Dokumen tersebut membahas arahan implementasi kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang di Provinsi Banten untuk mewujudkan tertib tata ruang. Dibahas pula tantangan pengendalian pemanfaatan ruang, instrumen pengendalian seperti peraturan zonasi dan perizinan, serta pelaksanaan pengawasan oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
Instrumen pengendalian pemanfaattan ruang di Indonesia.
Sebuah rekomendasi untuk memasukkan aspek-aspek science dan lingkungan hidup dalam proses tata ruang di Indonesia
Instrumen pengendalian pemanfaattan ruang di Indonesia.
Sebuah rekomendasi untuk memasukkan aspek-aspek science dan lingkungan hidup dalam proses tata ruang di Indonesia
KKPR menggantikan izin lokasi dan berbagai izin pemanfaatan ruang (IPR) dalam membangun dan mengurus tanah yang awalnya merupakan kewenangan pemerindah daerah (Pemda). KKPR berfungsi sebagai salah satu perizinan dasar yang perlu didapatkan sebelum pelaku usaha dapat melanjutkan proses perizinan berusaha
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik+Lingkungan, Aspek Ekonomi, Aspek Sosial dan Budaya. Berisi definisi aspek, meliputi apa saja, dan kebutuhan data yang akan dicari dalam rencana tata ruang.
Kesesuaian Pemanfaatan Ruang dan Keterpaduan Indikasi Program pada RTRW D.I. ...Nurlina Y.
Kegiatan ini disusun dalam rangkaian pelaksanaan program untuk mencapai hasil akhir berupa kajian rekomendasi serta sebagai salah satu tolak ukur indikator kinerja utama (IKU) Gubernur dalam pengendalian pemanfaatan ruang yang bertujuan untuk menciptakan kualitas ruang D.I. Yogyakarta yang aman, nyaman, dan berkelanjutan.
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Batang Tubuh RDTR
KKPR menggantikan izin lokasi dan berbagai izin pemanfaatan ruang (IPR) dalam membangun dan mengurus tanah yang awalnya merupakan kewenangan pemerindah daerah (Pemda). KKPR berfungsi sebagai salah satu perizinan dasar yang perlu didapatkan sebelum pelaku usaha dapat melanjutkan proses perizinan berusaha
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik+Lingkungan, Aspek Ekonomi, Aspek Sosial dan Budaya. Berisi definisi aspek, meliputi apa saja, dan kebutuhan data yang akan dicari dalam rencana tata ruang.
Kesesuaian Pemanfaatan Ruang dan Keterpaduan Indikasi Program pada RTRW D.I. ...Nurlina Y.
Kegiatan ini disusun dalam rangkaian pelaksanaan program untuk mencapai hasil akhir berupa kajian rekomendasi serta sebagai salah satu tolak ukur indikator kinerja utama (IKU) Gubernur dalam pengendalian pemanfaatan ruang yang bertujuan untuk menciptakan kualitas ruang D.I. Yogyakarta yang aman, nyaman, dan berkelanjutan.
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Batang Tubuh RDTR
KESERASIAN PENATAAN RUANG ANTAR WILAYAKESERASIAN WILAYAH DI KAWASAN JABODETAB...Fitri Indra Wardhono
HAL-HAL POKOK SUBSTANSI UU No.26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
PERPRES No. 54 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN JABODETABEKPUNJUR
ARAHAN PENGEMBANGAN KOTA TANGERANG BERDASARKAN PERPRES No. 54 TAHUN 2008
Disebagian daerah Provinsi, Kabupaten/Kota, penataan ruang belum mendapat proporsi perhatian utama sebagai instrumen dasar penyusunan Rencana Program Pembangunan Daerah, baik yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat dan dunia usaha. Hal ini
tercermin dengan semakin luasnya lahan yang beralih fungsi seperti lahan pertanian beririgasi teknis berubah menjadi permukiman atau industri, penggundulan hutan yang berakibat banjir, dll. Konflik-konflik pemanfaatan ruang baik antara masyarakat dengan
pemerintah, antar instansi pemerintah maupun antar kewenangan
tingkatan pemerintahan semakin hari semakin marak dan dapat mengganggu pelaksanaan pembangunan. Dalam penyusunan Rencana Tata Ruang telah terjadi dikotomi
kebutuhan antara menggali sumber-sumber pendapatan asli daerah
dari sumberdaya alam yang dimiliki tanpa/kurang memperhatikan
dampak lingkungan dan penyelamatan ruang. Belum optimalnya kelembagaan penataan ruang di daerah serta
mekanisme pengawasan pemanfaatan ruang.
Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa prinsip otonomi adalah mengurus dan mengatur pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-Undang tersebut. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
Agar otonomi daerah dapat dilaksanakan sejalan dengan tujuan yang hendak di capai, maka pemerintah wajib melaksanakan pembinaan, pengawasan, pengendalian, pengaturan, perencanaan, pemanfaatan, pelaksanaan sesuai dengan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
Dalam rangka perwujudan pengembangan KSP secara efisien dan efektif yang penyusunan rencana tata ruang (RTR)-nya diamanatkan oleh peraturan daerah provinsi tentang rencana tata ruang wilayah (RTRW) provinsi, perlu suatu proses perencanaan untuk masing-masing KSP secara baik dan benar serta implementasi RTR KSP yang disepakati oleh semua pemangku kepentingan di daerah.;
Kawasan Banten Lama – Kasemen dan Kawasan Permukiman Masyarakat Adat Baduy – Leuwidamar merupakan salah satu Kawasan Strategis Provinsi yang telah ditetapkan di dalam RTRW Provinsi Tahun 2010-2030 dengan kepentingan sosial budaya yang lokasi wilayahnya berada di Kota Serang dan Kabupaten Lebak yang mendapat perhatian khusus di tahun 2014;
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANGPENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...Fitri Indra Wardhono
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil merupakan merupakan kekayaan yang dikuasai oleh negara, yang perlu dijaga kelestariannya dan dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, baik bagi generasi sekarang maupun bagi generasi yang akan datang.
Pengelolaan Wilayah Pesisir dilakukan dengan cara mengintegrasikan kegiatan: antara Pemerintah-Pemerintah Daerah, antar Pemerintah Daerah, antar sektor, antara Pemerintah,dunia usaha dan masyarakat, antara ekosistem daratan & lautan; dan antara ilmu pengetahuan dan manajemen.
Pengelolaaan dalam Pelaksanaan Rencana Tata Ruang Pulau Papua dan Rencana Ta...Oswar Mungkasa
disampaikan oleh Edy Soegiharto (Direktur Fasilitasi Tata Ruang dan Lingkungan Hidup, Kemendagri) pada Sosialisasi Rancangan Peraturan Presiden tentang RTR Kepulauan Maluku dan Pulau Papua di Ambon 1 Oktober 2013
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Arahan Implementasi Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Provinsi Banten untuk Mewujudkan Tata Ruang
1. 1
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah
ARAHAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGENDALIAN
PEMANFAATAN RUANG PROVINSI BANTEN
UNTUK MEWUJUDKAN TERTIB TATA RUANG
Ir. Wisnubroto Sarosa, CES, M.Dev.Plg
Direktorat Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Disampaikan pada Kegiatan Pelaksanaan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Provinsi Banten, 5 Maret 2018
2. Outline
2
Tantangan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Pelaksanaan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Oleh Kementerian ATR/BPN
Best Practice Pelaksanaan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Di Daerah
NSPK Pengendalian Pemanfatan Ruang
Penutup
4. TUJUAN PENATAAN RUANG
4
Masyarakat dapat menjalankan aktivitas kehidupannya
dengan terlindungi dari berbagai ancaman
Memberi kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk
mengartikulasikan nilai-nilai sosial budaya dan fungsinya
sebagai manusia dalam suasana yang tenang dan damai
Proses produksi dan distribusi berjalan secara efisien
sehingga mampu memberikan nilai tambah ekonomi untuk
kesejahteraan masyarakat sekaligus meningkatkan daya
saing.
Kualitas lingkungan fisik dapat dipertahankan bahkan
dapat ditingkatkan, tidak hanya untuk kepentingan
generasi saat ini, namun juga generasi yang akan datang.
