SlideShare a Scribd company logo
Pancasila sebagai Ideologi Terbuka 
Materi kelas XII Semester 1 
BAB I PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 
Standar Kompetensi 
1. Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka 
Kompetensi Dasar 
1.1. Mendeskripsikan Pancasila sebagai ideologi terbuka 
1.2. Menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan 
1.3. Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka 
Indikator Pencapaian Hasil Belajar 
1. Siswa diharapkan dapat mengemukakan rumusan Pancasila sebagai dasar negara 
2. Siswa diharapkan dapat menguraikan fungsi Pancasila 
3. Siswa diharapkan dapat mengemukakan makna Pancasila sebagai dasar negara 
4. Siswa diharapkan dapat membedakan ideologi terbuka dan ideologi tertutup 
5. Siswa diharapkan dapat menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai. 
6. Siswa diharapkan dapat mendeskripsikan Pancasila sebagai paradigma 
pembangunan. 
7. Siswa diharapkan dapat menunjukkan sikap positif terhadap nilai-nilai Pancasila 
8. Siswa diharapkan dapat menemukan cara bersikap positif yang sesuai dengan 
Pancasila sebagai ideologi terbuka 
Tujuan Pembelajaran 
1. Mengemukakan rumusan Pancasila sebagai dasar negara 
2. Menguraikan fungsi Pancasila 
3. Mengemukakan makna Pancasila sebagai dasar negara 
4. Membedakan ideologi terbuka dan ideologi tertutup 
5. Menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai 
6. Mendeskripsikan Pancasila sebagai paradigma pembangunan. 
7. Menunjukkan sikap positif terhadap nilai-nilai Pancasila 
8. Menemukan cara bersikap positif yang sesuai dengan Pancasila sebagai ideologi 
terbuka. 
Metode Pembelajaran
Dalam mekanisme pembelajaran modul dapat diterapkan beberapa metode 
pembelajaran. Metode tersebut di antaranya: 
1. Metode Ceramah (Preaching Method) 
2. Metode Diskusi (Discussion Method) 
3. Metode Pemberian Tugas 
4. Metode Studi Kasus 
Kegiatan Belajar 1 : Pancasila sebagai Ideologi Terbuka 
Pengertian Ideologi 
Pengertian Ideologi Secara Etimologis 
Menurut asal kata, istilah ideologi berasal dari kata “idea” berarti gagasan, konsep, 
pengertian dasar, cita-cita, dan “logos” berarti ilmu. Secara 
harfiah, ideologi berarti ilmu pengetahuan dasar. 
Dalam pengertian sehari-hari, idea disamakan artinya dengan cita-cita yang 
merupakan dasar, pandangan, atau paham. 
Pengertian Ideologi Menurut Pendapat Para Ahli 
Patrick Corbett, ideologi merupakan struktur kejiwaan yang tersusun oleh 
seperangkat keyakinan mengenai: 
a. Penyelenggaraan hidup bermasyarakat beserta pengorganisasiannya 
b. Sifat hakikat manusia dan alam semesta yang ia hidup di dalamnya 
c. Suatu pernyataan pendirian bahwa kedua perangkat keyakinan 
tersebutindependen, dan 
d. Suatu dambaan agar keyakinan tersebut dihayati dan pernyataan pendirian itu 
diakui sebagai kebenaran oleh segenap orang yang menjadi anggota penuh dari 
kelompok sosial yang bersangkutan 
AS Hornby, ideologi merupakan seperangkat gagasan yang mmbentuk landasan teori 
ekonomi dan politik atau yang dipegang oleh seseorang atau sekelompok orang 
Soejono Soemargono, ideologi sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan, serta 
kepercayaan menyeluruh dan sistematis yang menyangkut: Bidang politik, Bidang 
social,Bidang kebudayaan, Bidang agama
Frans Magnis Suseno, ideologi merupakan suatu sistem pemikiran yang dapat 
dibedakan menjadi ideologi tertutup dan ideologi terbuka 
a. Ideologi tertutup, merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. Ciri-ciri sbb: 
i. Merupakan cita-cita suatu kelompok orang untuk mengubah dan 
memperbarui masyarakat 
ii. Atas nama ideologi dibenarkan pengorbanan-pengorbanan yang 
dibebankan kepada masyarakat 
iii. Isinya bukan hanya nilai-nilai dan cita-cita tertentu, melainkan terdiri 
atas tuntutan-tuntutan konkret dan operasional yang keras, yang diajukan dengan 
mutlak 
b. Ideologi terbuka, merupakan suatu pemikiran terbuka. Ciri-ciri sbb: 
i. Nilai-nilai dan cita-citanya tidak dapat dipaksakan dari luar, melainkan 
digali dan diambil dari moral budaya masyarakat itu sendiri 
ii. Dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan hasil 
musyawarah dari konsensus masyarakat itu sendiri 
iii. Ideologi terbuka tidak dicipitakan oleh negara, melainkan digali dan 
ditemukan dalam masyarakat itu sendiri 
Pengertian Ideologi Secara Umum 
a. Dalam arti luas, ideologi menunjuk pada pedoman dalam berpikir ataupun 
bertindak (pedoman hidup) di semua segi kehidupan, baik segi kehidupan pribadi 
maupun umum. 
b. Dalam arti sempit, ideologi menunjuk pada pedoman baik dalam berpikir maupun 
bertindak (pedoman hidup) dalam bidang tertentu (Sunarso, Hs, 1986) 
c. Ideologi negara adalah ideologi dalam pengertian sempit atau terbatas. Ideologi 
negara merupakan konsensus (mayoritas) warga negara tentang nilai-nilai dasar 
negara yang ingin diwujudkan melalui kehidupan negara itu (Heuken, 1998) 
d. Karena terkait dengan penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat dan bernegara, 
yang tidak lain adalah kehidupan politik, ideologi negara sering disebut pula 
ideologi politik. 
Pemahaman Konseptual tentang Ideologi 
a. NICOLLO MACHIAVELLI (1469-1527) 
– Berasal dari Florence, Italia 
– Sebagai orang pertama yang secara langsung membahas fenomena ideologi, 
dengan mengamati dan membahas praktek-praktek politik yang dilakukan oleh para 
Pangeran.
– Pengamatan itu tampak dalam bukunya IL PRINCIPE, yang diterjemahkan dalam 
judul “Sang Penguasa: Surat Seorang Negarawan kepada Pemimpin Republik” (1987) 
– Menurutnya, ideologi pada dasarnya berkenaan dengan siasat dalam berpolitik 
praktis. 
– Siasat itu terutama tampak dalam tiga hal: 
• Kecenderungan orang untuk melakukan penilaian keadaan berdasarkan 
kepentingannya 
• Konsepsi-konsepsi keagamaan seringkali digunakan untuk menggalang kekuasaan 
dan melakukan dominasi 
• Kebutuhan untuk menggunakan tipu daya dalam memperoleh dan 
mempertahankan kekuasaan 
b. ANTOINE DESTUT DE TRACY (1754-1856) 
– Seorang pemikir Perancis, hidup masa revolusi Perancis 
– Ia menulis buku masyur berjudul LES ELEMENTS DE L’IDEOLOGIE, di mana 
istilah ideologi pertama kali digunakan. 
– Bagi Tracy, istilah ideologi memiliki konotasi positif. Ideologi adalah ilmu 
mengenai gagasan atau ilmu tentang ide-ide. 
– Dia mengajak masyarakat Perancis untuk berusaha menemukan dan menilai ide 
yang sehat dan ide yang tidak sehat dalam masyarakat. 
– Ide yang sehat adalah yang sesuai dengan realitas dan sejalan dengan akal budi. 
Ide ini mestinya dimanfaatkan masyarakat sebagai patokan hidup sehari-hari. 
– Ide yang tidak sehat adalah ide yang tidak sesuai dengan realitas dan 
bertentangan dengan akal budi, yang lalu ia sebut sebagai gagasan palsu atau 
khayalan belaka. Contoh gagasan palsu adalah gagasan bersumber dari agama, bahwa 
raja memiliki kekuasaan dari Tuhan, akibatnya kekuasaan raja bersifat mutlak, tidak 
bisa diganggu gugat. Oleh karena itu, negara harus dijalankan berdasar kaidah-kaidah 
akal budi, bukan kaidah-kaidah agama. 
– Ketika Napoleon berkuasa, de Tracy didepak dari Senat. Napoleon menganggap 
ideologi sebagai gagasan tidak berguna. Sejak itu, ideologi lenyap dari gelanggang 
kehidupan politik. 
c. Karl Marx (1818-1883) 
– Berasal dari Prussia (kini Jerman). 
– Dalam bukunya Die Deutch Ideologi, dia memahami ideologi berkebalikan dari de 
Tracy. Baginya, ideologi adalah kesadaran palsu. 
– Mengapa disebut kesadaran palsu? Karena ideologi merupakan hasil pemikiran 
tertentu yang diciptakan oleh para pemikir, yang pada dasarnya sangat ditentukan
oleh kepentingannya. Maka, hasil pemikiran yang muncul dalam bentuk ideologi 
sesungguhnya tidak lebih dari khayalan (pengandaian-pengandaian spekulatif) untuk 
melindungi kepentingan kelas pemikir itu. Kelas pemikir itu adalah kelas penguasa. 
– Demikianlah, ideologi adalah kesadaran palsu yang digunakan sebagai dasar 
pembenaran atas hak-hak istimewa kelas tertentu. 
d. Louis Althusser (1918- …) 
– Ia murid Marx, namun ia tidak setuju pandangan Marx tentang ideologi. 
– Menurutnya, ideologi memang berisi gagasan spekulatif, namun bukan kesadaran 
palsu. Sebab, gagasan spekulatif itu bukan dimaksudkan untuk menggambarkan 
realitas (apa itu dunia), melainkan memberi gambaran tentang bagaimana manusia 
semestinya menjalankan hidupnya. 
– Setiap orang membutuhkan ideologi, sebab setiap orang perlu memiliki keyakinan 
tentang bagaimana semestimya ia menjalankan kehidupannya. 
– Pendek kata, ideologi adalah pedoman hidup. 
Dua Kutub Ideologi 
Kutub pertama, ideologi bisa menjadi sesuatu yang baik, yaitu manakala ideologi 
mampu menjadi pedoman hidup menuju kehidupan yang lebih baik. 
Kutub kedua, ideologi bisa menjadi hal yang tidak baik, yaitu manakala ideologi 
dijadikan alat menyembunyikan kepentingan penguasa. Di sini, ideologi tidak lebih 
dari sebuah kesadaran palsu. 
Tiga Dimensi dalam Ideologi 
Ideologi politik bisa bertahan dalam perubahan masyarakat, bisa pula pudar dan 
ditinggalkan, tergantung pada daya tahan ideologi. 
Ideologi akan mampu bertahan, bila mempunyai tiga dimensi, meliputi: 
DIMENSI REALITA, menunjuk pada kemampuan ideologi untuk memcerminkan 
realita yang hidup dalam masyarakat di mana ia muncul untuk pertama kalinya, paling 
kurang realita pada saat-saat awal kelahirannya. 
DIMENSI IDEALISME, yaitu kadar atau kualitas idealisme yang terkandung di 
dalam ideologi atau nilai-nilai dasarnya. Kualitas itu menentukan kemampuan ideologi 
dalam memberikan harapan kepada masyarakat untukmempunyai dan membina 
kehidupan bersama yang lebih baik dan untuk membangun masa depan yang lebih 
cerah.
DIMENSI FLEKSIBILITAS, yaitu kemampuan ideologi dalam mempengaruhi dan 
sekaligus menyesuaikan diri dengan pertumbuhan atau perkembangan 
masyarakat. 
Dua Macam Watak Ideologi 
a. Ideologi tertutup, adalah ideologi yang bersifat mutlak, ciri-cirinya: 
Bukan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan cita-cita sebuah 
kelompok yang digunakan sebagai dasar untuk mengubah masyarakat 
Apabila kelompok tersebut berhasil menguasai negara, ideologinya itu akan 
dipaksakan kepada masyarakat 
Bersifat totaliter, artinya mencakup/mengurusi semua bidang kehidupan 
Pluralisme pandangan dan kebudayaan ditiadakan, hak asasi tidak dihormati 
Menuntut masyarakat untuk memiliki kesetiaan total dan kesediaan untuk berkorban 
bagi ideologi tersebut 
Isi ideologi tidak hanya nilai-nilai dan cita-cita, tetapi tuntutan-tuntutan konkret 
dan operasional yang keras, mutlak, dan total. 
b. Ideologi terbuka, adalah ideologi yang tidak dimutlakkan, ciri-cirinya: 
Merupakan kekayaan rohani, moral, dan budaya masyarakat (falsafah). Jadi bukan 
keyakinan ideologis sekelompok orang melainkan kesepakatan masyarakat 
Tidak diciptakan oleh negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat sendiri. Ia adalah 
milik seluruh rakyat, dan bisa digali dan ditemukan dalam kehidupan mereka 
Isinya tidak langsung operasional, sehingga setiap generasi baru dapat dan perlu 
menggali kembali falsafah tersebut dan mencari implikasinya dalam situasi kekinian 
mereka 
Tidak pernah memperkosa kebebasan dan tanggung jawab masyarakat, melainkan 
menginspirasi masyarakat untuk berusaha hidup bertanggung jawab sesuai falsafah 
itu 
Menghargai pluralitas, sehingga dapat diterima warga masyarakat yang berasal dari 
berbagai latar belakang budaya dan agama. 
Pengertian Pancasila
Kata Pancasila berasal dari kata Sanskerta (Agama Buddha) yaitu untuk 
mencapai Nirwana diperlukan 5 dasar/ajaran, yaitu 
1. Jangan mencabut nyawa makhluk hidup/Dilarang membunuh 
2. Jangan mengambil barang orang lain/Dilarang mencuri 
3. Jangan berhubungan kelamin/Dilarang berzina 
4. Jangan berkata palsu/Dilarang berbohong/berdusta. 
5. Jangan minum yang menghilangkan pikiran/Dilarang minum minuman keras. 
Diadaptasi oleh orang Jawa menjadi 5 M = Madat/Mabuk, Maling/Mencuri, 
Madon/Bermain Perempuan, Maen/Judi, Mateni/Membunuh. 
Pengertian Pancasila Secara Etimologis 
Perkataan Pancasila mula-mula terdapat dalam perpustakaan Buddha yaitu 
dalam Kitab Tripitaka dimana dalam Ajaran Buddha tersebut terdapat suatu ajaran 
moral untuk mencapai nirwana/surga melalui Pancasila yang isinya 5 larangan di atas. 
Pengertian Pancasila Secara Historis 
Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno berpidato tanpa teks mengenai 
rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara. Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia 
memproklamirkan kemerdekaan, kemudian keesokan harinya 18 Agustus 1945 
disahkanlah UUD 1945 termasuk Pembukaannya dimana didalamnya terdapat 
rumusan 5 Prinsip sebagai Dasar Negara yang diberi nama Pancasila. Sejak saat 
itulah Pancasila menjadi Bahasa Indonesia yang umum. Jadi walaupun pada Alinea 4 
Pembukaan UUD 45 tidak termuat istilah Pancasila namun yang dimaksud dasar 
Negara RI adalah disebut istilah Pancasila hal ini didasarkan interprestasi 
(penjabaran) historis terutama dalam rangka pembentukan Rumusan Dasar Negara. 
Pengertian Pancasila Secara Termitologis 
Proklamasi 17 Agustus 1945 telah melahirkan Negara RI, untuk 
melengkapi alat2 Perlengkapan Negara, PPKI mengadakan sidang pada tanggal 18 
Agustus 1945 dan berhasil mengesahkan UUD 45 dimana didalam bagian Pembukaan 
yang terdiri dari 4 Alinea didalamnya tercantum rumusan Pancasila. Rumusan 
Pancasila tersebut secara Konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara RI 
yang disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh Rakyat Indonesia 
Pancasila Berbentuk: 
1. Hirarkis (berjenjang) 
2. Piramid.
A. Pancasila menurut Mr. Moh Yamin adalah yang disampaikan di dalam sidang 
BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945 isinya sebagai berikut: 
1. Prikebangsaan; 
2. Prikemanusiaan; 
3. Priketuhanan; 
4. Prikerakyatan; 
5. Kesejahteraan Rakyat 
B. Pancasila menurut Ir. Soekarno yang disampaikan pada tangal 1 Juni 1945 di 
depan sidang BPUPKI, sebagai berikut: 
1. Nasionalisme/Kebangsaan Indonesia; 
2. Internasionalisme/Prikemanusiaan; 
3. Mufakat/Demokrasi; 
4. Kesejahteraan Sosial; 
5. Ketuhanan yang berkebudayaan; 
Presiden Soekarno mengusulkan ke-5 Sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila 
yaitu: 
1. Sosio Nasional : Nasionalisme dan Internasionalisme; 
2. Sosio Demokrasi : Demokrasi dengan kesejahteraan rakyat; 
3. Ketuhanan YME. 
Dan masih menurut Ir. Soekarno Trisila masih dapat diperas lagi menjadi Ekasila 
atau Satusila yang intinya adalah Gotong Royong. 
C. Pancasila menurut Piagam Jakarta yang disahkan pada tanggal 22 Juni 1945 
rumusannya sebagai berikut: 
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya; 
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab; 
3. Persatuan Indonesia; 
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan 
perwakilan; 
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; 
Kesimpulan dari bermacam-macam pengertian Pancasila tersebut yang sah 
dan benar secara Konstitusional adalah Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan 
UUD 45, hal ini diperkuat dengan adanya Ketetapan MPRS NO.XXI/MPRS/1966 dan 
Inpres No. 12 tanggal 13 April 1968 yang menegaskan bahwa pengucapan, penulisan
dan Rumusan Pancasila Dasar Negara RI yang sah dan benar adalah sebagai mana 
yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. 
Proses Penyusunan dan Penetapan Dasar Negara 
a. Tahap Pembentukan BPUPKI 
BPUPKI dibentuk pada tanggal 29 April 1945 dan dilantik tanggal 28 Mei 
1945.Pembentukan BPUPKI memberi kesempatan secara legal kepada Indonesia 
untuk mempersiapkan kemerdekaan dan merancang UUD yang berisi dasar negara. 
b. Tahap Penyusunan Konsep Rancangan Dasar Negara dan UUD 
Sidang Pertama BPUPKI(29 Mei s/d 1 Juni 1945) 
Pada sidang ini K.R.T Radjiman Widyodiningrat(ketua BPUPKI), menyampaikan 
tentang dasar falsafah yang akan dibentuk bagi bangsa Indonesia.Usulan-usulan 
dasar Negara RI yang muncul pada sidang ini, antara lain: 
a. Mr. Moh. Yamin 
Secara lisan; 
1) Peri Kebangsaan 
2) Peri Kemanusiaan 
3) Peri Ketuhanan 
4) Peri Kerakyatan 
5) Kesejahteraan Rakyat 
Secara tertulis; 
1) Ketuhanan Yang Maha Esa 
2) Kebangsaan Persatuan Indonesia 
3) Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab 
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan 
perwakilan. 
5) Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia 
b. Prof. Dr. R. Soepomo 
1) Paham negara persatuan 
2) Hubungan negara dan agama 
3) Sistem badan permusyawaratan 
4) Sosialisme negara 
5) Hubungan antar bangsa 
c. Ir. Soekarno
Pancasila; 
1) Kebangsaan Indonesia 
2) Internasionalisme atau perikemanusiaan 
3) Mufakat atau demokrasi ekonomi negara bersifat kekeluargaan 
4) Kesejahteraan sosial 
5) Ketuhanan yang berkebudayaan 
Dapat diperas menjadi Trisila; 
1) Sosionalisme 
2) Sosiodemokratis 
3) Ketuhanan 
Dapat diperas lagi menjadi Ekasila; 
1) Gotong royong 
Pada sidang pertama BPUPKI belum tercapai kesepakatan tentang dasar 
Negara. Kemudian dibentuk Panitia Sembilan. 
Panitia Sembilan 
Anggota Panitia Sembilan adalah: 
Ir. Soekarno Abikusno Tjokrosoejoso 
Drs. Moh. Hatta H. Agus Salim 
Mr. A.A. Maramis Mr. Ahmad Soebarjo 
K.H. Wahid Hasyim Mr. Moh. Yamin 
Abd. Kahar Muzakir 
Pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan berhasil merumuskan dasar Negara 
Indonesia yang dikenal dengan Jakarta Charter(Piagam Jakarta). 
Rumusan Dasar Negara Menurut Jakarta Charter 
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya. 
2. Kemanusian yang adil dan beradab. 
3. Persatuan Indonesia. 
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan 
perwakilan. 
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. 
c. Sidang Kedua BPUPKI (10 s/d 16 Juli 1945)
Pada sidang kedua ini membicarakan tentang rancangan UUD Negara 
Indonesia dengan membentuk panitia kecil, yaitu; 
Panitia Kecil yang dipimpin oleh Ir. Soekarno. Bertugas merumuskan rancangan 
Pembukaan UUD yang berisi tujuan dan asas Negara Indonesia. 
Panitia Kecil yang dipimpin oleh Prof. Dr. Mr. R. Soepomo. Bertugas merumuskan 
rancangan batang tubuh UUD dan naskah proklamasi. 
Pada tanggal 14 Juli 1945 telah diterima rancangan dasar Negara sebagaimana 
tersebut dalam Piagam Jakarta yang dicantumkan dalam Pembukaan dari rencana 
UUD yang sedang disiapkan. 
d. Penetapan UUD 1945 
Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI menetapkan: 
1. Mengesahkan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945. 
2. Memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden RI dan Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil 
Presiden RI yang pertama. 
3. Untuk sementara waktu, pekerjaan presiden sehari-hari dibantu oleh BP-KNIP. 
Rumusan dasar Negara yang disahkan dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 
adalah sebagai berikut; 
a. Ketuhanan Yang Maha Esa 
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab 
c. Persatuan Indonesia 
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam 
permusyawaratan/perwakilan 
e. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia 
Pancasila Ditinjau dari Tekstualnya 
Ditinjau dari tekstual, bahwa Pancasia sebagai dasar Negara Republik Indonesia 
tercantum dalam konstitusi Negara, yakni pada Pembukaan UUD 1945 alinea 4 
(merupakan landasan konstitusional dan ideologi negara). 
Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa Dan Negara Indonesia 
1. Filasafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia 
Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah 
mana tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup (filsafata
hidup). Dengan pandangan hidup inilah sesuatu bangsa akan memandang persoalan-persoalan 
yang dihadapinya dan menentukan arah serta cara bagaimana memecahkan 
persoalan-persoalan tadi. Tanpa memiliki pandangan hidup maka suatu bangsa akan 
merasa terombang-ambing dalam menghadapi persoalan-persoalan besar yang pasti 
akan timbul, baik persoalan-persoalan di dalam masyarakatnya sendiri, maupun 
persoalan-persoalan besar umat manusia dalam pergaulan masyarakat bangsa-bangsa 
di dunia ini. Dengan pandangan hidup yang jelas sesuatu bangsa akan memiliki 
pegangan dan pedoman bagaimana ia memecahkan masalah-masalah polotik, ekonomi, 
sosial dan budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju. Dengan 
berpedoman pada pandangan hidup itu pula suatu bangsa akan membangun dirinya. 
Dalam pergaulan hidup itu terkandung konsep dasar mengenai kehidupan 
yang dicita-citakan oleh suatu bangsa, terkandung pikiran-pikiran yang terdalam dan 
gagasan sesuatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Pada 
akhirnya pandangan hidup sesuatu bangsa adalah kristalisasi dari nilai-nilai yang 
dimiliki suatu bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad 
pada bangsa itu untuk mewujudkannya. 
Kita merasa bersyukur bahwa pendahulu-pendahulu kita, pendiri-pendiri 
Republik ini dapat menunjukkan secara jelas apa sesungguhnya pandangan hidup 
bangsa kita yang kemudian kita namakan Pancasila. Seperti yang ditujukan dalam 
ketetapan MPR No. II/MPR/1979, maka Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat 
Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar negara kita. 
Disamping itu maka bagi kita Pancasila sekaligus menjadi tujuan hidup 
bangsa Indonesia. Pancasila bagi kita merupakan pandangan hidup, kesadaran dan 
cita-cita moral yang meliputi kejiwaan dan watak yang sudah berurat/berakar di 
dalam kebudayaan bangsa Indonesia. Ialah suatu kebudayaan yang mengajarkan 
bahwa hidup manusia ini akan mencapai kebahagiaan jika kita dapat baik dalam hidup 
manusia sebagai manusia dengan alam dalam hubungan manusia dengan Tuhannya, 
maupun dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohaniah. 
Bangsa Indonesia lahir sesudah melampaui perjuangan yang sangat 
panjang, dengan memberikan segala pengorbanan dan menahan segala macam 
penderitaan. Bangsa Indonesia lahir menurut cara dan jalan yang ditempuhnya 
sendiri yang merupakan hasil antara proses sejarah di masa lampau, tantangan 
perjuangan dan cita-cita hidup di masa datang yang secara keseluruhan membentuk 
kepribadian sendiri. 
