SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
ARTHIRITIS GOUT
Dosen Pengampu : Ns. Arni Nur Rahmawati, S.Kep
Disusun Oleh :
1. Melia Puspita Rini
2. Milah Ristiani
3. Mim Mahdi Su’udi
4. Mita Rina Prihastuti
5. Nita Widyasari
6. Nony Marlina
7. Novarya Dyan Armadany
8. Novi Astikasari
9. Ratna Indah Puspita Sari
10. Ratu Kasih Murni
11. Rian Diah Utami
12. Riris Irfa Anggraini
13. Rono Danu Jatmiko
14. Salman Alfarizi
15. Sri Lestari
16. Suci Aryanti
17. Suci Romanti
18. Teti Barokah
19. Tia Januarti
20. Tri Andrianto
21. Tri Khamdani Susilo Utomo
22. Vebri Tri Laksono
23. Yosi Rudianto
24. Yosinta Krishna Sari
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN 3 A
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Arthiritis
Gout”.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi salah satu tugas yang telah diberikan oleh
dosen pengampu mata kuliah Clinical Nursing 3 di STIKes Harapan Bangsa.
Kami menyadari tanpa adanya bimbingan dan bantuan dari semua pihak, penyusunan
tugas makalah ini tidak dapat terlaksana dan itu semua sangat berguna bagi kami. Oleh karena
itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Arni Nur Rahmawati, S.Kep.,Ns., selaku dosen mata kuliah Clinical Nursing 3,
yang telah membimbing, memberikan petunjuk, kepada kami dalam penyelesaian
makalah ini.
2. Orang tua yang telah turut membantu mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas
ini selesai.
3. Teman-teman semua yang telah membantu dalam melaksanakan pembuatan makalah
ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan
kelemahannya. Oleh karena itu kami sangat memerlukan kritik dan saran yang bersifat
membangun serta mendukung untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Purwokerto, Oktober 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Arthiritis gout atau Asam urat (AU) telah diidentifikasi lebih dari 2 abad yang lalu,
namun beberapa aspek patofisiologi dari hiperurisemia tetap belum dipahami dengan baik.
Selama beberapa tahun hiperurisemia telah diidentifikasi bersama-sama atau dianggap
sama dengan gout, namun sekarang AU telah diidentifikasi sebagai marker untuk sejumlah
kelainan metabolik dan hemodinamik.
Salah satu masalah kesehatan yang berkaitan dengan gizi di Indonesia adalah penyakit
asam urat. Asam Urat sering dialami oleh banyak orang sekarang ini. Bahkan, orang yang
masih tergolong muda juga sering ditimpa penyakit ini. Sebenarnya, seperti apa penyakit
ini? Apa saja definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaa medis, penatalaksanaan keperawatan dan
komplikasi.
Jadi asam urat merupakan hasil metabolisme di dalam tubuh, yang kadarnya tidak
boleh berlebih. Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh, karena pada setiap
metabolisme normal dihasilkan asam urat. Sedangkan pemicunya adalah makanan dan
senyawa lain yang banyak mengandung purin. Sebetulnya, tubuh menyediakan 85 persen
senyawa purin untuk kebutuhan setiap hari. Ini berarti bahwa kebutuhan purin dari
makanan hanya sekitar 15 persen. Sayangnya, fakta ini masih belum diketahui secara luas
oleh masyarakat. Akibatnya banyak orang suka menyamaratakan semua makanan. Orang
menyantap apa saja yang dia inginkan, tanpa mempertimbangkan kandungan didalamnya
sangat tinggi. Produk makanan mengandung purin tinggi kurang baik bagi orang-orang
tertentu, yang punya bakat mengalami gangguan asam urat. Jika mengonsumsi makanan
ini tanpa perhitungan, jumlah purin dalam tubuhnya dapat melewati ambang batas normal.
Beberapa jenis makanan dan minuman yang diketahui bisa meningkatkan kadar asam
urat adalah alkohol, ikan hearing, telur, dan jeroan. Ikan hearing atau sejenisnya (sarden),
dan jeroan merupakan sumber senyawa sangat potensial. Yang tergolong jeroan bukan saja
usus melainkan semua bagian lain yang terdapat dalam perut hewan seperti hati, jantung,
babat, dan limfa.
B. Tujuan
- Agar mahasiswa mengetahui factor-faktor yang berhubungan dengan Gout.
- Mengetahui pengertian, tanda dan gejala serta patofisiologi gout.
- Mengetahui apa saja penatalaksanaan gout yang bisa d lakukan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Gout merupakan gangguan metabolik yang sudah dikenal oleh Hipokrates pada zaman
yunani kuno. Pada waktu itu Gout dianggap sebagai penyakit kalangan sosial elit yang
disebabkan karena terlalu banyak makan, minum anggur dan seks. Arthritis gout (asam
urat) adalah asam yang berbentuk kristal – kristal yang merupakan hasil akhir metabolisme
purin (bentuk turunan nucleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat yang
terdapat pada inti sel – sel tubuh.
Pirai atau gout adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak dan
berulang dari artritis yang terasa sangat nyeri karena adanya endapan kristal monosodium
urat, yang terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di
dalam darah (hiperurisemia) jadi Artritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang
terjadi karena deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. gout terjadi sebagai
akibat dari hyperuricemia yang berlangsung lama (asam urat serum meningkat) disebabkn
karena penumpukan purin atau ekresi asam urat yang kurang dari ginjal. Artritis gout
adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran khusus, yaitu artritis akut. Artritis
akut disebabkan karena reaksi inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal
monosodium urat monohidrat. Gout merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok
gangguan metabolik, sekurang-kuranggnya ada sembilan gangguan yang ditandai oleh
meningkatnya konsentrasi asam urat atau hiperurisemia. Gout dapat bersifat primer
maupun sekunder. Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh
yang berlebihan atau akibat penurunan ekskresi asam urat. Gout sekunder disebabkan
karena pembentukan asam urat yang berlebih atau ekskresi asam urat yang berkurang
akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat-obat tertentu.
Gout terdiri atas dua macam diantaranya :.
a. Gout primer
Merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebih atau akibat
penurunan ekresi asam urat.
b. Gout sekunder
Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau ekresi asam urat yang
bekurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu.
B. Etiologi
Gout disebabkan oleh adanya kelainan metabolik dalam pembentukan purin atau
ekresi asam urat yang kurang dari ginjal yang menyebakan hyperuricemia. Hyperuricemia
pada penyakit ini disebabakan oleh :
a) Pembentukan asam urat yang berlebihan.
 Gout primer metabolic : disebabkan sistensi langsung yang bertambah. Penyebabnya
belum diketahui (idiopatik) diduga berberkaitan dengan kombinasi genetik dan
hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan
produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran
asam urat dari tubuh.
 Gout skunder metabolic : disebabkan pembentukan asam urat berlebih karana
penyakit lain, seperti leukemia. Disebabkan antara lain karena meningkatnya
produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar purin
yang tinggi.
Gout juga dapat disebabkan oleh reaksi peradangan jaringan oleh karena
pembentukan kristal monosodium urat monohidrat.
b) Kurang asam urat.
 Gout primer renal terjadi karena ekresi asam urat di tubulus distal ginjal yang sehat.
Penyabab tidak diketahui.
 Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal, misalnya
glumeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik.
c) Perombakan dalam usus yang berkurang.
d) Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan asam urat
berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya.
e) Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam urat seperti : aspirin,
diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta zolamid dan etambutol.
f) Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi, gangguan ginjal
yang akan menyebabkan : Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia.
C. Tanda dan gejala
1) Hiperurisemia (tingkat tinggi asam urat dalam darah).
2) Kristal asam urat dalam cairan sendi.
3) Lebih dari satu serangan arthritis akut.
4) Arthritis yang berkembang dalam 1 hari, menghasilkan sendi bengkak, merah, dan
hangat.
5) Serangan arthritis hanya dalam satu sendi, biasanya jari kaki, pergelangan kaki, atau
lutut.
Kadar urat serum pada laki-laki mulai meningkat setelah pubertas pada perempuan
kadar urat tidak meningkat sampai setelah menopouse karena ekstrogen meningkatkan
ekskresi asam urat melalui ginjal. Setelah menopouse kadar urat serum meningkat seperti
pada pria. Terdapat empat tahap perjalanan klinis dari penyakit gout yang tidak diobati.
 Tahap 1
hiperurisemia asimtomatik nilai normal asam urat serum pada laki-laki adalah 5,1 atau
lebih dari kurang lebih 1,0 dan pada perempuan adalah 4,0 , lebih dari 1,0 mg/dl.
 Tahap 2
artritis gout akut pada tahap ini tejadi awitan mendadak pembengkakan dan nyeri yang
luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi metatarsofalangeal artritis bersifat
monoartikular dan menunjukkan tanda-tanda peradangan otak mungkin terdapat demam
dan peningkatan jumlah leukosit serangan dapat dipicu oleh pembedahan trauma obat-
obatan, alkohol, atau stresss emosional. Serangan gout akut biasanya pulih tanpa
pengobatan tetapi memakan waktu 10 sampai 14 hari. Perkembangan dari serangan
akut gout umumnya mengikuti serangkaian peristiwa sebagai berikut mula-mula terjadi
hipersaturasi dari urat plasma dan cairan tubuh. Selanjutnya diikuti oleh penimbunan
didalam dan sekeliling sendi-sendi mekanisme terjadinya kristalisasi asam urat setelah
keluar dari serum masih belum jelas di mengerti serangan gout sering kali terjadi
sesudah trauma lokal atau ruptura tofi (timbunan natrium urat) yang mengakibatkan
peningkatan cepat konsentrasi asam urat lokal. Kristalisasi dan penimbunan asam urat