BERKELANJUTAN
AMAN
PRODUKTIF
NYAMAN
Spatial resiliency
Spatial comfortability
Spatial productivity
Spatial justice
Spatial sustainability
5. Penataan Ruang menurut UU No. 26 Tahun 2007
5
Doku-
men
RTRW
Kondisi
Awal
(T0)
Proses
Perenca-
naan Tata
Ruang
Tujuan Penataan
Ruang: aman,
nyaman, produktif,
berkelanjutan
Peninjauan
Kembali
RTRW
PELAKSANAAN PENATAAN
RUANG
PENGATURAN PEMBINAAN
PENGAWASAN
Kondisi
yang
Diinginkan
(T20)
Pemanfaat-
an Ruang
Pengenda-
lian Peman-
faatan
Ruang
Kondisi
setelah
Pelak-
sanaan
Penata
an
Ruang
(T5)
Dokumen RTRW pada
dasarnya adalah sebuah
gambaran spasial 20 thn
y.a.d.di wilayah rencana
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
7. BHP_DJPR_Kem.PU
Pelaksanaan penataan ruang di Indonesia saat ini yang telah mulai memasuki babak
baru, yaitu pemanfaatan ruang berdasarkan rencana tata ruang yang telah
ditetapkan dan pengendalian pemanfaatan melalui penerapan sanksi bidang
penataan ruang ruang agar pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang.
8. PEMBINAAN
Pengendalian
Pemanfaatan
Ruang
Pemanfaatan
Ruang
Perencanaan
Tata Ruang
PENGATURAN
PENGAWASAN
SISTEM PENYELENGGARAAN
PENATAAN RUANG
Tahap Perencanaan tata ruang hampir selesai dengan telah
terbitnya
1. 33 Perda RTRW Provinsi dari 34 Provinsi (97,05%)
2. 381 Perda RTRW Kabupaten dari 415 Kabupaten (91,80%)
3. 88 Perda RTRW Kota dari 93 Kota (94,62%)
1. ERA PENGENDALIAN : APA ITU?
NO
NAMA
PROVINSI/
KABUPATEN/ KOTA
NOMOR PERDA
PERDA YANG SUDAH
MEMASUKI WAKTU
PENINJAUAN KEMBALI
Provinsi Banten No. 2 Tahun 2011 √
1 Kab. Lebak No. 2 Tahun 2014 -
2
Kab.
Pandegalang
No. 3 Tahun 2011 √
3 Kab. Serang No. 10 Tahun 2011 √
4 Kab. Tangerang No 13 Tahun 2011 √
5 Kota Cilegon No 3 Tahun 2011 √
6 Kota Serang No. 6 Tahun 2011 √
7 Kota Tangerang No. 6 Tahun 2012 √
8
Kota Tangerang
Selatan
No. 15 tahun 2011 √
Tahap Pemanfaatan :
1. Indikasi Program ≅ RPJMN Provinsi, RPJM Kab/Kota
2. Ijin lokasi pembangunan
10. Esensi Pengendalian Pemanfaatan Ruang
10
Kualitas
Pemanfaatan
Ruang
Waktu
Kondisi Ruang
yang diinginkan
(RTRW t-20)
Kondisi Ruang
saat ini (RTRW t-0)
Tekanan-tekanan yang
menyebabkan terjadinya
penyimpangan pemanfaatan
ruang
Kondisi Ruang
yang semakin
buruk
Upaya-upaya pengendalian
pemanfaatan ruang agar
sejalan dengan RTRW
Pelaksanaan
pengendalian
pemanfaatan
ruang
diselenggarakan
untuk menjamin
terwujudnya tata
ruang sesuai
dengan rencana
tata ruang
11. Isu Pengendalian Pemanfaatan Ruang
BHP_DJPR_Kem. PU
Kualitas
Rencana Tata Ruang
Proses penyusunan rencana tata ruang
berdasarkan UUPR dilakukan dengan
berjenjang dan komplementer.
Kelengkapan Instrumen
Pengendalian Pemanfaatan
Ruang
Pemanfaatan ruang dilakukan terkendali
dengan mengacu pada fungsi ruang yang
ditetapkan dalam RTR dan memperhatikan
instrumen pengendalian pemanfaatan
ruang (peraturan zonasi, perizinan,
pemberian insentif dan disinsentif, serta
pengenaan sanksi).