Sebab itu bangsa Indonesia lahir dengan kepribadiannya sendiri yang 
bersamaan lahirnya bangsa dan negara itu, kepribadian itu ditetapkan sebagai 
pandangan hidup dan dasar negara Pancasila. Karena itulah, Pancasila bukan lahir 
secara mendadak pada tahun 1945, melainkan telah berjuang, dengan melihat
pengalaman bangsa-bangsa lain, dengan diilhami dengan oleh gagasan-gagasan besar 
dunia, dengan tetap berakar pada kepribadian bangsa kita dan gagasan besar bangsa 
kita sendiri. 
Karena Pancasila sudah merupakan pandangan hidup yang berakar dalam 
kepribadian bangsa, maka ia diterima sebagai dasar negara yang mengatur hidup 
ketatanegaraan. Hal ini tampak dalam sejarah bahwa meskipun dituangkan dalam 
rumusan yang agak berbeda, namun dalam 3 buah UUD yang pernah kita miliki yaitu 
dalam Pembukaan UUD 1945, dalam Mukadimah Konstitusi RIS 1949, serta dalam 
Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia 1950, Pancasila itu tetap tercantum 
didalamnya, Pancasila yang lalu dikukuhkan dalam kehidupan konstitusional itu, 
Pancasila yang selalu menjadi pegangan bersama saat-saat terjadi krisis nasional 
dan ancaman terhadap eksistensi bangsa kita, merupakan bukti sejarah sebagai 
dasar kerohanian negara, dikehendaki oleh bangsa Indonesia karena sebenarnya ia 
telah tertanam dalam kalbunya rakyat. Oleh karena itu, ia juga merupakan dasar 
yang mamapu mempersatukan seluruh rakyat Indonesia. 
2. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia 
Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari BPPK pada tanggal 1 Juni 
1945 adalah dikandung maksud untuk dijadikan dasar bagi negara Indonesia 
merdeka. Adapun dasar itu haruslah berupa suatu filsafat yang menyimpulkan 
kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara Indonesa yang merdeka. Di atas dasar 
itulah akan didirikan gedung Republik Indonesia sebagai perwujudan kemerdekaan 
politik yang menuju kepada kemerdekaan ekonomi, sosial dan budaya. 
Sidang BPPK telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai dasar 
negara Indonesia merdeka. Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada tanggal 18 
Agustus 1945 Pancasila tercantum secara resmi dalam Pembukaan UUD RI, Undang- 
Undang Dasar yang menjadi sumber ketatanegaraan harus mengandung unsur-unsur 
pokok yang kuat yang menjadi landasan hidup bagi seluruh bangsa dan negara, agar 
peraturan dasar itu tahan uji sepanjang masa. 
Peraturan selanjutnya yang disusun untuk mengatasi dan menyalurkan 
persoalan-persoalan yang timbul sehubungan dengan penyelenggaraan dan 
perkembangan negara harus didasarkan atas dan berpedoman pada UUD. Peraturan-peraturan 
yang bersumber pada UUD itu disebut peraturan-peraturan organik yang 
menjadi pelaksanaan dari UUD. 
Oleh karena Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai 
seluruh isi peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar negara 
sebagaimana jelas tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tersebut, maka
semua peraturan perundang-undangan Republik Indonesia (Ketetapan MPR, Undang-undang, 
Peraturan Pemerintah sebagai pengganti Undang-undang, Peraturan 
Pemerintah, Keputusan Presiden dan peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya) yang 
dikeluarkan oleh negara dan pemerintah Republik Indonesia haruslah pula sejiwa dan 
sejalan dengan Pancasila (dijiwai oleh dasar negara Pancasila). Isi dan tujuan dari 
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia tidak boleh menyimpang dari 
jiwa Pancasila. Bahkan dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 ditegaskan, 
bahwa Pancasila itu adalah sumber dari segala sumber hukum (sumber hukum 
formal, undang-undang, kebiasaan, traktat, jurisprudensi hakim, ilmu pengetahuan 
hukum). 
Di sinilah tampak titik persamaan dan tujuan antara jalan yang ditempuh 
oleh masyarakat dan penyusun peraturan-peraturan oleh negara dan pemerintah 
Indonesia. 
Adalah suatu hal yang membanggakan bahwa Indonesia berdiri di atas 
fundamen yang kuat, dasar yang kokoh, yakni Pancasila dasar yang kuat itu bukanlah 
meniru suatu model yang didatangkan dari luar negeri. 
Dasar negara kita berakar pada sifat-sifat dan cita-cita hidup bangsa 
Indonesia, Pancasila adalah penjelmaan dari kepribadian bangsa Indonesia, yang 
hidup di tanah air kita sejak dahulu hingga sekarang. 
Pancasila mengandung unsur-unsur yang luhur yang tidak hanya 
memuaskan bangsa Indonesia sebagai dasar negara, tetapi juga dapat diterima oleh 
bangsa-bangsa lain sebagai dasar hidupnya. Pancasila bersifat universal dan akan 
mempengaruhi hidup dan kehidupan bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia 
secara kekal dan abadi. 
3. Pancasila Sebagai Jiwa Dan Kepribadian Bangsa Indonesia 
Menurut Dewan Perancang Nasional, yang dimaksudkan dengan 
kepribadian Indonesia ialah : Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia, yang 
membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lainnya. Keseluruhan ciri-ciri 
khas bangsa Indonesia adalah pencerminan dari garis pertumbuhan dan 
perkembangan bangsa Indonesia sepanjang masa. 
Garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia yang ditentukan 
oleh kehidupan budi bangsa Indonesia dan dipengaruhi oleh tempat, lingkungan dan 
suasana waktu sepanjang masa. Walaupun bangsa Indonesia sejak dahulu kala 
bergaul dengan berbagai peradaban kebudayaan bangsa lain (Hindu, Tiongkok, 
Portugis, Spanyol, Belanda dan lain-lain) namun kepribadian bangsa Indonesia tetap 
hidup dan berkembang. Mungkin di sana-sini, misalnya di daerah-daerah tertentu
atau masyarakat kota kepribadian itu dapat dipengaruhi oleh unsur-unsur asing, 
namun pada dasarnya bangsa Indonesia tetap hidup dalam kepribadiannya sendiri. 
Bangsa Indonesia secara jelas dapat dibedakan dari bangsa-bangsa lain. Apabila kita 
memperhatikan tiap sila dari Pancasila, maka akan tampak dengan jelas bahwa tiap 
sila Pancasila itu adalah pencerminan dari bangsa kita. 
Demikianlah, maka Pancasila yang kita gali dari bumi Indonesia sendiri 
merupakan : 
a. Dasar negara kita, Republik Indonesia, yang merupakan sumber dari segala 
sumber hukum yang berlaku di negara kita. 
b. Pandangan hidup bangsa Indonesia yang dapat mempersatukan kita serta 
memberi petunjuk dalam masyarakat kita yang beraneka ragam sifatnya. 
c. Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, karena Pancasila memberikan corak 
yang khas kepada bangsa Indonesia dan tak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia, 
serta merupakan ciri khas yang dapat membedakan bangsa Indonesia dari bangsa 
yang lain. Terdapat kemungkinan bahwa tiap-tiap sila secara terlepas dari yang lain 
bersifat universal, yang juga dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di dunia ini, akan 
tetapi kelima sila yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan itulah yang 
menjadi ciri khas bangsa Indonesia. 
d. Tujuan yang akan dicapai oleh bangsa Indonesia, yakni suatu masyarakat adil 
dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam 
wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan 
berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, 
tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, 
bersahabat, tertib dan damai. 
e. Perjanjian luhur rakyat Indonesia yang disetujui oleh wakil-wakil rakyat 
Indonesia menjelang dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang kita junjung tinggi, 
bukan sekedar karena ia ditemukan kembali dari kandungan kepribadian dan cita-cita 
bangsa Indonesia yang terpendam sejak berabad-abad yang lalu, melainkan 
karena Pancasila itu telah mampu membuktikan kebenarannya setelah diuji oleh 
sejarah perjuangan bangsa. 
Oleh karena itu yang penting adalah bagaimana kita memahami, 
menghayati dan mengamalkan Pancasila dalam segala segi kehidupan. Tanpa ini maka 
Pancasila hanya akan merupakan rangkaian kata-kata indah yang tertulis dalam
Pembukaan UUD 1945, yang merupakan perumusan yang beku dan mati, serta tidak 
mempunyai arti bagi kehidupan bangsa kita. 
Apabila Pancasila tidak menyentuh kehidupan nyata, tidak kita rasakan 
wujudnya dalam kehidupan sehari-hari, maka lambat laun kehidupannya akan kabur 
dan kesetiaan kita kepada Pancasila akan luntur. Mungkin Pancasila akan hanya 
tertinggal dalam buku-buku sejarah Indonesia. Apabila ini terjadi maka segala 
kesalahan akan melekat pada kita yang hidup di masa kini, pada generasi yang telah 
begitu banyak berkorban untuk menegakkan dan membela Pancasila. 
Akhirnya perlu juga ditegaskan, bahwa apabila dibicarakan mengenai 
Pancasila, maka yang kita maksud adalah Pancasila yang dirumuskan dalam 
Pembukaan UUD 1945, yaitu : 
1. Ketuhanan Yang Maha Esa. 
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab. 
3. Persatuan Indonesia. 
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / 
perwakilan. 
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 
Rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 itulah yang 
kita gunakan, sebab rumusan yang demikian itulah yang ditetapkan oleh wakil-wakil 
bangsa Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 dalam sidang Panitia Persiapan 
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). 
Seperti yang telah ditunjukkan oleh Ketetapan MPR RI No. 
XI/MPR/1978, Pancasila itu merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh dari 
kelima silanya. Dikatakan sebagai kesatuan yang bulat dan utuh, karena masing-masing 
sila dari Pancasila itu tidak dapat dipahami dan diberi arti secara sendiri-sendiri, 
terpisah dari keseluruhan sila-sila lainnya. Memahami atau memberi arti 
setiap sila-sila secara terpisah dari sila-sila lainnya akan mendatangkan pengertian 
yang keliru tentang Pancasila. 
Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia 
Falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia, dapatlah kita 
temukan dalam beberapa dokumen historis dan di dalam perundang-undangan negara 
Indonesia seperti di bawah ini :
a. Dalam Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945. 
b. Dalam Naskah Politik yang bersejarah, tanggal 22 Juni 1945 alinea IV yang 
kemudian dijadikan naskah rancangan Pembukaan UUD 1945 (terkenal dengan 
sebutan Piagam Jakarta). 
c. Dalam naskah Pembukaan UUD Proklamasi 1945, alinea IV. 
d. Dalam Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) tanggal 27 
Desember 1945, alinea IV. 
e. Dalam Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia (UUDS RI) tanggal 17 
Agustus 1950. 
f. Dalam Pembukaan UUD 1945, alinea IV setelah Dekrit Presiden RI tanggal 5 
Juli 1959. 
Mengenai perumusan dan tata urutan Pancasila yang tercantum dalam 
dokumen historis dan perundang-undangan negara tersebut di atas adalah agak 
berlainan tetapi inti dan fundamennya adalah tetap sama sebagai berikut : 
1. Pancasila Sebagai Dasar Falsafat Negara Dalam Pidato Tanggal 1 Juni 
1945 Oleh Ir. Soekarno 
Ir. Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 untuk 
pertamakalinya mengusulkan falsafah negara Indonesia dengan perumusan dan tata 
urutannya sebagai berikut : 
a. Kebangsaan Indonesia. 
b. Internasionalisme atau Prikemanusiaan. 
c. Mufakat atau Demokrasi. 
d. Kesejahteraan sosial. 
e. Ketuhanan. 
2. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Naskah Politik Yang 
Bersejarah (Piagam Jakarta Tanggal 22 Juni 1945) 
Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan (BPPK) yang Istilah Jepangnya 
Dokuritsu Jumbi Cosakai, telah membentuk beberapa panitia kerja yaitu : 
a. Panitia Perumus terdiri atas 9 orang tokoh, pada tanggal 22 Juni 1945, telah 
berhasil menyusun sebuah naskah politik yang sangat bersejarah dengan nama 
Piagam Jakarta, selanjutnya pada tanggal 18 Agustus 1945, naskah itulah yang 
ditetapkan sebagai naskah rancangan Pembukaan UUD 1945. 
b. Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno yang 
kemudian membentuk Panitia Kecil Perancang UUD yang diketuai oleh Prof. Mr. Dr. 
Soepomo, Panitia ini berhasil menyusun suatu rancangan UUD-RI. 
c. Panitia Ekonomi dan Keuangan yang diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta.
d. Panitia Pembelaan Tanah Air, yang diketuai oleh Abikusno Tjokrosujoso. 
Untuk pertama kalinya falsafah Pancasila sebagai falsafah negara 
dicantumkan autentik tertulis di dalam alinea IV dengan perumusan dan tata urutan 
sebagai berikut : 
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. 
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. 
3. Persatuan Indonesia 
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / 
perwakilan 
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 
3. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Pembukaan UUD 1945 
Sesudah BPPK (Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan) merampungkan 
tugasnya dengan baik, maka dibubarkan dan pada tanggal 9 Agustus 1945, sebagai 
penggantinya dibentuk PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). 
Pada tanggal 17 Agustus 1945, dikumandangkan Proklamasi Kemerdekaan 
Indonesia oleh Ir. Soekarno di Pengangsaan Timur 56 Jakarta yang disaksikan oleh 
PPKI tersebut. 
Keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan 
sidangnya yang pertama dengan mengambil keputusan penting : 
a. Mengesahkan dan menetapkan Pembukaan UUD 1945. 
b. Mengesahkan dan menetapkan UUD 1945. 
c. Memilih dan mengangkat Ketua dan Wakil Ketua PPKI yaitu Ir. Soekarno dan 
Drs. Mohammad Hatta, masing-masing sebagai Presiden RI dan Wakil Presiden RI. 
Tugas pekerjaan Presiden RI untuk sementara waktu dibantu oleh sebuah 
badan yaitu KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) dan pada tanggal 19 Agustus 
1945 PPKI memutuskan, Pembagian wilayah Indonesia ke dalam 8 propinsi dan setiap 
propinsi dibagi dalam karesidenan-karesidenan. Juga menetapkan pembentukan 
Departemen-departemen Pemerintahan. 
Dalam Pembukaan UUD Proklamasi 1945 alinea IV yang disahkan oleh 
PPPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 itulah Pancasila dicantumkan secara resmi, 
autentik dan sah menurut hukum sebagai dasar falsafah negara RI, dengan 
perumusan dan tata urutan sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa. 
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 
3. Persatuan Indonesia. 
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / 
perwakilan. 
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 
4. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Mukadimah Konstitusi 
RIS 1949 
Bertempat di Kota Den Haag (Netherland / Belanda) mulai tanggal 23 
Agustus sampai dengan tanggal 2 September 1949 diadakan KMB (Konferensi Meja 
Bundar). Adapun delegasi RI dipimpin oleh Drs. Mohammad Hatta, delegasi BFO 
(Bijeenkomstvoor Federale Overleg) dipimpin oleh Sutan Hamid Alkadrie dan 
delegasi Belanda dipimpin oleh Van Marseveen. 
Sebagai tujuan diadakannya KMB itu ialah untuk menyelesaikan 
persengketaan antara Indonesia dengan Belanda secepatnya dengan cara yang adil 
dan pengakuan akan kedaulatan yang penuh, nyata dan tanpa syarat kepada RIS 
(Republik Indonesia Serikat). Salah satu hasil keputusan pokok dan penting dari 
KMB itu, ialah bahwa pihak Kerajaan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia 
sepenuhnya tanpa syarat dan tidak dapat dicabut kembali oleh Kerajaan Belanda 
dengan waktu selambat-lambatnya pada tanggal 30 Desember 1949. Demikianlah 
pada tanggal 27 Desember 1949 di Amsterdam Belanda, Ratu Yuliana 
menandatangani Piagam Pengakuan Kedaulatan Negara RIS. 
Pada waktu yang sama dengan KMB di Kota Den Haag, di Kota 
Scheveningen (Netherland) disusun pula Konstitusi RIS yang mulai berlaku pada 
tanggal 27 Desember 1949. Walaupun bentuk negara Indonesia telah berubah dari 
negara Kesatuan RI menjadi negara serikat RIS dan Konstitusi RIS telah disusun di 
negeri Belanda jauh dari tanah air kita, namun demikian Pancasila tetap tercantum 
sebagai dasar falsafah negara di dalam Mukadimah pada alinea IV Konstitusi RIS 
1949, dengan perumusan dan tata urutan sebagai berikut : 
1. Ketuhanan Yang Maha Esa. 
2. Prikemanusiaan 
3. Kebangsaan. 
4. Kerakyatan. 
5. Keadilan Sosial.
5. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Mukadimah UUD 
Sementara RI (UUDS-RI 1950) 
Sejak Proklamasi Kemerdekaannya, bangsa Indonesia menghendaki bentuk 
negara kesatuan (unitarisme) oleh karena bentuk negara serikat (federalisme) 
tidaklah sesuai dengan cita-cita kebangsaan dan jiwa proklamasi. Demikianlah 
semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia tetap membara dan meluap, 
sebagai hasil gemblengan para pemimpin Indonesia sejak lahirnya Budi Oetomo pada 
tanggal 20 Mei 1908, kemudian dikristalisasikan dengan Sumpah Pemuda 28 
Oktober 1928, Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa. 
Oleh karena itu pengakuan kedaulatan negara RIS menimbulkan 
pergolakan-pergolakan di negara-negara bagian RIS untuk bersatu dalam bentuk 
negara kesatuan RI sesuai dengan Proklamasi Kemerdekaan RI. Sesuai Konstitusi, 
negara federal RIS terdiri atas 16 negara bagian. Akibat pergolakan yang semakin 
gencar menuntut bergabung kembali pada negara kesatuan Indonesia, maka sampai 
pada tanggal 5 April 1950 negara federasi RIS, tinggal 3 (tiga) negara lagi yaitu : 
1. RI Yogyakarta. 
2. Negara Sumatera Timur (NST). 
3. Negara Indonesia Timur (NIT). 
Negara federasi RIS tidak sampai setahun usianya, oleh karena terhitung 
mulai tanggal 17 Agustus 1950 Presiden Soekarno menyampaikan Naskah Piagam, 
pernyataan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berarti 
pembubaran Negara Federal RIS (Republik Indonesia Serikat). 
Pada saat itu pula panitia yang diketuai oleh Prof. Mr. Dr. Soepomo 
mengubah konstitusi RIS 1949 (196 Pasal) menjadi UUD RIS 1950 (147 Pasal). 
Perubahan bentuk negara dan konstitusi RIS tidak mempengaruhi dasar 
falsafah Pancasila, sehingga tetap tercantum dalam Mukadimah UUDS-RI 1950, 
alinea IV dengan perumusan dan tata urutan yang sama dalam Mukadimah Konstitusi 
RIS yaitu : 
1. Ketuhanan Yang Maha Esa. 
2. Prikemanusiaan 
3. Kebangsaan. 
4. Kerakyatan. 
5. Keadilan Sosial.
6. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Pembukaan UUD 1945 
Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 
Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1953 tentang 
Pemilihan Umum untuk memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante yang akan 
menyusun UUD baru. 
Pada akhir tahun 1955 diadakan pemilihan umum pertama di Indonesia dan 
Konstituante yang dibentuk mulai bersidang pada tanggal 10 November 1956. 
Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan selanjutnya. Konstituante gagal 
membentuk suatu UUD yang baru sebagai pengganti UUDS 1950. Dengan kegagalan 
konstituante tersebut, maka pada tanggal 5 Juli 1950 Presiden RI mengeluarkan 
sebuah Dekrit yang pada pokoknya berisi pernyataan : 
a. Pembubaran Konstuante. 
b. Berlakunya kembali UUD 1945. 
c. Tidak berlakunya lagi UUDS 1950. 
d. Akan dibentuknya dalam waktu singkat MPRS dan DPAS. 
Dengan berlakunya kembali UUD 1945, secara yuridis, Pancasila tetap 
menjadi dasar falsafah negara yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 
IV dengan perumusan dan tata urutan seperti berikut : 
1. Ketuhanan Yang Maha Esa. 
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab. 
3. Persatuan Indonesia. 
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam 
permusyawaratan/perwakilan. 
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 
Dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 12 Tahun 1968, 
tertanggal 13 April 1968, perihal : Penegasan tata urutan/rumusan Pancasila yang 
resmi, yang harus digunakan baik dalam penulisan, pembacaan maupun pengucapan 
sehari-hari. Instruksi ini ditujukan kepada : Semua Menteri Negara dan Pimpinan 
Lembaga / Badan Pemerintah lainnya. 
Tujuan dari pada Instruksi ini adalah sebagai penegasan dari suatu 
keadaan yang telah berlaku menurut hukum, oleh karena sesuai dengan asas hukum
positif (Ius Contitutum), UUD 1945 adalah konstitusi Indonesia yang berlaku 
sekarang. Dengan demikian secara yuridis formal perumusan Pancasila yang 
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 itulah yang harus digunakan, walaupun 
sebenarnya tidak ada di dalam Instruksi Presiden RI No. 12/1968 tersebut. 
Prof. A.G. Pringgodigdo, SH dalam bukunya “Sekitar Pancasila” peri-hal 
perumusan Pancasila dalam berbagai dokumentasi sejarah mengatakan bahwa uraian-uraian 
mengenai dasar-dasar negara yang menarik perhatian ialah yang diucapkan 
oleh : 
1. Mr. Moh. Yamin pada tanggal 29 Mei 1945. 
2. Prof. Mr. Dr. Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945. 
3. Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945. 
Walaupun ketiganya mengusulkan 5 hal pokok untuk sebagai dasar-dasar 
negara merdeka, tetapi baru Ir. Soekarno yang mengusulkan agar 5 dasar negara itu 
dinamakan Pancasila dan bukan Panca Darma. 
Jelaslah bahwa perumusan 5 dasar pokok itu oleh ketiga tokoh tersebut 
dalam redaksi kata-katanya berbeda tetapi inti pokok-pokoknya adalah sama yaitu 
Ketuhanan Yang Maha Esa, Prikemanusiaan atau Internasionalisme, Kebangsaan 
Indonesia atau Persatuan Indonesia, Kerakyatan atau Demokrasi dan Keadilan Sosial 
bagi seluruh rakyat Indonesia. 
Ir. Soekarno dalam pidatonya tanggal 1 Juni 1945 menegaskan : Maksud 
Pancasila adalah philosophschegrondslag itulah fundament falsafah, pikiran yang 
sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung “Indonesia Merdeka Yang 
Kekal dan Abadi”. 
Prof. Mr. Drs. Notonagoro dalam pidato Dies Natalis Universitas 
Airlangga Surabaya pada tanggal 10 November 1955 menegaskan : “Susunan 
Pancasila itu adalah suatu kebulatan yang bersifat hierrarchies dan piramidal yang 
mengakibatkan adanya hubungan organis di antara 5 sila negara kita”. 
Prof. Mr. Muhammad Yamin dalam bukunya “Proklamasi dan Konstitusi” 
(1951) berpendapat : “Pancasila itu sebagai benda rohani yang tetap dan tidak 
berubah sejak Piagam Jakarta sampai pada hari ini”.
Kemudian pernyataan dan pendapat Prof. Mr. Drs. Notonagoro dan Prof. 
Mr. Muhamamd Yamin tersebut diterima dan dikukuhkan oleh MPRS dalam 
Ketetapan No. XX/MPRS/1960 jo Ketetapan No. V/MPR/1973. 
