Laporan pendahuluan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kota Ambon tahun 2015 ini membahas tentang:
1. Latar belakang dan tujuan penyusunan rencana zonasi untuk mengalokasikan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil Kota Ambon sesuai dengan fungsi dan keinginan pemanfaatan setiap zona.
2. Proses penyusunan rencana zonasi meliputi pengumpulan data, survei lap
4. Maksud Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kota
Ambon adalah untuk mengalokasikan kawasan pesisir dan pulau---pulau kecil Kota Ambon ke
dalam zona-zona yang sesuai dengan maksud dan keinginan pemanfaatan setiap zona,
sehingga tercipta keharmonisan spasial yaitu penyediaan zona peruntukan pembangunan dan
zona preservasi serta zona konservasi.
Tujuan penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau--- Pulau Kecil adalah :
1. Untuk meningkatkan penataan dan pemanfaatan sumber daya kelautan, pesisir dan pulau--
pulau kecil secara berkelanjutan dan
2. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir Kota Ambon
Sasaran penyusunan Rencana Zonasi WP3K Kota Ambon adalah :
1.Mewujudkan pengalokasian ruang pesisir dan laut Kota Ambon ke dalam kawasan
pemanfaatan umum, kawasan konservasi, kawasan strategis nasional tertentu dan alur laut.
2.Menciptakan keserasian dan keseimbangan dalam penetapan pemanfaatan ruang pesisir dan
laut Kota Ambon serta penetapan prioritas kawasan pesisir dan laut untuk tujuan konservasi,
sosial budaya, ekonomi, transportasi laut, industri strategis serta pertahanan dan keamanan.
3.Terkendalinya pembangunan kawasan pesisir dan laut Kota Ambon, baik yang dilakukan
pemerintah, pemerintah daerah maupun stakeholders dan masyarakat.
MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN
5. Sesuai dengan KAK, Dokumen Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kota
Ambon yang terdiri atas:
1. Buku Data dan Analisis
2. Buku Rencana Zonasi WP3K Kota Ambon
3. Data Citra Satelit Kota Ambon
4. Data Olahan Citra Satelit (Format SHP) Kota
Ambon
5. Draft Ranperda tentang Rencana Zonasi
WP3K Kota Ambon
6. Album Peta Rencana Zonasi WP3K yang
terdiri dari 37 buah peta.
9. Secara umum, tahapan dalam proses penyusunan Dokumen
Final RZWP-3-K Tahun 2013 adalah sebagai berikut :
1.Pengumpulan data;
2.Survei lapangan;
3.Pengolahan dan analisis data
4.Deskripsi potensi dan kegiatan pemanfaatan sumberdaya
pesisir dan pulau - pulau kecil;
5.Penyusunan dokumen awal;
6.Konsultasi publik;
7.Penentuan usulan alokasi ruang;
8.Penyusunan dokumen antara;
9.Konsultasi publik;
10.Penyusunan dokumen final; dan
11.Permintaan tanggapan dan/atau saran.
10.
11. Pengumpulan Data
Data primer yang dikumpulkan, antara lain :
1. Data Terestrial
2. Data Bathimetri
3. Data Geologi dan Geomorfologi Laut
4. Data Oseanografi (arus, pasang surut, gelombang, kualitas air, biologi
perairan)
5. Data Ekosistem Pesisir dan Sumberdaya Ikan
6. Data Penggunaan Lahan dan Status Lahan
7. Data Pemanfaatan Wilayah Laut Eksisting
8. Data Sumberdaya Air
9. Data Infrastruktur
10. Data Demografi dan Sosial
11. Data Ekonomi Wilayah
12. Data Resiko Bencana dan Pencemaran
12. Data tematik yang dibutuhkan dalam penyusunan peta rencana zonasi terdiri
dari 10 (sepuluh) dataset peta, meliputi geologi dan geomorfologi; oseanografi;
penggunaan lahan, status lahan dan rencana tata ruang wilayah; pemanfaatan
wilayah laut; sumberdaya air; ekosistem wilayah pesisir dan sumberdaya ikan;
infrastruktur; demografi dan sosial; ekonomi wilayah; dan kerawanan dan risiko
bencana. Fungsi data/peta tematik tersebut adalah sebagai dasar penyusunan
peta paket sumberdaya dan kesesuaian lahan/perairan.
