Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan fisik sistem perkemihan yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi organ-organ terkait seperti ginjal, kandung kemih, dan meatus urinaria untuk mendeteksi gangguan pada sistem tersebut.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Tn. A dirawat dengan diagnosis hipertensi dan mengeluh nyeri kepala; (2) Perawat mengidentifikasi masalah utama yaitu nyeri akut, ansietas, intoleransi aktivitas, ketidakseimbangan nutrisi, dan gangguan pola tidur; (3) Intervensi perawat meliputi manajemen nyeri, pengurangan ansietas, peningkatan toleransi aktivitas, optimalisasi nutrisi, dan penyesuaian pol
Retensi urin dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kerusakan pusat miksi, hipertrofi prostat, atau trauma. Gejala umumnya meliputi nyeri saat berkemih, kesulitan berkemih, dan distensi kandung kemih. Penatalaksanaan meliputi kateterisasi, drainase, dan obat analgesik.
Laporan kasus ini membahas tentang pasien wanita berusia 49 tahun dengan diagnosa gastritis akut yang mengeluh nyeri di uluh hati, mual, dan kembung. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda inflamasi saluran pencernaan seperti nyeri uluh hati dan diare.
Dokumen tersebut merangkum tentang pemeriksaan fisik thorax (paru dan jantung) yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan dimulai dengan memperkenalkan diri kepada pasien dan meminta persetujuan, kemudian dilanjutkan dengan inspeksi bentuk dada dan pergerakannya. Palpasi dilakukan untuk merasakan fremitus dan pergerakan dada. Perkusi digunakan untuk menentukan
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan fisik sistem perkemihan yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi organ-organ terkait seperti ginjal, kandung kemih, dan meatus urinaria untuk mendeteksi gangguan pada sistem tersebut.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Tn. A dirawat dengan diagnosis hipertensi dan mengeluh nyeri kepala; (2) Perawat mengidentifikasi masalah utama yaitu nyeri akut, ansietas, intoleransi aktivitas, ketidakseimbangan nutrisi, dan gangguan pola tidur; (3) Intervensi perawat meliputi manajemen nyeri, pengurangan ansietas, peningkatan toleransi aktivitas, optimalisasi nutrisi, dan penyesuaian pol
Retensi urin dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kerusakan pusat miksi, hipertrofi prostat, atau trauma. Gejala umumnya meliputi nyeri saat berkemih, kesulitan berkemih, dan distensi kandung kemih. Penatalaksanaan meliputi kateterisasi, drainase, dan obat analgesik.
Laporan kasus ini membahas tentang pasien wanita berusia 49 tahun dengan diagnosa gastritis akut yang mengeluh nyeri di uluh hati, mual, dan kembung. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda inflamasi saluran pencernaan seperti nyeri uluh hati dan diare.
Dokumen tersebut merangkum tentang pemeriksaan fisik thorax (paru dan jantung) yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan dimulai dengan memperkenalkan diri kepada pasien dan meminta persetujuan, kemudian dilanjutkan dengan inspeksi bentuk dada dan pergerakannya. Palpasi dilakukan untuk merasakan fremitus dan pergerakan dada. Perkusi digunakan untuk menentukan
Postural drainage merupakan kombinasi terapi pernafasan yang terdiri dari perkusi, vibrasi, dan posisi tertentu untuk mengalirkan sekresi paru-paru dengan pengaruh gravitasi guna membersihkan saluran pernafasan. Prosedur ini dilakukan untuk melepaskan lendir dan meningkatkan aliran mukus pada pasien dengan gangguan paru-paru tertentu.
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Inkontinensia urin adalah ketidakmampuan menahan kencing yang dapat disebabkan oleh melemahnya otol dasar panggul, gangguan saraf, atau efek obat. Dokumen ini membahas definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, dan penanganan inkontinensia urin.
Tinjauan kasus pasien Ny. "S" yang mengalami gastroenteritis mencakup:
1. Identitas pasien wanita berumur 23 tahun dengan keluhan demam, diare dan muntah
2. Riwayat penyakit sekarang mengalami panas badan dan diare 5 kali sehari selama 2 hari
3. Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum lemah dan panas beserta tanda vital tidak normal
Dokumen tersebut membahas tentang colic abdomen atau rasa nyeri pada perut yang bersifat hilang timbul dan disebabkan oleh infeksi atau sumbatan organ dalam perut seperti empedu dan ginjal. Dokumen ini menjelaskan definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan diagnostik, komplikasi, dan penatalaksanaan medis dari kondisi colic abdomen.
