1. Apa itu Artritis gout
Arthritis pirai atau gout adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi
kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi.gout juga suatu istilah yang dipakai untuk
sekelompok gangguan metabolik yang ditandai dengan meningkatnya konsentrasi asm urat
( hiperurisemia). Gout dapat bersifat primer maupun sekunder. Gout primer merupakan
akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau ekskresi asam urat yang
berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu. Ada sejumlah faktor
yang agaknya mempengaruhi timbulnya penyakit gout, termasuk diet, berat badan, dan gaya
hidup. ( Misnadiarly, 2009 )
Arthritis pirai (gout) adalah penyakit yang sering ditemukan dan tersebar diseluruh
dunia. Artitis pirai merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi Kristal
monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat di dalam ekstraseluler.
Manifestasi klinis deposisi urat meliputi artitis gout akut, akumulasi kristal pada jaringan
yang merusak tulang, batu asam urat dan yang jarang adalah gagal ginjal. Gangguan
metabolisme yang mendasarkan gout adalah hiperurisemia yang didefinisikan sebagai
peninggian kadar urat lebih dari 7,0 ml/dl dan 6,0 mg/dl. ( Edward Stefanus, 2010 )
Gout merupakan penyakit dominan pada pria dewasa. Sebagai mana yang disampaikan oleh
Hipocrates bahwa gout jarang pada pria sebelum masa remaja sedangkan pada wanita jarang
sebelum menopause. Pada tahun 1986 dilaporkan prevalensi gout di Amerika Serikat adalah
13,6/1000 pria dan 6,4/1000 perempuan. Prevalensi gout bertambah dengan meningkatnya
taraf hidup. Prevalensi diantara pria African American lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok pria Caucasian. ( Edward Stefanus, 2010 )
Di Indonesia belum banyak publikasi epidemiologi tentang artitis pirai (AP). Pada tahun
1935 seorang dokter kebangsaan belanda bernama Van der Horst telah melaporkan 15 pasien
artitis pirai dengan kecacatan dari suatu daerah di Jawa Tengah. Penilaian lain mendapatkan
bahwa pasien gout yang berobat rata-rata sudah mengidap penyakit selama lebih dari 5 tahun.
Hal ini mungkin disebabkan banyak pasien gout yang mengobati sendiri. Satu study yang
lama di Massachusetts mendapat lebih dari 1% dari populasi dengan kadar asam urat kurang
dari 7 mg/100ml pernah mendapat serangan artitis gout akut.
Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat bergerak dengan
baik, juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang yang satu dengan ruas tulang
lainnya, sehingga kedua tulang tersebut dapat digerakkan sesuai dengan jenis persendian
yang diperantarainya.
Sendi merupakan tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Sendi dapat dibagi menjadi
tiga tipe, yaitu:
a. Sendi fibrosa dimana tidak terdapat lapisan kartilago, antara tulang dihubungkan dengan
jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua subtipe yaitu sutura dan sindemosis;
b. Sendi kartilago dimana ujungnya dibungkus oleh kartilago hialin, disokong oleh ligament,
sedikit pergerakan, dan dibagi menjadi subtipe yaitu sinkondrosis dan simpisis; dan
c. Sendi sinovial. Sendi sinovial merupakan sendi yang dapat mengalami pergerakkan,
memiliki rongga sendi dan permukaan sendinya dilapisi oleh kartilago hialin. Kapsul sendi
membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi, tidak meluas tetapi terlipat sehingga dapat
bergerak penuh. Sinovium menghasilkan cairan sinovial yang berwarna kekuningan, bening,
tidak membeku, dan mengandung lekosit. Asam hialuronidase bertanggung jawab atas
2. viskositas cairan sinovial dan disintesis oleh pembungkus sinovial. Cairan sinovial
mempunyai fungsi sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi.
