melakukan perijinan mulai dari dari perijinan Pemerintah Daerah, Gubernur hingga penetapan perijinan oleh Pemerintah Pusat yaitu DPR.
Untuk lebih jelasnya mengenai arahan arahan untuk masing masing kawasan pertambangan dapat dilihat di bawah ini
58. IV-58
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
A. KAWASAN PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI
Pada dasarnya penyelenggaraan kegiatan usaha minyak dan gas bumi yang diatur dalam Undang- undang No.22 Tahun 2001 berasaskan ekonomi kerakyatan, keterpaduan, manfaat, keadilan, keseimbangan, pemerataan, kemakmuran bersama dan kesejahteraan rakyat banyak, keamanan, keselamatan, dan kepastian hukum serta berwawasan lingkungan. Selanjutnya mengenai azas dan tujuan Penyelenggaraan kegiatan usaha minyak dan gas bumi yang tercantum dalam Undang-undang No.22 Tahun 2001 pasal 3 bertujuan: Menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha eksplorasi dan Eksploitasi secara berdaya guna, berhasil guna, serta berdaya saing tinggi dan berkelanjutan atas minyak dan gas bumi milik negara yang strategis dan tidak terbarukan melalui mekanisme yang terbuka dan transparan; Menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian usaha pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, dan niaga secara akuntabel yang diselenggarakan melalui mekanisme persaingan usaha yang wajar, sehat, dan transparan; Menjamin efisiensi dan efektivitas tersedianya minyak bumi dan gas bumi, baik sebagai sumber energi maupun sebagai bahan baku, untuk kebutuhan dalam negeri; Mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan nasional untuk lebih mampu bersaing di tingkat nasional, regional, dan internasional; Meningkatkan pendapatan negara untuk memberikan kontribusi yang sebesar- besarnya bagi perekonomian nasional dan mengembangkan serta memperkuat posisi industri dan perdagangan Indonesia;
59. IV-59
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat yang adil dan merata, serta tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Potensi minyak dan gas bumi terdapat di beberapa kecamatan dalam Kabupaten Musi Banyuasin. Perusahaan yang pertama kali melakukan eksploitasi adalah DUCH, jenis minyaknya bervariasi mulai dari paraffin ringan sampai sedang (45-540 API), parafin berat (35-370 API) dan ada juga yang bersifat aspal (22-250 API).
Luasan peruntukan kuasa pertambangan migas di arahkan disesuaikan dengan yang telah tersedia di Kabupaten Musi Banyuasin dengan status telah operasi produksi, dimana total luasan pertambangan migas seluas 1.309.430,48 Ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 4.22 Daftar WKP Migas Kabupaten Musi Banyuasin
No
Nama Block
Operator
Jenis Kontrak
Luas
Status 1 Pendopo & Raja Block Job Pertamina-Golden Spike Indonesia, Ltd Joint Operation Body 5.261,39 Production
2
Corridor
Conocophillips (Grissik) Ltd
Production Sharing Contract
218.039,26
Production 3 Kluang Siarak Area-3 Pertamina Ep Kks 343,08 Production
4
Kluang Siarak Area-2
Pertamina Ep
Kks
343,10
Production 5 Kluang Siarak Area-1 Pertamina Ep Kks 3.313,23 Production
6
Kluang
Pertamina Ep
Kks
642,79
Production 7 Karang Agung Pt. Odira Energy Karang Agung Production Sharing Contract 116.301,22 Exploration
8
Sekayu
Star Energy (Sekayu) Ltd
Production Sharing Contract
36.132,07
Exploration 9 Jambi-Merang Block (South Sumatra) Job Pertamina- Amerada Hess Jambi Joint Operation Body 69.039,46 Production
60. IV-60
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Merang
10
South Jambi Block B
Conocophillips (South Jambi) Ltd
Production Sharing Contract
26.811,15
Production 11 Palmerah Tately N.V (Company No.87301) Production Sharing Contract 96.664,18 Exploration
12
Rimau
Pt Medco E&P Indonesia
Psc-Extension
47.997,98
Production 13 Sumbagsel Area-2 Pertamina Ep Kks 76.780,34 Production
14
Merangin-I
Pt Medco E&P Merangin
Production Sharing Contract
13.121,77
Exploration 15 Ramba Pertamina Ep Kks 4.740,50 Production
16
Jambi-Pt Pertamina
Pertamina Ep
Kks
25.227,66
Production 17 Merangin-Ii Pt Sele Raya Merangin Dua Production Sharing Contract 9.715,70 Exploration
18
South Sumatera