Pengolahan dan Analisis Data
Deskripsi Potensi dan Kegiatan Pemanfaatan Sumberdaya
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data serta disajikan dalam
bentuk peta tematik selanjutnya dilakukan pendeskripsian terhadap peta-peta
tematik yang telah disusun.
1)Deskripsi potensi sumberdaya Pesisir Dan Pulau -Pulau Kecil
2)Deskripsi Pemanfaa tan Sumberdaya Pesisir Dan Pulau -Pulau Kecil
13. Klasifikasi Kawasan dalam RZWP-3-K
Klasifikasi Kawasan
(Berdasarkan UU Nomor 27 tahun 2007)
Keterangan
Kawasan Konservasi merupakan kawasan
pesisir dan pulau-pulau kecil dengan ciri khas
tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan
pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil yang
berkelanjutan
Kawasan Konservasi pada UU No 27 tahun
2007 setara dengan Kawasan Lindung pada
UU No 26 tahun 2007
Kawasan Pemanfaatan Umum merupakan
kawasan yang dipergunakanuntuk kepentingan
ekonomi, sosial budaya seperti kegiatan perikanan,
prasarana perhubungan laut, industri maritim,
pariwisata, permukiman, dan pertambangan
Kawasan Pemanfaatan Umum pada UU No
27
tahun 2007 setara dengan Kawasan
Budidaya pada UU No 26 tahun 2007
Alur merupakan perairan yang dimanfaatkan antara
lain untuk alur pelayaran, pipa/kabel bawah laut, dan
migrasi biota laut yang perlu dilindungi
Aturan mengenai alur pelayaran dapat
mengikuti Permen Perhubungan No.68
tahun
2011 tentang Alur Pelayaran di Laut
Kawasan Strategis Nasional Tertentu adalah
Kawasan yang terkait dengan kedaulatan negara,
pengendalian lingkungan hidup, dan/atau situs
warisan dunia, yang pengembangannya
diprioritaskan bagi kepentingan nasional
Kawasan Strategis Nasional Tertentu
memperhatikan kriteria; batas-batas maritim
kedaulatan negara; kawasan yang secara
geopolitik, pertahanan dan keamanan
negara; situs warisan dunia; pulau-pulau
kecil terluar yang menjadi titik pangkal
PENENTUAN ALOKASI RUANG
22. RENCANA STRUKTUR RUANG RTRW PROVINSI MALUKU
Kota Ambon berfungsi
sebagai pusat kegiatan
nasional (PKN), yaitu kota
atau perkotaan yang
mempunyai wilayah
pelayanan skala nasional,
disamping merupakan
pintu gerbang bagi keluar
masuknya arus barang
dan jasa, juga merupakan
simpul perdagangan
internasional;
25. Rencana Satuan Wilayah Pengembangan
1. SWP 1 - Pusat Kota : Pemerintahan, perdagangan, jasa keuangan, perhubungan
darat dan laut, industri perikanan, dan aneka industri, pariwisata, kesehatan, dan
pendidikan, terutama untuk mendukung fungsi Kota Ambon sebagai PKN dan
pelabuhan internasional.
2. SWP 2 – Passo: pusat pemerintahan kecamatan, perdagangan, perhubungan
darat dan laut, aneka indutri, kesehatan, pendidikan kejuruan, pariwisata, dan
pemukiman, terutama dalam mengurangi tekanan penduduk terhadap Pusat Kota
Ambon.
3. SWP 3 – Wayame : pusat pendidikan tinggi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
permukiman, pemerintahan kecamatan, aneka industri, pertanian tanaman pangan
dan hortikultura, serta perikanan.
4. SWP 4 – Leahari-Rutong : pusat pemerintahan kecamatan, pertanian hortikultura,
perkebunan, peternakan, perikanan, pendidikan kejuruan, permukiman, dan
pariwisata.