Jenis sendi sinovial :
1) Ginglimus : fleksi dan ekstensi, monoaxis ;
2) Selaris : fleksi dan ekstensi, abd & add, biaxila ;
3) Globoid : fleksi dan ekstensi, abd & add; rotasi sinkond multi axial ;
4) Trochoid : rotasi, mono aksis ;
5) Elipsoid : fleksi, ekstensi, lateral fleksi, sirkumfleksi, multi axis. Secara fisiologis sendi yang
dilumasi cairan sinovial pada saat bergerak terjadi tekanan yang mengakibatkan cairan
bergeser ke tekanan yang lebih kecil. Sejalan dengan gerakan ke depan, cairan bergeser
mendahului beban ketika tekanan berkurang cairan kembali ke belakang. (Evelyn Pearce,
2010)
Tulang rawan merupakan jaringan pengikat padat khusus yang terdiri atas sel kondrosit,
dan matriks. Matrriks tulang rawan terdiri atas sabut-sabut protein yang terbenam di dalam
bahan dasar amorf. Berdasarkan atas komposisi matriksnya ada 3 macam tulang rawan,
yaitu :
a. tulang rawan hialin, yang terdapat terutama pada dinding saluran pernafasan dan ujung-ujung
persendian;
b. tulang rawan elastis misalnya pada epiglotis, aurikulam dan tuba auditiva; dan
c. tulang rawan fibrosa yang terdapat pada anulus fibrosus, diskus intervertebralis, simfisis
pubis dan insersio tendo-tulang. Kartilago hialin menutupi bagian tulang yang menanggung
beban pada sendi sinovial. Rawan sendi tersusun oleh kolagen tipe II dan proteoglikan yang
sangat hidrofilik sehingga memungkinkan rawan tersebut mampu menahan kerusakan
sewaktu sendi menerima beban yang kuat. Perubahan susunan kolagen dan pembentukan
proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau penambahan usia (Evelyn Pearce, 2010)
Anatomi-Fisiologi Sendi
Sebagian besar sendi kita adalah sendi sinovial. Permukaan tulang yang bersendi
diselubungi oleh tulang rawan yang lunak dan licin. Keseluruhan daerah sendi dikelilingi
sejenis kantong, terbentuk dari jaringan berserat yang disebut kapsul. Jaringan ini dilapisi
membran sinovial yang menghasilkan cairan sinovial untuk “meminyaki” sendi. Bagian luar
kapsul diperkuat oleh ligamen berserat yang melekat pada tulang, menahannya kuat-kuat di
tempatnya dan membatasi gerakan yang dapat dilakukan,
Rawan sendi yang melapisi ujung-ujung tulang mempunyai mempunyai fungsi ganda
yaitu untuk melindungi ujung tulang agar tidak aus dan memungkinkan pergerakan sendi
menjadi mulus/licin, serta sebagai penahan beban dan peredam benturan. Agar rawan
berfungsi baik, maka diperlukan matriks rawan yang baik pula. Matriks terdiri dari 2 tipe
makromolekul, yaitu :
a. Proteoglikan : yang meliputi 10% berat kering rawan sendi, mengandung 70-80% air, hal
inilah yang menyebabkan tahan terhadap tekanan dan memungkinkan rawan sendi elastic
b. Kolagen : komponen ini meliputi 50% berat kering rawan sendi, sangat tahan terhadap
tarikan. Makin kearah ujung rawan sendi makin tebal, sehingga rawan sendi yang tebal
kolagennya akan tahan terhadap tarikan
Disamping itu matriks juga mengandung mineral, air, dan zat organik lain seperti enzim.
(Evelyn Pearce, 2010)
3. Kebanyakan orang tahu bahwa asam urat menyebabkan rasa nyeri, kaku, dan kadang-
kadang pembengkakan pada sendi. Tapi, asam urat juga dapat mempengaruhi otot dan tendon
(tempat otot melekat), yang mungkin tidak bengkak tetapi tetap sakit.
2.2 Definisi Artritis Pirai ( Gout )
Berikut ini pengertian Gout dari beberapa ahli, diantaranya:
a. Artritis pirai ( Gout ) adalah kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal
monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat didalam cairan
ekstraselular. ( Edward Stefanus, 2010 )
b. Gout merupakan kelainan metabolisme purin bawaan yang ditandai dengan peningkatan
kadar asam urat serum dengan akibat penimbunan kristal asam urat di sendi.( Syamsuhidayat
dan Wim de Jong, 2004 )
c. Arthritis pirai atau gout adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal
asam urat pada jaringan sekitar sendi. ( Misnadiarly, 2009 )
d. Arthritis gout adalah penyakit dimana terjadi penumpukan asam urat ( uric acid ) dalam tubuh
secara berlebihan. ( VitaHealth, 2007 )
2.3 Etiologi Artritis Pirai ( Gout)
Faktor-faktor yang berpengaruh sebagai penyebab gout adalah:
a. Faktor keturunan dengan adanya riwayat gout dalam silsilah keluarga
b. Meningkatnya kadar asam urat karena diet tinggi protein dan makanan kaya senyawa purin
lainnya. Purin adalah senyawa yang akan dirombak menjadi asam urat dalam tubuh
c. Konsumsi alkohol berlebih, karena alkohol merupakan salah satu sumber purin yang juga
dapat menghambat pembuangan urin melalui ginjal.
d. Hambatan dari pembuangan asam urat karena penyakit tertentu, terutama gangguan ginjal.