Pt Medco E&P Indonesia
Psc-Extension
94.813,80
Production 19 Sakakemang Barat Pertamina Ep Kks 109.817,44 Production
20
Sakakemang Timur
Pertamina Ep
Kks
148.396,31
Production 21 Suban Pertamina Ep Kks 205.928,05 Production
Total
1.309.430,48
Arahan Kawasan Pertambangan Migas Untuk Status Operasi Produksi Dengan telah berjalanya operasi produksi untuk kawasan pertambangan maka perlu adanya pengawasan dan pengendalian baik dalam hal sisi administrasi, pengelolaan produksi, pengawasan terhadap lingkungan fisik sekitar kawasan pertambangan hingga manfaat kawasan pertambangan bagi masyarkat sekitar. Maka dengan demikian diperlukan arahan arahan sebagai berikut
1. Aspek Administrasi
Aspek administrasi yang perlu dilengkapi di antaranya sebagai berikut perizinan: IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi. Selain itu juga ada Izin Pertambangan Rakyat (IPR) dan IUP Khusus (IUPK) dengan kelengkapan administrasi meliputi
1. Peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis
61. IV-61
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
2. Lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem
3. Informasi geografi yang berlaku secara nasional;
4. Laporan lengkap eksplorasi;
5. Laporan studi kelayakan;
6. Rencana reklamasi dan pascatambang;
7. Rencana kerja dan anggaran biaya;
8. Rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjang
9. Kegiatan operasi produksi; dan
10. Tersedianya tenaga ahli pertambangan dan/atau geologi Penetapan IUP melalui lelang. IUPK diberikan oleh menteri di ex WPN (WUPK) Penambangan, pengolahan dan pemurnian oleh pemegang IUP/IUPK Pemegang IUPK wajib untuk membagikan keuntungan bersih setelah produksi: 4% kepada Pemerintah 6% kepada Pemda. Kesepakatan Perjanjian/kontrak sesuai dengan ketentuan yang disepakati
2. Pengelolaan Produksi kawasan pertambangan Perizinan (tahapan perizinan, jenis perizinan) Teknik Pertambangan (penetapan cadangan, studi kelayakan, konstrusi, penambangan, pengolahan/pemurnian, pengangkutan) Perlindungan Lingkungan Pertambangan (dokumen Amdal: Andal/RKL/RPL dan RTPKL) K 3 (pengawasan administrasi struktural dan operasional fungsional, pembinaan zero accident dan pemberian Safety Award) Konservasi (optimalisasi produksi, pengolahan, kadar marjinal, mineral ikutan) Nilai Tambah (pengembangan teknologi, peningkatan hubungan kerja, pemakaian produk dalam negeri) Penutupan dan Pasca Tambang (legalitas dokumen, penanggung jawab lapangan, kriteria keberhasilan, penjamin penutupan tambang dan pengawasan) Standarisasi Pertambangan (sistem SNI, standardisasi pertambangan, akreditasi/sertifikasi)
62. IV-62
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
3. Aspek lingkungan Lokasi penambangan sedapat mungkin tidak terletak pada daerah resapan atau pada akuifer sehingga tidakakan mengganggu kelestarian air tanah di daerah sekitarnya. Lokasi penambangan sebaiknya terletak agak jauh dari pemukiman penduduk sehingga suara bising ataupun debu yang timbul akibat kegiatan penambangan tidak akan mengganggu penduduk. Lokasi penambangan tidak berdekatan dengan mata air penting sehingga tidak akan mengganggu kualitas maupun kuantitas air dari mata air tersebut, juga untuk menghindari hilangnya mata air. Lokasi penambangan sedapat mungkin tidak terletak pada daerah aliran sungai bagian hulu (terutama tambang batuan) untuk menghindari terjadinya pelumpuran sungai yang dampaknya bisa sampai ke daerahhilir yang akhirnya dapat menyebabkan banjir akibat pendangkalan sungai. Hal ini harus lebih diperhatikanterutama di kota-kota besar dimana banyak sungai yang mengalir dan bermuara di wilayah kota besar tersebut. Lokasi penambangan tidak terletak di kawasan lindung (cagar alam, taman nasional, dsb.). Lokasi penambangan hendaknya dekat dengan konsumen untuk menghindari biaya transportasi yang tinggi sehingga harga jual material tidak menjadi mahal. Lokasi penambangan tidak terletak dekat dengan bangunan infrastruktur penting, misalnya jembatan dan menara listrik tegangan tinggi. Juga sedapat mungkin letaknya tidak dekat dengan gedung sekolah sehingga tidak akan mengganggu proses belajar dan mengajar.