Dokumen tersebut membahas tentang keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Terdapat tiga bagian utama yaitu distribusi dan pergerakan cairan tubuh, pengaturan cairan dan elektrolit, serta gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Cairan tubuh terdiri dari cairan ekstrasel dan intrasel yang dipertahankan melalui asupan, haluaran, dan hormon seperti ADH dan aldosteron. Gangguan yang dibahas meliputi ket
Tindakan keperawatan untuk pasien isolasi sosial meliputi melatih pasien berinteraksi secara bertahap dengan berkenalan dengan perawat dan pasien lain, serta melatih keluarga untuk merawat pasien dengan membina hubungan, memberikan dukungan, dan menjadwalkan kegiatan bersama.
Jenis persiapan dan perawatan pre operasi, intra dan post operasi, dan luka ...aulia rahmah
Dokumen tersebut membahas persiapan dan perawatan pre, intra, dan post operasi serta perawatan luka perineum pasca persalinan. Persiapan pre operasi meliputi pendidikan kesehatan, diet, persiapan kulit, dan latihan. Persiapan intra operasi meliputi prosedur steril dan anestesi. Perawatan post operasi meliputi manajemen luka, pernapasan, sirkulasi, cairan, dan eliminasi. Perawatan luka perineum pasca persalinan meliputi pem
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan infertilitas yang mencakup konsep dasar infertilitas, pengkajian, diagnosa keperawatan, dan perencanaan keperawatan. Asuhan keperawatan infertilitas berfokus pada menurunkan kecemasan, meningkatkan konsep diri, serta membantu pasien dalam mengantisipasi rasa berduka.
Dokumen tersebut membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pola dan frekuensi berkemih seseorang, antara lain diet, gaya hidup, stres, aktivitas fisik, kondisi penyakit, pengobatan, dan pemeriksaan medis.
Dokumen ini membahas tanda, gejala, penyebab, dan penanganan gangguan jiwa dengan resiko perilaku kekerasan. Faktor risiko termasuk masa lalu yang tidak menyenangkan, gangguan neurologis, dan lingkungan yang provokatif. Tujuan perawatan adalah mencegah perilaku kekerasan dengan melakukan penilaian risiko dan melatih pasien mengontrol emosi secara fisik, verbal, spiritual, dan farmasi.
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan menahan air kencing yang prevalensinya meningkat pada lansia. Inkontinensia urine dapat disebabkan oleh gangguan anatomi dan fungsi organ kemih akibat proses penuaan, gangguan neurologis, atau efek obat-obatan. Gejala inkontinensia urine bervariasi antara desakan berkemih hingga keluarnya air kencing secara tak terkendali.
Lansia pria di skenario mengalami inkontinensia urin tipe overflow yang disebabkan oleh benign prostatic hyperplasia (BPH). Berbagai kondisi medis yang dialaminya seperti osteoarthritis, hipertensi, diabetes melitus, dan stroke dapat memperparah gejala inkontinensia urinnya. Pengobatan yang tepat adalah menangani BPH dan inkontinensia urinnya serta membatasi obat-obatan lainnya.
Postural drainage merupakan kombinasi terapi pernafasan yang terdiri dari perkusi, vibrasi, dan posisi tertentu untuk mengalirkan sekresi paru-paru dengan pengaruh gravitasi guna membersihkan saluran pernafasan. Prosedur ini dilakukan untuk melepaskan lendir dan meningkatkan aliran mukus pada pasien dengan gangguan paru-paru tertentu.
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Inkontinensia urin adalah ketidakmampuan menahan kencing yang dapat disebabkan oleh melemahnya otol dasar panggul, gangguan saraf, atau efek obat. Dokumen ini membahas definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, dan penanganan inkontinensia urin.