Pasien disarankan meminum cairan dalam jumlah banyak . minum air sebanyak 2 liter atau
lebih tiap harinya membantu pembuangan urat, dan meminimalkan pengendapan urat dalam
saluran kemih.
e. Penggunaan obat tertentu yang meningkatkan kadar asam urat, terutama diuretika
( furosemid dan hidroklorotiazida )
f. Penggunaan antibiotika berlebihan yang menyebabkan berkembangnya jamur, bakteri dan
virus yang lebih ganas.
g. Penyakit tertentu dalam darah ( anemia kronis ) yang menyebabkan terjadinya gangguan
metabolism tubuh, missal berupa gejala polisitomia dan leukemia.
h. Faktor lain seperti stress, diet ketat, cidera sendi, darah tinggi dan olahraga berlebihan.
( VitaHealth, 2007 )
2.4 Faktor Resiko Artritis Pirai ( Gout )
Faktor resiko arthritis pirai antara lain:
a. Riwayat keluarga atau genetic
b. Asupan senyawa purin berlebih dalam makanan
c. Konsumsi alkohol berlebihan
d. Berat badan berlebihan ( obesitas )
e. Hipertensi, penyakit jantung
f. Obat-obatan tertentu ( terutama diuretika )
g. Gangguan fungsi ginjal
4. h. Keracunan kehamilan ( preeklampsia ) ( VitaHealth, 2007 )
2.5 Macam-macam Arthritis Pirai ( Gout )
Pembagian arthritis gout terdiri dari arthritis gout akut, interkritikal gout dan gout
menahun dengan tofi. Ketiga stadium ini merupakan stadium yang klasik dan didapat
deposisi progesif kristal urat.
a. Stadium arthritis gout akut
Radang sendi pada stadium ini sangat akut dan yang timbul sangat cepat dalam
waktu singkat. Pasien tidur tanpa ada gejala apa-apa, pada saat bangun pagi terasa sakit yang
hebat dan tidak dapat berjalan. Biasanya bersifat monoartikuler dengan keluhan utama berupa
nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa demam, menggigil dan
merasa lelah. Lokasi yang paling sering pada MTP-1 yang biasanya disebut podagra. Apabila
proses penyakit berlanjut, dapat terkena sendi lain yaitu pergelangan tangan atau kaki, lutut
dan siku. Pada serangan akut yang tidak berat, keluhan-keluhan dapat hilang dalam beberapa
jam atau hari. Pada serangan akut berat dapat sembuh dalam beberapa hari sampai beberapa
minggu.
Faktor pencetus serangan akut antara lain berupa trauma local, diet tinggi purin,
kelelahan fisik, stress, tindakan operasi, pemakaian obat diuretic, atau penurunan dan
peningkatan asam urat. Penurunan asam urat darah secara mendadak dengan alopurinol atau
obat urikosurik dapat menebabkan kekambuhan.
b. Stadium interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan dari stadium akut dimana terjadi periode
interkritik asimptomatik. Walaupun secara klinik tidak didapatkan tanda-tanda radang akut
namun pada aspirasi sendi ditemukan Kristal urat. Hal ini menunjukkan bahwa proses
peradangan tetap berlanjut, walaupun tanpa keluhan. Keadaan ini dapat terjadi satu atau
beberapa kali pertahun, atau dapat sampai 10 tahun tanpa serangan akut. Apabila tanpa
penanganan yang baik dan pengaturan asam urat yang tidak benar, maka dapat timbul
serangan akut lebih sering yang dapat mengenai beberapa sendi dan biasanya lebih berat.