Arahan Bagi Perusahaan pertambangan berstatus eksplorasi menuju status operasi produksi
Besarnya potensi pertambangan di Kabupaten Musi Banyuasin, dimana potensi pertambangan hampir menyebar di sebagaian besar lahan Kabupaten Musi Banyuasin, maka diperlukan pengawasan dan pengendalian terhadap perijinan pertambangan, hal ini di maksudkan agar di masa yang akan datang tata ruang Kabupaten Musi Banyuasin memiliki keseimbangan antara peruntukan kawasan pertambangan dengan kawasan
63. IV-63
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
permukiman, selain itu juga tidak terjadi tumpang tindih antara kawasan pertambangan dengan kawasan hutan lindung, maka dari itu diperlukan arahan arahan sebagai berikut :
1. Perijinaan harus sesuai dengan UU no 22 tahun 2010
2. Perijinan harus seijin Bupati, Gubernur dan pemerintah Pusat, DPR dengan mekanisme administrasi yang harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku
3. Arahan Kegiatan eksploitasi dengan tahap tahapan sebagai berikut
B. PERUNTUKAN BATUBARA
Berdasarkan undang undang RI no 4 tahun 2009, usaha pertambagan dilaksanakan dalam bentuk IUP (Izin usaha pertambanga),IPR (izin pertambangan Rakyat) serta IUPK (izin usaha pertambangankhusus) sampai akhir tahun 2009 pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin telah mengeluarkan 70 IUP untuk bahan galian jenis batubara, dengan 2 jenis status kegiatan yaitu kawasan pertambangan berstatus operasi produksi dan kawasan pertambangan berstatus eksplorasi, dengan ketetapan arahan sebagai berikut
1. Yang masuk kedalam pola ruang Kabupaten Musi Banyuasin adalah Kawasan pertambanganyang telah berstatus operasi produksi
64. IV-64
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
2. Kawasan pertambangan yang berstatus eksplorasi dalam pola ruang masih masuk kedalam usulan kawasan pertambangan, sehingga untuk bisa eksplotasi di wajibkan perusahaan mengikuti prosedur dan ketentuan yang berlaku.
Dengan rincian data perusahaan yang sudah eksplorasi dapat dilihat pada table di bawah ini Tabel 2. 23 Data perusahaan pemegang Izin usaha pertambangan (IUP) Yang telah dikeluarkan Pemkab Musi Banyuasin No Perusahaan Lokasi Luas (ribu hektar) Status 1 PT. SWADAYA HUTANI ALAM Desa pengaturan Desa Tanjung Bali Kecamatan Batanghari Leko 4.000 operasi produksi
2
PT. NUSA INDAH PERMAI
Desa pandan sari Desa Tampang baru Kecamatan bayung lencir
4.500
Operasi produksi 3 PT. RIMBA SUBUR LESTARI Desa Rayun Kecamatan Bayung lencir 4.902 Operasi produksi
4
PT. WAHANA RIMBA LESTARI
Desa cinta karya Desa Rimba ukur Kecamatan plakat tinggi Kecamatan sekayu
4.938
Operasi produksi 5 PT. MAKARYA EKAGUNA Desa Gajah Matt, Desa Sukalali Desa tebing bulanDesa kertayau Kecamatan sungai keruh 4.972 Operasi produksi
6
PI BUANA INTI (ITRA PRIMA (BIC)
Desa pagar desa Desa swakarya,desa bayat ilir Desa pangkalan bayat Kecamatan bayung lencir
4.999
Operasi produksi 7 PT. MANGGALA ALAM LESTARI Desa tampang baru Kecamatan bayung lencir 4.836 Operasi produksi
8
PT. CAHAYA NUSA PRATAMA