5. SWP 5 - Latuhalat : pusat pemerintahan kecamatan, industri rumahtangga,
perikanan, perkebunan, peternakan, pariwisata, dan pemukiman.
6. SWP Kawasan khusus Bandara : pengamanan keselamatan
penerbangan dan pelayanan bandara distribusi tersier pertanian tanaman
pangan, perikanan, pariwisata, industri jasa maritim, dan pertambangan
bahan galian tipe “C”.
28. Luas Wilayah Daratan (km2) sebesar 359,45 Km², sedangkan Luas Wilayah Laut (km2)
seluas 17,55 Km².
Secara geografis wilayah Kota Ambon berbatasan dengan wilayah-wilayah :
Sebelah utara, dengan : Petuanan Desa Hitu, Hila, Kaitetu, kecamatan Leihitu , kabupaten
Maluku tengah
Sebelah Selatan, dengan : Laut Banda
Sebelah Timur,dengan: Petuanan Desa Suli, Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku
tengah
Sebelah Barat, dengan : Petuanan Desa Hatu,Kecamatan Leihitu Barat Kabupaten Maluku
Tengah
Secara administratif Kota ambon ini terbagi menjadi 5 (lima) Kecamatan, 30 (tiga puluh)
Desa dan 20 (dua puluh) Kelurahan.
Berdasarkan batasan-batasan sebagaimana dimaksud, maka lingkup wilayah perencanaan
dari Kegiatan Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kota
Ambon meliputi seluruh kawasan pesisir dan pulau--pulau kecil di wilayah Kota Ambon
yang secara administratif meliputi wilayah pesisir dari 5 kecamatan (Kecamatan Sirimau,
Kec. Nusaniwe, Kec. Teluk Ambon Baguala, Kec. Teluk Ambon dan Kec. Leitimur Selatan).
Luas Wilayah Daratan (km2) sebesar 359,45 Km², sedangkan Luas Wilayah Laut (km2)
seluas 17,55 Km².
Secara geografis wilayah Kota Ambon berbatasan dengan wilayah-wilayah :
Sebelah utara, dengan : Petuanan Desa Hitu, Hila, Kaitetu, kecamatan Leihitu , kabupaten
Maluku tengah
Sebelah Selatan, dengan : Laut Banda
Sebelah Timur,dengan: Petuanan Desa Suli, Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku
tengah
Sebelah Barat, dengan : Petuanan Desa Hatu,Kecamatan Leihitu Barat Kabupaten Maluku
Tengah
Secara administratif Kota ambon ini terbagi menjadi 5 (lima) Kecamatan, 30 (tiga puluh)
Desa dan 20 (dua puluh) Kelurahan.
Berdasarkan batasan-batasan sebagaimana dimaksud, maka lingkup wilayah perencanaan
dari Kegiatan Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kota
Ambon meliputi seluruh kawasan pesisir dan pulau--pulau kecil di wilayah Kota Ambon
yang secara administratif meliputi wilayah pesisir dari 5 kecamatan (Kecamatan Sirimau,
Kec. Nusaniwe, Kec. Teluk Ambon Baguala, Kec. Teluk Ambon dan Kec. Leitimur Selatan).
ADMINISTRASI WILAYAH
29. DATA TERESTRIAL
1. Topografi relatif datar dengan
ketinggian 0-100 meter dan kemiringan
0-10% terdapat di kawasan sepanjang
pantai dengan radius antara 0-300
meter dari garis pantai.
2. Topografi landai sampai miring dengan
ketinggian 0-100 meter dan kemiringan
10-20% terdapat pada kawasan yang
lebih jauh dari garis pantai (100 meter
kearah daratan).
3. Topografi bergelombang dan berbukit
terjal dengan ketinggian 0-100 meter
dan kemiringan 20-30% terdapat pada
kawasan perbukitan.
4. Topografi terjal dengan ketinggian >
100 meter dan kemiringan > 30%
terdapat pada kawasan pegunungan.
30. KELERENGAN
Sebesar 73% dari luas
wilayahnya dapat
dikategorikan berlereng
terjal, dengan kemiringan di
atas 20%. Hanya 17% dari
wilayah daratannya yang
dapat diklasifikasikan datar
atau landai dengan
kemiringan kurang dari 20%.