Manejemen yang tidak baik, maka keadaan interkritik akan berlanjut menjadi stadium
menahun dengan pembentukan tofi.
c. Stadium arthritis gout menahun
Stadium ini umumnya pada pasien yang melakukan pengobatan sendiri (self
medication) sehingga dalam waktu lama tidak berobat secara teratur pada dokter. Arthritis
gout menahun biasanya disertai tofi yang banyak dan terdapat poliartikular. To fi ini sering
pecah dan sulit sembuh dengan obat, kadang-kadang dapat timbul infeksi sekunder. Pada
tofus yang besar dapat dilakukan ekstirpasi, namun hasilnya kurang memuaskan. Lokasi tofi
yang paling sering pada cuping telinga, MTP-1, olekranon, tendon Achilles dan jari tangan.
Pada stadium ini kadang-kadang disertai batu saluran kemih sampai penyakit ginjal menahun.
2.6 Patogenesis Artritis Pirai ( Gout )
Awitan (onset) serangan gout akut berhubungan dengan perubahan kadar asam urat
serum, meninggi ataupun menurun. Pada kadar urat serum yang stabil, jarang mendapat
serangan. Pengobatan dini dengan alopurinol yang menurunkan kadar urat serum dapat
mempresipitasi serangan Gout akut. Pemakaian alkohol berat pada pasien gout dapat
menimbulkan fluktuasi konsentrasi urat serum.
5. Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan Kristal monosodium urat dari
depositnya dalam tofi ( crystals shedding ). Pada beberapa pasien gout atau yang dengan
hiperurisemia asimptomatik Kristal urat ditemukan pada sendi metatarsofalangeal dan lutut
yang sebelumnya tidak pernah mendapat serangan akut. Dengan demikian, gout seperti juga
pseudogout, dapat timbul pada keadaan asimptomatik. Pada penelitian didapat 21% pasien
gout dengan asam urat normal. Terdapat peranan temperature, pH, dan kelarutan urat untuk
timbul seranga gout akut. Menurunnya kelarutan sodium urat pada temperature lebih rendah
pada sendi perifer seperti kaki dan tangan, dapat menjelaskan mengapa Kristal MSU
diendapkan pada kedua tempat tersebut. Predileksi untuk pengendapan Kristal MSU pada
metatarsofalangeal- 1 (MTP-1) berhubungan juga dengan trauma ringan yang berulang-ulang
pada daerah tersebut.
Penelitian Simkin didapatkan kecepatan difusi molekul urat pada ruang sinovia
kedalam plasma hanya setengah kecepatan air. Dengan demikian konsentrasi urat cairan
sendi seperti MTP-1 menjadi seimbang dengan urat dalam plasma pada siang hari selanjutnya
bila cairan sendi direabsorbsi waktu berbaring, akan terjadi peningkatan kadar urat local.
Fenomena ini dapat menerangkan terjadinya awitan (onset) gout akut pada malam hari pada
sendi yang bersangkutan. Keasaman dapat meninggikan nukleasi urat in vitromelalui
pembentukan dari protonated solid phases. Walaupun kelarutan sodium urat bertentangan
terhadap asam urat, biasanya kelarutan ini meninggi, pada penurunan pH dari 7,5 menjadi 5,8
dan pengukuran pH serta kapasitas buffer pada sendi dengan gout, gagal untuk menentukan
adanya asidosis. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan pH secara akut tidak signifikan
mempengaruhi pembentukan Kristal MSU sendi.
Peradangan atau inflamasi merupakan reaksi penting pada arthritis gout terutama pada
gout akut. Reaksi inni merupakan reaksi pertahanan tubuh non spesifik untuk menghindari
kerusakan jaringan akibat agen penyebab. Tujuan dari proses inflamasi adalah:
a. Menetralisir dan menghancurkan agen penyebab;
b. Mencegah perluasan agen penyebab kejaringan yang lebih luas.
Peradangan pada arthritis gout akut adalah akibat penumpukan agen penyebab yaitu
Kristal monosodium urat pada sendi. Mekanisme peradangan ini belum diketahui secara
pasti. Hal ini diduga oleh peranan mediator kimia dan selular. Pengeluaran berbagai mediator
peradangan akibat aktivasi melalui berbagai jalur, antara lain aktivitas komplemen (C) dan
selular. ( Edward Stefanus, 2010 )
2.7 Patofisiologi arthritis pirai ( Gout )
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya yang
telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah. Mekanisme serangan
gout akut berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan.
a. Presipitasi kristal monosodium urat.
Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari
9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para- artikuler misalnya bursa,
tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif akan dibungkus (coate) oleh
berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk
berespon terhadap pembentukan kristal.
b. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)
Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit
PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.