akan memicu serangan gout, kristal-krital asam urat memicu respon fagositik oleh
leukosit, sehingga leukosit memakan kristal-kristal urat dan memicu mekanisme respon
peradangan lainnya.
 Tahap 3
setelah serangan gout akut, adalah tahap interkrtis. Tidak terdapat gejala - gejala pada
masa ini yang dapat berlangsung dari beberapa bulan sampai tahun kebanyakan orang
mengalami serangan gout berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak di obati.
Tahap keempat adalah tahan gout kronik denagn timbunan asam laktat yang terus
bertambah dalam beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai. Peradangan kronik
akibat kristal-krital asam urat megakibatkan nyeri sakit dan kaku juga pembesaran dan
penonjolan sendi yang bengkak. Gout dapat meerusk ginjal sehingga ekskresi asam urat
akan bertambah buruk. Kristal-kristal asam urat dapat terbentuk dalam interstisio
medula, papila, dan piramid sehingga timbul protein uria dan hipertensi ringan. Kriteria
diagnostik gout harus dipertimbangkan pada setiap pasien laki-laki yang mengalami
atritis monoartikular terutama pada ibu jari kaki yang awitannya terjadi secara akut.
D. Patofosiologi
Perjalanan penyakit gout sangat khas dan mempunyai 3 tahapan.
1. Tahap pertama disebut tahap artritis gout akut.
Pada tahap ini penderita akan mengalami serangan artritis yang khas dan serangan
tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu 5 – 7 hari. Karena cepat
menghilang, maka sering penderita menduga kakinya keseleo atau kena infeksi
sehingga tidak menduga terkena penyakit gout dan tidak melakukan pemeriksaan
lanjutan. Setelah serangan pertama, penderita akan masuk pada gout interkritikal. Pada
keadaan ini penderita dalam keadaan sehat selama jangka waktu tertentu. Jangka waktu
antara seseorang dan orang lainnya berbeda. Ada yang hanya satu tahun, ada pula yang
sampai 10 tahun, tetapi rata-rata berkisar 1 – 2 tahun. Panjangnya jangka waktu tahap
ini menyebabkan seseorang lupa bahwa ia pernah menderita serangan artritis gout
atau menyangka serangan pertama kali dahulu tak ada hubungannya dengan penyakit
gout.
2. Tahap kedua disebut sebagai tahap artritis gout akut intermiten. Setelah melewati masa
gout interkritikal selama bertahun-tahun tanpa gejala, penderita akan memasuki tahap
ini, ditandai dengan serangan artritis yang khas. Selanjutnya penderita akan sering
mendapat serangan (kambuh) yang jarak antara serangan yang satu dan serangan
berikutnya makin lama makin rapat dan lama, serangan makin lama makin panjang,
serta jumlah sendi yang terserang makin banyak.
3. Tahap ketiga disebut sebagai tahap artritis gout kronik bertofus. Tahap ini terjadi bila
penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau lebih. Pada tahap ini akan terjadi
benjolan-benjolan di sekitar sendi yang sering meradang yang disebut sebagai tofus.
Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang merupakan
deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan mengakibatkan kerusakan pada
sendi dan tulang di sekitarnya. Tofus pada kaki bila ukurannya besar dan banyak akan
mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan sepatu lagi. Banyak faktor yang
berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya yang telah diketahui
peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah.
4. Mekanisme serangan gout akut berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan.
 Presipitasi kristal monosodium urat.
Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma
lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para- artikuler
misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif akan
dibungkus (coate) oleh berbagai macamprotein. Pembungkusan dengan IgG akan
merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan kristal.
 Respon leukosit polimorfonukuler (PMN).
Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon
leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.
 Fagositosis.
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya membram
vakuala disekeliling kristal bersatu dan membram leukositik lisosom.
 Kerusakan lisosom.
Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen
antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini menyebabkan robekan
membram dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma.
 Kerusakan sel.
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan
sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan.
E. Pathway
Gout
Pembentukan asam urat yang berlebihan kurangnya asam urat
Gangguan metabolisme/penyakit
Nyeri
Hambatan mobilitas fisik kurangnya pengetahuan
F. Faktor resiko
 Diet tinggi purin, karen asam urat dibentuk dari purin.
 Kelaparan dan intake etil alkohol yang berlebih.
 Penggunaan obat diuritik, anti hipertensi, salisilat dosis rendah.
G. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi akibat gout arthritis antara lain :
 Deformitas pada persendian yang terserang.
 Urolitiasis akibat deposit kristal urat pada saluran kemih.
 Nephrophaty akibat deposit kristal urat dalam interstisial ginjal.
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan non medik.
 Diet rendah purin.
Hindarkan alkohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan sarden, daging
kambing) serta banyak minum.
 Tirah baring.
Merupakan suatu keharusan dan di teruskan sampai 24 jam setelah serangan
menghilang. Gout dapat kambuh bila terlalu cepat bergerak.
2. Penatalaksanaan medik.
 Fase akut.
Obat yang digunakan :
- Colchicine (0,6 mg).
- Indometasin ( 50 mg 3 X sehari selama 4-7 hari).
- Fenilbutazon.
 Pengobatan jangka panjang terhadap hyperuricemia untuk mencegah komplikasi.
o Golongan urikosurik.
- Probenasid, adalah jenis obat yang berfungsi menurunkan asam urat dalam
serum.
- Sulfinpirazon, merupakan dirivat pirazolon dosis 200-400 mg perhari.
- Azapropazon, dosisi sehari 4 X 300 mg.
- Benzbromaron.
o Inhibitor xantin (alopurinol).
Adalah suatu inhibitor oksidase poten, bekerja mencegah konversi hipoxantin
menjadi xantin, dan konversi xantin menjadi asam urat.
I. Askep teori secara umum
1. Pengkajian.
a. Identitas pasien.
b. Keluhan utama : nyeri pada daerah persendian.
c. Riwayat kesehatan.
- Riwayat adanya faktor resiko.
- Peningkatan kadar asam urat serum.
- Riwayat keluarga positif gout.
d. Pola ADL.
1) persepsi dan pemeliharaan kesehatan.
o Keluhan utamanya nyeri yang berat pada ibu jari kaki atau sendi lain.
o Pencegahan penyerangan dan bagaimana cara mengatasi atau mengurangi
serangan.
o riwayat gout artritis di dalam keluarga.
o obat untuk mengatasi gout
2) Pola nutrisi dan metabolic.
o Peningkatan berat badan.
o Peningkatan suhu tubuh.
o Pola aktivitas dan latihan.
o Respon sentuhan pada sendi dan mcnjaga daerah sendi yang terkena.
o Sendi bengkak dan merah (pertama metatarsal, sendi tarsal, pergelangan kaki,
lutut atau siku).
3) Pola persepsi dan konsep diri.
o Rasa cemas dan takut untuk melakukan gerakan atau aktifitas.
o Pesepsi Diri dalam melakukan mobilitas.
e. Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik berdasarkan pengkajin fungsi muskuluskletal dapat menunjukan :
o Ukuran sendi normal dengan mobilitas penuh bila pada remisi.
o Tofu dengan gout kronis. Ini temuan paling bermakna.
o Laporan episode serangan gout.
f. Pemeriksaan diagnostik.
o Kadar asam urat serum meningkat.
o Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat.
o Kadar asam urat urine dapat normal atau meningkat.
o Analisis cairan sinovial dari sendi terinflamasi atau tofi menunjukan kristal urat
monosodium yang membuat diagnosis.
o Sinar X sendi menunjukan massa tofaseus dan destruksi tulang dan perubahan
sendi.
2. Diagnosa keperawatan.
a. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian.
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemahaman pengobatan dan
perawatan di rumah.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
No.
Dx.
Keperawatan
Tujuan & KH Intervensi Rasional
1. Gangguan rasa
nyaman :
Nyeri
berhubungan
dengan proses
penyakit.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama ... x 24
jam, diharapkan
nyeri pasien
berkurang/hilan
g.
KH :
 Pasien
melaporkan
adanya
penurunan
rasa nyeri.
 Pasien tau
dan mau
melakukan
tekhnik
manajemen
nyeri non
 Kaji keluhan
nyeri, catat
lokasi dan
intensitas (skala
0-10). Catat
faktor-faktor
yang
mempercepat
dan tanda-tanda
rasa sakit yang
nonverbal.
 Berikan posisi
yang nyaman,
sendi yang
nyeri (kaki)
diistirahatkan
dan diberikan
bantalan.
 Berikan
kompres hangat
atau dingin.
 Membantu dalam
mengendalikan
kebutuhan
manajemen nyeri
dan keefektifan
program.
 Istirahat dapat
menurunkan
metabolisme
setempat dan
mengurangi
pergerakan pada
sendi yang sakit.
 Bantalan yang
empuk/lembut
akan mencegah
pemeliharaan
kesejajaran tubuh
yang tepat dan
menempatkan
stress pada sendi
farmakologis
.
 Pasien
tampak rileks
 Cegah agar
tidak terjadi
iritasi pada tofi,
misal
menghindari
penggunaan
sepatu yang
sempit,
terantuk benda
yang keras.
 Ajarkan klien
untuk sering
mengubah
posisi tidur.
 Ajarkan
penggunaan
tehnik
manajemen
stress,misalnya
relaksasi
progresif,
sentuhan
terapeutik, dan
pengendalian
nafas.
 Kolaborasi
dengan dokter
dalam
pemberian
obat-obatan
colchille,
Allopurinol
(Zyloprin)
yang sakit.
 Pemberian
kompres dapat
memberikan efek
vasodilatasi dan
keduanya
mempunyai efek
vasodilatasi dan
keduanya
mempunyai efek
membantu
pengeluaran
endortin dan
dingin dapat
menghambat
impuls-impuls
nyeri.
 Bila terjadi iriitasi
maka akan
semakin nyeri.
Bila terjadi luka
akibat tofi yang
pecah maka
rawatlah sucara
steril dan juga
perawatan drain
yang dipasang
pada luka.
 Mencegah
terjadinya
kelelahan umum
dan kekakuan
sendi.
 Menstabilkan
sendi, mengurangi
gerakan atau rasa
sakit pada sendi.
 Meningkatkan
relaksasi,
memberikan
kontrol dan
mungkin
meningkatkan
kemampuan
koping.
 Menurunkan
kristal asam urat