Tinjauan kasus pasien Ny. "S" yang mengalami gastroenteritis mencakup:
1. Identitas pasien wanita berumur 23 tahun dengan keluhan demam, diare dan muntah
2. Riwayat penyakit sekarang mengalami panas badan dan diare 5 kali sehari selama 2 hari
3. Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum lemah dan panas beserta tanda vital tidak normal
Dokumen tersebut membahas tentang colic abdomen atau rasa nyeri pada perut yang bersifat hilang timbul dan disebabkan oleh infeksi atau sumbatan organ dalam perut seperti empedu dan ginjal. Dokumen ini menjelaskan definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan diagnostik, komplikasi, dan penatalaksanaan medis dari kondisi colic abdomen.
Dokumen tersebut membahas tentang keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Terdapat tiga bagian utama yaitu distribusi dan pergerakan cairan tubuh, pengaturan cairan dan elektrolit, serta gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Cairan tubuh terdiri dari cairan ekstrasel dan intrasel yang dipertahankan melalui asupan, haluaran, dan hormon seperti ADH dan aldosteron. Gangguan yang dibahas meliputi ket
Tindakan keperawatan untuk pasien isolasi sosial meliputi melatih pasien berinteraksi secara bertahap dengan berkenalan dengan perawat dan pasien lain, serta melatih keluarga untuk merawat pasien dengan membina hubungan, memberikan dukungan, dan menjadwalkan kegiatan bersama.
Jenis persiapan dan perawatan pre operasi, intra dan post operasi, dan luka ...aulia rahmah
Dokumen tersebut membahas persiapan dan perawatan pre, intra, dan post operasi serta perawatan luka perineum pasca persalinan. Persiapan pre operasi meliputi pendidikan kesehatan, diet, persiapan kulit, dan latihan. Persiapan intra operasi meliputi prosedur steril dan anestesi. Perawatan post operasi meliputi manajemen luka, pernapasan, sirkulasi, cairan, dan eliminasi. Perawatan luka perineum pasca persalinan meliputi pem
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan infertilitas yang mencakup konsep dasar infertilitas, pengkajian, diagnosa keperawatan, dan perencanaan keperawatan. Asuhan keperawatan infertilitas berfokus pada menurunkan kecemasan, meningkatkan konsep diri, serta membantu pasien dalam mengantisipasi rasa berduka.
Dokumen tersebut membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pola dan frekuensi berkemih seseorang, antara lain diet, gaya hidup, stres, aktivitas fisik, kondisi penyakit, pengobatan, dan pemeriksaan medis.
Dokumen ini membahas tanda, gejala, penyebab, dan penanganan gangguan jiwa dengan resiko perilaku kekerasan. Faktor risiko termasuk masa lalu yang tidak menyenangkan, gangguan neurologis, dan lingkungan yang provokatif. Tujuan perawatan adalah mencegah perilaku kekerasan dengan melakukan penilaian risiko dan melatih pasien mengontrol emosi secara fisik, verbal, spiritual, dan farmasi.
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan menahan air kencing yang prevalensinya meningkat pada lansia. Inkontinensia urine dapat disebabkan oleh gangguan anatomi dan fungsi organ kemih akibat proses penuaan, gangguan neurologis, atau efek obat-obatan. Gejala inkontinensia urine bervariasi antara desakan berkemih hingga keluarnya air kencing secara tak terkendali.
Lansia pria di skenario mengalami inkontinensia urin tipe overflow yang disebabkan oleh benign prostatic hyperplasia (BPH). Berbagai kondisi medis yang dialaminya seperti osteoarthritis, hipertensi, diabetes melitus, dan stroke dapat memperparah gejala inkontinensia urinnya. Pengobatan yang tepat adalah menangani BPH dan inkontinensia urinnya serta membatasi obat-obatan lainnya.
Standar asuhan keperawatan pasien dengan gangguan inkontinensia urineNanank Rhyzna
Standar asuhan keperawatan pasien dengan inkontinensia urine fungsional membahas pengertian, penyebab, tanda dan gejala, diagnosa, tujuan tindakan keperawatan, dan evaluasi untuk memastikan pasien dan keluarga dapat mengelola kondisi tersebut dengan baik."