33. BATHIMETRI
1.Berdasarkan kontur
kedalaman 3 dimensi, menunjukkan
kedalaman laut maksimum Teluk
Ambon bagian Dalam adalah 41
meter dengan posisi sekitar 444.44
meter (300 – 310°)
2.Topografi dasar perairan TAL
memiliki variasi lereng bawah laut
sangat besar, dengan kedalaman
maksimum mencapai > 600 meter
yang terletak antara tanjung
Nusaniwe di sisi Timur dan tanjung
Namakoli pada sisi Barat.
3.Perairan Teluk Baguala
memiliki kedalaman maksimum 200
meter dari arah barat-daya hingga
timur laut (sejajar tanjung Hutumuri –
Tanjung Tial) dan membentuk pola
melengkung dan ditemukan karang
(saaru) pada kedalaman 2,2 meter.
4.Topografi dasar perairan
Selatan Kota Ambon memiliki
topografi bawah laut yang majemuk,
dengan kedalaman maksimum
mencapai 2.858 m yang terletak
antara perairan Tanjung Nusaniwe
dan Tanjung Hutumuri.
35. GELOMBANG
1. Teluk Ambon Dalam.
Tinggi gelombang berkisar
0,10 sampai 0,40
2. Teluk Ambon Luar.
Tinggi gelombang 0,41
sampai 0,70
3. Teluk Baguala.
Tingi gelombang 0,71 sampai
1,40
4. Pesisir Selatan Letimur.
Tinggi gelombang 0,71
sampai 1,40
49. EKOSISTEM PESISIR DAN SUMBERDAYA IKAN
• Teluk Ambon Dalam (TAD); dicirikan oleh daerah teluk semi tertutup
yang relatif tenang dan digolongkan sebagai salah satu bentuk perairan
estuari, bermuara beberapa sungai besar dan kecil, serta didominasi
oleh komunitas lamun dan bakau yang dipisahkan dengan Teluk Ambon
Luar oleh ambang Galala-Poka yang sempit.
• Teluk Ambon Luar (TAL); dicirikan oleh daerah teluk yang berbentuk
corong dan terbuka ke arah Barat Pulau Ambon dengan kondisi perairan
yang relatif dinamis karena masih dipengaruhi oleh massa air laut
Banda, didominasi oleh komunitas terumbu karang.
• Teluk Baguala (TB); dicirikan oleh daerah teluk yang berbentuk corong
dan terbuka ke arah Timur Pulau Ambon dengan kondisi perairan yang
relatif dinamis karena masih dipengaruhi oleh massa air laut Banda,
didominasi oleh komunitas terumbu karang.
• Pesisir Selatan Kota Ambon (PSKA); merupakan daerah terbuka yang
sangat dinamis karena dipengaruhi langsung oleh massa air laut Banda,
dengan tipe pantai berbatu yang didominasi oleh komunitas algae dan
lamun.
50. Penggunaan Lahan
PENGGUNAA
N LAHAN
NUSANIWE SIRIMAU
Permukiman 998,60 1639,19
Pertanian Tanah
Kering Semusim 162,78
Kebun 252,39 665,44
Padang 3106,28 626,41
Hutan 105,79 618,34
PENGGUN
AAN
LAHAN
TELUK
AMBON
TELUK
AMBON
BAGUALA
LETIMUR
Permukiman 996,86 1162,39 173,44
Pertanian
Tanah Kering
Semusim 366,76 436,37
Kebun 4360,75 2892,13 1289,64
Padang 2441,84 1465,99 993,32
Hutan 2231,42 530,55 1577,74
70. KONDISI SUMBERDAYA AIR
•Air Permukaan
Daerah aliran sungai (DAS) di Ambon terdiri dari : DAS Batu Gantung, Batu Gajah, Tomu, Batu Merah
dan Ruhu. Semua sungai tersebut mengalir pada satu titik center, yaitu di teluk ambon bagian dalam.
