SlideShare a Scribd company logo
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 1
BAB 1
ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH NASIONAL
2015 - 2019
1.1 Kerangka Pengembangan Wilayah
Isu utama pembangunan wilayah nasional1 saat ini adalah
masih besarnya kesenjangan antar wilayah, khususnya kesenjangan
pembangunan antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan
Timur Indonesia (KTI). Hal ini tercermin salah satunya dari kontribusi
PDRB terhadap PDB, yang mana selama 30 tahun (1983-2013),
kontribusi PDRB KBI sangat dominan dan tidak pernah berkurang dari
80 persen terhadap PDB.
GAMBAR 1.1
PERAN WILAYAH/PULAU DALAM
PEMBENTUKAN PDB NASIONAL 1983-2013 (PERSEN)
Sehubungan dengan hal tersebut, arah kebijakan utama
pembangunan wilayah nasional difokuskan untuk mempercepat
pengurangan kesenjangan pembangunan antar wilayah. Oleh karena
itu, diperlukan arah pengembangan wilayah yang dapat mendorong
transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah KTI, yaitu Sulawesi,
Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua, dengan tetap menjaga
momentum pertumbuhan di Wilayah Jawa-Bali dan Sumatera.
1
Wilayah nasional adalah seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi ruang darat,
ruang laut, dan ruang udara termasuk ruang di dalam bumi berdasarkan peraturan perundang-undangan (PP
No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional)
2 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah tersebut
bertumpu pada peningkatan kapasitas sumber daya manusia,
peningkatan efisiensi dan nilai tambah sumber daya alam, penguatan
kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi, penyediaan infrastruktur
yang terpadu dan merata; serta penyelenggaraan tata kelola
pemerintahan yang baik. “Kerangka Pengembangan Wilayah” untuk
mempercepat dan memperluas pembangunan wilayah tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Mendorong percepatan pembangunan pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi, sebagai penggerak utama
pertumbuhan (engine of growth), di masing-masing pulau,
terutama di wilayah koridor ekonomi, dengan menggali potensi
dan keunggulan daerah. Industrialisasi perlu didorong untuk
mengolah bahan mentah, agar dapat meningkatkan nilai
tambah serta menciptakan kesempatan kerja baru.
2. Kedepan, secara khusus akan dilakukan pula percepatan
pembangunan ekonomi nasional berbasis maritim (kelautan)
dengan memanfaatkan sumber daya kelautan dan jasa maritim,
yaitu peningkatan produksi perikanan; pengembangan energi
dan mineral kelautan; pengembangan kawasan wisata bahari;
dan kemampuan industri maritim dan perkapalan.
3. Dikarenakan adanya keterbatasan dana pemerintah, maka
tidak semua wilayah dapat dikembangkan pada saat yang
bersamaan. Oleh karena itu, perlu dipilih pusat-pusat
pertumbuhan yang mempunyai komoditas prospektif (nilai
tambah tinggi dan menciptakan kesempatan kerja tinggi),
terutama yang berada di masing-masing koridor ekonomi.
Selain itu, prioritas juga akan diberikan pada pengembangan
kawasan pesisir yang mempunyai sumber daya kelautan dan
jasa maritim.
4. Investasi Pemerintah, BUMN/BUMD, dan Swasta perlu
dioptimalkan pada klaster-klaster industri untuk memicu
dampak penggandanya (multiplier effect) pada daerah
sekitarnya, termasuk di wilayah-wilayah tertinggal.
5. Upaya peningkatan pembangunan ekonomi di semua pusat
pertumbuhan tersebut, harus tetap mengacu Rencana Tata
Ruang Wilayah dan menggunakan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) sebagai pedoman untuk menjaga
keseimbangan alam dan kelangsungan keserasian ekosistem
dan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, diharapkan
dapat diciptakan pertumbuhan yang inklusif yang dapat
menjangkau seluruh wilayah dan masyarakat dengan tetap
menjaga keberlanjutan di masa depan.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 3
6. Keterkaitan antara pusat pertumbuhan wilayah dan daerah
sekitarnya, perlu difasilitasi dengan infrastruktur wilayah yang
terintegrasi dan terhubung dengan baik dan terpadu,
khususnya infrastruktur jalan dan perhubungan, baik
perhubungan laut maupun udara, termasuk jaringan informasi
dan komunikasi, serta pasokan energi, sehingga tercipta
konektivitas nasional, baik secara domestik maupun secara
internasional (locally integrated, internationally connected).
Prioritas khusus akan diberikan pada peningkatan fungsi dan
peran perhubungan laut sebagai pengembangan poros maritim.
7. Untuk memperlancar distribusi logistik barang, jasa, dan
informasi, pemerintah pusat dan daerah, maupun melalui kerja
sama dengan dunia usaha, termasuk BUMN, berupaya untuk (a)
menurunkan biaya transaksi logistik (transaction cost); (b)
mengurangi ekonomi biaya tinggi; (c) menurunkan rata-rata
dwelling time (waktu tunggu kapal di pelabuhan); (d)
mengembangan sistem logistik dan distribusi secara elektronik,
terutama untuk proses pre-clearance sampai dengan post
clearance; dan (e) optimalisasi perijinan ekspor-impor secara
terintegrasi dan elektronik antar sektor.
8. Selain itu, perlu dilakukan pula peningkatan kemampuan SDM
dan Iptek untuk mendukung pengembangan klaster-klaster
industri. Ketersediaan sumber daya manusia yang terampil dan
cerdas (skilled labor) merupakan modal utama untuk merintis
terbangunnya proyek-proyek besar di setiap klaster industri.
9. Dari sisi regulasi, Pemerintah secara berkelanjutan terus
berupaya untuk menciptakan dan meningkatkan iklim usaha
dan iklim investasi yang kondusif bagi para investor.
Pemerintah perlu melakukan deregulasi (debottlenecking)
terhadap beberapa peraturan yang menghambat pelaksanaan
investasi. Fasilitasi dan katalisasi secara bertahap akan terus
diberikan oleh Pemerintah melalui pemberian insentif fiskal
dan non fiskal.
10. Pemerintah secara berkelanjutan perlu berupaya untuk
meningkatkan koordinasi, sinkronisasi dan sinergi kebijakan
antar Kementerian/Lembaga dan antara
Kementerian/Lembaga dengan Pemerintah Daerah.
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah perlu bersinergi dan
meningkatkan kualitas belanjanya sehingga menjadi stimulus
bagi berkembangnya usaha dan investasi di daerah.
11. Untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi investor,
perlu dilakukan peningkatkan dan penguatan kapasitas
kelembagaan pemerintah daerah termasuk kejelasan
4 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, serta peningkatan
kapasitas aparatur, kelembagaan, dan keuangan pemerintah
daerah.
12. Untuk menghindari timbulnya kesenjangan baru antara
wilayah koridor ekonomi dengan wilayah sekitarnya di setiap
pulau, maka pembangunan daerah tertinggal, termasuk desa
tertinggal, perlu ditingkatkan dengan melakukan
pemberdayaan ekonomi lokal, penciptaan akses transportasi
lokal ke wilayah pertumbuhan, dan percepatan pemenuhan
infrastruktur dasar.
13. Pada saat yang bersamaan diperlukan percepatan peningkatan
pembangunan kawasan perkotaan untuk mewujudkan kota
layak huni yang aman dan nyaman; hijau yang berketahanan
iklim dan bencana; cerdas; dan mempunyai daya saing kota.
Disamping itu, diperlukan juga peningkatan pembangunan
kawasan perdesaan yang bertujuan untuk mewujudkan
kemandirian masyarakat dan menciptakan desa-desa mandiri
dan berkelanjutan yang memiliki ketahanan sosial, ekonomi,
dan ekologi, serta penguatan keterkaitan kegiatan ekonomi
kota-desa.
14. Selain daripada itu, akan dilakukan pula penanganan kawasan
perbatasan yang ditujukan untuk mewujudkan kawasan
perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat,
berdaya saing, dan aman. Pendekatan pembangunan kawasan
perbatasan terdiri: (i) pendekatan keamanan (security
approach) dan (ii) pendekatan peningkatan kesejahteraan
masyarakat (prosperity approach).
15. Karena hampir seluruh wilayah di Indonesia memiliki risiko
tinggi terhadap bencana, maka risiko bencana tersebut perlu
dikelola atau diminimalkan.
Pada akhirnya diharapkan dapat tercapai pengurangan
kesenjangan antar wilayah antara KBI dan KTI. Kerangka
pengembangan wilayah secara diagramatis dapat dilihat pada Gambar
1.1 dan Gambar 1.2.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 5
GAMBAR 1.2
KERANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH
Sumber : Bappenas, 2014
1.2 Tema Pengembangan Wilayah
Pengembangan wilayah didasarkan pada pembagian 7 (tujuh)
wilayah pembangunan, yaitu: Wilayah Papua, Wilayah Maluku, Wilayah
Nusa Tenggara, Wilayah Sulawesi, Wilayah Kalimantan, Wilayah Jawa-
Bali dan Wilayah Sumatera. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau menjadi acuan utama dalam
mengendalian tata ruang, serta pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
6 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
GAMBAR 1.3
SKETSA HIRARKI PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DAN HINTERLAND
Sumber : Bappenas, 2014
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 7
Pengembangan wilayah berdasarkan pada potensi dan
keunggulan daerah, serta lokasi geografis yang strategis di masing-
masing pulau. Adapun tema pengembangan wilayah di setiap pulau
adalah sebagai berikut :
1. Pembangunan Wilayah Pulau Papua sebagai "lumbung
pangan melalui pengembangan industri berbasis komoditas
padi, jagung, kedelai, kacang tanah, sagu, ubi, sayur dan buah-
buahan, serta pengembangan peternakan dan tanaman non-
pangan, seperti tebu, karet, dan kelapa sawit; percepatan
pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui
pengembangan pariwisata bahari; serta lumbung energi di
Kawasan Timur Indonesia melalui pengembangan minyak, gas
bumi, dan tembaga."
2. Pembangunan Wilayah Kepulauan Maluku sebagai
"produsen makanan laut dan lumbung ikan nasional dengan
percepatan pembangunan perekonomian berbasis maritim
(kelautan) melalui pengembangan industri berbasis komoditas
perikanan; serta pengembangan industri pengolahan berbasis
nikel, dan tembaga."
3. Pembangunan Wilayah Kepulauan Nusa Tenggara sebagai
"pintu gerbang pariwisata ekologis melalui pengembangan
industri Meeting, Incentive, Convetion, Exhibition (MICE);
penopang pangan nasional dengan percepatan pembangunan
perekonomian berbasis maritim (kelautan) melalui
pengembangan industri perikanan, garam, dan rumput laut;
pengembangan industri berbasis peternakan terutama sapi,
jagung; serta pengembangan industri mangan, dan tembaga.”
4. Pembangunan Wilayah Pulau Sulawesi sebagai "salah satu
pintu gerbang Indonesia dalam perdagangan internasional dan
pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia dengan
pengembangan industri berbasis logistik; serta lumbung
pangan nasional dengan pengembangan industri berbasis
kakao, padi, jagung; dan pengembangan industri berbasis rotan,
aspal, nikel, dan biji besi; serta percepatan pembangunan
ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan
industri perikanan dan pariwisata bahari."
5. Pembangunan Wilayah Pulau Kalimantan sebagai "salah
satu paru-paru dunia dengan mempertahankan luasan hutan
Kalimantan; dan lumbung energi nasional dengan
pengembangan hilirisasi komoditas batu bara; serta
pengembangan industri berbasis komoditas kelapa sawit, karet,
8 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
bauksit, bijih besi, gas alam cair, pasir zirkon dan pasir kuarsa,
serta pengembangan food estate."
6. Pembangunan Wilayah Pulau Jawa-Bali sebagai "lumbung
pangan nasional dan pendorong sektor industri dan jasa
nasional dengan pengembangan industri makanan-minuman,
tekstil, otomotif, alutsista, telematika, kimia, alumina dan besi
baja; salah satu pintu gerbang destinasi wisata terbaik dunia
dengan pengembangan ekonomi kreatif; serta percepatan
pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui
pengembangan industri perkapalan dan pariwisata bahari.”
7. Pembangunan Wilayah Pulau Sumatera sebagai "salah satu
pintu gerbang Indonesia dalam perdagangan internasional dan
lumbung energi nasional, diarahkan untuk pengembangan
hilirisasi komoditas batu bara, serta industri berbasis
komoditas kelapa sawit, karet, timah, bauksit, dan kaolin."
Secara diagramatis, tema pembangunan wilayah di masing-
masing pulau dapat dilihat pada Gambar 1.3 dan Gambar 1.4.
1.3 Tujuan dan Sasaran Pokok Pengembangan Wilayah
Dengan mengacu Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) 2005-2025, maka tujuan pengembangan wilayah
pada tahun 2015-2019 adalah untuk mengurangi kesenjangan
pembangunan wilayah antara KBI dan KTI melalui percepatan dan
pemerataan pembangunan wilayah dengan menekankan keunggulan
kompetitif perekonomian daerah berbasis SDA yang tersedia, SDM
berkualitas, penyediaan infrastruktur, serta meningkatkan kemampuan
ilmu dan teknologi secara terus menerus. Pada akhirnya diharapkan
dapat tercapai "Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Secara Merata di
Seluruh Wilayah."
Adapun sasaran pengembangan wilayah pada tahun 2015-2019
adalah sebagai berikut:
1. Untuk percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi
wilayah, sasarannya adalah pengembangan pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi di masing-masing pulau dengan
memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah, termasuk
diantaranya adalah pengembangan 10 KEK, 13 KAPET, 4
KPBPB, 169 KPI.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 9
GAMBAR 1.4
TEMA PENGEMBANGAN WILAYAH
WILAYAH TEMA
PAPUA
Sebagai lumbung pangan melalui pengembangan industri berbasis komoditas
padi, jagung, kacang tanah, sagu, ubi, sayur dan buah-buahan, serta
pengembangan peternakan dan tanaman non-pangan, seperti tebu, karet,
dan kelapa sawit; percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim
(kelautan) melalui pengembangan pariwisata bahari; serta lumbung energi
di kawasan Timur Indonesia, melalui pengembangan minyak, gas bumi, dan
tembaga.
MALUKU
Sebagai produsen makanan laut dan lumbung ikan nasional dengan
percepatan pembangunan perekonomian berbasis maritim (kelautan), melalui
pengembangan industri berbasis komoditas perikanan; serta
pengembangan industri pengolahan berbasis nikel dan tembaga.
NUSA TENGGARA
Sebagai pintu gerbang pariwisata ekologis dan penopang pangan
nasional, diarahkan dengan pengembangan industri MICE; penopang
pangan nasional dengan percepatan perekonomian berbasis maritim
(kelautan) melalui perikanan, garam dan rumput laut; pengembangan
industri berbasis peternakan, terutama sapi, jagung; serta pengembangan
industri mangan, dan tembaga.
SULAWESI
Sebagai salah satu pintu gerbang Indonesia dalam perdagangan
internasional dan pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia dengan
pengembangan industri berbasis logistik, serta lumbung pangan nasional
dengan pengembangan industri berbasis kakao, padi, jagung, dan
pengembangan industri berbasis rotan, aspal, nikel, dan bijih besi; serta
percepatan pembangunan berbasis maritim (kelautan) melalui
pengembangan industri perikanan dan pariwisata bahari.
KALIMANTAN
Sebagai salah satu paru-paru dunia dengan mempertahankan luas hutan
Kalimantan; dan lumbung energi nasional dengan pengembangan hilirisasi
komoditas batu bara; serta pengembangan industri berbasis komuditas
kelapa sawit, karet, bauksit, bijih besi, gas alam cair, pasir zirkon dan pasir
kuarsa, serta pengembangan food estate.
JAWA-BALI
Sebagai lumbung pangan nasional dan penopang sektor industri dan jasa
nasional dengan mengembangkan industri makanan-minuman, tekstil,
otomotif, alutsista, telematika, kimia, alumina, dan besi baja; salah satu pintu
gerbang destinasi wisata terbaik dunia dengan pengembangan industri
kreatif; serta percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim
(kelautan) melalui pengembangan industri perkapalan dan pariwisata bahari.
SUMATERA
Sebagai salah satu pintu gerbang Indonesia dalam perdagangan
internasional dan energi nasional, diarahkan untuk pengembangan hilirisasi
komoditas batu bara, serta industri berbasis komoditas kelapa sawit, karet,
timah, bauksit, dan kaolin.
10 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
GAMBAR1.5
TEMAPENGEMBANGANWILAYAHINDONESIA2015-2019
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 11
2. Percepatan pembangunan ekonomi nasional berbasis
maritim (kelautan) dengan memanfaatkan sumber daya
kelautan, yaitu peningkatan produksi perikanan;
pengembangan energi dan mineral kelautan;
pengembangan kawasan bahari; dan kemampuan industri
maritim dan perkapalan, dengan sasaran (a) peningkatan
produksi perikanan tangkap dan budidaya sebesar 48 juta
ton pada tahun 2019 (termasuk rumput laut); (b)
peningkatan dan pengembangan jumlah kapal perintis 75
unit untuk menghubungkan pulau besar dan pulau-pulau
kecil dan 100 lintas subsidi perintis; (c) pengutuhan dan
penambahan luasan kawasan koservasi laut dari 15,7 juta
ha (tahun 2013) menjadi 20 juta ha (tahun 2019); (d)
pengembangan energi dan mineral kelautan, serta
kawasan wisata bahari; (e) peningkatan cakupan
pengawasan sumber daya perikanan dan kelautan
menjadi 53,4 persen terhadap wilayah pengelolaan
perikanan Indonesia.
3. Untuk menghindari terjadinya kesenjangan antar wilayah
di masing-masing pulau, sasarannya adalah pembangunan
daerah tertinggal sebanyak 75 Kabupaten tertinggal dapat
terentaskan dengan sasaran outcome: (a) meningkatkan
rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal
sebesar 7,35 persen; (b) menurunnya persentase
penduduk miskin di daerah tertinggal menjadi 12,5
persen; dan (c) meningkatnya Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) di daerah tertinggal sebesar 71,5.
4. Untuk mendorong pertumbuhan pembangunan kawasan
perkotaan sekaligus pemerataan pembangunan di luar
Jawa, sasarannya adalah percepatan pembangunan 5
Kawasan Strategis Nasional (KSN) Perkotaan baru sebagai
Pusat Kegiatan Nasional (PKN).
5. Untuk mengendalikan (buffer) arus urbanisasi, dilakukan
optimalisasi sedikitnya 20 kota otonom sedang di luar
Pulau Jawa khususnya di KTI sebagai pusat pertumbuhan
utama yang mendorong keterkaitan kota dan desa-desa di
sekitarnya;
6. Untuk menjaga pertumbuhan wilayah dan meningkatkan
daya saing kota, dilakukan peningkatan peran dan fungsi
sekaligus perbaikan manajemen pembangunan di 7 KSN
Perkotaan yang sudah ada sebagai pusat kegiatan skala
global;
12 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
7. Sementara itu, sesuai dengan amanat UU No. 6/2014
tentang Desa, maka akan dilakukan pembangunan
perdesaan dengan sasaran mengurangi jumlah desa
tertinggal dari 26 persen (2011) menjadi 20 persen
(2019).
8. Untuk meningkatkan keterkaitan pembangunan kota-
desa, sasarannya adalah dapat diwujudkan 39 pusat
pertumbuhan baru perkotaan sebagai Pusat Kegiatan
Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).
9. Untuk pembangunan perdesaan, sasarannya adalah
mengurangi jumlah desa tertinggal sampai 5.000 desa
atau meningkatkan jumlah desa mandiri sedikitnya 2.000
desa.
10. Untuk mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman
depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman,
sasarannya adalah pengembangan 26 Pusat Kegiatan
Strategis Nasional (PKSN) sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi kawasan perbatasan negara yang dapat
mendorong pengembangan kawasan sekitarnya, terutama
187 lokasi prioritas (lokpri) perbatasan.
11. Untuk mengurangi risiko bencana, maka sasaran
penanggulangan bencana adalah mengurangi indeks
risiko bencana pada PKN dan PKW yang memiliki indeks
risiko bencana tinggi, baik yang berfungsi sebagai KEK,
KAPET, KSN, ataupun PKSN.
12. Untuk penguatan tata kelola pemerintahan dan
peningkatan kapasitas aparatur pemerintah daerah,
sasaran yang perlu dicapai adalah: (1) Meningkatnya
proporsi penerimaan pajak dan retribusi daerah Provinsi
dan Kabupaten/Kota; (2) Meningkatnya proporsi belanja
modal dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota pada
tahun 2019 serta sumber pembiayaan lainnya dalam
APBD; (3) Meningkatnya opini audit BPK di tingkat
Provinsi dan Kabupaten/Kota; (4) Meningkatnya kualitas
dan proporsi tingkat pendidikan aparatur daerah untuk
jenjang S1 sebesar 60% dan S2-S3 sebesar 8%; (5)
Terlaksananya diklat kepemimpinan daerah serta diklat
manajemen pembangunan, kependudukan, dan keuangan
daerah di seluruh wilayah; (6) Terlaksananya evaluasi
otsus dan pembenahan terhadap kelembagaan, aparatur,
dan pendanaan pelaksanaan otsus; (7) Terlaksananya
sinergi perencanaan dan penganggaran di wilayah; (8)
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 13
Meningkatnya implementasi pelaksanaan SPM di daerah,
khususnya pada pendidikan, kesehatan dan infrastruktur;
(9) Terlaksananya pengaturan kewenangan secara
bertahap di daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota; (10)
Meningkatnya persentase jumlah PTSP di daerah Provinsi
dan Kabupaten/Kota; (11) Meningkatnya persentase
jumlah perizinan terkait investasi yang dilimpahkan oleh
kepala daerah ke PTSP; (12) Terlaksananya sinergi
perencanaan dan penganggaran; (13) Terlaksananya
koordinasi pusat dan daerah melalui peningkatan peran
gubernur sebagai wakil pemerintah; (14) terlaksananya
sistem monitoring dan evaluasi dana transfer secara on-
line di daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota; (14)
Terlaksananya penguatan kelembagaan Badan Percepatan
Pembangunan Kawasan Papua dan Papua Barat.
13. Untuk mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan, maka sasaran penataan
ruang meliputi: (a) terwujudnya keharmonisan antara
lingkungan alam dan lingkungan buatan; (b) terwujudnya
keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan
sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya
manusia; dan (c) terwujudnya pelindungan fungsi ruang
dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan
akibat pemanfaatan ruang.
Sehubungan dengan sasaran tersebut, diharapkan pada akhir
tahun 2019, kesenjangan pembangunan wilayah antara KBI dan KTI
semakin berkurang yang dicerminkan dengan makin meningkatnya
kontribusi PDRB KTI terhadap PDB Nasional, yaitu dari sekitar 20
persen (2014) menjadi 22-25 persen. Dengan demikian, kondisi
tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
KTI. Secara rinci target pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan
pengangguran dalam kurun waktu 2015-2019 dapat dilihat pada Tabel
1.2 sampai dengan Tabel 1.4 sebagai berikut :
14 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
TABEL 1.1
SASARAN PERTUMBUHAN EKONOMI PER WILAYAH
TAHUN 2015-2019
Wilayah
Pertumbuhan Ekonomi (Persen)
2015 2016 2017 2018 2019
Sumatera 5.7 - 5.8 6.1 - 6.3 6.3 - 6.7 6.7 - 7.3 7.2 - 8.0
Jawa-Bali 5.6 - 5.7 6.5 - 6.7 6.9 - 7.3 7.0 - 7.6 7.4 - 8.2
Nusa Tenggara 5.9 - 6.1 6.2 - 6.5 6.5 - 6.9 7.2 - 7.8 7.3 - 8.1
Kalimantan 5.0 - 5.1 5.8 - 6.0 6.0 - 6.3 6.6 - 7.2 7.3 - 8.0
Sulawesi 7.4 - 7.5 7.5 - 7.8 8.0 - 8.5 8.5 - 9.2 8.7 - 9.6
Maluku 6.4 - 6.6 6.7 - 7.0 7.5 - 8.0 7.7 - 8.3 7.8 - 8.6
Papua 11.7-11.9 13.0-13.5 15.5 -16.5 16.5-17.9 16.5-18.2
Sumber : Perhitungan Bappenas, 2014
TABEL 1.2
SASARAN TINGKAT KEMISKINAN PER WILAYAH
TAHUN 2015-2019
Wilayah
Tingkat Kemiskinan (Persen)
2015 2016 2017 2018 2019
Sumatera 9.4 - 9.2 9.0 - 8.6 8.1 - 7.6 7.1 - 6.5 5.6 - 5.1
Jawa-Bali 9.1 - 8.9 8.7 - 8.4 7.8 - 7.4 6.9 - 6.4 5.5 - 5.0
Nusa Tenggara 16.1 - 15.8 15.4 - 14.8 13.8 - 13.0 12.2 - 11.2 9.6 - 8.7
Kalimantan 5.8 - 5.7 5.5 - 5.3 4.9 - 4.6 4.3 - 4.0 3.4 - 3.1
Sulawesi 9.7 - 9.5 9.3 - 8.9 8.4 - 7.9 7.4 - 6.8 5.8 - 5.3
Maluku 12.9 - 12.7 12.3 - 11.8 11.0 - 10.3 9.7 - 8.9 7.6 - 6.9
Papua 27.1 - 26.6 25.8 - 24.8 23.0 - 21.6 20.1 – 18.6 15.9 - 14.4
Sumber : Perhitungan Bappenas, 2014
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 15
TABEL 1.3
SASARAN TINGKAT PENGANGGURAN PER WILAYAH
TAHUN 2015-2019
Wilayah
Tingkat Pengangguran (Persen)
2015 2016 2017 2018 2019
Sumatera 5.7 - 5.5 5.5 - 5.3 5.3 - 5.0 5.1 - 4.8 5.0 - 4.5
Jawa-Bali 6.4 - 6.3 6.3 - 6.0 6.1 - 5.7 5.9 - 5.5 5.8 - 5.2
Nusa Tenggara 3.8 - 3.7 3.6 - 3.5 3.5 - 3.3 3.4 - 3.1 3.3 – 3.0
Kalimantan 4.8 - 4.7 4.7 - 4.5 4.5 - 4.3 4.4 - 4.0 4.2 - 3.8
Sulawesi 4.8 - 4.7 4.7 - 4.5 4.6 - 4.3 4.4 - 4.1 4.1 - 3.7
Maluku 5.6 - 5.5 5.4 - 5.2 5.2 - 4.9 5.0 - 4.7 4.9 - 4.4
Papua 3.3 - 3.3 3.2 - 3.1 3.1 - 2.9 3.3 - 3.0 2.9 - 2.6
Sumber : Perhitungan Bappenas, 2014
1.4 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah
1.4.1 Pengembangan Kawasan Strategis2
Arah Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis adalah
percepatan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah
dengan memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan
keunggulan daerah dan peningkatan efisiensi dalam penyediaan
infrastruktur. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari
pendekatan sektoral dan regional. Setiap wilayah akan
mengembangkan produk yang menjadi potensi dan keunggulannya.
Strategi yang akan dilakukan dalam pengembangan kawasan strategis
tersebut adalah:
1. Pengembangan Potensi Ekonomi Wilayah
Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan, baik yang telah
ada (KEK, KAPET, KPBP, dan KPI) maupun yang baru, terutama
di wilayah koridor ekonomi Kalimantan, Sulawesi, Nusa
Tenggara, Maluku dan Papua. Pada pusat-pusat pertumbuhan
tersebut akan dibangun klaster-klaster industri pengolahan
2
Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan untuk
mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budi daya unggulan
sebagai “penggerak utama pengembangan wilayah.” Pusat-Pusat pertumbuhan tersebut dapat berupa KEK,
KAPET, KPI, KPBPB dsb.
16 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
produk yang menjadi keunggulannya, terutama yang
mempunyai nilai tambah tinggi dan menciptakan banyak
kesempatan kerja. Selain itu, akan dilakukan pula percepatan
pembangunan ekonomi nasional berbasis maritim (kelautan) di
kawasan pesisir dengan memanfaatkan sumber daya kelautan
dan jasa kemaritiman, yaitu peningkatan produksi perikanan;
pengembangan energi dan mineral kelautan; pengembangan
kawasan wisata bahari; dan kemampuan industri maritim dan
perkapalan.
2. Percepatan Pembangunan Konektivitas
Percepatan pembangunan konektivitas/infrastruktur di
wilayah pertumbuhan, antar wilayah pertumbuhan serta antar
wilayah koridor ekonomi atau antar pulau melalui percepatan
pembangunan infrastruktur pelabuhan, bandara, jalan,
informasi dan telekomunikasi, serta pasokan energi. Tujuan
penguatan konektivitas adalah untuk (a) menghubungkan
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi untuk memaksimalkan
pertumbuhan berdasarkan prinsip keterpaduan melalui inter-
modal supply chained system; (b) memperluas pertumbuhan
ekonomi dari pusat-pusat pertumbuhan ekonomi ke wilayah
belakangnya (hinterland) (c) menyebarkan manfaat
pembangunan secara luas melalui peningkatan konektivitas
dan pelayanan dasar ke daerah tertinggal, terpencil dan
perbatasan.
3. Peningkatan Kemampuan SDM dan Iptek
Peningkatan pengembangan kemampuan SDM dan Iptek
dilakukan melalui penyediaan SDM yang memiliki kompetensi
yang disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan industri di
masing-masing pusat-pusat pertumbuhan, Selain itu, akan
dilakukan pembangunan klaster inovasi sebagai Centre of
Excellence atau Science and Technology Park dalam rangka
mendukung peningkatan kemampuan berinovasi untuk
meningkatkan daya saing di Koridor Ekonomi, serta
mengoptimalkan interaksi dan pemanfaatan sumber daya
universitas, lembaga litbang, dan dunia usaha.
4. Regulasi dan Kebijakan
Dalam rangka mempermudah proses pembangunan, Pemerintah
akan melakukan deregulasi (debottlenecking) peraturan-
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 17
peraturan yang menghambat pengembangan investasi dan
usaha di kawasan pertumbuhan ekonomi, melalui: (i)
mempercepat penyelesaian peraturan pelaksanaan undang-
undang yang terkait dengan investasi, (ii) menghilangkan
tumpang tindih antar peraturan yang sudah ada baik di tingkat
pusat dan daerah, maupun antara sektor/lembaga, (iii) merevisi
atau menerbitkan peraturan yang sangat dibutuhkan untuk
mendukung pengembangan wilayah strategi, (iv) menyusun
peraturan untuk memberikan insentif bagi pengembangan
investasi di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, dan (v)
menyusun atau merevisi peraturan untuk mempercepat dan
menyederhanakan proses serta memberikan kepastian
perizinan;
5. Peningkatan Iklim Investasi dan iklim usaha
Dalam rangka mempermudah dan memperlancar proses
kemudahan berusaha dan berinvestasi, perlu dilakukan
melalui: (i) penyederhanaan prosedur investasi dan prosedur
berusaha, (ii) peningkatan efisiensi logistik, (iii) optimalisasi
Pelayanan Terpada Satu Pintu (PTSP) dan penggunaan Sistem
Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi Secara Elektronik
(SPIPISE), (iv) meningkatkan efektivitas pelaksanaan KPS
terutama dalam investasi penyediaan infrastruktur dan energi,
(v) meningkatkan efektivitas strategi promosi investasi, (vi)
pembatalan perda bermasalah dan pengurangan biaya untuk
memulai usaha, (vii) menerapkan kebijakan labour market
flexibility terutama terkait pertimbangan penetapan UMP
dengan tetap mempertimbangkan upaya untuk menarik minat
investor (iklim usaha); dan pemberian insentif fiskal dan non
fiskal.
1.4.2 Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan
1.4.2.1 Pembangunan Perkotaan
Arah kebijakan pembangunan wilayah perkotaan difokuskan
untuk membangun kota berkelanjutan dan berdaya saing menuju
masyarakat kota yang sejahtera berdasarkan karakter fisik, potensi
ekonomi dan budaya lokal. Untuk itu, strategi pembangunan perkotaan
tahun 2015-2019 adalah :
1. Perwujudan Sistem Perkotaan Nasional (SPN)
a) Mengembangkan 5 Kawasan Strategis Nasional (KSN)
18 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Perkotaan sebagai Pusat Kegiatan skala global dan Pusat
Kegiatan Nasional (PKN), yaitu: kawasan perkotaan
Jabodetabekjur3 di provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan
Banten; kawasan perkotaan Cekungan Bandung4(Jawa
Barat); kawasan perkotaan Kedungsepur5 di Provinsi
Jawa Tengah; kawasan perkotaan Gerbangkertosusila6
di Provinsi Jawa Timur; dan kawasan perkotaan
Sarbagita7 di Provinsi Bali, di wilayah Jawa-Bali.
b) Mengembangkan KSN Perkotaan di luar Jawa-Bali
termasuk kawasan perkotaan Mebidangro8 di wilayah
Sumatera dan kawasan perkotaan Mamminasata9 di
wilayah Sulawesi; dan membentuk usulan KSN
Perkotaan baru di Wilayah Sumatera (kawasan
perkotaan Palembang dan sekitarnya, kawasan
perkotaan Padang dan sekitarnya), Kalimantan (kawasan
perkotaan Banjarmasin dan sekitarnya), Sulawesi
(kawasan perkotaan Manado dan sekitarnya), dan Nusa
Tenggara Barat (kawasan perkotaan Mataram dan
sekitarnya) sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi
sekaligus pemerataan pembangunan di luar Jawa-Bali.
c) Melakukan optimalisasi sedikitnya di 20 Kota sedang
yang diarahkan sebagai pengendali (buffer) arus
urbanisasi dan diarahkan sebagai pusat pertumbuhan
utama yang mendorong keterkaitan kota dan desa di
wilayah sekitarnya.
d) Mengembangkan 39 pusat pertumbuhan baru sebagai
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)10 atau Pusat Kegiatan
Lokal (PKL)11 yang mendorong terwujudnya keterkaitan
kota dan desa.
3
Jakarta–Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi-Cianjur
4
Kota Bandung, Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat, Kota Cimahi, Kab. Majalengka, Kab. Sumedang
5
Kabupaten Kendal, Demak, Ungaran di Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, Kota Semarang, dan Purwodadi di
Kabupaten Grobogan
6
Gersik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan
7
Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Gianyar, dan Tabanan) di Provinsi Bali, di wilayah Jawa-Bali
8
Kawasan Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo
9
Makassar, Maros, Sungguminasa, dan Takalar
10
PKW: kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota
11PKL: kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 19
2. Perwujudan Kota Layak Huni yang Aman dan Nyaman
a) Menyediakan sarana dan prasarana dasar perkotaan
sesuai dengan tipologi kotanya;
b) Meningkatkan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan
sosial budaya;
c) Mengembangkan perumahan sesuai dengan tipologinya;
d) Mengembangkan sistem transportasi publik terintegrasi
dan multimoda sesuai dengan tipologi dan kondisi
geografisnya;
e) Menyediakan dan meningkatkan sarana prasarana
ekonomi khususnya sektor perdagangan dan jasa
termasuk pasar tradisional, koperasi dan Usaha Mikro
Kecil Menengah (UMKM);
f) Meningkatkan keamanan kota melalui pencegahan,
penyediaan fasilitas dan sistem penanganan
kriminalitas dan konflik, serta memberdayakan modal
sosial masyarakat kota;
3. Perwujudan Kota Hijau yang Berketahanan Iklim dan
Bencana
a) Menata, mengelola, dan mengendalikan
penyelenggaraan penataan ruang dan kegiatan
perkotaan yang efisien dan berkeadilan.
b) Meningkatkan kapasitas masyarakat, kelembagaan dan
teknologi informasi dan komunikasi dalam menerapkan
prinsip kota hijau dan membangun ketahanan kota
terhadap perubahan iklim dan bencana alam (urban
resilience).
c) Mengembangkan dan menerapkan konsep kota hijau
melalui: green transportation, green open space (ruang
terbuka hijau), green waste (pengelolaan sampah dan
limbah melalui 3R12), green water (efisiensi
pemanfaatan dan pengelolaan air permukaan) dan green
energy (pemanfaatan sumber energi yang efisien dan
ramah lingkungan) untuk pengurangan tingkat
pencemaran di darat, laut, dan udara, pemanfaatan
energi alternatif dan terbarukan, pemanfaatan daur
12
3R: pengurangan (Reduce), pemanfaatan kembali (Re-use), dan Daur Ulang (Re-cycle)
20 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
ulang, serta pengembangan kegiatan perekonomian kota
(green Economy).
4. Pengembangan Kota Cerdas dan Daya Saing Kota
a) Mengembangkan perekonomian dengan membangun
pencitraan kota (city branding) yang mendukung
pencitraan bangsa (nation branding).
b) Menyediakan infrastruktur dan pelayanan publik melalui
penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
c) Membangun kapasitas masyarakat yang inovatif, kreatif
dan produktif.
5. Peningkatan Kapasitas Tata Kelola Pembangunan
Perkotaan
a) Mewujudkan sistem, peraturan dan prosedur dalam
birokrasi kepemerintahan kota yang tanggap terhadap
kebutuhan masyarakat kota berkelanjutan.
b) Meningkatkan kapasitas pemimpin kota yang visioner
dan kapasitas aparatur pemerintah dalam membangun
dan mengelola kota berkelanjutan, melalui pendidikan,
pelatihan dan pembinaan secara bersikenambungan.
c) Menyederhanakan proses perijinan dan berusaha bagi