yang mempunyai
efek samping,
nausea, vomitus,
diare, oliguri,
hematuri.Allopuri
nol menghambat
asam urat.
2. Hambatan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan nyeri
persendian
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama ... x 24
jam, diharapkan
tidak terdapat
hambatan
mobilitas fisik,
KH :
 Pasien
melaporkan
adanya
peningkatan
aktivitas.
 Kaji tingkat
inflamasi atau
rasa sakit pada
sendi.
 Ajarkan pada
klien untuk
latihan ROM
pada sendi yang
terkena gout jika
memungkinka.
 Pertahankan
istirahat tirah
baring/duduk
jika diperlukan.
 Tingkat aktifitas /
latihan tergantung
dari perkembangan
atau resolusi dan
proses inflamasi.
 Meningkatkan atau
mempertahankan
fungsi sendi,
kekuatan otot dan
stamina umum.
 Latihan yang tidak
adekuat dapat
menimbulkan
kakakuan sendi
 pasien
mampu
beraktivitas
sesuai
kemampuann
ya.
 pasien tidak
hanya
bedrest.
Jadwal aktifitas
untuk
memberikan
periode istirahat
yang terus
menerus dan
tidur malam hari
yang tidak
terganggu.
 Lakukan
ambulasi dengan
bantuan misal
dengan
menggunakan
tongkat dan
berikan
lingkungan yang
aman misalnya
menggunakan
pegangan tangga
pada bak atau
pancuran dan
toilet.
 Kolaborasi
dengan ahli
terapi
fisik/okupasi
dan spesialis
vokasional.
dan aktifitas yang
berlebihan dapat
merusak sendi.
 Istirahat yang
sistemik selama
eksaserbasi akut
dan seluruh fase
penyakit yang
penting untuk
mencegah
kelelahan,
mempertahankan
kekuatan.
 Menghindari
cedera akibat
kecelakaan atau
jatuh.
 Berguna dalam
memformulasikan
program
latihan/aktifitas
yang berdasarkan
pada kebutuhan,
individual dan
dalam
mengidentifikasi
mobilisasi.
3. Defisit
pengetahuan
berhubungan
dengan
kurangnya
pemahaman
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama ... x 24
jam, diharapkan
 Kaji
kemampuan
pasien dalam
mengungkapkan
instruksi yang
diberikan oleh
 mengetahui respon
dan kemampuan
kognnitif klien
dalam menerima
informasi.
pengobatan
dan perawatan
di rumah.
klien dan
keluarga dapat
memahami
penggunaan
obat dan
perawatan di
rumah,
KH :
 pasien
terlihat
tenang dan
rileks.
 pasien tidak
nampak
cemas.
 pasien jarang
bertanya
dokter atau
perawat.
 Berikan Jadwal
obat yang harus
di gunakan
meliputi nama
obat, dosis,
tujuan dan efek
samping.
 Bantu pasien
dalam
merencanakan
program latihan
dan istirahat
yang teratur.
 Berikan
informasi
mengenai alat-
alat bantu yang
mungkin
dibutuhkan.
 Jelaskan pada
pasien tentang
penyakitnya.
 Kolaborasi
dengan sumber-
sumber
komunitas
arthritis.
 Penjelasan ini
dapat
meningkatkan
koordinasi dan
kesadaran pasien
terhadap
pengobatan yang
teratur.
 Memberikan
struktur dan
mengurangi
kecemasan pada
waktu menangani
proses penyakit
yang kronis
kompleks.
 Mengurangi
paksaan untuk
menggunakan
sendi dan
memungkinkan
individu untuk ikut
serta secara lebih
nyaman dalam
aktifitas yang
dibutuhkan atau
diinginkan.
 Memberikan
pengetahuan
pasien sehingga
pasien dapat
menghindari
terjadinya serangan
berulang.
 Bantuan dan
dukungan dari
orang lain untuk
meningkatkan
pemulihan
maksimal.
BAB III
STUDI KASUS
A. Kasus
Ny. R (45 th) 1 hari dirawat di RSGT dengan keluhan akan menjalani operasi
pengangkatan tophus yang ada di siku. Ny. R mengeluh nyeri sendi ketika bergerak
terutama di bagian siku, lutut serta area pergelangan tangan dan kaki. Karena nyeri
sehingga susah bergerak. Rencana operasi besok pagi, TD 110/90mmhg, RR :
20x/mnt, N : 78x/mnt Ny. R tahu bahwa dirinya menderita asam urat sejak 5 tahun
yang lalu tetapi tidak mengetahui bagaimana caranya untuk mengontrol hal tersebut.
B. Pengkajian
1. Identitas pasien.
Nama : Ny. R
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : perempuan
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama : pasien mengeluh nyeri sendi saat bergerak.
2) Riwayat penyakit sekarang : pasien datang dengan keluhan nyeri sendi saat
bergerak pada bagian siku, lutut, pergelangan tangan dan kaki.
3) Riwayat penyakit dahulu : pasien mengatakan sudah 5 tahun yang lalu mendertia
asam urat.
4) Riwayat penyakit sekarang : tidak ada.
3. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Vital sign :
Tekanan darah : 110/90 mmHg
Nadi : 78 X/menit
RR : 20X/menit
Analisa data
Tanggal/jam Data Masalah Etiologi
27 oktober
2013,
08.00
DS : Pasien mengeluh nyeri
pada siku, lutut dan
pergelangan kaki tangan.
Pasien mengatakan susah
Nyeri kronis Ketunadayaan
fisik kronis
bergerak.
DO : Ektremitas tampak
kaku saat bergerak
27 oktober
2013,
08.00
DS : Pasien mengatakan
susah bergerak, pasien
mengeluh nyeri
DO
Hambatan
mobilitias fisik
Nyeri persendian
27 oktober
2013,
08.00
DS : pasien mengatakan
tidak mengetahui bagaimana
caranya untuk mengontrol
penyakitnya.
DO : -
Kurangnya
pengetahuan
Kurang pajanan
informasi
C. Diagnosa
1. Nyeri kronis berhubungan dengan ketunadayaan fisik kronis.
2. Gangguan mobilitias fisik berhubungan dengan nyeri persendian.
3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi.
D. Rencana
N
o
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi
1. Nyeri kronis
berhubungan dengan
penyakit.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1 X 24 jam.
Diharapkan nyeri
dapat berkurang.
Dengan kriteri hasil
pain level (2102) :
 Pasien
melaporkan tidak
adanya nyeri.
 Mampu
mengontrol nyeri
Pain management (1400) :
 Lakukan pengkajian nyeri
secara komperhensif,
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi waktu,
frekuensi, kualitas.
 Observasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan.
 Gunakan tehnik komunikasi
yang terapeutik untuk
mengetahui pengalaman
nyeri pasien.
 Evaluasi nyeri pasien masa
(mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk
mengurangi
nyeri, dan
mencari bantuan).
 Mampu
mengenali skala
nyeri.
 Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
lampau.
 Control lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti :
- Suhu lingkugan yang
hangat.
- Lingkungan yang tenang
 Pilih dan lakukan
penanganan nyeri.
 Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi :
- Tehnik relaksasi.
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
 Kolaborasi dengan dokter
jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
2. Gangguan mobilitas
fisik berhubungan
dengan nyeri
persendian.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1 X 24 jam.
Diharapkan pasien
dapat melakukan
aktivitas dengan
criteria hasil
mobility (0208) :
 Aktivitas klien
meningkat.
 Mengerti tujuan
dari peningkatan
mobilitas.
Exercise theraphy : ambulation
(0221)
 Mintor vital sign sebelum
dan sesudah latihan.
 Konsultasikan dengan terpai
fisik tentang rencana
ambulasi sesuai dengan
kebutuhan.
 Ajarkan pasien atau tenaga
kesehatan lain tentang
teknik ambulasi.
 Kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi.
 Berikan alat bantu jika klien
memerlukan.
 Jarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jia perlu
3. Kurangnya
pengetahuan
berhubungan dengan
kurang pajanan
informasi.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1 x 24 jam,
diharapkan
pengetahuan pasien
meningkat dengan
criteria hasil discase
procces (1803) :
 Pasien dapat
paham tetang
penyakit tersebut
secara spesifik.
 Pasien dapat
mengetahui
dampak dari
penyakit.
 Megetahui tanda
dan gejala tentang
penyakit.
 Pasien paham
dengan factor
resiko yang akan
muncul.
 Paham dengan
perjalanan
penyakitnya.
Teaching : disease process
(5602)
 Berikan penilaian tentang
tingkat pengetahuan pasien
tentang proses penyakit yang
spesifik.
 Jelaskan patologis dari
penyakit dan bagaimana hal
ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi,
dengan cara yang tepat.
 Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengan cara yang
tepat.
 Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
 Sediakan bagi keluarga
tentang kemajuan pasien
pasien.
 Diskusikan perubahan gaya
hidup yang diperlukan untuk
mencegah komplikasi
dimasa yang akan datang
atau pengontrolan penyakit.
 Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan.
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan secod opinion
dengan cara yang tepat.
 Intruksikan pasien tentang
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukanasam urat yang
nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas, pergelangan dan
kaki bagian tengah. Artritis pirai (gout) merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit
kristal asam urat di daerah persendian yang menyebabkan terjadinya serangan inflamasi
akut. Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit / penimbunan kristal
asamurat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan
metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan
ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal. Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit gout
dapat memunculkan diagnosa :
1) Nyeri kronis berhubungan dengan ketunadayaan fisik kronis.
2) Gangguan mobilitias fisik berhubungan dengan nyeri persendian.
3) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami menyarankan bahwa kita harus menjaga
kesehatan yang bermula dari diri sendiri, dan membiasakan untuk membaca terutama
mengenai pengetahuan tentang kesehatan. Agar dapat menambah pengetahuan untuk
menanggulangi penyakit yang akan timbul seperti gout.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi 8. Volume 3. Jakarta : EGC.
Helmi, Zairin Helmi. 2011. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Cetakan kedua. Jakarta :
Salemba Medika.
Rasjad, Chairuddin. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi 3. Cetakan kelima. Jakarta
: Yarsif Watampone.
Judith M . Wilkinson , 2009 . Diagnosis Keperawatan ( NIC & NOC ) . Jakarta . EGC
NANDA internasional . 2009 . Diagnosis Keperawatan . Jakarta . EGC
Lukman, Ningsih Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Materi inti ii jan-2013
Materi inti ii  jan-2013Materi inti ii  jan-2013
Materi inti ii jan-2013
 