Akupunktur dapat digunakan untuk mengobati inkontinensia urine melalui beberapa mekanisme, yaitu merangsang pelepasan neurotransmitter seperti endorfin dan enkepalin untuk menginhibisi pusat pengosongan kandung kemih, meningkatkan sirkulasi darah di daerah spingter untuk memperbaiki kontrol penutupan, serta merangsang refleks segmental untuk menekan refleks pengosongan secara involunter. Berdasarkan beberapa penelit
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urinepjj_kemenkes
Modul ini membahas tentang asuhan keperawatan pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urine. Terdapat uraian mengenai konsep dasar eliminasi urine, anatomi dan fisiologi sistem perkemihan, faktor yang mempengaruhi pola berkemih, karakteristik urine normal, masalah-masalah yang dapat timbul seperti retensi urine dan inkontinensia, serta perubahan pola berkemih pada pasien dengan gangguan tersebut.
Makalah ini membahas tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan diversi urin jenis continen urostomy. Diversi urin adalah prosedur bedah untuk mengalihkan aliran urin melalui stoma yang dibuat di kulit perut akibat penyakit organ perkemihan seperti kanker. Asuhan keperawatan meliputi pengkajian gejala, diagnosa, dan intervensi seperti membersihkan stoma, melatih klien menggunakan
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa metabolisme tubuh melalui urine dan feses. Terdapat dua jenis eliminasi yaitu eliminasi uri melalui ginjal dan sistem kemih, serta eliminasi alvi melalui saluran pencernaan dan anus. Beberapa gangguan yang dapat terjadi antara lain infeksi saluran kemih, inkontinensia, konstipasi, dan diare yang disebabkan berbagai faktor seperti diet, obat-obatan, dan penyak
Dokumen tersebut membahas tentang sistem eliminasi fekal pada manusia, meliputi organ-organ saluran pencernaan, proses defekasi, dan kondisi yang dapat mengganggu proses eliminasi fekal seperti konstipasi, diare, serta tindakan ostomi.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem eliminasi alvi, proses defekasi, faktor yang mempengaruhinya, masalah-masalah eliminasi alvi seperti konstipasi, diare, inkontinensia alvi, dan tindakan keperawatan untuk masing-masing masalah tersebut.
Dokumen tersebut merangkum proses pengkajian keperawatan sistem persarafan yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis, studi diagnostik, dan konsultasi tim kesehatan. Pengkajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan sistem saraf pasien dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat.
Dokumen tersebut membahas tentang diare sebagai salah satu penyebab kematian terbesar kedua pada balita di Indonesia, dampaknya seperti dehidrasi, dan faktor-faktor penyebabnya seperti infeksi, makanan, dan kondisi. Dokumen ini juga menjelaskan tentang eliminasi fekal dan masalah-masalah yang dapat terjadi seperti konstipasi, diare, dan inkontinensia.
Dokumen tersebut membahas tentang eliminasi fekal atau proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupa feses, yang dipengaruhi oleh faktor fisiologis, psikologis, dan gaya hidup. Proses normalnya melibatkan gerakan peristaltik usus besar untuk mendorong feses ke rektum sebelum dikeluarkan melalui anus. Gangguan eliminasi dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti konstipasi dan diare.
Kelompok 5 membahas tentang sistem perkemihan yang meliputi ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Organ-organ tersebut bekerja sama untuk menyaring darah dan mengeluarkan limbah cairan dalam bentuk urine.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan inkontinensia urin. Dokumen menjelaskan konsep penyakit, manifestasi klinis, diagnosa, dan perencanaan tindakan keperawatan untuk masalah-masalah seperti nyeri, perubahan pola eliminasi, kecemasan, dan risiko kekurangan cairan dan nutrisi."
Retensi urine adalah ketidakmampuan untuk buang air kecil meskipun terasa ingin. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi, gangguan neurologis, dan pembesaran prostat. Gejalanya berupa buang air kecil lambat, perut membesar, dan rasa ingin buang air kecil yang tidak terpenuhi. Penanganannya meliputi pemasangan kateter, pemberian obat, edukasi, dan antiseptik untuk mencegah infeksi.
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi, fungsi, dan pengobatan BPH (benign prostatic hyperplasia) yang meliputi definisi, cara mengukur besarnya hipertrofi prostat, dan beberapa teknik bedah untuk mengobati BPH seperti TURP (transurethral resection of the prostate).