Desa srimulyo,desa sumber sari Desa banjar jaya Kecamatan bayung lencir
4.991
Operasi produksi
65. IV-65
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
9 PT. BUANA BABA EKA PRATAMA Desa telang,desa kali barau Desa siding marga Kecamatan bayung lencir 4.686 Operasi produksi
10
P1 BATTOMAN COAL
Desa Bandar jaya Kecamatan Batanghari leko, kecamatan babat toman dan sekayu
12.670
Eksplorasi 11 PT. LAIS COAL MINE Desa teluk kijing II dan tanjung agung utara Kecamatan lais 1.022 Operasi produksi
12
PT. LAIS COAL MINE
Desa petaling,tj agung utara Kecamatan Lais
14.340
Eksplorasi 13 PE MUBA COAL MINE Desa lubuk bintalo,pangkalan bulian,sungai Nepal,ulak kembang,kecamatan sungai keruh 13.320 Eksplorasi
14
PT. MUBA COAL MINE
Sidang margadan tebing bulang Kecamatan sungai keruh
Eksplorasi 15 PT YODA IRPAN MAKMUR Desa sako suban Kecamatan Batanghari leko 5.000 Eksplorasi
16
PT. TITAN PRAWIRA SRIWIJAYA
Kecamatan bayung lencir dan lalan
7.227
Eksplorasi 17 PT. SRIWIJAYA ENERGI PERSADA Kecamatan bayung lencir dan lalan 8.596 Eksplorasi
18
PT. BHUMI SRIWIJAYA PERDANA COAL
Desa Beroja Timur dan Desa Beji Kecamatan bayung lencir
8.058
Eksplorasi 19 PT. PUTRA MUBA COAL Desa mekar jadi Desa nusa serasan Kecamatan sungai lilin 3.716 Operasi produksi
20
PT. PUTRA MUBA COAL
Kecamatan bayung lencir
1.906
Eksplorasi 21 PT INDONESIA BATU PRIMA ENERGI Desa pinang banjar,Desa sumber jaya dan desa Bandar tenggulang Kecamatan Sungai lilin 19.870 Eksplorasi
22
PT. INTI PUTERA KANAAN
Desa Sumber harum Kecamatan bayung lencir
11.220
Eksplorasi 23 PT. REALITA JAYA Desa sumber harum Desa berlian 1.642 Operasi produksi
66. IV-66
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
MANDIRI Lencir
24
PT, SOAR HARAPAN BANGSA
Desa tanjung dalam,ciptapraja kecamatan keluang
4.978
Eksplorasi 25 PT. KARYA PERINTIS SEJATI Kecamatan bayung lencir 5.531 Eksplorasi
26
PI MADHUCON INDONESIA
Kecamatan keluang,Batanghari leko,bayung lencir
8.663
Eksplorasi 27 PT. KAUTIM GLOBAL Desa bangun harji,desa warga mulyo kecamatan plakat tinggi 4.547 Operasi produksi
28
PT. PACIFIC GLOBAL RESOURCES
Desa Bandar jaya, desa sinar harapan Kecamatan bayung lencir
3.228
Operasi produksi 29 PC PACIFIC GLOBAL RESOURCES Desa teluk dan desa epil kecamatan lasi dan Kecamatan sungai lilin 3.360 Eksplorasi
30
PT. BUKIT GLOBAL ABADI
Desa pagar desa Kecamatan bayung lencir
9.955
Eksplorasi 31 PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA Desa suka jaya Desa suka makmur Kecamatan plakat tinggi 4.495 Operasi produksi
32
PT. DIKA KARYA LINTAS NUSA
Kecamatan bayung lencir dan keluang
1.357
Eksplorasi 33 PT. UNITED COAL INDONESIA Kecamatan bayung lencir 5.000 Eksplorasi
34
PT MANDUO
Desa sumber harum Kecamatan bayung lencir
3984.400
Eksplorasi 35 PT. MASINDO ARTA RESOURCES Desa pengaturan Desa pingap tanah abang Kecamatan Batanghari leko 5.475 Eksplorasi
36
PT. MASINDO ARTA RESOURCES
Desa ulak kembang Kecamatan Batanghari leko
1.602
Eksplorasi 37 PT. ARTA INDO ENERGI Desa sidorejo Kecamatan sungai lilin 6.283 Eksplorasi
38
PT. AN COAL RESOURCES