Kmb diabetes
Kmb   diabetesKmb   diabetes
Kmb diabetes
 
Sistem informasi pelayanan pasien
Sistem informasi pelayanan pasienSistem informasi pelayanan pasien
Sistem informasi pelayanan pasien
 
Makalah Ulkus Diabetikum
Makalah Ulkus DiabetikumMakalah Ulkus Diabetikum
Makalah Ulkus Diabetikum
 
P petri disentri
P petri disentriP petri disentri
P petri disentri
 
Pengkajian Sistem Muskuloskeletal
Pengkajian Sistem MuskuloskeletalPengkajian Sistem Muskuloskeletal
Pengkajian Sistem Muskuloskeletal
 
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.ppt
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.pptDIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.ppt
DIIT PADA PENDERITA DIABETES Melitus.ppt
 
Hemofilia slide
Hemofilia slideHemofilia slide
Hemofilia slide
 
Ii. askep hipertensi
Ii. askep hipertensiIi. askep hipertensi
Ii. askep hipertensi
 
Gout (asam urat) AKPER PEMKAB MUNA
Gout (asam urat) AKPER PEMKAB MUNA Gout (asam urat) AKPER PEMKAB MUNA
Gout (asam urat) AKPER PEMKAB MUNA
 
PPT SIDANG.pptx
PPT SIDANG.pptxPPT SIDANG.pptx
PPT SIDANG.pptx
 
Kelompok 3 (diet pada penyakit lambung)
Kelompok 3 (diet pada penyakit lambung)Kelompok 3 (diet pada penyakit lambung)
Kelompok 3 (diet pada penyakit lambung)
 
(Kel 1)askep lansia dengan sistem kardiovaskuler
(Kel 1)askep lansia dengan sistem kardiovaskuler(Kel 1)askep lansia dengan sistem kardiovaskuler
(Kel 1)askep lansia dengan sistem kardiovaskuler
 
Askep dm AKPER PEMDA MUNA
Askep dm AKPER PEMDA MUNA Askep dm AKPER PEMDA MUNA
Askep dm AKPER PEMDA MUNA
 
1. askep thipoid
1. askep  thipoid1. askep  thipoid
1. askep thipoid
 
Obesitas
ObesitasObesitas
Obesitas
 
Pathways diabetes
Pathways diabetesPathways diabetes
Pathways diabetes
 
Ppt hipertensi
Ppt hipertensiPpt hipertensi
Ppt hipertensi
 
Makalah atritis reumatoid pada lansia
Makalah atritis reumatoid pada lansiaMakalah atritis reumatoid pada lansia
Makalah atritis reumatoid pada lansia
 
Analisan dan diagnosa kep, keluarga
Analisan dan diagnosa kep, keluargaAnalisan dan diagnosa kep, keluarga
Analisan dan diagnosa kep, keluarga
 

Viewers also liked (20)