para pelaku ekonomi termasuk Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (PTSP).
d) Membangun dan mengembangkan kelembagaan dan
kerjasama pembangunan antar kota dan antar kota-
kabupaten.
e) Mengembangkan dan menyediakan pusat data informasi
perkotaan terpadu yang mudah diakses.
f) Meningkatkan peran swasta, organisasi masyarakat, dan
organisasi profesi secara aktif, dalam penyusunan
kebijakan perencanaan dan pembangunan Kota
Berkelanjutan.
g) Mengembangkan lembaga bantuan teknis dan bank
pembiayaan pembiayaan infrastruktur perkotaan.
1.4.2.2 Pengembangan Perdesaan
Sesuai dengan amanat UU No. 6/2014 tentang Desa, tujuan
pembangunan desa/ perdesaan adalah mewujudkan kemandirian
masyarakat dan menciptakan desa-desa berkelanjutan yang memiliki
ketahanan sosial, ekonomi, dan ekologi, serta membangun keterkaitan
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 21
pembangunan ekonomi lokal antara perdesaan dan perkotaan.
Sasaran utama pembangunan perdesaan difokuskan kepada
pembangunan desa dan pembangunan kawasan perdesaan.
Pembangunan desa ditujukan untuk menurunkan tingkat kemiskinan
di desa dan mengurangi jumlah desa tertinggal dan terisolasi, serta
meningkatkan desa-desa berkembang dan desa mandiri.
Sedangkan pembangunan kawasan perdesaan ditujukan untuk
memperluas dan mendiversifikasikan kegiatan ekonomi masyarakat
desa, mendorong terjadinya industrialisasi perdesaan berbasis usaha
mikro, kecil, menengah dan koperasi, serta mengembangkan kegiatan
pengolahan Sumber Daya Alam (SDA) yang berkelanjutan oleh
masyarakat desa berbasis ketahanan sosial-ekonomi dan ekologi
perdesaan. Oleh karena itu, kebijakan pembangunan perdesaan tahun
2015-2019 dilakukan dengan strategi sebagai berikut:
1. Perwujudan konektivitas antara kota sedang dan kota kecil,
antara kota kecil dan desa, serta antar pulau
a) Mempercepat pembangunan sistem, sarana dan
prasarana transportasi yang terintegrasi antara laut,
darat, dan udara untuk memperlancar arus barang, jasa,
penduduk, dan modal;
b) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
memfasilitasi perdagangan dan pertukaran informasi
antar wilayah;
c) Mempercepat pemenuhan suplai energi untuk memenuhi
kebutuhan domestik dan industri.
2. Perwujudan keterkaitan antara kegiatan ekonomi hulu dan
hilir desa-kota melalui pengembangan klaster khususnya
agropolitan, minapolitan, pariwisata, dan transmigrasi.
a) Meningkatkan hasil pertanian dan perikanan, serta
mengembangkan industri pengolahannya yang berbasis
koperasi dan usaha kecil dan menengah.
b) Menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang
kegiatan agribisnis di sektor pertanian dan
perikanan/kelautan serta pengembangan kawasan
pariwisata.
c) Mengembangkan lembaga keuangan di daerah untuk
meningkatkan akses terhadap modal usaha khususnya di
sektor pertanian dan perikanan/kelautan serta sektor lain
yang mendukung.
22 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
d) Menerapkan teknologi dan inovasi untuk meningkatkan
nilai tambah dan daya saing industri pengolahan dan jasa.
3. Peningkatan tata kelola ekonomi lokal yang berorientasi
kepada keterkaitan desa-kota
a) Mengembangkan sistem perdagangan antar daerah yang
efisien;
b) Meningkatkan peran Pelayanan Terpadu Satu Pintu di
daerah;
c) Mengembangkan kerjasama antar daerah khususnya di
luar Jawa-Bali dan kerjasama pemerintah-swasta;
d) Mengembangkan forum dialog antar stakeholder yang
mendorong perwujudan kerjasama;
e) Mengembangkan pendidikan kejuruan untuk memperkuat
kemampuan inovasi, dan kreatifitas lokal
1.4.2.3 Peningkatan Keterkaitan Perkotaan dan Perdesaan
Arah kebijakan peningkatan keterkaitan perkotaan dan
perdesaan difokuskan pada perwujudan Sistem Perkotaan Nasional
yang berperan sebagai Penghubung Kota-Desa (PKD), dengan
menghubungkan keterkaitan fungsional antara pasar dan kawasan
produksi. Dalam PKD ini terdapat suatu kegiatan yang dapat
meningkatkan nilai dari komoditas barang dan jasa dari kawasan
sekitar (hinterland) perkotaan maupun perdesaan. Kebijakan tersebut
dijabarkan melalui strategi sebagai berikut:
1. Perwujudan Konektivitas antar Kota Sedang dan Kota
Kecil, dan antar Kota Kecil dan Desa sebagai Tulang
Punggung (Backbone) Keterhubungan Desa-Kota.
a) Mempercepat pembangunan sistem, sarana dan prasarana
di bidang transportasi, dan komunikasi untuk
memperlancar arus barang, jasa, penduduk, dan modal.
b) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
memfasilitasi perdagangan dan pertukaran informasi
antar wilayah.
c) Mempercepat pemenuhan suplai energi untuk memenuhi
kebutuhan domestik dan industri.
2. Perwujudan Keterkaitan antara Kegiatan Ekonomi Hulu
(upstream linkages) dan Kegiatan Ekonomi Hilir
(downstream linkages) Desa-Kota.
a) Mengembangkan industri kecil dan menengah yang
mengolah hasil pertanian/perikanan dan industri yang
berbasis koperasi dan usaha kecil dan menengah.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 23
b) Menyediakan sarana dan prasarana termasuk informasi
pasar dan pemasaran dalam menunjang kegiatan
agribisnis dan industrialisasi perdesaan.
c) Mengembangkan lembaga keuangan daerah untuk
meningkatkan akses terhadap modal usaha di sektor
pertanian dan perikanan.
d) Menerapkan teknologi dan inovasi guna menerapkan
ekonomi hijau dan ekonomi kreatif sehingga dapat
meningkatkan nilai tambah dan daya saing di industri
pengolahan.
e) Strategi perwujudan keterkaitan antara Kegiatan Ekonomi
Hulu dan Hilir tersebut di atas dapat dilakukan melalui
pengembangan agribisnis (agrowisata dan agroindustri),
pariwisata, dan transmigrasi.
3. Peningkatan Kapasitas Tata Kelola, Kelembagaan, dan
Masyarakat dalam Peningkatan Keterkaitan Kota-Desa
a) Menyediakan peraturan yang mendukung pergerakan
barang dan jasa antara desa-kota dan antar wilayah.
b) Menyederhanakan proses perijinan dan berusaha dengan
mengefektifkan peran lembaga Perijinan Terpadu Satu
Pintu di daerah guna meningkatkan iklim dunia usaha.
c) Mengembangkan kerjasama antar daerah dan kerjasama
pemerintah-swasta, serta mengembangkan forum-forum
yang mendorong perwujudan kerjasama.
d) Meningkatkan pendidikan formal dan informal untuk
memperkuat kemampuan inovasi, kreatifitas lokal serta
potensi keragaman sosial budaya untuk membangun daya
saing kota-desa.
24 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
1.4.3 Pengembangan Daerah Tertinggal13 dan Kawasan
Perbatasan14
1.4.3.1 Pengembangan Daerah Tertinggal
Arah kebijakan percepatan pembangunan daerah tertinggal
difokuskan pada:
a. Upaya pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar publik;
b. Pengembangan perekonomian masyarakat yang didukung
oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan
infrastruktur penunjang konektivitas antara daerah
tertinggal dan kawasan strategis.
Strategi pengembangan daerah tertinggal sebagai berikut:
a. Pengembangan perekonomian masyarakat di daerah
tertinggal dalam rangka meningkatkan nilai tambah sesuai
dengan karakteristik, posisi strategis, dan keterkaitan
antarkawasan yang meliputi aspek infrastruktur,
manajemen usaha, akses permodalan, inovasi, dan
pemasaran;
b. Peningkatan aksesibilitas yang menghubungkan daerah
tertinggal dengan kawasan strategis melalui pembangunan
sarana dan prasarana, seperti: peningkatan akses jalan,
jembatan, pelabuhan, serta pelayanan penerbangan
perintis dan pelayaran perintis;
c. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), Iptek,
dan kapasitas tata kelola kelembagaan pemerintahan
daerah tertinggal, meliputi aspek peningkatan kapasitas
aparatur pemerintahan daerah, kelembagaan dan
keuangan daerah;
d. Percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
untuk pelayanan publik dasar di daerah tertinggal,
terutama di bidang pendidikan, kesehatan, air minum,
transportasi, listrik, dan telekomunikasi;
13
Daerah Tertinggal adalah meliputi kabupaten yang masih dalam kategori tertinggal berdasarkan kriteria
ekonomi; SDM; infrastruktur; kapasitas keuangan daerah; aksesibilitas; dan karakteristik daerah.
14
Kawasan Perbatasan Negara adalah wilayah kabupaten/kota yang secara geografis dan demografis
berbatasan langsung dengan negara tetangga dan atau laut lepas. Kawasan perbatasan negara meliputi
kawasan perbatasan darat dan kawasan perbatasan laut termasuk pulau-pulau kecil terluar.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 25
e. Penguatan kapasitas kelembagaan pemerintahan daerah
dan peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM)
untuk daerah tertinggal yang sudah terentaskan.
f. Percepatan pembangunan wilayah Papua dan Papua Barat
yang diprioritaskan pada: (i) peningkatan tata kelola
pemerintah daerah, dan (ii) peningkatan kesejahteraan
masyarakat, melalui pengembangan ekonomi masyarakat
asli Papua, peningkatan pelayanan pendidikan dan
kesehatan yang menjangkau di kampong terisolir,
membuka akses infrastruktur di pegunungan tengah dan
wilayah terisolir Papua dan Papua Barat lainnya,
pemihakan putra-putri asli Papua dalam pendidikan
kedinasan dan pendidikan menengah, dan meningkatkan
kemampuan kelembagaan pemerintahan Provinsi dan
Kabupaten/Kota di Papua dan Papua Barat.
1.4.3.2 Pengembagan Kawasan Perbatasan
Pengembangan kawasan perbatasan 2015-2019 difokuskan
pada 26 Pusat Kegiatan Strategis Nasional15 (PKSN) Kawasan
Perbatasan dan 187 lokasi prioritas (lokpri) perbatasan. Arah
kebijakan pengembangan kawasan perbatasan adalah mewujudkan
kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat,
berdaya saing, dan aman. Pendekatan pembangunan kawasan
perbatasan terdiri: (i) pendekatan keamanan (security approach), dan
(ii) pendekatan peningkatan kesejahteraan masyarakat (prosperity
approach).
Sehubungan dengan hal tersebut,strategi pengembangan
kawasan perbatasan diperlukan melalui:
a. Pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi kawasan
perbatasan negara berdasarkan karakteristik wilayah,
potensi lokal, dan mempertimbangkan peluang pasar
negara tetangga dengan didukung pembangunan
infrastruktur transportasi, energi, sumber daya air, dan
telekomunikasi;
b. Pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang handal
serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
dalam memanfaatkan dan mengelola potensi lokal, untuk
15
Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong
pengembangan kawasan perbatasan negara.
26 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
mewujudkan kawasan perbatasan negara yang berdaya
saing;
c. Pembangunan konektivitas simpul transportasi utama
Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) dengan lokasi
prioritas (Kecamatan disekitarnya), Pusat Kegiatan Wilayah
(Ibukota Kabupaten), Pusat Kegiatan Nasional (Ibukota
Provinsi). Untuk kawasan perbatasan laut, pelayanan
transportasi laut perlu peningkatan kualitas dan intensitas
pelayanan. Konektivitas simpul transportasi juga didorong
untuk menghubungkan dengan negara tetangga. Membuka
akses transportasi darat, sungai, laut, dan udara di dalam
Lokasi Prioritas (Lokpri) dengan jalan/moda/dermaga non
status dan pelayanan keperintisan;
d. Transformasi kelembagaan lintas batas negara, yaitu
Costum, Immigration, Quarantine, Security (CIQS) menjadi
satu sistem pengelolaan yang terpadu;
e. Peningkatan kualitas dan kuantitas, serta standarisasi
sarana-prasarana pengamanan perbatasan laut dan darat,
serta melibatkan peran aktif masyarakat dalam
mengamankan batas dan kedaulatan negara;
f. Penegasan batas wilayah negara di darat dan laut melalui
Pra-investigation, refixation, maintanance (IRM),
pelaksanaan IRM, penataan kelembagaan diplomasi
perundingan yang didukung oleh kelengkapan data/peta
dukung dan kapasitas peran dan fungsi kelembagaan yang
kuat; dan
g. Peningkatan kerjasama perdagangan (Border Trade
Aggreement) dan kerjasama pertahanan dan keamanan
batas wilayah dengan negara tetangga.
1.4.4 Penanggulangan Bencana
Untuk mengantisipasi risiko bencana yang sudah ada dan yang
berpotensi dimasa yang akan datang bila tidak dikelola/ diminimalisasi
akan dapat mengakibatkan terjadinya kemunduran dari pembangunan
yang sudah dilakukan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka arah
kebijakan didalam penanggulangan bencana adalah (1) mengurangi
risiko bencana; dan (2) meningkatkan ketangguhan menghadapi
bencana.
Strategi penanggulangan bencana dan risiko bencana adalah
sebagai berikut.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 27
a. Pengarusutamaan pengurangan risiko bencana dalam
pembangunan sektoral dan wilayah;
b. Harmonisasi kebijakan dan regulasi penanggulangan
bencana di pusat dan daerah;
c. Penyediaan kajian dan peta risiko untuk perencanaan
pembangunan;
d. Penyusunan RPJMD dan RTRWP/K yang sensitif terhadap
risiko bencana;
e. Penyediaan dan operasionalisasi sistem peringatan dini;
f. Penyediaan infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaan;
g. Pengembangan IPTEK dan pendidikan untuk membangun
budaya keselamatan terhadap bencana;
h. Perkuatan kapasitas manajemen penanggulangan bencana
pada fase pra bencana, tanggap darurat, dan pasca bencana
dan peningkatan kapasitas aparatur dan masyarakat;
i. Partisipasi dan peranserta multi-pihak dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana;
j. Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangka
pembangunan berkelanjutan;
k. Penurunan kerentanan terhadap bencana.
1.4.5 Pengembangan Tata Ruang Wilayah Nasional
Untuk mendukung pelaksanaan percepatan pembangunan
wilayah, diperlukan landasan utama pembangunan, yaitu: penataan,
pemanfaatan dan pengendalian tata ruang yang ditujukan untuk
pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Acuan untuk pengembangan
tata ruang wilayah nasional mengacu pada PP No. 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Adapun arah kebijakan pengembangan tata ruang wilayah
nasional adalah sebagai berikut:
a) Kebijakan terkait pengembangan struktur tata ruang:
 peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat
pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan
berhierarki;
 peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan
jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi,
energi, dan sumber daya air yang terpadu dan
merata di seluruh wilayah nasional;
b) Kebijakan terkait pengembangan pola ruang:
28 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
 pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi
lingkungan hidup
 pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang
dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup
 pengendalian perkembangan kegiatan budidaya
agar tidak melampaui daya dukung dan daya
tampung lingkungan;
 pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan
dan meningkatkan keseimbangan ekosistem,
melestarikan keanekaragaman hayati,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi
perlindungan kawasan, melestarikan keunikan
bentang alam, dan melestarikan warisan budaya
nasional;
 pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan
dalam pengembangan perekonomian nasional yang
produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam
perekonomian internasional;
 pengembangan kawasan tertinggal untuk
mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan
antarkawasan.
Strategi yang diuraikan di bawah hanya mencakup strategi
untuk pengembangan struktur ruang khususnya terkait dengan
peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasaran; dan
strategi untuk pengembangan pola ruang khususnya pengembangan
kawasan lindung, dan strategi pengendalian perkembangan kegiatan
budidaya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan,
serta strategi untuk pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup. Sedangkan strategi untuk pengembangan
kebijakan lainnya dipertimbangkan dalam perumusan pengembangan
strategi-strategi pengembangan kawasan strategis, daerah tertinggal,
daerah perbatasan, kawasan perkotaan, dan kawasan perdesaan.
Untuk melaksanakan arah kebijakan pengembangan tata ruang
wilayah nasional tersebut, maka strategi pengembangan tata ruang
wilayah sebagai berikut:
1. Peningkatan Kualitas dan Jangkauan Pelayanan Jaringan
Prasarana, meliputi:
a) meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan
mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat,
laut, dan udara;
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 29
b) mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi
terutama di kawasan terisolasi;
c) meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan
energi terbarukan dan tak terbarukan secara optimal
serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan
tenaga listrik;
d) meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta
mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya
air;
e) meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak
dan gas bumi, serta mewujudkan sistem jaringan pipa
minyak dan gas bumi nasional yang optimal.
2. Pemeliharaan dan Perwujudan Kelestarian Fungsi
Lingkungan Hidup, meliputi:
a) menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut,
dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi;
b) mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu
wilayah pulau dengan luas paling sedikit 30 persen dari
luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya;
c) mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan
lindung yang telah menurun akibat pengembangan
kegiatan budi daya, dalam rangka mewujudkan dan
memelihara keseimbangan ekosistem wilayah.
3. Pencegahan Dampak Negatif Kegiatan Manusia Terhadap
Kerusakan Lingkungan Hidup, meliputi:
a) menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup;
b) melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan
perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan
oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung
perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;
c) melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk
menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang
dibuang ke dalamnya;
d) mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara
langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan
sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan
hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan
yang berkelanjutan;
30 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
e) mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara
bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa
kini dan generasi masa depan;
f) mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk
menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber
daya alam yang terbarukan untuk menjamin
kesinambungan ketersediaannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta
keanekaragamannya;
g) mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai
daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana.
4. Pengendalian Perkembangan Kegiatan Budi Daya Sesuai Daya
Dukung dan Daya Tampung Lingkungan, meliputi:
a) membatasi perkembangan kegiatan budi daya terbangun
di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi
kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana;
b) mengembangkan perkotaan metropolitan dan kota besar
dengan mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara
vertikal dan kompak;
c) mengembangkan ruang terbuka hjau dengan luas paling
sedikit 30 persen (tiga puluh persen) dari luas kawasan
perkotaan;
d) membatasi perkembangan kawasan terbangun di
kawasan perkotaan besar dan metropolitan untuk
mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan
sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi
kawasan perdesaan di sekitarnya. mengembangkan
kegiatan budidaya yang dapat mempertahankan
keberadaan pulau-pulau kecil.
5. Pelestarian dan Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung
Lingkungan Hidup, meliputi:
a) menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi
lindung;
b) mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis
nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung
kawasan;
c) membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan
strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi
lindung kawasan;
d) membatasi pengembangan prasarana dan sarana di
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 31
dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional yang
dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya;
e) mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun di
sekitar kawasan strategis nasional yang berfungsi
sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan
lindung dengan kawasan budi daya terbangun;
f) merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun
akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di
dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional.
1.4.6 Tata Kelola Pemerintah Daerah dan Otonomi Daerah
Tata kelola pemerintah daerah dan otonomi daerah memiliki
arah kebijakan dan strategi sebagai berikut:
1. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintah Daerah
a) Penataan kewenangan
Adapun arah kebijakan penataan kewenangan adalah
meningkatkan kualitas dan sinkronisasi penataan
kewenangan antar level pemerintahan. Strategi yang
dilakukan adalah: (a) Penguatan regulasi dan kebijakan
penataan kewenangan; (b) Penguatan peran gubernur
melalui sebagai wakil Pemerintah Pusat; dan (c)
Formulasi desentralisasi Asimetris dalam penataan
kewenangan.
b) Harmonisasi peraturan perundangan
Adapun arah kebijakannya adalah meningkatkan
kualitas harmonisasi peraturan perundangan sektoral
dan investasi dengan peraturan perundangan daerah.
Strategi yang dilakukan adalah (a) Pembinaan dan
fasilitasi peningkatan kapasitas pelaku penyusun Perda
dan (b) Fasilitasi peningkatan kapasitas pemerintahan
provinsi dalam evaluasi dan harmonisasi peraturan
daerah.
c) Penataan daerah
Adapun arah kebijakannya adalah meningkatkan
kualitas penataan DOB serta “penundaan” pemekaran
DOB. Strategi yang dilakukan adalah: (a) Penguatan
regulasi dan kebijakan penataan daerah; (b)
Pengembangan pedoman daerah persiapan,
32 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
penggabungan serta penghapusan daerah; dan (c)
Peningkatan kapasitas DOB.
d) Sinergi perencanaan dan penganggaran
Adapun arah kebijakannya adalah meningkatkan sinergi
perencanaan dan penganggaran untuk efektifitas dan
efesiensi serta pemerataan pelaksanaan pembangunan
di daerah. Strategi yang dilakukan adalah: (a) Penguatan
regulasi sinergi perencanaan dan penganggaran; dan (b)
Perbaikan mekanisme perencanaan, khususnya
Musrenbang.
e) Inovasi dan Pelayanan Publik
Arah kebijakan inovasi dan pelayanan publik yaitu
perbaikan kualitas pelayanan publik yang semakin
merata agar mampu mendukung percepatan
kesejahteraan masyarakat dan peningkatan daya saing
daerah. Strategi terkait inovasi dan pelayanan public
meliputi: (a) Optimalisasi pemanfataan teknologi
informatika guna menciptakan pelayanan yang lebih
cepat, murah dan efisien; (b) Penerapan standar
pelayanan dan sistem pengaduan pada tiap pemerintah
daerah yang terintegrasi dengan manajemen kinerja;
dan (c) Penguatan peran PTSP sebagai sarana
penyederhanaan pelayanan kepada masyarakat dan
dunia usaha.
2. Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Daerah
a) Penguatan Aparatur Pemerintah Daerah
Arah kebijakan terkait isu penguatan aparatur
pemerintah daerah yaitu percepatan penerapan
Undang-undang Aparatur Sipil Negara dalam rangka
menjamin tersedianya aparatur pemerintah daerah yang
profesional, memiliki integritas, dan terdistribusikan
secara merata di berbagai daerah sesuai dengan beban
kerja masing-masing daerah. Strategi turunan arah
kebijakan tersebut yaitu penguatan mutu pendidikan
dan pelatihan berbasis kompetensi sesuai arah dan
prioritas pembangunan daerah.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 33
b) Reformasi Birokrasi
Arah kebijakan Reformasi Birokrasi aparatur
pemerintah daerah yaitu percepatan reformasi birokrasi
pemerintah daerah dalam rangka mewujudkan tata
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang bersih dari
korupsi dan kolusi. Untuk mewujudkan percepatan
reformasi birokrasi tersebut strategi yang dilakukan
yaitu penguatan transparansi dan pemberdayaan peran
masyarakat dalam memperkuat sistem akuntabilitas
pemerintah daerah sebagai sarana percepatan
pemberantasan korupsi.
3. Peningkatan Kapasitas Keuangan Daerah
a) Kualitas belanja pemerintah daerah
Adapun arah kebijakannya adalah Meningkatkan
belanja pemerintah daerah yang berkontribusi
signifikan terhadap pembangunan. Strategi yang
dilakukan adalah: (a) Peningkatan proporsi belanja
modal; (b) Pengurangan rasio belanja pegawai
terhadap total belanja; (c) Pengembangan variasi
pendanaan untuk belanja infrastruktur di daerah, antara
lain melalui skema hibah, pinjaman, dan skema obligasi;
dan (d) Peningkatan akuntabilitas dan transparansi
penganggaran, salah satunya melalui penciptaan
informasi anggaran pemerintah daerah melalui e-
government. Peningkatan kualitas yang kerjasama
daerah dalam upaya peningkatan pelayanan publik di
daerah.
b) Mekanisme monitoring dan evaluasi dana transfer
- Arah kebijakannya adalah Penyempurnaan Kebijakan
Dana Transfer ke Daerah melalui strategi
penyempurnaan revisi UU No.33 tahun 2004 dan
regulasi turunan yang terkait.
- Arah kebijakannya adalah penguatan mekanisme
monitoring dan evaluasi dana transfer melalui strategi
yang dilakukan meliputi: (a) Penataan mekanisme
monitoring dan evaluasi dana transfer yang terintegrasi
di tingkat provinsi secara on-line; (b) Penerapan skema
evaluasi dan penetapan alokasi dana transfer sesuai
34 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
kinerja dalam sistem transfer yang ada saat ini; dan (c)
Penataan mekanisme dalam proses monitoring dana
transfer Otsus melalui pelibatan aktif masyarakat.
4. Pelaksanaan Otonomi Khusus
Adapun arah kebijakannya adalah penguatan pelaksanaan
Otonomi Khusus bagi kemajuan pembangunan daerah dan
kesejahteraan masyarakat. Strategi pembangunan yang
ditempuh antara lain adalah: (a) Perbaikan kerangka
peraturan perundangan mengenai Otonomi Khusus; dan (b)
Penguatan tranparansi dan akuntabilitas kebijakan dan
pengelolaan keuangan Daerah.
1.5 Kaidah Pelaksanaan Pengembangan Wilayah
1.5.1 Sinergi Pusat-Daerah dan Kerjasama Antardaerah
Salah satu faktor terpenting dalam sinergi pusat dan daerah
adalah terwujudnya sinergi kebijakan antara pemerintah pusat dan
daerah. Oleh karena itu, setiap kebijakan yang dirumuskan perlu
memperhatikan dan menampung aspirasi daerah, serta mengutamakan
penyelesaian permasalahan secara nyata di daerah. Selain itu, sinergi
kebijakan juga dimaksudkan agar pemerintah daerah mampu
memahami dan melaksanakan kebijakan pemerintah pusat dengan
efisien dan efektif; serta mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut
dengan berbagai sumber daya yang tersedia.
Sinergi kebijakan pembangunan antara pusat dan daerah dan
antardaerah diperlukan untuk: (1) memperkuat koordinasi
antarpelaku pembangunan di pusat dan daerah; (2) menjamin
terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah,
antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah; (3) menjamin
keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan, baik di Pusat maupun di Daerah; (4)
mengoptimalkan partisipasi masyarakat di semua tingkatan
pemerintahan; serta (5) menjamin tercapainya penggunaan sumber
daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Upaya bersama Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang
dapat dilakukan antara lain: (1) sinergi berbagai dokumen
perencanaan pembangunan (RPJP dan RPJPD, RPJM dan RPJMD, RKP
dan RKPD); (2) sinergi dalam penetapan target pembangunan; (3)
standarisasi indikator pembangunan yang digunakan oleh
kementerian/lembaga dan satuan perangkat kerja daerah; (4)
pengembangan database dan sistem informasi pembangunan yang
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 35
lengkap dan akurat; (5) sinergi dalam kebijakan perijinan investasi di
daerah; dan (6) sinergi dalam kebijakan pengendalian tingkat inflasi.
Sinergi dalam perencanaan kebijakan pembangunan pusat dan
daerah baik lima tahunan maupun tahunan akan dilaksanakan dengan
mengoptimalkan penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang) di semua tingkatan pemerintahan
(desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan nasional)
sehingga terwujud sinkronisasi antara kebijakan, program dan
kegiatan antarsektor, antarwaktu, antarwilayah, dan antara pusat dan
daerah. Selain itu, Musrenbang juga diharapkan dapat lebih mendorong
terciptanya proses partisipasi semua pelaku pembangunan dan
berkembangnya transparansi dan akuntabilitas dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
1.5.2 Kerangka Pendanaan
Sinergi Pusat-Daerah dilaksanakan selaras dengan upaya
penataan dan penguatan kerangka perimbangan keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Salah satu kebijakan
RPJMN 2015-2019 adalah restrukturisasi dan penataan instrumen
pendanaan melalui transfer ke daerah termasuk dana alokasi umum
(DAU), dana alokasi khusus (DAK) dan dana bagi hasil (DBH) yang
secara keseluruhan disebut dana perimbangan (DP); serta dana
otonomi khusus (Dana Otsus) untuk menjaga harmonisasi kepentingan
nasional dan kebutuhan daerah.
Dalam lima tahun mendatang pengelolaan dana perimbangan
dan dana otonomi khusus diarahkan untuk: (1) meningkatkan
kapasitas fiskal daerah dan mengurangi kesenjangan fiskal antara
pusat dan daerah, serta antar daerah; (2) menyelaraskan besaran
kebutuhan pendanaan di daerah dengan pembagian urusan
pemerintahan; (3) meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah
dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antardaerah; (4)
meningkatkan daya saing daerah; (5) mendukung kesinambungan
fiskal nasional dalam kerangka kebijakan ekonomi makro; (6)
meningkatkan kemampuan daerah dalam menggali potensi ekonomi
daerah; (7) meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya
nasional; dan (8) meningkatkan sinkronisasi antara rencana
pembangunan nasional dengan rencana pembangunan daerah.
Dalam rangka meningkatkan efektivitas pemanfaatan DAU
langkah yang akan dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
antara lain adalah untuk: (1) mewujudkan seutuhnya fungsi DAU
sebagai block grant belanja publik pemda menurut kewenangan; (2)
menyusun formulasi DAU secara komprehensif yang mampu
36 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
menggambarkan seluruh fungsi daerah dalam menunjang keutuhan
nasional, serta memberikan perhatian khusus kepada daerah-daerah
dengan beban nasional seperti pusat prasarana vital dan strategis,
pusat investasi, kawasan hutan lindung dan wilayah perbatasan yang
belum diakomodasi dalam aspek legal.
Dalam upaya meningkatkan efektivitas pelaksanaan DAK,
langkah yang akan ditempuh Pusat-Daerah antara lain adalah: (1)
sinergi perencanaan DAK antara kementerian/lembaga dan satuan
kerja perangkat daerah agar pengelolaan dan pemanfaatan DAK benar-
benar mendorong peningkatan pelayanan publik di daerah dan
mendukung pencapaian prioritas nasional; (2) memberi kewenangan
kepada Gubernur dalam pelaksanaan DAK sehingga masuk dalam
APBD, serta menjamin efektivitas program dan kelancaran pelaporan;
dan (3) sinkronisasi petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang
dikeluarkan kementerian/lembaga agar sesuai dengan kebutuhan
daerah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan DBH dan
mengurangi ketimpangan fiskal antara pemerintah pusat dan pemda,
langkah yang akan ditempuh Pemerintah Pusat bersama Pemerintah
Daerah dalam lima tahun mendatang adalah: (1) menjamin
keterbukaan informasi dan data dari pusat kepada daerah; dan (2)
mempercepat penyaluran DBH sumber daya alam.
Dalam rangka menjamin efektivitas pengelolaan dan
pemanfaatan dana dekonsentrasi untuk mencapai prioritas
pembangunan nasional, memperkuat kapasitas pemerintah daerah,
dan meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
di daerah, maka langkah yang akan ditempuh dalam lima tahun
mendatang adalah (1) mempertegas kerangka organisasi dan personil
pelaksana pemanfaatan dana dekonsentrasi; (2) sinkronisasi
perencanaan program antara kementerian/lembaga dan satuan kerja
perangkat daerah; dan (3) penentuan sasaran fungsional program
secara bersama.
Selain itu, dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan
pendanaan pembangunan daerah, maka dapat dilakukan dengan
peningkatan Kerjasama Pemerintah – Swasta (KPS), penerbitan
obligasi daerah, dan peningkatan kinerja BUMD.
1.5.3 Kerangka Regulasi
Sinergi dalam kerangka regulasi diarahkan untuk mendorong
harmonisasi peraturan perundang-undangan baik dalam bentuk
Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, Peraturan
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 37
Presiden, dan Peraturan Menteri dalam mendukung pelaksanaan
program dan kegiatan yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019. Selain
itu, sinergi juga diarahkan untuk meningkatkan kesepahaman,
kesepakatan dan ketaatan dalam melaksanakan peraturan perundang-
undangan. Oleh karena itu, setiap kebijakan dan peraturan perundang-
undangan di daerah baik Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur,
Peraturan Bupati dan Peraturan Walikota harus harmonis dan sinkron
dengan kebijakan dan peraturan perundang-undangan nasional baik
Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dan
Peraturan Menteri.
Sinergi pusat dan daerah antara lain dilakukan dengan: (1)
konsultasi dan koordinasi secara lebih efektif dalam penyusunan
peraturan perundangan; (2) pembentukan forum koordinasi lintas
instansi dalam rangka harmonisasi peraturan perundangan: baik
penyusunan peraturan baru maupun review atas peraturan yang sudah
ada; dan (3) fasilitasi proses legislasi guna mengurangi jumlah Perda
yang bermasalah.
1.5.4 Kerangka Kelembagaan
Sinergi Pusat-Daerah dalam bidang pemerintahan akan
diarahkan untuk memperbaiki tata kelola kelembagaan pemerintahan
daerah dan meningkatkan kapasitas aparatur daerah. Dalam upaya
memperbaiki tata kelola pemerintahan daerah, upaya yang akan
dilakukan dalam lima tahun mendatang diarahkan mempercepat
reformasi organisasi perangkat daerah agar mampu menyelenggarakan
urusan pemerintahan secara lebih efisien dan efektif, meningkatkan
mutu dan jangkauan publik pelayanan sesuai standar pelayanan
minimal (SPM) yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, melaksakan