6. c. Fagositosis
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya membram vakuala
disekeliling kristal bersatu dan membram leukositik lisosom.
d. Kerusakan lisosom
Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen antara
permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini menyebabkan robekan membram dan
pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma.
e. Kerusakan sel
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang
menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan.
( Khaidir Muhaj, 2010 )
2.8 Pathway Artritis Pirai ( Gout )
Terlampir
2.9 Manifestasi Klinik Artritis Pirai ( Gout )
Tanda dan gejala arthritis gout secara umum adalah sebagai berikut:
a. Nyeri hebat yang tiba-tiba menyerang sendi pada saat tengah malam, biasanya pada ibu jari
kaki ( sendi metatarsofalangeal pertama ) atau jari kaki ( sendi tarsal )
b. Jumlah sendi yang meradang kurang dari empat ( oligoartritis ) dan serangannya pada satu
sisi ( unilateral )
c. Kulit berwarna kemerahan, terasa panas, bengkak, dan sangat nyeri
d. Pembengkakan sendi umumnya terjadi secara asimetris ( satu sisi tubuh )
e. Demam, dengan suhu tubuh 38,30
C atau lebih, tidak menurun lebih dari tiga hari walau telah
dilakukan perawatan
f. Ruam kulit, sakit tenggorokan, lidah berwarna merah atau gusi berdarah
g. Bengkak pada kaki dan peningkatan berat badan yang tiba-tiba
h. Diare atau muntah. ( VitaHealth, 2007 )
2.10Komplikasi Pasien dengan Artritis Pirai ( Gout )
Komplikasi yang muncul akibat arthritis pirai antara lain:
a. Gout kronik bertophus
Merupakan serangan gout yang disertai benjolan-benjolan (tofi) di sekitar sendi yang sering
meradang. Tofi adalah timbunan kristal monosodium urat di sekitar persendian seperti di
tulang rawan sendi, sinovial, bursa atau tendon. Tofi bisa juga ditemukan di jaringan lunak
dan otot jantung, katub mitral jantung, retina mata, pangkal tenggorokan.
b. Nefropati gout kronik
Penyakit tersering yang ditimbulkan karena hiperurisemia. terjadi akibat dari pengendapan
kristal asam urat dalam tubulus ginjal. Pada jaringan ginjal bisa terbentuk mikrotofi yang
menyumbat dan merusak glomerulus.
c. Nefrolitiasi asam urat (batu ginjal)
Terjadi pembentukan massa keras seperti batu di dalam ginjal, bisa menyebabkan nyeri,
pendarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Air kemih jenuh dengan garam-garam
yang dapat membentuk batu seperti kalsium, asam urat, sistin dan mineral struvit (campuran
magnesium, ammonium, fosfat).
d. Persendian menjadi rusak hingga menyebabkan pincang
7. e. Peradangan tulang, kerusakan ligament dan tendon
f. Batu ginjal ( kencing batu ) serta gagal ginjal ( Emir Afif, 2010 )
BAB III
MANAJEMEN KLIEN DENGAN GOUT
3.1 Penatalaksanaan Medis
Pengobatan dilakukan secara dini agar tidak terjadi kerusakan sendi atau komplikasi
lain misalnya pada ginjal. Pengobatan arthritis gout akan bertujuan menghilangkan keluhan
nyeri sendi dan peradangan dengan obat-obatan, antara lain:
a. Kolkisin
1) Indikasi : penyakit gout (spesifik)
2) Mekanisme kerja : Menghambat migrasi granulosit ke tempat radang menyebabkan mediator
berkurang dan selanjutnya mengurangi peradangan. Kolkisin juga menghambat pelepasan
glikoprotein dari leukosit yang merupakan penyebab terjadinya nyeri dan radang sendi pada
gout.
3) Dosis : 0,5 – 0,6 mg tiap satu jam atau 1,2 mg sebagai dosis awal dan diikuti 0,5 – 0,6 mg
tiap 2 jam sampai gejala penyakit hilang atau mulai timbul gejala saluran cerna, misalnya
muntah dan diare. Dapat diberikan dosis maksimum sampai 7 – 8 mg tetapi tidak melebihi
7,5 mg dalam waktu 24 jam. Untuk profilaksis diberikan 0,5 – 1,0 mg sehari.
4) Pemberian IV : 1-2 mg dilanjutkan dengan 0,5 mg tiap 12 – 24 jam dan tidak melebihi 4 mg
dengan satu regimen pengobatan. Indikasi pemberian secara intravena :terjadi komplikasi
saluran cerna, serangan akut pada pasca operatif, bila pemberian oral pasca akut tidak
menunjukkan perubahan positif.