Desa dawas, Desa Karya Maju Desa mekar sari Kecamatan keluang
5.000
Eksplorasi
67. IV-67
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
39 PT. ADI COAL RESOURCES Desa senawar jaya,desa muara bahar Kecamatan bayung lencir 4.9540 Eksplorasi
40
PT SAKTI GLOBAL PERSADA
Desa epilkecamatan lais Kecamatan sungai lilin
8.942
Eksplorasi 41 PT, MENSA BARA BUMI Desa sako suban Kecamatan Batanghari leko 2.382 Eksplorasi
42
PT. MENSA BARA BUMI
Kecamatan Batanghari leko
7.903
Eksplorasi 43 PT. ENERGI SEJAHTERA MAKMUR Kecamatan bayung lencir 5.000 Eksplorasi
44
PT. TEMPIRAI ENERGI RESOURCES
Kecamatan bayung lencir
5.000
Eksplorasi 45 PT. PAMPANGAN PALM RESOURCES Kecamatan bayung lencir 3.493 Eksplorasi
46
PT BUMI ANDALAS PERKASA
Kecamatan Batanghari leko kecamatan babat toman
2.994
Eksplorasi 47 PT ANUGRAH BARA MUSTIKA Desa Sanga Desa Kecamatan babat toman Kecamatan Batanghari leko 4.955 Eksplorasi
48
PT INDRA SAPTA RAHAYU
Kecamatan bayung lencir
1.500
Eksplorasi 49 PT, SUMI MABARA UTAMA Kecamatan bayung lencir 11.420 Eksplorasi
50
PT. ANDALAN SATRIA ABADI
Kecamatan bayung lencir
8.685
Eksplorasi 51 PT. DUTA ALAM EKAPRATAMA Kecamatan bayung lencir 11.100 Eksplorasi
52
PT. DUTA ALAM JAYA
Kecamatan bayung lencir
10.440
Eksplorasi 53 PC CITRA ALAM GEMILANG Kecamatan sungai keruh dan plakat tinggi 10.160 Eksplorasi
54
PT. SHAN MUTIARA ABADI LESTARI
Kecamatan sungai keruh
5.541
Eksplorasi 55 PT. CITRA ALAM CAHAYA Kecamatan bayung lencir 1.0173 Eksplorasi
56
PT. CITRA ALAM
Kecamatan bayung lencir
20.240
Eksplorasi
68. IV-68
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
CAHAYA 57 PT. HASIL TAMBANG Desa simpang sari,ulak paceh,ulak tebereu,tanjung durian,kasmaran,mangunjaya kecamatan babat toman 7.936 Eksplorasi
58
PT TALANG UBI COAL
Desa ulak paceh,ulak teberau,kasmaran dab babat toman kecamatan babat toman
19.860
Eksplorasi 59 PT. ENERGI INTI BARA PRATAMA Kecamatan sungai lilin dan Lais 5.044 Eksplorasi
60
PC PRIMARAYA ENERGI
Kecamatan lalan dan bayung lencir
19.970
Eksplorasi 61 PT ARTHACO PRIMA ENERGY Kecamatan sungai lilin dan keluang 5.422 Eksplorasi
62
PT, DIKA KARYA LINTAS NUSA
Kecamatan bayung lencir
2.119
Eksplorasi 63 PT SENTOSA M ULIA BAHAGIA Kecamatan bayung lencir 2.500 Eksplorasi
64
PT PERSADAMAKMURJAYA
Kecamatan sungai lilin dan keluang
9.000
Eksplorasi 65 PT. SENTOSA KURNIA ENERGI Kecamatan Batanghari leko dan bayung lencir 2.500 Eksplorasi
66
PT. CIPTAWANA DANA
Kecamatan Batanghari leko
20.000
Eksplorasi 67 PT, LAPINDO BUMI MINERAL Kecamatan bayung lencir 19.100 Eksplorasi
68
PT RACHMAT KELANTAN SAKTI
Kecamatan Batanghari leko
2000
Eksplorasi 69 PT CAHAYA BUMI Kecamatan bayung lencir dan sungai lilin 1.135 Eksplorasi
Sumber ; Dinas Pertambangan kabupaten Musi Banyuasin 2011 Arahan pemanfaatan peruntukan Kawasan Pertambangan Berdasarkan data pada tabel di atas mengenai data perusahaan pemegang ijin pertambangan (IUP) terdapat dua jenis status kegiatan yaitu
69. IV-69
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
1. Status kegiatan Operasi Produksi