Keadaan seperti ini sangat memungkinkan terjadinya pendangkalan. Selain itu sifat arus laut Ambon
dominan bergerak ke arah teluk memungkinkan teluk ini sebagai titik akumulasi pencemaran dan
sedimentasi dari laut. Hal ini akan mengancam kepunahan biota laut, hutan Mangrove, plankton dan
populasi ikan.
•Air Tanah
Pulau Ambon termasuk kedalam kelompok Kepulauan Kecil Samudera yaitu pulau yang luasnya
kurang dari 5.000 km. Tata airtanah di pulau yang demikian berbeda dari pulau besar lainnya, salah
satu diantaranya ialah sifatnya yang labil terhadap perubahan. Penelitian pendahuluan ini
dilaksanakan untuk memperoleh gambaran awal tentang sumber airtanah, potensi, kualitas, dan
tingkat exploitasi di Pulau Ambon.
•Ketersediaan Air Bersih
Ketersediaan air bersih Kota Ambon diperoleh dari PDAM yang bersumber dari beberapa sumber
air,diantaranya:
•Sumber air desa Batumerah (Air Besar) yang melayani sebagian besar masyarakat yang mendiami
pusat Kota Ambon.
•Sumber air dari Desa Kusu-kusu (Air Keluar)melayani Sebagian masyarakat Kusu- kusu, Batu Gajah,
Mangga Dua, Batu Gantung dan Kuda Mati.
•Sumber air Wainitu (air wainitu) melayani sebagian masyarakat Kuda Mati , Wainitu,OSM dan
Benteng
•Sumber air Halong (Air Besar Halong) yang melayani masyarakat Hallong , Lateri dan Passo.
•Sumber air Waiheru (air Waiheru) melayani masyarakat desa Waiheru,Air besar dan Hunuth
•Sumber air Wailela melayani masyarakat Rumah Tiga dan Poka.
•Sumber air Amahusu melayani masyarakat Amahusu ,Seilale, Nusaniwe dan Latuhalat.
•Selain sumber – sumber air yang ada, masyarakat juga memiliki sumur bor maupun sumur galian
(perigi) yang dapat melayani kebutuhan air mereka.
71. Kecamatan
Luas Daratan Jumlah Penduduk
Rasio
jenis
kelamin
Kepadata
n
penduduk
Tiap km2(km²) % L P J
Nusaniwe 88,35 24,58 50752 52234 102986 97,16 1165,66
Sirimau 86, 81 24,15 80024 80489 160513 99,42 1849,01
Teluk Ambon 93,68 26,06 22458 21606 44064 103,94 470,37
T.A Baguala 40,11 11,16 31146 30133 61279 103,36 1527,77
Leitimur Selatan 50,5 14,05 5348 5425 10773 98,58 213,33
Luas
2013 359,45 100 189728 189887 379615 99,92 1056,1
Tahu
n RTP
Perahu Nelayan Menurut Ukuran
Kecil
sedan
g besar Jumlah
2009 3387 1451 306 80 1837
2010 3387 1451 306 80 1837
2011 3405 1451 323 81 1855
2012 3431 1454 346 84 1884
2013 3471 1461 362 104 1927
Banyak Rumah Tangga Perikanan (RTP) dan
Perahu Tanpa Motor di Kota Ambon 2009-
2013
Luas Wilayah Daratan , Jumlah Penduduk , Rasio Jenis Kelamin Dan Kepadatan Penduduk Di
Kota Ambon Dirinci Per Kecamatan, 2009-2013
Lapangan usaha Utama
Laki-
laki
Peremp
uan
Jumlah
Pertanian 3063 1864 4927
Pertambangan & Penggalian 1146 389 1535
Industri Pengolahan 7119 3785 10904
Listrik,Gas & Air 1925 695 2620
Konstruksi 7549 0 7549
Perdagangan Hotel & Restoran 15110 18431 33541
Transportasi & komunikasi 13798 417 14215
Keuangan,Persewaanm & jasa
keuangan
2687 1084 3771
Jasa-Jasa lainnya 18828 17453 36281
Jumlah 71225 44118 115343
Jumlah Penduduk Usia Kerja (15 tahun ke atas) yang
bekerja Menurut Lapangan usaha utama dan jenis
kelamin di Kota Ambon 2013
Sumber: Kota Ambon Dalam Angka Tahun 2014
73. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)
Uraian
Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
Pertanian 278303 291 815 316605 323501 352601
Pertambangan dan
Penggalian 1808 1902 2165 2464 2830
Industri Pengolahan 34211 36794 38399 44063 48641
Listrik,Gas dan Air Minum 11465 9529 10259 11058 11904
Bangunan 11066 12031 18858 21858 23550
Perdagangan, Hotel dan
Restoran 389237 413458 437888 464382 510255
Angkutan dan Komunikasi 315057 330404 364280 388118 418638
Keuangan, Persewaan dan
Jasa 130713 138044 141008 144949 151766
Jasa-jasa 429017 456288 473202 520937 569712
Produk Domestik Regional
Bruto 1600877 1398450 1802664 1921330 2089897
Salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu daerah adalah Pendapatan
Regional per Kapita. Pada tahun 2012, besarnya pendapatan per kapita atas dasar harga berlaku
tercatat sebesar Rp.13.186.269,-. Sedangkan pendapatan per kapita atas dasar harga konstan di
tahun 2012 tercatat sebesar Rp.5.287.018,-. Pendapatan per kapita Kota Ambon berdasarkan
harga berlaku tumbuh cukup cepat, yaitu 18,18 persen, sedangkan untuk harga konstan di Kota
Ambon mengalami pertumbuhan sebesar 3,69 persen.
Jika dilihat berdasarkan harga harga konstan, dimana sektor Jasa-jasa merupakan
pemberi kontribusi terbesar yaitu 27,26 persen, diikuti sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran sebesar 24,42 persen dan sektor Angkutan dan Komunikasi sebesar 20,03 persen.
74. Jenis
Ikan
Nusaniwe Sirimau Teluk ambon
Produksi Nilai Produksi Nilai Produksi Nilai
Cakalang 874,25 6556875 4952,53 37143975 27455,7 20592750
Tuna 699,72 13994400 702,15 14043000 581,75 11635000
Kembung 225,47 789145 302,25 1057857 241,6 845600
Tongkol 4927,72 14783160 1732,35 5197050 2043,21 6129630
Layang 4152,47 16609880 1754,45 7017800 2025,47 8101880
Selar 302,5 1512500 165,74 828700 105,47 527350
Lalosi 209,45 628350 72,41 217230 2,4 7200
Teri 7,53 15060 3,04 6080 8,19 16380
Lainya 101,21 404840 179,72 71880 7,41 29640
Jenis Ikan
Kecamatan Baguala
Keacamatan Leitimur
Selatan
Produksi Nilai Produksi Nilai
Cakalang 171,20 1284000 81,72 612 900
Tuna 4,97 99400 421,85 8 437 000
Kembung 102,21 357735 401,70 1 405 950
Tongkol 497,25 1491750 2 815,20 8 445 600
Layang 785,72 3142880 3 451,70 17 258 500
Selar 227,15 127590 198,50 992 500
Lalosi 42,53 1682000 205,76 612 280
Teri 8,41 20840 12,05 24 100
Lainnya 5,21 20840
Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Perikanan di Kota
ambon Menurut Kecamatan dan jenis Ikan Tahun 2013
Sumber: Kota Ambon Dalam Angka Tahun 2014
76. ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN
PESISIR KOTA AMBON
1. Konflik Pemanfaatan Ruang Pesisir
2. Rendahnya Kualitas Sdm Dalam Pengelolaan Sumberdaya
Pesisir
3. Terbatasnya Sarana Prasarana Di Wilayah Pesisir
4. Terbatasnya Pemberdayaan Ekonomi Sumberdaya Pesisir
5. Belum Optimalnya Pengelolaan Potensi Perikanan
6. Degradasi Kondisi Lingkungan Wilayah Pesisir
7. Pengembangan Konsep Water Front City
8. Pembangunan Pesisir yang tidak terkendali
9. Sedimentasi Pesisir
10. Abrasi Pesisir