5) Efek samping : muntah, mual, diare dan pengobatan harus dihentikan bila efek samping ini
terjadi walaupun belum mencapai efek terapi. Bila terjadi ekstravasasi dapat menimbulkan
peradangan dan nekrosis kulit dan jaringan lemak. Pada keracunan kolkisin yang berat terjadi
koagulasi intravascular diseminata.
b. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
1) Indometasin
a) Indikasi : penyakit arthritis reumatid, gout, dan sejenisnya.
b) Mekanisme kerja : efektif dalam pengobatan penyakit arthritis reumatid dan sejenisnya
karena memiliki efek anti-inflamasi dan analgesik-antipiretik yang sebanding dengan aspirin.
Indometasin dapat menghambat motilitas leukosit polimorfonuklear (PMN). Absorpsi
indometasi cukup baik dengan pemberian oral dengan 92 – 99% terikat pada protein plasma.
Metabolismenya terjadi di hati dan diekskresi dalam bentuk asal maupun metabolit lewat urin
dan hempedu. Waktu parah plasma kira-kira 2 – 4 jam.
c) Dosis : 2 – 4 kali 25 mg sehari
d) Kontra indikasi : anak, wanita hamil, pasien gangguan psikiatri, pasien dengan penyakit
lambung
e) Efek samping : amat toksik sehingga dapat menyebabkan nyeri abdomen, diare, pendarahan
lambung, pancreatitis, sakit kepala yang hebat disertai pusing, depresi, rasa bingung,
halusinasi, psikosis, agranulositosis, anemia aplastik, trombositopena, hiperkalemia, alergi
2) Fenilbutazon
a) Dosis : bergantung pada beratnya serangan. Pada serangan berat : 3 x 200 mg selama 24 jam
pertama, kemudian dosis dikurangi menjadi 500 mg sehari pada hari kedua, 400 mg pada hari
8. ketiga, selanjutnya 100 mg sehari sampai sembuh.Pemberian secara suntikan adalah 600 mg
dosis tunggal. Pemberian secara ini biasanya untuk penderita dioperasi.
3) Kortikosteroid
a) Indikasi : penderita dengan arthritis gout yang recurrent, bila tidak ada perbaikan dengan
obat-obat lain, dan pada penderita intoleran terhadap obat lain.
b) Dosis : 0,5 mg pada pemberian intramuscular. Pada kasus resisten, dosis dinaikkan antara
0,75 – 1,0 mg dan kemudian diturunkkan secara bertahap samapi 0,1 mg. Efek obat jelas
tampak dalam 3 hari pengobatan.
c. Golongan urikosurik; untuk menurunkan kadar asam urat
1) Allopurinol
a) Penggunaan jangka panjang dapat mengurangi frekuensi serangan, menghambat
pembentukan tofi, memobilisasi asam urat dan mengurangi besarnya tofi. Dapat juga
digunakan untuk pengobatan pirai sekunder akibat polisitemia vera, metaplasia myeloid,
leukemia, limfoma, psoriasis, hiperurisemia akibat obat dan radiasi.
b) Mekanisme kerja : menghambat xantin oksidase agar hipoxantin tidak dikonversi menjadi
xantin dan selanjutnya menjadi asam urat. Mengalami biotransformasi oleh enzim xantin
oksidase menjadi aloxantin yang mempunyai masa paruh yang lebih panjang.
c) Efek allopurinol dilawan oleh salisilat, berkurang pada insufficient ginjal, dan tidak
menyebabkan batu ginjal.
d) Dosis :
pirai ringan : 200 – 400 mg sehari
pirai berat : 400 – 600 mg sehari
Pasien dengan gangguan fungsi ginjal : 100 – 200 mg sehari
Anak (6 – 10 tahun) : 300 mg sehari
2) Probenesid
a) Indikasi : penyakit gout stadium menahun, hiperurisemia sekunder
b) Mekanisme kerja : mencegah dan mengurangi kerusakan sendi serta pembentukan tofi pada
penyakit gout, tidak efektif untuk mengatasi serangan akut. Probenasid tidak efektif bila laju
filtrasi glomerulus.
c) Dosis : 2 x 250 mg/hari selama seminggu diikuti dengan 2 x 500 mg/hari.
d) Kontra indikasi : adanya riwayat batu ginjal, penderita dengan jumlah urin yang berkurang,
hipersensitivitas terhadap probenesid.
e) Efek samping : gangguan saluran cerna yang lebih ringan, nyeri kepala, reaksi alergi.