Pengertian Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka 
Menurut pandangan DR. Alfian, sebuah ideologi dikatakan sebagai ideologi terbuka 
jika di dalam ideologi tersebut terkandung tiga dimensi sebagai berikut: 
1. Dimensi Realita (suatu ideologi bersumber dari nilai-nilai riil yang hidup 
dalam masyarakat) 
2. Dimensi Idealisme (nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung 
idealisme, bukan lambungan angan-angan (utopia). 
3. Dimensi Fleksibilitas/Pengembangan (suatu ideologi memiliki keluwesan 
yang merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan 
tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau mengingkari hakekat/jati 
dirinya). 
Gagasan Pancasila sebagai Ideologi Terbuka 
1. Secara formal ditampilkan sekitar tahun 1985, walaupun semangatnya sendiri 
sesunguhnya dapat ditelusuri dari pembahasan para pendiri negara pada tahun 1945. 
2. Didorong oleh tantangan zaman, sejarah menunjukkan bahwa betapa 
kokohnya suatu ideologi, bila tidak memiliki dimensi fleksibilitas, maka akan 
mengalami kesulitan bahkan mungkin kehancuran (contoh : runtuhnya 
Komunisme di Uni Soviet). 
3. Pancasila senantiasa mampu berinteraksi secara dinamis. Nilai-nilai 
Pancasila tidak boleh berubah, namun pelaksanaannya kita sesuaikan dengan 
kebutuhan dan tantangan nyata yang kita hadapi dalam setiap kurun waktu. 
Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan gagasan Pancasila sebagai 
ideologi terbuka : 
1. Ideologi Pancasila harus mampu menyesuaikan dengan situasi & kondisi 
zaman yg terus mengalami perubahan. 
2. Terkandung makna bahwa nilai-nilai dasar Pancasila dapat 
dikembangkan sesuai dengan dinamika kehidupan bangsa Indonesia dan 
tuntutan perkembangan zaman. 
3. Pancasila harus mampu memberikan orientasi ke depan, terutama 
menghadapi globalisasi dan keterbukaan.
4. Ideologi Pancasila menghendaki agar bangsa Indonesia tetap bertahan 
dalam wadah dan ikatan NKRI. 
Pancasila Berwatak Terbuka 
Artinya Pancasila memenuhi semua persyaratan sebagai ideologi terbuka, 
karena: 
Pancasila adalah pandangan hidup yang berakar pada kesadaran masyarakat 
Indonesia 
Isi Pancasila tidak langsung operasional 
Pancasila bukan ideologi yang memperkosa kebebasan dan tanggungjawab masyarakat 
Pancasila juga bukan ideologi totaliter 
Pancasila menghargai pluralitas 
Perwujudan Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka 
Fleksibilitas ideologi Pancasila, karena mengandung nilai-nilai : 
Pancasila Berwatak Terbuka 
Artinya Pancasila memenuhi semua persyaratan sebagai ideologi terbuka, 
karena: 
Pancasila adalah pandangan hidup yang berakar pada kesadaran masyarakat 
Indonesia 
Isi Pancasila tidak langsung operasional 
Pancasila bukan ideologi yang memperkosa kebebasan dan tanggungjawab masyarakat 
Pancasila juga bukan ideologi totaliter 
Pancasila menghargai pluralitas 
Sungguhpun demikian, keterbukaan ideologi Pancasila terdapat batas-batas yang 
tidak boleh dilanggar, antara lain: 
1. Stabilitas nasional yang dinamis 
2. Larangan terhadap ideologi Marxisme, Leninisme, dan Komunisme 
3. Mencegah berkembangnya paham liberal 
4. Larangan terhadap paham atheisme 
5. Larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan masyarakat 
6. Penciptaan norma-norma baru yang harus melalui konsensus di masyarakat 
Batas Keterbukaan Ideologi Pancasila
Batas jenis pertama : 
Bahwa yang boleh disesuaikan dan diganti hanya nilai instrumental, sedangkan nilai 
dasar atau instrinsiknya mutlak dilarang. 
Batas jenis kedua, yaitu terdiri dari 2 (dua) buah norma : 
1. Penyesuaian nilai instrumental, pada tuntutan kemajuan jaman, harus 
dijaga agar daya kerja dari nilai instrumental yang disesuaikan itu tetap 
memadai untuk mewujudkan nilai instrinsik yang bersangkutan. 
2. Nilai instrumental pengganti, tidak boleh bertentangan antara linea 
recta dengan nilai instumental yang diganti. 
Kegiatan Belajar 2 : Pancasila sebagai Sumber Nilai dan Pancasila sebagai 
Paradigma Pembangunan 
Pengertian Pancasila Sebagai Sumber Nilai 
Ada dua pandangan tentang cara beradanya nilai : 
1. Nilai sebagai sesuatu yang ada pada obyek itu sendiri (obyektif), merupakan suatu 
hal yg obyektif dan membentuk semacam “dunia nilai”, yang menjadi ukuran 
tertinggi dari perilaku manusia (filsuf Max Scheler dan Nocolia Hartman). 
2. Nilai sebagai sesuatu yang bergantung kepada penangkapan dan perasaan orang 
(subyektif), menurut Nietzsche, nilai yg dimaksudkan adalah tingkat atau derajat 
yang diinginkan oleh manusia. 
Beberapa Pengertian tentang Nilai: 
1. Kamus Ilmiah Populer, Nilai adalah ide ttg apa yang baik, benar, bijaksana dan apa 
yg berguna sifatnya lebih abstrak dari norma. 
2. Laboratorium Pancasila IKIP Malang, Nilai adalah sesuatu yang berharga, yang 
berguna, yang indah, yang memperkaya batin, yang menyadarkan manusia akan 
harkat dan martabatnya. 
3. Nursal Luth dan Daniel Fernandez, Nilai adalah perasaan-perasaan tentang apa yg 
diinginkan atau tidak diinginkan yg mempengaruhi perilaku sosial dari orang yg 
memiliki nilai itu. Nilai bukanlah soal benar salah, tetapi soal dikehendaki atau tidak, 
disenangi/tidak. 
4. C. Kluckhoorn, Nilai adalah suatu konsepsi yang eksplisit khas dari perorangan atau 
karakteristik dari sekelompok orang mengenai sesuatu yang didambakan, yang 
berpengaruh pada pemilihan pola, sarana, dan tujuan dari tindakan.
Ciri-ciri Nilai: 
1. Nilai-nilai yang mendarah daging (internalized value), yaitu nilai yang telah menjadi 
kepribadian bawah sadar/ yg mendorong timbulnya tindakan tanpa berfikir lagi. 
2. Nilai yang dominan, mrp nilai yg dianggap lebih penting dari pada nilai-nilai lainnya, 
dengan pertimbangan : 
a. Banyaknya orang yang menganut nilai tersebut. 
b. Lamanya nilai yg dirasakan oleh agt kelompok tsb. 
c. Tingginya usaha untuk mempertahankan nilai itu. 
d. Tingginya kedudukan (prestise) orang-orang yang membawakan nilai tersebut. 
Macam-macam Nilai 
1. Alport: Mengidentifikasi nilai-nilai yang terdapat di dalam kehidupan masyarakat, 
dalam 6 (enam) macam, yaitu: nilai teori, ekonomi, estetika, sosial, politik, & religi 
2. Sprange: Nilai dapat dibedakan menjadi 6 (enam) antara lain: nilai ilmu 
pengetahuan, nilai ekonomi, nilai agama, nilai seni, nilai sosial, dan nilai politik. 
3. Sprange, Harold Lasswell: Mengidentifikasi 8 (delapan) nilai-nilai masyarakat 
barat dalam hubungannya dengan manusia lain, yaitu ; (kekuasaan, 
pendidikan/penerangan (enlightenment), kekayaan (wealth), kesehatan (well-being), 
keteram-pilan (skill), kasih sayang (affection), kejujuran (rectitude) dan keadilan 
(rechtschapenheid) dan kese-garan, respek (respect). 
4. Prof. Dr. Notonagoro, membagi menjadi 3 (tiga) bagian: 
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yg berguna bagi unsur manusia. 
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan 
kegiatan atau aktivitas. 
c. Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rokhani manusia, dapat 
dibedakan atas 4 (empat) macam : 
Nilai kebenaran/ kenyataan (ratio, budi dan cipta). 
Nilai keindahan (perasaan dan estetis). 
Nilai moral/ kebaikan (karsa dan etika). 
Nilai religius (keyakinan/kepercayaan manusia)
Pancasila sebagai Sumber Nilai 
Pancasila dalam kedudukannya sebagai sumber nilai, berarti nilai-nilai yang 
terkandung dalam Pancasila menjiwai seluruh kegiatan berbangsa dan 
bernegara, secara umum dapat dilihat dalam sila-sila Pancasila sbb : 
1. Ketuhanan Yang Maha Esa 
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab 
3. Persatuan Indonesia 
4. Kerakyatan yg dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ 
perwakilan. 
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila meliputi: nilai dasar, nilai 
instrumental, dan nilai praksis. 
Nilai Dasar: 
1. Pancasila memuat nilai dasar tentang penyelenggaraan negara, yaitu: Ketuhanan 
Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan 
Indonesia, Kerakyatan yg dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam 
permusyawaratan/ perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 
2. Karena merupakan nilai dasar maka: 
a. Nilai-nilai itu bersifat abadi dalam Pembukaan UUD 1945 
b. Nilai-nilai itu bersifat abstrak dan umum 
c. Nilai-nilai itu relatif tidak berubah, namun maknanya selalu bisa disesuaikan dengan 
perkembangan zaman 
d. Melalui proses penafsiran ulang, akan didapat nilai-nilai baru yang lebih operasional 
sesuai tantangan kekinian zaman 
e. Nilai-nilai operasional itu berupa nilai instrumental dan nilai praksis 
Nilai Instrumental: 
1. Merupakan penjabaran dari nilai dasar 
2. Berlaku untuk kurun waktu tertentu dan kondisi tertentu 
3. Sifatnya sudah lebih kontekstual, bahkan harus disesuaikan dengan tuntutan 
zaman 
4. Tampil dalam bentuk kebijakan, strategi, organisasi, sistem, rencana, program, 
sebagai penjabaran dari nilai dasar
5. Terikat oleh perubahan waktu, keadaan atau tempat sehingga memerlukan 
penyesuaian secara berkala agar nilai dasar tetap relevan dengan masalah-masalah 
utama yang dihadapi masyarakat pada zaman itu 
6. Tercantum dalam seluruh dokumen kenegaraan yang menindaklanjuti UUD 1945 
seperti undang-undang dan banyak peraturan pelaksanaannya 
7. Lembaga-lembaga yang berwenang menyusun nilai instrumental yaitu MPR, 
Presiden, dan DPR 
8. Sesuai pasal 4 ayat 1 UUD 1945 Presiden dapat menindaklanjuti undang-undang 
dengan mengeluarkan peraturan pelaksanaannya 
Nilai Praksis: 
1. Adalah pelaksanaan nilai dasar dan nilai instrumental dalam kehidupan sehari-hari. 
2. Pelaksanaan Pancasila meliputi dua cara: 
a. Secara subyektif: Pelaksanaan oleh setiap individu warga negara indonesia, 
penduduk indonesia, maupun oleh setiap individu penguasa negara atau 
penyelenggara negara. 
b. Secara obyektif: Pelaksanaan pancasila dalam penyelenggaraan negara oleh 
lembaga negara baik legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. 
Tinjauan metafisika terhadap Pancasila sehingga nilai-nilainya memiliki sifat 
objektif : 
1. Rumusan sila-sila Pancasila menunjukkan kenyataan adanya sifat-sifat 
abstrak, umum dan universal. 
2. Inti sila-sila Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan 
bangsa Indonesia, baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan maupun keagamaan. 
3. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 menurut ilmu 
hukum memenuhi syarat sebagai pokok kaidah negara yang mendasar. 
4. Pembukaan UUD 1945 (yang memuat jiwa Pancasila), secara hukum 
tidak dapat diubah oleh setiap pun termasuk MPR hasil pemilihan umum. 
5. Pembukaan UUD 1945 terkandung Pancasila yang tidak dapat diubah 
(tetap), krn kemerdekaan merupakan karunia Tuhan. 
Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sila-sila Pancasila 
Sila Pertama : Menunjukkan bahwa Tuhan adalah sebab pertama dari segala 
sesuatu, Yang Maha Esa, dan segala sesuatu bergantung kepada-Nya, maka manusia 
Indonesia akan mengembangkan toleransi antarumat beragama, toleransi sesama
umat beragama, dan toleransi antarumat beragama dengan negaranya. Tidak akan 
memaksakan agama kepada pemeluk agama lain. Bangsa Indonesia bukan bangsa yang 
sekuler atau memisahkan agama dan negara. Indonesia juga bukan negara agama 
yang mendasarkan kepada agama tertentu. 
Sila Kedua : Manusia memiliki hakikat pribadi yang mono-pluralis terdiri atas 
susunan kodrat jiwa raga, serta berkedudukan sebagai makhluk pribadi yang berdiri 
sendiri dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Nilai luhur kemanusiaan akan 
menumbuhkan sikaptepasalira, menghormati hak asasi manusia, anti penjajahan, 
mengutamakan kebenaran dan keadilan, mencintai sesama manusia, tenggang rasa, 
dan sebagainya. Negara memberi kebebasan untuk menentukan jumlah anak, akan 
tetapi program keluarga berencana merupakan program pemerintah agar warga 
negara lebih bertanggung jawab pada generasi mendatang. Warga negara berhak 
menentukan jenis pekerjaan dengan imbalan yang layak menurut kemampuannya 
masing-masing. 
Sila Ketiga : Berupa pengakuan terhadap hakikat satu tanah air, satu bangsa dan 
satu negara Indonesia, tidak dapat dibagi sehingga seluruhnya merupakan suatu 
keseluruhan dan keutuhan. Nilai luhur persatuan terkandung di dalamnya cinta tanah 
air, tidak membeda-bedakan sesama warga negara Indonesia, cinta perdamaian dan 
persatuan, tidak mengagung-agungkan bangsa sendiri, suku dan daerah tertentu. 
Sila Keempat : Menjunjung dan mengakui adanya rakyat yang meliputi keseluruhan 
jumlah semua orang warga dalam lingkungan daerah atau negara tertentu yang 
segala sesuatunya berasal dari rakyat dilaksanakan oleh rakyat dan diperuntukkan 
untuk rakyat.Nilai luhur kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam 
permusyawaratan/perwakilan, antara lain terkandung makna cinta permusyawaratan, 
cinta demokrasi, tidak memaksakan kehedak kepada orang lain, menghindari 
kekerasan dalam menyelesaikan masalah, tidak mementingkan diri sendiri, cinta 
kebersamaan, dan sebagainya. 
Sila Kelima : Mengakui hakikat adil berupa pemenuhan segala sesuatu yang 
berhubungan dengan hak dalam hubungan hidup kemanusiaan. Nilai luhur yang 
terkandung didalamnya adalah mencintai keadilan sosial, cinta kekeluargaan, suka 
bekerja keras, menghormati kedaulatan bangsa lain, dan menganggap bangsa lain 
sederajat. 
Sila pertama menjiwai dan mendasari sila kedua, ketiga, keempat, dan kelima; sila 
kedua dijiwai dan didasari sila pertama, menjiwai dan mendasari sila ketiga,
keempat, dan kelima; sila ketiga dijiwai dan didasari sila pertama dan sila kedua, 
menjiwai dan mendasari sila keempat dan kelima; sila keempat dijiwai dan didasari 
sila pertama, kedua, dan ketiga, menjiwai dan mendasari sila kelima; sila kelima 
dijiwai dan didasari sila pertama, kedua, ketiga dan keempat. Itulah yang 
dinamakan Pancasila hierarkis piramidal. 
Dengan demikian, Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. 
Karena Pancasila merupakan sumber nilai di Indonesia maka semua nilai yang 
berkembang tidak oleh bertentangan dengan Pancasila. 
Pengamalan Pancasila Sebagai Sumber Nilai 
1. Pemasyarakatan Nilai Pancasila dalam Keluarga. 
Kehidupan sehari-hari dalam keluarga harus dijiwai nilai-nilai luhur Pancasila, di 
mana orang tua menjadi teladan bagi anak-anaknya. Segala tindak tanduk seluruh 
keluarga harus bersumber dari nilai-nilai luhur Pancasila. 
2. Pemasyarakatan Nilai Pancasila dalam Sekolah 
Anak yang berumur tujuh tahun telah memasuki usia wajib belajar pendidikan 
formal. Di sinilah penanaman nilai-nilai luhur Pancasila dimulai yaitu dari taman 
kanak-kanak, terutama melalui pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. 
3. Pendidikan dalam Masyarakat 
Pendidikan dalam masyarakat amat penting untuk penanaman nilai luhur Pancasila, 
karena waktu di sekolah hanya terbatas sehingga waktu yang lebih banyak ada di 
lingkungan keluarga dan masyarakat maka pergaulan sehari-hari dalam masyarakat 
luas akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan sikap dan kepribadian anak. 
Oleh karena itu, hendaknya masyarakat ikut bertanggung jawab dalam pembentukan 
sikap dan perilaku anak, serta penanaman nilai-nilai luhur Pancasila. 
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan 
Makna, Hakikat dan Tujuan Pembangunan Nasional 
Pengertian Pembangunan: Usaha bangsa untuk meningkatkan mutu dan taraf hidup 
masyarakat sehingga menjadi lebih baik 
Aspek Pembangunan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, di dalamnya 
mencakup tiga aspek sekaligus, yaitu:
1. Emansipasi bangsa, yaitu usaha bangsa untuk melepaskan diri dari ketergantungan 
pada bangsa lain agar dapat berdiri sendiri dengan kekuatan sendiri tanpa 
melepaskan semangat kerja sama yang produktif 
2. Modernisasi, adalah upaya untuk mencapai taraf mutu kehidupan yang lebih 
baik 
3. Humanisasi, bermakna bahwa pembangunan pada hakikatnya untuk manusia 
seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia 
Makna Pembangunan Nasional, adalah upaya untuk mening-katkan seluruh aspek 
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang sekaligus merupakan proses 
pengembangan keseluruhan sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan 
Tujuan Nasional. 
Hakikat Pembangunan Nasional, adalah pembangunan manu-sia Indonesia seutuhnya 
dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. 
Tujuan Pembangunan Nasional, dilaksanakan untuk mewujud-kan Tujuan Nasional 
seperti termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV. 
Paradigma adalah anggapan-anggapan dasar yang membentuk kerangka keyakinan 
yang berfungsi sebagai acuan, kiblat atau pedoman untuk melihat persoalan dan 
bagaimana menyelesaikannya 
Paradigma pembangunan dipahami sebagai kerangka keyakinan yang digunakan 
sebagai pedoman untuk melihat persoalan dan bagaimana melaksanakan 
pembangunan 
Paradigma Pembangunan adalah suatu model, pola yang merupakan sistem berfikir 
sebagai upaya untuk melaksanakan perubahan yang direncanakan guna mewujudkan 
cita-cita kehidupan masyarakat menuju hari esok yang lebih baik (secara kualitatif 
maupun kuantitatif) 
Karena yang ingin dibangun adalah manusia dan masyarakat Indonesia, sehingga 
paradigma pembangunan harus berdasarkan kepribadian Indonesia dan menghasilkan 
manusia dan masyarakat maju yang tetap berkepribadian Indonesia, yang dijiwai dan 
dilandasi oleh nilai-nilai luhur Pancasila. 
Pokok-pokok Pancasila sebagai paradigma Pembangunan adalah sebagai berikut:
1. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan politik dan hukum meliputi: 
a. Pengembangan sistem politik negara yang menghargai harkat dan martabat manusia 
sebagai subyek atau pelaku 
b. Pengembangan sistem politik yang demokratis, berkadaulatan rakyat ,dan terbuka 
c. Sistem politik yang didasarkan pada nilai-nilai moral bukan sekadar kekuasaan 
d. Pengambilan keputusan politi secara musyawarah mufakat 
e. Politik dan hukum yang didasarkan atas moral ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, 
kerakyatan, dan keadilan. 
2. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan ekonomi meliputi: 
a. Dasar moralitas ketuhanan dan kemanusiaan menjadi kerangka landasan 
pembangunan ekonomi 
b. Mengembangkan sistem ekonomi yang berperikemanusiaan 
c. Mengembangkan sistem ekonoimi yang bercorak kekeluargaan 
d. Ekonomi yang menghindarkan diri dari segala bentuk monopoli dan persaingan 
bebas 
e. Ekonomi yang bertujuan keadilan dan kesejahteraan bersama 
3. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan sosial budaya meliputi: 
a. Pembangunan sosial budaya dilaksanakan demi terwujudnya masyarakat yang 
demokratis, aman, tenteram, dan damai 
b. Pembangunan sosial budaya yang menghargai kemajemukan masyarakat Indonesia 
c. Terbuka terhadap nilai-nilai luar yang positif untuk membangun masyarakat 
Indonesia yang modern 
d. Memelihara nilai-nilai yang telah lama hidup dan relevan bagi kemajuan 
masyarakat 
4. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan pertahanan keamananmeliputi: 
a. Pertahanan dan keamanan negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga 
negaranya 
b. Mengembangkan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta 
c. Mengembangkan prinsip hidup berdampingan secara damai dengan bangsa lain 
5. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan ilmu pengetahuan dan 
teknologi meliputi: 
a. Pengembangan iptek diarahkan untuk mencapai kebaghagiaan lahir batin, memenuhi 
kebutuhan material dan spiritual 
b. Pengembangan iptek mempertimbangkan aspek estetik dan moral
c. Pengembangan iptek pada hakekatnya tidak boleh bebas nilai, tetapi terikat pada 
nilai-nilai yang berlaku di masyarakat 
d. Pembangunan iptek mempertimbangkan akal, rasa, dan kehendak 
e. Pembangunan iptek bukan untuk kesombongan melainkan peningkatan kualitas, 
harkat, dan martabat manusia 
6. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan agama meliputi: 
a. Pengembangan kehidupan beragama adalah dengan terciptanya kehidupan sosial 
yang saling menghargai dan menghormati 
b. Memberikan kebebasan dalam rangka memeluk dan mengamalkan ajaran agama 
c. Tidak memaksakan keyakinan agama kepada orang lain 
d. Mengakui keberadaan agama orang lain dengan tidak saling menjelekkan dan 
menghina antarumat beragama 
Masalah-masalah dalam Pancasila sebagai ideologi terbuka: 
1. Pancasila hanya akan berkembang kalau segenap komponen masyarakat bersedia 
bersikap proaktif, terus menerus melakukan interpretasi (penafsiran ulang) 
terhadap Pancasila dalam suasana dialog kritis-konstruktif 
2. Karena terbuka untuk ditafsirkan oleh siapa saja, bisa terjadi Pancasila semata-mata 
ditafsirkan sesuai dengan kepentingan si penafsir 
Dua tantangan/masalah tersebut menuntut sikap dan tanggapan positif semua warga 
negara. 
Bersikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka dapat diwujudkan 
dengan adanya: 
1. Kesediaan segenap komponen masyarakat untuk aktif mengungkapkan 
pemahamannya mengenai Pancasila, misalnya dengan dialog publik tentang Pancasila 
sehingga kemungkinan terjadinya i-relevansi, dominasi penafsiran maupun 
penafsiran tidak sehat terhadap Pancasila bisa dicegah 
2. Kesediaan segenap komponen bangsa menjadikan nilai-nilai Pancasila makin tampak 
nyata dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dengan terus 
menerus secara konsisten berjuang memperkecil kesenjangan antara idel-ideal 
Pancasila dengan kenyataan kehidupan berbangsa sehari-hari 
Perwujudan Sikap Positif Terhadap Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
1. Selalu berpegang teguh kepada kelima dasar Pancasila 
2. Bersedia mengkaji Pancasila melalui wacana, diskusi, tulisan maupun penelitian 
3. Terbuka terhadap nilai-nilai baru namun tetap sesuai dengan nilai dasar Pancasila 
4. Menjadikan nilai Pancasila sebagai masuknya budaya asing 
5. Menolak Pancasila dijadikan ideologi tertutup 
6. Menolak Pancasila dijadikan sebagai alat kekuasaan bagi mereka yang berkuasa 
7. Bersedia mengembangkan norma-norma kehidupan berbangsa dan bernegara yang 
berpedoman pada Pancasila 
8. Bersedia menaati norma sosial maupun norma hukum yang sesuai dengan nilai-nilai 
Pancasila.