kaidah penyelenggaraan pemerintahan yang baik; serta meningkatkan
daya saing daerah. Sementara, upaya peningkatan kapasitas aparatur
daerah diarahkan untuk menjadi aparatur yang lebih handal, kompeten
dan profesional dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan di daerah.
Sinergi Pemerintah Pusat-Daerah yang akan dilakukan dalam
lima tahun mendatang adalah: (1) menata dan menyempurnakan
pengaturan kewenangan antartingkat pemerintahan sebagai dasar
penetapan kinerja dan alokasi anggaran dengan penerapan anggaran
berbasis secara bertanggung jawab; (2) mengendalikan pemekaran
daerah dan memantapkan pengelolaan daerah otonom dengan tetap
mengutamakan harmonisasi kepentingan nasional dan kebutuhan
daerah dan rentang kendali manajemen yang ideal: serta (3)
meningkatkan kapasitas aparatur yang mampu menjembatani
38 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
kepentingan nasional dan daerah serta kerjasama antardaerah.
Sinergi dalam kerangka regulasi diarahkan untuk mendorong
harmonisasi peraturan perundang-undangan baik dalam bentuk
Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, Peraturan
Presiden, dan Peraturan Menteri dalam mendukung pelaksanaan
program dan kegiatan yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019. Selain
itu, sinergi juga diarahkan untuk meningkatkan kesepahaman,
kesepakatan dan ketaatan dalam melaksanakan peraturan perundang-
undangan. Oleh karena itu, setiap kebijakan dan peraturan perundang-
undangan di daerah baik Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur,
Peraturan Bupati dan Peraturan Walikota harus harmonis dan sinkron
dengan kebijakan dan peraturan perundang-undangan nasional baik
Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dan
Peraturan Menteri. Sinergi pusat dan daerah antara lain dilakukan
dengan: (1) konsultasi dan koordinasi secara lebih efektif dalam
penyusunan peraturan perundangan; (2) pembentukan forum
koordinasi lintas instansi dalam rangka harmonisasi peraturan
perundangan: baik penyusunan peraturan baru maupun review atas
peraturan yang sudah ada; dan (3) fasilitasi proses legislasi guna
mengurangi jumlah Perda yang bermasalah.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 1
BAB 2
ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH PAPUA
2.1 Capaian Kinerja Saat Ini
1. Berdasarkan data BPS dari tahun 2009 hingga Triwulan II tahun
2014, kinerja pertumbuhan ekonomi provinsi di Wilayah Papua
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Rata-rata
pertumbuhan ekonomi dengan migas Wilayah Papua selama
kurun waktu 2009 – 2013 sebesar 9,6 persen (dengan migas)
atau diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,9
persen. Namun demikian, peranan Wilayah Papua dalam
pembentukan PDB nasional mengalami penurunan dari 2,0
persen (2009) menjadi 1,6 persen (Triwulan II 2014).
2. Pemerintah Provinsi di Wilayah Papua telah cukup berhasil
dalam menurunkan jumlah penduduk miskin dari tahun 2009
hingga 2014 (Maret), namun masih berada di atas angka
kemiskinan nasional sebesar 14,15 persen (2009) dan 11,25
persen (Maret 2014). Demikian halnya dengan pencapaian
tingkat pengangguran terbuka (TPT), Pemerintah Provinsi di
Wilayah Pulau juga telah berhasil menurunkan TPT dan sudah di
bawah TPT nasional sebesar 7,87 persen (2009) dan 5,70
persen (Feb, 2014).
3. Dari sisi peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka di
Wilayah Papua ini masih perlu ditingkatkan. Hal ini
diindikasikan dengan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
di Wilayah Papua masih berada di bawah rata-rata IPM nasional
sebesar 71,76 (2009) dan 73,81 (2013). Namun demikian, dari
tahun ke tahun pada masing-masing provinsi mengalami
peningkatan nilai IPM.
4. Dari sisi distribusi pendapatan antar golongan masyarakat,
seluruh provinsi di Wilayah Papua mengalami kenaikan
kesenjangan pendapatan antar golongan. Hal ini diindikasikan
dengan meningkatnya angka Rasio Gini provinsi-provinsi di
Wilayah Papua yang cenderung meningkat pada tahun 2013
dibandingkan dengan tahun 2009 dan masih berada di atas rata-
rata rasio gini nasional 0,413 (2013). Ke depan, hal ini perlu
mendapatkan perhatian agar proses pembangunan terus lebih
melibatkan masyarakat secara inklusif, sehingga hasil-hasil
pembangunan tersebut dapat dinikmati secara merata oleh
masyarakat.
2 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
2.2 Potensi dan Keunggulan Wilayah
Wilayah Papua sebagai salah satu pulau terbesar di Indonesia
dengan potensi sumber daya alam sangat besar di sektor
pertambangan, migas dan pertanian.
1. Komoditas sektor pertambangan dan penggalian yang paling
dominan adalah minyak, gas, dan tembaga. Pada tahun 2013,
sektor pertambangan dan penggalian sudah berkontribusi
sebesar 33,56 persen untuk seluruh Wilayah Papua. Kontribusi
sektor ini di Wilayah Papua terpusat di Provinsi Papua yang
menjadi salah satu penyumbang terbesar bagi sektor
pertambangan nasional. Dengan bertumpunya perekonomian
Wilayah Papua pada sektor pertambangan dan penggalian
menyebabkan fluktuasi pada sektor ini akan sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan.
2. Wilayah Papua memiliki potensi gas bumi sebesar 23,91 TSCF
(Trillion Square Cubic Feet) atau sebesar 23,45 persen dari
potensi cadangan gas bumi nasional. Sementara itu, cadangan
minyak bumi di Wilayah Papua mencapai sekitar 66,73 MMSTB
atau sebesar 0,91 persen dari cadangan minyak bumi nasional
yang mencapai 7.039,57 MMSTB (Million Stock Tank
Barrels/Cadangan Minyak Bumi). Cadangan gas bumi di sekitar
Teluk Bintuni. Sementara itu, cadangan migas terbesar terdapat
di sekitar Sorong, Blok Pantai Barat Sarmi, dan Semai.
3. Tembaga merupakan hasil tambang yang sangat potensial
untuk dikembangkan di Wilayah Papua karena memiliki lebih
dari 45 persen cadangan tembaga nasional yang sebagian
eksplorasi dan pengolahannya terpusat di Timika (Kabupaten
Mimika). Cadangan bijih tembaga di Wilayah Papua
diperkirakan sekitar 2,6 milliar ton, sementara itu cadangan
logam tembaga hanya sekitar 25 juta ton. Bahan tambang dan
galian yang menjanjikan potensi lainnya adalah bijih nikel,
pasir besi, dan emas. Bijih nikel terdapat di daerah Tanah
Merah, Jayapura. Sebagian besar dari sumber daya tersebut
masih dalam indikasi dan belum dieksploitasi. Penambangan
pasir besi, bijih tembaga, dan emas berlokasi di tempat yang
sama dengan penambangan biji tembaga di Timika.
4. Pengembangan MIFEE (Merauke Integrated Food & Energy
Estate) dialokasikan seluas 1,2 juta Ha yang terdiri dari 10
Klaster Sentra Produksi Pertanian (KSPP). Empat Klaster
Sentra Produksi Pertanian yang dikembangkan yaitu: Greater
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 3
Merauke, Kali Kumb, Yeinan, dan Bian di Kabupaten Merauke.
Untuk jangka menengah (kurun waktu 2015 – 2019) diarahkan
pada terbangunnya kawasan sentra produksi pertanian
tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan,
serta perikanan darat di Klaster Okaba, Ilwayab, Tubang, dan
Tabonji. Sedangkan untuk jangka panjang (kurun waktu 2020 –
2030) diarahkan pada terbangunnya kawasan sentra produksi
pertanian tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan
perkebunan.
5. Dari sektor pertanian terutama perkebunan, Wilayah Papua
merupakan produsen kelapa sawit yang besar di Asia, yaitu
sebesar 7,80 persen per tahun lebih tinggi dibandingkan
Malaysia yang hanya sebesar 4,20 persen per tahun.
Perkebunan kelapa sawit di Wilayah Papua saat ini telah
memiliki 43 persen dari total produksi minyak mentah sawit
(Crude Palm Oil/CPO) dunia sehingga Indonesia dikenal sebagai
penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Investasi kelapa sawit
dalam skala besar dapat meningkatkan pendapatan pemerintah
untuk jangka pendek tetapi akan sedikit mempengaruhi proses
hilir dan pertumbuhan sektor lain dikarenakan keterbatasan
kemajuan dan kaitannya multiplier effect sektor ini. Selain
kelapa sawit, produksi perkebunan karet di Wilayah Papua
secara keseluruhan cukup besar. Produksi karet di Wilayah
Papua mengalami peningkatan selama periode 2009-2013.
Pada tahun 2013, produksi karet di Wilayah Papua mencapai
2.308 ton dengan dominasi produksi dari Provinsi Papua
sebesar 2.281 ton. Wilayah Papua juga sangat berpotensi untuk
menjadi penghasil tebu yang besar karena memiliki lahan
untuk produksi tebu terluas di luar Jawa yaitu sebesar 500.000
Ha atau 47 persen dari total lahan tebu di luar Pulau Jawa.
6. Berdasarkan data BPS tahun 2013, produksi tanaman pangan di
Wilayah Papua terdiri dari produksi jagung sebesar 9.107 ton
dari luas panen 4.255 ha, produksi padi mencapai 199.362 ton
dari luas panen 58.634 ha, produksi kedelai mencapai 5.219 ton
dari luas panen sebesar 4.367 ha, produksi kacang tanah
mencapai 2.693 ton dari luas panen sebesar 2.551 ha, produksi
sagu sebesar 7.319 ton dari luas panen 7.608 ha, dan produksi
ubi jalar mencapai 455.742 ton dari luas panen sebesar 34.100
ha (2012), serta ubi kayu yang memiliki produksi mencapai
51.120 ton dari luas panen 4.253 ha. Sedangkan untuk
peternakan besar di Wilayah Papua, jumlah populasi terbesar
adalah babi, sapi potong, dan kambing. Sebaran populasi ternak
babi terbesar di Provinsi Papua sebesar 577.407 ekor di tahun
4 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
2012. Secara umum, jumlah populasi untuk ternak, sebagian
besar terdapat di Provinsi Papua dibandingkan di Provinsi
Papua Barat.
7. Selain pengembangan pertanian, Wilayah Papua juga memiliki
beberapa potensi pengembanganpariwisata terutama wisata
bahari yang merupakan tujuan wisatawan mancanegara
maupun wisatawan lokal yang salah satunya terdapat di Raja
Ampat, Provinsi Papua Barat.
2.3 Tema Pengembangan Wilayah Papua
Berdasarkan potensi dan keunggulan Wilayah Papua, maka
tema besar pembangunan Wilayah Papua sebagai "lumbung pangan
melalui pengembangan industri berbasis komoditas padi, jagung,
kedelai, kacang tanah, sagu, ubi, sayur dan buah-buahan, serta
pengembangan peternakan dan tanaman non-pangan, seperti tebu,
karet, dan kelapa sawit; percepatan pembangunan ekonomi
berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan pariwisata
bahari; serta lumbung energi di Kawasan Timur Indonesia melalui
pengembangan minyak, gas bumi, dan tembaga."
2.4 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah Papua
Tujuan pengembangan Wilayah Papua tahun 2015-2019 adalah
mendorong percepatan dan perluasan pembangunan Wilayah Papua
dengan menekankan keunggulan dan potensi daerah melalui: (a).
pengembangan hilirisasi komoditas minyak, gas bumi dan tembaga,
(b). pengembangan industri berbasis komoditas padi, jagung, kedelai,
kacang tanah, sagu, ubi, sayur dan buah-buahan, (c) peternakan dan
tanaman non-pangan, seperti tebu, karet, dan kelapa sawit, (d).
pengembangan pariwisata bahari, (e). penyediaan infrastruktur
wilayah, dan (f). peningkatan SDM dan Ilmu serta teknologi secara
terus menerus. Adapun sasaran pengembangan Wilayah Papua pada
tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Dalam rangka percepatan dan perluasan pengembangan
ekonomi Wilayah Papua, akan dikembangkan pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi di koridor ekonomi dengan
memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah, termasuk
diantaranya adalah pengembangan 1 Kawasan Industri, 1
MIFEE, 1 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET),
11 Kawasan Perhatian Investast (KPI).
2. Sementara itu, untuk menghindari terjadinya kesenjangan
antar wilayah di Wilayah Papua, maka akan dilakukan
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 5
pembangunan daerah tertinggal dengan sasaran sebanyak 9
Kabupaten tertinggal dapat terentaskan dengan sasaran
outcome: (a) meningkatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi di
daerah tertinggal menjadi 9,5 persen di tahun 2019; (b)
menurunnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal
menjadi 18 persen di tahun 2019; (c) meningkatnya Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal sebesar 68,3
pada tahun 2019.
3. Untuk mendorong pertumbuhan pembangunan kawasan
perkotaan di Papua, maka akan dilakukan optimalisasi peran 2
kota otonom berukuran sedang sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi, pusat pelayanan primer, dan hub untuk Pulau Papua
dan Maluku dalam bentuk Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
sekaligus sebagai pendukung pengembangan kawasan
perbatasan negara.
4. Sesuai dengan amanat UU 6/2014 tentang Desa, maka akan
dilakukan pembangunan perdesaan dengan sasaran
berkurangnya jumlah desa tertinggal sedikitnya 340 desa atau
meningkatnya jumlah desa mandiri sedikitnya 140 desa.
5. Meningkatkan keterkaitan desa-kota, dengan memperkuat 4
pusat-pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW) atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
6. Dalam rangka mewujudkan kawasan perbatasan sebagai
halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan
aman, maka akan dikembangkan 3 Pusat Kegiatan Strategis
Nasional (PKSN) sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan
perbatasan negara yang dapat mendorong pengembangan
kawasan sekitarnya.
7. Untuk meningkatkan pelaksanaan Otonomi Daerah di Wilayah
Papua ditunjukkan dengan: (1) Meningkatnya proporsi
penerimaan pajak dan retribusi daerah sebesar 10% untuk
propinsi dan 8% untuk kabupaten/kota; (2) Meningkatnya
proporsi belanja modal dalam APBD propinsi sebesar 35% dan
untuk Kabupaten/Kota sebesar 35% pada tahun 2019 serta
sumber pembiayaan lainnya dalam APBD; (3) Meningkatnya
jumlah daerah yang mendapatkan opini wajar tanpa
pengecualian (WTP) sebanyak 2 provinsi dan 8 kabupaten/kota
di wilayah Papua; (4) Meningkatnya kualitas dan proporsi
tingkat pendidikan aparatur daerah untuk jenjang S1 sebesar
50% dan S2-S3 sebesar 5%; (5) Terlaksananya diklat
kepemimpinan daerah serta diklat manajemen pembangunan,
kependudukan, dan keuangan daerah di seluruh wilayah Papua
6 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
sebesar 30 angkatan; (6) Terlaksananya evaluasi otsus dan
pembenahan terhadap kelembagaan, aparatur, dan pendanaan
pelaksanaan otsus; (7) Terlaksananya sinergi perencanaan dan
penganggaran di wilayah Papua (dengan proyek awal Provinsi
Papua); (8) Meningkatnya implementasi pelaksanaan SPM di
daerah, khususnya pada pendidikan, kesehatan dan
infrastruktur; (9) Meningkatnya persentase jumlah PTSP
sebesar 40%; (10) Terlaksananya koordinasi pusat dan daerah
melalui peningkatan peran gubernur sebagai wakil pemerintah;
(11) terlaksananya sistem monitoring dan evaluasi dana
transfer secara on-line di wilayah Papua; (12) Terlaksananya
penguatan kelembagaan Badan Percepatan Pembangunan
Kawasan Papua dan Papua Barat.
8. Sasaran penanggulangan bencana adalah mengurangi Indeks
Risiko Bencana di Wilayah Papua pada 2 (dua) PKN terdiri dari
Kota Sorong dan Kota Jayapura; 4 (empat) PKW terdiri dari
Kota Manokwari, Kabupaten Nabire yang merupakan bagian
wilayah KAPET Biak; Kabupaten Merauke sebagai MIFFEE
Merauke dan Kabupaten Sarmi, serta Kabupaten Raja Ampat
sebagai kawasan minapolitan dan pariwisata yang memiliki
indeks risiko bencana tinggi, baik yang berfungsi sebagai
KAPET, KSN, atau PKSN.
Sehubungan dengan sasaran tersebut, diharapkan pada akhir
tahun 2019, pembangunan Wilayah Papua semakin meningkat. Hal ini
dicerminkan dengan makin meningkatnya kontribusi PDRB Wilayah
Papua terhadap PDB Nasional, yaitu dari sekitar 1,8 persen (2014)
menjadi 2,6 persen. Dengan demikian, kondisi tersebut diharapkan
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Wilayah Papua.
Secara rinci target pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan dan
pengangguran dalam kurun waktu 2015-2019 di Wilayah Papua dapat
dilihat pada Tabel 2.1 sampai dengan Tabel 2.3 sebagai berikut.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 7
TABEL 2.1
SASARAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH
PAPUA PER PROVINSI
TAHUN 2015-2019
Provinsi
Pertumbuhan Ekonomi (persen)
2015 2016 2017 2018 2019
Papua 14,0 – 14,3 14,7 - 15,3 16,2 – 17,2 16,9 – 18,3 16,9 - 18,6
Papua Barat 7,8 – 8,0 10,1 – 10,5 14,3 – 15,1 15,8 – 17,1 15,8 – 17,4
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
TABEL 2.2
SASARAN TINGKAT KEMISKINAN WILAYAH PAPUA PER PROVINSI
TAHUN 2015-2019
Provinsi
Tingkat Kemiskinan (persen)
2015 2016 2017 2018 2019
Papua 23,4 – 22,9 22,1 – 21,2 19,6 – 18,4 17,1 – 15,8 13,4 – 12,1
Papua Barat 28,2 – 27,6 26,8 – 25,7 23,9 – 22,5 21,0 – 19,4 16,6 – 15,0
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
TABEL 2.3
SASARAN TINGKAT PENGANGGURAN WILAYAH PAPUA PER PROVINSI
TAHUN 2015-2019
Provinsi
Tingkat Pengangguran (persen)
2015 2016 2017 2018 2019
Papua 5,5 – 5,4 5,3 – 5,1 5,1 – 4,8 4,9 – 4,5 4,7 – 4,2
Papua Barat 2,9 – 2,8 2,8 – 2,6 2,6 – 2,5 2,9 – 2,6 2,4 – 2,2
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
8 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
2.5 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Papua
2.5.1 Pengembangan Kawasan Strategis
Pengembangan kawasan strategis bidang ekonomi di Kawasan
Papua difokuskan pada pengembangan Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu (KAPET) Biak, Merauke Integrated Food and Energy
Estate (MIFEE), Kawasan Perdagangan Internasional Skouw Kota
Jayapura, Kawasan Industri Bongrang, Kawasan Industri Tembaga
Timika, Kawasan Pengembangan Ekonomi (KPE) Wamena Kabupaten
Jayawijaya dan usulan KEK di Provinsi Papua Barat dengan fokus
industri petrokimia dan pengembangan industri pengolahan
pertambangan mineral, yang dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Arah kebijakan pengembangan kawasan strategis bidang
ekonomi dilakukan melalui pengembangan untuk meningkatkan
infrastruktur dasar, pengembangan sumber daya manusia, dan
meningkatkan konektivitas menuju dan dalam kawasan-kawasan
strategis tersebut. Percepatan pembangunan kawasan strategis di
Wilayah Papua dilakukan melalui strategi sebagai berikut:
1. Peningkatan Potensi Ekonomi Wilayah di Koridor Ekonomi
Wilayah Papua
Pengembangan kegiatan ekonomi di kawasan strategis erat
kaitanya dengan memberdayakan masyarakat berbasis potensi
ekonomi wilayah, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan
daya saing komoditas unggulan.
a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri
(KI)
a) Peningkatan produktivitas ekspor untuk produk minyak-
gas, pengolahan pertambangan mineral di papua bagian
barat, pertanian/perkebunan, dan hasil laut.
b) Pengembangan kawasan industri petrokimia di Papua
bagian barat.
c) Pembangunan Smelter di Kabupaten Mimika.
b. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)
a) Pengembangan pengelolaan KAPET Biak dengan fokus
komoditas perikanan, rumput laut, dan pariwisata
(bahari, budaya, sejarah);
b) Percepatan pembangunan kawasan ekonomi lokal Papua
berbasis kesatuan adat, meliputi (1) Wilayah Mamta
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 9
dengan pusat pertumbuhan di Jayapura, dan fokus
industri pengolahan komoditas sagu, kakao, kelapa dalam,
pariwisata kawasan wisata Danau Sentani; (2) Wilayah
Saireri dengan pusat pertumbuhan di Biak, dan fokus
industri pengolahan komoditas rumput laut, perikanan
tangkap, udang, teripang, kelapa dalam, produk kayu
rakyat, kawasan wisata bahari Padaido; (3) Wilayah La
Pago dengan pusat pertumbuhan di Wamena, dan fokus
industri komoditas buah merah, kopi, ubi-ubian, ternak
babi, wisata budaya; (4) Wilayah Me Pago dengan pusat
pertumbuhan di Timika, dan fokus industri pengolahan
komoditas Sagu, Kopi, Buah Merah, Kepiting, Emas, Batu
Bara, Kayu Rakyat, Perikanan Air Tawar; (5) Wilayah
Anim Ha dengan pusat pertumbuhan di Merauke, dan
fokus industri pengolahan komoditas pengolahan karet,
minyak kayu putih, padi, perikanan tangkap, pengolahan
perikanan;
c) Pengembangan sentra-sentra produksi industri rakyat di
lima kawasan berbasis adat untuk memenuhi kebutuhan
input kegiatan produksi (saprodi);
d) Pengembangan sagu rakyat dan investasi industri
komoditas sagu;
e) Pengembangan pusat-pusat kegiatan ekonomi kecil dan
menengah guna mendukung potensi sektor pariwisata,
terutama industri kreatif dan makanan olahan khas
wilayah KAPET Biak, Jayapura, Merauke, Sorong,
Manokwari, Fak-fak, dan Wamena;
f) Pembinaan terhadap mutu produk usaha kecil dan
menengah di KAPET Biak.
2. Percepatan Penguatan Konektivitas
Peningkatan konektivitas antara pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi dengan kawasan-kawasan penyangga sekitarnya
meliputi:
a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri
(KI)
a) Penyelesaian pembangunan ruas-ruas jalan strategis
nasional sesuai Peraturan Presiden RI No. 40 Tahun 2013
tentang Pembangunan Jalan Strategis Nasional Dalam
Rangka Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat;
b) Percepatan pembangunan jaringan kereta api untuk
10 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
mengatasi keterisolasian dan kemahalan di pegunungan
tengah;
c) Konektivitas Kawasan MIFEE di Merauke dan sekitarnya
(Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat, dan Kabupaten
Boven Digoel);
d) Konektivitas Kawasan Industri Arar, Kawasan
Peternakan (Salawati, Bomberai, Kebar), dan lumbung
pangan Sorong Selatan, yang terhubungkan dengan Kota
Sorong dan Manokwari;
e) Percepatan penyediaan sumber energi berupa
pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Urumuka,
Mamberamo, Baliem, dan Orya;
f) Pengembangan pelabuhan Sorong, Merauke, Pomako;
penambahan kapasitas kargo Pelabuhan Laut Pomako di
Timika, pengembangan pelabuhan terminal agribisnis,
pergudangan, dan pelabuhan ekspor-impor Depapre di
Jayapura, serta pelabuhan ekspor Serapuh dan Wogikel di
Merauke.
b. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)
a) Pengembangan konektivitas darat, laut, maupun udara
pusat KAPET Biak Numfor dengan daerah penyangga
sekitarnya yaitu Nabire, Kepulauan Yapen, Waropen, dan
Supiori;
b) Pengembangan konektivitas darat, laut, maupun udara di
kawasan berbasis adat (Mamta, Saireri, La Pago, Me Pago,
Anim Ha);
c) Peningkatan kapasitas bandara yang melayani rute daerah
tertinggal, terpencil, dan terisolir (Waghete, Mopah,
Wamena, Kambuaya, Mozes Kilangin, Mindiptana).
3. Penguatan Kemampuan SDM dan IPTEK
Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan kapasitas
kelembagaan di tingkat pusat maupun di daerah dilakukan dengan
strategi:
a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri
(KI)
a) Pembinaan kelembagaan untuk mendukung pengelolaan
kawasan yang berdaya saing;
b) Penguatan kemampuan Pemda dalam menyusun
peraturan pemanfaatan lahan ulayat bersama
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 11
masyarakat adat untuk memberikan kemudahan
investasi.
c) Penyiapan tenaga kerja berkualitas dengan kompetensi
unggulan di bidang industri petrokimia dan pengolahan
pertambangan mineral, pertanian, perkebunan MIFEE
Merauke, kawasan industri Arar, kawasan peternakan
Bomberai, Kebar dan Salawati;
d) Pembangunan Science Park berteknologi tinggi sebagai
sarana peningkatan kualitas SDM kawasan.
b. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)
a) Restrukturisasi kelembagaan dan peningkatan kualitas
SDM Badan Pengelola KAPET Biak, pengelola kawasan
MIFEE di Merauke, dan pengelola Kawasan Arar;
b) Memberikan pelatihan dan pembinaan terhadap
masyarakat Papua untuk meningkatkan nilai tambah
komoditas di kawasan berbasis kesatuan adat;
c) Menyiapkan SDM yang memiliki kompetensi untuk
mengelola komoditas unggulan KAPET Biak dan
kawasan ekonomi berbasis kesatuan adat Papua;
d) Peningkatan kapasitas Orang Asli Papua (OAP) untuk
mendapatkan akses sumber daya ekonomi;
e) Pembangunan Technology Park bidang pangan dan
maritim untuk meningkatkan inovasi teknologi.
4. Penguatan Regulasi bagi Peningkatan Iklim Investasi dan
Iklim Usaha
Dalam upaya pengembangan kawasan strategis di Wilayah Papua
diperlukan sinergisasi dan sinkronisasi regulasi melalui strategi
berikut:
a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri
(KI)
a) Penerapan regulasi insentif fiskal yang sesuai dengan
karakteristik wilayah dan kompetitif, antara lain fasilitas
fiskal disemua bidang usaha, pembebasan PPN dan
PPNBM untuk bahan dan barang impor yang akan diolah
dan digunakan di KEK;
b) Penetapan regulasi untuk mengatur pemanfaatan tanah
ulayat dalam rangka memudahkan investasi;
c) Pemetaan dan penegasan batas (deliniasi) hak ulayat
12 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
khususnya pada kawasan strategis yang dikembangkan
sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi;
d) Sosialisasi kepada masyarakat adat dan investor terhadap
regulasi pemanfaatan lahan ulayat untuk investasi di
kawasan MIFEE dan kawasan industri Arar, kawasan
peternakan Bomberai, Kebar, dan Salawati;
e) Pelayanan terpadu satu pintu dan penggunaan Sistem
Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi Secara
Elektronik (SPIPISE) di bidang perizinan perindustrian,
perdagangan, pertanahan, dan penanaman modal di
Kawasan MIFEE dan Kawasan Industri Arar.
b. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)
a) Harmonisasi peraturan perundangan terkait dengan iklim
investasi, diantaranya adalah PP. Nomor 147 Tahun 2000
Tentang Perlakuan Perpajakan di KAPET;
b) Pelimpahan kewenangan antara pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan instansi terkait kepada pengelola
kawasan strategis nasional dan kawasan-kawasan industri
lainnya;
c) Sosialisasi kepada masyarakat adat terhadap regulasi
pemanfaatan lahan ulayat untuk investasi di KAPET Biak
dan kawasan ekonomi berbasis kesatuan adat;
d) Pelibatan desa dan warga desa pemilik tanah adat sebagai
pemegang saham (shareholdings) dalam pelaksanaan
program-program investasi pembangunan perdesaan;
e) Pelayanan terpadu satu pintu dan penggunaan Sistem
Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi Secara
Elektronik (SPIPISE) di bidang perizinan perindustrian,
perdagangan, pertanahan di KAPET Biak dan MIFEE di
Merauke.
2.5.2 Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan
2.5.2.1 Pengembangan Kawasan Perkotaan
Arah kebijakan pembangunan wilayah perkotaan di Wilayah
Papua difokuskan untuk membangun kota berkelanjutan dan berdaya
saing menuju masyarakat kota yang sejahtera berdasarkan karakter
fisik, potensi ekonomi dan budaya lokal. Untuk itu, strategi
pembangunan perkotaan tahun 2015-2019 adalah :
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 13
1. Perwujudan Sistem Perkotaan Nasional (SPN)
Perwujudan SPN merupakan langkah untuk meningkatkan
keterkaitan pembangunan kota, baik itu antar kota maupun
kota dengan desa serta pemenuhan fungsi kota itu sendiri.
Kondisi kota otonom di Papua (Sorong dan Jayapura) sudah
memenuhi standar, sehingga program diarahkan untuk
meningkatkan keterkaitan antar kota maupun kota-desa, yang
dilakukan dengan:
a. Mengembangkan 2 kota sedang di pulau Papua, yakni
Sorong dan Jayapura dalam rangka mempercepat
perannya sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, pusat
pelayanan primer, dan hub untuk Pulau Papua dan Pulau
Maluku dalam bentuk Pusat Kegiatan Nasional serta
sebagai pendukung pengembangan kawasan perbatasan
negara;
b. Mengembangkan kegiatan industri pengolahan untuk
mengembangkan ekonomi dan meningkatkan
keterkaitan dengan desa-kota sekitar.
c. Meningkatkan aksesibilitas antar PKN, PKW, dan PKL
disekitarnya melalui penyediaan simpul transportasi
khususnya simpul transportasi laut.
2. Percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan
(SPP) untuk mewujudkan kota layak huni yang aman dan
nyaman
a. Mempercepat pemenuhan dan peningkatan pelayanan
sarana prasarana permukiman sesuai dengan peran dan
tipologi kota serta kearifan lokal pulau Papua;
b. Meningkatkan aksesibilitas antar kota melalui
penyediaan sarana transportasi khususnya transportasi
laut termasuk penyeberangan yang didukung oleh
transportasi terpadu dan optimal sesuai dengan tipologi
dan kondisi geografis Kota Sorong dan Jayapura
c. Menyediakan pelayanan sarana dan tenaga terampil
kesehatan dan pendidikanyang mudah diakses
masyarakat;
14 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
d. Mengembangkan sarana sosial budaya yang sesuai
dengan kearifan lokal;
e. Menyediakandan Meningkatkan sarana ekonomi,
khususnya di sektor perdagangan dan jasa serta dapat
mendukung pengembangan ekonomi kawasan
perbatasan dan pulau-pulau terluar;
f. Mendorong berkembangnya industri pengolahan yang
didukung oleh Pelabuhan Nasional Sorong dan Jayapura
sebagai pusat koleksi dan distribusi di Pulau Papua;
g. Meningkatkan keamanan kota melalui pencegahan,
penyediaan fasilitas dan sistem penanganan kriminalitas
dan konflik antar suku
3. Perwujudan Kota yang Berketahanan terhadap Iklim dan
Bencana
a. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat
dalam upaya adaptasi dan mitigasi terhadap iklim
danbencana (urban resilience);
b. Membangun infrastruktur mitigasi terhadap bencana
alam yang dapatmelindungi aset-aset sosial ekonomi
masyarakat khususnya bencana banjir dan longsor;
c. Mengembangkan sistem peringatan dini termasuk
petunjuk tindakan yang harus dilakukan pada saat ada
peringatan;
4. Peningkatan Kapasitas Tata Kelola Pembangunan Perkotaan
a. Meningkatkan kapasitas pemimpin kota yang visioner
dan kapasitas aparatur pemerintahmelalui
pendampingan, pembinaan, pelatihan dan penilaian
kinerja dalam merencanakan, membangun dan
mengelola kota berkelanjutan;
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 15
GAMBAR2.1
PETALOKASIPUSAT-PUSATPERTUMBUHANWILAYAHPAPUARPJMN2015-2019
16 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
b. Meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan pemerintah kota melalui
pendampingan secara langsung dari pemerintah pusat;
c. Membangunpusat data dan informasi perkotaan terpadu
yang mudah diakses;
d. Meningkatkan peran swasta, organisasi masyarakat, dan
organisasi profesi secara aktif, dalam penyusunan
kebijakan perencanaan dan pembangunan Kota
Berkelanjutan;
e. Memperkuat peran lembaga daerah dan masyarakat
dalam mitigasi bencana daerah;
f. Merevitalisasi kelembagaan di pusat dan daerah untuk
Percepatan Pembangunan Kawasan Papua dan Papua
Barat.
2.5.2.2 Pengembangan Kawasan Perdesaan
Arah kebijakan pengembangan desa dan kawasan perdesaan di
Wilayah Papua adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa
(selanjutnya disebut kampung) dan kualitas hidup manusia serta
penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar,
pembangunan sarana dan prasarana kampung, membangun potensi
ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan
secara berkelanjutan dengan sasaran berkurangnya jumlah kampung
tertinggal sedikitnya 340 kampung atau meningkatnya jumlah
kampung mandiri sedikitnya 140 kampung. Selain itu, membangun
keterkaitan ekonomi lokal antara perkotaan dan perkampungan
melalui integrasi perkampungan mandiri pada 4 kawasan
pertumbuhan, yang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.5. Dalam
rangka percepatan pembangunan desa di Wilayah Papua akan
dilakukan:
1. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum sesuai dengan
kondisi geografis Kampung
a. Membangun sarana dan prasarana dasar perumahan di
kawasan kampung tertinggal dan berkembang;
b. Membangun sarana dan prasarana pendidikan, khususnya
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 17
sekolah dasar dan sekolah menengah dengan
mempertimbangkan cakupan pelayanannya;
c. Menyediakan layanan puskesmas keliling dan membangun
puskesmas yang memiliki kelengkapan obat-obatan yang
cukup;
d. Meningkatkan distribusi tenaga pendidik dan tenaga
kesehatan khususnya di kampung-kampung terpencil;
e. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana
transportasi, baik darat, air, maupun udara, khususnya
pada pembangunan bandara perintis;
f. Meningkatkan ketersediaan jaringan listrik (tenaga surya,
tenaga air, dll) dan jaringan telekomunikasi yang
menjangkau kampung terpencil, pulau-pulau, dan kampung
perbatasan.
2. Pengembangan kemiskinan dan pengembangan usaha
ekonomi Desa.
a. Meningkatkan peran dan kapasitas pemerintah daerah
dalam memajukan ekonomi masyarakat miskin dan
rentan;
b. Meningkatkan kapasitas masyarakat miskin dan rentan
dalam pengembangan usaha berbasis lokal melalui
pendampingan-pendampingan yang intensif;
c. Memberikan dukungan bagi masyarakat miskin dan
rentan melalui penyediaan lapangan usaha bagi
masyarakat kampung;
d. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana
produksi (benih, pupuk, jaringan irigasi, armada
perikanan, alat tangkap, bahan bakar), pasca panen,
pengolahan, dan pasar kampung.
3. Pembangunan Sumber Daya Manusia, Keberdayaan, dan
Modal Sosial Budaya Masyarakat Kampung
a. Menguatkan lembaga adat dan kampung Adat,
perlindungan hak-hak masyarakat adat sesuai dengan
perundangan yang berlaku termasuk hak atas tanah
adat/ulayat;
18 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
b. Meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui
penguatan kelompok masyarakat (kelompok wanita,
pemuda, anak, dan TKI);
c. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya pendidikan dan kesehatan;
d. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengelola
dan memanfaatkan tanah dan SDA termasuk pengelolaan
kawasan pesisir dan laut yang berkelanjutan;
e. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam bidang
kewirausahaan berbasis potensi lokal;
f. Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi
kebijakan shareholding pemerintah, kampung, dan pihak
ketiga melalui pendampingan intensif;
4. Penguatan Pemerintahan Kampung dan masyarakat
Kampung
a. Sosialisasi peraturan pelaksanaan UU No.6/2014 tentang
Kampung;
b. Peningkatan kapasitas pemerintah kampung, Badan
Permusyawaratan Kampung, dan kader pemberdayaan
masyarakat melalui fasilitasi, pelatihan, dan
pendampingan dalam (i) Perencanaan, pelaksanaan dan
monitoring pembangunan kampung, (ii) Pengelolaan
keuangan kampung, (iii) Pelayanan publik, (iv) Penyiapan
dan penetapan batas desa (khususnya desa-desa
perbatasan); serta (v) peta kampung;
c. Penguatan pemerintah kampung, masyarakat, dan
kelembagaan masyarakat dalam meningkatkan ketahanan
ekonomi, sosial, lingkungan keamanan dan politik;
d. Meningkatkan ketersediaan sarana prasarana
pemerintahan kampung;
e. Fasilitasi pengembangan data dan informasi kampung
yang digunakan sebagai acuan bersama perencanaan dan
pembangunan kampung.
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019
rancangan rpjmn 2015 2019