Kesadaran Hukum
Masyarakat
UUPR menjadi landasan untuk
menumbuhkan kesadaran hukum
masyarakat melalui pengenaan sanksi
administratif dan sanksi pidana terhadap
pelaku pelanggaran pemanfaatan ruang
atas rencana tata ruang yang berlaku.
1
.
2
.
3
.
Kepastian Hukum
Pemanfaatan Ruang
Penerapan instrumen pengendalian
pemanfaatan ruang perlu dilaksanakan
dengan konsisten untuk mewujudkan
kepastian hukum pemanfaatan ruang.
4
.
12. Permasalahan dan Tantangan Penataan Ruang
PERMASALAHAN
Kemacetan
Banjir
Permukiman Kumuh
Timbunan Sampah Alih Fungsi Lahan
BHP_DJPR_Kem. PU
Penataan ruang di
diselenggarakan untuk
menyelesaikan
permasalahan
pemanfaatan ruang
perkotaan
13. Penyelenggaraan penataan ruang berdasarkan UUPR dilaksanakan untuk mewujudkan kesetaraan
pembangunan Indonesia yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan
BHP_DJPR_Kem. PU
Pemanfaatan Ruang yang
Merusak Hutan
Kesenjangan Pembangunan/Investasi
Antar dan di dalam Wilayah
Disintegrasi NKRI
… lanjutan
14. Tantangan pada tataran kota/kabupaten (mikro)
14
Keseimbangan dari berbagai fungsi-fungsi hunian, non-hunian, serta kawasan
lindung setempat (sempadan jalan, bangunan, sungai, danau, pantai)
15. Tantangan pada tataran subnasional/provinsi (meso)
15
40-60 % untuk
kawasan
lindung?
Keseimbangan antara wilayah hulu
dan hilir, dengan menetapakan
kawasan hulu sebagai kawasan
lindung
18. Tantangan Pengendalian Pemanfaatan Ruang pada Proyek
Strategis Nasional di Provinsi Banten
18
Tol Kunciran – Serpong
Tol Serpong – Cinere
Tol Serpong Balaraja
Kereta Api Express SHIA
(Soekarno Hatta –
Sudirman)
Bendungan Sindang Heula
Bendungan Karian
Kawasan Industri Wilmar
Serang
KEK Tanjung Lesung
Percepatan Infrastruktur
transportasi, listrik, dan
air di Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional
(Tanjung Lesung)
Kaw. Industri Prioritas / KEK Sarpras KA Dalam Kota
Infrastruktur jalan tol
Bendungan dan irigasi
Pariwisata
23. Perizinan
23
RTRW
Kab/Kota
RDTR Kab/Kota
PZ
Dasar
Pemberian Izin
IZIN PRINSIP
IZIN LOKASI
IZIN
PENGGUNAAN
PEMANFAATAN
TANAH
IZIN
MENDIRIKAN
BANGUNAN
IZIN LAIN
BERDASARKAN
PERATURAN
PER-UU-AN
• Diberikan berdasarkan RTRW Kab/Kota
• Izin Prinsip belum dapat dijadikan dasar untuk
pelaksanaan kegiatan
• Izin Lokasi diperlukan untuk pemanfaatan ruang > 1
Ha utk non pertanoan dan > 25 Ha utk pertanian
• Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah merupakan
dasar untuk permohonan mendirikan bangunan
• Dasar mendirikan bangunan dalam rangka
pemanfaatan ruang
• Diberikan berdasarkan peraturan zonasi
• Sebagai surat bukti dari Pemda untuk mendirikan
bangunan sesuai fungsi yang telah ditetapkan
• Bentuk izin lain yang dikeluarkan oleh masing-masing
sektor dan/ instansi yang berwenang
Berdasarkan PP 15 Tahun 2010, Pasal 160 - 167
24. Insentif dan disinsentif
24
INSENTIF DISINSENTIF
KRITERIA
BENTUK
TATA CARA
• Kegiatan pemanfaatan ruang
pada kawasan yang didorong
pengembangannya
• Menghormati hak orang
• Kegiatan pemanfaatan ruang pada
kawasan yang dibatasi
pengembangannya
• Menghormati hak orang
• Pemberian
keringanan
pajak
• Pengurangan
distribusi
• Pemberian
kompensasi
• Subsidi silang
• Kemudahan
perizinan
• Imbalan
• Sewa ruang
• Urun saham
• Penyediaan sarpras
• Pengahargaan