Kasus gout
Kasus goutKasus gout
Kasus gout
 
Nyeri sendi
Nyeri sendiNyeri sendi
Nyeri sendi
 
Woc gout
Woc goutWoc gout
Woc gout
 
Modul nyeri-sendi
Modul nyeri-sendiModul nyeri-sendi
Modul nyeri-sendi
 
Patologi muskuloskeletal
Patologi muskuloskeletalPatologi muskuloskeletal
Patologi muskuloskeletal
 
Bahan perkuliahan ke 6
Bahan perkuliahan ke 6Bahan perkuliahan ke 6
Bahan perkuliahan ke 6
 
Bab i gout AKPER PEMKAB MUNA
Bab i gout AKPER PEMKAB MUNA Bab i gout AKPER PEMKAB MUNA
Bab i gout AKPER PEMKAB MUNA
 
Woc GOUT
Woc GOUTWoc GOUT
Woc GOUT
 
Gout
GoutGout
Gout
 
Bab 1 askep gout
Bab 1 askep goutBab 1 askep gout
Bab 1 askep gout
 
Askep gout (asam urat)
Askep gout (asam urat)Askep gout (asam urat)
Askep gout (asam urat)
 
Askep keluarga ispa
Askep keluarga ispaAskep keluarga ispa
Askep keluarga ispa
 
Osteoartritis
OsteoartritisOsteoartritis
Osteoartritis
 
Osteoartritis
OsteoartritisOsteoartritis
Osteoartritis
 
Kasus dm hamil
Kasus dm hamilKasus dm hamil
Kasus dm hamil
 
Gangguan mobilitas fisik
Gangguan mobilitas fisikGangguan mobilitas fisik
Gangguan mobilitas fisik
 
Asuhan Keperawatan Gerontik
Asuhan Keperawatan GerontikAsuhan Keperawatan Gerontik
Asuhan Keperawatan Gerontik
 
asuhan keperawatan keluarga
asuhan keperawatan keluargaasuhan keperawatan keluarga
asuhan keperawatan keluarga
 
Plh 11 laporan pembuatan alat penyaring
Plh 11   laporan pembuatan alat penyaringPlh 11   laporan pembuatan alat penyaring
Plh 11 laporan pembuatan alat penyaring
 
PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN PERSEPSI NYERI PADA ...
PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN PERSEPSI NYERI PADA ...PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN PERSEPSI NYERI PADA ...
PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN PERSEPSI NYERI PADA ...
 

Similar to Arthiritis gout (20)

Bab i gout AKPER PEMKAB MUNA
Bab i gout AKPER PEMKAB MUNA Bab i gout AKPER PEMKAB MUNA
Bab i gout AKPER PEMKAB MUNA
 
gout rie
gout riegout rie
gout rie
 
Makalah biokim kelompok 1
Makalah biokim kelompok 1Makalah biokim kelompok 1
Makalah biokim kelompok 1
 
Askep gout (asam urat)
Askep gout (asam urat)Askep gout (asam urat)
Askep gout (asam urat)
 
Asam urat 2
Asam urat 2Asam urat 2
Asam urat 2
 
112763580 case-gout-artritis-revisi
112763580 case-gout-artritis-revisi112763580 case-gout-artritis-revisi
112763580 case-gout-artritis-revisi
 
Asam urat
Asam uratAsam urat
Asam urat
 
Yoga setiawan Tugas GOUT (hiperurisemia).ppt
Yoga setiawan Tugas GOUT (hiperurisemia).pptYoga setiawan Tugas GOUT (hiperurisemia).ppt
Yoga setiawan Tugas GOUT (hiperurisemia).ppt
 
ASAM_URAT_PPT.pptx
ASAM_URAT_PPT.pptxASAM_URAT_PPT.pptx
ASAM_URAT_PPT.pptx
 
Gout
GoutGout
Gout
 
Sistem ekresi
Sistem ekresiSistem ekresi
Sistem ekresi
 
SAP ASAM URAT.docx
SAP ASAM URAT.docxSAP ASAM URAT.docx
SAP ASAM URAT.docx
 
Gouth Athritis (Asam Urat)
Gouth Athritis (Asam Urat)Gouth Athritis (Asam Urat)
Gouth Athritis (Asam Urat)
 
Referensi nilai kolesterol normal
Referensi nilai kolesterol normalReferensi nilai kolesterol normal
Referensi nilai kolesterol normal
 
Kelainan sistem ekskresi
Kelainan sistem ekskresiKelainan sistem ekskresi
Kelainan sistem ekskresi
 
Asam Urat
Asam UratAsam Urat
Asam Urat
 
liver
liverliver
liver
 
173625893 sap-gastroenteritis
173625893 sap-gastroenteritis173625893 sap-gastroenteritis
173625893 sap-gastroenteritis
 
173625893 sap-gastroenteritis
173625893 sap-gastroenteritis173625893 sap-gastroenteritis
173625893 sap-gastroenteritis
 
SAP Gastroenteritis/ Diare
SAP Gastroenteritis/ DiareSAP Gastroenteritis/ Diare
SAP Gastroenteritis/ Diare
 

More from Yabniel Lit Jingga (20)

Mantri ireng manfaat besar ciplukan
Mantri ireng   manfaat besar ciplukanMantri ireng   manfaat besar ciplukan
Mantri ireng manfaat besar ciplukan
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Tumor tulang shb
Tumor tulang shbTumor tulang shb
Tumor tulang shb
 
Skoliosis shb
Skoliosis shbSkoliosis shb
Skoliosis shb
 
Rematoid arthritis shb
Rematoid arthritis shbRematoid arthritis shb
Rematoid arthritis shb
 
Perawatan luka
Perawatan lukaPerawatan luka
Perawatan luka
 
Osteoporosis shb
Osteoporosis shbOsteoporosis shb
Osteoporosis shb
 
Osteomalasia pada anak shb
Osteomalasia pada anak shbOsteomalasia pada anak shb
Osteomalasia pada anak shb
 
Osteomalacia dewasa shb
Osteomalacia dewasa shbOsteomalacia dewasa shb
Osteomalacia dewasa shb
 
Lordosis shb
Lordosis shbLordosis shb
Lordosis shb
 
Anatomi fisiologi sistem hematologi
Anatomi fisiologi sistem hematologiAnatomi fisiologi sistem hematologi
Anatomi fisiologi sistem hematologi
 
Anatomi & fisiologi sistem imunologi
Anatomi & fisiologi sistem imunologiAnatomi & fisiologi sistem imunologi
Anatomi & fisiologi sistem imunologi
 
Bahan perkuliahan ke 8
Bahan perkuliahan ke 8Bahan perkuliahan ke 8
Bahan perkuliahan ke 8
 
Bahan perkuliahan ke 5
Bahan perkuliahan ke 5Bahan perkuliahan ke 5
Bahan perkuliahan ke 5
 
Bahan perkuliahan ke 4
Bahan perkuliahan ke 4Bahan perkuliahan ke 4
Bahan perkuliahan ke 4
 
Bahan perkuliahan ke 3
Bahan perkuliahan ke 3Bahan perkuliahan ke 3
Bahan perkuliahan ke 3
 
Bahan perkuliahan ke 2
Bahan perkuliahan ke 2Bahan perkuliahan ke 2
Bahan perkuliahan ke 2
 
Bahan perkuliahan ke 1
Bahan perkuliahan ke 1Bahan perkuliahan ke 1
Bahan perkuliahan ke 1
 