More Related Content

What's hot

Pemaparan laporan akhir kajian pengembangan kawasan bitung dan sekitarnya, se...
Pemaparan laporan akhir kajian pengembangan kawasan bitung dan sekitarnya, se...Pemaparan laporan akhir kajian pengembangan kawasan bitung dan sekitarnya, se...
Pemaparan laporan akhir kajian pengembangan kawasan bitung dan sekitarnya, se...
Dimas Hastomo
 
Laporan Buku Profil Palu
Laporan Buku Profil PaluLaporan Buku Profil Palu
Laporan Buku Profil Palu
Dimas Hastomo
 
Infrastruktur minapolitan
Infrastruktur minapolitanInfrastruktur minapolitan
Infrastruktur minapolitan
edi sofyan
 
Musrenbang Provinsi Jambi 2015
Musrenbang Provinsi Jambi 2015Musrenbang Provinsi Jambi 2015
Musrenbang Provinsi Jambi 2015asholahuddin
 
PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM YANG BERKE...
PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM YANG BERKE...PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM YANG BERKE...
PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM YANG BERKE...
CIFOR-ICRAF
 
Bab 5 rev 02
Bab 5 rev 02Bab 5 rev 02
Bab 5 rev 02
Deki Zulkarnain
 
Bab 7 rev 02
Bab 7 rev 02Bab 7 rev 02
Bab 7 rev 02
Deki Zulkarnain
 
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...
Oswar Mungkasa
 
Penyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecil
Penyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecilPenyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecil
Penyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecil
Didi Sadili
 
05. pengarahan joep_perumahan_kumuh_2016
05. pengarahan joep_perumahan_kumuh_201605. pengarahan joep_perumahan_kumuh_2016
05. pengarahan joep_perumahan_kumuh_2016
Advisory Specialist for P2KP
 
Implementasi Program Kota tanpa Kumuh (Kotaku) di Kelurahan Kemang Agung Keca...
Implementasi Program Kota tanpa Kumuh (Kotaku) di Kelurahan Kemang Agung Keca...Implementasi Program Kota tanpa Kumuh (Kotaku) di Kelurahan Kemang Agung Keca...
Implementasi Program Kota tanpa Kumuh (Kotaku) di Kelurahan Kemang Agung Keca...
windalimbanadi
 
Kawasan Prioritas Pengendalian Pemanfaatan Ruang KSP KP3B
Kawasan Prioritas Pengendalian Pemanfaatan Ruang KSP KP3BKawasan Prioritas Pengendalian Pemanfaatan Ruang KSP KP3B
Kawasan Prioritas Pengendalian Pemanfaatan Ruang KSP KP3B
Andes Asmuni
 
Presentasi mppn musrenbangprov rkp 2011 ntt
Presentasi mppn musrenbangprov rkp 2011 nttPresentasi mppn musrenbangprov rkp 2011 ntt
Presentasi mppn musrenbangprov rkp 2011 ntt
Dadang Solihin
 
Studio 2 (Studio Perencanaan)
Studio 2 (Studio Perencanaan)Studio 2 (Studio Perencanaan)
Studio 2 (Studio Perencanaan)
Laras Kun Rahmanti Putri
 
PWK - Studio proses perencanaan fikz
PWK - Studio proses perencanaan fikzPWK - Studio proses perencanaan fikz
PWK - Studio proses perencanaan fikz
Junik De-cliQuers'zhantonk
 
Pembangunan Papua
Pembangunan PapuaPembangunan Papua
Pembangunan PapuaSyah Rul
 
Pengelolaaan dalam Pelaksanaan Rencana Tata Ruang Pulau Papua dan Rencana Ta...
Pengelolaaan dalam Pelaksanaan Rencana Tata Ruang  Pulau Papua dan Rencana Ta...Pengelolaaan dalam Pelaksanaan Rencana Tata Ruang  Pulau Papua dan Rencana Ta...
Pengelolaaan dalam Pelaksanaan Rencana Tata Ruang Pulau Papua dan Rencana Ta...
Oswar Mungkasa
 
Integrasi pelabuhan dengan tata ruang kemenhub 25 juli 2017 - versi 240717
Integrasi pelabuhan dengan tata ruang   kemenhub 25 juli 2017 - versi 240717Integrasi pelabuhan dengan tata ruang   kemenhub 25 juli 2017 - versi 240717
Integrasi pelabuhan dengan tata ruang kemenhub 25 juli 2017 - versi 240717
Haryo Armono
 

What's hot (20)

Pemaparan laporan akhir kajian pengembangan kawasan bitung dan sekitarnya, se...
Pemaparan laporan akhir kajian pengembangan kawasan bitung dan sekitarnya, se...Pemaparan laporan akhir kajian pengembangan kawasan bitung dan sekitarnya, se...
Pemaparan laporan akhir kajian pengembangan kawasan bitung dan sekitarnya, se...
 