• Publikasi & promosi
• Pengenaan
pajak tinggi
• Kewajiban
memberi
kompensasi
• Persyaratan
khusus dalam
perizinan
• Kewajiban
memberi imbalan
• Pembatasan
penyediaan
sarpras
Pemerintah
Pemda 1
Pemerintah & Pemda
Fiskal Non Fiskal Fiskal Non Fiskal
Pemerintah
Pemda 1
Pemerintah & Pemda
Berdasarkan PP 15 Tahun 2010
Ps. 170 Ps. 176
Ps. 171 Ps. 177
26. IV. … lanjutan
ruang
darat
ruang
dalam
bumi
ruang
laut
ruang
udara
Bentuk
Pelanggaran
Pemanfaatan
Ruang
• Pemanfaatan ruang hutan seperti misalnya penebangan hutan yang tidak
sesuai zona peruntukan hutan maupun yang tidak dilengkapi izin pemanfaatan
ruang bidang kehutanan
• Pertambangan yang melanggar izin pemanfaatan ruang maupun tidak sesuai
RTR
• Penutupan akses jalan umum
• Pembangunan bangunan yang tidak sesuai peruntukan ruang
• dll
• Kegiatan explorasi dan expoitasi sumber daya alam dalam bumi yang
tidak sesuai dengan penetapan struktur ruang dan pola ruang dalam
RTR
• dll
• Kegiatan pengeboran lepas pantai yang tidak sesuai koordinat
peruntukan ruang di ruang laut
• Kegiatan penangkapan ikan yang menyalahi zona peruntukan kawasan
penangkapan ikan
• dll
• Pembangunan bangunan tinggi yang menyalahi ketentuan perizinan
mendirikan bangunan dan peraturan perundang-undangan
• Pembangunan menara-menara telekomunikasi yang tidak sesuai peruntukan
kawasan dalam RTR
• dll
BHP_DJPR_Kem.PU
27. Bentuk-bentuk perubahan pemanfaatan ruang
27
EKOSISTEM
ALAMI
(Natural Ecosystem)
EKOSISTEM
ALAM
DIBUDIDAYAKAN
(Cultivated
Ecosystem)
EKOSISTEM
KAWASAN
TERBANGUN
(Built Ecosystem)
EKOSISTEM YANG RUSAK DAN TERDEGRADASI
(Degraded Ecosystem)
EKOSISTEM
ALAM
TERMODIFIKASI
(Modified Natural
Ecosystem)
Kawasan
(Fungsi)
Lindung
Kawasan
(Fungsi)
Budidaya
Kawasan yang
Perlu
DIrehabilitasi
29. Pengawasan Teknis 2016
Pengawasan
Teknis
Khusus
Status per 17 November 2016
NO PROVINSI
ASPEK PENILAIAN
PERSENTASE KINERJA RANKING
ASPEK
PENGATURAN
PENATAAN
RUANG
ASPEK
PEMBINAAN
PENATAAN
RUANG
ASPEK
PELAKSANAAN
PENATAAN RUANG
25% 45% 30%
1 Jawa Timur 83,68 94,78 85,89 89,34 Memuaskan 1
2 Jawa Barat 74,67 94,54 90,50 88,36 Memuaskan 2
3 DI Yogyakarta 62,04 94,42 97,93 87,38 Memuaskan 3
4 Jawa Tengah 62,98 96,13 88,00 85,40 Memuaskan 4
5 Bali 79,20 95,31 70,14 83,73 Baik 5
6 DKI Jakarta 99,60 62,33 85,54 78,61 Baik 6
7 Banten 53,71 55,79 25,03 46,04 Kurang 7
>85 : memuaskan >55-69 : cukup
>69-85 : baik <55 : kurang
Keterangan :
30. Pemantauan dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang Kota Cilegon (2016)
No Aspek Bobot (%)
A Konsistensi Struktur Ruang 36,70
1. Sistem Pusat Kegiatan 20,00
2. Sistem Jaringan Prasarana 16,70
B Konsistensi Pola Ruang 54,55
1. Kawasan Lindung 25,50
2. Kawasan Budidaya 29,05
Total 91,25
Sesuai (%) Tidak Sesuai
(%)
Keterangan
Kawasan Lindung 82,23 17,77 Simpangan Rendah
Kawasan Budidaya 93,10 6,90 Simpangan Rendah
Kota Cilegon 89,50 10,50 Simpangan Rendah
Kota Cilegon
31. Contoh detail ketidaksesuaian di Kota Cilegon:
Kelurahan Lebakgede, Kecamatan Pulomerak
RENCANA
Kawasan Pariwisata
(Pulau Rida)
EKSISTING
Kawasan Industri
KATEGORI
Simpangan Tinggi
KETERANGAN
• Industri yang sudah terbangun sudah memiliki Izin Usaha
Industri
• Tanah kosong yang terlihat pada gambar sudah di-kavling dan
sudah memiliki izin usaha.