Soleh 2078
Soleh 2078Soleh 2078
Soleh 2078
 

Arthiritis gout

  • 1. ARTHIRITIS GOUT Dosen Pengampu : Ns. Arni Nur Rahmawati, S.Kep Disusun Oleh : 1. Melia Puspita Rini 2. Milah Ristiani 3. Mim Mahdi Su’udi 4. Mita Rina Prihastuti 5. Nita Widyasari 6. Nony Marlina 7. Novarya Dyan Armadany 8. Novi Astikasari 9. Ratna Indah Puspita Sari 10. Ratu Kasih Murni 11. Rian Diah Utami 12. Riris Irfa Anggraini 13. Rono Danu Jatmiko 14. Salman Alfarizi 15. Sri Lestari 16. Suci Aryanti 17. Suci Romanti 18. Teti Barokah 19. Tia Januarti 20. Tri Andrianto 21. Tri Khamdani Susilo Utomo 22. Vebri Tri Laksono 23. Yosi Rudianto 24. Yosinta Krishna Sari PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN 3 A SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA PURWOKERTO 2013
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Arthiritis Gout”. Makalah ini kami buat untuk memenuhi salah satu tugas yang telah diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Clinical Nursing 3 di STIKes Harapan Bangsa. Kami menyadari tanpa adanya bimbingan dan bantuan dari semua pihak, penyusunan tugas makalah ini tidak dapat terlaksana dan itu semua sangat berguna bagi kami. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Ibu Arni Nur Rahmawati, S.Kep.,Ns., selaku dosen mata kuliah Clinical Nursing 3, yang telah membimbing, memberikan petunjuk, kepada kami dalam penyelesaian makalah ini. 2. Orang tua yang telah turut membantu mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas ini selesai. 3. Teman-teman semua yang telah membantu dalam melaksanakan pembuatan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu kami sangat memerlukan kritik dan saran yang bersifat membangun serta mendukung untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Purwokerto, Oktober 2013 Penyusun
  • 3. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arthiritis gout atau Asam urat (AU) telah diidentifikasi lebih dari 2 abad yang lalu, namun beberapa aspek patofisiologi dari hiperurisemia tetap belum dipahami dengan baik. Selama beberapa tahun hiperurisemia telah diidentifikasi bersama-sama atau dianggap sama dengan gout, namun sekarang AU telah diidentifikasi sebagai marker untuk sejumlah kelainan metabolik dan hemodinamik. Salah satu masalah kesehatan yang berkaitan dengan gizi di Indonesia adalah penyakit asam urat. Asam Urat sering dialami oleh banyak orang sekarang ini. Bahkan, orang yang masih tergolong muda juga sering ditimpa penyakit ini. Sebenarnya, seperti apa penyakit ini? Apa saja definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaa medis, penatalaksanaan keperawatan dan komplikasi. Jadi asam urat merupakan hasil metabolisme di dalam tubuh, yang kadarnya tidak boleh berlebih. Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh, karena pada setiap metabolisme normal dihasilkan asam urat. Sedangkan pemicunya adalah makanan dan senyawa lain yang banyak mengandung purin. Sebetulnya, tubuh menyediakan 85 persen senyawa purin untuk kebutuhan setiap hari. Ini berarti bahwa kebutuhan purin dari makanan hanya sekitar 15 persen. Sayangnya, fakta ini masih belum diketahui secara luas oleh masyarakat. Akibatnya banyak orang suka menyamaratakan semua makanan. Orang menyantap apa saja yang dia inginkan, tanpa mempertimbangkan kandungan didalamnya sangat tinggi. Produk makanan mengandung purin tinggi kurang baik bagi orang-orang tertentu, yang punya bakat mengalami gangguan asam urat. Jika mengonsumsi makanan ini tanpa perhitungan, jumlah purin dalam tubuhnya dapat melewati ambang batas normal. Beberapa jenis makanan dan minuman yang diketahui bisa meningkatkan kadar asam urat adalah alkohol, ikan hearing, telur, dan jeroan. Ikan hearing atau sejenisnya (sarden), dan jeroan merupakan sumber senyawa sangat potensial. Yang tergolong jeroan bukan saja usus melainkan semua bagian lain yang terdapat dalam perut hewan seperti hati, jantung, babat, dan limfa.
  • 4. B. Tujuan - Agar mahasiswa mengetahui factor-faktor yang berhubungan dengan Gout. - Mengetahui pengertian, tanda dan gejala serta patofisiologi gout. - Mengetahui apa saja penatalaksanaan gout yang bisa d lakukan.
  • 5. BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Gout merupakan gangguan metabolik yang sudah dikenal oleh Hipokrates pada zaman yunani kuno. Pada waktu itu Gout dianggap sebagai penyakit kalangan sosial elit yang disebabkan karena terlalu banyak makan, minum anggur dan seks. Arthritis gout (asam urat) adalah asam yang berbentuk kristal – kristal yang merupakan hasil akhir metabolisme purin (bentuk turunan nucleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel – sel tubuh. Pirai atau gout adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak dan berulang dari artritis yang terasa sangat nyeri karena adanya endapan kristal monosodium urat, yang terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah (hiperurisemia) jadi Artritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. gout terjadi sebagai akibat dari hyperuricemia yang berlangsung lama (asam urat serum meningkat) disebabkn karena penumpukan purin atau ekresi asam urat yang kurang dari ginjal. Artritis gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran khusus, yaitu artritis akut. Artritis akut disebabkan karena reaksi inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Gout merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik, sekurang-kuranggnya ada sembilan gangguan yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat atau hiperurisemia. Gout dapat bersifat primer maupun sekunder. Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan ekskresi asam urat. Gout sekunder disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau ekskresi asam urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat-obat tertentu. Gout terdiri atas dua macam diantaranya :. a. Gout primer Merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebih atau akibat penurunan ekresi asam urat. b. Gout sekunder Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau ekresi asam urat yang bekurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu.
  • 6. B. Etiologi Gout disebabkan oleh adanya kelainan metabolik dalam pembentukan purin atau ekresi asam urat yang kurang dari ginjal yang menyebakan hyperuricemia. Hyperuricemia pada penyakit ini disebabakan oleh : a) Pembentukan asam urat yang berlebihan.  Gout primer metabolic : disebabkan sistensi langsung yang bertambah. Penyebabnya belum diketahui (idiopatik) diduga berberkaitan dengan kombinasi genetik dan hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.  Gout skunder metabolic : disebabkan pembentukan asam urat berlebih karana penyakit lain, seperti leukemia. Disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi. Gout juga dapat disebabkan oleh reaksi peradangan jaringan oleh karena pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. b) Kurang asam urat.  Gout primer renal terjadi karena ekresi asam urat di tubulus distal ginjal yang sehat. Penyabab tidak diketahui.  Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal, misalnya glumeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik. c) Perombakan dalam usus yang berkurang. d) Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan asam urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya. e) Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam urat seperti : aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta zolamid dan etambutol. f) Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi, gangguan ginjal yang akan menyebabkan : Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia. C. Tanda dan gejala 1) Hiperurisemia (tingkat tinggi asam urat dalam darah). 2) Kristal asam urat dalam cairan sendi. 3) Lebih dari satu serangan arthritis akut. 4) Arthritis yang berkembang dalam 1 hari, menghasilkan sendi bengkak, merah, dan hangat.
  • 7. 5) Serangan arthritis hanya dalam satu sendi, biasanya jari kaki, pergelangan kaki, atau lutut. Kadar urat serum pada laki-laki mulai meningkat setelah pubertas pada perempuan kadar urat tidak meningkat sampai setelah menopouse karena ekstrogen meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal. Setelah menopouse kadar urat serum meningkat seperti pada pria. Terdapat empat tahap perjalanan klinis dari penyakit gout yang tidak diobati.  Tahap 1 hiperurisemia asimtomatik nilai normal asam urat serum pada laki-laki adalah 5,1 atau lebih dari kurang lebih 1,0 dan pada perempuan adalah 4,0 , lebih dari 1,0 mg/dl.  Tahap 2 artritis gout akut pada tahap ini tejadi awitan mendadak pembengkakan dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi metatarsofalangeal artritis bersifat monoartikular dan menunjukkan tanda-tanda peradangan otak mungkin terdapat demam dan peningkatan jumlah leukosit serangan dapat dipicu oleh pembedahan trauma obat- obatan, alkohol, atau stresss emosional. Serangan gout akut biasanya pulih tanpa pengobatan tetapi memakan waktu 10 sampai 14 hari. Perkembangan dari serangan akut gout umumnya mengikuti serangkaian peristiwa sebagai berikut mula-mula terjadi hipersaturasi dari urat plasma dan cairan tubuh. Selanjutnya diikuti oleh penimbunan didalam dan sekeliling sendi-sendi mekanisme terjadinya kristalisasi asam urat setelah keluar dari serum masih belum jelas di mengerti serangan gout sering kali terjadi sesudah trauma lokal atau ruptura tofi (timbunan natrium urat) yang mengakibatkan peningkatan cepat konsentrasi asam urat lokal. Kristalisasi dan penimbunan asam urat akan memicu serangan gout, kristal-krital asam urat memicu respon fagositik oleh leukosit, sehingga leukosit memakan kristal-kristal urat dan memicu mekanisme respon peradangan lainnya.  Tahap 3 setelah serangan gout akut, adalah tahap interkrtis. Tidak terdapat gejala - gejala pada masa ini yang dapat berlangsung dari beberapa bulan sampai tahun kebanyakan orang mengalami serangan gout berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak di obati. Tahap keempat adalah tahan gout kronik denagn timbunan asam laktat yang terus bertambah dalam beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai. Peradangan kronik akibat kristal-krital asam urat megakibatkan nyeri sakit dan kaku juga pembesaran dan penonjolan sendi yang bengkak. Gout dapat meerusk ginjal sehingga ekskresi asam urat akan bertambah buruk. Kristal-kristal asam urat dapat terbentuk dalam interstisio medula, papila, dan piramid sehingga timbul protein uria dan hipertensi ringan. Kriteria