Laporan Buku Profil Palu
Laporan Buku Profil PaluLaporan Buku Profil Palu
Laporan Buku Profil Palu
 
Infrastruktur minapolitan
Infrastruktur minapolitanInfrastruktur minapolitan
Infrastruktur minapolitan
 
Musrenbang Provinsi Jambi 2015
Musrenbang Provinsi Jambi 2015Musrenbang Provinsi Jambi 2015
Musrenbang Provinsi Jambi 2015
 
PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM YANG BERKE...
PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM YANG BERKE...PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM YANG BERKE...
PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM YANG BERKE...
 
Bappenas
BappenasBappenas
Bappenas
 
Bab 5 rev 02
Bab 5 rev 02Bab 5 rev 02
Bab 5 rev 02
 
Bab 7 rev 02
Bab 7 rev 02Bab 7 rev 02
Bab 7 rev 02
 
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...
 
Penyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecil
Penyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecilPenyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecil
Penyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecil
 
05. pengarahan joep_perumahan_kumuh_2016
05. pengarahan joep_perumahan_kumuh_201605. pengarahan joep_perumahan_kumuh_2016
05. pengarahan joep_perumahan_kumuh_2016
 
Implementasi Program Kota tanpa Kumuh (Kotaku) di Kelurahan Kemang Agung Keca...
Implementasi Program Kota tanpa Kumuh (Kotaku) di Kelurahan Kemang Agung Keca...Implementasi Program Kota tanpa Kumuh (Kotaku) di Kelurahan Kemang Agung Keca...
Implementasi Program Kota tanpa Kumuh (Kotaku) di Kelurahan Kemang Agung Keca...
 
Kawasan Prioritas Pengendalian Pemanfaatan Ruang KSP KP3B
Kawasan Prioritas Pengendalian Pemanfaatan Ruang KSP KP3BKawasan Prioritas Pengendalian Pemanfaatan Ruang KSP KP3B
Kawasan Prioritas Pengendalian Pemanfaatan Ruang KSP KP3B
 
Presentasi mppn musrenbangprov rkp 2011 ntt
Presentasi mppn musrenbangprov rkp 2011 nttPresentasi mppn musrenbangprov rkp 2011 ntt
Presentasi mppn musrenbangprov rkp 2011 ntt
 
Studio 2 (Studio Perencanaan)
Studio 2 (Studio Perencanaan)Studio 2 (Studio Perencanaan)
Studio 2 (Studio Perencanaan)
 
PWK - Studio proses perencanaan fikz
PWK - Studio proses perencanaan fikzPWK - Studio proses perencanaan fikz
PWK - Studio proses perencanaan fikz
 
Pembangunan Papua
Pembangunan PapuaPembangunan Papua
Pembangunan Papua
 
Pengelolaaan dalam Pelaksanaan Rencana Tata Ruang Pulau Papua dan Rencana Ta...
Pengelolaaan dalam Pelaksanaan Rencana Tata Ruang  Pulau Papua dan Rencana Ta...Pengelolaaan dalam Pelaksanaan Rencana Tata Ruang  Pulau Papua dan Rencana Ta...
Pengelolaaan dalam Pelaksanaan Rencana Tata Ruang Pulau Papua dan Rencana Ta...
 
STUDIO PROSES Calon
STUDIO PROSES CalonSTUDIO PROSES Calon
STUDIO PROSES Calon
 
Integrasi pelabuhan dengan tata ruang kemenhub 25 juli 2017 - versi 240717
Integrasi pelabuhan dengan tata ruang   kemenhub 25 juli 2017 - versi 240717Integrasi pelabuhan dengan tata ruang   kemenhub 25 juli 2017 - versi 240717
Integrasi pelabuhan dengan tata ruang kemenhub 25 juli 2017 - versi 240717
 

Similar to rancangan rpjmn 2015 2019

Sambutan Kemendagri pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Sambutan Kemendagri pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017Sambutan Kemendagri pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Sambutan Kemendagri pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Panembahan Senopati Sudarmanto
 
Buletin Penataan Ruang "Johor Selatan sebagai Pesaing atau Peluang Kawasan Ek...
Buletin Penataan Ruang "Johor Selatan sebagai Pesaing atau Peluang Kawasan Ek...Buletin Penataan Ruang "Johor Selatan sebagai Pesaing atau Peluang Kawasan Ek...
Buletin Penataan Ruang "Johor Selatan sebagai Pesaing atau Peluang Kawasan Ek...
Latifah Tio
 
Draft renstra-2015-2019-prl 12-sept-2015-pdf (tujuan dansasaran mantap)
Draft renstra-2015-2019-prl 12-sept-2015-pdf (tujuan dansasaran mantap)Draft renstra-2015-2019-prl 12-sept-2015-pdf (tujuan dansasaran mantap)
Draft renstra-2015-2019-prl 12-sept-2015-pdf (tujuan dansasaran mantap)
Freelance, self-employed
 
Bahan paparan kapet 28 juni 2013 aceh
Bahan paparan kapet 28 juni 2013 acehBahan paparan kapet 28 juni 2013 aceh
Bahan paparan kapet 28 juni 2013 acehNachan
 
Jurnal resume ramadhani 2
Jurnal resume ramadhani 2Jurnal resume ramadhani 2
Jurnal resume ramadhani 2
Fakhrurrozi45
 
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautanKebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautanPepen Mahale
 
16122019 pointers musrenbangnas rpjmn 2020 2024 -___
16122019 pointers musrenbangnas rpjmn 2020 2024 -___16122019 pointers musrenbangnas rpjmn 2020 2024 -___
16122019 pointers musrenbangnas rpjmn 2020 2024 -___
EroikaSariWidiyatni
 
Pelan pembangunan negeri kedah 30 tahun akan datang pdf
Pelan pembangunan negeri kedah 30 tahun akan datang pdfPelan pembangunan negeri kedah 30 tahun akan datang pdf
Pelan pembangunan negeri kedah 30 tahun akan datang pdf
NuradilaWaheeda
 
11. hbl,clara monalisa,hapzi ali, penanaman modal dalam negeri dan luar neger...
11. hbl,clara monalisa,hapzi ali, penanaman modal dalam negeri dan luar neger...11. hbl,clara monalisa,hapzi ali, penanaman modal dalam negeri dan luar neger...
11. hbl,clara monalisa,hapzi ali, penanaman modal dalam negeri dan luar neger...
claramonalisa09
 
Pesisir 11 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 11 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 11 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 11 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
suningterusberkarya
 
(7)pembangunan ekonomi daerah
(7)pembangunan ekonomi daerah(7)pembangunan ekonomi daerah
(7)pembangunan ekonomi daerah
Elisabeth Marina
 
Strategi peningkatan dan pengawasan
Strategi peningkatan dan pengawasanStrategi peningkatan dan pengawasan
Strategi peningkatan dan pengawasan
pra_yoga2305
 
Berinvestasi bidang perikanan di Aceh
Berinvestasi bidang perikanan di AcehBerinvestasi bidang perikanan di Aceh
Berinvestasi bidang perikanan di AcehIbnu Sahidhir
 
Mempercepat Pembangunan Infrastruktur untuk Meletakkan Fondasi Pembangunan ya...
Mempercepat Pembangunan Infrastruktur untuk Meletakkan Fondasi Pembangunan ya...Mempercepat Pembangunan Infrastruktur untuk Meletakkan Fondasi Pembangunan ya...
Mempercepat Pembangunan Infrastruktur untuk Meletakkan Fondasi Pembangunan ya...
Dadang Solihin
 
MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAP...
MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAP...MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAP...
MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAP...
CITRA MARGA NUSAPHALA PERSADA, PT TBK
 
Arah-Kebijakan-Nasional-dan-Prioritas-JABAR-Rancangan-Awal-RKP-2018_V01.pptx
Arah-Kebijakan-Nasional-dan-Prioritas-JABAR-Rancangan-Awal-RKP-2018_V01.pptxArah-Kebijakan-Nasional-dan-Prioritas-JABAR-Rancangan-Awal-RKP-2018_V01.pptx
Arah-Kebijakan-Nasional-dan-Prioritas-JABAR-Rancangan-Awal-RKP-2018_V01.pptx
Dungtji
 

Similar to rancangan rpjmn 2015 2019 (20)

Sambutan Kemendagri pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Sambutan Kemendagri pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017Sambutan Kemendagri pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Sambutan Kemendagri pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
 
Buletin Penataan Ruang "Johor Selatan sebagai Pesaing atau Peluang Kawasan Ek...
Buletin Penataan Ruang "Johor Selatan sebagai Pesaing atau Peluang Kawasan Ek...Buletin Penataan Ruang "Johor Selatan sebagai Pesaing atau Peluang Kawasan Ek...
Buletin Penataan Ruang "Johor Selatan sebagai Pesaing atau Peluang Kawasan Ek...
 
Draft renstra-2015-2019-prl 12-sept-2015-pdf (tujuan dansasaran mantap)
Draft renstra-2015-2019-prl 12-sept-2015-pdf (tujuan dansasaran mantap)Draft renstra-2015-2019-prl 12-sept-2015-pdf (tujuan dansasaran mantap)
Draft renstra-2015-2019-prl 12-sept-2015-pdf (tujuan dansasaran mantap)
 
Bahan paparan kapet 28 juni 2013 aceh
Bahan paparan kapet 28 juni 2013 acehBahan paparan kapet 28 juni 2013 aceh
Bahan paparan kapet 28 juni 2013 aceh
 
Jurnal resume ramadhani 2
Jurnal resume ramadhani 2Jurnal resume ramadhani 2
Jurnal resume ramadhani 2
 
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautanKebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
 
Pembangunan daerah
Pembangunan daerahPembangunan daerah
Pembangunan daerah
 
Pembangunan daerah
Pembangunan daerahPembangunan daerah
Pembangunan daerah
 
16122019 pointers musrenbangnas rpjmn 2020 2024 -___
16122019 pointers musrenbangnas rpjmn 2020 2024 -___16122019 pointers musrenbangnas rpjmn 2020 2024 -___
16122019 pointers musrenbangnas rpjmn 2020 2024 -___
 
Pelan pembangunan negeri kedah 30 tahun akan datang pdf
Pelan pembangunan negeri kedah 30 tahun akan datang pdfPelan pembangunan negeri kedah 30 tahun akan datang pdf
Pelan pembangunan negeri kedah 30 tahun akan datang pdf
 
11. hbl,clara monalisa,hapzi ali, penanaman modal dalam negeri dan luar neger...
11. hbl,clara monalisa,hapzi ali, penanaman modal dalam negeri dan luar neger...11. hbl,clara monalisa,hapzi ali, penanaman modal dalam negeri dan luar neger...
11. hbl,clara monalisa,hapzi ali, penanaman modal dalam negeri dan luar neger...
 
Pesisir 11 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 11 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 11 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 11 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
 
5 7-1-sm
5 7-1-sm5 7-1-sm
5 7-1-sm
 
Wisata minapolitan
Wisata minapolitanWisata minapolitan
Wisata minapolitan
 
(7)pembangunan ekonomi daerah
(7)pembangunan ekonomi daerah(7)pembangunan ekonomi daerah
(7)pembangunan ekonomi daerah
 
Strategi peningkatan dan pengawasan
Strategi peningkatan dan pengawasanStrategi peningkatan dan pengawasan
Strategi peningkatan dan pengawasan
 
Berinvestasi bidang perikanan di Aceh
Berinvestasi bidang perikanan di AcehBerinvestasi bidang perikanan di Aceh
Berinvestasi bidang perikanan di Aceh
 
Mempercepat Pembangunan Infrastruktur untuk Meletakkan Fondasi Pembangunan ya...
Mempercepat Pembangunan Infrastruktur untuk Meletakkan Fondasi Pembangunan ya...Mempercepat Pembangunan Infrastruktur untuk Meletakkan Fondasi Pembangunan ya...
Mempercepat Pembangunan Infrastruktur untuk Meletakkan Fondasi Pembangunan ya...
 
MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAP...
MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAP...MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAP...
MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN INDONESIA KORIDOR EKONOMI PAP...
 
Arah-Kebijakan-Nasional-dan-Prioritas-JABAR-Rancangan-Awal-RKP-2018_V01.pptx
Arah-Kebijakan-Nasional-dan-Prioritas-JABAR-Rancangan-Awal-RKP-2018_V01.pptxArah-Kebijakan-Nasional-dan-Prioritas-JABAR-Rancangan-Awal-RKP-2018_V01.pptx
Arah-Kebijakan-Nasional-dan-Prioritas-JABAR-Rancangan-Awal-RKP-2018_V01.pptx
 

Recently uploaded

buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
gabatgibut09
 
MATERI KODE ETIK Pegawai Negeri Sipil 2023.pptx
MATERI KODE ETIK Pegawai Negeri Sipil 2023.pptxMATERI KODE ETIK Pegawai Negeri Sipil 2023.pptx
MATERI KODE ETIK Pegawai Negeri Sipil 2023.pptx
rtkwbc
 
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdfAD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
ssuserd13850
 
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docxNotulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
PemerintahanNagariKu1
 
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Muh Saleh
 
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptxMateri Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
adilaks
 
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptxTATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TariHappie
 
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
HanifahCindyPratiwi
 
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Muh Saleh
 
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat IIVisitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Tri Widodo W. UTOMO
 
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta KerjaPengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
teraspky798
 
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARUPAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
LtcLatif
 

Recently uploaded (12)

buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
 
MATERI KODE ETIK Pegawai Negeri Sipil 2023.pptx
MATERI KODE ETIK Pegawai Negeri Sipil 2023.pptxMATERI KODE ETIK Pegawai Negeri Sipil 2023.pptx
MATERI KODE ETIK Pegawai Negeri Sipil 2023.pptx
 
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdfAD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
 
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docxNotulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
 
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
 
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptxMateri Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
 
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptxTATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
 
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
 
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
 
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat IIVisitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
 
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta KerjaPengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
 
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARUPAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
 