Dokumen tersebut membahas tentang infeksi saluran kemih (ISK). ISK merupakan infeksi yang sering ditemukan pada semua kelompok usia dan lebih sering pada wanita. Bakteri E. coli merupakan penyebab utama ISK yang tidak komplikasi. ISK dapat menyerang berbagai bagian saluran kemih seperti kandung kemih, uretra, dan ginjal yang menimbulkan berbagai gejala seperti nyeri, rasa terbakar
Retensi urine adalah ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara sempurna yang dapat disebabkan oleh kerusakan saraf, kelemahan otot detrusor, atau penyempitan uretra. Gejala utamanya adalah nyeri abdomen bawah, poliuria, dan distensi kandung kemih. Diagnosa didukung dengan pemeriksaan fisik dan pengambilan urine, sementara penanganannya meliputi kateterisasi dan manajemen ko
Dokumen tersebut membahas tentang sistem perkemihan tubuh dan eliminasi urine. Sistem perkemihan bertugas menyaring zat-zat yang tidak dipergunakan tubuh melalui urine. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi eliminasi urine seperti pertumbuhan, kebiasaan, dan penyakit. Gangguan eliminasi urine dapat berupa retensi urine, infeksi saluran kemih, inkontinensia, dan diversi urine yang disebabkan berbagai faktor fisiologis
Klien perempuan berusia 35 tahun dirawat karena buang air besar berulang dan sakit perut. Frekuensi BAB 8-12 kali/hari dengan feses cair dan darah. Diagnosa kemungkinan kolitis ulseratif atau penyakit Crohn. Rencana perawatan meliputi pengkajian lebih lanjut, pemberian cairan dan elektrolit, serta pengobatan untuk mengurangi frekuensi BAB dan menghilangkan gejala.
Dokumen tersebut membahas tentang infeksi saluran kemih pada lansia. Infeksi saluran kemih pada lansia sering disebabkan oleh sisa urin dalam kandung kemih, mobilitas yang menurun, nutrisi yang kurang baik, dan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Diagnosa dan pengobatan infeksi saluran kemih pada lansia perlu mempertimbangkan gangguan penyerapan obat dan interaksi obat.
Dokumen tersebut membahas tentang pemenuhan kebutuhan eliminasi khususnya eliminasi urine. Terdapat penjelasan mengenai konsep dasar eliminasi urine, organ-organ yang terlibat dalam proses eliminasi urine, gangguan-gangguan yang dapat terjadi pada proses eliminasi urine seperti retensi urine, inkontinensia urine, enuresis, dan perubahan pola eliminasi urine beserta penyebab-penyebabnya.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang asuhan keperawatan untuk penyakit Hirschsprung. Penyakit ini disebabkan oleh ketidaknormalan saraf pada usus besar yang menyebabkan konstipasi. Diagnosa didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan pendukung. Penatalaksanaannya meliputi pembedahan, konservatif, atau tindakan sementara. Asuhan keperawatan berfokus pada mencegah komplikasi seperti konstip
Bab 1 memberikan ringkasan tentang kasus seorang pria berusia 73 tahun yang mengalami inkontinensia fekal dan urine serta kesulitan makan. Berdasarkan pengkajian ditemukan diagnosis keperawatan inkontinensia fekal, inkontinensia urine berlanjut, ketidakberdayaan, dan gangguan menelan.