More Related Content

What's hot

Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika PolitikMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
norma 28
 
Istilah, pengertian & cakupan ideologi
Istilah, pengertian & cakupan ideologiIstilah, pengertian & cakupan ideologi
Istilah, pengertian & cakupan ideologi
akucintaalloh
 
Ideologi dan ideologi negara
Ideologi dan ideologi negaraIdeologi dan ideologi negara
Ideologi dan ideologi negara
Wanda Ardila
 
Persentasi Pancasila Sebagai Filsafat dan Ideologi Negara
Persentasi Pancasila Sebagai Filsafat dan Ideologi Negara Persentasi Pancasila Sebagai Filsafat dan Ideologi Negara
Persentasi Pancasila Sebagai Filsafat dan Ideologi Negara Julyan Eria
 
Pancasila sebagai sistem filsafat dan ideologi nasional
Pancasila sebagai sistem filsafat dan ideologi nasionalPancasila sebagai sistem filsafat dan ideologi nasional
Pancasila sebagai sistem filsafat dan ideologi nasional
Lucky Maharani Safitri
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika PolitikMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
norma 28
 
Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatPancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat
Fahmi Hamid
 
Tugas pkn pancasila sebagai ideolodi terbuka
Tugas pkn pancasila sebagai ideolodi terbukaTugas pkn pancasila sebagai ideolodi terbuka
Tugas pkn pancasila sebagai ideolodi terbukaEko Mardianto
 
2. pancasila sebagai filsafat
2. pancasila sebagai filsafat2. pancasila sebagai filsafat
2. pancasila sebagai filsafat
yahya57
 
Filsafat pancasila
Filsafat pancasilaFilsafat pancasila
Filsafat pancasila
noussevarenna
 
Pancasila sebagai ideologi dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat
Pancasila sebagai ideologi dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakatPancasila sebagai ideologi dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat
Pancasila sebagai ideologi dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat
wawanekobudianto
 
Filsafat Pancasila
Filsafat PancasilaFilsafat Pancasila
Filsafat Pancasila
idbloginfo
 
Pancasila sebagai Filsafat dan Ideologi Nasional
Pancasila sebagai Filsafat dan Ideologi NasionalPancasila sebagai Filsafat dan Ideologi Nasional
Pancasila sebagai Filsafat dan Ideologi Nasional
Wendi kuswiandi
 
2 power point
2 power point2 power point
2 power point
yunisaras
 
Makna ideologi secara umum
Makna ideologi secara umumMakna ideologi secara umum
Makna ideologi secara umum
tiaraulia20
 
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila Sebagai Sistem FilsafatPancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Fair Nurfachrizi
 

What's hot (20)

Fungsi ideologi
Fungsi ideologiFungsi ideologi
Fungsi ideologi
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika PolitikMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
 
Istilah, pengertian & cakupan ideologi
Istilah, pengertian & cakupan ideologiIstilah, pengertian & cakupan ideologi
Istilah, pengertian & cakupan ideologi
 
Ideologi dan ideologi negara
Ideologi dan ideologi negaraIdeologi dan ideologi negara
Ideologi dan ideologi negara
 
Macam macam ideologi
Macam macam ideologi Macam macam ideologi
Macam macam ideologi
 
Ideologi
IdeologiIdeologi
Ideologi
 
Persentasi Pancasila Sebagai Filsafat dan Ideologi Negara
Persentasi Pancasila Sebagai Filsafat dan Ideologi Negara Persentasi Pancasila Sebagai Filsafat dan Ideologi Negara
Persentasi Pancasila Sebagai Filsafat dan Ideologi Negara
 
Pancasila sebagai sistem filsafat dan ideologi nasional
Pancasila sebagai sistem filsafat dan ideologi nasionalPancasila sebagai sistem filsafat dan ideologi nasional
Pancasila sebagai sistem filsafat dan ideologi nasional
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika PolitikMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
 
Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatPancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat
 
Tugas pkn pancasila sebagai ideolodi terbuka
Tugas pkn pancasila sebagai ideolodi terbukaTugas pkn pancasila sebagai ideolodi terbuka
Tugas pkn pancasila sebagai ideolodi terbuka
 
Makalah pancasila sebagai ideologi negara
Makalah pancasila sebagai ideologi negaraMakalah pancasila sebagai ideologi negara
Makalah pancasila sebagai ideologi negara
 