rancangan rpjmn 2015 2019

  • 1.
  • 2. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 1 BAB 1 ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH NASIONAL 2015 - 2019 1.1 Kerangka Pengembangan Wilayah Isu utama pembangunan wilayah nasional1 saat ini adalah masih besarnya kesenjangan antar wilayah, khususnya kesenjangan pembangunan antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Hal ini tercermin salah satunya dari kontribusi PDRB terhadap PDB, yang mana selama 30 tahun (1983-2013), kontribusi PDRB KBI sangat dominan dan tidak pernah berkurang dari 80 persen terhadap PDB. GAMBAR 1.1 PERAN WILAYAH/PULAU DALAM PEMBENTUKAN PDB NASIONAL 1983-2013 (PERSEN) Sehubungan dengan hal tersebut, arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional difokuskan untuk mempercepat pengurangan kesenjangan pembangunan antar wilayah. Oleh karena itu, diperlukan arah pengembangan wilayah yang dapat mendorong transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah KTI, yaitu Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua, dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di Wilayah Jawa-Bali dan Sumatera. 1 Wilayah nasional adalah seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara termasuk ruang di dalam bumi berdasarkan peraturan perundang-undangan (PP No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional)
  • 3. 2 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 Transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah tersebut bertumpu pada peningkatan kapasitas sumber daya manusia, peningkatan efisiensi dan nilai tambah sumber daya alam, penguatan kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi, penyediaan infrastruktur yang terpadu dan merata; serta penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik. “Kerangka Pengembangan Wilayah” untuk mempercepat dan memperluas pembangunan wilayah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mendorong percepatan pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, sebagai penggerak utama pertumbuhan (engine of growth), di masing-masing pulau, terutama di wilayah koridor ekonomi, dengan menggali potensi dan keunggulan daerah. Industrialisasi perlu didorong untuk mengolah bahan mentah, agar dapat meningkatkan nilai tambah serta menciptakan kesempatan kerja baru. 2. Kedepan, secara khusus akan dilakukan pula percepatan pembangunan ekonomi nasional berbasis maritim (kelautan) dengan memanfaatkan sumber daya kelautan dan jasa maritim, yaitu peningkatan produksi perikanan; pengembangan energi dan mineral kelautan; pengembangan kawasan wisata bahari; dan kemampuan industri maritim dan perkapalan. 3. Dikarenakan adanya keterbatasan dana pemerintah, maka tidak semua wilayah dapat dikembangkan pada saat yang bersamaan. Oleh karena itu, perlu dipilih pusat-pusat pertumbuhan yang mempunyai komoditas prospektif (nilai tambah tinggi dan menciptakan kesempatan kerja tinggi), terutama yang berada di masing-masing koridor ekonomi. Selain itu, prioritas juga akan diberikan pada pengembangan kawasan pesisir yang mempunyai sumber daya kelautan dan jasa maritim. 4. Investasi Pemerintah, BUMN/BUMD, dan Swasta perlu dioptimalkan pada klaster-klaster industri untuk memicu dampak penggandanya (multiplier effect) pada daerah sekitarnya, termasuk di wilayah-wilayah tertinggal. 5. Upaya peningkatan pembangunan ekonomi di semua pusat pertumbuhan tersebut, harus tetap mengacu Rencana Tata Ruang Wilayah dan menggunakan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) sebagai pedoman untuk menjaga keseimbangan alam dan kelangsungan keserasian ekosistem dan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, diharapkan dapat diciptakan pertumbuhan yang inklusif yang dapat menjangkau seluruh wilayah dan masyarakat dengan tetap menjaga keberlanjutan di masa depan.
  • 4. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 3 6. Keterkaitan antara pusat pertumbuhan wilayah dan daerah sekitarnya, perlu difasilitasi dengan infrastruktur wilayah yang terintegrasi dan terhubung dengan baik dan terpadu, khususnya infrastruktur jalan dan perhubungan, baik perhubungan laut maupun udara, termasuk jaringan informasi dan komunikasi, serta pasokan energi, sehingga tercipta konektivitas nasional, baik secara domestik maupun secara internasional (locally integrated, internationally connected). Prioritas khusus akan diberikan pada peningkatan fungsi dan peran perhubungan laut sebagai pengembangan poros maritim. 7. Untuk memperlancar distribusi logistik barang, jasa, dan informasi, pemerintah pusat dan daerah, maupun melalui kerja sama dengan dunia usaha, termasuk BUMN, berupaya untuk (a) menurunkan biaya transaksi logistik (transaction cost); (b) mengurangi ekonomi biaya tinggi; (c) menurunkan rata-rata dwelling time (waktu tunggu kapal di pelabuhan); (d) mengembangan sistem logistik dan distribusi secara elektronik, terutama untuk proses pre-clearance sampai dengan post clearance; dan (e) optimalisasi perijinan ekspor-impor secara terintegrasi dan elektronik antar sektor. 8. Selain itu, perlu dilakukan pula peningkatan kemampuan SDM dan Iptek untuk mendukung pengembangan klaster-klaster industri. Ketersediaan sumber daya manusia yang terampil dan cerdas (skilled labor) merupakan modal utama untuk merintis terbangunnya proyek-proyek besar di setiap klaster industri. 9. Dari sisi regulasi, Pemerintah secara berkelanjutan terus berupaya untuk menciptakan dan meningkatkan iklim usaha dan iklim investasi yang kondusif bagi para investor. Pemerintah perlu melakukan deregulasi (debottlenecking) terhadap beberapa peraturan yang menghambat pelaksanaan investasi. Fasilitasi dan katalisasi secara bertahap akan terus diberikan oleh Pemerintah melalui pemberian insentif fiskal dan non fiskal. 10. Pemerintah secara berkelanjutan perlu berupaya untuk meningkatkan koordinasi, sinkronisasi dan sinergi kebijakan antar Kementerian/Lembaga dan antara Kementerian/Lembaga dengan Pemerintah Daerah. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah perlu bersinergi dan meningkatkan kualitas belanjanya sehingga menjadi stimulus bagi berkembangnya usaha dan investasi di daerah. 11. Untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi investor, perlu dilakukan peningkatkan dan penguatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah termasuk kejelasan
  • 5. 4 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, serta peningkatan kapasitas aparatur, kelembagaan, dan keuangan pemerintah daerah. 12. Untuk menghindari timbulnya kesenjangan baru antara wilayah koridor ekonomi dengan wilayah sekitarnya di setiap pulau, maka pembangunan daerah tertinggal, termasuk desa tertinggal, perlu ditingkatkan dengan melakukan pemberdayaan ekonomi lokal, penciptaan akses transportasi lokal ke wilayah pertumbuhan, dan percepatan pemenuhan infrastruktur dasar. 13. Pada saat yang bersamaan diperlukan percepatan peningkatan pembangunan kawasan perkotaan untuk mewujudkan kota layak huni yang aman dan nyaman; hijau yang berketahanan iklim dan bencana; cerdas; dan mempunyai daya saing kota. Disamping itu, diperlukan juga peningkatan pembangunan kawasan perdesaan yang bertujuan untuk mewujudkan kemandirian masyarakat dan menciptakan desa-desa mandiri dan berkelanjutan yang memiliki ketahanan sosial, ekonomi, dan ekologi, serta penguatan keterkaitan kegiatan ekonomi kota-desa. 14. Selain daripada itu, akan dilakukan pula penanganan kawasan perbatasan yang ditujukan untuk mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman. Pendekatan pembangunan kawasan perbatasan terdiri: (i) pendekatan keamanan (security approach) dan (ii) pendekatan peningkatan kesejahteraan masyarakat (prosperity approach). 15. Karena hampir seluruh wilayah di Indonesia memiliki risiko tinggi terhadap bencana, maka risiko bencana tersebut perlu dikelola atau diminimalkan. Pada akhirnya diharapkan dapat tercapai pengurangan kesenjangan antar wilayah antara KBI dan KTI. Kerangka pengembangan wilayah secara diagramatis dapat dilihat pada Gambar 1.1 dan Gambar 1.2.
  • 6. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 5 GAMBAR 1.2 KERANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH Sumber : Bappenas, 2014 1.2 Tema Pengembangan Wilayah Pengembangan wilayah didasarkan pada pembagian 7 (tujuh) wilayah pembangunan, yaitu: Wilayah Papua, Wilayah Maluku, Wilayah Nusa Tenggara, Wilayah Sulawesi, Wilayah Kalimantan, Wilayah Jawa- Bali dan Wilayah Sumatera. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau menjadi acuan utama dalam mengendalian tata ruang, serta pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
  • 7. 6 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 GAMBAR 1.3 SKETSA HIRARKI PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DAN HINTERLAND Sumber : Bappenas, 2014
  • 8. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 7 Pengembangan wilayah berdasarkan pada potensi dan keunggulan daerah, serta lokasi geografis yang strategis di masing- masing pulau. Adapun tema pengembangan wilayah di setiap pulau adalah sebagai berikut : 1. Pembangunan Wilayah Pulau Papua sebagai "lumbung pangan melalui pengembangan industri berbasis komoditas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, sagu, ubi, sayur dan buah- buahan, serta pengembangan peternakan dan tanaman non- pangan, seperti tebu, karet, dan kelapa sawit; percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan pariwisata bahari; serta lumbung energi di Kawasan Timur Indonesia melalui pengembangan minyak, gas bumi, dan tembaga." 2. Pembangunan Wilayah Kepulauan Maluku sebagai "produsen makanan laut dan lumbung ikan nasional dengan percepatan pembangunan perekonomian berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri berbasis komoditas perikanan; serta pengembangan industri pengolahan berbasis nikel, dan tembaga." 3. Pembangunan Wilayah Kepulauan Nusa Tenggara sebagai "pintu gerbang pariwisata ekologis melalui pengembangan industri Meeting, Incentive, Convetion, Exhibition (MICE); penopang pangan nasional dengan percepatan pembangunan perekonomian berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri perikanan, garam, dan rumput laut; pengembangan industri berbasis peternakan terutama sapi, jagung; serta pengembangan industri mangan, dan tembaga.” 4. Pembangunan Wilayah Pulau Sulawesi sebagai "salah satu pintu gerbang Indonesia dalam perdagangan internasional dan pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia dengan pengembangan industri berbasis logistik; serta lumbung pangan nasional dengan pengembangan industri berbasis kakao, padi, jagung; dan pengembangan industri berbasis rotan, aspal, nikel, dan biji besi; serta percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri perikanan dan pariwisata bahari." 5. Pembangunan Wilayah Pulau Kalimantan sebagai "salah satu paru-paru dunia dengan mempertahankan luasan hutan Kalimantan; dan lumbung energi nasional dengan pengembangan hilirisasi komoditas batu bara; serta pengembangan industri berbasis komoditas kelapa sawit, karet,
  • 9. 8 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 bauksit, bijih besi, gas alam cair, pasir zirkon dan pasir kuarsa, serta pengembangan food estate." 6. Pembangunan Wilayah Pulau Jawa-Bali sebagai "lumbung pangan nasional dan pendorong sektor industri dan jasa nasional dengan pengembangan industri makanan-minuman, tekstil, otomotif, alutsista, telematika, kimia, alumina dan besi baja; salah satu pintu gerbang destinasi wisata terbaik dunia dengan pengembangan ekonomi kreatif; serta percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri perkapalan dan pariwisata bahari.” 7. Pembangunan Wilayah Pulau Sumatera sebagai "salah satu pintu gerbang Indonesia dalam perdagangan internasional dan lumbung energi nasional, diarahkan untuk pengembangan hilirisasi komoditas batu bara, serta industri berbasis komoditas kelapa sawit, karet, timah, bauksit, dan kaolin." Secara diagramatis, tema pembangunan wilayah di masing- masing pulau dapat dilihat pada Gambar 1.3 dan Gambar 1.4. 1.3 Tujuan dan Sasaran Pokok Pengembangan Wilayah Dengan mengacu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, maka tujuan pengembangan wilayah pada tahun 2015-2019 adalah untuk mengurangi kesenjangan pembangunan wilayah antara KBI dan KTI melalui percepatan dan pemerataan pembangunan wilayah dengan menekankan keunggulan kompetitif perekonomian daerah berbasis SDA yang tersedia, SDM berkualitas, penyediaan infrastruktur, serta meningkatkan kemampuan ilmu dan teknologi secara terus menerus. Pada akhirnya diharapkan dapat tercapai "Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Secara Merata di Seluruh Wilayah." Adapun sasaran pengembangan wilayah pada tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut: 1. Untuk percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi wilayah, sasarannya adalah pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di masing-masing pulau dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah, termasuk diantaranya adalah pengembangan 10 KEK, 13 KAPET, 4 KPBPB, 169 KPI.
  • 10. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 9 GAMBAR 1.4 TEMA PENGEMBANGAN WILAYAH WILAYAH TEMA PAPUA Sebagai lumbung pangan melalui pengembangan industri berbasis komoditas padi, jagung, kacang tanah, sagu, ubi, sayur dan buah-buahan, serta pengembangan peternakan dan tanaman non-pangan, seperti tebu, karet, dan kelapa sawit; percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan pariwisata bahari; serta lumbung energi di kawasan Timur Indonesia, melalui pengembangan minyak, gas bumi, dan tembaga. MALUKU Sebagai produsen makanan laut dan lumbung ikan nasional dengan percepatan pembangunan perekonomian berbasis maritim (kelautan), melalui pengembangan industri berbasis komoditas perikanan; serta pengembangan industri pengolahan berbasis nikel dan tembaga. NUSA TENGGARA Sebagai pintu gerbang pariwisata ekologis dan penopang pangan nasional, diarahkan dengan pengembangan industri MICE; penopang pangan nasional dengan percepatan perekonomian berbasis maritim (kelautan) melalui perikanan, garam dan rumput laut; pengembangan industri berbasis peternakan, terutama sapi, jagung; serta pengembangan industri mangan, dan tembaga. SULAWESI Sebagai salah satu pintu gerbang Indonesia dalam perdagangan internasional dan pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia dengan pengembangan industri berbasis logistik, serta lumbung pangan nasional dengan pengembangan industri berbasis kakao, padi, jagung, dan pengembangan industri berbasis rotan, aspal, nikel, dan bijih besi; serta percepatan pembangunan berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri perikanan dan pariwisata bahari. KALIMANTAN Sebagai salah satu paru-paru dunia dengan mempertahankan luas hutan Kalimantan; dan lumbung energi nasional dengan pengembangan hilirisasi komoditas batu bara; serta pengembangan industri berbasis komuditas kelapa sawit, karet, bauksit, bijih besi, gas alam cair, pasir zirkon dan pasir kuarsa, serta pengembangan food estate. JAWA-BALI Sebagai lumbung pangan nasional dan penopang sektor industri dan jasa nasional dengan mengembangkan industri makanan-minuman, tekstil, otomotif, alutsista, telematika, kimia, alumina, dan besi baja; salah satu pintu gerbang destinasi wisata terbaik dunia dengan pengembangan industri kreatif; serta percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri perkapalan dan pariwisata bahari. SUMATERA Sebagai salah satu pintu gerbang Indonesia dalam perdagangan internasional dan energi nasional, diarahkan untuk pengembangan hilirisasi komoditas batu bara, serta industri berbasis komoditas kelapa sawit, karet, timah, bauksit, dan kaolin.
  • 11. 10 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 GAMBAR1.5 TEMAPENGEMBANGANWILAYAHINDONESIA2015-2019
  • 12. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 11 2. Percepatan pembangunan ekonomi nasional berbasis maritim (kelautan) dengan memanfaatkan sumber daya kelautan, yaitu peningkatan produksi perikanan; pengembangan energi dan mineral kelautan; pengembangan kawasan bahari; dan kemampuan industri maritim dan perkapalan, dengan sasaran (a) peningkatan produksi perikanan tangkap dan budidaya sebesar 48 juta ton pada tahun 2019 (termasuk rumput laut); (b) peningkatan dan pengembangan jumlah kapal perintis 75 unit untuk menghubungkan pulau besar dan pulau-pulau kecil dan 100 lintas subsidi perintis; (c) pengutuhan dan penambahan luasan kawasan koservasi laut dari 15,7 juta ha (tahun 2013) menjadi 20 juta ha (tahun 2019); (d) pengembangan energi dan mineral kelautan, serta kawasan wisata bahari; (e) peningkatan cakupan pengawasan sumber daya perikanan dan kelautan menjadi 53,4 persen terhadap wilayah pengelolaan perikanan Indonesia. 3. Untuk menghindari terjadinya kesenjangan antar wilayah di masing-masing pulau, sasarannya adalah pembangunan daerah tertinggal sebanyak 75 Kabupaten tertinggal dapat terentaskan dengan sasaran outcome: (a) meningkatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal sebesar 7,35 persen; (b) menurunnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal menjadi 12,5 persen; dan (c) meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal sebesar 71,5. 4. Untuk mendorong pertumbuhan pembangunan kawasan perkotaan sekaligus pemerataan pembangunan di luar Jawa, sasarannya adalah percepatan pembangunan 5 Kawasan Strategis Nasional (KSN) Perkotaan baru sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). 5. Untuk mengendalikan (buffer) arus urbanisasi, dilakukan optimalisasi sedikitnya 20 kota otonom sedang di luar Pulau Jawa khususnya di KTI sebagai pusat pertumbuhan utama yang mendorong keterkaitan kota dan desa-desa di sekitarnya; 6. Untuk menjaga pertumbuhan wilayah dan meningkatkan daya saing kota, dilakukan peningkatan peran dan fungsi sekaligus perbaikan manajemen pembangunan di 7 KSN Perkotaan yang sudah ada sebagai pusat kegiatan skala global;
  • 13. 12 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 7. Sementara itu, sesuai dengan amanat UU No. 6/2014 tentang Desa, maka akan dilakukan pembangunan perdesaan dengan sasaran mengurangi jumlah desa tertinggal dari 26 persen (2011) menjadi 20 persen (2019). 8. Untuk meningkatkan keterkaitan pembangunan kota- desa, sasarannya adalah dapat diwujudkan 39 pusat pertumbuhan baru perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). 9. Untuk pembangunan perdesaan, sasarannya adalah mengurangi jumlah desa tertinggal sampai 5.000 desa atau meningkatkan jumlah desa mandiri sedikitnya 2.000 desa. 10. Untuk mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman, sasarannya adalah pengembangan 26 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara yang dapat mendorong pengembangan kawasan sekitarnya, terutama 187 lokasi prioritas (lokpri) perbatasan. 11. Untuk mengurangi risiko bencana, maka sasaran penanggulangan bencana adalah mengurangi indeks risiko bencana pada PKN dan PKW yang memiliki indeks risiko bencana tinggi, baik yang berfungsi sebagai KEK, KAPET, KSN, ataupun PKSN. 12. Untuk penguatan tata kelola pemerintahan dan peningkatan kapasitas aparatur pemerintah daerah, sasaran yang perlu dicapai adalah: (1) Meningkatnya proporsi penerimaan pajak dan retribusi daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota; (2) Meningkatnya proporsi belanja modal dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota pada tahun 2019 serta sumber pembiayaan lainnya dalam APBD; (3) Meningkatnya opini audit BPK di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota; (4) Meningkatnya kualitas dan proporsi tingkat pendidikan aparatur daerah untuk jenjang S1 sebesar 60% dan S2-S3 sebesar 8%; (5) Terlaksananya diklat kepemimpinan daerah serta diklat manajemen pembangunan, kependudukan, dan keuangan daerah di seluruh wilayah; (6) Terlaksananya evaluasi otsus dan pembenahan terhadap kelembagaan, aparatur, dan pendanaan pelaksanaan otsus; (7) Terlaksananya sinergi perencanaan dan penganggaran di wilayah; (8)
  • 14. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 13 Meningkatnya implementasi pelaksanaan SPM di daerah, khususnya pada pendidikan, kesehatan dan infrastruktur; (9) Terlaksananya pengaturan kewenangan secara bertahap di daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota; (10) Meningkatnya persentase jumlah PTSP di daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota; (11) Meningkatnya persentase jumlah perizinan terkait investasi yang dilimpahkan oleh kepala daerah ke PTSP; (12) Terlaksananya sinergi perencanaan dan penganggaran; (13) Terlaksananya koordinasi pusat dan daerah melalui peningkatan peran gubernur sebagai wakil pemerintah; (14) terlaksananya sistem monitoring dan evaluasi dana transfer secara on- line di daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota; (14) Terlaksananya penguatan kelembagaan Badan Percepatan Pembangunan Kawasan Papua dan Papua Barat. 13. Untuk mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan, maka sasaran penataan ruang meliputi: (a) terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; (b) terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan (c) terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Sehubungan dengan sasaran tersebut, diharapkan pada akhir tahun 2019, kesenjangan pembangunan wilayah antara KBI dan KTI semakin berkurang yang dicerminkan dengan makin meningkatnya kontribusi PDRB KTI terhadap PDB Nasional, yaitu dari sekitar 20 persen (2014) menjadi 22-25 persen. Dengan demikian, kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di KTI. Secara rinci target pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan pengangguran dalam kurun waktu 2015-2019 dapat dilihat pada Tabel 1.2 sampai dengan Tabel 1.4 sebagai berikut :
  • 15. 14 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 TABEL 1.1 SASARAN PERTUMBUHAN EKONOMI PER WILAYAH TAHUN 2015-2019 Wilayah Pertumbuhan Ekonomi (Persen) 2015 2016 2017 2018 2019 Sumatera 5.7 - 5.8 6.1 - 6.3 6.3 - 6.7 6.7 - 7.3 7.2 - 8.0 Jawa-Bali 5.6 - 5.7 6.5 - 6.7 6.9 - 7.3 7.0 - 7.6 7.4 - 8.2 Nusa Tenggara 5.9 - 6.1 6.2 - 6.5 6.5 - 6.9 7.2 - 7.8 7.3 - 8.1 Kalimantan 5.0 - 5.1 5.8 - 6.0 6.0 - 6.3 6.6 - 7.2 7.3 - 8.0 Sulawesi 7.4 - 7.5 7.5 - 7.8 8.0 - 8.5 8.5 - 9.2 8.7 - 9.6 Maluku 6.4 - 6.6 6.7 - 7.0 7.5 - 8.0 7.7 - 8.3 7.8 - 8.6 Papua 11.7-11.9 13.0-13.5 15.5 -16.5 16.5-17.9 16.5-18.2 Sumber : Perhitungan Bappenas, 2014 TABEL 1.2 SASARAN TINGKAT KEMISKINAN PER WILAYAH TAHUN 2015-2019 Wilayah Tingkat Kemiskinan (Persen) 2015 2016 2017 2018 2019 Sumatera 9.4 - 9.2 9.0 - 8.6 8.1 - 7.6 7.1 - 6.5 5.6 - 5.1 Jawa-Bali 9.1 - 8.9 8.7 - 8.4 7.8 - 7.4 6.9 - 6.4 5.5 - 5.0 Nusa Tenggara 16.1 - 15.8 15.4 - 14.8 13.8 - 13.0 12.2 - 11.2 9.6 - 8.7 Kalimantan 5.8 - 5.7 5.5 - 5.3 4.9 - 4.6 4.3 - 4.0 3.4 - 3.1 Sulawesi 9.7 - 9.5 9.3 - 8.9 8.4 - 7.9 7.4 - 6.8 5.8 - 5.3 Maluku 12.9 - 12.7 12.3 - 11.8 11.0 - 10.3 9.7 - 8.9 7.6 - 6.9 Papua 27.1 - 26.6 25.8 - 24.8 23.0 - 21.6 20.1 – 18.6 15.9 - 14.4 Sumber : Perhitungan Bappenas, 2014
  • 16. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 15 TABEL 1.3 SASARAN TINGKAT PENGANGGURAN PER WILAYAH TAHUN 2015-2019 Wilayah Tingkat Pengangguran (Persen) 2015 2016 2017 2018 2019 Sumatera 5.7 - 5.5 5.5 - 5.3 5.3 - 5.0 5.1 - 4.8 5.0 - 4.5 Jawa-Bali 6.4 - 6.3 6.3 - 6.0 6.1 - 5.7 5.9 - 5.5 5.8 - 5.2 Nusa Tenggara 3.8 - 3.7 3.6 - 3.5 3.5 - 3.3 3.4 - 3.1 3.3 – 3.0 Kalimantan 4.8 - 4.7 4.7 - 4.5 4.5 - 4.3 4.4 - 4.0 4.2 - 3.8 Sulawesi 4.8 - 4.7 4.7 - 4.5 4.6 - 4.3 4.4 - 4.1 4.1 - 3.7 Maluku 5.6 - 5.5 5.4 - 5.2 5.2 - 4.9 5.0 - 4.7 4.9 - 4.4 Papua 3.3 - 3.3 3.2 - 3.1 3.1 - 2.9 3.3 - 3.0 2.9 - 2.6 Sumber : Perhitungan Bappenas, 2014 1.4 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah 1.4.1 Pengembangan Kawasan Strategis2 Arah Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis adalah percepatan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah dengan memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah dan peningkatan efisiensi dalam penyediaan infrastruktur. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari pendekatan sektoral dan regional. Setiap wilayah akan mengembangkan produk yang menjadi potensi dan keunggulannya. Strategi yang akan dilakukan dalam pengembangan kawasan strategis tersebut adalah: 1. Pengembangan Potensi Ekonomi Wilayah Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan, baik yang telah ada (KEK, KAPET, KPBP, dan KPI) maupun yang baru, terutama di wilayah koridor ekonomi Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Pada pusat-pusat pertumbuhan tersebut akan dibangun klaster-klaster industri pengolahan 2 Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan untuk mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budi daya unggulan sebagai “penggerak utama pengembangan wilayah.” Pusat-Pusat pertumbuhan tersebut dapat berupa KEK, KAPET, KPI, KPBPB dsb.
  • 17. 16 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 produk yang menjadi keunggulannya, terutama yang mempunyai nilai tambah tinggi dan menciptakan banyak kesempatan kerja. Selain itu, akan dilakukan pula percepatan pembangunan ekonomi nasional berbasis maritim (kelautan) di kawasan pesisir dengan memanfaatkan sumber daya kelautan dan jasa kemaritiman, yaitu peningkatan produksi perikanan; pengembangan energi dan mineral kelautan; pengembangan kawasan wisata bahari; dan kemampuan industri maritim dan perkapalan. 2. Percepatan Pembangunan Konektivitas Percepatan pembangunan konektivitas/infrastruktur di wilayah pertumbuhan, antar wilayah pertumbuhan serta antar wilayah koridor ekonomi atau antar pulau melalui percepatan pembangunan infrastruktur pelabuhan, bandara, jalan, informasi dan telekomunikasi, serta pasokan energi. Tujuan penguatan konektivitas adalah untuk (a) menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi untuk memaksimalkan pertumbuhan berdasarkan prinsip keterpaduan melalui inter- modal supply chained system; (b) memperluas pertumbuhan ekonomi dari pusat-pusat pertumbuhan ekonomi ke wilayah belakangnya (hinterland) (c) menyebarkan manfaat pembangunan secara luas melalui peningkatan konektivitas dan pelayanan dasar ke daerah tertinggal, terpencil dan perbatasan. 3. Peningkatan Kemampuan SDM dan Iptek Peningkatan pengembangan kemampuan SDM dan Iptek dilakukan melalui penyediaan SDM yang memiliki kompetensi yang disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan industri di masing-masing pusat-pusat pertumbuhan, Selain itu, akan dilakukan pembangunan klaster inovasi sebagai Centre of Excellence atau Science and Technology Park dalam rangka mendukung peningkatan kemampuan berinovasi untuk meningkatkan daya saing di Koridor Ekonomi, serta mengoptimalkan interaksi dan pemanfaatan sumber daya universitas, lembaga litbang, dan dunia usaha. 4. Regulasi dan Kebijakan Dalam rangka mempermudah proses pembangunan, Pemerintah akan melakukan deregulasi (debottlenecking) peraturan-
  • 18. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 17 peraturan yang menghambat pengembangan investasi dan usaha di kawasan pertumbuhan ekonomi, melalui: (i) mempercepat penyelesaian peraturan pelaksanaan undang- undang yang terkait dengan investasi, (ii) menghilangkan tumpang tindih antar peraturan yang sudah ada baik di tingkat pusat dan daerah, maupun antara sektor/lembaga, (iii) merevisi atau menerbitkan peraturan yang sangat dibutuhkan untuk mendukung pengembangan wilayah strategi, (iv) menyusun peraturan untuk memberikan insentif bagi pengembangan investasi di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, dan (v) menyusun atau merevisi peraturan untuk mempercepat dan menyederhanakan proses serta memberikan kepastian perizinan; 5. Peningkatan Iklim Investasi dan iklim usaha Dalam rangka mempermudah dan memperlancar proses kemudahan berusaha dan berinvestasi, perlu dilakukan melalui: (i) penyederhanaan prosedur investasi dan prosedur berusaha, (ii) peningkatan efisiensi logistik, (iii) optimalisasi Pelayanan Terpada Satu Pintu (PTSP) dan penggunaan Sistem Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE), (iv) meningkatkan efektivitas pelaksanaan KPS terutama dalam investasi penyediaan infrastruktur dan energi, (v) meningkatkan efektivitas strategi promosi investasi, (vi) pembatalan perda bermasalah dan pengurangan biaya untuk memulai usaha, (vii) menerapkan kebijakan labour market flexibility terutama terkait pertimbangan penetapan UMP dengan tetap mempertimbangkan upaya untuk menarik minat investor (iklim usaha); dan pemberian insentif fiskal dan non fiskal. 1.4.2 Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan 1.4.2.1 Pembangunan Perkotaan Arah kebijakan pembangunan wilayah perkotaan difokuskan untuk membangun kota berkelanjutan dan berdaya saing menuju masyarakat kota yang sejahtera berdasarkan karakter fisik, potensi ekonomi dan budaya lokal. Untuk itu, strategi pembangunan perkotaan tahun 2015-2019 adalah : 1. Perwujudan Sistem Perkotaan Nasional (SPN) a) Mengembangkan 5 Kawasan Strategis Nasional (KSN)
  • 19. 18 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 Perkotaan sebagai Pusat Kegiatan skala global dan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), yaitu: kawasan perkotaan Jabodetabekjur3 di provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten; kawasan perkotaan Cekungan Bandung4(Jawa Barat); kawasan perkotaan Kedungsepur5 di Provinsi Jawa Tengah; kawasan perkotaan Gerbangkertosusila6 di Provinsi Jawa Timur; dan kawasan perkotaan Sarbagita7 di Provinsi Bali, di wilayah Jawa-Bali. b) Mengembangkan KSN Perkotaan di luar Jawa-Bali termasuk kawasan perkotaan Mebidangro8 di wilayah Sumatera dan kawasan perkotaan Mamminasata9 di wilayah Sulawesi; dan membentuk usulan KSN Perkotaan baru di Wilayah Sumatera (kawasan perkotaan Palembang dan sekitarnya, kawasan perkotaan Padang dan sekitarnya), Kalimantan (kawasan perkotaan Banjarmasin dan sekitarnya), Sulawesi (kawasan perkotaan Manado dan sekitarnya), dan Nusa Tenggara Barat (kawasan perkotaan Mataram dan sekitarnya) sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pembangunan di luar Jawa-Bali. c) Melakukan optimalisasi sedikitnya di 20 Kota sedang yang diarahkan sebagai pengendali (buffer) arus urbanisasi dan diarahkan sebagai pusat pertumbuhan utama yang mendorong keterkaitan kota dan desa di wilayah sekitarnya. d) Mengembangkan 39 pusat pertumbuhan baru sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)10 atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL)11 yang mendorong terwujudnya keterkaitan kota dan desa. 3 Jakarta–Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi-Cianjur 4 Kota Bandung, Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat, Kota Cimahi, Kab. Majalengka, Kab. Sumedang 5 Kabupaten Kendal, Demak, Ungaran di Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, Kota Semarang, dan Purwodadi di Kabupaten Grobogan 6 Gersik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan 7 Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Gianyar, dan Tabanan) di Provinsi Bali, di wilayah Jawa-Bali 8 Kawasan Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo 9 Makassar, Maros, Sungguminasa, dan Takalar 10 PKW: kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota 11PKL: kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan
  • 20. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 19 2. Perwujudan Kota Layak Huni yang Aman dan Nyaman a) Menyediakan sarana dan prasarana dasar perkotaan sesuai dengan tipologi kotanya; b) Meningkatkan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan sosial budaya; c) Mengembangkan perumahan sesuai dengan tipologinya; d) Mengembangkan sistem transportasi publik terintegrasi dan multimoda sesuai dengan tipologi dan kondisi geografisnya; e) Menyediakan dan meningkatkan sarana prasarana ekonomi khususnya sektor perdagangan dan jasa termasuk pasar tradisional, koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM); f) Meningkatkan keamanan kota melalui pencegahan, penyediaan fasilitas dan sistem penanganan kriminalitas dan konflik, serta memberdayakan modal sosial masyarakat kota; 3. Perwujudan Kota Hijau yang Berketahanan Iklim dan Bencana a) Menata, mengelola, dan mengendalikan penyelenggaraan penataan ruang dan kegiatan perkotaan yang efisien dan berkeadilan. b) Meningkatkan kapasitas masyarakat, kelembagaan dan teknologi informasi dan komunikasi dalam menerapkan prinsip kota hijau dan membangun ketahanan kota terhadap perubahan iklim dan bencana alam (urban resilience). c) Mengembangkan dan menerapkan konsep kota hijau melalui: green transportation, green open space (ruang terbuka hijau), green waste (pengelolaan sampah dan limbah melalui 3R12), green water (efisiensi pemanfaatan dan pengelolaan air permukaan) dan green energy (pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah lingkungan) untuk pengurangan tingkat pencemaran di darat, laut, dan udara, pemanfaatan energi alternatif dan terbarukan, pemanfaatan daur 12 3R: pengurangan (Reduce), pemanfaatan kembali (Re-use), dan Daur Ulang (Re-cycle)