3) Sulfipirazon
a) Mekanisme kerja : mencegah dan mengurangi kelainan sendi dan tofi pada penyakit pirai
kronik, berdasarkan hambatan reabsorpsi tubular asam urat. Kurang efektif untuk
menurunkan asam urat dan tidak efektif untuk mengatasi serangan pirai akut, meningkatkan
frekuensi serangan pada fase akut.
b) Dosis : 2 x 100 – 200 mg sehari, ditingkatkan sampai 400 – 800 mg kemudian dikurangi
sampai dosis efektif minimal
c) Kontra indikasi : pasien dengan riwayat ulkus peptic
d) Efek samping : gangguan cerna yang berat, anemia, leukopenia, agranulositosis (Emir Afif,
2010 )
3.2 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang digunakan pada kasus gout antara lain:
a. Pemeriksaan Radiologi
1) Foto Konvensional (X-Ray)
9. a) ditemukan pembengkakan jaringan lunak dengan kalsifikasi (tophus) berbentuk seperti topi
terutama di sekitar sendi ibu jari kaki.
b) tampak pembengkakan sendi yang asimetris dan kista arthritis erosif.
c) peradangan dan efusi sendi.
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Asam Urat (Serum)
a) dijalankan untuk memantau asam urat serum selama pengobatan gout.
b) 3-5 ml darah vena dikumpulkan dalam tabung tabung berpenutup merah. Diusahakan supaya
tidak terjadi hemolisis.
c) elakkan dari memakan makanan tinggi purin seperti jeroan (hati, ginjal, otak, jantung), remis,
sarden selama 34 jam sebelum uji dilakukan.
d) nilai normal : Pria Dewasa : 3,5 – 8,0 mg/dL, Perempuan Dewasa : 2,8 – 6,8 mg/dL
e) peningkatan kadar asam urat serum sering terjadi pada kasus gout, alkoholisme, leukimia,
limfoma, diabetes mellitus (berat), gagal jantung kongestif, stress, gagal ginjal, pengaruh obat
: asam askorbat, diuretic, tiazid, levodopa, furosemid, fenotiazin, 6-merkaptopurin, teofilin,
salisilat.
2) Asam Urat (Urine 24 jam)
a) Untuk mendeteksi dan/atau mengonformasi diagnosis gout atau penyakit ginjal.
b) sampel urine 24 jam ditampung dalam wadah besar, ditambahkan pengawet dan didinginkan.
c) pengambilan diet makanan yang mengandung purin ditangguhkan selama penampungan.
d) tidak terdapat pembatasan minuman.
e) nilai normal :250 – 750 mg/24 jam
f) Peningkatan terjadi pada kasus gout, diet tinggi purin, leukemia, sindrom Fanconi, terapi
sinar–X, penyakit demam, hepattis virus, pengaruh obat: kortikosteroid, agens sitotoksik
(pengobatan kanker), probenesid (Benemid), salisilat (dosis tinggi).
g) Kadar pH urine diperiksa jika terdapet hiperuremia. Batu urat terjadi pada pH urine rendah
(asam).