2. pancasila sebagai filsafat
2. pancasila sebagai filsafat2. pancasila sebagai filsafat
2. pancasila sebagai filsafat
 
Filsafat pancasila
Filsafat pancasilaFilsafat pancasila
Filsafat pancasila
 
Pancasila sebagai ideologi dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat
Pancasila sebagai ideologi dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakatPancasila sebagai ideologi dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat
Pancasila sebagai ideologi dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat
 
Filsafat Pancasila
Filsafat PancasilaFilsafat Pancasila
Filsafat Pancasila
 
Pancasila sebagai Filsafat dan Ideologi Nasional
Pancasila sebagai Filsafat dan Ideologi NasionalPancasila sebagai Filsafat dan Ideologi Nasional
Pancasila sebagai Filsafat dan Ideologi Nasional
 
2 power point
2 power point2 power point
2 power point
 
Makna ideologi secara umum
Makna ideologi secara umumMakna ideologi secara umum
Makna ideologi secara umum
 
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila Sebagai Sistem FilsafatPancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
 

Viewers also liked

Aplikasi paguyuban sunda
Aplikasi paguyuban sundaAplikasi paguyuban sunda
Aplikasi paguyuban sunda
yohandestarius
 
Dekonstruksi ideologi negara, suatu upya ulang membaca
Dekonstruksi ideologi negara, suatu upya ulang membacaDekonstruksi ideologi negara, suatu upya ulang membaca
Dekonstruksi ideologi negara, suatu upya ulang membaca
Belum Kerja
 
Uga Wangsit Siliwangi
Uga Wangsit SiliwangiUga Wangsit Siliwangi
Uga Wangsit Siliwangi
Dani Setiawan
 
KEPEMIMPINAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA SUNDA
KEPEMIMPINAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA SUNDAKEPEMIMPINAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA SUNDA
KEPEMIMPINAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA SUNDA
TASIKMALAYA
 

Viewers also liked (6)

Aplikasi paguyuban sunda
Aplikasi paguyuban sundaAplikasi paguyuban sunda
Aplikasi paguyuban sunda
 
sejarah
sejarahsejarah
sejarah
 
Dekonstruksi ideologi negara, suatu upya ulang membaca
Dekonstruksi ideologi negara, suatu upya ulang membacaDekonstruksi ideologi negara, suatu upya ulang membaca
Dekonstruksi ideologi negara, suatu upya ulang membaca
 
Uga Wangsit Siliwangi
Uga Wangsit SiliwangiUga Wangsit Siliwangi
Uga Wangsit Siliwangi
 
KEPEMIMPINAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA SUNDA
KEPEMIMPINAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA SUNDAKEPEMIMPINAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA SUNDA
KEPEMIMPINAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA SUNDA
 
Unsur budaya sistem mata pencaharian 1
Unsur budaya sistem mata pencaharian 1Unsur budaya sistem mata pencaharian 1
Unsur budaya sistem mata pencaharian 1
 

Similar to Bab 1 kelas 3

Pancasila sebagai ideologi
Pancasila sebagai ideologi Pancasila sebagai ideologi
Pancasila sebagai ideologi yuli ana
 
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara FilsafatPengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
norma 28
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika PolitikMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
norma 28
 
Ideologi dan Pancasila sebagai Ideologi terbuka
Ideologi dan Pancasila sebagai Ideologi terbukaIdeologi dan Pancasila sebagai Ideologi terbuka
Ideologi dan Pancasila sebagai Ideologi terbuka
Theodora Vania
 
Pancasila sebagai ideologi terbuka
Pancasila sebagai ideologi terbukaPancasila sebagai ideologi terbuka
Pancasila sebagai ideologi terbuka
Tony Hermawan
 
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara FilsafatPengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
norma 28
 
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
norma 28
 
Makalah pancasila sebagai ideologi terbuka
Makalah pancasila sebagai ideologi terbukaMakalah pancasila sebagai ideologi terbuka
Makalah pancasila sebagai ideologi terbukaSeptian Muna Barakati
 
Pancasila sebagai ideologi
Pancasila sebagai ideologiPancasila sebagai ideologi
Pancasila sebagai ideologi
Nita Kurniasih
 
Pancasila nasional
Pancasila nasional Pancasila nasional
Pancasila nasional
susianti4
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem EtikaMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
norma 28
 
pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
pancasila sebagai ideologi bangsa dan negarapancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
Abd Taj Khalwatiyah
 
Pancasila sebagai ideologi nasional
Pancasila sebagai ideologi nasionalPancasila sebagai ideologi nasional
Pancasila sebagai ideologi nasionalأحمد ربانى
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika PolitikMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
norma 28
 
Pendidikan pancasila KELOMPOK 3 FIRDAYANTI
Pendidikan pancasila KELOMPOK 3 FIRDAYANTIPendidikan pancasila KELOMPOK 3 FIRDAYANTI
Pendidikan pancasila KELOMPOK 3 FIRDAYANTI
firdayanti8
 
Pancasila sebagai ideologi terbuka
Pancasila sebagai ideologi terbukaPancasila sebagai ideologi terbuka
Pancasila sebagai ideologi terbuka
Arif Muzazinn
 
Pancasila sebagai ideologi bangsa & negara
Pancasila sebagai ideologi bangsa & negaraPancasila sebagai ideologi bangsa & negara
Pancasila sebagai ideologi bangsa & negara1234567898765432112345
 
PANCASILA SEBAGAI SISTEM IDEOLOGI
PANCASILA SEBAGAI SISTEM IDEOLOGIPANCASILA SEBAGAI SISTEM IDEOLOGI
PANCASILA SEBAGAI SISTEM IDEOLOGI
Rifin Sugiarto
 
Tugas kewarganegaraan(pancasila)
Tugas kewarganegaraan(pancasila)Tugas kewarganegaraan(pancasila)
Tugas kewarganegaraan(pancasila)
nuelsitohang
 

Similar to Bab 1 kelas 3 (20)

Pancasila sebagai ideologi
Pancasila sebagai ideologi Pancasila sebagai ideologi
Pancasila sebagai ideologi
 
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara FilsafatPengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika PolitikMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
 
Ideologi dan Pancasila sebagai Ideologi terbuka
Ideologi dan Pancasila sebagai Ideologi terbukaIdeologi dan Pancasila sebagai Ideologi terbuka
Ideologi dan Pancasila sebagai Ideologi terbuka
 
Pancasila sebagai ideologi terbuka
Pancasila sebagai ideologi terbukaPancasila sebagai ideologi terbuka
Pancasila sebagai ideologi terbuka
 
IDEOLOGI
IDEOLOGIIDEOLOGI
IDEOLOGI
 
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara FilsafatPengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
 
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
 
Makalah pancasila sebagai ideologi terbuka
Makalah pancasila sebagai ideologi terbukaMakalah pancasila sebagai ideologi terbuka
Makalah pancasila sebagai ideologi terbuka
 
Pancasila sebagai ideologi
Pancasila sebagai ideologiPancasila sebagai ideologi
Pancasila sebagai ideologi
 
Pancasila nasional
Pancasila nasional Pancasila nasional
Pancasila nasional
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem EtikaMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
 
pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
pancasila sebagai ideologi bangsa dan negarapancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
 
Pancasila sebagai ideologi nasional
Pancasila sebagai ideologi nasionalPancasila sebagai ideologi nasional
Pancasila sebagai ideologi nasional
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika PolitikMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
 
Pendidikan pancasila KELOMPOK 3 FIRDAYANTI
Pendidikan pancasila KELOMPOK 3 FIRDAYANTIPendidikan pancasila KELOMPOK 3 FIRDAYANTI
Pendidikan pancasila KELOMPOK 3 FIRDAYANTI
 
Pancasila sebagai ideologi terbuka
Pancasila sebagai ideologi terbukaPancasila sebagai ideologi terbuka
Pancasila sebagai ideologi terbuka
 
Pancasila sebagai ideologi bangsa & negara
Pancasila sebagai ideologi bangsa & negaraPancasila sebagai ideologi bangsa & negara
Pancasila sebagai ideologi bangsa & negara
 
PANCASILA SEBAGAI SISTEM IDEOLOGI
PANCASILA SEBAGAI SISTEM IDEOLOGIPANCASILA SEBAGAI SISTEM IDEOLOGI
PANCASILA SEBAGAI SISTEM IDEOLOGI
 
Tugas kewarganegaraan(pancasila)
Tugas kewarganegaraan(pancasila)Tugas kewarganegaraan(pancasila)
Tugas kewarganegaraan(pancasila)
 

More from fatimaharyenfa

Secara etimologis pemerintahan berasal dari kata pemerintahbab 4 kelas x
Secara etimologis pemerintahan berasal dari kata pemerintahbab 4 kelas xSecara etimologis pemerintahan berasal dari kata pemerintahbab 4 kelas x
Secara etimologis pemerintahan berasal dari kata pemerintahbab 4 kelas xfatimaharyenfa
 
Bentuk dan kedaulatan negara pkn bab 3
Bentuk dan kedaulatan negara pkn bab 3Bentuk dan kedaulatan negara pkn bab 3
Bentuk dan kedaulatan negara pkn bab 3fatimaharyenfa
 

More from fatimaharyenfa (14)

Bab 4 kelas 3
Bab 4 kelas 3Bab 4 kelas 3
Bab 4 kelas 3
 
Bab 4 kelas 3
Bab 4 kelas 3Bab 4 kelas 3
Bab 4 kelas 3
 
Bab 3 kelas 3
Bab 3 kelas 3Bab 3 kelas 3
Bab 3 kelas 3
 
Bab 2 kelas 3
Bab 2 kelas 3Bab 2 kelas 3
Bab 2 kelas 3
 
Kels xi bab5
Kels xi bab5Kels xi bab5
Kels xi bab5
 
Bab 4 kelas xi
Bab 4 kelas xiBab 4 kelas xi
Bab 4 kelas xi
 
Bab 3 kelas xi
Bab 3 kelas xiBab 3 kelas xi
Bab 3 kelas xi
 
Bab 2 kelas xi
Bab 2 kelas xiBab 2 kelas xi
Bab 2 kelas xi
 
Bab 1 kelas xi
Bab 1 kelas xiBab 1 kelas xi
Bab 1 kelas xi
 
Hukum bab 5 kelas x
Hukum bab 5 kelas xHukum bab 5 kelas x
Hukum bab 5 kelas x
 
Secara etimologis pemerintahan berasal dari kata pemerintahbab 4 kelas x
Secara etimologis pemerintahan berasal dari kata pemerintahbab 4 kelas xSecara etimologis pemerintahan berasal dari kata pemerintahbab 4 kelas x
Secara etimologis pemerintahan berasal dari kata pemerintahbab 4 kelas x
 
Bentuk dan kedaulatan negara pkn bab 3
Bentuk dan kedaulatan negara pkn bab 3Bentuk dan kedaulatan negara pkn bab 3
Bentuk dan kedaulatan negara pkn bab 3
 