Invaginasi atau intususepsi adalah kondisi dimana bagian usus masuk ke bagian lainnya yang dapat menyebabkan obstruksi. Gejala klinis utama adalah nyeri perut, massa di abdomen, dan feses berdarah. Diagnosis didukung dengan pemeriksaan fisik, foto abdomen, USG, dan CT Scan. Pengobatan meliputi reduksi non-operatif maupun operatif dengan insisi, diseksi, dan menutup luka. Komplikasi berupa dehidrasi,
Retensi urin adalah kondisi darurat dimana pasien tidak dapat mengeluarkan urin dan dapat menyebabkan infeksi sistemik yang berbahaya. Gejala utamanya adalah sulit dan sakit saat buang air kecil, riwayat infeksi saluran kemih, dan nyeri di daerah perut bawah. Penanganannya meliputi pemasangan kateter untuk mengeluarkan urin secara cepat, mencegah infeksi lebih lanjut, serta men
Dokumen tersebut membahas tentang cedera kepala dan tulang belakang. Menguraikan definisi cedera kepala sebagai gangguan fungsi otak akibat trauma yang disertai perdarahan, serta etiologi, klasifikasi, dan manifestasi klinisnya. Klasifikasi mencakup cedera ringan, sedang dan berat berdasarkan GCS, sedangkan manifestasinya meliputi gangguan kesadaran, kejang, nyeri kepala, dan lainnya. Dokumen ini
Dokumen tersebut membahas tentang cedera maksofasial dan cedera servikal. Cedera maksofasial dapat mengenai jaringan lunak dan keras wajah yang disebabkan oleh berbagai trauma seperti kecelakaan, kekerasan, atau olahraga. Cedera servikal dapat mengenai tulang belakang leher, thorax, dan punggung akibat jatuh, kecelakaan, atau olahraga yang dapat menyebabkan kerusakan saraf tulang belak
Analisis biaya-manfaat (CBA) adalah pendekatan untuk merekomendasikan kebijakan dengan membandingkan total biaya dan total manfaat dalam bentuk uang. CBA digunakan untuk membantu pengambilan keputusan publik dengan mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat. Para praktisi teknis dan ekonom serta pemegang kebijakan terlibat dalam CBA. CBA memiliki kelebihan seperti hasil yang dapat dibandingkan dan transpar
Dokumen tersebut membahas manajemen resiko, termasuk pendekatan terstruktur dalam mengelola ketidakpastian dan ancaman, serta aktivitas penilaian resiko dan strategi mitigasi. Dibahas pula klasifikasi resiko seperti resiko keuangan, operasional, yang dapat dan tidak dapat diukur, serta pendekatan-pendekatan dalam mengelola resiko seperti penghindaran, penahanan, transfer, dan pengendalian resiko.
Dokumen tersebut membahas pendekatan fenomenologis dalam penelitian kualitatif. Pendekatan ini berfokus pada memahami pengalaman subjek dalam memandang suatu fenomena tanpa memandang kebenaran secara obyektif. Terdapat beberapa tahapan dalam pendekatan fenomenologi seperti bracketing, wawancara, kategorisasi, dan kesimpulan.
Seminar lokakarya mini keperawatan komunitas di Desa Kute Lengat Selian membahas data umum desa tersebut yang meliputi luas wilayah, jumlah penduduk, sarana prasarana, dan profil kesehatan masyarakat. Data kesehatan mencakup kelompok reproduksi, ibu hamil, menyusui, dan balita.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai konsep, fungsi, struktur organisasi, program, dan azas penyelenggaraan Puskesmas. Puskesmas memiliki tiga fungsi utama yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Dokumen tersebut membahas proses pembelajaran di komunitas, termasuk jenis kegiatan belajar mengajar seperti weekly meeting dan home visit, serta pendidikan kesehatan dan prilaku kesehatan.
Dokumen tersebut membahas konsep keperawatan komunitas yang meliputi tujuan, ruang lingkup, dan peran perawat komunitas dalam upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat.
Dokumen tersebut membahas program pemerintah dalam penanggulangan masalah kesehatan khususnya penyakit menular melalui Program Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Menular (P2M) yang mencakup penyakit tuberkulosis, ISPA, dan HIV/AIDS beserta upaya pencegahannya.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada gangguan sistem kardiovaskuler khususnya gagal jantung kiri dan kanan. Terdapat penjelasan mengenai penyebab, gejala klinis, tanda-tanda, pemeriksaan diagnostik, diagnosis keperawatan, dan intervensi keperawatan untuk menangani gagal jantung kiri dan kanan.
Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan sel darah merah mudah rusak akibat ketidakmampuan sumsum tulang membentuk protein hemoglobin. Terdapat beberapa jenis thalasemia seperti minor, intermedia, dan mayor yang ditandai dengan gejala dan tingkat keparahan yang berbeda-beda serta dapat ditangani dengan transfusi darah, obat chelating, dan splenektomi.
2. PENGERTIAN
Inkontinensia urine merupakan pelepasan
urine secara tidak terkontrol dalam jumlah
yang cukup banyak.
Inkontenensia urine merupakan eliminasi
urine dari kandung kemih yang tidak
terkendali atau terjadi diluar keinginan.
(Brunner, Sudart. 2002)
3. BENTUK_BENTUK
1. Inkontinensia urine fungsional :
Keadaan ketika individu mengalami inkontinensia karena kesulitan dalam mencapai atau ketidakmampuan
untuk mencapai toilet sebelum berkemih.