Potensi batubara yang sedang berjalan produksi di Kabupaten Musi Banyuasin berjumlah 15 perusahaan dengan rincian dapat dilihat pada table di bawah ini Tabel 2. 24 Data perusahaan pemegang Izin usaha pertambangan (IUP) Status operasi produksi Kabupaten Musi Banyuasin No Perusahaan Lokasi Luas (ribu hektar) Status 1 PT. SWADAYA HUTANI ALAM Desa pengaturan Desa Tanjung Bali Kecamatan Batanghari Leko 4.000 operasi produksi
2
PT. NUSA INDAH PERMAI
Desa pandan sari Desa Tampang baru Kecamatan bayung lencir
4.500
Operasi produksi 3 PT. RIMBA SUBUR LESTARI Desa Rayun Kecamatan Bayung lencir 4.902 Operasi produksi
4
PT. WAHANA RIMBA LESTARI
Desa cinta karya Desa Rimba ukur Kecamatan plakat tinggi Kecamatan sekayu
4.938
Operasi produksi 5 PT. MAKARYA EKAGUNA Desa Gajah Matt, Desa Sukalali Desa tebing bulanDesa kertayau Kecamatan sungai keruh 4.972 Operasi produksi
6
PI BUANA INTI (ITRA PRIMA (BIC)
Desa pagar desa Desa swakarya,desa bayat ilir Desa pangkalan bayat Kecamatan bayung lencir
4.999
Operasi produksi 7 PT. MANGGALA ALAM LESTARI Desa btampang baru Kecamatan bayung lencir 4.836 Operasi produksi
8
PT. CAHAYA NUSA PRATAMA
Desa srimulyo,desa sumber sari Desa banjar jaya Kecamatan bayung lencir
4.991
Operasi produksi 9 PT. BUANA BABA EKA PRATAMA Desa telang,desa kali barau Desa siding marga Kecamatan bayung lencir 4.686 Operasi produksi
10
PT. LAIS COAL MINE
Desa teluk kijing II dan tanjung
1.022
Operasi produksi
70. IV-70
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
agung utara Kecamatan lais 11 PT. PUTRA MUBA COAL Desa mekar jadi Desa nusa serasan Kecamatan sungai lilin 3.716 Operasi produksi
12
PT. REALITA JAYA MANDIRI
Desa sumber harum Desa berlian Lencir
1.642
Operasi produksi 13 PT. KAUTIM GLOBAL Desa bangun harji,desa warga mulyo kecamatan plakat tinggi 4.547 Operasi produksi
14
PT. PACIFIC GLOBAL RESOURCES
Desa Bandar jaya, desa sinar harapan Kecamatan bayung lencir
3.228
Operasi produksi 15 PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA Desa suka jaya Desa suka makmur Kecamatan plakat tinggi 4.495 Operasi produksi
Sumber ; Dinas Pertambangan kabupaten Musi Banyuasin 2011
2. Status Kegiatan Eksplorasi
Berdasarkan UU no 22 tahun 2010, kegiatan pertambangan yang berstatus eksplorasi yang ingin merubah menjadi berstatus operasi produksi diperlukan langkah langkah administrasi perijinan dimulai dari persetujuan Bupati, Gubernur hingga penetapan perijinan oleh Pemerintah. Dengan kondisi demikian kegiatan eksplorasi yang belum memiliki perijinan ke Pemerintah Pusat statusnya masih sebatas usulan kegiatan kelayakan pertambangan, namun belum di ijinkan untuk melakukan eksploitasi sebelum ada perijinan dari pemerintah daerah dan di tetapkan oleh DPR. Berikut tabel di bawah ini kegiatanan PKP2B ber status opersi produksi Tabel 4. 25 Data Perusahaan Pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) Status Eksplorasi Kabupaten Musi Banyuasin 2011 No Perusahaan Lokasi Luas (ribu hektar) Status 1 PT BATTOMAN COAL Desa Bandar jaya Kecamatan Batanghari leko, kecamatan babat toman dan sekayu 12.670 Eksplorasi