  • 21. 20 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 ulang, serta pengembangan kegiatan perekonomian kota (green Economy). 4. Pengembangan Kota Cerdas dan Daya Saing Kota a) Mengembangkan perekonomian dengan membangun pencitraan kota (city branding) yang mendukung pencitraan bangsa (nation branding). b) Menyediakan infrastruktur dan pelayanan publik melalui penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). c) Membangun kapasitas masyarakat yang inovatif, kreatif dan produktif. 5. Peningkatan Kapasitas Tata Kelola Pembangunan Perkotaan a) Mewujudkan sistem, peraturan dan prosedur dalam birokrasi kepemerintahan kota yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat kota berkelanjutan. b) Meningkatkan kapasitas pemimpin kota yang visioner dan kapasitas aparatur pemerintah dalam membangun dan mengelola kota berkelanjutan, melalui pendidikan, pelatihan dan pembinaan secara bersikenambungan. c) Menyederhanakan proses perijinan dan berusaha bagi para pelaku ekonomi termasuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). d) Membangun dan mengembangkan kelembagaan dan kerjasama pembangunan antar kota dan antar kota- kabupaten. e) Mengembangkan dan menyediakan pusat data informasi perkotaan terpadu yang mudah diakses. f) Meningkatkan peran swasta, organisasi masyarakat, dan organisasi profesi secara aktif, dalam penyusunan kebijakan perencanaan dan pembangunan Kota Berkelanjutan. g) Mengembangkan lembaga bantuan teknis dan bank pembiayaan pembiayaan infrastruktur perkotaan. 1.4.2.2 Pengembangan Perdesaan Sesuai dengan amanat UU No. 6/2014 tentang Desa, tujuan pembangunan desa/ perdesaan adalah mewujudkan kemandirian masyarakat dan menciptakan desa-desa berkelanjutan yang memiliki ketahanan sosial, ekonomi, dan ekologi, serta membangun keterkaitan
  • 22. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 21 pembangunan ekonomi lokal antara perdesaan dan perkotaan. Sasaran utama pembangunan perdesaan difokuskan kepada pembangunan desa dan pembangunan kawasan perdesaan. Pembangunan desa ditujukan untuk menurunkan tingkat kemiskinan di desa dan mengurangi jumlah desa tertinggal dan terisolasi, serta meningkatkan desa-desa berkembang dan desa mandiri. Sedangkan pembangunan kawasan perdesaan ditujukan untuk memperluas dan mendiversifikasikan kegiatan ekonomi masyarakat desa, mendorong terjadinya industrialisasi perdesaan berbasis usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi, serta mengembangkan kegiatan pengolahan Sumber Daya Alam (SDA) yang berkelanjutan oleh masyarakat desa berbasis ketahanan sosial-ekonomi dan ekologi perdesaan. Oleh karena itu, kebijakan pembangunan perdesaan tahun 2015-2019 dilakukan dengan strategi sebagai berikut: 1. Perwujudan konektivitas antara kota sedang dan kota kecil, antara kota kecil dan desa, serta antar pulau a) Mempercepat pembangunan sistem, sarana dan prasarana transportasi yang terintegrasi antara laut, darat, dan udara untuk memperlancar arus barang, jasa, penduduk, dan modal; b) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi perdagangan dan pertukaran informasi antar wilayah; c) Mempercepat pemenuhan suplai energi untuk memenuhi kebutuhan domestik dan industri. 2. Perwujudan keterkaitan antara kegiatan ekonomi hulu dan hilir desa-kota melalui pengembangan klaster khususnya agropolitan, minapolitan, pariwisata, dan transmigrasi. a) Meningkatkan hasil pertanian dan perikanan, serta mengembangkan industri pengolahannya yang berbasis koperasi dan usaha kecil dan menengah. b) Menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan agribisnis di sektor pertanian dan perikanan/kelautan serta pengembangan kawasan pariwisata. c) Mengembangkan lembaga keuangan di daerah untuk meningkatkan akses terhadap modal usaha khususnya di sektor pertanian dan perikanan/kelautan serta sektor lain yang mendukung.
  • 23. 22 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 d) Menerapkan teknologi dan inovasi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing industri pengolahan dan jasa. 3. Peningkatan tata kelola ekonomi lokal yang berorientasi kepada keterkaitan desa-kota a) Mengembangkan sistem perdagangan antar daerah yang efisien; b) Meningkatkan peran Pelayanan Terpadu Satu Pintu di daerah; c) Mengembangkan kerjasama antar daerah khususnya di luar Jawa-Bali dan kerjasama pemerintah-swasta; d) Mengembangkan forum dialog antar stakeholder yang mendorong perwujudan kerjasama; e) Mengembangkan pendidikan kejuruan untuk memperkuat kemampuan inovasi, dan kreatifitas lokal 1.4.2.3 Peningkatan Keterkaitan Perkotaan dan Perdesaan Arah kebijakan peningkatan keterkaitan perkotaan dan perdesaan difokuskan pada perwujudan Sistem Perkotaan Nasional yang berperan sebagai Penghubung Kota-Desa (PKD), dengan menghubungkan keterkaitan fungsional antara pasar dan kawasan produksi. Dalam PKD ini terdapat suatu kegiatan yang dapat meningkatkan nilai dari komoditas barang dan jasa dari kawasan sekitar (hinterland) perkotaan maupun perdesaan. Kebijakan tersebut dijabarkan melalui strategi sebagai berikut: 1. Perwujudan Konektivitas antar Kota Sedang dan Kota Kecil, dan antar Kota Kecil dan Desa sebagai Tulang Punggung (Backbone) Keterhubungan Desa-Kota. a) Mempercepat pembangunan sistem, sarana dan prasarana di bidang transportasi, dan komunikasi untuk memperlancar arus barang, jasa, penduduk, dan modal. b) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi perdagangan dan pertukaran informasi antar wilayah. c) Mempercepat pemenuhan suplai energi untuk memenuhi kebutuhan domestik dan industri. 2. Perwujudan Keterkaitan antara Kegiatan Ekonomi Hulu (upstream linkages) dan Kegiatan Ekonomi Hilir (downstream linkages) Desa-Kota. a) Mengembangkan industri kecil dan menengah yang mengolah hasil pertanian/perikanan dan industri yang berbasis koperasi dan usaha kecil dan menengah.
  • 24. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 23 b) Menyediakan sarana dan prasarana termasuk informasi pasar dan pemasaran dalam menunjang kegiatan agribisnis dan industrialisasi perdesaan. c) Mengembangkan lembaga keuangan daerah untuk meningkatkan akses terhadap modal usaha di sektor pertanian dan perikanan. d) Menerapkan teknologi dan inovasi guna menerapkan ekonomi hijau dan ekonomi kreatif sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing di industri pengolahan. e) Strategi perwujudan keterkaitan antara Kegiatan Ekonomi Hulu dan Hilir tersebut di atas dapat dilakukan melalui pengembangan agribisnis (agrowisata dan agroindustri), pariwisata, dan transmigrasi. 3. Peningkatan Kapasitas Tata Kelola, Kelembagaan, dan Masyarakat dalam Peningkatan Keterkaitan Kota-Desa a) Menyediakan peraturan yang mendukung pergerakan barang dan jasa antara desa-kota dan antar wilayah. b) Menyederhanakan proses perijinan dan berusaha dengan mengefektifkan peran lembaga Perijinan Terpadu Satu Pintu di daerah guna meningkatkan iklim dunia usaha. c) Mengembangkan kerjasama antar daerah dan kerjasama pemerintah-swasta, serta mengembangkan forum-forum yang mendorong perwujudan kerjasama. d) Meningkatkan pendidikan formal dan informal untuk memperkuat kemampuan inovasi, kreatifitas lokal serta potensi keragaman sosial budaya untuk membangun daya saing kota-desa.
  • 25. 24 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 1.4.3 Pengembangan Daerah Tertinggal13 dan Kawasan Perbatasan14 1.4.3.1 Pengembangan Daerah Tertinggal Arah kebijakan percepatan pembangunan daerah tertinggal difokuskan pada: a. Upaya pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar publik; b. Pengembangan perekonomian masyarakat yang didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan infrastruktur penunjang konektivitas antara daerah tertinggal dan kawasan strategis. Strategi pengembangan daerah tertinggal sebagai berikut: a. Pengembangan perekonomian masyarakat di daerah tertinggal dalam rangka meningkatkan nilai tambah sesuai dengan karakteristik, posisi strategis, dan keterkaitan antarkawasan yang meliputi aspek infrastruktur, manajemen usaha, akses permodalan, inovasi, dan pemasaran; b. Peningkatan aksesibilitas yang menghubungkan daerah tertinggal dengan kawasan strategis melalui pembangunan sarana dan prasarana, seperti: peningkatan akses jalan, jembatan, pelabuhan, serta pelayanan penerbangan perintis dan pelayaran perintis; c. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), Iptek, dan kapasitas tata kelola kelembagaan pemerintahan daerah tertinggal, meliputi aspek peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan daerah, kelembagaan dan keuangan daerah; d. Percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pelayanan publik dasar di daerah tertinggal, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, air minum, transportasi, listrik, dan telekomunikasi; 13 Daerah Tertinggal adalah meliputi kabupaten yang masih dalam kategori tertinggal berdasarkan kriteria ekonomi; SDM; infrastruktur; kapasitas keuangan daerah; aksesibilitas; dan karakteristik daerah. 14 Kawasan Perbatasan Negara adalah wilayah kabupaten/kota yang secara geografis dan demografis berbatasan langsung dengan negara tetangga dan atau laut lepas. Kawasan perbatasan negara meliputi kawasan perbatasan darat dan kawasan perbatasan laut termasuk pulau-pulau kecil terluar.
  • 26. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 25 e. Penguatan kapasitas kelembagaan pemerintahan daerah dan peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) untuk daerah tertinggal yang sudah terentaskan. f. Percepatan pembangunan wilayah Papua dan Papua Barat yang diprioritaskan pada: (i) peningkatan tata kelola pemerintah daerah, dan (ii) peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui pengembangan ekonomi masyarakat asli Papua, peningkatan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang menjangkau di kampong terisolir, membuka akses infrastruktur di pegunungan tengah dan wilayah terisolir Papua dan Papua Barat lainnya, pemihakan putra-putri asli Papua dalam pendidikan kedinasan dan pendidikan menengah, dan meningkatkan kemampuan kelembagaan pemerintahan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Papua dan Papua Barat. 1.4.3.2 Pengembagan Kawasan Perbatasan Pengembangan kawasan perbatasan 2015-2019 difokuskan pada 26 Pusat Kegiatan Strategis Nasional15 (PKSN) Kawasan Perbatasan dan 187 lokasi prioritas (lokpri) perbatasan. Arah kebijakan pengembangan kawasan perbatasan adalah mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman. Pendekatan pembangunan kawasan perbatasan terdiri: (i) pendekatan keamanan (security approach), dan (ii) pendekatan peningkatan kesejahteraan masyarakat (prosperity approach). Sehubungan dengan hal tersebut,strategi pengembangan kawasan perbatasan diperlukan melalui: a. Pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara berdasarkan karakteristik wilayah, potensi lokal, dan mempertimbangkan peluang pasar negara tetangga dengan didukung pembangunan infrastruktur transportasi, energi, sumber daya air, dan telekomunikasi; b. Pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang handal serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam memanfaatkan dan mengelola potensi lokal, untuk 15 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara.
  • 27. 26 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 mewujudkan kawasan perbatasan negara yang berdaya saing; c. Pembangunan konektivitas simpul transportasi utama Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) dengan lokasi prioritas (Kecamatan disekitarnya), Pusat Kegiatan Wilayah (Ibukota Kabupaten), Pusat Kegiatan Nasional (Ibukota Provinsi). Untuk kawasan perbatasan laut, pelayanan transportasi laut perlu peningkatan kualitas dan intensitas pelayanan. Konektivitas simpul transportasi juga didorong untuk menghubungkan dengan negara tetangga. Membuka akses transportasi darat, sungai, laut, dan udara di dalam Lokasi Prioritas (Lokpri) dengan jalan/moda/dermaga non status dan pelayanan keperintisan; d. Transformasi kelembagaan lintas batas negara, yaitu Costum, Immigration, Quarantine, Security (CIQS) menjadi satu sistem pengelolaan yang terpadu; e. Peningkatan kualitas dan kuantitas, serta standarisasi sarana-prasarana pengamanan perbatasan laut dan darat, serta melibatkan peran aktif masyarakat dalam mengamankan batas dan kedaulatan negara; f. Penegasan batas wilayah negara di darat dan laut melalui Pra-investigation, refixation, maintanance (IRM), pelaksanaan IRM, penataan kelembagaan diplomasi perundingan yang didukung oleh kelengkapan data/peta dukung dan kapasitas peran dan fungsi kelembagaan yang kuat; dan g. Peningkatan kerjasama perdagangan (Border Trade Aggreement) dan kerjasama pertahanan dan keamanan batas wilayah dengan negara tetangga. 1.4.4 Penanggulangan Bencana Untuk mengantisipasi risiko bencana yang sudah ada dan yang berpotensi dimasa yang akan datang bila tidak dikelola/ diminimalisasi akan dapat mengakibatkan terjadinya kemunduran dari pembangunan yang sudah dilakukan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka arah kebijakan didalam penanggulangan bencana adalah (1) mengurangi risiko bencana; dan (2) meningkatkan ketangguhan menghadapi bencana. Strategi penanggulangan bencana dan risiko bencana adalah sebagai berikut.
  • 28. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 27 a. Pengarusutamaan pengurangan risiko bencana dalam pembangunan sektoral dan wilayah; b. Harmonisasi kebijakan dan regulasi penanggulangan bencana di pusat dan daerah; c. Penyediaan kajian dan peta risiko untuk perencanaan pembangunan; d. Penyusunan RPJMD dan RTRWP/K yang sensitif terhadap risiko bencana; e. Penyediaan dan operasionalisasi sistem peringatan dini; f. Penyediaan infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaan; g. Pengembangan IPTEK dan pendidikan untuk membangun budaya keselamatan terhadap bencana; h. Perkuatan kapasitas manajemen penanggulangan bencana pada fase pra bencana, tanggap darurat, dan pasca bencana dan peningkatan kapasitas aparatur dan masyarakat; i. Partisipasi dan peranserta multi-pihak dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana; j. Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangka pembangunan berkelanjutan; k. Penurunan kerentanan terhadap bencana. 1.4.5 Pengembangan Tata Ruang Wilayah Nasional Untuk mendukung pelaksanaan percepatan pembangunan wilayah, diperlukan landasan utama pembangunan, yaitu: penataan, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang yang ditujukan untuk pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Acuan untuk pengembangan tata ruang wilayah nasional mengacu pada PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Adapun arah kebijakan pengembangan tata ruang wilayah nasional adalah sebagai berikut: a) Kebijakan terkait pengembangan struktur tata ruang:  peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki;  peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional; b) Kebijakan terkait pengembangan pola ruang:
  • 29. 28 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019  pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup  pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup  pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan;  pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional;  pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional;  pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antarkawasan. Strategi yang diuraikan di bawah hanya mencakup strategi untuk pengembangan struktur ruang khususnya terkait dengan peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasaran; dan strategi untuk pengembangan pola ruang khususnya pengembangan kawasan lindung, dan strategi pengendalian perkembangan kegiatan budidaya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan, serta strategi untuk pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Sedangkan strategi untuk pengembangan kebijakan lainnya dipertimbangkan dalam perumusan pengembangan strategi-strategi pengembangan kawasan strategis, daerah tertinggal, daerah perbatasan, kawasan perkotaan, dan kawasan perdesaan. Untuk melaksanakan arah kebijakan pengembangan tata ruang wilayah nasional tersebut, maka strategi pengembangan tata ruang wilayah sebagai berikut: 1. Peningkatan Kualitas dan Jangkauan Pelayanan Jaringan Prasarana, meliputi: a) meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara;
  • 30. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 29 b) mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan terisolasi; c) meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik; d) meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air; e) meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi, serta mewujudkan sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional yang optimal. 2. Pemeliharaan dan Perwujudan Kelestarian Fungsi Lingkungan Hidup, meliputi: a) menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi; b) mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah pulau dengan luas paling sedikit 30 persen dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya; c) mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah. 3. Pencegahan Dampak Negatif Kegiatan Manusia Terhadap Kerusakan Lingkungan Hidup, meliputi: a) menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup; b) melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya; c) melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya; d) mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan;
  • 31. 30 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 e) mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; f) mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya; g) mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana. 4. Pengendalian Perkembangan Kegiatan Budi Daya Sesuai Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan, meliputi: a) membatasi perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana; b) mengembangkan perkotaan metropolitan dan kota besar dengan mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan kompak; c) mengembangkan ruang terbuka hjau dengan luas paling sedikit 30 persen (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan; d) membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan besar dan metropolitan untuk mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya. mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat mempertahankan keberadaan pulau-pulau kecil. 5. Pelestarian dan Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup, meliputi: a) menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi lindung; b) mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan; c) membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan; d) membatasi pengembangan prasarana dan sarana di
  • 32. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 31 dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya; e) mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya terbangun; f) merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional. 1.4.6 Tata Kelola Pemerintah Daerah dan Otonomi Daerah Tata kelola pemerintah daerah dan otonomi daerah memiliki arah kebijakan dan strategi sebagai berikut: 1. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintah Daerah a) Penataan kewenangan Adapun arah kebijakan penataan kewenangan adalah meningkatkan kualitas dan sinkronisasi penataan kewenangan antar level pemerintahan. Strategi yang dilakukan adalah: (a) Penguatan regulasi dan kebijakan penataan kewenangan; (b) Penguatan peran gubernur melalui sebagai wakil Pemerintah Pusat; dan (c) Formulasi desentralisasi Asimetris dalam penataan kewenangan. b) Harmonisasi peraturan perundangan Adapun arah kebijakannya adalah meningkatkan kualitas harmonisasi peraturan perundangan sektoral dan investasi dengan peraturan perundangan daerah. Strategi yang dilakukan adalah (a) Pembinaan dan fasilitasi peningkatan kapasitas pelaku penyusun Perda dan (b) Fasilitasi peningkatan kapasitas pemerintahan provinsi dalam evaluasi dan harmonisasi peraturan daerah. c) Penataan daerah Adapun arah kebijakannya adalah meningkatkan kualitas penataan DOB serta “penundaan” pemekaran DOB. Strategi yang dilakukan adalah: (a) Penguatan regulasi dan kebijakan penataan daerah; (b) Pengembangan pedoman daerah persiapan,
  • 33. 32 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 penggabungan serta penghapusan daerah; dan (c) Peningkatan kapasitas DOB. d) Sinergi perencanaan dan penganggaran Adapun arah kebijakannya adalah meningkatkan sinergi perencanaan dan penganggaran untuk efektifitas dan efesiensi serta pemerataan pelaksanaan pembangunan di daerah. Strategi yang dilakukan adalah: (a) Penguatan regulasi sinergi perencanaan dan penganggaran; dan (b) Perbaikan mekanisme perencanaan, khususnya Musrenbang. e) Inovasi dan Pelayanan Publik Arah kebijakan inovasi dan pelayanan publik yaitu perbaikan kualitas pelayanan publik yang semakin merata agar mampu mendukung percepatan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan daya saing daerah. Strategi terkait inovasi dan pelayanan public meliputi: (a) Optimalisasi pemanfataan teknologi informatika guna menciptakan pelayanan yang lebih cepat, murah dan efisien; (b) Penerapan standar pelayanan dan sistem pengaduan pada tiap pemerintah daerah yang terintegrasi dengan manajemen kinerja; dan (c) Penguatan peran PTSP sebagai sarana penyederhanaan pelayanan kepada masyarakat dan dunia usaha. 2. Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Daerah a) Penguatan Aparatur Pemerintah Daerah Arah kebijakan terkait isu penguatan aparatur pemerintah daerah yaitu percepatan penerapan Undang-undang Aparatur Sipil Negara dalam rangka menjamin tersedianya aparatur pemerintah daerah yang profesional, memiliki integritas, dan terdistribusikan secara merata di berbagai daerah sesuai dengan beban kerja masing-masing daerah. Strategi turunan arah kebijakan tersebut yaitu penguatan mutu pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi sesuai arah dan prioritas pembangunan daerah.
  • 34. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 33 b) Reformasi Birokrasi Arah kebijakan Reformasi Birokrasi aparatur pemerintah daerah yaitu percepatan reformasi birokrasi pemerintah daerah dalam rangka mewujudkan tata penyelenggaraan pemerintahan daerah yang bersih dari korupsi dan kolusi. Untuk mewujudkan percepatan reformasi birokrasi tersebut strategi yang dilakukan yaitu penguatan transparansi dan pemberdayaan peran masyarakat dalam memperkuat sistem akuntabilitas pemerintah daerah sebagai sarana percepatan pemberantasan korupsi. 3. Peningkatan Kapasitas Keuangan Daerah a) Kualitas belanja pemerintah daerah Adapun arah kebijakannya adalah Meningkatkan belanja pemerintah daerah yang berkontribusi signifikan terhadap pembangunan. Strategi yang dilakukan adalah: (a) Peningkatan proporsi belanja modal; (b) Pengurangan rasio belanja pegawai terhadap total belanja; (c) Pengembangan variasi pendanaan untuk belanja infrastruktur di daerah, antara lain melalui skema hibah, pinjaman, dan skema obligasi; dan (d) Peningkatan akuntabilitas dan transparansi penganggaran, salah satunya melalui penciptaan informasi anggaran pemerintah daerah melalui e- government. Peningkatan kualitas yang kerjasama daerah dalam upaya peningkatan pelayanan publik di daerah. b) Mekanisme monitoring dan evaluasi dana transfer - Arah kebijakannya adalah Penyempurnaan Kebijakan Dana Transfer ke Daerah melalui strategi penyempurnaan revisi UU No.33 tahun 2004 dan regulasi turunan yang terkait. - Arah kebijakannya adalah penguatan mekanisme monitoring dan evaluasi dana transfer melalui strategi yang dilakukan meliputi: (a) Penataan mekanisme monitoring dan evaluasi dana transfer yang terintegrasi di tingkat provinsi secara on-line; (b) Penerapan skema evaluasi dan penetapan alokasi dana transfer sesuai
  • 35. 34 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 kinerja dalam sistem transfer yang ada saat ini; dan (c) Penataan mekanisme dalam proses monitoring dana transfer Otsus melalui pelibatan aktif masyarakat. 4. Pelaksanaan Otonomi Khusus Adapun arah kebijakannya adalah penguatan pelaksanaan Otonomi Khusus bagi kemajuan pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Strategi pembangunan yang ditempuh antara lain adalah: (a) Perbaikan kerangka peraturan perundangan mengenai Otonomi Khusus; dan (b) Penguatan tranparansi dan akuntabilitas kebijakan dan pengelolaan keuangan Daerah. 1.5 Kaidah Pelaksanaan Pengembangan Wilayah 1.5.1 Sinergi Pusat-Daerah dan Kerjasama Antardaerah Salah satu faktor terpenting dalam sinergi pusat dan daerah adalah terwujudnya sinergi kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah. Oleh karena itu, setiap kebijakan yang dirumuskan perlu memperhatikan dan menampung aspirasi daerah, serta mengutamakan penyelesaian permasalahan secara nyata di daerah. Selain itu, sinergi kebijakan juga dimaksudkan agar pemerintah daerah mampu memahami dan melaksanakan kebijakan pemerintah pusat dengan efisien dan efektif; serta mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut dengan berbagai sumber daya yang tersedia. Sinergi kebijakan pembangunan antara pusat dan daerah dan antardaerah diperlukan untuk: (1) memperkuat koordinasi antarpelaku pembangunan di pusat dan daerah; (2) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah; (3) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan, baik di Pusat maupun di Daerah; (4) mengoptimalkan partisipasi masyarakat di semua tingkatan pemerintahan; serta (5) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Upaya bersama Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang dapat dilakukan antara lain: (1) sinergi berbagai dokumen perencanaan pembangunan (RPJP dan RPJPD, RPJM dan RPJMD, RKP dan RKPD); (2) sinergi dalam penetapan target pembangunan; (3) standarisasi indikator pembangunan yang digunakan oleh kementerian/lembaga dan satuan perangkat kerja daerah; (4) pengembangan database dan sistem informasi pembangunan yang
  • 36. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 35 lengkap dan akurat; (5) sinergi dalam kebijakan perijinan investasi di daerah; dan (6) sinergi dalam kebijakan pengendalian tingkat inflasi. Sinergi dalam perencanaan kebijakan pembangunan pusat dan daerah baik lima tahunan maupun tahunan akan dilaksanakan dengan mengoptimalkan penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di semua tingkatan pemerintahan (desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan nasional) sehingga terwujud sinkronisasi antara kebijakan, program dan kegiatan antarsektor, antarwaktu, antarwilayah, dan antara pusat dan daerah. Selain itu, Musrenbang juga diharapkan dapat lebih mendorong terciptanya proses partisipasi semua pelaku pembangunan dan berkembangnya transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan 1.5.2 Kerangka Pendanaan Sinergi Pusat-Daerah dilaksanakan selaras dengan upaya penataan dan penguatan kerangka perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Salah satu kebijakan RPJMN 2015-2019 adalah restrukturisasi dan penataan instrumen pendanaan melalui transfer ke daerah termasuk dana alokasi umum (DAU), dana alokasi khusus (DAK) dan dana bagi hasil (DBH) yang secara keseluruhan disebut dana perimbangan (DP); serta dana otonomi khusus (Dana Otsus) untuk menjaga harmonisasi kepentingan nasional dan kebutuhan daerah. Dalam lima tahun mendatang pengelolaan dana perimbangan dan dana otonomi khusus diarahkan untuk: (1) meningkatkan kapasitas fiskal daerah dan mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah, serta antar daerah; (2) menyelaraskan besaran kebutuhan pendanaan di daerah dengan pembagian urusan pemerintahan; (3) meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antardaerah; (4) meningkatkan daya saing daerah; (5) mendukung kesinambungan fiskal nasional dalam kerangka kebijakan ekonomi makro; (6) meningkatkan kemampuan daerah dalam menggali potensi ekonomi daerah; (7) meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya nasional; dan (8) meningkatkan sinkronisasi antara rencana pembangunan nasional dengan rencana pembangunan daerah. Dalam rangka meningkatkan efektivitas pemanfaatan DAU langkah yang akan dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah antara lain adalah untuk: (1) mewujudkan seutuhnya fungsi DAU sebagai block grant belanja publik pemda menurut kewenangan; (2) menyusun formulasi DAU secara komprehensif yang mampu
  • 37. 36 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 menggambarkan seluruh fungsi daerah dalam menunjang keutuhan nasional, serta memberikan perhatian khusus kepada daerah-daerah dengan beban nasional seperti pusat prasarana vital dan strategis, pusat investasi, kawasan hutan lindung dan wilayah perbatasan yang belum diakomodasi dalam aspek legal. Dalam upaya meningkatkan efektivitas pelaksanaan DAK, langkah yang akan ditempuh Pusat-Daerah antara lain adalah: (1) sinergi perencanaan DAK antara kementerian/lembaga dan satuan kerja perangkat daerah agar pengelolaan dan pemanfaatan DAK benar- benar mendorong peningkatan pelayanan publik di daerah dan mendukung pencapaian prioritas nasional; (2) memberi kewenangan kepada Gubernur dalam pelaksanaan DAK sehingga masuk dalam APBD, serta menjamin efektivitas program dan kelancaran pelaporan; dan (3) sinkronisasi petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang dikeluarkan kementerian/lembaga agar sesuai dengan kebutuhan daerah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan DBH dan mengurangi ketimpangan fiskal antara pemerintah pusat dan pemda, langkah yang akan ditempuh Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah dalam lima tahun mendatang adalah: (1) menjamin keterbukaan informasi dan data dari pusat kepada daerah; dan (2) mempercepat penyaluran DBH sumber daya alam. Dalam rangka menjamin efektivitas pengelolaan dan pemanfaatan dana dekonsentrasi untuk mencapai prioritas pembangunan nasional, memperkuat kapasitas pemerintah daerah, dan meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah, maka langkah yang akan ditempuh dalam lima tahun mendatang adalah (1) mempertegas kerangka organisasi dan personil pelaksana pemanfaatan dana dekonsentrasi; (2) sinkronisasi perencanaan program antara kementerian/lembaga dan satuan kerja perangkat daerah; dan (3) penentuan sasaran fungsional program secara bersama. Selain itu, dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan pendanaan pembangunan daerah, maka dapat dilakukan dengan peningkatan Kerjasama Pemerintah – Swasta (KPS), penerbitan obligasi daerah, dan peningkatan kinerja BUMD. 1.5.3 Kerangka Regulasi Sinergi dalam kerangka regulasi diarahkan untuk mendorong harmonisasi peraturan perundang-undangan baik dalam bentuk Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, Peraturan
  • 38. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 37 Presiden, dan Peraturan Menteri dalam mendukung pelaksanaan program dan kegiatan yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019. Selain itu, sinergi juga diarahkan untuk meningkatkan kesepahaman, kesepakatan dan ketaatan dalam melaksanakan peraturan perundang- undangan. Oleh karena itu, setiap kebijakan dan peraturan perundang- undangan di daerah baik Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur, Peraturan Bupati dan Peraturan Walikota harus harmonis dan sinkron dengan kebijakan dan peraturan perundang-undangan nasional baik Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri. Sinergi pusat dan daerah antara lain dilakukan dengan: (1) konsultasi dan koordinasi secara lebih efektif dalam penyusunan peraturan perundangan; (2) pembentukan forum koordinasi lintas instansi dalam rangka harmonisasi peraturan perundangan: baik penyusunan peraturan baru maupun review atas peraturan yang sudah ada; dan (3) fasilitasi proses legislasi guna mengurangi jumlah Perda yang bermasalah. 1.5.4 Kerangka Kelembagaan Sinergi Pusat-Daerah dalam bidang pemerintahan akan diarahkan untuk memperbaiki tata kelola kelembagaan pemerintahan daerah dan meningkatkan kapasitas aparatur daerah. Dalam upaya memperbaiki tata kelola pemerintahan daerah, upaya yang akan dilakukan dalam lima tahun mendatang diarahkan mempercepat reformasi organisasi perangkat daerah agar mampu menyelenggarakan urusan pemerintahan secara lebih efisien dan efektif, meningkatkan mutu dan jangkauan publik pelayanan sesuai standar pelayanan minimal (SPM) yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, melaksakan kaidah penyelenggaraan pemerintahan yang baik; serta meningkatkan daya saing daerah. Sementara, upaya peningkatan kapasitas aparatur daerah diarahkan untuk menjadi aparatur yang lebih handal, kompeten dan profesional dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah. Sinergi Pemerintah Pusat-Daerah yang akan dilakukan dalam lima tahun mendatang adalah: (1) menata dan menyempurnakan pengaturan kewenangan antartingkat pemerintahan sebagai dasar penetapan kinerja dan alokasi anggaran dengan penerapan anggaran berbasis secara bertanggung jawab; (2) mengendalikan pemekaran daerah dan memantapkan pengelolaan daerah otonom dengan tetap mengutamakan harmonisasi kepentingan nasional dan kebutuhan daerah dan rentang kendali manajemen yang ideal: serta (3) meningkatkan kapasitas aparatur yang mampu menjembatani