• Awalnya luasan kawasan ini hanya 11 Ha, setelah dilakukan
reklamasi bertambah luasan menjadi 14 Ha.
X: 9347223
Y: 0611875
X: 9347263
Y: 0612353
LUAS
PENYIMPANGAN
12,26 Ha/ 0,71% dari
total luas
penyimpangan
REKOMENDASI
• Melakukan audit pemanfaatan ruang.
• Melakukan tindakan pulbaket di lokasi ini.
57
32. AUDIT TATA RUANG
JABODETABEKPUNJUR (2013)
Pemanfaatan Ruang terhadap RTRW Di Kab. Tangerang
Kawasan Perluasan Bandara, Ketidaksesuaian:
Permukiman
Kawasan Pertanian, Ketidaksesuaian:
Industri
Hutan Lindung, Ketidaksesuaian :
Tambak
Hunian Kepadatan Tinggi, Ketidaksesuaian:
Industri
Hutan Lindung, Ketidaksesuaian :
Pertanian
Audit Makro Kawasan Tengah
34. 34
Pengembangan perumahan
Beranda Rempoa, menurut
informasi diduga akan merubah
fungsi ruang di Situ Kayu
menjadi perumahan
Kondisi Situ Kayu Antap yang
sudah berubah fungsi menjadi
lahan terlantar berupa lahan
kering
Salah satu akses masuk ke
Situ Kayu Antap yang
ditutup
AUDIT TATA RUANG
JABODETABEKPUNJUR
(2013)
Pemanfaatan Ruang terhadap RTRW Di Kota
Tangerang Selatan
Audit Mikro Kawasan Tengah
35. P E M A S A N G A N PA PA N P E R I N G ATA N
Dalam rangka Perlindungan
dan Optimalisasi Fungsi Situ,
Danau, Embung, dan Waduk
(SDEW)
36. P E M A S A N G A N PA PA N P E R I N G ATA N
Dalam rangka penertiban terhadap
pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang
37. P e r l i n d u n g a n d a n O p t i m a l i s a s i S D E W
Perjanjian Kerja Sama Perlindungan dan Optimalisasi Fungsi SDEW
antara 3 Kementerian
Hasil Rumusan:
1. Kondisi SDEW dan sumber air permukaan lainnya saat
ini banyak yang hilang dan berkurang luasannya, hal
tersebut diakibatkan adanya okupasi. Diperlukan
upaya legalisasi kekayaan negara (SDEW dan sumber
air permukaan lainnya) berupa sertipikat;
2. Dalam rangka implementasi Perjanjian Kerja Sama
(PKS) oleh 4 eselon I diperukan sinergitas antara
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, masyarakat,
dan swasta. Disepakati bahwa Kementerian ATR/BPN
sebagai leader sedangkan Kementerian PUPR harus
menentukan klaim atas batas tanah SDEW dan
sumber air permukaan lainnya;
3. Kementerian ATR/BPN melalui Ditjen PPRPT
melakukan penyusunan instrumen pengendalian
pemanfaatan ruang pada SDEW dan sumber air
permukaan lainnya;
4. Kementerian ATR/BPN melakukan langkah-langkah
percepatan legalisasi asset SDEW;
5. Kemendagri mengawal urusan Pemerintah Daerah
yang terkait dengan proses penetapan batas serta
legalisasi SDEW; dan
6. Ketiga kementerian segera menyusun rencana kerja
dan penganggarannya.