Bab 2 kelas x
Bab 2 kelas xBab 2 kelas x
Bab 2 kelas x
 
Pkn kelas 10
Pkn kelas 10Pkn kelas 10
Pkn kelas 10
 

Bab 1 kelas 3

  • 1. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka Materi kelas XII Semester 1 BAB I PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA Standar Kompetensi 1. Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka Kompetensi Dasar 1.1. Mendeskripsikan Pancasila sebagai ideologi terbuka 1.2. Menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan 1.3. Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka Indikator Pencapaian Hasil Belajar 1. Siswa diharapkan dapat mengemukakan rumusan Pancasila sebagai dasar negara 2. Siswa diharapkan dapat menguraikan fungsi Pancasila 3. Siswa diharapkan dapat mengemukakan makna Pancasila sebagai dasar negara 4. Siswa diharapkan dapat membedakan ideologi terbuka dan ideologi tertutup 5. Siswa diharapkan dapat menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai. 6. Siswa diharapkan dapat mendeskripsikan Pancasila sebagai paradigma pembangunan. 7. Siswa diharapkan dapat menunjukkan sikap positif terhadap nilai-nilai Pancasila 8. Siswa diharapkan dapat menemukan cara bersikap positif yang sesuai dengan Pancasila sebagai ideologi terbuka Tujuan Pembelajaran 1. Mengemukakan rumusan Pancasila sebagai dasar negara 2. Menguraikan fungsi Pancasila 3. Mengemukakan makna Pancasila sebagai dasar negara 4. Membedakan ideologi terbuka dan ideologi tertutup 5. Menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai 6. Mendeskripsikan Pancasila sebagai paradigma pembangunan. 7. Menunjukkan sikap positif terhadap nilai-nilai Pancasila 8. Menemukan cara bersikap positif yang sesuai dengan Pancasila sebagai ideologi terbuka. Metode Pembelajaran
  • 2. Dalam mekanisme pembelajaran modul dapat diterapkan beberapa metode pembelajaran. Metode tersebut di antaranya: 1. Metode Ceramah (Preaching Method) 2. Metode Diskusi (Discussion Method) 3. Metode Pemberian Tugas 4. Metode Studi Kasus Kegiatan Belajar 1 : Pancasila sebagai Ideologi Terbuka Pengertian Ideologi Pengertian Ideologi Secara Etimologis Menurut asal kata, istilah ideologi berasal dari kata “idea” berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita, dan “logos” berarti ilmu. Secara harfiah, ideologi berarti ilmu pengetahuan dasar. Dalam pengertian sehari-hari, idea disamakan artinya dengan cita-cita yang merupakan dasar, pandangan, atau paham. Pengertian Ideologi Menurut Pendapat Para Ahli Patrick Corbett, ideologi merupakan struktur kejiwaan yang tersusun oleh seperangkat keyakinan mengenai: a. Penyelenggaraan hidup bermasyarakat beserta pengorganisasiannya b. Sifat hakikat manusia dan alam semesta yang ia hidup di dalamnya c. Suatu pernyataan pendirian bahwa kedua perangkat keyakinan tersebutindependen, dan d. Suatu dambaan agar keyakinan tersebut dihayati dan pernyataan pendirian itu diakui sebagai kebenaran oleh segenap orang yang menjadi anggota penuh dari kelompok sosial yang bersangkutan AS Hornby, ideologi merupakan seperangkat gagasan yang mmbentuk landasan teori ekonomi dan politik atau yang dipegang oleh seseorang atau sekelompok orang Soejono Soemargono, ideologi sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan, serta kepercayaan menyeluruh dan sistematis yang menyangkut: Bidang politik, Bidang social,Bidang kebudayaan, Bidang agama
  • 3. Frans Magnis Suseno, ideologi merupakan suatu sistem pemikiran yang dapat dibedakan menjadi ideologi tertutup dan ideologi terbuka a. Ideologi tertutup, merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. Ciri-ciri sbb: i. Merupakan cita-cita suatu kelompok orang untuk mengubah dan memperbarui masyarakat ii. Atas nama ideologi dibenarkan pengorbanan-pengorbanan yang dibebankan kepada masyarakat iii. Isinya bukan hanya nilai-nilai dan cita-cita tertentu, melainkan terdiri atas tuntutan-tuntutan konkret dan operasional yang keras, yang diajukan dengan mutlak b. Ideologi terbuka, merupakan suatu pemikiran terbuka. Ciri-ciri sbb: i. Nilai-nilai dan cita-citanya tidak dapat dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari moral budaya masyarakat itu sendiri ii. Dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan hasil musyawarah dari konsensus masyarakat itu sendiri iii. Ideologi terbuka tidak dicipitakan oleh negara, melainkan digali dan ditemukan dalam masyarakat itu sendiri Pengertian Ideologi Secara Umum a. Dalam arti luas, ideologi menunjuk pada pedoman dalam berpikir ataupun bertindak (pedoman hidup) di semua segi kehidupan, baik segi kehidupan pribadi maupun umum. b. Dalam arti sempit, ideologi menunjuk pada pedoman baik dalam berpikir maupun bertindak (pedoman hidup) dalam bidang tertentu (Sunarso, Hs, 1986) c. Ideologi negara adalah ideologi dalam pengertian sempit atau terbatas. Ideologi negara merupakan konsensus (mayoritas) warga negara tentang nilai-nilai dasar negara yang ingin diwujudkan melalui kehidupan negara itu (Heuken, 1998) d. Karena terkait dengan penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat dan bernegara, yang tidak lain adalah kehidupan politik, ideologi negara sering disebut pula ideologi politik. Pemahaman Konseptual tentang Ideologi a. NICOLLO MACHIAVELLI (1469-1527) – Berasal dari Florence, Italia – Sebagai orang pertama yang secara langsung membahas fenomena ideologi, dengan mengamati dan membahas praktek-praktek politik yang dilakukan oleh para Pangeran.
  • 4. – Pengamatan itu tampak dalam bukunya IL PRINCIPE, yang diterjemahkan dalam judul “Sang Penguasa: Surat Seorang Negarawan kepada Pemimpin Republik” (1987) – Menurutnya, ideologi pada dasarnya berkenaan dengan siasat dalam berpolitik praktis. – Siasat itu terutama tampak dalam tiga hal: • Kecenderungan orang untuk melakukan penilaian keadaan berdasarkan kepentingannya • Konsepsi-konsepsi keagamaan seringkali digunakan untuk menggalang kekuasaan dan melakukan dominasi • Kebutuhan untuk menggunakan tipu daya dalam memperoleh dan mempertahankan kekuasaan b. ANTOINE DESTUT DE TRACY (1754-1856) – Seorang pemikir Perancis, hidup masa revolusi Perancis – Ia menulis buku masyur berjudul LES ELEMENTS DE L’IDEOLOGIE, di mana istilah ideologi pertama kali digunakan. – Bagi Tracy, istilah ideologi memiliki konotasi positif. Ideologi adalah ilmu mengenai gagasan atau ilmu tentang ide-ide. – Dia mengajak masyarakat Perancis untuk berusaha menemukan dan menilai ide yang sehat dan ide yang tidak sehat dalam masyarakat. – Ide yang sehat adalah yang sesuai dengan realitas dan sejalan dengan akal budi. Ide ini mestinya dimanfaatkan masyarakat sebagai patokan hidup sehari-hari. – Ide yang tidak sehat adalah ide yang tidak sesuai dengan realitas dan bertentangan dengan akal budi, yang lalu ia sebut sebagai gagasan palsu atau khayalan belaka. Contoh gagasan palsu adalah gagasan bersumber dari agama, bahwa raja memiliki kekuasaan dari Tuhan, akibatnya kekuasaan raja bersifat mutlak, tidak bisa diganggu gugat. Oleh karena itu, negara harus dijalankan berdasar kaidah-kaidah akal budi, bukan kaidah-kaidah agama. – Ketika Napoleon berkuasa, de Tracy didepak dari Senat. Napoleon menganggap ideologi sebagai gagasan tidak berguna. Sejak itu, ideologi lenyap dari gelanggang kehidupan politik. c. Karl Marx (1818-1883) – Berasal dari Prussia (kini Jerman). – Dalam bukunya Die Deutch Ideologi, dia memahami ideologi berkebalikan dari de Tracy. Baginya, ideologi adalah kesadaran palsu. – Mengapa disebut kesadaran palsu? Karena ideologi merupakan hasil pemikiran tertentu yang diciptakan oleh para pemikir, yang pada dasarnya sangat ditentukan
  • 5. oleh kepentingannya. Maka, hasil pemikiran yang muncul dalam bentuk ideologi sesungguhnya tidak lebih dari khayalan (pengandaian-pengandaian spekulatif) untuk melindungi kepentingan kelas pemikir itu. Kelas pemikir itu adalah kelas penguasa. – Demikianlah, ideologi adalah kesadaran palsu yang digunakan sebagai dasar pembenaran atas hak-hak istimewa kelas tertentu. d. Louis Althusser (1918- …) – Ia murid Marx, namun ia tidak setuju pandangan Marx tentang ideologi. – Menurutnya, ideologi memang berisi gagasan spekulatif, namun bukan kesadaran palsu. Sebab, gagasan spekulatif itu bukan dimaksudkan untuk menggambarkan realitas (apa itu dunia), melainkan memberi gambaran tentang bagaimana manusia semestinya menjalankan hidupnya. – Setiap orang membutuhkan ideologi, sebab setiap orang perlu memiliki keyakinan tentang bagaimana semestimya ia menjalankan kehidupannya. – Pendek kata, ideologi adalah pedoman hidup. Dua Kutub Ideologi Kutub pertama, ideologi bisa menjadi sesuatu yang baik, yaitu manakala ideologi mampu menjadi pedoman hidup menuju kehidupan yang lebih baik. Kutub kedua, ideologi bisa menjadi hal yang tidak baik, yaitu manakala ideologi dijadikan alat menyembunyikan kepentingan penguasa. Di sini, ideologi tidak lebih dari sebuah kesadaran palsu. Tiga Dimensi dalam Ideologi Ideologi politik bisa bertahan dalam perubahan masyarakat, bisa pula pudar dan ditinggalkan, tergantung pada daya tahan ideologi. Ideologi akan mampu bertahan, bila mempunyai tiga dimensi, meliputi: DIMENSI REALITA, menunjuk pada kemampuan ideologi untuk memcerminkan realita yang hidup dalam masyarakat di mana ia muncul untuk pertama kalinya, paling kurang realita pada saat-saat awal kelahirannya. DIMENSI IDEALISME, yaitu kadar atau kualitas idealisme yang terkandung di dalam ideologi atau nilai-nilai dasarnya. Kualitas itu menentukan kemampuan ideologi dalam memberikan harapan kepada masyarakat untukmempunyai dan membina kehidupan bersama yang lebih baik dan untuk membangun masa depan yang lebih cerah.
  • 6. DIMENSI FLEKSIBILITAS, yaitu kemampuan ideologi dalam mempengaruhi dan sekaligus menyesuaikan diri dengan pertumbuhan atau perkembangan masyarakat. Dua Macam Watak Ideologi a. Ideologi tertutup, adalah ideologi yang bersifat mutlak, ciri-cirinya: Bukan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan cita-cita sebuah kelompok yang digunakan sebagai dasar untuk mengubah masyarakat Apabila kelompok tersebut berhasil menguasai negara, ideologinya itu akan dipaksakan kepada masyarakat Bersifat totaliter, artinya mencakup/mengurusi semua bidang kehidupan Pluralisme pandangan dan kebudayaan ditiadakan, hak asasi tidak dihormati Menuntut masyarakat untuk memiliki kesetiaan total dan kesediaan untuk berkorban bagi ideologi tersebut Isi ideologi tidak hanya nilai-nilai dan cita-cita, tetapi tuntutan-tuntutan konkret dan operasional yang keras, mutlak, dan total. b. Ideologi terbuka, adalah ideologi yang tidak dimutlakkan, ciri-cirinya: Merupakan kekayaan rohani, moral, dan budaya masyarakat (falsafah). Jadi bukan keyakinan ideologis sekelompok orang melainkan kesepakatan masyarakat Tidak diciptakan oleh negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat sendiri. Ia adalah milik seluruh rakyat, dan bisa digali dan ditemukan dalam kehidupan mereka Isinya tidak langsung operasional, sehingga setiap generasi baru dapat dan perlu menggali kembali falsafah tersebut dan mencari implikasinya dalam situasi kekinian mereka Tidak pernah memperkosa kebebasan dan tanggung jawab masyarakat, melainkan menginspirasi masyarakat untuk berusaha hidup bertanggung jawab sesuai falsafah itu Menghargai pluralitas, sehingga dapat diterima warga masyarakat yang berasal dari berbagai latar belakang budaya dan agama. Pengertian Pancasila
  • 7. Kata Pancasila berasal dari kata Sanskerta (Agama Buddha) yaitu untuk mencapai Nirwana diperlukan 5 dasar/ajaran, yaitu 1. Jangan mencabut nyawa makhluk hidup/Dilarang membunuh 2. Jangan mengambil barang orang lain/Dilarang mencuri 3. Jangan berhubungan kelamin/Dilarang berzina 4. Jangan berkata palsu/Dilarang berbohong/berdusta. 5. Jangan minum yang menghilangkan pikiran/Dilarang minum minuman keras. Diadaptasi oleh orang Jawa menjadi 5 M = Madat/Mabuk, Maling/Mencuri, Madon/Bermain Perempuan, Maen/Judi, Mateni/Membunuh. Pengertian Pancasila Secara Etimologis Perkataan Pancasila mula-mula terdapat dalam perpustakaan Buddha yaitu dalam Kitab Tripitaka dimana dalam Ajaran Buddha tersebut terdapat suatu ajaran moral untuk mencapai nirwana/surga melalui Pancasila yang isinya 5 larangan di atas. Pengertian Pancasila Secara Historis Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno berpidato tanpa teks mengenai rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara. Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, kemudian keesokan harinya 18 Agustus 1945 disahkanlah UUD 1945 termasuk Pembukaannya dimana didalamnya terdapat rumusan 5 Prinsip sebagai Dasar Negara yang diberi nama Pancasila. Sejak saat itulah Pancasila menjadi Bahasa Indonesia yang umum. Jadi walaupun pada Alinea 4 Pembukaan UUD 45 tidak termuat istilah Pancasila namun yang dimaksud dasar Negara RI adalah disebut istilah Pancasila hal ini didasarkan interprestasi (penjabaran) historis terutama dalam rangka pembentukan Rumusan Dasar Negara. Pengertian Pancasila Secara Termitologis Proklamasi 17 Agustus 1945 telah melahirkan Negara RI, untuk melengkapi alat2 Perlengkapan Negara, PPKI mengadakan sidang pada tanggal 18 Agustus 1945 dan berhasil mengesahkan UUD 45 dimana didalam bagian Pembukaan yang terdiri dari 4 Alinea didalamnya tercantum rumusan Pancasila. Rumusan Pancasila tersebut secara Konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara RI yang disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh Rakyat Indonesia Pancasila Berbentuk: 1. Hirarkis (berjenjang) 2. Piramid.
  • 8. A. Pancasila menurut Mr. Moh Yamin adalah yang disampaikan di dalam sidang BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945 isinya sebagai berikut: 1. Prikebangsaan; 2. Prikemanusiaan; 3. Priketuhanan; 4. Prikerakyatan; 5. Kesejahteraan Rakyat B. Pancasila menurut Ir. Soekarno yang disampaikan pada tangal 1 Juni 1945 di depan sidang BPUPKI, sebagai berikut: 1. Nasionalisme/Kebangsaan Indonesia; 2. Internasionalisme/Prikemanusiaan; 3. Mufakat/Demokrasi; 4. Kesejahteraan Sosial; 5. Ketuhanan yang berkebudayaan; Presiden Soekarno mengusulkan ke-5 Sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila yaitu: 1. Sosio Nasional : Nasionalisme dan Internasionalisme; 2. Sosio Demokrasi : Demokrasi dengan kesejahteraan rakyat; 3. Ketuhanan YME. Dan masih menurut Ir. Soekarno Trisila masih dapat diperas lagi menjadi Ekasila atau Satusila yang intinya adalah Gotong Royong. C. Pancasila menurut Piagam Jakarta yang disahkan pada tanggal 22 Juni 1945 rumusannya sebagai berikut: 1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya; 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab; 3. Persatuan Indonesia; 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan perwakilan; 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; Kesimpulan dari bermacam-macam pengertian Pancasila tersebut yang sah dan benar secara Konstitusional adalah Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD 45, hal ini diperkuat dengan adanya Ketetapan MPRS NO.XXI/MPRS/1966 dan Inpres No. 12 tanggal 13 April 1968 yang menegaskan bahwa pengucapan, penulisan
  • 9. dan Rumusan Pancasila Dasar Negara RI yang sah dan benar adalah sebagai mana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Proses Penyusunan dan Penetapan Dasar Negara a. Tahap Pembentukan BPUPKI BPUPKI dibentuk pada tanggal 29 April 1945 dan dilantik tanggal 28 Mei 1945.Pembentukan BPUPKI memberi kesempatan secara legal kepada Indonesia untuk mempersiapkan kemerdekaan dan merancang UUD yang berisi dasar negara. b. Tahap Penyusunan Konsep Rancangan Dasar Negara dan UUD Sidang Pertama BPUPKI(29 Mei s/d 1 Juni 1945) Pada sidang ini K.R.T Radjiman Widyodiningrat(ketua BPUPKI), menyampaikan tentang dasar falsafah yang akan dibentuk bagi bangsa Indonesia.Usulan-usulan dasar Negara RI yang muncul pada sidang ini, antara lain: a. Mr. Moh. Yamin Secara lisan; 1) Peri Kebangsaan 2) Peri Kemanusiaan 3) Peri Ketuhanan 4) Peri Kerakyatan 5) Kesejahteraan Rakyat Secara tertulis; 1) Ketuhanan Yang Maha Esa 2) Kebangsaan Persatuan Indonesia 3) Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. 5) Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia b. Prof. Dr. R. Soepomo 1) Paham negara persatuan 2) Hubungan negara dan agama 3) Sistem badan permusyawaratan 4) Sosialisme negara 5) Hubungan antar bangsa c. Ir. Soekarno
  • 10. Pancasila; 1) Kebangsaan Indonesia 2) Internasionalisme atau perikemanusiaan 3) Mufakat atau demokrasi ekonomi negara bersifat kekeluargaan 4) Kesejahteraan sosial 5) Ketuhanan yang berkebudayaan Dapat diperas menjadi Trisila; 1) Sosionalisme 2) Sosiodemokratis 3) Ketuhanan Dapat diperas lagi menjadi Ekasila; 1) Gotong royong Pada sidang pertama BPUPKI belum tercapai kesepakatan tentang dasar Negara. Kemudian dibentuk Panitia Sembilan. Panitia Sembilan Anggota Panitia Sembilan adalah: Ir. Soekarno Abikusno Tjokrosoejoso Drs. Moh. Hatta H. Agus Salim Mr. A.A. Maramis Mr. Ahmad Soebarjo K.H. Wahid Hasyim Mr. Moh. Yamin Abd. Kahar Muzakir Pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan berhasil merumuskan dasar Negara Indonesia yang dikenal dengan Jakarta Charter(Piagam Jakarta). Rumusan Dasar Negara Menurut Jakarta Charter 1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya. 2. Kemanusian yang adil dan beradab. 3. Persatuan Indonesia. 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. 5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. c. Sidang Kedua BPUPKI (10 s/d 16 Juli 1945)
  • 11. Pada sidang kedua ini membicarakan tentang rancangan UUD Negara Indonesia dengan membentuk panitia kecil, yaitu; Panitia Kecil yang dipimpin oleh Ir. Soekarno. Bertugas merumuskan rancangan Pembukaan UUD yang berisi tujuan dan asas Negara Indonesia. Panitia Kecil yang dipimpin oleh Prof. Dr. Mr. R. Soepomo. Bertugas merumuskan rancangan batang tubuh UUD dan naskah proklamasi. Pada tanggal 14 Juli 1945 telah diterima rancangan dasar Negara sebagaimana tersebut dalam Piagam Jakarta yang dicantumkan dalam Pembukaan dari rencana UUD yang sedang disiapkan. d. Penetapan UUD 1945 Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI menetapkan: 1. Mengesahkan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945. 2. Memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden RI dan Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden RI yang pertama. 3. Untuk sementara waktu, pekerjaan presiden sehari-hari dibantu oleh BP-KNIP. Rumusan dasar Negara yang disahkan dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut; a. Ketuhanan Yang Maha Esa b. Kemanusiaan yang adil dan beradab c. Persatuan Indonesia d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan e. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia Pancasila Ditinjau dari Tekstualnya Ditinjau dari tekstual, bahwa Pancasia sebagai dasar Negara Republik Indonesia tercantum dalam konstitusi Negara, yakni pada Pembukaan UUD 1945 alinea 4 (merupakan landasan konstitusional dan ideologi negara). Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa Dan Negara Indonesia 1. Filasafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah mana tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup (filsafata
  • 12. hidup). Dengan pandangan hidup inilah sesuatu bangsa akan memandang persoalan-persoalan yang dihadapinya dan menentukan arah serta cara bagaimana memecahkan persoalan-persoalan tadi. Tanpa memiliki pandangan hidup maka suatu bangsa akan merasa terombang-ambing dalam menghadapi persoalan-persoalan besar yang pasti akan timbul, baik persoalan-persoalan di dalam masyarakatnya sendiri, maupun persoalan-persoalan besar umat manusia dalam pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini. Dengan pandangan hidup yang jelas sesuatu bangsa akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana ia memecahkan masalah-masalah polotik, ekonomi, sosial dan budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju. Dengan berpedoman pada pandangan hidup itu pula suatu bangsa akan membangun dirinya. Dalam pergaulan hidup itu terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa, terkandung pikiran-pikiran yang terdalam dan gagasan sesuatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Pada akhirnya pandangan hidup sesuatu bangsa adalah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya. Kita merasa bersyukur bahwa pendahulu-pendahulu kita, pendiri-pendiri Republik ini dapat menunjukkan secara jelas apa sesungguhnya pandangan hidup bangsa kita yang kemudian kita namakan Pancasila. Seperti yang ditujukan dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1979, maka Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar negara kita. Disamping itu maka bagi kita Pancasila sekaligus menjadi tujuan hidup bangsa Indonesia. Pancasila bagi kita merupakan pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita moral yang meliputi kejiwaan dan watak yang sudah berurat/berakar di dalam kebudayaan bangsa Indonesia. Ialah suatu kebudayaan yang mengajarkan bahwa hidup manusia ini akan mencapai kebahagiaan jika kita dapat baik dalam hidup manusia sebagai manusia dengan alam dalam hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohaniah. Bangsa Indonesia lahir sesudah melampaui perjuangan yang sangat panjang, dengan memberikan segala pengorbanan dan menahan segala macam penderitaan. Bangsa Indonesia lahir menurut cara dan jalan yang ditempuhnya sendiri yang merupakan hasil antara proses sejarah di masa lampau, tantangan perjuangan dan cita-cita hidup di masa datang yang secara keseluruhan membentuk kepribadian sendiri. Sebab itu bangsa Indonesia lahir dengan kepribadiannya sendiri yang bersamaan lahirnya bangsa dan negara itu, kepribadian itu ditetapkan sebagai pandangan hidup dan dasar negara Pancasila. Karena itulah, Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan telah berjuang, dengan melihat