c. Pemeriksaan cairan sendi
1) Tes makroskopik
a) Warna dan kejernihan
Normal : tidak berwarna dan jernih
Seperti susu : gout
Kuning keruh : inflamasi spesifik dan nonspesifik karena leukositosis
Kuning jernih : arthritis reumatoid ringan, osteo arthritis
b) Bekuan
Normal : tidak ada bekuan
Jika terdapat bekuan menunjukkan adanya peradangan. Makin besar bekuan makin berat
peradangan
c) Viskositas
Normal : viskositas tinggi (panjangnya tanpa pututs 4-6 cm)
Menurun (kurang dari 4 cm : inflamatorik akut dan septik)
Bervariasi : hemoragik
d) Tes mucin
Normal : terlihat stu bekuan kenyal dalam cairan jernih
Mucin sedang : bekuan kurang kuat dan tidak ada batas tegas : rheumatoid arthritis
Mucin jelek : bekuan berkeping-keping : infeksi
10. 2) Tes mikroskopik
a) Jumlah leukosit
Jumlah normal leukosit : kurang 200/mm3
200 – 500/mm3
→ penyakit non inflamatorik
2000 – 100 000/mm3
→ penyakit inflamatorik akut. Contoh : arthritis gout, arthritis reumatoid
20 000 – 200 000/mm3
→ kelompok septik (infeksi). Contoh : arthritis TB, arthritis gonore
200 – 1000/mm3
→ kelompok hemoragik
b) Hitung jenis sel
Jumlah normal neutrofil : kurang dari 25%
Jumlah neutrofil pada akut inflamatorik: Arthritis gout akut : rata-rata 83%
Faktor rematoid : rata-rata 46%, Artrhritis rematoid : rata-rata 65%
c) Kristal-kristal
Normal : tidak ditemukan kristal dalam cairan sendi
Arthritis gout : ditemukan kristal monosodium urat (MSU) berbentuk jarum memiliki sifat
birefringen ketika disinari cahaya polarisasi
Arthritis rematoid : ditemukan kristal kolestrol
d. Tes kimia
1) Tes glukosa
Normal : perbedaan antara glukosa serum dan cairan sendi adalah kurang dari 10mg%
Pada kelompok inflammatorik : Arthritis gout : perbedaan rata-rata 12 mg%
Faktor rematoid : perbedaan 6 mg%
2) Laktat Dehidrogenase
Normal : 100 – 190 IU/l, 70 – 250 U/l
Meningkat : rematoid arthritis, gout, arthritis karena infeksi
3) Tes mikrobiologi
untuk kelainan sendi yang disebabkan infeksi
hasil negatif pada kultur bakteri cairan sendi ( Joyce LeFever, 2008 )
3.3 Penatalaksanaan Keperawatan Penunjang Medis
a. Memberikan kompres hangat pada pasien yang mengalami serangan arthritis gout
b. Melaksanakan dan mengajarkan teknik managemen nyeri non farmakologis dengan nafas
dalam dan distraksi ( pengalihan )
c. Menjelaskan dan memantau pembatasan gerak dan aktivitas fisik berat bagi pasien agar
radang sendi tidak bertambah kronik.
3.4 Manajemen Diet
Tujuan utama diet adalah menurunkan kadar asam urat darah dan juga agar berat badan tidak
melebihi ukuran ideal yang disarankan. Diet yang dianjurkan bagi penderita arthritis gout
antara lain:
a. Menghindari makanan berlemak kaya purin tinggi
1) Purin Tinggi (100 – 1000 mg purin dalam 100 gr bahan ) sebaiknya dihindari : otak, hati,
ginjal, jeroan, ekstrak daging, bebek, ikan sardin, makarel dan kerang.
2) Purin sedang (900 – 100 mg purin dalam 100 gr bahan ) sebaiknya dibatasi : daging, ikan,
unggas, ayam, udang, kepiting atau rajungan, tahu, tempe, kacang kering, bayam, asparagus,
daun singkong, kangkung, daun dan biji mlinjo
11. 3) Purin rendah ( dibawah 50 mg purin dalam 100 gr bahan ) sebaiknya dibatasi: gula, telur, dan
susu.
b. Perbanyak minum air, 8 sampai 10 gelas setiap hari untuk memperlancar pembuangan asam
urat melalui ginjal. Hindari minuman yang mengandung alkohol, kopi, bir karena banyak
mengandung senyawa purin yang dapat memperberat fungsi ginjal.
c. Perbanyak konsumsi makanan yang mengandung asam lemak omega-3 dan omega-6,
misalnya flax seed oil dan minyak ikan ( fish oil ), yang dapat mengurangi radang dan
mencegah serangan berikutnya.
d. Konsumsi buah-buahan dan sayuran yang berfungsi menurunkan tingkat keasaman tubuh,
sehingga baik untuk mencegah peningkatan kadar asam urat. Buah yang mengandung vitamin
C dan bioflavonoid dapat mencegah radang, seperti: jeruk, stroberi, tomat, paprika hijau dan
sayuran berdaun hijau, terutama buah ceri yang merupakan nutrisi penyembuh dan pengurang
kadar asam urat. Selain itu konsumsi sayuran seperti: wortel, bayam, piterseli, seledri juga
dapat menurunkan kadar asam urat. ( VitaHealth, 2007 )
http://fajrucmedicine.blogspot.com/2013/07/apa-itu-artritis-gout.html
http://www.slideshare.net/marito91_simanungkalit/askep-pasien-dengan-gout-artritis