2
PT. LAIS COAL MINE
Desa petaling,tj agung utara
14.340
Eksplorasi
71. IV-71
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Kecamatan Lais 3 PE MUBA COAL MINE Desa lubuk bintalo,pangkalan bulian,sungai Nepal,ulak kembang,kecamatan sungai keruh 13.320 Eksplorasi
4
PT. MUBA COAL MINE
Sidang margadan tebing bulang Kecamatan sungai keruh
Eksplorasi 5 PT YODA IRPAN MAKMUR Desa sako suban Kecamatan Batanghari leko 5.000 Eksplorasi
6
PT. TITAN PRAWIRA SRIWIJAYA
Kecamatan bayung lencir dan lalan
7.227
Eksplorasi 7 PT. SRIWIJAYA ENERGI PERSADA Kecamatan bayung lencir dan lalan 8.596 Eksplorasi
8
PT. BHUMI SRIWIJAYA PERDANA COAL
Desa Beroja Timur dan Desa Beji Kecamatan bayung lencir
8.058
Eksplorasi 9 PT. PUTRA MUBA COAL Kecamatan bayung lencir 1.906 Eksplorasi
10
PT INDONESIA BATU PRIMA ENERGI
Desa pinang banjar,Desa sumber jaya dan desa Bandar tenggulang Kecamatan Sungai lilin
19.870
Eksplorasi 11 PT. INTI PUTERA KANAAN Desa Sumber harum Kecamatan bayung lencir 11.220 Eksplorasi
12
PT, SOAR HARAPAN BANGSA
Desa tanjung dalam,ciptapraja kecamatan keluang
4.978
Eksplorasi 13 PT. KARYA PERINTIS SEJATI Kecamatan bayung lencir 5.531 Eksplorasi
14
PI MADHUCON INDONESIA
Kecamatan keluang,Batanghari leko,bayung lencir
8.663
Eksplorasi 15 PC PACIFIC GLOBAL RESOURCES Desa teluk dan desa epil kecamatan lasi dan Kecamatan sungai lilin 3.360 Eksplorasi
16
PT. BUKIT GLOBAL ABADI
Desa pagar desa Kecamatan bayung lencir
9.955
Eksplorasi 17 PT. DIKA KARYA LINTAS NUSA Kecamatan bayung lencir dan keluang 1.357 Eksplorasi
18
PT. UNITED COAL
Kecamatan bayung lencir
5.000
Eksplorasi
72. IV-72
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
INDONESIA 19 PT MANDUO Desa sumber harum Kecamatan bayung lencir 3984.400 Eksplorasi
20
PT. MASINDO ARTA RESOURCES
Desa pengaturan Desa pingap tanah abang Kecamatan Batanghari leko
5.475
Eksplorasi 21 PT. MASINDO ARTA RESOURCES Desa ulak kembang Kecamatan Batanghari leko 1.602 Eksplorasi
22
PT. ARTA INDO ENERGI
Desa sidorejo Kecamatan sungai lilin
6.283
Eksplorasi 23 PT. AN COAL RESOURCES Desa dawas, Desa Karya Maju Desa mekar sari Kecamatan keluang 5.000 Eksplorasi
24
PT. ADI COAL RESOURCES
Desa senawar jaya,desa muara bahar Kecamatan bayung lencir
4.9540
Eksplorasi 25 PT SAKTI GLOBAL PERSADA Desa epilkecamatan lais Kecamatan sungai lilin 8.942 Eksplorasi
26
PT, MENSA BARA BUMI
Desa sako suban Kecamatan Batanghari leko
2.382
Eksplorasi 27 PT. MENSA BARA BUMI Kecamatan Batanghari leko 7.903 Eksplorasi
28
PT. ENERGI SEJAHTERA MAKMUR
Kecamatan bayung lencir
5.000
Eksplorasi 29 PT. TEMPIRAI ENERGI RESOURCES Kecamatan bayung lencir 5.000 Eksplorasi
30
PT. PAMPANGAN PALM RESOURCES
Kecamatan bayung lencir
3.493
Eksplorasi 31 PT BUMI ANDALAS PERKASA Kecamatan Batanghari leko kecamatan babat toman 2.994 Eksplorasi
32
PT ANUGRAH BARA MUSTIKA
Desa Sanga Desa Kecamatan babat toman Kecamatan Batanghari leko
4.955
Eksplorasi 33 PT INDRA SAPTA RAHAYU Kecamatan bayung lencir 1.500 Eksplorasi