  • 13. pengalaman bangsa-bangsa lain, dengan diilhami dengan oleh gagasan-gagasan besar dunia, dengan tetap berakar pada kepribadian bangsa kita dan gagasan besar bangsa kita sendiri. Karena Pancasila sudah merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian bangsa, maka ia diterima sebagai dasar negara yang mengatur hidup ketatanegaraan. Hal ini tampak dalam sejarah bahwa meskipun dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda, namun dalam 3 buah UUD yang pernah kita miliki yaitu dalam Pembukaan UUD 1945, dalam Mukadimah Konstitusi RIS 1949, serta dalam Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia 1950, Pancasila itu tetap tercantum didalamnya, Pancasila yang lalu dikukuhkan dalam kehidupan konstitusional itu, Pancasila yang selalu menjadi pegangan bersama saat-saat terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap eksistensi bangsa kita, merupakan bukti sejarah sebagai dasar kerohanian negara, dikehendaki oleh bangsa Indonesia karena sebenarnya ia telah tertanam dalam kalbunya rakyat. Oleh karena itu, ia juga merupakan dasar yang mamapu mempersatukan seluruh rakyat Indonesia. 2. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari BPPK pada tanggal 1 Juni 1945 adalah dikandung maksud untuk dijadikan dasar bagi negara Indonesia merdeka. Adapun dasar itu haruslah berupa suatu filsafat yang menyimpulkan kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara Indonesa yang merdeka. Di atas dasar itulah akan didirikan gedung Republik Indonesia sebagai perwujudan kemerdekaan politik yang menuju kepada kemerdekaan ekonomi, sosial dan budaya. Sidang BPPK telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai dasar negara Indonesia merdeka. Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila tercantum secara resmi dalam Pembukaan UUD RI, Undang- Undang Dasar yang menjadi sumber ketatanegaraan harus mengandung unsur-unsur pokok yang kuat yang menjadi landasan hidup bagi seluruh bangsa dan negara, agar peraturan dasar itu tahan uji sepanjang masa. Peraturan selanjutnya yang disusun untuk mengatasi dan menyalurkan persoalan-persoalan yang timbul sehubungan dengan penyelenggaraan dan perkembangan negara harus didasarkan atas dan berpedoman pada UUD. Peraturan-peraturan yang bersumber pada UUD itu disebut peraturan-peraturan organik yang menjadi pelaksanaan dari UUD. Oleh karena Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai seluruh isi peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar negara sebagaimana jelas tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tersebut, maka
  • 14. semua peraturan perundang-undangan Republik Indonesia (Ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah sebagai pengganti Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya) yang dikeluarkan oleh negara dan pemerintah Republik Indonesia haruslah pula sejiwa dan sejalan dengan Pancasila (dijiwai oleh dasar negara Pancasila). Isi dan tujuan dari peraturan perundang-undangan Republik Indonesia tidak boleh menyimpang dari jiwa Pancasila. Bahkan dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 ditegaskan, bahwa Pancasila itu adalah sumber dari segala sumber hukum (sumber hukum formal, undang-undang, kebiasaan, traktat, jurisprudensi hakim, ilmu pengetahuan hukum). Di sinilah tampak titik persamaan dan tujuan antara jalan yang ditempuh oleh masyarakat dan penyusun peraturan-peraturan oleh negara dan pemerintah Indonesia. Adalah suatu hal yang membanggakan bahwa Indonesia berdiri di atas fundamen yang kuat, dasar yang kokoh, yakni Pancasila dasar yang kuat itu bukanlah meniru suatu model yang didatangkan dari luar negeri. Dasar negara kita berakar pada sifat-sifat dan cita-cita hidup bangsa Indonesia, Pancasila adalah penjelmaan dari kepribadian bangsa Indonesia, yang hidup di tanah air kita sejak dahulu hingga sekarang. Pancasila mengandung unsur-unsur yang luhur yang tidak hanya memuaskan bangsa Indonesia sebagai dasar negara, tetapi juga dapat diterima oleh bangsa-bangsa lain sebagai dasar hidupnya. Pancasila bersifat universal dan akan mempengaruhi hidup dan kehidupan bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia secara kekal dan abadi. 3. Pancasila Sebagai Jiwa Dan Kepribadian Bangsa Indonesia Menurut Dewan Perancang Nasional, yang dimaksudkan dengan kepribadian Indonesia ialah : Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia, yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lainnya. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia adalah pencerminan dari garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia sepanjang masa. Garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia yang ditentukan oleh kehidupan budi bangsa Indonesia dan dipengaruhi oleh tempat, lingkungan dan suasana waktu sepanjang masa. Walaupun bangsa Indonesia sejak dahulu kala bergaul dengan berbagai peradaban kebudayaan bangsa lain (Hindu, Tiongkok, Portugis, Spanyol, Belanda dan lain-lain) namun kepribadian bangsa Indonesia tetap hidup dan berkembang. Mungkin di sana-sini, misalnya di daerah-daerah tertentu
  • 15. atau masyarakat kota kepribadian itu dapat dipengaruhi oleh unsur-unsur asing, namun pada dasarnya bangsa Indonesia tetap hidup dalam kepribadiannya sendiri. Bangsa Indonesia secara jelas dapat dibedakan dari bangsa-bangsa lain. Apabila kita memperhatikan tiap sila dari Pancasila, maka akan tampak dengan jelas bahwa tiap sila Pancasila itu adalah pencerminan dari bangsa kita. Demikianlah, maka Pancasila yang kita gali dari bumi Indonesia sendiri merupakan : a. Dasar negara kita, Republik Indonesia, yang merupakan sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di negara kita. b. Pandangan hidup bangsa Indonesia yang dapat mempersatukan kita serta memberi petunjuk dalam masyarakat kita yang beraneka ragam sifatnya. c. Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, karena Pancasila memberikan corak yang khas kepada bangsa Indonesia dan tak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas yang dapat membedakan bangsa Indonesia dari bangsa yang lain. Terdapat kemungkinan bahwa tiap-tiap sila secara terlepas dari yang lain bersifat universal, yang juga dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di dunia ini, akan tetapi kelima sila yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan itulah yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia. d. Tujuan yang akan dicapai oleh bangsa Indonesia, yakni suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai. e. Perjanjian luhur rakyat Indonesia yang disetujui oleh wakil-wakil rakyat Indonesia menjelang dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang kita junjung tinggi, bukan sekedar karena ia ditemukan kembali dari kandungan kepribadian dan cita-cita bangsa Indonesia yang terpendam sejak berabad-abad yang lalu, melainkan karena Pancasila itu telah mampu membuktikan kebenarannya setelah diuji oleh sejarah perjuangan bangsa. Oleh karena itu yang penting adalah bagaimana kita memahami, menghayati dan mengamalkan Pancasila dalam segala segi kehidupan. Tanpa ini maka Pancasila hanya akan merupakan rangkaian kata-kata indah yang tertulis dalam
  • 16. Pembukaan UUD 1945, yang merupakan perumusan yang beku dan mati, serta tidak mempunyai arti bagi kehidupan bangsa kita. Apabila Pancasila tidak menyentuh kehidupan nyata, tidak kita rasakan wujudnya dalam kehidupan sehari-hari, maka lambat laun kehidupannya akan kabur dan kesetiaan kita kepada Pancasila akan luntur. Mungkin Pancasila akan hanya tertinggal dalam buku-buku sejarah Indonesia. Apabila ini terjadi maka segala kesalahan akan melekat pada kita yang hidup di masa kini, pada generasi yang telah begitu banyak berkorban untuk menegakkan dan membela Pancasila. Akhirnya perlu juga ditegaskan, bahwa apabila dibicarakan mengenai Pancasila, maka yang kita maksud adalah Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu : 1. Ketuhanan Yang Maha Esa. 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab. 3. Persatuan Indonesia. 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan. 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 itulah yang kita gunakan, sebab rumusan yang demikian itulah yang ditetapkan oleh wakil-wakil bangsa Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Seperti yang telah ditunjukkan oleh Ketetapan MPR RI No. XI/MPR/1978, Pancasila itu merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh dari kelima silanya. Dikatakan sebagai kesatuan yang bulat dan utuh, karena masing-masing sila dari Pancasila itu tidak dapat dipahami dan diberi arti secara sendiri-sendiri, terpisah dari keseluruhan sila-sila lainnya. Memahami atau memberi arti setiap sila-sila secara terpisah dari sila-sila lainnya akan mendatangkan pengertian yang keliru tentang Pancasila. Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia Falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia, dapatlah kita temukan dalam beberapa dokumen historis dan di dalam perundang-undangan negara Indonesia seperti di bawah ini :
  • 17. a. Dalam Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945. b. Dalam Naskah Politik yang bersejarah, tanggal 22 Juni 1945 alinea IV yang kemudian dijadikan naskah rancangan Pembukaan UUD 1945 (terkenal dengan sebutan Piagam Jakarta). c. Dalam naskah Pembukaan UUD Proklamasi 1945, alinea IV. d. Dalam Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) tanggal 27 Desember 1945, alinea IV. e. Dalam Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia (UUDS RI) tanggal 17 Agustus 1950. f. Dalam Pembukaan UUD 1945, alinea IV setelah Dekrit Presiden RI tanggal 5 Juli 1959. Mengenai perumusan dan tata urutan Pancasila yang tercantum dalam dokumen historis dan perundang-undangan negara tersebut di atas adalah agak berlainan tetapi inti dan fundamennya adalah tetap sama sebagai berikut : 1. Pancasila Sebagai Dasar Falsafat Negara Dalam Pidato Tanggal 1 Juni 1945 Oleh Ir. Soekarno Ir. Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 untuk pertamakalinya mengusulkan falsafah negara Indonesia dengan perumusan dan tata urutannya sebagai berikut : a. Kebangsaan Indonesia. b. Internasionalisme atau Prikemanusiaan. c. Mufakat atau Demokrasi. d. Kesejahteraan sosial. e. Ketuhanan. 2. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Naskah Politik Yang Bersejarah (Piagam Jakarta Tanggal 22 Juni 1945) Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan (BPPK) yang Istilah Jepangnya Dokuritsu Jumbi Cosakai, telah membentuk beberapa panitia kerja yaitu : a. Panitia Perumus terdiri atas 9 orang tokoh, pada tanggal 22 Juni 1945, telah berhasil menyusun sebuah naskah politik yang sangat bersejarah dengan nama Piagam Jakarta, selanjutnya pada tanggal 18 Agustus 1945, naskah itulah yang ditetapkan sebagai naskah rancangan Pembukaan UUD 1945. b. Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno yang kemudian membentuk Panitia Kecil Perancang UUD yang diketuai oleh Prof. Mr. Dr. Soepomo, Panitia ini berhasil menyusun suatu rancangan UUD-RI. c. Panitia Ekonomi dan Keuangan yang diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta.
  • 18. d. Panitia Pembelaan Tanah Air, yang diketuai oleh Abikusno Tjokrosujoso. Untuk pertama kalinya falsafah Pancasila sebagai falsafah negara dicantumkan autentik tertulis di dalam alinea IV dengan perumusan dan tata urutan sebagai berikut : 1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. 2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 3. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Pembukaan UUD 1945 Sesudah BPPK (Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan) merampungkan tugasnya dengan baik, maka dibubarkan dan pada tanggal 9 Agustus 1945, sebagai penggantinya dibentuk PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Pada tanggal 17 Agustus 1945, dikumandangkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Ir. Soekarno di Pengangsaan Timur 56 Jakarta yang disaksikan oleh PPKI tersebut. Keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidangnya yang pertama dengan mengambil keputusan penting : a. Mengesahkan dan menetapkan Pembukaan UUD 1945. b. Mengesahkan dan menetapkan UUD 1945. c. Memilih dan mengangkat Ketua dan Wakil Ketua PPKI yaitu Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta, masing-masing sebagai Presiden RI dan Wakil Presiden RI. Tugas pekerjaan Presiden RI untuk sementara waktu dibantu oleh sebuah badan yaitu KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) dan pada tanggal 19 Agustus 1945 PPKI memutuskan, Pembagian wilayah Indonesia ke dalam 8 propinsi dan setiap propinsi dibagi dalam karesidenan-karesidenan. Juga menetapkan pembentukan Departemen-departemen Pemerintahan. Dalam Pembukaan UUD Proklamasi 1945 alinea IV yang disahkan oleh PPPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 itulah Pancasila dicantumkan secara resmi, autentik dan sah menurut hukum sebagai dasar falsafah negara RI, dengan perumusan dan tata urutan sebagai berikut :
  • 19. 1. Ketuhanan Yang Maha Esa. 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia. 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan. 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 4. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Mukadimah Konstitusi RIS 1949 Bertempat di Kota Den Haag (Netherland / Belanda) mulai tanggal 23 Agustus sampai dengan tanggal 2 September 1949 diadakan KMB (Konferensi Meja Bundar). Adapun delegasi RI dipimpin oleh Drs. Mohammad Hatta, delegasi BFO (Bijeenkomstvoor Federale Overleg) dipimpin oleh Sutan Hamid Alkadrie dan delegasi Belanda dipimpin oleh Van Marseveen. Sebagai tujuan diadakannya KMB itu ialah untuk menyelesaikan persengketaan antara Indonesia dengan Belanda secepatnya dengan cara yang adil dan pengakuan akan kedaulatan yang penuh, nyata dan tanpa syarat kepada RIS (Republik Indonesia Serikat). Salah satu hasil keputusan pokok dan penting dari KMB itu, ialah bahwa pihak Kerajaan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia sepenuhnya tanpa syarat dan tidak dapat dicabut kembali oleh Kerajaan Belanda dengan waktu selambat-lambatnya pada tanggal 30 Desember 1949. Demikianlah pada tanggal 27 Desember 1949 di Amsterdam Belanda, Ratu Yuliana menandatangani Piagam Pengakuan Kedaulatan Negara RIS. Pada waktu yang sama dengan KMB di Kota Den Haag, di Kota Scheveningen (Netherland) disusun pula Konstitusi RIS yang mulai berlaku pada tanggal 27 Desember 1949. Walaupun bentuk negara Indonesia telah berubah dari negara Kesatuan RI menjadi negara serikat RIS dan Konstitusi RIS telah disusun di negeri Belanda jauh dari tanah air kita, namun demikian Pancasila tetap tercantum sebagai dasar falsafah negara di dalam Mukadimah pada alinea IV Konstitusi RIS 1949, dengan perumusan dan tata urutan sebagai berikut : 1. Ketuhanan Yang Maha Esa. 2. Prikemanusiaan 3. Kebangsaan. 4. Kerakyatan. 5. Keadilan Sosial.
  • 20. 5. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Mukadimah UUD Sementara RI (UUDS-RI 1950) Sejak Proklamasi Kemerdekaannya, bangsa Indonesia menghendaki bentuk negara kesatuan (unitarisme) oleh karena bentuk negara serikat (federalisme) tidaklah sesuai dengan cita-cita kebangsaan dan jiwa proklamasi. Demikianlah semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia tetap membara dan meluap, sebagai hasil gemblengan para pemimpin Indonesia sejak lahirnya Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908, kemudian dikristalisasikan dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa. Oleh karena itu pengakuan kedaulatan negara RIS menimbulkan pergolakan-pergolakan di negara-negara bagian RIS untuk bersatu dalam bentuk negara kesatuan RI sesuai dengan Proklamasi Kemerdekaan RI. Sesuai Konstitusi, negara federal RIS terdiri atas 16 negara bagian. Akibat pergolakan yang semakin gencar menuntut bergabung kembali pada negara kesatuan Indonesia, maka sampai pada tanggal 5 April 1950 negara federasi RIS, tinggal 3 (tiga) negara lagi yaitu : 1. RI Yogyakarta. 2. Negara Sumatera Timur (NST). 3. Negara Indonesia Timur (NIT). Negara federasi RIS tidak sampai setahun usianya, oleh karena terhitung mulai tanggal 17 Agustus 1950 Presiden Soekarno menyampaikan Naskah Piagam, pernyataan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berarti pembubaran Negara Federal RIS (Republik Indonesia Serikat). Pada saat itu pula panitia yang diketuai oleh Prof. Mr. Dr. Soepomo mengubah konstitusi RIS 1949 (196 Pasal) menjadi UUD RIS 1950 (147 Pasal). Perubahan bentuk negara dan konstitusi RIS tidak mempengaruhi dasar falsafah Pancasila, sehingga tetap tercantum dalam Mukadimah UUDS-RI 1950, alinea IV dengan perumusan dan tata urutan yang sama dalam Mukadimah Konstitusi RIS yaitu : 1. Ketuhanan Yang Maha Esa. 2. Prikemanusiaan 3. Kebangsaan. 4. Kerakyatan. 5. Keadilan Sosial.
  • 21. 6. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Pembukaan UUD 1945 Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1953 tentang Pemilihan Umum untuk memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante yang akan menyusun UUD baru. Pada akhir tahun 1955 diadakan pemilihan umum pertama di Indonesia dan Konstituante yang dibentuk mulai bersidang pada tanggal 10 November 1956. Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan selanjutnya. Konstituante gagal membentuk suatu UUD yang baru sebagai pengganti UUDS 1950. Dengan kegagalan konstituante tersebut, maka pada tanggal 5 Juli 1950 Presiden RI mengeluarkan sebuah Dekrit yang pada pokoknya berisi pernyataan : a. Pembubaran Konstuante. b. Berlakunya kembali UUD 1945. c. Tidak berlakunya lagi UUDS 1950. d. Akan dibentuknya dalam waktu singkat MPRS dan DPAS. Dengan berlakunya kembali UUD 1945, secara yuridis, Pancasila tetap menjadi dasar falsafah negara yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV dengan perumusan dan tata urutan seperti berikut : 1. Ketuhanan Yang Maha Esa. 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab. 3. Persatuan Indonesia. 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 12 Tahun 1968, tertanggal 13 April 1968, perihal : Penegasan tata urutan/rumusan Pancasila yang resmi, yang harus digunakan baik dalam penulisan, pembacaan maupun pengucapan sehari-hari. Instruksi ini ditujukan kepada : Semua Menteri Negara dan Pimpinan Lembaga / Badan Pemerintah lainnya. Tujuan dari pada Instruksi ini adalah sebagai penegasan dari suatu keadaan yang telah berlaku menurut hukum, oleh karena sesuai dengan asas hukum
  • 22. positif (Ius Contitutum), UUD 1945 adalah konstitusi Indonesia yang berlaku sekarang. Dengan demikian secara yuridis formal perumusan Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 itulah yang harus digunakan, walaupun sebenarnya tidak ada di dalam Instruksi Presiden RI No. 12/1968 tersebut. Prof. A.G. Pringgodigdo, SH dalam bukunya “Sekitar Pancasila” peri-hal perumusan Pancasila dalam berbagai dokumentasi sejarah mengatakan bahwa uraian-uraian mengenai dasar-dasar negara yang menarik perhatian ialah yang diucapkan oleh : 1. Mr. Moh. Yamin pada tanggal 29 Mei 1945. 2. Prof. Mr. Dr. Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945. 3. Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945. Walaupun ketiganya mengusulkan 5 hal pokok untuk sebagai dasar-dasar negara merdeka, tetapi baru Ir. Soekarno yang mengusulkan agar 5 dasar negara itu dinamakan Pancasila dan bukan Panca Darma. Jelaslah bahwa perumusan 5 dasar pokok itu oleh ketiga tokoh tersebut dalam redaksi kata-katanya berbeda tetapi inti pokok-pokoknya adalah sama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Prikemanusiaan atau Internasionalisme, Kebangsaan Indonesia atau Persatuan Indonesia, Kerakyatan atau Demokrasi dan Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Ir. Soekarno dalam pidatonya tanggal 1 Juni 1945 menegaskan : Maksud Pancasila adalah philosophschegrondslag itulah fundament falsafah, pikiran yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung “Indonesia Merdeka Yang Kekal dan Abadi”. Prof. Mr. Drs. Notonagoro dalam pidato Dies Natalis Universitas Airlangga Surabaya pada tanggal 10 November 1955 menegaskan : “Susunan Pancasila itu adalah suatu kebulatan yang bersifat hierrarchies dan piramidal yang mengakibatkan adanya hubungan organis di antara 5 sila negara kita”. Prof. Mr. Muhammad Yamin dalam bukunya “Proklamasi dan Konstitusi” (1951) berpendapat : “Pancasila itu sebagai benda rohani yang tetap dan tidak berubah sejak Piagam Jakarta sampai pada hari ini”.
  • 23. Kemudian pernyataan dan pendapat Prof. Mr. Drs. Notonagoro dan Prof. Mr. Muhamamd Yamin tersebut diterima dan dikukuhkan oleh MPRS dalam Ketetapan No. XX/MPRS/1960 jo Ketetapan No. V/MPR/1973. Pengertian Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka Menurut pandangan DR. Alfian, sebuah ideologi dikatakan sebagai ideologi terbuka jika di dalam ideologi tersebut terkandung tiga dimensi sebagai berikut: 1. Dimensi Realita (suatu ideologi bersumber dari nilai-nilai riil yang hidup dalam masyarakat) 2. Dimensi Idealisme (nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme, bukan lambungan angan-angan (utopia). 3. Dimensi Fleksibilitas/Pengembangan (suatu ideologi memiliki keluwesan yang merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau mengingkari hakekat/jati dirinya). Gagasan Pancasila sebagai Ideologi Terbuka 1. Secara formal ditampilkan sekitar tahun 1985, walaupun semangatnya sendiri sesunguhnya dapat ditelusuri dari pembahasan para pendiri negara pada tahun 1945. 2. Didorong oleh tantangan zaman, sejarah menunjukkan bahwa betapa kokohnya suatu ideologi, bila tidak memiliki dimensi fleksibilitas, maka akan mengalami kesulitan bahkan mungkin kehancuran (contoh : runtuhnya Komunisme di Uni Soviet). 3. Pancasila senantiasa mampu berinteraksi secara dinamis. Nilai-nilai Pancasila tidak boleh berubah, namun pelaksanaannya kita sesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan nyata yang kita hadapi dalam setiap kurun waktu. Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan gagasan Pancasila sebagai ideologi terbuka : 1. Ideologi Pancasila harus mampu menyesuaikan dengan situasi & kondisi zaman yg terus mengalami perubahan. 2. Terkandung makna bahwa nilai-nilai dasar Pancasila dapat dikembangkan sesuai dengan dinamika kehidupan bangsa Indonesia dan tuntutan perkembangan zaman. 3. Pancasila harus mampu memberikan orientasi ke depan, terutama menghadapi globalisasi dan keterbukaan.
  • 24. 4. Ideologi Pancasila menghendaki agar bangsa Indonesia tetap bertahan dalam wadah dan ikatan NKRI. Pancasila Berwatak Terbuka Artinya Pancasila memenuhi semua persyaratan sebagai ideologi terbuka, karena: Pancasila adalah pandangan hidup yang berakar pada kesadaran masyarakat Indonesia Isi Pancasila tidak langsung operasional Pancasila bukan ideologi yang memperkosa kebebasan dan tanggungjawab masyarakat Pancasila juga bukan ideologi totaliter Pancasila menghargai pluralitas Perwujudan Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka Fleksibilitas ideologi Pancasila, karena mengandung nilai-nilai : Pancasila Berwatak Terbuka Artinya Pancasila memenuhi semua persyaratan sebagai ideologi terbuka, karena: Pancasila adalah pandangan hidup yang berakar pada kesadaran masyarakat Indonesia Isi Pancasila tidak langsung operasional Pancasila bukan ideologi yang memperkosa kebebasan dan tanggungjawab masyarakat Pancasila juga bukan ideologi totaliter Pancasila menghargai pluralitas Sungguhpun demikian, keterbukaan ideologi Pancasila terdapat batas-batas yang tidak boleh dilanggar, antara lain: 1. Stabilitas nasional yang dinamis 2. Larangan terhadap ideologi Marxisme, Leninisme, dan Komunisme 3. Mencegah berkembangnya paham liberal 4. Larangan terhadap paham atheisme 5. Larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan masyarakat 6. Penciptaan norma-norma baru yang harus melalui konsensus di masyarakat Batas Keterbukaan Ideologi Pancasila
  • 25. Batas jenis pertama : Bahwa yang boleh disesuaikan dan diganti hanya nilai instrumental, sedangkan nilai dasar atau instrinsiknya mutlak dilarang. Batas jenis kedua, yaitu terdiri dari 2 (dua) buah norma : 1. Penyesuaian nilai instrumental, pada tuntutan kemajuan jaman, harus dijaga agar daya kerja dari nilai instrumental yang disesuaikan itu tetap memadai untuk mewujudkan nilai instrinsik yang bersangkutan. 2. Nilai instrumental pengganti, tidak boleh bertentangan antara linea recta dengan nilai instumental yang diganti. Kegiatan Belajar 2 : Pancasila sebagai Sumber Nilai dan Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Pengertian Pancasila Sebagai Sumber Nilai Ada dua pandangan tentang cara beradanya nilai : 1. Nilai sebagai sesuatu yang ada pada obyek itu sendiri (obyektif), merupakan suatu hal yg obyektif dan membentuk semacam “dunia nilai”, yang menjadi ukuran tertinggi dari perilaku manusia (filsuf Max Scheler dan Nocolia Hartman). 2. Nilai sebagai sesuatu yang bergantung kepada penangkapan dan perasaan orang (subyektif), menurut Nietzsche, nilai yg dimaksudkan adalah tingkat atau derajat yang diinginkan oleh manusia. Beberapa Pengertian tentang Nilai: 1. Kamus Ilmiah Populer, Nilai adalah ide ttg apa yang baik, benar, bijaksana dan apa yg berguna sifatnya lebih abstrak dari norma. 2. Laboratorium Pancasila IKIP Malang, Nilai adalah sesuatu yang berharga, yang berguna, yang indah, yang memperkaya batin, yang menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. 3. Nursal Luth dan Daniel Fernandez, Nilai adalah perasaan-perasaan tentang apa yg diinginkan atau tidak diinginkan yg mempengaruhi perilaku sosial dari orang yg memiliki nilai itu. Nilai bukanlah soal benar salah, tetapi soal dikehendaki atau tidak, disenangi/tidak. 4. C. Kluckhoorn, Nilai adalah suatu konsepsi yang eksplisit khas dari perorangan atau karakteristik dari sekelompok orang mengenai sesuatu yang didambakan, yang berpengaruh pada pemilihan pola, sarana, dan tujuan dari tindakan.
  • 26. Ciri-ciri Nilai: 1. Nilai-nilai yang mendarah daging (internalized value), yaitu nilai yang telah menjadi kepribadian bawah sadar/ yg mendorong timbulnya tindakan tanpa berfikir lagi. 2. Nilai yang dominan, mrp nilai yg dianggap lebih penting dari pada nilai-nilai lainnya, dengan pertimbangan : a. Banyaknya orang yang menganut nilai tersebut. b. Lamanya nilai yg dirasakan oleh agt kelompok tsb. c. Tingginya usaha untuk mempertahankan nilai itu. d. Tingginya kedudukan (prestise) orang-orang yang membawakan nilai tersebut. Macam-macam Nilai 1. Alport: Mengidentifikasi nilai-nilai yang terdapat di dalam kehidupan masyarakat, dalam 6 (enam) macam, yaitu: nilai teori, ekonomi, estetika, sosial, politik, & religi 2. Sprange: Nilai dapat dibedakan menjadi 6 (enam) antara lain: nilai ilmu pengetahuan, nilai ekonomi, nilai agama, nilai seni, nilai sosial, dan nilai politik. 3. Sprange, Harold Lasswell: Mengidentifikasi 8 (delapan) nilai-nilai masyarakat barat dalam hubungannya dengan manusia lain, yaitu ; (kekuasaan, pendidikan/penerangan (enlightenment), kekayaan (wealth), kesehatan (well-being), keteram-pilan (skill), kasih sayang (affection), kejujuran (rectitude) dan keadilan (rechtschapenheid) dan kese-garan, respek (respect). 4. Prof. Dr. Notonagoro, membagi menjadi 3 (tiga) bagian: a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yg berguna bagi unsur manusia. b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas. c. Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rokhani manusia, dapat dibedakan atas 4 (empat) macam : Nilai kebenaran/ kenyataan (ratio, budi dan cipta). Nilai keindahan (perasaan dan estetis). Nilai moral/ kebaikan (karsa dan etika). Nilai religius (keyakinan/kepercayaan manusia)
  • 27. Pancasila sebagai Sumber Nilai Pancasila dalam kedudukannya sebagai sumber nilai, berarti nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjiwai seluruh kegiatan berbangsa dan bernegara, secara umum dapat dilihat dalam sila-sila Pancasila sbb : 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yg dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan. 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila meliputi: nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praksis. Nilai Dasar: 1. Pancasila memuat nilai dasar tentang penyelenggaraan negara, yaitu: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yg dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 2. Karena merupakan nilai dasar maka: a. Nilai-nilai itu bersifat abadi dalam Pembukaan UUD 1945 b. Nilai-nilai itu bersifat abstrak dan umum c. Nilai-nilai itu relatif tidak berubah, namun maknanya selalu bisa disesuaikan dengan perkembangan zaman d. Melalui proses penafsiran ulang, akan didapat nilai-nilai baru yang lebih operasional sesuai tantangan kekinian zaman e. Nilai-nilai operasional itu berupa nilai instrumental dan nilai praksis Nilai Instrumental: 1. Merupakan penjabaran dari nilai dasar 2. Berlaku untuk kurun waktu tertentu dan kondisi tertentu 3. Sifatnya sudah lebih kontekstual, bahkan harus disesuaikan dengan tuntutan zaman 4. Tampil dalam bentuk kebijakan, strategi, organisasi, sistem, rencana, program, sebagai penjabaran dari nilai dasar
  • 28. 5. Terikat oleh perubahan waktu, keadaan atau tempat sehingga memerlukan penyesuaian secara berkala agar nilai dasar tetap relevan dengan masalah-masalah utama yang dihadapi masyarakat pada zaman itu 6. Tercantum dalam seluruh dokumen kenegaraan yang menindaklanjuti UUD 1945 seperti undang-undang dan banyak peraturan pelaksanaannya 7. Lembaga-lembaga yang berwenang menyusun nilai instrumental yaitu MPR, Presiden, dan DPR 8. Sesuai pasal 4 ayat 1 UUD 1945 Presiden dapat menindaklanjuti undang-undang dengan mengeluarkan peraturan pelaksanaannya Nilai Praksis: 1. Adalah pelaksanaan nilai dasar dan nilai instrumental dalam kehidupan sehari-hari. 2. Pelaksanaan Pancasila meliputi dua cara: a. Secara subyektif: Pelaksanaan oleh setiap individu warga negara indonesia, penduduk indonesia, maupun oleh setiap individu penguasa negara atau penyelenggara negara. b. Secara obyektif: Pelaksanaan pancasila dalam penyelenggaraan negara oleh lembaga negara baik legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Tinjauan metafisika terhadap Pancasila sehingga nilai-nilainya memiliki sifat objektif : 1. Rumusan sila-sila Pancasila menunjukkan kenyataan adanya sifat-sifat abstrak, umum dan universal. 2. Inti sila-sila Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa Indonesia, baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan maupun keagamaan. 3. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 menurut ilmu hukum memenuhi syarat sebagai pokok kaidah negara yang mendasar. 4. Pembukaan UUD 1945 (yang memuat jiwa Pancasila), secara hukum tidak dapat diubah oleh setiap pun termasuk MPR hasil pemilihan umum. 5. Pembukaan UUD 1945 terkandung Pancasila yang tidak dapat diubah (tetap), krn kemerdekaan merupakan karunia Tuhan. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sila-sila Pancasila Sila Pertama : Menunjukkan bahwa Tuhan adalah sebab pertama dari segala sesuatu, Yang Maha Esa, dan segala sesuatu bergantung kepada-Nya, maka manusia Indonesia akan mengembangkan toleransi antarumat beragama, toleransi sesama
  • 29. umat beragama, dan toleransi antarumat beragama dengan negaranya. Tidak akan memaksakan agama kepada pemeluk agama lain. Bangsa Indonesia bukan bangsa yang sekuler atau memisahkan agama dan negara. Indonesia juga bukan negara agama yang mendasarkan kepada agama tertentu. Sila Kedua : Manusia memiliki hakikat pribadi yang mono-pluralis terdiri atas susunan kodrat jiwa raga, serta berkedudukan sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Nilai luhur kemanusiaan akan menumbuhkan sikaptepasalira, menghormati hak asasi manusia, anti penjajahan, mengutamakan kebenaran dan keadilan, mencintai sesama manusia, tenggang rasa, dan sebagainya. Negara memberi kebebasan untuk menentukan jumlah anak, akan tetapi program keluarga berencana merupakan program pemerintah agar warga negara lebih bertanggung jawab pada generasi mendatang. Warga negara berhak menentukan jenis pekerjaan dengan imbalan yang layak menurut kemampuannya masing-masing. Sila Ketiga : Berupa pengakuan terhadap hakikat satu tanah air, satu bangsa dan satu negara Indonesia, tidak dapat dibagi sehingga seluruhnya merupakan suatu keseluruhan dan keutuhan. Nilai luhur persatuan terkandung di dalamnya cinta tanah air, tidak membeda-bedakan sesama warga negara Indonesia, cinta perdamaian dan persatuan, tidak mengagung-agungkan bangsa sendiri, suku dan daerah tertentu. Sila Keempat : Menjunjung dan mengakui adanya rakyat yang meliputi keseluruhan jumlah semua orang warga dalam lingkungan daerah atau negara tertentu yang segala sesuatunya berasal dari rakyat dilaksanakan oleh rakyat dan diperuntukkan untuk rakyat.Nilai luhur kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, antara lain terkandung makna cinta permusyawaratan, cinta demokrasi, tidak memaksakan kehedak kepada orang lain, menghindari kekerasan dalam menyelesaikan masalah, tidak mementingkan diri sendiri, cinta kebersamaan, dan sebagainya. Sila Kelima : Mengakui hakikat adil berupa pemenuhan segala sesuatu yang berhubungan dengan hak dalam hubungan hidup kemanusiaan. Nilai luhur yang terkandung didalamnya adalah mencintai keadilan sosial, cinta kekeluargaan, suka bekerja keras, menghormati kedaulatan bangsa lain, dan menganggap bangsa lain sederajat. Sila pertama menjiwai dan mendasari sila kedua, ketiga, keempat, dan kelima; sila kedua dijiwai dan didasari sila pertama, menjiwai dan mendasari sila ketiga,
  • 30. keempat, dan kelima; sila ketiga dijiwai dan didasari sila pertama dan sila kedua, menjiwai dan mendasari sila keempat dan kelima; sila keempat dijiwai dan didasari sila pertama, kedua, dan ketiga, menjiwai dan mendasari sila kelima; sila kelima dijiwai dan didasari sila pertama, kedua, ketiga dan keempat. Itulah yang dinamakan Pancasila hierarkis piramidal. Dengan demikian, Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Karena Pancasila merupakan sumber nilai di Indonesia maka semua nilai yang berkembang tidak oleh bertentangan dengan Pancasila. Pengamalan Pancasila Sebagai Sumber Nilai 1. Pemasyarakatan Nilai Pancasila dalam Keluarga. Kehidupan sehari-hari dalam keluarga harus dijiwai nilai-nilai luhur Pancasila, di mana orang tua menjadi teladan bagi anak-anaknya. Segala tindak tanduk seluruh keluarga harus bersumber dari nilai-nilai luhur Pancasila. 2. Pemasyarakatan Nilai Pancasila dalam Sekolah Anak yang berumur tujuh tahun telah memasuki usia wajib belajar pendidikan formal. Di sinilah penanaman nilai-nilai luhur Pancasila dimulai yaitu dari taman kanak-kanak, terutama melalui pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. 3. Pendidikan dalam Masyarakat Pendidikan dalam masyarakat amat penting untuk penanaman nilai luhur Pancasila, karena waktu di sekolah hanya terbatas sehingga waktu yang lebih banyak ada di lingkungan keluarga dan masyarakat maka pergaulan sehari-hari dalam masyarakat luas akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan sikap dan kepribadian anak. Oleh karena itu, hendaknya masyarakat ikut bertanggung jawab dalam pembentukan sikap dan perilaku anak, serta penanaman nilai-nilai luhur Pancasila. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Makna, Hakikat dan Tujuan Pembangunan Nasional Pengertian Pembangunan: Usaha bangsa untuk meningkatkan mutu dan taraf hidup masyarakat sehingga menjadi lebih baik Aspek Pembangunan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, di dalamnya mencakup tiga aspek sekaligus, yaitu:
  • 31. 1. Emansipasi bangsa, yaitu usaha bangsa untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada bangsa lain agar dapat berdiri sendiri dengan kekuatan sendiri tanpa melepaskan semangat kerja sama yang produktif 2. Modernisasi, adalah upaya untuk mencapai taraf mutu kehidupan yang lebih baik 3. Humanisasi, bermakna bahwa pembangunan pada hakikatnya untuk manusia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia Makna Pembangunan Nasional, adalah upaya untuk mening-katkan seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang sekaligus merupakan proses pengembangan keseluruhan sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan Tujuan Nasional. Hakikat Pembangunan Nasional, adalah pembangunan manu-sia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan Pembangunan Nasional, dilaksanakan untuk mewujud-kan Tujuan Nasional seperti termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV. Paradigma adalah anggapan-anggapan dasar yang membentuk kerangka keyakinan yang berfungsi sebagai acuan, kiblat atau pedoman untuk melihat persoalan dan bagaimana menyelesaikannya Paradigma pembangunan dipahami sebagai kerangka keyakinan yang digunakan sebagai pedoman untuk melihat persoalan dan bagaimana melaksanakan pembangunan Paradigma Pembangunan adalah suatu model, pola yang merupakan sistem berfikir sebagai upaya untuk melaksanakan perubahan yang direncanakan guna mewujudkan cita-cita kehidupan masyarakat menuju hari esok yang lebih baik (secara kualitatif maupun kuantitatif) Karena yang ingin dibangun adalah manusia dan masyarakat Indonesia, sehingga paradigma pembangunan harus berdasarkan kepribadian Indonesia dan menghasilkan manusia dan masyarakat maju yang tetap berkepribadian Indonesia, yang dijiwai dan dilandasi oleh nilai-nilai luhur Pancasila. Pokok-pokok Pancasila sebagai paradigma Pembangunan adalah sebagai berikut:
  • 32. 1. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan politik dan hukum meliputi: a. Pengembangan sistem politik negara yang menghargai harkat dan martabat manusia sebagai subyek atau pelaku b. Pengembangan sistem politik yang demokratis, berkadaulatan rakyat ,dan terbuka c. Sistem politik yang didasarkan pada nilai-nilai moral bukan sekadar kekuasaan d. Pengambilan keputusan politi secara musyawarah mufakat e. Politik dan hukum yang didasarkan atas moral ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. 2. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan ekonomi meliputi: a. Dasar moralitas ketuhanan dan kemanusiaan menjadi kerangka landasan pembangunan ekonomi b. Mengembangkan sistem ekonomi yang berperikemanusiaan c. Mengembangkan sistem ekonoimi yang bercorak kekeluargaan d. Ekonomi yang menghindarkan diri dari segala bentuk monopoli dan persaingan bebas e. Ekonomi yang bertujuan keadilan dan kesejahteraan bersama 3. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan sosial budaya meliputi: a. Pembangunan sosial budaya dilaksanakan demi terwujudnya masyarakat yang demokratis, aman, tenteram, dan damai b. Pembangunan sosial budaya yang menghargai kemajemukan masyarakat Indonesia c. Terbuka terhadap nilai-nilai luar yang positif untuk membangun masyarakat Indonesia yang modern d. Memelihara nilai-nilai yang telah lama hidup dan relevan bagi kemajuan masyarakat 4. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan pertahanan keamananmeliputi: a. Pertahanan dan keamanan negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negaranya b. Mengembangkan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta c. Mengembangkan prinsip hidup berdampingan secara damai dengan bangsa lain 5. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi meliputi: a. Pengembangan iptek diarahkan untuk mencapai kebaghagiaan lahir batin, memenuhi kebutuhan material dan spiritual b. Pengembangan iptek mempertimbangkan aspek estetik dan moral
  • 33. c. Pengembangan iptek pada hakekatnya tidak boleh bebas nilai, tetapi terikat pada nilai-nilai yang berlaku di masyarakat d. Pembangunan iptek mempertimbangkan akal, rasa, dan kehendak e. Pembangunan iptek bukan untuk kesombongan melainkan peningkatan kualitas, harkat, dan martabat manusia 6. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan agama meliputi: a. Pengembangan kehidupan beragama adalah dengan terciptanya kehidupan sosial yang saling menghargai dan menghormati b. Memberikan kebebasan dalam rangka memeluk dan mengamalkan ajaran agama c. Tidak memaksakan keyakinan agama kepada orang lain d. Mengakui keberadaan agama orang lain dengan tidak saling menjelekkan dan menghina antarumat beragama Masalah-masalah dalam Pancasila sebagai ideologi terbuka: 1. Pancasila hanya akan berkembang kalau segenap komponen masyarakat bersedia bersikap proaktif, terus menerus melakukan interpretasi (penafsiran ulang) terhadap Pancasila dalam suasana dialog kritis-konstruktif 2. Karena terbuka untuk ditafsirkan oleh siapa saja, bisa terjadi Pancasila semata-mata ditafsirkan sesuai dengan kepentingan si penafsir Dua tantangan/masalah tersebut menuntut sikap dan tanggapan positif semua warga negara. Bersikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka dapat diwujudkan dengan adanya: 1. Kesediaan segenap komponen masyarakat untuk aktif mengungkapkan pemahamannya mengenai Pancasila, misalnya dengan dialog publik tentang Pancasila sehingga kemungkinan terjadinya i-relevansi, dominasi penafsiran maupun penafsiran tidak sehat terhadap Pancasila bisa dicegah 2. Kesediaan segenap komponen bangsa menjadikan nilai-nilai Pancasila makin tampak nyata dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dengan terus menerus secara konsisten berjuang memperkecil kesenjangan antara idel-ideal Pancasila dengan kenyataan kehidupan berbangsa sehari-hari Perwujudan Sikap Positif Terhadap Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
  • 34. 1. Selalu berpegang teguh kepada kelima dasar Pancasila 2. Bersedia mengkaji Pancasila melalui wacana, diskusi, tulisan maupun penelitian 3. Terbuka terhadap nilai-nilai baru namun tetap sesuai dengan nilai dasar Pancasila 4. Menjadikan nilai Pancasila sebagai masuknya budaya asing 5. Menolak Pancasila dijadikan ideologi tertutup 6. Menolak Pancasila dijadikan sebagai alat kekuasaan bagi mereka yang berkuasa 7. Bersedia mengembangkan norma-norma kehidupan berbangsa dan bernegara yang berpedoman pada Pancasila 8. Bersedia menaati norma sosial maupun norma hukum yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.