  • 8. diagnostik gout harus dipertimbangkan pada setiap pasien laki-laki yang mengalami atritis monoartikular terutama pada ibu jari kaki yang awitannya terjadi secara akut. D. Patofosiologi Perjalanan penyakit gout sangat khas dan mempunyai 3 tahapan. 1. Tahap pertama disebut tahap artritis gout akut. Pada tahap ini penderita akan mengalami serangan artritis yang khas dan serangan tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu 5 – 7 hari. Karena cepat menghilang, maka sering penderita menduga kakinya keseleo atau kena infeksi sehingga tidak menduga terkena penyakit gout dan tidak melakukan pemeriksaan lanjutan. Setelah serangan pertama, penderita akan masuk pada gout interkritikal. Pada keadaan ini penderita dalam keadaan sehat selama jangka waktu tertentu. Jangka waktu antara seseorang dan orang lainnya berbeda. Ada yang hanya satu tahun, ada pula yang sampai 10 tahun, tetapi rata-rata berkisar 1 – 2 tahun. Panjangnya jangka waktu tahap ini menyebabkan seseorang lupa bahwa ia pernah menderita serangan artritis gout atau menyangka serangan pertama kali dahulu tak ada hubungannya dengan penyakit gout. 2. Tahap kedua disebut sebagai tahap artritis gout akut intermiten. Setelah melewati masa gout interkritikal selama bertahun-tahun tanpa gejala, penderita akan memasuki tahap ini, ditandai dengan serangan artritis yang khas. Selanjutnya penderita akan sering mendapat serangan (kambuh) yang jarak antara serangan yang satu dan serangan berikutnya makin lama makin rapat dan lama, serangan makin lama makin panjang, serta jumlah sendi yang terserang makin banyak. 3. Tahap ketiga disebut sebagai tahap artritis gout kronik bertofus. Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau lebih. Pada tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar sendi yang sering meradang yang disebut sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang di sekitarnya. Tofus pada kaki bila ukurannya besar dan banyak akan mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan sepatu lagi. Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah. 4. Mekanisme serangan gout akut berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan.  Presipitasi kristal monosodium urat.
  • 9. Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para- artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai macamprotein. Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan kristal.  Respon leukosit polimorfonukuler (PMN). Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.  Fagositosis. Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya membram vakuala disekeliling kristal bersatu dan membram leukositik lisosom.  Kerusakan lisosom. Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini menyebabkan robekan membram dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma.  Kerusakan sel. Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan. E. Pathway Gout Pembentukan asam urat yang berlebihan kurangnya asam urat Gangguan metabolisme/penyakit Nyeri Hambatan mobilitas fisik kurangnya pengetahuan
  • 10. F. Faktor resiko  Diet tinggi purin, karen asam urat dibentuk dari purin.  Kelaparan dan intake etil alkohol yang berlebih.  Penggunaan obat diuritik, anti hipertensi, salisilat dosis rendah. G. Komplikasi Komplikasi yang sering terjadi akibat gout arthritis antara lain :  Deformitas pada persendian yang terserang.  Urolitiasis akibat deposit kristal urat pada saluran kemih.  Nephrophaty akibat deposit kristal urat dalam interstisial ginjal. H. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan non medik.  Diet rendah purin. Hindarkan alkohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan sarden, daging kambing) serta banyak minum.  Tirah baring. Merupakan suatu keharusan dan di teruskan sampai 24 jam setelah serangan menghilang. Gout dapat kambuh bila terlalu cepat bergerak. 2. Penatalaksanaan medik.  Fase akut. Obat yang digunakan : - Colchicine (0,6 mg). - Indometasin ( 50 mg 3 X sehari selama 4-7 hari). - Fenilbutazon.  Pengobatan jangka panjang terhadap hyperuricemia untuk mencegah komplikasi. o Golongan urikosurik. - Probenasid, adalah jenis obat yang berfungsi menurunkan asam urat dalam serum. - Sulfinpirazon, merupakan dirivat pirazolon dosis 200-400 mg perhari. - Azapropazon, dosisi sehari 4 X 300 mg. - Benzbromaron. o Inhibitor xantin (alopurinol).
  • 11. Adalah suatu inhibitor oksidase poten, bekerja mencegah konversi hipoxantin menjadi xantin, dan konversi xantin menjadi asam urat. I. Askep teori secara umum 1. Pengkajian. a. Identitas pasien. b. Keluhan utama : nyeri pada daerah persendian. c. Riwayat kesehatan. - Riwayat adanya faktor resiko. - Peningkatan kadar asam urat serum. - Riwayat keluarga positif gout. d. Pola ADL. 1) persepsi dan pemeliharaan kesehatan. o Keluhan utamanya nyeri yang berat pada ibu jari kaki atau sendi lain. o Pencegahan penyerangan dan bagaimana cara mengatasi atau mengurangi serangan. o riwayat gout artritis di dalam keluarga. o obat untuk mengatasi gout 2) Pola nutrisi dan metabolic. o Peningkatan berat badan. o Peningkatan suhu tubuh. o Pola aktivitas dan latihan. o Respon sentuhan pada sendi dan mcnjaga daerah sendi yang terkena. o Sendi bengkak dan merah (pertama metatarsal, sendi tarsal, pergelangan kaki, lutut atau siku). 3) Pola persepsi dan konsep diri. o Rasa cemas dan takut untuk melakukan gerakan atau aktifitas. o Pesepsi Diri dalam melakukan mobilitas. e. Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik berdasarkan pengkajin fungsi muskuluskletal dapat menunjukan : o Ukuran sendi normal dengan mobilitas penuh bila pada remisi. o Tofu dengan gout kronis. Ini temuan paling bermakna. o Laporan episode serangan gout. f. Pemeriksaan diagnostik. o Kadar asam urat serum meningkat.
  • 12. o Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat. o Kadar asam urat urine dapat normal atau meningkat. o Analisis cairan sinovial dari sendi terinflamasi atau tofi menunjukan kristal urat monosodium yang membuat diagnosis. o Sinar X sendi menunjukan massa tofaseus dan destruksi tulang dan perubahan sendi. 2. Diagnosa keperawatan. a. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan proses penyakit. b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian. c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemahaman pengobatan dan perawatan di rumah. 3. Rencana Asuhan Keperawatan No. Dx. Keperawatan Tujuan & KH Intervensi Rasional 1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan proses penyakit. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan nyeri pasien berkurang/hilan g. KH :  Pasien melaporkan adanya penurunan rasa nyeri.  Pasien tau dan mau melakukan tekhnik manajemen nyeri non  Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit yang nonverbal.  Berikan posisi yang nyaman, sendi yang nyeri (kaki) diistirahatkan dan diberikan bantalan.  Berikan kompres hangat atau dingin.  Membantu dalam mengendalikan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program.  Istirahat dapat menurunkan metabolisme setempat dan mengurangi pergerakan pada sendi yang sakit.  Bantalan yang empuk/lembut akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat dan menempatkan stress pada sendi
  • 13. farmakologis .  Pasien tampak rileks  Cegah agar tidak terjadi iritasi pada tofi, misal menghindari penggunaan sepatu yang sempit, terantuk benda yang keras.  Ajarkan klien untuk sering mengubah posisi tidur.  Ajarkan penggunaan tehnik manajemen stress,misalnya relaksasi progresif, sentuhan terapeutik, dan pengendalian nafas.  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan colchille, Allopurinol (Zyloprin) yang sakit.  Pemberian kompres dapat memberikan efek vasodilatasi dan keduanya mempunyai efek vasodilatasi dan keduanya mempunyai efek membantu pengeluaran endortin dan dingin dapat menghambat impuls-impuls nyeri.  Bila terjadi iriitasi maka akan semakin nyeri. Bila terjadi luka akibat tofi yang pecah maka rawatlah sucara steril dan juga perawatan drain yang dipasang pada luka.  Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi.  Menstabilkan
  • 14. sendi, mengurangi gerakan atau rasa sakit pada sendi.  Meningkatkan relaksasi, memberikan kontrol dan mungkin meningkatkan kemampuan koping.  Menurunkan kristal asam urat yang mempunyai efek samping, nausea, vomitus, diare, oliguri, hematuri.Allopuri nol menghambat asam urat. 2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan tidak terdapat hambatan mobilitas fisik, KH :  Pasien melaporkan adanya peningkatan aktivitas.  Kaji tingkat inflamasi atau rasa sakit pada sendi.  Ajarkan pada klien untuk latihan ROM pada sendi yang terkena gout jika memungkinka.  Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan.  Tingkat aktifitas / latihan tergantung dari perkembangan atau resolusi dan proses inflamasi.  Meningkatkan atau mempertahankan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.  Latihan yang tidak adekuat dapat menimbulkan kakakuan sendi
  • 15.  pasien mampu beraktivitas sesuai kemampuann ya.  pasien tidak hanya bedrest. Jadwal aktifitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganggu.  Lakukan ambulasi dengan bantuan misal dengan menggunakan tongkat dan berikan lingkungan yang aman misalnya menggunakan pegangan tangga pada bak atau pancuran dan toilet.  Kolaborasi dengan ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vokasional. dan aktifitas yang berlebihan dapat merusak sendi.  Istirahat yang sistemik selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan, mempertahankan kekuatan.  Menghindari cedera akibat kecelakaan atau jatuh.  Berguna dalam memformulasikan program latihan/aktifitas yang berdasarkan pada kebutuhan, individual dan dalam mengidentifikasi mobilisasi. 3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemahaman Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan  Kaji kemampuan pasien dalam mengungkapkan instruksi yang diberikan oleh  mengetahui respon dan kemampuan kognnitif klien dalam menerima informasi.
  • 16. pengobatan dan perawatan di rumah. klien dan keluarga dapat memahami penggunaan obat dan perawatan di rumah, KH :  pasien terlihat tenang dan rileks.  pasien tidak nampak cemas.  pasien jarang bertanya dokter atau perawat.  Berikan Jadwal obat yang harus di gunakan meliputi nama obat, dosis, tujuan dan efek samping.  Bantu pasien dalam merencanakan program latihan dan istirahat yang teratur.  Berikan informasi mengenai alat- alat bantu yang mungkin dibutuhkan.  Jelaskan pada pasien tentang penyakitnya.  Kolaborasi dengan sumber- sumber komunitas arthritis.  Penjelasan ini dapat meningkatkan koordinasi dan kesadaran pasien terhadap pengobatan yang teratur.  Memberikan struktur dan mengurangi kecemasan pada waktu menangani proses penyakit yang kronis kompleks.  Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktifitas yang dibutuhkan atau diinginkan.  Memberikan pengetahuan pasien sehingga pasien dapat menghindari terjadinya serangan berulang.
  • 17.  Bantuan dan dukungan dari orang lain untuk meningkatkan pemulihan maksimal.
  • 18. BAB III STUDI KASUS A. Kasus Ny. R (45 th) 1 hari dirawat di RSGT dengan keluhan akan menjalani operasi pengangkatan tophus yang ada di siku. Ny. R mengeluh nyeri sendi ketika bergerak terutama di bagian siku, lutut serta area pergelangan tangan dan kaki. Karena nyeri sehingga susah bergerak. Rencana operasi besok pagi, TD 110/90mmhg, RR : 20x/mnt, N : 78x/mnt Ny. R tahu bahwa dirinya menderita asam urat sejak 5 tahun yang lalu tetapi tidak mengetahui bagaimana caranya untuk mengontrol hal tersebut. B. Pengkajian 1. Identitas pasien. Nama : Ny. R Umur : 45 tahun Jenis kelamin : perempuan 2. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan utama : pasien mengeluh nyeri sendi saat bergerak. 2) Riwayat penyakit sekarang : pasien datang dengan keluhan nyeri sendi saat bergerak pada bagian siku, lutut, pergelangan tangan dan kaki. 3) Riwayat penyakit dahulu : pasien mengatakan sudah 5 tahun yang lalu mendertia asam urat. 4) Riwayat penyakit sekarang : tidak ada. 3. Observasi dan Pemeriksaan Fisik Vital sign : Tekanan darah : 110/90 mmHg Nadi : 78 X/menit RR : 20X/menit Analisa data Tanggal/jam Data Masalah Etiologi 27 oktober 2013, 08.00 DS : Pasien mengeluh nyeri pada siku, lutut dan pergelangan kaki tangan. Pasien mengatakan susah Nyeri kronis Ketunadayaan fisik kronis
  • 19. bergerak. DO : Ektremitas tampak kaku saat bergerak 27 oktober 2013, 08.00 DS : Pasien mengatakan susah bergerak, pasien mengeluh nyeri DO Hambatan mobilitias fisik Nyeri persendian 27 oktober 2013, 08.00 DS : pasien mengatakan tidak mengetahui bagaimana caranya untuk mengontrol penyakitnya. DO : - Kurangnya pengetahuan Kurang pajanan informasi C. Diagnosa 1. Nyeri kronis berhubungan dengan ketunadayaan fisik kronis. 2. Gangguan mobilitias fisik berhubungan dengan nyeri persendian. 3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi. D. Rencana N o Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi 1. Nyeri kronis berhubungan dengan penyakit. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam. Diharapkan nyeri dapat berkurang. Dengan kriteri hasil pain level (2102) :  Pasien melaporkan tidak adanya nyeri.  Mampu mengontrol nyeri Pain management (1400) :  Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi waktu, frekuensi, kualitas.  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.  Gunakan tehnik komunikasi yang terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien.  Evaluasi nyeri pasien masa
  • 20. (mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, dan mencari bantuan).  Mampu mengenali skala nyeri.  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang lampau.  Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti : - Suhu lingkugan yang hangat. - Lingkungan yang tenang  Pilih dan lakukan penanganan nyeri.  Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi : - Tehnik relaksasi.  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.  Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam. Diharapkan pasien dapat melakukan aktivitas dengan criteria hasil mobility (0208) :  Aktivitas klien meningkat.  Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas. Exercise theraphy : ambulation (0221)  Mintor vital sign sebelum dan sesudah latihan.  Konsultasikan dengan terpai fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan.  Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi.  Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi.  Berikan alat bantu jika klien memerlukan.  Jarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan
  • 21. bantuan jia perlu 3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, diharapkan pengetahuan pasien meningkat dengan criteria hasil discase procces (1803) :  Pasien dapat paham tetang penyakit tersebut secara spesifik.  Pasien dapat mengetahui dampak dari penyakit.  Megetahui tanda dan gejala tentang penyakit.  Pasien paham dengan factor resiko yang akan muncul.  Paham dengan perjalanan penyakitnya. Teaching : disease process (5602)  Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik.  Jelaskan patologis dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.  Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat.  Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,  Sediakan bagi keluarga tentang kemajuan pasien pasien.  Diskusikan perubahan gaya hidup yang diperlukan untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan datang atau pengontrolan penyakit.  Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.  Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan secod opinion dengan cara yang tepat.  Intruksikan pasien tentang tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi
  • 23. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukanasam urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas, pergelangan dan kaki bagian tengah. Artritis pirai (gout) merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit kristal asam urat di daerah persendian yang menyebabkan terjadinya serangan inflamasi akut. Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit / penimbunan kristal asamurat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal. Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit gout dapat memunculkan diagnosa : 1) Nyeri kronis berhubungan dengan ketunadayaan fisik kronis. 2) Gangguan mobilitias fisik berhubungan dengan nyeri persendian. 3) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi. B. Saran Dalam pembuatan makalah ini kami menyarankan bahwa kita harus menjaga kesehatan yang bermula dari diri sendiri, dan membiasakan untuk membaca terutama mengenai pengetahuan tentang kesehatan. Agar dapat menambah pengetahuan untuk menanggulangi penyakit yang akan timbul seperti gout.
  • 24. DAFTAR PUSTAKA Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 3. Jakarta : EGC. Helmi, Zairin Helmi. 2011. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Cetakan kedua. Jakarta : Salemba Medika. Rasjad, Chairuddin. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi 3. Cetakan kelima. Jakarta : Yarsif Watampone. Judith M . Wilkinson , 2009 . Diagnosis Keperawatan ( NIC & NOC ) . Jakarta . EGC NANDA internasional . 2009 . Diagnosis Keperawatan . Jakarta . EGC Lukman, Ningsih Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.