Dokumen tersebut membahas tentang anak tunagrahita, termasuk pengertian, klasifikasi, karakteristik, kebutuhan pembelajaran, kesulitan pembelajaran, dan upaya pembelajaran. Dokumen tersebut juga membahas mengenai layanan pendidikan untuk anak tunagrahita seperti sistem segregasi, integrasi, dan inklusi.
3. Pengertian Anak Tunagrahita
Anak dengan hambatan intelektual atau yang biasa disebut sebagai anak
tunagrahita adalah anak yang memiliki IQ di bawah rata-rata dan ditandai dengan
keterbatasan pada intelegensinya serta ketidakcakapan dalam berinteraksi. Karena
itulah anak dengan hambatan intelektual sulit untuk memahami konsep
pembelajaran seperti anak pada umumnya.
Anak dengan hambatan intelektual atau tunagrahita membutuhkan
layanan pendidikan secara khusus yang disesuaikan dengan kemampuan masing-
masing anak demi mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal.
4. Hambatan adaptif pada anak
Tunagrahita salah satunya :
Terhambat dalam
perkembangan keterampilan
sensorimotor
Terhambat dalam
keterampilan komunikasi
Terhambat dalam
keterampilan menolong diri,
terhambat dalam sosialisasi
Terhambat dalam menilai situasi
lingkungan secara tepat dan
terhambat dalam menilai
keterampilan sosial
01
03
02
04
5. Klasifikasi Anak dengan
Hambatan Intelektual
(Tunagrahita)
Dimana Kemampuan anak dengan hambatan intelektual
diukur dengan tes Stanford Binet dan Skala Weschler.
Adapun klasifikasi anak dengan hambatan intelektual
berdasarkan keterbelakangannya menurut Blake ahli
bahasa Sujati yaitu:
Tingkatan IQ
Skala Binet Skala Weschler
Ringan 68-52 69-55
Sedang 51-36 54-40
Berat 35-19 39-25
Sangat Berat >19 >24
6. 3 Hambatan Intelektual/ Tunagrahita
Sebagai Berikut:
1.Tunagrahita Ringan
Anak dengan hambatan intelektual atau tunagrahita dengan tingkatan ringan dapat belajar
membaca, menulis dan berhitung sederhana. Mereka masih dapat diajarkan dan menjadi
semi skilled. Tetapi dalam segi sosial, anak tunagrahita ringan tidak dapat berinteraksi secara
independent dengan lingkungan sekitarnya
2. Tunagrahita Sedang
Anak dengan hambatan intelektual atau tunagrahita dengan tingkatan sedang dapat
diarahkan untuk mengurus dan melindungi dirinya sendiri dari hal-hal yang bersifat dapat
membahayakan dirinya. Mereka sudah mulai sulit dalam belajar menulis, membaca dan
berhitung. Tetapi mereka dapat diajarkan hal-hal yang bersifat merawat diri mereka sendiri
seperti mandi, berpakaian, dan lain sebagainya.
3. Tunagrahita Berat
Anak dengan hambatan intelektual atau tunagrahita dengan tingkatan berat sangat sulit untuk
memahami pelajaran-pelajaran dasar serta merawat dirinya sendiri. Maka dari itu anak
tunagrahita berat membutuhkan bantuan penuh dari orang-orang sekitarnya
7. Karakteristik Anak dengan
Hambatan Intelektual
(Tunagrahita)
KARAKTERISTIK
UMUM
KARAKTERISTIK
KHUSUS
Concept 1
Concept 2
Dibagi menjadi
2 Bagian
8. Karakteristik Umum
Depdiknas (2003) mengemukakan bahwa
karakteristik anak tunagrahita yaitu penampilan fisik
tidak seimbang, tidak dapat mengurus diri sendiri,
sesuai dengan usianya, perkembangan bicara atau
bahasanya terhambat, kurang perhatian pada
lingkungan, koordinasi geraknya kurang dan sering
mengeluarkan ludah tanpa sadar. James D Page yang
dikutip dalam (Apriyanto,2012: 33-34) menguraikan
karakteristik anak tunagrahita sebagai berikut:
1. Kecerdasan
2. Sosial
3. Fungsi-fungsi mental lain
4. Dorongan emosi
5. organisme
9. Karakteristik Khusus
Menurut Wardani (2002) dalam Apriyanto (2012:
36) mengemukakan karakteristik anak tunagrahita menurut
tingkat ketunagrahitaannya sebagai berikut:
1. Karakteristik Tunagrahita Ringan
Meskipun tidak dapat menyamai anak normal yang seusia
dengannya, mereka masih dapat membaca, menulis, dan
berhitung sederhana.
2. Karakteristik Tunagrahita Sedang
Anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa mempelajari
pelajaran-pelajaran akademik. Namun mereka masih
memiliki potensi untuk mengurus diri sendiri dan dilatih
untuk mengerjakan sesuatu secara rutin, dapat dilatih
berkawan, mengikuti kegiatan dan menghargai hak milik
orang lain
3. Karakteristik Tunagrahita Berat dan Sangat Berat
Anak tunagrahita berat dan sangat berat sepanjang
hidupnya akan selalu tergantung pada pertolongan dan
bantuan orang lain.
12. Upaya Pembelajaran dalam Penanganan
Anak Tunagrahita
Anak tunagrahita adalah anak yang mempunyai kekurangan atau keterbatasan dari segi mental
intelektualnya, dibawah rata-rata normal. Sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik,
komunikasi, maupun sosial, dan karena memerlukan layanan pendidikan khusus. Pada prinsipnya tidak
jauh berbeda penerapannya dengan pendidikan pada umumnya. Pada hakekatnya strategi pembelajaran
tersebut harus memperhatikan karakteristik murid, tujuan belajar, dan ketersediaan sumber. Pada anak
tunagrahita ringan dan sedang mungkin lebih efektif menggunakan strategi pembelajaran yang
menekankan latihan. Yang tidak terlalu banyak menuntut kemampuan berfikir yang kompleks. Strategi ini
menekankan pada latihan yang diulang-ulang
13. Penanganan pada pembelajaran anak tunagrahita tergantung pada kesulitan
yang dialami setiap individu. Peran guru dalam penanganan ini sangat penting.
Guru sebagai pembimbing dikelas perlu memandang siswa tunagrahita dengan
kondisi yang bervariasi tentang potensi mereka atau kemampuannya secara
individual. Dengan memandang mereka secara individual, akan berimplikasi pada
penerapan program bimbingan yang mampu mengoptimalkan potensi mereka.
Seorang guru pembimbing atau guru khusus yang mampu melaksanakan
manajemen pembelajaran dikelas dengan baik akan mendorong siswa tunagrahita
untuk belajar sesuai dengan program individual masing-masing. Kemampuan itu
meliputi perencanaan pembelajaran dikelas, penetapan materi, pemilihan metode,
dan pengembangan cara evaluasi yang akan dilakukan didalam kelas. Strategi
pembelajaran ini merupakan program pembelajaran yang diindividualisasikan.
14. Layanan Pendidikan Anak
Tunagrahita
Tempat Khusus/Sistem
Segregasi
Sistem layanan pendidikan segregasi
adalah sistem pendidikan yang
terpisah dari sistem pendidikan anak
normal.
Sekolah Umum dengan
Sistem Integrasi
(Terpadu)
Sistem integrasi memberikan kesempatan kepada anak
tunagrahita belajar, bermain atau bekerja bersama dengan anak
normal. Pelaksanaan sistem terpadu bervariasi sesuai dengan
taraf ketunagrahitaan
Sekolah Inklusi
Pendidikan Inklusif Sejalan dengan perkembangan
layaan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus
terdapat kecenderungan baru yaitu model
Pendidikan Inklusif. Model ini menekankan pada
keterpaduan penuh, menghilangkan labelisasi anak
dengan prinsip “Education for All”.