Batasan karakteristik :
• Data mayor(harus terdapat)
Inkontinensia sebelum atau selama usaha mencapai toilet.
2. Inkontinensia urine reflex :
Keadaan ketika individu mengalami pengeluaran urine involunter yang dapat diprediksi tanpa sensasi
dorongan, berkemih, atau kandung kemih penuh.
Batasan karakteristik :
• Data mayor(harus terdapat, satu atau lebih)
Kontraksi kandung kemih tidak terlambat
Reflek involunter menghasilkan kandung kemih spontan
Kehilangan sensasi penuh kandung kemih atau desakan berkemih sebagian atau komplet.
3. Inkontinensia urine stress :
Keadaan ketika individu mengalami pengeluaran urine involunter segera pada peningkatan tekanan
intraabdominal.
Batasan karakteristik :
• Data mayor(harus terdapat)
Individu melaporkan penurunan urine(biasanya kurang dari 50 cc) yang terjadi karena peningkatan tekanan
abdominal akibat berdiri, bersin, batuk, berlari, atau mengangkat beban berat
4. NexT...
4. Inkontinensia urine total :
Keadaan ketika individu mengalami urine terus menerus yang tidak dapat di
perkirakan, tanpa distensi atau tidak menyadari kandung kemih penuh.
Batasan karakteristik :
• Data mayor(harus terdapat)
Aliran konstan dari urine tanpa distensi
Nokturia lebih dari 2 kali selama tidur
Refraktori inkontinensia pada tindakan lain
• Data minor(mungkin terdapat)
Tidak menyadari isyarat kadung kemih untuk berkemih
Tidak menyadari inkontinensia
5. Inkontinensia urine dorongan :
Keadaan ketika individu mengalami pengeluaran urine involunter yang
dihubungkan dengan keinginan kuat dan tiba-tiba untuk berkemih.
Batasan karakteristik :
• Data mayor(harus terdapat)
Dorongan diikuti inkontinensia.
5. ETIOLOGI
Antara Lain :
• Melemahnya otot dasar panggul akibat
kehamilan berkali-kali
• Kebisaan mengejan yang salah, atau batuk kronis
• Adanya kontraksi (gerakan) abnormal dari
dinding kandung kemih, sehingga walaupun
kandung kemih baru terisi sedikit,sudah
menimbulkan rasa ingin berkemih.
• Isk ( Vaginitis, Uretritis)
6. MANIFESTASI KLINIS
Inkontinesia urine dapat terjadi dengan berbagai
manifestasi antara lain:
• Fungsi sfingter yang terganggu menyebabkan
kandung kemih bocor bila batuk atau bersin. Bisa
juga disebabkan oleh kelainan diseliling daerah
saluran kencing.
• Fungsi otak besar yang terganggu dan
mengakibatkan kontraksi kandung kemih.
• Terjadi hambatan pengeluaran urine dengan
pelebaran kandung kemih, urine banyak dalam
kandung kemih sampai kapasitas berlebih.
7. PENATALAKSANAAN
Yang sering dikerjakan pada penderita lanjut
usia dengan incontinensia urine adalah
memasang kateter secara menetap. Untuk
beberapa pertimbangan, misalnya memantau
produksi urine dan mengatur balance cairan
hal ini masih dapat diterima, tetapi sering kali
pemasangan kateter ini tidak jelas dan
mengandung resiko untuk terjadinya
komplikasi umumnya adalah infeksi.
8. 3 MACAM KATERISASI PADA
INKONTINENSIA URINE
1. katerisasi luar
Terutama pada pria yang memakai system kateter kondom. Efek
samping yang utama adalah iritasi pada kulit dan sering lepas.
2. katerisasi intermiten
Katerisasi secara intermiten dapat dicoba, terutama pada wanita
lanjut usia yang menderita inkontinensia urine. Frekuensi
pemasangan 2-4x sehari dengan sangat memperhatikan sterilisasi
dan tehnik prosedurnya.
3. Katerisasi secara menetap
Pemasangan kateter secara menetap harus benar-benar dibatasi
pada indikasi yang tepat. Misalnya untuk ulkus dekubitus yang
terganggu penyembuhannya karena ada inkontinensia urine ini.