38. P e r l i n d u n g a n d a n O p t i m a l i s a s i S D E W
Sebagai salah satu upaya perlindungan dan optimalisasi fungsi SDEW,
dilakukan penerbitan sertipikat tanah untuk memberikan kepastian
hukum terhadap aset SDEW
40. Pergub Jawa Timur Nomor 80 Tahun 2014
tentang Pemanfaatan Ruang pada Kawasan
Pengendalian Ketat Skala Regional di Provinsi Jawa
Timur
Kawasan Pengendalian
Ketat merupakan
kawasan yang
memerlukan pengawasan
secara khusus dan
dibatasi pemanfaatannya
untuk mempertahankan
daya dukung, mencegah
dampak negatif, dan
menjamin proses
pembangunan yang
berkelanjutan di Provinsi
Jawa Timur.
Kawasan perdagangan regional
Kawasan kaki jembatan Suramadu
wilayah aliran sungai, sumber air dan
stren kali dengan sempadannya
Kawasan sekitar fasilitas transportasi
prasarana wilayah dalam skala regional
kawasan rawan bencana
kawasan lindung prioritas dan
pertambangan skala regional
kawasan konservasi yang bersifat
unik dan khas
kawasan untuk kegiatan
yang mengubah rona
wilayah dan administratif
Jawa Timur
kawasan lainnya yang
dianggap memenuhi kriteria
kawasan pengendalian ketat
Kawasan perdagangan regional
Kawasan kaki jembatan Suramadu
wilayah aliran sungai, sumber air dan
stren kali dengan sempadannya
Kawasan sekitar fasilitas transportasi
prasarana wilayah dalam skala regional
kawasan rawan bencana
kawasan lindung prioritas dan
pertambangan skala regional
41. Perwali Bandung Nomor 1032 Tahun 2016
tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota Bandung Nomor
548 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Penerapan Sanksi
Administratif Dalam Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Perwali Penerapan
Sanksi Administratif di
Kota Bandung
Menjadi dasar hukum
dalam melakukan
optimalisasi penerapan
sanksi serta untuk
meningkatkan
kepatuhan penanggung
jawab atau pemilik
bangunan dan bangun
bangunan dalam
menaati ketentuan
peraturan perundang-
undangan
42. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2
Tahun 2016 Pedoman Pengendalian Kawasan Bandung
Utara sebagai Kawasan Strategis Provinsi Jawa Barat
TUJUAN
Mewujudkan peningkatan fungsi lindung
terhadap tanah, air, udara, flora dan fauna
Meningkatkan pengendalian dan penertiban
ruang di KBU untuk menjamin pembangunan
yang berkelanjutan
Mewujudkan kepastian hukum dalam
pengendalian di KBU
Kabupaten
Bandung
Kota Bandung
Kota Cimahi
Kabupaten
Bandung Barat
Kawasan
Bandung
Utara
W
I
L
A
Y
A
H
43. a. Zona L-1, adalah Zona Konservasi atau Lindung Utama, meliputi kawasan lindung,
terutama kawasan hutan lindung, hutan konservasi
b. Zona L-2, adalah Zona Lindung Tambahan, meliputi kawasan hutan masyarakat, kawasan
rawan bencana II dan I Gunung Api Tangkuban Parahu, kawasan perbedaan dengan
fungsi resapan air tinggi;
c. Zona B-1, adalah Zona Pemanfaatan Perdesaan, merupakan kawasan dengan tingkat
kepadatan wilayah sedang sampai rendah
d. Zona B-2, adalah Zona Pemanfaatan Perkotaan, merupakan kawasan dengan tingkat
kepadatan wilayah sedang sampai tinggi;
e. Zona B-3, adalah Zona Pemanfaatan Terbatas Perdesaan, merupakan kawasan dengan
tingkat kepadatan wilayah sedang sampai rendah;
f. Zona B-4, adalah Zona Pemanfaatan Terbatas Perkotaan, merupakan kawasan dengan
tingkat kepadatan wilayah sedang sampai tinggi;
g. Zona B-5, adalah Zona Pemanfaatan Sangat Terbatas Perkotaan, merupakan kawasan
dengan tingkat kepadatan wilayah sedang sampai tinggi.