  • 39. 38 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 kepentingan nasional dan daerah serta kerjasama antardaerah. Sinergi dalam kerangka regulasi diarahkan untuk mendorong harmonisasi peraturan perundang-undangan baik dalam bentuk Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Menteri dalam mendukung pelaksanaan program dan kegiatan yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019. Selain itu, sinergi juga diarahkan untuk meningkatkan kesepahaman, kesepakatan dan ketaatan dalam melaksanakan peraturan perundang- undangan. Oleh karena itu, setiap kebijakan dan peraturan perundang- undangan di daerah baik Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur, Peraturan Bupati dan Peraturan Walikota harus harmonis dan sinkron dengan kebijakan dan peraturan perundang-undangan nasional baik Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri. Sinergi pusat dan daerah antara lain dilakukan dengan: (1) konsultasi dan koordinasi secara lebih efektif dalam penyusunan peraturan perundangan; (2) pembentukan forum koordinasi lintas instansi dalam rangka harmonisasi peraturan perundangan: baik penyusunan peraturan baru maupun review atas peraturan yang sudah ada; dan (3) fasilitasi proses legislasi guna mengurangi jumlah Perda yang bermasalah.
  • 40. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 1 BAB 2 ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH PAPUA 2.1 Capaian Kinerja Saat Ini 1. Berdasarkan data BPS dari tahun 2009 hingga Triwulan II tahun 2014, kinerja pertumbuhan ekonomi provinsi di Wilayah Papua mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Rata-rata pertumbuhan ekonomi dengan migas Wilayah Papua selama kurun waktu 2009 – 2013 sebesar 9,6 persen (dengan migas) atau diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,9 persen. Namun demikian, peranan Wilayah Papua dalam pembentukan PDB nasional mengalami penurunan dari 2,0 persen (2009) menjadi 1,6 persen (Triwulan II 2014). 2. Pemerintah Provinsi di Wilayah Papua telah cukup berhasil dalam menurunkan jumlah penduduk miskin dari tahun 2009 hingga 2014 (Maret), namun masih berada di atas angka kemiskinan nasional sebesar 14,15 persen (2009) dan 11,25 persen (Maret 2014). Demikian halnya dengan pencapaian tingkat pengangguran terbuka (TPT), Pemerintah Provinsi di Wilayah Pulau juga telah berhasil menurunkan TPT dan sudah di bawah TPT nasional sebesar 7,87 persen (2009) dan 5,70 persen (Feb, 2014). 3. Dari sisi peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka di Wilayah Papua ini masih perlu ditingkatkan. Hal ini diindikasikan dengan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Wilayah Papua masih berada di bawah rata-rata IPM nasional sebesar 71,76 (2009) dan 73,81 (2013). Namun demikian, dari tahun ke tahun pada masing-masing provinsi mengalami peningkatan nilai IPM. 4. Dari sisi distribusi pendapatan antar golongan masyarakat, seluruh provinsi di Wilayah Papua mengalami kenaikan kesenjangan pendapatan antar golongan. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya angka Rasio Gini provinsi-provinsi di Wilayah Papua yang cenderung meningkat pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2009 dan masih berada di atas rata- rata rasio gini nasional 0,413 (2013). Ke depan, hal ini perlu mendapatkan perhatian agar proses pembangunan terus lebih melibatkan masyarakat secara inklusif, sehingga hasil-hasil pembangunan tersebut dapat dinikmati secara merata oleh masyarakat.
  • 41. 2 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 2.2 Potensi dan Keunggulan Wilayah Wilayah Papua sebagai salah satu pulau terbesar di Indonesia dengan potensi sumber daya alam sangat besar di sektor pertambangan, migas dan pertanian. 1. Komoditas sektor pertambangan dan penggalian yang paling dominan adalah minyak, gas, dan tembaga. Pada tahun 2013, sektor pertambangan dan penggalian sudah berkontribusi sebesar 33,56 persen untuk seluruh Wilayah Papua. Kontribusi sektor ini di Wilayah Papua terpusat di Provinsi Papua yang menjadi salah satu penyumbang terbesar bagi sektor pertambangan nasional. Dengan bertumpunya perekonomian Wilayah Papua pada sektor pertambangan dan penggalian menyebabkan fluktuasi pada sektor ini akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. 2. Wilayah Papua memiliki potensi gas bumi sebesar 23,91 TSCF (Trillion Square Cubic Feet) atau sebesar 23,45 persen dari potensi cadangan gas bumi nasional. Sementara itu, cadangan minyak bumi di Wilayah Papua mencapai sekitar 66,73 MMSTB atau sebesar 0,91 persen dari cadangan minyak bumi nasional yang mencapai 7.039,57 MMSTB (Million Stock Tank Barrels/Cadangan Minyak Bumi). Cadangan gas bumi di sekitar Teluk Bintuni. Sementara itu, cadangan migas terbesar terdapat di sekitar Sorong, Blok Pantai Barat Sarmi, dan Semai. 3. Tembaga merupakan hasil tambang yang sangat potensial untuk dikembangkan di Wilayah Papua karena memiliki lebih dari 45 persen cadangan tembaga nasional yang sebagian eksplorasi dan pengolahannya terpusat di Timika (Kabupaten Mimika). Cadangan bijih tembaga di Wilayah Papua diperkirakan sekitar 2,6 milliar ton, sementara itu cadangan logam tembaga hanya sekitar 25 juta ton. Bahan tambang dan galian yang menjanjikan potensi lainnya adalah bijih nikel, pasir besi, dan emas. Bijih nikel terdapat di daerah Tanah Merah, Jayapura. Sebagian besar dari sumber daya tersebut masih dalam indikasi dan belum dieksploitasi. Penambangan pasir besi, bijih tembaga, dan emas berlokasi di tempat yang sama dengan penambangan biji tembaga di Timika. 4. Pengembangan MIFEE (Merauke Integrated Food & Energy Estate) dialokasikan seluas 1,2 juta Ha yang terdiri dari 10 Klaster Sentra Produksi Pertanian (KSPP). Empat Klaster Sentra Produksi Pertanian yang dikembangkan yaitu: Greater
  • 42. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 3 Merauke, Kali Kumb, Yeinan, dan Bian di Kabupaten Merauke. Untuk jangka menengah (kurun waktu 2015 – 2019) diarahkan pada terbangunnya kawasan sentra produksi pertanian tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan, serta perikanan darat di Klaster Okaba, Ilwayab, Tubang, dan Tabonji. Sedangkan untuk jangka panjang (kurun waktu 2020 – 2030) diarahkan pada terbangunnya kawasan sentra produksi pertanian tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan. 5. Dari sektor pertanian terutama perkebunan, Wilayah Papua merupakan produsen kelapa sawit yang besar di Asia, yaitu sebesar 7,80 persen per tahun lebih tinggi dibandingkan Malaysia yang hanya sebesar 4,20 persen per tahun. Perkebunan kelapa sawit di Wilayah Papua saat ini telah memiliki 43 persen dari total produksi minyak mentah sawit (Crude Palm Oil/CPO) dunia sehingga Indonesia dikenal sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Investasi kelapa sawit dalam skala besar dapat meningkatkan pendapatan pemerintah untuk jangka pendek tetapi akan sedikit mempengaruhi proses hilir dan pertumbuhan sektor lain dikarenakan keterbatasan kemajuan dan kaitannya multiplier effect sektor ini. Selain kelapa sawit, produksi perkebunan karet di Wilayah Papua secara keseluruhan cukup besar. Produksi karet di Wilayah Papua mengalami peningkatan selama periode 2009-2013. Pada tahun 2013, produksi karet di Wilayah Papua mencapai 2.308 ton dengan dominasi produksi dari Provinsi Papua sebesar 2.281 ton. Wilayah Papua juga sangat berpotensi untuk menjadi penghasil tebu yang besar karena memiliki lahan untuk produksi tebu terluas di luar Jawa yaitu sebesar 500.000 Ha atau 47 persen dari total lahan tebu di luar Pulau Jawa. 6. Berdasarkan data BPS tahun 2013, produksi tanaman pangan di Wilayah Papua terdiri dari produksi jagung sebesar 9.107 ton dari luas panen 4.255 ha, produksi padi mencapai 199.362 ton dari luas panen 58.634 ha, produksi kedelai mencapai 5.219 ton dari luas panen sebesar 4.367 ha, produksi kacang tanah mencapai 2.693 ton dari luas panen sebesar 2.551 ha, produksi sagu sebesar 7.319 ton dari luas panen 7.608 ha, dan produksi ubi jalar mencapai 455.742 ton dari luas panen sebesar 34.100 ha (2012), serta ubi kayu yang memiliki produksi mencapai 51.120 ton dari luas panen 4.253 ha. Sedangkan untuk peternakan besar di Wilayah Papua, jumlah populasi terbesar adalah babi, sapi potong, dan kambing. Sebaran populasi ternak babi terbesar di Provinsi Papua sebesar 577.407 ekor di tahun
  • 43. 4 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 2012. Secara umum, jumlah populasi untuk ternak, sebagian besar terdapat di Provinsi Papua dibandingkan di Provinsi Papua Barat. 7. Selain pengembangan pertanian, Wilayah Papua juga memiliki beberapa potensi pengembanganpariwisata terutama wisata bahari yang merupakan tujuan wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal yang salah satunya terdapat di Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. 2.3 Tema Pengembangan Wilayah Papua Berdasarkan potensi dan keunggulan Wilayah Papua, maka tema besar pembangunan Wilayah Papua sebagai "lumbung pangan melalui pengembangan industri berbasis komoditas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, sagu, ubi, sayur dan buah-buahan, serta pengembangan peternakan dan tanaman non-pangan, seperti tebu, karet, dan kelapa sawit; percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan pariwisata bahari; serta lumbung energi di Kawasan Timur Indonesia melalui pengembangan minyak, gas bumi, dan tembaga." 2.4 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah Papua Tujuan pengembangan Wilayah Papua tahun 2015-2019 adalah mendorong percepatan dan perluasan pembangunan Wilayah Papua dengan menekankan keunggulan dan potensi daerah melalui: (a). pengembangan hilirisasi komoditas minyak, gas bumi dan tembaga, (b). pengembangan industri berbasis komoditas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, sagu, ubi, sayur dan buah-buahan, (c) peternakan dan tanaman non-pangan, seperti tebu, karet, dan kelapa sawit, (d). pengembangan pariwisata bahari, (e). penyediaan infrastruktur wilayah, dan (f). peningkatan SDM dan Ilmu serta teknologi secara terus menerus. Adapun sasaran pengembangan Wilayah Papua pada tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut: 1. Dalam rangka percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi Wilayah Papua, akan dikembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di koridor ekonomi dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah, termasuk diantaranya adalah pengembangan 1 Kawasan Industri, 1 MIFEE, 1 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET), 11 Kawasan Perhatian Investast (KPI). 2. Sementara itu, untuk menghindari terjadinya kesenjangan antar wilayah di Wilayah Papua, maka akan dilakukan
  • 44. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 5 pembangunan daerah tertinggal dengan sasaran sebanyak 9 Kabupaten tertinggal dapat terentaskan dengan sasaran outcome: (a) meningkatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal menjadi 9,5 persen di tahun 2019; (b) menurunnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal menjadi 18 persen di tahun 2019; (c) meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal sebesar 68,3 pada tahun 2019. 3. Untuk mendorong pertumbuhan pembangunan kawasan perkotaan di Papua, maka akan dilakukan optimalisasi peran 2 kota otonom berukuran sedang sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, pusat pelayanan primer, dan hub untuk Pulau Papua dan Maluku dalam bentuk Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sekaligus sebagai pendukung pengembangan kawasan perbatasan negara. 4. Sesuai dengan amanat UU 6/2014 tentang Desa, maka akan dilakukan pembangunan perdesaan dengan sasaran berkurangnya jumlah desa tertinggal sedikitnya 340 desa atau meningkatnya jumlah desa mandiri sedikitnya 140 desa. 5. Meningkatkan keterkaitan desa-kota, dengan memperkuat 4 pusat-pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL). 6. Dalam rangka mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman, maka akan dikembangkan 3 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara yang dapat mendorong pengembangan kawasan sekitarnya. 7. Untuk meningkatkan pelaksanaan Otonomi Daerah di Wilayah Papua ditunjukkan dengan: (1) Meningkatnya proporsi penerimaan pajak dan retribusi daerah sebesar 10% untuk propinsi dan 8% untuk kabupaten/kota; (2) Meningkatnya proporsi belanja modal dalam APBD propinsi sebesar 35% dan untuk Kabupaten/Kota sebesar 35% pada tahun 2019 serta sumber pembiayaan lainnya dalam APBD; (3) Meningkatnya jumlah daerah yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) sebanyak 2 provinsi dan 8 kabupaten/kota di wilayah Papua; (4) Meningkatnya kualitas dan proporsi tingkat pendidikan aparatur daerah untuk jenjang S1 sebesar 50% dan S2-S3 sebesar 5%; (5) Terlaksananya diklat kepemimpinan daerah serta diklat manajemen pembangunan, kependudukan, dan keuangan daerah di seluruh wilayah Papua
  • 45. 6 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 sebesar 30 angkatan; (6) Terlaksananya evaluasi otsus dan pembenahan terhadap kelembagaan, aparatur, dan pendanaan pelaksanaan otsus; (7) Terlaksananya sinergi perencanaan dan penganggaran di wilayah Papua (dengan proyek awal Provinsi Papua); (8) Meningkatnya implementasi pelaksanaan SPM di daerah, khususnya pada pendidikan, kesehatan dan infrastruktur; (9) Meningkatnya persentase jumlah PTSP sebesar 40%; (10) Terlaksananya koordinasi pusat dan daerah melalui peningkatan peran gubernur sebagai wakil pemerintah; (11) terlaksananya sistem monitoring dan evaluasi dana transfer secara on-line di wilayah Papua; (12) Terlaksananya penguatan kelembagaan Badan Percepatan Pembangunan Kawasan Papua dan Papua Barat. 8. Sasaran penanggulangan bencana adalah mengurangi Indeks Risiko Bencana di Wilayah Papua pada 2 (dua) PKN terdiri dari Kota Sorong dan Kota Jayapura; 4 (empat) PKW terdiri dari Kota Manokwari, Kabupaten Nabire yang merupakan bagian wilayah KAPET Biak; Kabupaten Merauke sebagai MIFFEE Merauke dan Kabupaten Sarmi, serta Kabupaten Raja Ampat sebagai kawasan minapolitan dan pariwisata yang memiliki indeks risiko bencana tinggi, baik yang berfungsi sebagai KAPET, KSN, atau PKSN. Sehubungan dengan sasaran tersebut, diharapkan pada akhir tahun 2019, pembangunan Wilayah Papua semakin meningkat. Hal ini dicerminkan dengan makin meningkatnya kontribusi PDRB Wilayah Papua terhadap PDB Nasional, yaitu dari sekitar 1,8 persen (2014) menjadi 2,6 persen. Dengan demikian, kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Wilayah Papua. Secara rinci target pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan dan pengangguran dalam kurun waktu 2015-2019 di Wilayah Papua dapat dilihat pada Tabel 2.1 sampai dengan Tabel 2.3 sebagai berikut.
  • 46. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 7 TABEL 2.1 SASARAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH PAPUA PER PROVINSI TAHUN 2015-2019 Provinsi Pertumbuhan Ekonomi (persen) 2015 2016 2017 2018 2019 Papua 14,0 – 14,3 14,7 - 15,3 16,2 – 17,2 16,9 – 18,3 16,9 - 18,6 Papua Barat 7,8 – 8,0 10,1 – 10,5 14,3 – 15,1 15,8 – 17,1 15,8 – 17,4 Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014 TABEL 2.2 SASARAN TINGKAT KEMISKINAN WILAYAH PAPUA PER PROVINSI TAHUN 2015-2019 Provinsi Tingkat Kemiskinan (persen) 2015 2016 2017 2018 2019 Papua 23,4 – 22,9 22,1 – 21,2 19,6 – 18,4 17,1 – 15,8 13,4 – 12,1 Papua Barat 28,2 – 27,6 26,8 – 25,7 23,9 – 22,5 21,0 – 19,4 16,6 – 15,0 Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014 TABEL 2.3 SASARAN TINGKAT PENGANGGURAN WILAYAH PAPUA PER PROVINSI TAHUN 2015-2019 Provinsi Tingkat Pengangguran (persen) 2015 2016 2017 2018 2019 Papua 5,5 – 5,4 5,3 – 5,1 5,1 – 4,8 4,9 – 4,5 4,7 – 4,2 Papua Barat 2,9 – 2,8 2,8 – 2,6 2,6 – 2,5 2,9 – 2,6 2,4 – 2,2 Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
  • 47. 8 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 2.5 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Papua 2.5.1 Pengembangan Kawasan Strategis Pengembangan kawasan strategis bidang ekonomi di Kawasan Papua difokuskan pada pengembangan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Biak, Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE), Kawasan Perdagangan Internasional Skouw Kota Jayapura, Kawasan Industri Bongrang, Kawasan Industri Tembaga Timika, Kawasan Pengembangan Ekonomi (KPE) Wamena Kabupaten Jayawijaya dan usulan KEK di Provinsi Papua Barat dengan fokus industri petrokimia dan pengembangan industri pengolahan pertambangan mineral, yang dapat dilihat pada Gambar 2.1. Arah kebijakan pengembangan kawasan strategis bidang ekonomi dilakukan melalui pengembangan untuk meningkatkan infrastruktur dasar, pengembangan sumber daya manusia, dan meningkatkan konektivitas menuju dan dalam kawasan-kawasan strategis tersebut. Percepatan pembangunan kawasan strategis di Wilayah Papua dilakukan melalui strategi sebagai berikut: 1. Peningkatan Potensi Ekonomi Wilayah di Koridor Ekonomi Wilayah Papua Pengembangan kegiatan ekonomi di kawasan strategis erat kaitanya dengan memberdayakan masyarakat berbasis potensi ekonomi wilayah, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas unggulan. a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) a) Peningkatan produktivitas ekspor untuk produk minyak- gas, pengolahan pertambangan mineral di papua bagian barat, pertanian/perkebunan, dan hasil laut. b) Pengembangan kawasan industri petrokimia di Papua bagian barat. c) Pembangunan Smelter di Kabupaten Mimika. b. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) a) Pengembangan pengelolaan KAPET Biak dengan fokus komoditas perikanan, rumput laut, dan pariwisata (bahari, budaya, sejarah); b) Percepatan pembangunan kawasan ekonomi lokal Papua berbasis kesatuan adat, meliputi (1) Wilayah Mamta
  • 48. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 9 dengan pusat pertumbuhan di Jayapura, dan fokus industri pengolahan komoditas sagu, kakao, kelapa dalam, pariwisata kawasan wisata Danau Sentani; (2) Wilayah Saireri dengan pusat pertumbuhan di Biak, dan fokus industri pengolahan komoditas rumput laut, perikanan tangkap, udang, teripang, kelapa dalam, produk kayu rakyat, kawasan wisata bahari Padaido; (3) Wilayah La Pago dengan pusat pertumbuhan di Wamena, dan fokus industri komoditas buah merah, kopi, ubi-ubian, ternak babi, wisata budaya; (4) Wilayah Me Pago dengan pusat pertumbuhan di Timika, dan fokus industri pengolahan komoditas Sagu, Kopi, Buah Merah, Kepiting, Emas, Batu Bara, Kayu Rakyat, Perikanan Air Tawar; (5) Wilayah Anim Ha dengan pusat pertumbuhan di Merauke, dan fokus industri pengolahan komoditas pengolahan karet, minyak kayu putih, padi, perikanan tangkap, pengolahan perikanan; c) Pengembangan sentra-sentra produksi industri rakyat di lima kawasan berbasis adat untuk memenuhi kebutuhan input kegiatan produksi (saprodi); d) Pengembangan sagu rakyat dan investasi industri komoditas sagu; e) Pengembangan pusat-pusat kegiatan ekonomi kecil dan menengah guna mendukung potensi sektor pariwisata, terutama industri kreatif dan makanan olahan khas wilayah KAPET Biak, Jayapura, Merauke, Sorong, Manokwari, Fak-fak, dan Wamena; f) Pembinaan terhadap mutu produk usaha kecil dan menengah di KAPET Biak. 2. Percepatan Penguatan Konektivitas Peningkatan konektivitas antara pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan kawasan-kawasan penyangga sekitarnya meliputi: a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) a) Penyelesaian pembangunan ruas-ruas jalan strategis nasional sesuai Peraturan Presiden RI No. 40 Tahun 2013 tentang Pembangunan Jalan Strategis Nasional Dalam Rangka Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat; b) Percepatan pembangunan jaringan kereta api untuk
  • 49. 10 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 mengatasi keterisolasian dan kemahalan di pegunungan tengah; c) Konektivitas Kawasan MIFEE di Merauke dan sekitarnya (Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat, dan Kabupaten Boven Digoel); d) Konektivitas Kawasan Industri Arar, Kawasan Peternakan (Salawati, Bomberai, Kebar), dan lumbung pangan Sorong Selatan, yang terhubungkan dengan Kota Sorong dan Manokwari; e) Percepatan penyediaan sumber energi berupa pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Urumuka, Mamberamo, Baliem, dan Orya; f) Pengembangan pelabuhan Sorong, Merauke, Pomako; penambahan kapasitas kargo Pelabuhan Laut Pomako di Timika, pengembangan pelabuhan terminal agribisnis, pergudangan, dan pelabuhan ekspor-impor Depapre di Jayapura, serta pelabuhan ekspor Serapuh dan Wogikel di Merauke. b. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) a) Pengembangan konektivitas darat, laut, maupun udara pusat KAPET Biak Numfor dengan daerah penyangga sekitarnya yaitu Nabire, Kepulauan Yapen, Waropen, dan Supiori; b) Pengembangan konektivitas darat, laut, maupun udara di kawasan berbasis adat (Mamta, Saireri, La Pago, Me Pago, Anim Ha); c) Peningkatan kapasitas bandara yang melayani rute daerah tertinggal, terpencil, dan terisolir (Waghete, Mopah, Wamena, Kambuaya, Mozes Kilangin, Mindiptana). 3. Penguatan Kemampuan SDM dan IPTEK Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan kapasitas kelembagaan di tingkat pusat maupun di daerah dilakukan dengan strategi: a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) a) Pembinaan kelembagaan untuk mendukung pengelolaan kawasan yang berdaya saing; b) Penguatan kemampuan Pemda dalam menyusun peraturan pemanfaatan lahan ulayat bersama
  • 50. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 11 masyarakat adat untuk memberikan kemudahan investasi. c) Penyiapan tenaga kerja berkualitas dengan kompetensi unggulan di bidang industri petrokimia dan pengolahan pertambangan mineral, pertanian, perkebunan MIFEE Merauke, kawasan industri Arar, kawasan peternakan Bomberai, Kebar dan Salawati; d) Pembangunan Science Park berteknologi tinggi sebagai sarana peningkatan kualitas SDM kawasan. b. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) a) Restrukturisasi kelembagaan dan peningkatan kualitas SDM Badan Pengelola KAPET Biak, pengelola kawasan MIFEE di Merauke, dan pengelola Kawasan Arar; b) Memberikan pelatihan dan pembinaan terhadap masyarakat Papua untuk meningkatkan nilai tambah komoditas di kawasan berbasis kesatuan adat; c) Menyiapkan SDM yang memiliki kompetensi untuk mengelola komoditas unggulan KAPET Biak dan kawasan ekonomi berbasis kesatuan adat Papua; d) Peningkatan kapasitas Orang Asli Papua (OAP) untuk mendapatkan akses sumber daya ekonomi; e) Pembangunan Technology Park bidang pangan dan maritim untuk meningkatkan inovasi teknologi. 4. Penguatan Regulasi bagi Peningkatan Iklim Investasi dan Iklim Usaha Dalam upaya pengembangan kawasan strategis di Wilayah Papua diperlukan sinergisasi dan sinkronisasi regulasi melalui strategi berikut: a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) a) Penerapan regulasi insentif fiskal yang sesuai dengan karakteristik wilayah dan kompetitif, antara lain fasilitas fiskal disemua bidang usaha, pembebasan PPN dan PPNBM untuk bahan dan barang impor yang akan diolah dan digunakan di KEK; b) Penetapan regulasi untuk mengatur pemanfaatan tanah ulayat dalam rangka memudahkan investasi; c) Pemetaan dan penegasan batas (deliniasi) hak ulayat
  • 51. 12 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 khususnya pada kawasan strategis yang dikembangkan sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi; d) Sosialisasi kepada masyarakat adat dan investor terhadap regulasi pemanfaatan lahan ulayat untuk investasi di kawasan MIFEE dan kawasan industri Arar, kawasan peternakan Bomberai, Kebar, dan Salawati; e) Pelayanan terpadu satu pintu dan penggunaan Sistem Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di bidang perizinan perindustrian, perdagangan, pertanahan, dan penanaman modal di Kawasan MIFEE dan Kawasan Industri Arar. b. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) a) Harmonisasi peraturan perundangan terkait dengan iklim investasi, diantaranya adalah PP. Nomor 147 Tahun 2000 Tentang Perlakuan Perpajakan di KAPET; b) Pelimpahan kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan instansi terkait kepada pengelola kawasan strategis nasional dan kawasan-kawasan industri lainnya; c) Sosialisasi kepada masyarakat adat terhadap regulasi pemanfaatan lahan ulayat untuk investasi di KAPET Biak dan kawasan ekonomi berbasis kesatuan adat; d) Pelibatan desa dan warga desa pemilik tanah adat sebagai pemegang saham (shareholdings) dalam pelaksanaan program-program investasi pembangunan perdesaan; e) Pelayanan terpadu satu pintu dan penggunaan Sistem Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di bidang perizinan perindustrian, perdagangan, pertanahan di KAPET Biak dan MIFEE di Merauke. 2.5.2 Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan 2.5.2.1 Pengembangan Kawasan Perkotaan Arah kebijakan pembangunan wilayah perkotaan di Wilayah Papua difokuskan untuk membangun kota berkelanjutan dan berdaya saing menuju masyarakat kota yang sejahtera berdasarkan karakter fisik, potensi ekonomi dan budaya lokal. Untuk itu, strategi pembangunan perkotaan tahun 2015-2019 adalah :
  • 52. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 13 1. Perwujudan Sistem Perkotaan Nasional (SPN) Perwujudan SPN merupakan langkah untuk meningkatkan keterkaitan pembangunan kota, baik itu antar kota maupun kota dengan desa serta pemenuhan fungsi kota itu sendiri. Kondisi kota otonom di Papua (Sorong dan Jayapura) sudah memenuhi standar, sehingga program diarahkan untuk meningkatkan keterkaitan antar kota maupun kota-desa, yang dilakukan dengan: a. Mengembangkan 2 kota sedang di pulau Papua, yakni Sorong dan Jayapura dalam rangka mempercepat perannya sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, pusat pelayanan primer, dan hub untuk Pulau Papua dan Pulau Maluku dalam bentuk Pusat Kegiatan Nasional serta sebagai pendukung pengembangan kawasan perbatasan negara; b. Mengembangkan kegiatan industri pengolahan untuk mengembangkan ekonomi dan meningkatkan keterkaitan dengan desa-kota sekitar. c. Meningkatkan aksesibilitas antar PKN, PKW, dan PKL disekitarnya melalui penyediaan simpul transportasi khususnya simpul transportasi laut. 2. Percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) untuk mewujudkan kota layak huni yang aman dan nyaman a. Mempercepat pemenuhan dan peningkatan pelayanan sarana prasarana permukiman sesuai dengan peran dan tipologi kota serta kearifan lokal pulau Papua; b. Meningkatkan aksesibilitas antar kota melalui penyediaan sarana transportasi khususnya transportasi laut termasuk penyeberangan yang didukung oleh transportasi terpadu dan optimal sesuai dengan tipologi dan kondisi geografis Kota Sorong dan Jayapura c. Menyediakan pelayanan sarana dan tenaga terampil kesehatan dan pendidikanyang mudah diakses masyarakat;
  • 53. 14 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 d. Mengembangkan sarana sosial budaya yang sesuai dengan kearifan lokal; e. Menyediakandan Meningkatkan sarana ekonomi, khususnya di sektor perdagangan dan jasa serta dapat mendukung pengembangan ekonomi kawasan perbatasan dan pulau-pulau terluar; f. Mendorong berkembangnya industri pengolahan yang didukung oleh Pelabuhan Nasional Sorong dan Jayapura sebagai pusat koleksi dan distribusi di Pulau Papua; g. Meningkatkan keamanan kota melalui pencegahan, penyediaan fasilitas dan sistem penanganan kriminalitas dan konflik antar suku 3. Perwujudan Kota yang Berketahanan terhadap Iklim dan Bencana a. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam upaya adaptasi dan mitigasi terhadap iklim danbencana (urban resilience); b. Membangun infrastruktur mitigasi terhadap bencana alam yang dapatmelindungi aset-aset sosial ekonomi masyarakat khususnya bencana banjir dan longsor; c. Mengembangkan sistem peringatan dini termasuk petunjuk tindakan yang harus dilakukan pada saat ada peringatan; 4. Peningkatan Kapasitas Tata Kelola Pembangunan Perkotaan a. Meningkatkan kapasitas pemimpin kota yang visioner dan kapasitas aparatur pemerintahmelalui pendampingan, pembinaan, pelatihan dan penilaian kinerja dalam merencanakan, membangun dan mengelola kota berkelanjutan;
  • 54. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 15 GAMBAR2.1 PETALOKASIPUSAT-PUSATPERTUMBUHANWILAYAHPAPUARPJMN2015-2019
  • 55. 16 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 b. Meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah kota melalui pendampingan secara langsung dari pemerintah pusat; c. Membangunpusat data dan informasi perkotaan terpadu yang mudah diakses; d. Meningkatkan peran swasta, organisasi masyarakat, dan organisasi profesi secara aktif, dalam penyusunan kebijakan perencanaan dan pembangunan Kota Berkelanjutan; e. Memperkuat peran lembaga daerah dan masyarakat dalam mitigasi bencana daerah; f. Merevitalisasi kelembagaan di pusat dan daerah untuk Percepatan Pembangunan Kawasan Papua dan Papua Barat. 2.5.2.2 Pengembangan Kawasan Perdesaan Arah kebijakan pengembangan desa dan kawasan perdesaan di Wilayah Papua adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa (selanjutnya disebut kampung) dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana kampung, membangun potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan dengan sasaran berkurangnya jumlah kampung tertinggal sedikitnya 340 kampung atau meningkatnya jumlah kampung mandiri sedikitnya 140 kampung. Selain itu, membangun keterkaitan ekonomi lokal antara perkotaan dan perkampungan melalui integrasi perkampungan mandiri pada 4 kawasan pertumbuhan, yang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.5. Dalam rangka percepatan pembangunan desa di Wilayah Papua akan dilakukan: 1. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum sesuai dengan kondisi geografis Kampung a. Membangun sarana dan prasarana dasar perumahan di kawasan kampung tertinggal dan berkembang; b. Membangun sarana dan prasarana pendidikan, khususnya
  • 56. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 17 sekolah dasar dan sekolah menengah dengan mempertimbangkan cakupan pelayanannya; c. Menyediakan layanan puskesmas keliling dan membangun puskesmas yang memiliki kelengkapan obat-obatan yang cukup; d. Meningkatkan distribusi tenaga pendidik dan tenaga kesehatan khususnya di kampung-kampung terpencil; e. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana transportasi, baik darat, air, maupun udara, khususnya pada pembangunan bandara perintis; f. Meningkatkan ketersediaan jaringan listrik (tenaga surya, tenaga air, dll) dan jaringan telekomunikasi yang menjangkau kampung terpencil, pulau-pulau, dan kampung perbatasan. 2. Pengembangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi Desa. a. Meningkatkan peran dan kapasitas pemerintah daerah dalam memajukan ekonomi masyarakat miskin dan rentan; b. Meningkatkan kapasitas masyarakat miskin dan rentan dalam pengembangan usaha berbasis lokal melalui pendampingan-pendampingan yang intensif; c. Memberikan dukungan bagi masyarakat miskin dan rentan melalui penyediaan lapangan usaha bagi masyarakat kampung; d. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana produksi (benih, pupuk, jaringan irigasi, armada perikanan, alat tangkap, bahan bakar), pasca panen, pengolahan, dan pasar kampung. 3. Pembangunan Sumber Daya Manusia, Keberdayaan, dan Modal Sosial Budaya Masyarakat Kampung a. Menguatkan lembaga adat dan kampung Adat, perlindungan hak-hak masyarakat adat sesuai dengan perundangan yang berlaku termasuk hak atas tanah adat/ulayat;
  • 57. 18 | Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 b. Meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui penguatan kelompok masyarakat (kelompok wanita, pemuda, anak, dan TKI); c. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan dan kesehatan; d. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan tanah dan SDA termasuk pengelolaan kawasan pesisir dan laut yang berkelanjutan; e. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam bidang kewirausahaan berbasis potensi lokal; f. Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi kebijakan shareholding pemerintah, kampung, dan pihak ketiga melalui pendampingan intensif; 4. Penguatan Pemerintahan Kampung dan masyarakat Kampung a. Sosialisasi peraturan pelaksanaan UU No.6/2014 tentang Kampung; b. Peningkatan kapasitas pemerintah kampung, Badan Permusyawaratan Kampung, dan kader pemberdayaan masyarakat melalui fasilitasi, pelatihan, dan pendampingan dalam (i) Perencanaan, pelaksanaan dan monitoring pembangunan kampung, (ii) Pengelolaan keuangan kampung, (iii) Pelayanan publik, (iv) Penyiapan dan penetapan batas desa (khususnya desa-desa perbatasan); serta (v) peta kampung; c. Penguatan pemerintah kampung, masyarakat, dan kelembagaan masyarakat dalam meningkatkan ketahanan ekonomi, sosial, lingkungan keamanan dan politik; d. Meningkatkan ketersediaan sarana prasarana pemerintahan kampung; e. Fasilitasi pengembangan data dan informasi kampung yang digunakan sebagai acuan bersama perencanaan dan pembangunan kampung.