9. Pengelolaan Inkontinensia Urine Pada
Penderita Usia Lanjut
1. Program rehabilitasi
• Melatih respon kandung kemih agar baik lagi
• Melatih perilaku berkemih
• Latihan otot-otot dasar panggul
• Modifikasi tempat untuk berkemih
2. Katerisasi baik secara berkala atau menetap
3. Obat-obatan, antara lain untuk relaksasi kandung kemih, osterogen
4. Pembedahan, misalnya untuk mengangkat penyebab sumbatan atau
keadaan patologi lain.
5. Lain-lain, misalkan penyesuaian lingkungan yang mendukung untuk
kemudahan berkemih, penggunaan pakaian dalam dan bahan-bahan
penyerap khusus untuk mengurangi dampak inkontinensia
10. PROSES KEPERAWATAN
• PENGKAJIAN
a. Identitas klien
--------
Inkontinensia pada umumnya biasanya sering
atau cenderung terjadi pada lansia (usia ke
atas 65 tahun), dengan jenis kelamin
perempuan, tetapi tidak menutup
kemungkinan lansia laki-laki juga beresiko
11. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Antara Lain :
• Resiko infeksi b.d inkontinensia, imobilitas dalam
waktu yang lama.
• Resiko Kerusakan Integitas kulit yang
berhubungan dengan irigasi konstan oleh urine.
• Resiko ketidakefektifan penatalaksaan program
terapeutik yang berhubungan dengan
ketidakcukupan pengetahuan tenttang penyebab
inkontinen, penatalaksaan, progam latihan
pemulihan kandung kemih, tanda dan gejala
komplikasi, serta sumbe komonitas.
12. INTERVENSI
• Dx. I
Tujuan :
Berkemih dengan urine jernih tanpa ketidaknyamanan, urinalisis
dalam batas normal, kultur urine menunjukkan tidak adanya
bakteri.
Intervensi :
a. Berikan perawatan perineal dengan air sabun setiap shift. Jika
pasien inkontinensia, cuci daerah perineal sesegera mungkin.
R: Untuk mencegah kontaminasi uretra.
b. Jika di pasang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2x
sehari (merupakan bagian dari waktu mandi pagi dan pada
waktu akan tidur) dan setelah buang air besar. R: Kateter
memberikan jalan pada bakteri untuk memasuki kandung
kemih dan naik ke saluran perkemihan.
13. NexT...
Dx. II
Tujuan :
Kulit periostomal tetap utuh.
Suhu 37° C.
Urine jernih dengan sedimen minimal.
Intervensi :
a. Pantau penampilan kulit periostomal setiap 8jam.
R: Untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan.
b. Ganti wafer stomehesif setiap minggu atau bila bocor terdeteksi. Yakinkan kulit
bersih dan kering sebelum memasang wafer yang baru. Potong lubang wafer
kira-kira setengah inci lebih besar dar diameter stoma untuk menjamin
ketepatan ukuran kantung yang benar-benar menutupi kulit periostomal.
Kosongkan kantung urostomi bila telah seperempat sampai setengah penuh.
R: Peningkatan berat urine dapat merusak segel periostomal, memungkinkan
kebocoran urine. Pemajanan menetap pada kulit periostomal terhadap asam
urine dapat menyebabkan kerusakan kulit dan peningkatan resiko infeksi.
14. NexT...
• Dx. III
Tujuan :
Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, dan
macam terapeutik.
Keluhan berkurang tentang cemas atau gugup.
Ekspresi wajah rileks.
Intervensi :
a. Berikan kesempatan kepada klien dan orang terdekat untuk mengekspresikan
perasaan dan harapannya. Perbaiki konsep yang salah.
R: Kemapuan pemecahan masalah pasien ditingkatkan bila lingkungan nyaman dan
mendukung diberikan.
b. Berikan informasi tentang:
Sifat penyakit.
Deskripsi singkat tentang tidur.
Pemeriksaan setelah perawatan.
Bila informasi harus diberikan selama episode nyeri, pertahankan intruksi
dan penjelasan singkat dan sederhana. Berikan informasi lebih detail bila
nyeri terkontrol. R: Pengetahuan apa yang akan dirasakan membantu
mengurangi ansietas, nyeri mempengaruhi prose belajar.