Pembagian Zona di Kawasan Bandung Utara
44. Inovasi Penerapan Teknik Peraturan Zonasi di DKI
Jakarta
dilakukan dengan penerapan TPZ pada kawasan-kawasan
tertentu yang ditetapkan pengaturannya pada Perda Nomor
1 Tahun 2014 tentang RDTR dan Peraturan Zonasi DKI
Jakarta
Zona Bonus (bonus
zoning)
Zona TDR (Transfer
Development Right)
Zona Pertampalan
(overlay zoning)
Zona Permufakatan
(Negotiated zoning)
Zona Khusus (Special
Zoning)
Zona Pengendalian
Pertumbuhan
(Growth Control
Zoning)
Zona Pelestarian
Cagar Budaya dan
Sejarah
(History/Perservation
46. Inovasi Pengendalian Terhadap Alih Fungsi Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan di Provinsi DIY
Salah satunya
dilakukan
melalui Program
Sertipikasi
Lahan Sawah,
yang
mencantumkan
catatan dalam
sertipikat tanah
pertanian agar
tidak
dialihfungsikan
menjadi lahan
48. 1 . P e n g e n d a l i a n P e m a n f a a t a n R u a n g
1) Permen ATR/Kepala BPN no 9 tahun 2017 tentang Pedoman Pemantauan dan
Evaluasi Pemanfaatan Ruang
2) Rapermen ATR/Kepala BPN tentang Perizinan
3) Rapermen ATR/Kepala BPN tentang Peraturan Zonasi
4) Rapermen ATR/Kepala BPN tentang Insentif/Disinsentif
5) Rapermen Rencana Teknis Antara/Interim Development Plan (IDAP)
2 . P e n e r t i b a n P e m a n f a a t a n R u a n g
1) Permen ATR/Kepala BPN no 3 tahun 2017 tentang PPNS Penataan Ruang
2) Permen ATR/Kepala BPN no 17 tahun 2017 tentang Pedoman Audit Tata Ruang
3) Rapermen ATR/Kepala BPN tentang Pelindungan dan Pelaksanaan tugas PPNS
4) Rapermen Rapermen ATR/Kepala BPN tentang Pengenaan Sanksi Administratif
bidang Penataan Ruang
5) Petunjuk Teknis Standar Operasional Pengelolaan Pengaduan Pelanggaran
Pemanfaatan Ruang
6) Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pendampingan Penertiban Pemanfaatan Ruang di
Daerah
NSPK UNTUK PELAKSANAAN PENGENDALIAN LEBIH
EFEKTIF
49. 3 . P e n g e n d a l i a n d a n P e m a n t a u a n P e r t a n a h a n
1) Raperpres tentang Percepatan Penetapan Lahan Sawah Berkelanjutan dan
Pengendalalian Alih Fungsi Lahan Sawah
2) Rapermen ATR/Kepala BPN tentang Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah
3) Rapermen ATR/Kepala BPN tentang Pengendalian dan Pemantauan Pertanahan
4 . P e n e r t i b a n T a n a h Te r l a n t a r
1) Revisi PP no.11/2010 tentang Penertiban Tanah Terlantar
2) Rapermen Revisi Perkaban no.4/2010 tentang Tata Cara Penertiban Tanah Terlantar
dan No.5/2011 tentang Tata Cara Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah
Terlantar
Lanjutan NSPK Untuk Pelaksanaan Pengendalian Lebih Efektif
51. Penutup
Perkembangan Kawasan Perkotaan Jabodetabek menjadi tantangan
tersendiri dalam upaya pengendalian pemanfaatan ruang, khususnya di
Provinsi Banten.
Perlunya peran aktif Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) untuk dapat
mengefektifkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang.
Dengan semakin berkembangnya permasalahan tata ruang yang ada,
diperlukan berbagai inovasi dalam pelaksanaan pengendalian
pemanfaatan ruang, yang disesuaikan dengan karakteristik wilayah dan
permasalahan yang berkembang tersebut.
Kementerian ATR/BPN telah melaksanakan berbagai pilot project
pengendalian pemanfaatan ruang, yang selanjutnya dapat direplikasi dan
disempurnakan kembali pada pelaksanaan di daerah
Penyelesaian NSPK Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan
Tanah menjadi prioritas Ditjen Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan
Penguasaan Tanah saat ini
Adanya NSPK di daerah sangat diperlukan sebagai landasan operasional
pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang